II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan"

Transkripsi

1 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara 1. Anatomi Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011; Moore et al., 2009). Adapun anatomi payudara tersaji pada gambar 1. Gambar 1. Anatomi mammae anterior (Sumber:

2 8 Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna (Soetrisno, 2010). Sistem limfatik payudara tersaji pada gambar 2. Gambar 2. Sistem limfatik mammae (Sumber: Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al., 2009).

3 9 2. Histologi Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan arteriol (Eroschenko, 2008). Adapun gambaran histologi payudara dan predileksi lesi payudara tersaji pada gambar 3 dan 4. Gambar 3. Histologi Mammae (Sumber: Eroschenko, 2008). Gambar 4. Predileksi lesi payudara (Sumber:

4 10 3. Fisiologi Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri. Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging (Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011). 4. Patologi Pada dasarnya kelainan patologi payudara dapat digolongkan menjadi empat golongan besar yaitu kelainan kongenital, infeksi, kelainan akibat ketidakseimbangan hormonal, dan neoplasma (Soetrisno, 2010).

5 11 Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti etiologinya, tetapi segala sesuatu yang bersifat menimbulkan kegagalan secara total maupun parsial perkembangan somatik payudara akan berakibat kurang atau gagalnya pembentukan komponen payudara. Kelainan kongenital dapat berupa agenesis, hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari sepasang payudara, dan lain lain (Fadjari, 2012). Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama hormon estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan menimbulkan penyimpangan pertumbuhan dan komponen jaringan payudara yang disebut mammary dysplasia pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan ikat ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara (Soetrisno, 2010). Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi pada rentang usia tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah karsinoma duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan pada masa menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan yang bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak. Hal ini yang dapat

6 12 membantu membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada payudara (Underwood & Cross, 2010; Utami et al., 2014). B. Lesi Akibat Infeksi Jaringan Payudara 1. Mastitis Merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi pada minggu pertama setelah persalinan dengan Staphylococcus aureus sebagai penyebab terbanyak. Mastitis dapat digolongkan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi dan bukan infeksi. Berdasarkan sifat radang, dapat dibedakan menjadi radang granulomatosa spesifik dan tidak spesifik. Mastitis tidak spesifik dapat bersifat akut yang apabila tidak tersembuhkan akan masuk ke tahap kronik membentuk radang granulomatosa dengan atau tanpa sarang abses mikro. Mastitis tidak spesifik akut paling sering ditemukan saat laktasi akibat fisura puting oleh trauma yang disebabkan isapan bayi atau karena hygiene yang buruk. Terdapat beberapa contoh jenis radang misalnya mastitis tuberkulosa, mastitis sifilika, dan mastitis mikotik yang biasanya berjalan kronik dengan tanda tanda radang tidak nyata seperti tidak nyeri, bertukak, dan ada indurasi keras sehingga sering merupakan diagnosis banding karsinoma payudara (Underwood & Cross, 2010; Soetrisno, 2010). 2. Ektasia Duktus Mammae Ektasia duktus mammae ini merupakan proses pelebaran sistem duktus sampai percabangan duktulus yang disertai fibrosis periduktal dan reaksi

7 13 radang mononukleus. Etiologinya tidak diketahui, namun wanita yang mengalami penyakit ini biasanya pernah melahirkan. Duktus yang melebar, berisi bahan berwarna putih kehijauan yang merupakan discharge papila. Kelainan ini biasa ditemukan pada wanita yang pernah melahirkan dan sudah berumur tahun (Nasar et al., 2010). Pada pemeriksaan klinis, kasus yang berat sering dikelirukan dengan karsinoma mammae karena terdapat discharge papila mamma yang terkadang bercampur darah. Fibrosis disekitar mamma menyebabkan retraksi papila dan dapat pula teraba benjolan keras. Meskipun demikian hal tidak berhubungan dengan proses keganasan tetapi merupakan kelainan radang (Kumar et al., 2007). 3. Nekrosis Lemak Penyebab kelainan ini diduga akibat trauma walaupun terkadang riwayat trauma sering disangkal penderita. Kelainan ini lebih sering ditemui pada wanita obesitas dan setelah menopause, dimana mamma secara proporsional membesar akibat banyaknya jaringan lemak berupa benjolan berbatas tegas dan secara klinis mirip karsinoma. Pada pemeriksaan makroskopis terlihat jaringan yang berwarna kuning disertai perdarahan dan bercak bercak kalsifikasi, serta jaringan ikat fibrosa yang banyaknya tergantung dari lamanya lesi. Pada gambaran mikroskopisnya sama dengan jaringan lemak dewasa yang mengalami nekrosis, ditemukan kumpulan makrofag dan sel datia yang mengandung lipid, serta terdapat

8 14 reaksi limfosit, fibroblas, dan saluran vaskular kecil. Lemak yang mengalami nekrosis dapat berperan sebagai bahan pengiritasi yang apabila berlangsung lama dapat menimbulkan radang kronis dan pembentukan jaringan ikat fibrosa (Underwood & Cross, 2010). C. Kelainan Akibat Ketidakseimbangan Hormon 1. Penyakit Fibrokistik Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak dan non neoplastik tetapi memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya keganasan. Fibrokistik payudara ditandai dengan rasa nyeri dan benjolan yang ukurannya berubah ubah. Benjolan ini membesar sebelum periode menstruasi serta mengeluarkan cairan puting yang tidak normal. Pada periode menjelang menopause, sifat benjolan pada kelainan ini tidak berbatas tegas dan kenyal seperti karet (Fadjari, 2012). Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi dipengaruhi oleh hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah kadarnya memuncak sewaktu pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi, payudara menjadi bengkak, penuh, dan terasa berat. Gejala ini memburuk pada awal periode menstruasi terutama pada wanita tahun dan menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik disimpulkan akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan dilatasi duktus dan lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi (Nasar et al., 2010).

9 15 D. Neoplasma Jinak Neoplasma merupakan sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk dan struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Sifat sel tumor ini bergantung pada besarnya penyimpangan bentuk dan fungsi, autonominya dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuan dalam berinfiltrasi serta bermetastasis (Price & Wilson, 2006). Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut sebagai metastasis. Sedangkan neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga menekan jaringan sekitarnya (De Jong & Sjamsuhidajat, 2010). Etiologi neoplasma belum diketahui secara pasti, tetapi bersifat multifaktorial. Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial, hormonal, status imun, nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti heredofamilial berkaitan erat dengan mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1) pada kromosom 17q21.3 dan BRCA 2 pada kromosom 13q12 13 serta mutasi germ-line dalam TP 53. Gen ini berperan sebagai DNA repair dan gen supresor tetapi inaktif atau terdapat defek. Sedangkan faktor eksogen seperti faktor konsumtif berupa defisiensi protein, vitamin A, antioksidan,

10 16 dan diet tinggi lemak. Selain itu terapi sulih hormon, trauma, perokok, dan obesitas memiliki faktor resiko mengalami fibroadenoma (Greenberg et al., 2008; Soetrisno, 2010). 1. Fibroadenoma Mammae Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak yang paling banyak ditemukan. Menurut penelitian di New York, FAM terdapat pada ¼ kasus karsinoma, dengan frekuensi enam kali lebih banyak dibanding papiloma duktus. Insidensi tertinggi tumor ini terjadi pada dekade tiga meskipun dapat timbul terutama pada usia setelah pubertas. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2010), FAM umumnya terjadi pada wanita dengan usia tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011) menyatakan bahwa pasien yang tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% ) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah <21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% )

11 17 artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia <21 tahun. Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada kelompok wanita nullipara. Berat badan yang berlebihan dengan IMT >30 kg/m 2 juga menjadi faktor resiko terjadinya FAM (OR=2.45,CI 95% ) artinya wanita dengan IMT >30 kg/m 2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT normal. Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus (Nasar et al., 2010). Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan lobulus

12 18 perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif (Soetrisno, 2010; Sabiston, 2011). 2. Papiloma Duktus Papiloma duktus lebih jarang ditemukan dibandingkan fibroadenoma dan lesi ini banyak ditemukan pada wanita usia pertengahan. Sekitar 80% kasus papiloma duktus terdapat discharge serous yang sering bercampur darah dan dapat teraba adanya benjolan. Tumor ini berasal dari epitel duktus yang memiliki lesi soliter tumbuh didalam duktus yang besar, sampai 40 mm dari papila. Lesi ini terlihat sebagai struktur panjang berkelok kelok tumbuh sepanjang duktus yang menyebabkan distensi duktus sehingga memiliki bentuk mirip kista dan merupakan lesi prekanker (Grace et al., 2006). 3. Tumor filoides Secara mikroskopik memiliki pola pertumbuhan seperti FAM tipe intrakanalikuler dengan stroma yang sangat seluler, tumbuh cepat, dapat disertai pembentukan radang pada kulit akibat desakan, sehingga menimbulkan nekrosis iskemik pada kulit. Berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan dan insidensi terbanyak yaitu 40 tahun yang merupakan diagnosis banding karsinoma payudara (Underwood & Cross, 2010).

13 19 E. Neoplasma Ganas Neoplasma ganas parenkim payudara terdiri atas dua golongan, yaitu karsinoma duktal yang berasal dari sistem duktus dan karsinoma lobular yang berasal dari asinus kelenjar payudara. Insidensi karsinoma duktal invasif mencapai 70 80% dengan subtipe papilotubular, solid tubular, dan skirus dengan prognosis masing masing baik, kurang baik, buruk. Sedangkan karsinoma lobular invasif sekitar 20% dari seluruh keganasan payudara dan memiliki 3 jenis yaitu jenis sel kecil, jenis sel besar, dan atypical invasive lobular carcinoma (Diananda, 2009). Banyak faktor yang memungkinkan seorang wanita menderita penyakit kanker, beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu: a. Keluarga Kemungkinan seorang wanita menderita kanker payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu dan saudaranya menderita kanker sebelum masa menopause (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). b. Usia Resiko terkena kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Kanker payudara jarang menyerang wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Setelah umur 30 tahun, resiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah masa menopause

14 20 kurva yang melonjak pada masa sebelum menopause hampir mendatar (Kumar et al., 2007). c. Hormon Pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh hormon estrogen yang merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel kanker di sel epitel normal. Pada epitel payudara terdapat reseptor estrogen dan progesteron yang mungkin berinteraksi dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor alfa yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel, platelet derived growth factor, dan faktor pertumbuhan fibroblast yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). d. Virus Pada tikus, terdapat bukti bahwa virus yang menyebabkan tumor ditularkan lewat air susu ibu atau yang disebut faktor Bittner. Tetapi, hubungan ini masih belum jelas hubungannya terhadap manusia (Underwood & Cross, 2010). e. Radiasi Pengion Radiasi pengion ke dada meningkatkan resiko kanker payudara tergantung dari besar dosis radiasi, waktu sejak pajanan awal, dan usia. Tetapi dosis radiasi rendah pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara (Kumar et al., 2007).

15 21 f. Faktor lain Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda, menopause diatas umur 50 tahun, tidak menikah, tidak menyusui, dan melahirkan anak pertama diatas 35 tahun (Underwood & Cross, 2010). Adapun gejala dari neoplasma ganas yaitu terdapat benjolan yang keras dan tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu awalnya kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit serta menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting susu. Kulit dan puting susu menjadi retraksi, bewarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk yang mengkerut. Lesi ini semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah (Diananda, 2009). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operabilitas Heagensen, yaitu sebagai berikut : 1. Terdapat edema luas yang lebih dari sepertiga luas kulit payudara. 2. Adanya nodul satelit pada kulit payudara. 3. Kanker payudara jenis mastitis kasinomatosa. 4. Terdapat model parasternal dan nodul supraklavikula. 5. Adanya edema lengan dan metastase jauh. 6. Serta terdapat dua dari tanda tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening

16 22 aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain (Haryono et al., 2011). Pada klasifikasi Klinik Kolumbia yang dirumuskan oleh Heagensen terdapat stadium pada kanker payudara lanjut dengan mengetahui kriteria inoperabilitas, yaitu : Stadium I : tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding dada, nodul limfatik aksila tidak terlibat secara klinik. Stadium II : tanpa edema kulit, ulserasi atau fiksasi padat tumor ke dinding dada. Nodul limfatik terlibat secara klinis, tetapi diameter transversa kurang dari 2,5 cm dan tidak terfiksasi ke kulit di atasnya. Stadium III : terdapat salah satu dari lima tanda buruk karsinoma payudara lanjut: 1. Edema kulit yang luasnya terbatas yaitu melibatkan kurang dari sepertiga kulit di atas payudara 2. Ulserasi kulit 3. Fiksasi padat tumor ke dinding dada 4. Keterlibatan masif nodul limfatik aksila dengan ukuran 2,5 cm atau lebih dalam diameter transversa 5. Fiksasi nodul limfatik aksila pada kulit di atasnya atau struktur profunda aksila. Stadium IV : semua indikasi lain dari karsinoma payudara lebih lanjut, mencakup :

17 23 1. Kombinasi dua atau lebih dari lima tanda buruk stadium C 2. Edema luas kulit yang melibatkan lebih dari sepertiga kulit di atas payudara 3. Nodulus kulit satelit 4. Jenis karsinoma peradangan 5. Nodul limfatik supraklavikula terlibat secara klinik 6. Metastasis mamma interna perlu dibuktikan oleh tumor parasternalis 7. Edema lengan 8. Metastasis jauh (Sabiston, 2010). Selain itu, terdapat klasifikasi Tumor Nodul Metastasis (TNM). Klasifikasi penyebaran TNM berdasarkan The American Joint Committee on Cancer Staging & End Result Reporting : 1. Tumor primer (T) TX Tumor primer tidak dapat ditentukan Tis Karsinoma in situ dan penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor T0 Tidak ada bukti tumor primer T1 Tumor <2 cm T2 Tumor 2 5 cm T3 Tumor >5 cm T4 Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding thoraks atau ke kulit dengan tanda edema, tukak atau peau d orange

18 24 2. Nodule atau keterlibatan kelenjar getah bening (N) NX Kelenjar regional tidak dapat ditentukan N0 Tidak teraba kelenjar axilla N1 Teraba kelenjar axilla homolateral yang tidak melekat N2 Teraba kelenjar axilla homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya N3 Terdapat kelenjar mamaria internal homolateral 3. Metastase jauh (M) MX Tidak dapat ditentukan metastase jauh M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikula (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Dengan tahapan stadium : a. Stadium 0 (Tis, N0, M0) DCIS yang termasuk penyakit paget pada puting payudara dan LCIS. b. Stadium I (T1, N0, M0) Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening negatif. c. Stadium IIA (T0, N1, M0), (T1, N1, M0), (T2, N0, M0) Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai dengan metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif.

19 25 d. Stadium IIB (T2, N1, M0), (T3, N0, M0) Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening. e. Stadium IIIA (T0, N2, M0), (T1 atau T2, N2, M0), (T3, N1 atau N2, M0) Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi dengan invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah bening atau karsinoma berdiameter lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi. f. Stadium IIIB (T4, N1 atau N2 dan N3, M0) Karsinoma inflamasi yang menginvasi dinding dalam, karsinoma yang mengivasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral. g. Stadium IV (T1 T4, N1 N4, M1) Metastatis ke tempat jauh (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Adapun prognosis pasien kanker payudara berdasarkan stadiumnya tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Prognosis kanker payudara (Sumber: De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). Stadium Ketahanan hidup lima tahun I 85% II 65% III 40% IV 10%

20 26 F. Prosedur diagnostik 1. Anamnesis Anamnesis harus diawali dengan pencatatan identitas pasien secara lengkap, keluhan apa yang mendasari penderita untuk datang ke dokter. Keluhan ini dapat berupa massa di payudara yang berbatas tegas atau tidak, benjolan dapat digerakkan dari dasar atau melekat pada jaringan di bawahnya, adanya nyeri, cairan dari puting, adanya retraksi puting payudara, kemerahan, ulserasi sampai dengan pembengkakan kelenjar limfe (Britto, 2005; Sabiston, 2011). Terdapat kemungkinan patologis yang menyebabkan terdapatnya lesi klinis pada payudara wanita dari berbagai umur, seperti yang terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Hubungan umur dengan keadaan lesi (Underwood & Cross, 2010). Kemungkinan Penyebab Patologis Presentasi Klinis < tahun tahun >55 tahun tahun Benjolan FAM FAM FAM, Phyloides mobile Phyloides Benjolan Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang berbatas tegas Benjolan keras dan melekat Jarang Karsinoma Karsinoma Karsinoma, Nekrosis lemak Discharge Jarang Jarang Duktus eksatia Duktus eksatia papila Ulserasi papila Adenoma papila Adenoma papila Paget disease, Adenoma papila Paget disease, Adenoma papila

21 27 Perlu ditanyakan pula riwayat penyakit terdahulu hingga riwayat penyakit sekarang. Tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau tidak terasa sakit atau tidak. Anamnesis penderita kelainan payudara harus disertai pula dengan riwayat keluarga, riwayat kehamilan maupun riwayat ginekologi (Underwood & Cross, 2010). 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya, kemudian perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan (Britto, 2005). b. Palpasi Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis dipunggung sehingga payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh klinisi menggunakan telapak jari tangan yang digerakan perlahan lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih mudah ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih mudah dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting susu harus dibandingkan (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011). Teknik palpasi ini tersaji pada gambar 5.

22 28 Gambar 5. Teknik palpasi (Sumber: Terdapat tanda atau gejala dari hasil pemeriksaan fisik yang dapat menunjukkan bentuk lesi mamma, seperti pada tabel 3. Tabel 3. Tanda hasil pemeriksaan fisik (Sumber: Underwood & Cross, 2010). Tanda atau Gejala Dasar Patologis Benjolan Difus Soliter Mobile Melekat Gambaran Kulit Edema (peau d orange) Berkerut atau berlekatan Eritema Papila Mamma Discharge Retraksi Eritema dan bersisik Nyeri Mamma Siklik Pada palpasi Pembesaran Kelenjar Aksila Nyeri Tulang atau Fraktur Fibrosis, hiperplasia eptel dan kista pada perubahan fibrokistik Neoplasma atau kista soliter Neoplasma jinak (biasanya FAM) Neoplasma Invasif (karsinoma) Gangguan aliran limfe akibat karsinoma Invasi kulit akibat karsinoma Aliran darah meningkat akibat radang atau tumor Mirip ASI atau darah Terkait karsinoma invasif Penyakit paget papila mamma atau ekzema Penyakit jinak mamma Lesi radang Metastasis karsinoma mamma Metastasis Karsinoma mamma atau berhubungan dengan hiperkalsemia

23 29 3. Pemeriksaan Penunjang a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB) Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003; Fadjari, 2012). Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan seperti pada gambar 6. Gambar 6. Pemeriksaan FNAB (David, 2010). Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi

24 30 atau USG. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut (Tambunan & Lukito, 2007). Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis (Soetrisno, 2010). Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi: a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku intraoperatif c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita lanjut usia d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi f. Nodul nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi g. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian (Lestadi, 2004).

25 31 Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi (Abusalem, 2002; Underwood & Cross, 2010). Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu (Tambunan & Lukito, 2007; Mulandari, 2003). b. Pemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100% karena

26 32 pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi (Sabiston, 2011). c. Mammografi dan Ultrasonografi Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu USG untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96% (Underwood & Cross, 2010). Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90 95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75 85%. Untuk

27 33 mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62 78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara (Rasad & Makes, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011). G. Kerangka Penelitian 1. Kerangka teori Diagnosis klinis lesi payudara ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan patologi anatomi sitologi aspirasi FNAB dan histopatologi. Pada anamnesis perlu ditanyakan usia, pola menstruasi, riwayat keluarga, riwayat radiasi, dan pola hidup. Dari pemeriksaan fisik perlu dilihat gambaran kulit, sifat benjolan, bentuk puting, sekret puting, dan ada tidaknya keterlibatan kelenjar getah bening (Britto, 2005; Underwood & Cross, 2010). Pemeriksaan penunjang histopatologi merupakan standar baku emas dalam menentukan lesi payudara. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi mengenai tipe dan stage dari lesi payudara sehingga tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%. Kekurangan metode ini yaitu harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama, bersifat invasif dan lebih beresiko dibanding FNAB (Dahlan, 2009; Sabiston, 2011; Haryono et al., 2011).

28 34 Pemeriksaan penunjang lain seperti FNAB dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis lesi payudara. Metode ini memiliki keuntungan yaitu cepat dan mudah, tidak memerlukan anestesi sistemik, rasa sakit yang relatif kurang, serta tidak bersifat invasif. Tetapi, ketepatan diagnosis metode ini dapat meleset 10%, tidak dapat ditentukannya grade tumor, dan sangat bergantung pada keterampilan ahli patologi anatomi (Underwood & Cross, 2010). Adapun kerangka teori tersaji pada gambar 7. Lesi Payudara Gejala Benjolan Anamnesis Usia Hormonal Riwayat Keluarga Riwayat Radiasi Pola Hidup Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Fisik Gambaran Kulit Sifat Benjolan Bentuk Puting Sekret Puting Keterlibatan KGB FNAB Histopatologi (Standar Baku) Imaging Diagnosa Lesi Payudara Keterangan : Jinak : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Ganas Gambar 7. Diagram kerangka teori.

29 35 2. Kerangka konsep Penelitian ini mencari perbandingan lesi payudara pada pemeriksaan FNAB dengan pemeriksaan histopatologi sehingga didapatkan keluaran nilai diagnostik FNAB. Kerangka konsep pada penelitian ini tersaji pada gambar 8. Keluhan benjolan di payudara Dilakukan Pemeriksaan Penegakan Diagnosis Lesi Payudara FNAB Histopatologi Biopsi Sel dengan Mengunakan Jarum Halus Biopsi Eksisi Sel atau Hasil Jaringan Operasi Jinak Ganas Jinak Ganas Sensitivitas Nilai prediksi Positif Rasio Kemungkinan Positif Dilakukan Studi Diagnostik Akurasi Diagnostik Spesifisitas Nilai prediksi Negatif Rasio Kemungkinan Negatif Gambar 8. Diagram kerangka konsep.

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ; 4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA Nur Signa Aini Gumilas PENDAHULUAN Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaanterjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara 2.1.1. Anatomi Payudara Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Paritas Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali kehamilan.

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian kanker Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan

Lebih terperinci

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas

Lebih terperinci

Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara

Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara www. Daftar Isi Pengertian Kanker Payudara... 3 Anatomi Payudara... 3 Gejala Kanker Payudara... 5 Stadium Kanker Payudara... 7 Diagnosis Kanker Payudara... 10 Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kanker Payudara Kanker Payudara (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan. sebagai massa yang teraba pada payudara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara biasanya didefinisikan sebagai massa yang teraba pada payudara. Penyakit pada payudara biasanya ditunjukkan dengan adanya massa pada payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibroadenoma mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat kenyal

Lebih terperinci

Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA

Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA Buku Payudara Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA Dan Fakta Raising breast cancer awareness in Bali Meningkatkan kesadaran kanker payudara

Lebih terperinci

Biopsi payudara (breast biopsy)

Biopsi payudara (breast biopsy) Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian Kanker Payudara

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian Kanker Payudara 1.1. Konsep Kanker Payudara BAB II TINJAUAN TEORI 1.1.1. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara adalah pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara. Pada kanker

Lebih terperinci

ABSTRAK. Insidensi Fibroadenoma di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Siti Fitria Dewi, Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin.,dr,Mkes.

ABSTRAK. Insidensi Fibroadenoma di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Siti Fitria Dewi, Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin.,dr,Mkes. ABSTRAK Insidensi Fibroadenoma di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2005 2006 Siti Fitria Dewi, 2008. Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin.,dr,Mkes. Tumor jinak payudara sering terjadi pada wanita paling

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

lemak dan jaringan ikat (Sloane, 2004).

lemak dan jaringan ikat (Sloane, 2004). 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara 2.1.1 Anatomi Payudara Kelenjar payudara dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Saat pubertas, secara fungsional kelenjar ini merespon estrogen pada perempuan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara Normal Payudara wanita normal memiliki 15-20 lobus dan masing-masing lobus terdiri dari banyak lobulus. Tiap lobulus memiliki sekumpulan kelenjar kecil yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah sel-sel epitel ganas proliferasi yang berjajar disaluran atau lobulus payudara. (Lippman, 2005). Menurut National Cancer Institute,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel 35 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KANKER PAYUDARA 1.1. Defenisi Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara Payudara ( mammary gland ) merupakan modifikasi khusus kelenjar keringat ( sudoriferous gland ) yang terletak diantara dua lapisan fasia supefisial otot pektoralis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RSUD SERANG TAHUN 2013

GAMBARAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RSUD SERANG TAHUN 2013 GAMBARAN KEJADIAN TUMOR PAYUDARA DI RSUD SERANG TAHUN 2013 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Helvia Septarini NIM : 1111103000097

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Payudara 2.1.1. Definisi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Sel ini pada akhirnya

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 ABSTRAK Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009 Fifi, 2010. Pembimbing I: Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes Pembimbing II: Evi Yuniawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kanker Kanker merupakan segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

2.3.2 Faktor Risiko Prognosis...16 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir

2.3.2 Faktor Risiko Prognosis...16 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii KATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patogenesis 2.1.1. Diagnosis Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Kanker payudara menjadi penyebab kematian kedua terbanyak bagi wanita Amerika pada tahun 2013

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA RAWAT INAP TUMOR PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Sielvyana Sie, 2011 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK. MPd. Ked. Pembimbing II : Sri Nadya

Lebih terperinci

MERAWAT PAYUDARA DAN WASPADA KANKER PAYUDARA

MERAWAT PAYUDARA DAN WASPADA KANKER PAYUDARA MERAWAT PAYUDARA DAN WASPADA KANKER PAYUDARA Zulkhah Noor Bagian Fisiologi FKIK UMY Mamae atau payudara merupakan organ vital dalam pemenuhan kebutuhan gisi bayi. Selain itu juga berperan penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Bastaman (2007) mengemukakan bahwa kebermaknaan hidup adalah halhal yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Remaja menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2002) adalah usia muda atau mulai dewasa, sedangkan remaja menurut William (2002) merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat

Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat 8 2.1 Definisi Kanker Payudara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin pada tubuh manusia yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan triodotironin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 20 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM Jakarta periode tahun 2004. Data yang didapatkan adalah sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anatomi Payudara Payudara terletak memanjang secara transversal dari batas lateral sternum ke garis midaxilla dan secara vertikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari. seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap menurut Newcomb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari. seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap menurut Newcomb BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap menurut Newcomb menyatakan bahwa sikap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah disibukkan dengan penyakit kanker payudara yang saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan dan Tindakan 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sutau objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara 2.1.1. Histologi Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Kelenjar ini berfungsi menyekresi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan dan Definisi Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit neoplastik yang selalunya berakibatkan fatal. Sel kanker tidak seperti sel tumor, ia mempunyai kebolehan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. FAM (Fibroadenoma Mammae) merupakan tumor jinak payudara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. FAM (Fibroadenoma Mammae) merupakan tumor jinak payudara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang FAM (Fibroadenoma Mammae) merupakan tumor jinak payudara dan merupakan kasus terbanyak tumor pada wanita. Kejadiannya dapat berbentuk tunggal atau multiple (banyak)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Medication Error 2.1.1 Definisi medication error Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci