BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara. Tumor ganas ini berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang, tetapi tidak termasuk kulit payudara (Mulyani, 2013). Gejala dari kanker payudara yaitu 1) penambahan ukuran atau bertambah besar yang tidak biasa pada payudara; 2) adanya benjolan pada payudara yang semakin membesar melekat pada kulit dan menimbulkan perubahan pada kulit payudara; 3) kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda atau kecoklatan sampai edema hingga kulit terlihat seperti kulit jeruk (peau d orange); 4) timbul borok (ulkus) pada payudara; 5) keluar cairan seperti susu dan/atau darah dari puting; 6) pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan ketiak dan/atau leher; dan 7) pembengkakan pada lengan bagian atas (Depkes, 2009) Faktor risiko kanker payudara Terdapat banyak faktor risiko yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, diantaranya: 1. Umur Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan umur dengan kejadian kanker payudara. Wanita usia 50 tahun memiliki risiko 5,8 kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita usia > 50 tahun (Rianti, 2012). Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko menderita kanker payudara 2 7

2 8 kali lebih tinggi dan risiko terus meningkat sampai umur 60 tahun ke atas (Ebrahimi et al, 2002 dalam Mediasta, 2012). 2. Riwayat tumor jinak pada payudara Wanita yang pernah menjalani biopsi menunjukkan suatu pertumbuhan berlebih dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus, sehingga memiliki peningkatan risiko penyakit kanker payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul. Wanita dengan riwayat tumor jinak pada payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 13,7 kali dibandingkan wanita tidak ada riwayat tumor jinak (Febianingsih, 2009). 3. Riwayat usia melahirkan anak pertama >30 tahun Periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidakseimbangan hormon dan membuat jaringan payudara sangat peka, sehingga menjadi permulaan dari perkembangan kanker payudara. Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan anak pertama pada usia > 30 tahun mempunyai risiko terkena kanker payudara 5 kali dibandingkan wanita dengan riwayat melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun (Anggorowati, 2012). 4. Riwayat kanker payudara pada keluarga Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu, apabila terdapat BRCA 1 (breast cancer) yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker payudara sebesar 60 % pada usia 50 tahun dan 85 % pada umur 70 tahun (Chyntia dalam Sari, 2013). Wanita dengan riwayat keluarga pernah menderita kanker payudara memiliki risiko terkena kanker payudara 5,7 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara (Mediasta, 2012). Wanita dengan satu orang dari keluarga menderita kanker payudara mempunyai risiko 2 kali

3 9 menderita kanker payudara, dan wanita yang terdapat 2 orang menderita kanker payudara mempunyai risiko 14 kali menderita kanker payudara (Anggorowati, 2012). 5. Riwayat kanker ovarium pada keluarga Wanita dengan riwayat kanker ovarium pada keluarga memiliki risiko terkena kanker payudara 5,3 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium (Indrati, 2005). 6. Riwayat obesitas Studi penelitian dari Breast Cancer Research menunjukkan bahwa obesitas pada perempuan menentukan laju pertumbuhan sel kanker dan ukuran suatu tumor. Hal ini disebabkan oleh kepadatan dari sel-sel lemak untuk estrogen yang mendorong produksi dari hormon yang disebut leptin. Wanita yang memiliki riwayat IMT >25 berisiko terkena kanker payudara 2,4 kali dibandingkan wanita yang memiliki IMT 25 (Indrati, 2005). 7. Nullipara Wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan dan persalinan berisiko 9 kali untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang pernah mengalami kehamilan dan persalinan (Febianingsih, 2009). 8. Tidak menyusui anak/menyusui anak dalam waktu yang singkat Pada masa menyusui, hormon gonadotrofik (luteotrofin atau prolaktin) menekan sekresi luteinising hormon yang memproduksi estrogen, sehingga kadar estrogen ibu mengalami penurunan. Semakin singkat riwayat lama menyusui akan semakin meningkat risiko untuk menderita kanker payudara. Wanita yang menyusui bayinya <5 bulan memiliki risiko sebesar 3,9 kali dibandingkan wanita yang menyusui bayinya >24 bulan dan wanita dengan lama menyusui antara 5-12 bulan

4 10 memiliki risiko menderita kanker payudara sebesar 2,1 dibandingkan wanita yang menyusui bayinya >24 bulan (Indrati, 2005). 9. Usia menstruasi pertama (menarche) < 12 tahun Wanita yang mendapatkan menarche pada usia yang sangat dini (<12 tahun) akan mengalami keterlambatan menopause (>55 tahun). Hal ini akan berdampak terpapar estrogen dalam waktu yang relatif panjang. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi pertama pada usia 12 tahun berisiko 6 kali untuk tidak menderita kanker payudata dibandingkan wanita yang mengalami menstruasi usia < 12 tahun (Rianti, 2012). 10. Penggunaan kontrasepsi oral/pil KB Semakin lama pemakaian kontrasepsi hormonal juga berisiko untuk terkena kanker payudara karena dapat memberikan pemaparan yang lebih tinggi bagi tubuh terhadap estrogen. Wanita yang mengunakan kontrasepsi hormonal >10 tahun memiliki risiko kanker payudara 4,2 kali dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (Mediasta, 2012). 11. Pola konsumsi makanan berlemak Wanita dengan frekuensi tinggi dalam mengonsumsi makanan berlemak tinggi memiliki risiko terkena kanker payudara 3,5 kali dibandingkan wanita dengan frekuensi rendah dalam mengonsumsi makanan berlemak (Indrati, 2005). 12. Kurang aktivitas fisik Wanita yang berolahraga <4 jam/minggu memiliki risiko 4,6 kali menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang melakukan olahraga 4 jam/minggu (Indrati, 2005).

5 Perokok pasif Berdasarkan data dari Badan perlindungan Lingkungan California dan US Surgeon General (2006) mempublikasikan meta analisis dan menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 60%-70% risiko kanker payudara di kalangan wanita pre-menopause perokok pasif dalam jangka waktu lama. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita perokok pasif memiliki risiko 2,4 kali dibandingkan wanita yang bukan perokok pasif (Indrati, 2005) Deteksi dini kanker payudara Deteksi dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan kanker payudara. Untuk menemukan tanda adanya tumor pada payudara maka dikembangkan berbagai metode sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pemeriksaan payudara sendiri sangat bernilai dalam penemuan dini karsinoma payudara yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Bagi wanita masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan 5-7 hari setelah haid berhenti dengan pola pemeriksaan tertentu. Manfaat membiasakan diri melakukan SADARI dari usia 20-an yaitu dapat belajar meraba payudara dan bentuknya, sehingga tiap kelainan yang timbul dapat segera diketahui dan diperiksakan ke pelayanan kesehatan. Berikut tahapan dalam melakukan SADARI sebagai berikut : a. Berdiri di depan cermin tanpa busana, perhatikan payudara dengan teliti, kedua tangan di pinggang, perhatikan kelainan atau perubahan bentuk pada kedua payudara atau puting; b. Kedua tangan diangkat ke atas kepala, perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara atau puting;

6 12 c. Kedua tangan diletakkan di depan payudara dengan siku mengarah ke samping, tekan telapak tangan yang satu kuat-kuat pada yang lain. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan adanya perubahan seperti cekungan dan benjolan akan terlihat lebih jelas; d. Tekan daerah puting pelan-pelan untuk melihat apakah ada cairan yang tidak biasa (tidak normal); dan e. Ambil posisi berbaring, tangan kanan diletakan di bawah kepala, letakan bantal kecil di bawah punggung kanan. Rabalah seluruh payudara kanan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap, dimulai dari tepi dengan arah mengikuti perputaran jarum jam dan dilakukan secara bergantian. 2. Pemeriksaan Payudara Secara Klinis (SARANIS) Pemeriksaan payudara secara klinis dilakukan pada saat wanita usia 40 tahunan melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan walaupun untuk tujuan lain (bukan pemeriksaan payudara). Pemeriksaan klinis payudara pada usia tahun dilakukan tiap 3 tahun sekali, sedangkan untuk usia 40 tahun dilakukan setiap tahun. Berikut cara pemeriksaan payudara secara klinis secara berurutan: a. Pasien duduk melintang di atas tempat duduk periksa dengan tidak menggunakan pakain, kemudian diamati simetrisasi dan perubahan bentuk kedua payudara; b. Kedua tangan diangkat di atas kepala, sambil mengamati simetris dan perubahan gerakan payudara. Apabila ditemukan tarikan pada kulit yang dicurigai adanya karsinoma, maka massa tumor ditekan diantara dua jari sambil memperhatikan kemungkinan dimpling sign sebagai pertanda adanya tarikan pada kulit yang menutupi tumor;

7 13 c. Palpasi kelenjar getah bening dilakukan dengan lengan pasien diletakkan santai di atas tangan pemeriksa; d. Palpasi leher terutama daerah supraklavikuler dilakukan dengan leher dalam keadaan fleksi untuk mengetahui kemungkinan pembesaran getah bening; serta e. Pada posisi supine, kedua payudara dipalpasi sistematis mulai dari pinggir sampai pada puting susu, palpasi lebih intensif dari area kuadran lateral atas karena di area ini lebih sering ditemukan karsinoma. 3. Pemeriksaan Mammografi Mammografi adalah foto payudara dengan sinar X dosis rendah yang dapat mengidentifikasi kanker untuk beberapa tahun. Pada mammografi dapat dilihat gambaran payudara secara keseluruhan. Mamografi mampu mendeteksi adanya kanker payudara ukuran kecil yaitu < 0,5 cm bahkan pada tumor yang tidak teraba. Pemeriksaan dapat dipergunakan untuk screening massal terutama golongan risiko. Pemeriksaan mammografi harus dilakukan tiap tahun pada wanita usia 40 tahun. Indikasi pemeriksaan mammografi yaitu: a. Pada pasien dengan riwayat risiko tinggi kanker payudara; b. Kecurigaan klinis kanker payudara, apabila pasien mengalami rasa nyeri tetapi dokter tidak dapat menemukan benjolan pada saat pemeriksaan klinis; c. Adanya benjolan payudara; d. Follow up setelah mastektomi sebagai deteksi primer kedua dalam payudara yang lain; e. Setelah breast conserving treatment atau deteksi kekambuhan; f. Adenokarsinoma-metastasis dari primer yang tidak diketahui; g. Adanya rasa tidak enak pada payudara; dan

8 14 h. Penyakit paget dari puting susu (Setiyaningrum & Aziz, 2014) Stadium kanker payudara Arti kata stadium dalam KBBI yang berarti tingkatan masa (penyakit). Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan/tingkatan penyakit dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya untuk mengetahui letak, tingkat pertumbuhan, penyebarannya, pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain, menentukan jenis pengobatan atau tindakan yang terbaik, dan menentukan perkiraan prognosis, serta memperkirakan kekambuhan penyakit. UICC (International Union Against Cancer) dan WHO (World Health Organization) merekomendasikan menentukan dan menggambarkan stadium dengan sistem TNM. Sistem TNM menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium kanker yaitu sebagai berikut : 1) T (Tumor) tumor primer, yaitu lokasi/letak dan ukuran tumor; 2) N (Node), yaitu penyebaran tumor ke kelenjar getah bening di sekitarnya atau biasa disebut kelenjar getah bening regional; dan 3) M (Metastasis), yaitu kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain. Penjelasan secara rinci tentang stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut: 1. Stadium 0, stadium ini disebut juga Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara; 2. Stadium I, yaitu tumor masih berukuran sangat kecil < 2 cm, tidak menyebar, dan belum sampai pada kelenjar getah bening. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya;

9 15 3. Stadium IIA, yaitu tidak adanya tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah bening aksila dan/atau diameter tumor 2 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening aksila dan/atau diameter tumor > 2 cm tetapi 5 cm dan belum menyebar ke titik-titik kelenjar getah bening aksila; 4. Stadium IIB, yaitu diameter tumor > 2 cm tetapi 5 cm yang telah menyebar ke kelenjar getah bening aksila dan/atau diameter tumor > 5 cm yang belum menyebar ke kelenjar getah bening aksila; 5. Stadium IIIA, yaitu stadium ini tidak adanya tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi tumor ditemukan di kelenjar getah bening melekat berasama atau pada struktur yang lain, atau kanker ditemukan pada kelenjar getah bening dekat tulang dada. Atau ditemukan ukuran tumor < 5 cm dan telah menyebar pada kelenjar getah bening aksila, tetapi belum menyebar ke jaringan sekitar. Atau ditemukan ukuran tumor > 5 cm dan telah menyebar pada kelenjar getah bening aksila, tetapi belum menyebar ke jaringan sekitar; 6. Stadium IIIB, yaitu stadium dengan tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan/ atau kulit payudara. Atau tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening aksila yang mengelompok bersama atau melekat pada struktur lain, atau kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening dekat tulang dada; 7. Stadium IIIC, yaitu tidak ditemukan adanya kanker di payudara namun tumor sudah ditemukan dengan berbagai ukuran dan sudah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara. Atau kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas maupun di bawah tulang selangka dan/atau sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila atau ke kelenjar getah bening dekat tulang dada; dan

10 16 8. Stadium IV, yaitu tumor berada pada semua ukuran, ada atau tidak sel kanker pada kelenjar getah bening, dan telah menyebar pada bagian tubuh lain (Ghofar, 2009). 2.2 Perilaku Kesehatan Menurut Sarwono (1997) perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Notoadmojo, 2003). Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Kholid (2012), faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan terdiri atas 3 faktor yaitu sebagai berikut : Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi disebut juga faktor internal, artinya faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang yang mempermudah terjadinya perilaku, terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan sebagainya. Berikut faktor yang berhubungan dengan perilaku pemeriksaan kesehatan atau pengobatan dilihat dari faktor predisposisi adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku. Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan sebagai berikut :

11 17 a. Pendidikan dasar, yaitu pendidikan awal selama 9 tahun meliputi SD/sederajat dan SLTP/sederajat. b. Pendidikan lanjut, yaitu pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan pendidikan tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pasien patah tulang yang terlambat melakukan pengobatan sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan rendah yaitu tidak tamat SMA (72,4%), tingkat pendidikan sedang bila tamat SMA (27,6%), dan tidak ada satu orang pun yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Sari, 2012). Penelitian yang dilakukan Martini (2012), menunjukkan terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan tindakan pemeriksaan pap smear yaitu tingkat pendidikan tinggi berpeluang 8,6 kali melakukan pemeriksaan pap smear dibandingkan tingkat pendidikan rendah. 2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang menderita penyakit tetapi terlambat ke sarana pelayanan kesehatan dapat disebabkan karena pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang dideritanya baik jenis penyakit, gejala, dan pencegahan. Berdasarkan hasil penelitian Wijayanti (2011), bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker payudara mempengaruhi keterlambatan penderita kanker payudara dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Penelitian lain membuktikan penderita kanker payudara yang berpengetahuan cukup tentang kanker payudara mempunyai peluang 4,7 kali untuk menghindari keterlambatan dibandingkan

12 18 berpengatahuan kurang dalam melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan (Setiawan, 2012). Penelitian Manalu (2011) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterlambatan diagnosis pada penderita kanker serviks, wanita yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang kanker serviks berisiko terlambat didiagnosis 4,8 kali dibandingkan wanita yang memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian Dewi, dkk (2008), menunjukkan bahwa penderita kanker serviks stadium lanjut yang terlambat memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan memiliki pengetahuan buruk tentang kanker serviks mencapai 68,1%. 3. Riwayat sakit pada keluarga Adanya salah satu/lebih anggota keluarga yang menderita kanker payudara akan memberi petunjuk bahwa kanker payudara dapat terjadi atau berisiko pada anggota keluarga baik saudara, anak, maupun cucu. Berdasarkan penelitian Abidin,dkk (2014) membuktikan bahwa wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara berisiko 4,5 kali menderita kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara. Penelitian Indrati (2005) juga membuktikan, wanita yang memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga berisiko 4 kali untuk menderita kanker payudara. Tingginya risiko riwayat kanker payudara pada keluarga dapat memberikan petunjuk kepada anggota keluarga untuk teratur melakukan deteksi dini ataupun memperhatikan setiap kelainan yang terjadi pada payudara.

13 Faktor pemungkin atau pendukung (enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pendukung ini lebih mengarah kepada keterjangkauan sarana kesehatan atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan yang terwujud dalam lingkungan fisik. Menurut Notoatmodjo (2007), kemudahan mencapai sarana pelayanan kesehatan didasarkan atas 3 hal sebagai berikut : 1) aksesibilitas fisik, terkait dengan ketersediaan pelayanan kesehatan atau jaraknya terhadap penggunaan pelayanan yang dapat dihitung dari waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan kondisi di pelayanan kesehatan; 2) aksesibilitas ekonomi, dilihat dari kemampuan finansial responden untuk mengakses pelayanan kesehatan; dan 3) aksesibilitas sosial, meliputi kondisi nonfisik yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan untuk ke pelayanan kesehatan. Tidak terjangkau pelayanan kesehatan baik dari aksesibilitas fisik, ekonomi, dan sosial dapat mempengaruhi keterlambatan seseorang yang menderita kanker payudara melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan Pratiwi (2010), bahwa penderita kanker payudara dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki risiko 3,7 kali untuk mengalami terlambat melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan dibandingkan tingkat sosial ekonomi tinggi. Penelitian lain membuktikan bahwa terdapat hubungan antara jarak fasilitas kesehatan dan tingkat ekonomi dengan keterlambatan diagnosis pada penderita kanker serviks. Penderita kanker serviks yang memiliki tingkat ekonomi rendah berpeluang mengalami keterlambatan diagnosis 5 kali dibandingkan penderita yang memiliki tingkat ekonomi cukup dan berpeluang mengalami keterlambatan 4 kali pada penderita yang jarak fasilitas kesehatan jauh (Manalu, 2011). Namun hasil penelitian Dewi, dkk

14 20 (2008) menunjukkan tidak ada hubungan tingkat sosial ekonomi dengan keterlambatan kanker serviks dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Hasil penelitian perilaku IVA oleh Yuliwati (2012), menunjukkan terdapat hubungan keterjangkauan jarak pelayanan kesehatan dengan perilaku IVA yaitu WUS yang memiliki jarak fasilitas kesehatan dekat rumah berpeluang 2 kali melakukan periksa IVA dibandingkan WUS yang jarak fasilitas kesehatan jauh, tetapi tidak ada hubungan antara keterjangkauan biaya dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA. Hasil penelitian kualititaif yang dilakukan oleh Tiolena (2009), menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang tidak memiliki jaminan kesehatan cenderung akan terlambat mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2012), yaitu tidak ada hubungan antara keterjangkauan sarana kesehatan dengan keterlambatan berobat pada pasien patah tulang Faktor penguat atau pendorong (reinforcing factors) Faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, dukungan keluarga, dukungan teman, dan tokoh masyarakat. Berikut faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dilihat dari faktor penguat atau pendorong adalah sebagai berikut : 1. Keterpaparan informasi/media massa Informasi dapat diterima seseorang melalui petugas kesehatan langsung dalam bentuk penyuluhan, pendidikan kesehatan, ceramah, maupun melalui media massa dalam bentuk siaran radio, televisi, leaflet, koran, majalah, dan sebagainya. Dalam hal ini keterlambatan seseorang dalam memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan baik untuk deteksi dini maupun timbulnya gejala sakit, dapat dipengaruhi oleh tidak pernah terpaparnya informasi/media massa tentang

15 21 penyakit tersebut. Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara keterpaparan informasi/media massa dengan perilaku deteksi dini, yaitu WUS yang terpapar informasi baik berpeluang 2 kali untuk melakukan periksa IVA dibandingkan WUS yang kurang terpapar informasi (Yuliwati, 2012). 2. Dukungan keluarga dan teman Dukungan keluarga dan/atau teman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mau melakukan deteksi dini maupun melakukan pemeriksaan diri lebih awal akibat gejala kelainan/sakit pada tubuh ke pelayanan kesehatan. Dukungan yang diterima dari keluarga atau orang terdekat dapat melalui sebagai berikut: 1) dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional sehingga merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia; 2) dukungan penilaian, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya diakui oleh lingkungan mampu berguna bagi orang lain dan dihargai usaha-usahanya; 3) dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitanya; dan 4) dukungan informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya biasanya diperoleh dari petugas kesehatan. Dukungan suami dan/atau keluarga serta teman dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pemeriksaan payudara lebih awal ke pelayanan kesehatan melalui empat dukungan baik dari segi emosional, penilaian, instrumental, dan informatif. Hasil penelitian perilaku SADARI oleh Septiani dan Suara (2013), menunjukkan terdapat hubungan dukungan orang tua baik dengan perilaku SADARI positif yaitu wanita yang mendapatkan dukungan orang tua

16 22 baik berpeluang 4,5 kali untuk melakukan SADARI positif dibandingkan wanita yang kurang mendapatkan dukungan orang tua. Hasil penelitian Yuliwati (2012) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan suami/keluarga dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker leher rahim yaitu WUS yang mendapatkan dukungan suami/keluarga baik berpeluang 5,7 kali untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim dibandingkan WUS yang kurang mendapatkan dukungan suami/keluarga. 2.3 Perilaku deteksi dini Deteksi dini adalah sebuah proses pengungkapan akan adanya kemungkinan mengidap suatu penyakit. Beberapa penyakit sangat perlu dilakukan deteksi dini yang bertujuan untuk menemukan tanda-tanda atau gejala penyakit seperti penyakit kanker payudara. Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS), dan pemeriksaan mammografi. Tidak rutin atau tidak pernah melakukan deteksi dini ini dapat berisiko terjadinya keterlambatan dalam mengetahui adanya kanker payudara, sehingga kanker ditemukan pada stadium lanjut. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki kategori cukup dalam melakukan deteksi dini kanker payudara (SADARI) mempunyai peluang 4,7 kali untuk menghindari keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan kanker payudara (Setiawan, 2012). Berdasarkan penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan SADARI, WUS yang tidak pernah melakukan SADARI (49,5%), kadang melakukan SADARI (33,3%), dan rutin melakukan SADARI (17,2%). WUS yang tidak pernah melakukan SADARI, memiliki pengetahuan kurang tentang SADARI mencapai 91% (Ekanita & Khosidah, 2013).

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ; 4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel 35 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KANKER PAYUDARA 1.1. Defenisi Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari

Lebih terperinci

KUESIONER. 1. Ayah : a. Tidak Pernah Sekolah d. Tamat SLTP/MTS. b. Tidak tamat SD/MI e. Tamat SMA/MA. c. Tamat SD/MI f.

KUESIONER. 1. Ayah : a. Tidak Pernah Sekolah d. Tamat SLTP/MTS. b. Tidak tamat SD/MI e. Tamat SMA/MA. c. Tamat SD/MI f. KUESIONER Nama Responden :. Umur Responden :. Pendidikan terakhir Orang Tua : 1. Ayah : a. Tidak Pernah Sekolah d. Tamat SLTP/MTS b. Tidak tamat SD/MI e. Tamat SMA/MA c. Tamat SD/MI f. Tamat D1/D2/D3/PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Paritas Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin viabel. Jika seorang wanita hamil kembar, kehamilannya tetap dihitung satu kali kehamilan.

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Perilaku merupakan respon dari makhluk hidup terhadap suatu rangsangan yang bisa diamati secara langsung atau tidak langsung, (Notoatmodjo, 2007).

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Kanker 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut (WHO 2005), penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskuler, setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian kanker Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan dan melakukan metastasis. Sel kanker bersifat ganas

Lebih terperinci

Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara

Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara Mencegah dan Mengobati Kanker Payudara www. Daftar Isi Pengertian Kanker Payudara... 3 Anatomi Payudara... 3 Gejala Kanker Payudara... 5 Stadium Kanker Payudara... 7 Diagnosis Kanker Payudara... 10 Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaanterjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI Mimatun Nasihah* dan Siti Rodliyatun** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari periode pubertas dimana hormone seksual mulai mempengaruhi tubuh. Dan di mulainya sesaat proses

Lebih terperinci

Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA

Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA Buku Payudara Mempelajari kebenaran tentang kanker payudara dapat menyelamatkan hidup Anda MITOS, KEBENARAN DAN FAKTA Dan Fakta Raising breast cancer awareness in Bali Meningkatkan kesadaran kanker payudara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor ganas payudara merupakan keganasan pada wanita yang menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi (Madjawati, 2008). Kanker payudara umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu kelompok penyakit yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di seluruh dunia dan menjadi

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Dukungan Sosial a. Definisi dukungan sosial Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang di dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian kanker payudara Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) adalah suatu tindakan wanita dalam mengenali keadaan payudaranya guna mengetahui ada atau tidaknya benjolan yang tidak

Lebih terperinci

Nama : Usia : Usia pada saat menikah : Jumlah anak : Pendidikan : Pekerjaan : Pengasilan per bulan : Alamat :

Nama : Usia : Usia pada saat menikah : Jumlah anak : Pendidikan : Pekerjaan : Pengasilan per bulan : Alamat : EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 Nama : Usia : Usia pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan dan Tindakan 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sutau objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang dengan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian, sebanyak 8,2 juta orang meninggal akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan,

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PRAKTIK SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN KEMIJEN SEMARANG TIMUR KOTA SEMARANG Sri Mularsih 1, Frida Cahyaningrum 2, Endang Sri Rubiyanti 3 Email : srimularsih88@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI MADRASAH ALIYAH PUTRI PUI TALAGA TAHUN 2014

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI MADRASAH ALIYAH PUTRI PUI TALAGA TAHUN 2014 STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI MADRASAH ALIYAH PUTRI PUI TALAGA TAHUN 2014 Oleh : Lina Siti Nuryawati, S.ST.,SKM ABSTRAK Pemeriksaan payudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka diharapkan masyarakat kelompok atau individu dapat memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka diharapkan masyarakat kelompok atau individu dapat memperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penyampaian Informasi 1. Pengertian Suatu kegiatan atau suatu usaha menyampaikan informasi kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya informasi tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL Subang Aini Nasution Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Korespondensi Penulis : subang_4ini@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA Nur Signa Aini Gumilas PENDAHULUAN Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebermaknaan Hidup. yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Bastaman (2007) mengemukakan bahwa kebermaknaan hidup adalah halhal yang dianggap sanggat penting dan berharga serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 ABSTRAK

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 Metalia Agnessia 1, Christin Angelina F 2, Dhiny Easter Yanti 2 ABSTRAK Data International Agency for Research on Cancer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah suatu penyakit di mana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari selsel jaringan payudara (Novianti dan Purnami,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2008). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.7 Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepercayaan 2.1.1 Definisi Kepercayaan Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (willingness) individu untuk mengantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Inna Antriana, S.SiT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah penunjang bagi terlaksananya program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia pada kaum hawa dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati peringkat kedua penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Penderita kanker payudara sudah tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Promosi kesehatan merupakan proses meningkatkan kesehatan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Promosi kesehatan merupakan proses meningkatkan kesehatan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan Promosi kesehatan merupakan proses meningkatkan kesehatan dan mensosialisasikan kepada masyarakat agar meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang dikategorikan sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker masih menjadi ancaman kesehatan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh dalam kelenjar payudara, saluran payudara, jaringan lemak maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh dalam kelenjar payudara, saluran payudara, jaringan lemak maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara disebut juga Carsinoma Mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara (Wiknjosastro, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mamae)adalah suatu penyakit neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidak menular dan kanker yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang sudah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga sel-sel didalam payudara terjadi pertumbuhan

Lebih terperinci

Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat

Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat 8 2.1 Definisi Kanker Payudara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara 2.1.1. Anatomi Payudara Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini banyak penyakit yang bermunculan dan di derita oleh manusia, seperti penyakit menular ataupun penyakit tidak menular.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Kanker Payudara a. Anatomi Payudara Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan. presentase kasus baru tertinggi sebesar 43,3%, dan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan. presentase kasus baru tertinggi sebesar 43,3%, dan penyebab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker payudara atau karsinoma mammae merupakan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobulus payudara. (1) Menurut data dari Global Burden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Medication Error 2.1.1 Definisi medication error Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedang milik wanita menjadi

BAB I PENDAHULUAN. payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedang milik wanita menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedang milik wanita menjadi berkembang dan penting.

Lebih terperinci

PENYULUHAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN WANITA DALAM USAHA MENCEGAH KANKER PAYUDARA DI KOTA PADANG

PENYULUHAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN WANITA DALAM USAHA MENCEGAH KANKER PAYUDARA DI KOTA PADANG PENYULUHAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN WANITA DALAM USAHA MENCEGAH KANKER PAYUDARA DI KOTA PADANG Oleh Hema Malini, M. Jamil Elsi dan Utami Mayor Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Abstrak

Lebih terperinci