ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA NYATA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFFING NEEDS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA NYATA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFFING NEEDS"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN KERJA NYATA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFFING NEEDS (WISN) DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TUGU IBU YUNITA PRASTYAWATI Sarjana Kesehatan Masyarakat Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis jumlah kebutuhan tenaga kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu yang akan disesuaikan dengan beban kerja yang ada. Metode Workload Indicator Staffing Needs (WISN) adalah metode untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja. Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif dan kualitatif yang pengumpulan datanya didapatkan dengan observasi menggunakan teknik work sampling untuk mendiskripsikan pola kegiatan/ beban kerja serta proporsi waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Sedangkan untuk perhitungan kebutuhan tenaga kerja menggunakan metode Workload Indicator Staffing Needs (WISN). Hasil dari penelitian didapatkan persentase penggunaan waktu produktif adalah 64,15%. Persentase penggunaan waktu produktif yang sangat tinggi adalah pada shift pagi dan siang yang persentasenya mencapai 84,42%, yang sudah melebihi dari batas standar optimal 80%. Berdasarkan perhitungan dengan metode WISN didapatkan jumlah kebutuhan tenaga 56 orang yaitu dengan rincian yang seharusnya petugas yang bertugas pada shift pagi 22 orang, shift siang 21 orang dan shift malam, 13 orang. Sedangkan tenaga yang ada saat ini adalah 19 orang, sehingga masih kekurangan tenaga sebanyak 37 orang. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk menambah atau melakukan mutasi tenaga dari bagian lain serta menyetarakan pembagian tugas untuk setiap shift. Kata kunci: WISN, Work Sampling, Tenaga 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan adalah rumah sakit. Rumah sakit memberikan pelayanan

2 kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU Nomor 44, 2009). Rumah sakit adalah organisasi yang sangat kompleks, merupakan institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan dengan karakteristik yang berbeda dengan organisasi pada umumnya. Rumah sakit adalah organisasi yang padat modal, padat karya, yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan penunjang medis merupakan aspek yang sangat penting didalam Rumah Sakit salah satunya adalah pelayanan Farmasi. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/XI/2004 tentang standar pelayanan rumah sakit, pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sitem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Adapun menurut Aditama, (2007) Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab akan semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit serta bertanggung jawab akan pengadaan dan penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit baik petugas maupun pasien. Farmasi adalah suatu profesi yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat. Farmasi juga meliputi profesi yang sah dan fungsi ekonomi dari distribusi produk yang berkhasiat obat yang baik dan aman. Pelayanan farmasi harus ada di dalam rumah sakit guna berjalanannya pelayanan pengobatan. Farmasi merupakan salah satu unit yang sangat vital, karena setiap orang yang datang ke rumah sakit akan mendapatkan resep dari dokter dan pengambilan ada di farmasi. Artinya farmasi merupakan unit pelayanan yang langsung melayani kebutuhan obat pasien. Pelayanan farmasi tentu akan berjalan lebih baik jika didukung dengan SDM yang berkualitas dan potensial. Seperti kita ketahui bahwa sekarang ini sudah memasuki era globalisasi. Yang artinya akan terjadi daya saing yang sangat tinggi bagi produk barang maupun jasa di pasar global. Masyarakat akan semakin menuntut pelayanan yang cepat, akurat, terjangkau secara ekonomi. Dengan adanya globalisasi, tentunya rumah sakit harus mampu menjawab tantangan dan dampak yang ada. Dampak bagi rumah sakit dapat berupa ancaman ataupun peluang. Yang menjadi ancaman bagi rumah sakit adalah telah hadirnya tenaga ahli/tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia dalam jangka waktu tertentu. Tentunya hal ini juga akan berakibat buruk bagi sumber daya manusia yang ada di Indonesia itu sendiri. Selain ancaman, globalisasi juga mempunyai peluang yang cukup baik bagi Rumah Sakit jika manajemen mampu untuk membaca situasi dan perubahan yang ada. Serta memanfaatkan perubahan yang ada untuk meningkatkan mutu penjualan pelayanan jasa kesehatannya. Ada beberapa aspek yang perlu diperhaikan dalam meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit saat ini, salah satunya adalah aspek sumber daya manusia. Sumber daya manusia termasuk unsur yang paling penting bagi suatu organisasi. Pertama, karena sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektivitas organisasi, merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengalokasikan sumber daya financial dan menentukan seluruh tujuan dan strategi

3 organisasi. Kedua sumber daya manusia merupakan pengeluaran utama organisasi dalam menjalankan bisnis (Rachmawati, 2007). Maka dari itu rumah sakit perlu untuk merencankan sumber daya manusia yang profesional dibidangnya masing masing guna menjalankan semua pelayanan salah satunya di bidang Farmasi. Salah satu hambatan bagi terwujudnya profesionalisme sumber daya manusia dalam organisasi adalah ketidaksesuaian antara kapasitas staf dengan pekerjaannya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh komposisi keahlian atau keterampilan staf yang belum proporsional, ataupun karena pendistribusian staf masih belum mengacu pada kebutuhan nyata atau beban kerja di lapangan. Beban kerja yang tinggi tentunya dapat menimbulkan hal negatif yang tidak diinginkan. Menurut Drugweek dalam Syukraa, (2012) beban kerja tinggi untuk apoteker meningkatkan potensi kesalahan pengobatan, misalnya risiko meracik obat yang menimbulkan interaksi obat yang bisa merugikan pasien. Selain itu akibat beban kerja tinggi apoteker tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan penjelasan tentang instruksi medis kepada pasien. Fenomena yang ada di dalam suatu Institusi bukan hanya kurangnya tenaga kerja namun bisa juga terjadi penumpukan staf disatu unit tanpa pekerjaan yang jelas. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Syukraa (2011) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika Cilegon bahwa tenaga yang ada sekarang adalah 24 orang dan kebutuhan menurut perhitungan dengan WISN adalah 34 orang, sehingga terjadi kekurangan tenaga sebanyak 10 orang sedangkan dalam penelitian Wiku (2006) mendapatkan hasil kebutuhan tenaga pekarya di Unit layanan Gizi Pelayanan kesehatan RS Sint Carolus dengan metode WISN adalah 7 orang sedangkan tenaga yang ada sekarang 13 orang. Salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan ini adalah dengan menghitung jumlah optimal kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja nyata (BKN, 2004). Selama ini dikenal ada beberapa metode untuk menghitung kebutuhan SDM di rumah sakit. Pada tahun 1998, Shipp yang didukung World Health Organization (WHO) memperkenalkan metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan sumber daya manusia di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit yaitu metode Workload Indicator Staffing Need (WISN). Metode perhitungan tersebut saat ini telah diadaptasi dan digunakan oleh Departemen Kesehatan RI dalam menghitung jumlah kebutuhan masing - masing kategori tenaga kesehatan serta disahkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.81/Menkes/SK/2004. Rumah sakit Tugu Ibu adalah rumah sakit swasta yang berada di Jl. Raya Bogor Km.29 yang merupakan rumah sakit tipe C, yang memiliki beberapa fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah tempat tidur 155 buah. Rumah sakit Tugu Ibu memiliki visi memberikan pelayanan Prima kepada pelanggan rumah sakit Tugu Ibu. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang professional dan sesuai antara beban kerja dan jumlah pegawai. Salah satu unit pelayanan yang ada di Rumah Sakit tugu Ibu adalah Instalasi Farmasi, dimana unit ini sebagai penyedia dan pelayanan obat dan resep untuk rawat jalan, rawat inap dan Instalasi Gawat Darurat yang dikelola secara sentral. Instalasi Farmasi Tugu Ibu melayani selama 24 jam perhari selama tujuh hari kerja per minggu. Setiap tahunnya resep yang harus dikerjakan oleh petugas Instalasi Farmasi mengalami kenaikan dan penurunan.

4 Dengan adanya kenaikan dan penurunan pelayanan resep yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu tentunya akan berpengaruh terhadap beban kerja petugas. Melihat perkembangan jumlah pelayanan resep yang mengalami peningkatan tersebut namun tidak ada penambahan sumber daya manusia maka beban kerja petugas Instalasi Farmasi otomatis akan bertambah. Dimana ketidakseimbangan antara beban kerja dengan jumlah tenaga di Instalasi Farmasi dapat berdampak pada pelayanan, kepuasan pasien bahkan mutu rumah sakit. Terbukti dari ketidakpuasan pasien yang ada dalam penelitian Wijaya (2012) pada bulan Januari 2009 hingga Maret 2012 di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu masih terdapat beberapa komplain dari pasien yang didapatkan dari kotak saran dibagian humas paling banyak adalah waktu tunggu obat yang lama dan dari wawancara yang dilakukan dengan kepala Instalasi Farmasi bahwa masih sering terjadi komplain dari pasien secara lisan langsung langsung dari pasien kepada petugas Instalasi farmasi. Dari hasil penelitian Widiasari (2009)yang telah melakukan penelitian analisis shift petugas dengan waktu pelayanan resep mengatakan bahwa waktu pelayanan resep pada shift sore lebih lama dibandingkan dari shift pagi karena pada shift sore lebih banyak dokter yang meresepkan obat racikan dan jadwal dokter yang praktek lebih banyak daripada shift yang tentunya berpengaruh terhadap beban kerja petugas. Sehingga dari hasil penelitian tersebut Widiasari menyarankan untuk melakukan analisis beban kerja petugas farmasi. Sedangkan dari penelitian Wijaya (2012) yang menganalisis pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) bidang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu menyarankan untuk mempertimbangkan penambahan tenaga asisten apoteker terutama untuk mengerjakan resep racikan. Kondisi tersebut dapat dijadikan dasar untuk menghitung beban kerja petugas menggunakan teknik work sampling dan menganalisis jumlah optimal kebutuhan tenaga di Instalasi Farmasi dengan menggunakan metode Work Load Indicator of Staffing Needs. 1.2 Tujuan Penelitian Menganalisis jumlah optimal tenaga berdasarkan beban kerja nyata dengan metode Workload Indicator Staffing Need (WISN) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu tahun Metode Penelitian 2.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif dengan observasi menggunakan teknik work sampling dan purposive sampling sebagai pengambilan sampel untuk menentukan data penyelesaian kegiatan. Sedangkan pengumpulan data kualitatif dengan cara wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan, dan telaah dokumen di Instalasi Farmasi, Sub bagian rekam Medis dan SDM Rumah Sakit Tugu Ibu. Untuk perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja digunakan Workload Indicator Staffing Need (WISN). 2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu yang beralamat di Jl. Raya Bogor km. 29. Penelitian ini di lakukan pada tanggal Oktober 2012.

5 2.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Instalasi Farmasi yang melayani resep langsung kepada pasien pada shift pagi, siang, dan malam yang akan diamati setiap 5 menit pada saat penelitian berlangsung. Berikut pegawai yang akan menjadi responden dan informan: 1. Responden yang dilakukan work sampling berjumlah 19 orang dengan perincian : a. 13 orang Asisten Apoteker b. 4 orang Juru Resep c. 2 orang Pelaksana Apoteker 2. Responden yang dilakukan Purposive Sampling adalah petugas Instalasi yang sedang bertugas pada saat dilakukan penelitian, pada shift pagi, siang dan malam. dengan perincian: a. Shift pagi 2 orang Asisten Apoteker 1 orang Juru Resep 1 orang Pelaksana Administrasi b. Shift siang 3 orang Asisten Apoteker 1 orang Juru resep c. Shift malam 1 orang Asisten Apoteker 1 orang Juru Resep 3. Informan yang akan dilakukan wawancara mendalam berjumlah 4 orang yaitu: a. Kepala Instalasi Farmasi b. 2 orang Asiten Apoteker c. 1 orang Pelaksana Administrasi Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan prinsip prinsip pada penelitian kualitatif, antara lain: 1. kesesuaian (appropriateness) berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan berdasarkan kesesuaian dengan topik penelitian ini. 2. Kecukupan (adequacy) informan mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang cukup mengenai topik penelitian ini Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh petugas Farmasi RS Tugu Ibu yang melayani resep langsung kepada pasien selama 24 jam waktu kerja atau dalam 3 shift (pagi, siang dan malam). diharapkan dengan mengamati seluruh kegiatan yang dilakukan akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan. Berikut adalah responden dan informan dalam penelitian ini: 2.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2012). Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dengan beberapa cara yaitu: cara observasi dengan teknik work sampling sebagai pengambilan data keantitatif, wawancara mendalam dan telaah dokumentasi sebagai pengambilan data kualitatif Pengumpulan Data Kuantitatif 1. Work Sampling Dalam pelaksanaan observasi dalam penelitian ini menggunakan metode work sampling. Alat yang digunakan adalah berupa formulir work sampling yaitu

6 formulir pencatatan beban kerja nyata pegawai Instalasi Farmasi selama jam kerja. Peneliti melakukan observasi lalu mencatat setiap aktivitas yang dilakukan ke dalam formulir tersebut yang berisi waktu pengamatan, aktivitas pegawai dikategorikan menjadi kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi. Pengamatan menggunakan metode work sampling dilakukan kepada 3 shift (pagi, siang dan malam) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu dimana waktu kerja shift pagi pada pukul WIB, untuk shift siang pada pukul WIB dan shift malam adalah pukul WIB. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan yang dilakukan oleh petugas di Instalasi Farmasi selama jam kerja berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan sample random dimana akan diberikan kode pada masing masing petugas yang akan diteliti misalkan kodenya A, B, C, dan seterusnya. Pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan mengamati petugas secara bergilliran, setiap 5 menit. Misalkan 5 menit pertama peneliti mengamati petugas dengan kode A, kemudian 5 menit kedua peneliti mengamati petugas dengan kode B, demikian seterusnya sampai waktu pengamatan berakhir. Kegiatan yang akan diobservasi sudah tertera pada panduan formulir yang setiap kegiatannya telah dimasukkan kedalam kategori kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan tidak produktif dan kegiatan pribadi. Lalu peneliti mencocokkan kegiatan yang sedang dikerjakan oleh petugas dengan Pedoman Kegiatan lalu memasukkan kedalam kolom formulir dengan menulis kode petugas sesuai dengan urutan pencatatan dengan kegiatan yang telah di kelompokkan kedalam beberapa kategori pada panduan formulir kegiatan. 2. Purposive Sampling Purposive sampling merupakan teknik pengambilan data dengan sampel ditentukan oleh orang yang akan diteliti (seorang ahli dibidang yang akan diteliti). Dengan smikian sampel tersebut mungkin representative untuk populasi yang sedang diteliti. Teknik purposive sampling dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satuan kegiatan pokok atau produktif. Sampel yang akan diambil dari pengamatan pelaksanaan kegiatan pokok tenaga di Instalasi Farmasi dengan menghitung waktu penyelesaian setiap kegiatannya. Kegiatan yang diamati dengan purposive sampling adalah semua kegiatan pokok (kegiatan produktif langsung dan kegiatan produktif tidak langsung) yang sedang dilakukan oleh petugas dengan menghitung waktu penyelesaiannya dalam satu kegiatan sebagai contoh, Asisten Apoteker memerlukan berapa lama waktu untuk mengambil obat paten, mengetiket, berapa lama waktu yang dibutuhkan juru resep untuk meracik obat, berapa lama yang dibutuhkan pelaksana administrasi untuk menerima resep, dll Pengumpulan Data Kualitatif 1. Wawancara mendalam Wawancara dilakukan kepada beberapa informan yang telah dipilih dengan

7 menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam. 2. Telaah Dokumen Telaah dokumen didapatkan dari data yang ada di rumah sakit yaitu dari data Instalasi Farmsasi, Sub bagian Rekam Medis dan SDM di Rumah Sakit Tugu Ibu. 2.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Formulir work sampling Untuk melakukan pencatatan ketika observasi berlangsung guna mengetahui kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi yang dilakukan oleh petugas di Instalasi Farmasi dalam 3 shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam. 2. Pedoman kegiatan yang akan diteliti. 3. Pedoman wawancara 4. Alat tulis dan catatan yang digunakan untuk menulis data yang diperlukan oleh peneliti. 5. Handphone untuk merekam hasil wawancara dan sebagai Stop watch 6. Jam digital untuk membatasi waktu setiap 5 menit. 2.6 Validitas Data Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian ini, maka penulis akan melakukan triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi sumber Untuk menjaga validitas data peneliti melakukan triangulasi terhadap sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan mewawancarai kepala Instalasi Farmasi sehingga data dan fakta dari satu informan dapat dibandingkan dengan informan lain terkait topik penelitian. 2. Triangulasi metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan data yang didapat dari hasil observasi dengan teknik work sampling dengan data yang didapat dari wawancara. 2.7 Analisis dan Pengolahan Data Setelah semua data sudah dikumpulkan maka dilakukan analisis dan pengolahan data sebagai hasil dari penelitian ini kemudian dilakukan tahapan tahapan sebagai berikut: a. mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh dari hasil observasi dilapangan setiap kali penelitian selesai dilakukan. b. Memeriksa adanya kesalahan, kekuranglengkapan pada formulir work sampling pada saat observasi. c. Mengelompokkan seluruh kegiatan kedalam kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegitan non produktif dan kegiatan pribadi. Jumlah setiap kegiatan diatas dikalikan 5 untuk mendapatkan hasil dengan satuan menit, karena dilakukan pengamatan setiap 5 menit. d. Memasukkan ke dalam aplikasi di komputer, menjumlahkan sehingga didapatkan jumlah waktu setiap kegiatan yang rata rata per kegiatan dibuat dalam bentuk persentase. e. Menyajikan data tersebut dalam bentuk tabular dengan memilah berdasarkan jenis kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, kegiatan pribadi beserta jumlah waktu per menit dan persentasenya. f. Setelah didapatkan hasil dan persentase per kegiatan selanjutnya

8 dilakukan perhitungan proporsi kegiatan produktif perhari per unit kerja. g. Setelah didapatkan hasil kegiatan permenit dari formulir work sampling lalu di hitung dengan menggunakan rumus dalam metode WISN. Dengan menentukan waktu kerja, standar beban kerja dan standar kelonggaran. h. Mendengarkan hasil wawancara, merangkum, lalu dibuat matriks yang akan di tuangkan ke dalam bentuk narasi. sebesar 38 dan shift malam 340 menit. sedangkan untuk shift malam penggunaan waktu nya sebesar 178 menit yang terdiri dari shift pagi 55 menit, shift siang 474 menit dan shift malam 762 menit. Berikut Distribusi waktu yang digunakan untuk waktu aktivitas petugas Instalasi Farmasi shift pagi, siang dam malam: Diagram. 6.1 Distribusi waktu Petugas Instalasi Farmasi Menelaah data data yang dibutuhkan dalam penelitian dari dokumen dokumen yang ada. 3. Hasil Penelitian 3.1 Penggunaan Waktu Kerja Tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Penggunaan waktu petugas farmasi yang dirangkum dan sajikan dengan bentuk tabular dengan masing masing kegiatan yang telah di kelompokkan ke dalam kegiatan produktif langsung dan tidak langsung, kegiatan non produktif dan kegiatan pribadi selama observasi dengan teknik work sampling. Penggunaan keseluruhan waktu kerja untuk kegiatan produktif langsung petugas Instalasi Farmasi adalah 883 menit yang terdiri dari shift pagi sebesar 270 menit, shift siang 324 menit dan shift malam sebesar 289 menit. kegiatan produktif tidak langsung sebesar 257 menit yang terdiri dari shift pagi sebesar 135 menit, shift siang 48 menit dan shift malam 74 menit. kegiatan non produktif sebesar 428 menit yang terdiri dari shift pagi sebesar 50 menit, shift siang Dapat dilihat dari diagram 6.1 diatas bahwa distribusi waktu aktivitas petugas Instalasi Farmasi yang telah dibedakan menjadi kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif dan kegiatan pribadi sangat terlihat jelas tingginya waktu untuk melakukan kegiatan produktif langsung pada shift siang adalah 68,35% dan disusul oleh shift pagi sebesar 52,94%. Kegiatan produktif tidak langsung yang menunjukkan angka paling tinggi adalah pada waktu shift pagi sebesar 29,41%. Dan

9 waktu paling rendah adalah pada shift siang yaitu sebesar 10,30% yang tidak berbeda jauh dengan shift malam yang sebesar 10,76%. Sedangkan untuk kegitan non produktif waktu yang paling tinggi ada pada waktu shift malam sebesar 43,57% dan petugas menggunakan waktu paling banyak adalah pada shift siang yaitu sebesar 13,50%. 3.2 Penggunaan Waktu Produktif Langsung Petugas Instalasi Farmasi paling tinggi dalam melakukan kegiatan produktif langsung adalah pada shift siang. Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas kegiatan langsung perkegiatan yang dilakukan petugas Instalasi Farmasi dalam melayani resep kepada pasien selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam. Diagram. 6.3 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Langsung perkegiatan Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas produktif langsung langsung petugas Instalasi Farmasi selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam yang didapatkan dari hasil observasi menggunakan teknik work sapling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Diagram. 6.2 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Produktif Langsung Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Diagram 6.2 diatas menunjukkan persentase waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas produktif langsung pada saat shift pagi 52,94%, pada shift siang 68,35% yaitu dan shift malam sebesar 37,93%. Dapat diketahui bahwa persentase waktu yang Berdasarkan Diagram 6.3 di atas dapat diketahui besaran persentase per kegiatan produktif langsung yang dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi antara lain penerimaan resep pada shift pagi 8,04% lebih tinggi dari pada shift siang 7,6% dan shift malam 6.96%, akan tetapi perbedaanya tidak signifikan.

10 Pada kegiatan pelayanan resep obat paten atau obat non racikan besaran persentase paling tinggi adalah pada shift pagi 14,51% dan terendah pada shift malam 8.92%. Sedangkan untuk pelayanan obat racikan persentase waktu paling tinggi pada shift siang 17,93%, disusul shift siang 5,88% dan terendah pada shift malam 2,1%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk pelayanan resep obat paten lebih tinggi pada shift pagi dari pada shift siang dan malam sedangkan untuk pelayanan resep obat racikan paling tinggi pada shift siang daripada shift pagi dan malam. kalo pagi lebih banyak obat patennya ya.. dari pada siang itu obat racikannya kadang numpuk pas jam jam abis magrib (Informan 2) jam 7 sampe jam 9 malem kalo lagi rame ya mpe jam 10 malem.. kan dokter edi ya.. itu pasiennya banyak kalo sore kan pasien paru, kulit numpuk sedangkan obatnya kan racikan semua.. (Informan 3) Pada kegiatan etiket obat besaran persentase kegiatan paling tinggi adalah pada shift siang 17,51% disusul pada shift pagi 11,76% dan malam 9.32%. pada kegiatan copy resep presntase kegiatan yang paling tinggi shift siang 5,06% disusul pada shift pagi 3,37% dan shift malam 2,89%. Persentase tertinggi kegiatan penyerahan obat juga pada shift siang sebesar 7,17%, shift pagi 6,47% dan shift malam 5,91%. Pada kegiatan pelayanan pembelian bebas obat sangat kecil persentasenya shift pagi 0,2% shift siang 0,63% dan shift malam 0,39%. Dari Diagram. diatas dapat diketahui persentase shift siang lebih banyak persentase yang paling tinggi disbandingkan dengan shift pagi dan malam seperti kegiatan pelayanan obat racikan, etiket obat, copy resep, penyerahan, pembelian bebas dan input pasien rawat inap. Pada shift pagi kegiatan yang presentasenya lebih tinggi disbanding shift siang dan malam adalah pada kegiatan penerimaan resep dan pelayanan resep obat paten. 3.3 Penggunaan Waktu Produktif Tidak Langsung Petugas Instalasi Farmasi Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas produktif tidak langsung petugas Instalasi Farmasi selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam yang didapatkan dari hasil observasi menggunakan teknik work sapling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Diagram. 6.4 Prosentase penggunaan waktu Aktivitas Produktif Tidak Langsung Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Diagram 6.4 diatas menunjukan persentase waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas produktif tidak langsung pada saat shift pagi 52,94%, pada shift siang 68,35% dan shift malam sebesar 37,93%. Dapat diketahui bahwa persentase waktu yang paling tinggi dalam melakukan kegiatna produktif tidak langsung adalah pada shift pagi. Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas kegiatan langsung perkegiatan yang

11 dilakukan petugas Instalasi Farmasi dalam melayani resep kepada pasien selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam. Diagram. 6.5 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Produktif Tak Langsung Perkegiatan Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu kegiatan menghitung dan permintaan stok obat dilakukan petugas yang sedang bertugas pada shift pagi dan siang, yaitu persentase untuk shift pagi adalah 5,49% dan untuk shift siang 1,05%. Pada kegiatan membuat laporan harian, menghitung pendapatan resep jaminan, dan input haga pasien shift malam hanya dilakukan oleh petugas shift pagi. Karena kegiatan kegiatan tersebut dilakukan pada saat pagi hari sebelum pasien datang agar tidak mengganggu pelayanan resep saat jam pelayanan poliklinik sudah buka. Biasanya itu dikerjakan pada saat pasiennya belum datang.. paling pasiennya dari igd atau rawat inap. Itu nggak.. nggak.. begitu sibuk.. jadi istilahnya mereka bisa nyambi bikin laporan. Jadi kalo pagi mereka bisa sambil melayani resep, karena mereka kan punya tugas masing masing ya selain melayani resep.. tapi kalo udah jam setengah 10 jam 10 anak anak udah melayani resep pasien ya (Informan 1) Berdasarkan Diagram 6.5 diatas dapat diketahui besaran persentase per kegiatan produktif tidak langsung yang dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi antara lain merapikan ruang/alat/dokumen pada shift pagi adalah 5,29% shift siang 2,32% dan shift malam 3,41%. Persentase tertinggi dalam kegiatan adalah shift pagi. Kegiatan menerima telpon dari poli/dokter/pasien pada shift pagi adalah 2,75%, shift siang 2,53% dan shift malam 3,28%. Untuk Konfirmasi resep dilakukan oleh petugas shift pagi dan shift siang, pada shift malam peneliti tidak melihat petugas melakuka kegiatan tersebut. Persentase waktu yang digunakan untuk shift pagi 1,96% dan shift siang 0,84%. Persentase kegiatan merapikan dan dokumentasi lembar resep pada shift pagi sebesar 1,96% shift siang 0,63 dan shift malam 0,66%. Sedangkan kegiatan untuk menata atau cek stok obat pada shift pagi 2,75% shift siang 2,74% dan shift malam 3,41%. Dari diagram 6.5 dapat disimpulkan bahwa persentase waktu terbesar untuk melakukan kegiatan produktif tidak langsung adalah pada shift pagi. Dari pada shift siang dan malam seperti merapikan ruang/alat/dokumen, menghitung/cek stok obat. Selain itu petugas shift pagi juga

12 mempunyai tugas yang harus diselesaikan sebelum pasien datang. dalam melayani resep kepada pasien selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam. 3.4 Penggunaan Waktu Non Produktif Petugas Instalasi Farmasi Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas non produktif petugas Instalasi Farmasi selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam yang didapatkan dari hasil observasi menggunakan teknik work sapling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Diagram. 6.7 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Non Produktif Perkegiatan Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Diagram. 6.6 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Non Produktif Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Diagram 6.6 diatas menunjukan persentase waktu untuk melakukan aktivitas non produktif pada saat shift pagi 2,35%, pada shift siang 0,84% dan shift malam sebesar 3,94%. Dapat diketahui bahwa persentase waktu yang paling tinggi dalam melakukan kegiatan non produktif adalah pada shift malam. Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas kegiatan non produtif perkegiatan yang dilakukan petugas Instalasi Farmasi Berdasarkan Diagram 6.7 di atas dapat diketahui besaran persentase per kegiatan non produktif yang dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi antara lain mengobrol pada shift pagi 4,9% shift siang 5,06% shift 7,09%. Presentase main hp/tlp/sms shift pagi 2,55% shift siang 2,11% shift malam 2,75%. Pada kegiatan tidur hanya dilakukan pada

13 saat shift malam yaitu sebesar 29,79%. Sedangkan kegiatan tidak produktif lainnya sift pagi 2,35% shift siang 0,84% dan shift malam 3,94%. Diagram 6.6 diatas menunjukan persentase waktu terbesar melakukan aktivitas non produktif adalah pada shift malam. Karena pada shift malam waktu kerjanya lebih panjang dan resep rawat jalan sudah tidak ada, sehingga petugas lebih banyak melakukan kegiatan non produktif seperti tidur. 3.4 Penggunaan Waktu Pribadi petugas Instalasi Farmasi melakukan kegiatan pribadi adalah pada shift siang. Berikut presentase penggunaan waktu aktivitas kegiatan non produtif perkegiatan yang dilakukan petugas Instalasi Farmasi dalam melayani resep kepada pasien selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam. Diagram. 6.9 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Pribadi Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Berikut persentase penggunaan waktu untuk aktivitas pribadi petugas Instalasi Farmasi selama 6 hari kerja pada shift pagi, siang dan malam yang didapatkan dari hasil observasi menggunakan teknik work sampling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Diagram. 6.8 Persentase penggunaan waktu Aktivitas Pribadi Pada Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu ibu Diagram 6.8 diatas menunjukan persentase waktu untuk melakukan aktivitas pribadi petugas pada saat shift pagi 7,84%%, pada shift siang 13,50%% dan shift malam sebesar 7,74%. Dapat diketahui bahwa persentase waktu yang paling tinggi dalam Berdasarkan Diagram 6.9 di atas dapat diketahui besaran persentase per kegiatan non produktif yang dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi antara lain sholat pada shift pagi 2,94%, shift siang 4,85% dan shift malam 1,71%. Pada persentase toilet shift pagi sebesar 1,96% shift siang 2,53% dan shift malam 3,01%. Sedangkan persentase

14 makan pada shift pagi sebesar 2,94%, shift siang 6,12% dan shift malam sebesar 3,01%. Diagram 6.8 diatas menunjukkan persentase waktu penggunaan kegiatan pribadi terbesar adalah pada shift siang untuk sholat dan makan sedangkan untuk ke toilet presentase terbesar pada shift malam. 3.5 Perhitungan Kebutuhan Tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Waktu Kerja Tersedia Waktu kerja tersedia adalah waktu yang tersedia untuk masing masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu tahun. Data yang dibutuhkan untk menentukan waktu kerja tersedia adalah: 1. Hari kerja sesuai, dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Tugu Ibu yaitu enam hari dalam satu minggu selama satu tahun yaitu 6 x 52 minggu. (A) 2. Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan SDM Rumah Sakit Tugu Ibu, bahwa setiap karyawan mendapatkan hak cuti tahunan selama 12 hari kerja setiap tahun. (B) 3. Hari Libur Nasional, Berdasarkan Keputusan Bersama Mentri Terkait tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2011 ditetapkan 14 hari. (C) 4. Ketidakhadiran kerja sesuai rata rata ketidakhadiran kerja adalah empat (4) hari pertahun. (D) 5. Waktu kerja dalam satu hari adalah 7 jam kerja. (E) Berdasarkan data diatas yang didapat dari SDM Rumah Sakit Tugu Ibu selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut: Waktu Kerja Tersedia: [A (B+C+D)] X E Keterangan: A. Hari Kerja B. Cuti Tahunan C. Hari Libur D. Ketidak hadiran Kerja E. Waktu Kerja Tabel 6.4 Waktu Kerja Tersedia Tenaga Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Kode Faktor Jumlah Keterangan A Hari Kerja (6 x 52 minggu) 288 Hari/Tahun B Cuti Tahunan 12 Hari/Tahun C Hari Libur D Nasional Ketidakhadiran Kerja 14 Hari /Tahun 4 Hari/Tahun E Waktu Kerja 7 Jam/Hari Hari Kerja Tersedia 282 Hari/Tahun Waktu Kerja Tersedia 1806 Jam/Tahun Total Menit Menit/Tahun Total Detik Detik/Tahun Waktu kerja yang tersedia untuk tenaga Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu dalam satu tahun adalah 288 hari/tahun atau 1806 jam/tahun atau menit/tahun atau detik/tahun. Dengan kebijakan dari Rumah Sakit petugas bekerja dalam 3 shift, selama 6 hari dalam seminggu. Setiap petugas akan mendapatkan jadwal tugas shift malam sebanyak 4 kali dalam sebulan,

15 dengan ketentuan setelah petugas 2 kali bertugas pada shift malam maka akan mendapatkan 1 hari libur. di dalam tujuh hari kerja itu mereka dapat satu kali libur. Kemudian setiap mereka dapet malam, malem - malem dua mereka dapat libur satu. Jadi bisa anak-anak itu minggunya ada empat, kemudian malemnya dia dapet 4 malem, jadi tambah libur malem 2, bisa bisa mereka dapet libur enam.. (Informan 1) Unit Kerja dan Kategori SDM Dalam penelitian ini unit kerja yang diamati dan di ukur beban kerja serta kebutuhan tenaganya adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Dengan klasifikasi SDM yang langsung melayani resep untuk pasien yaitu Asisten Apoteker, Juru Resep, dan Pelaksana Administrasi Menentukan Standar Beban Kerja Standar Beban Kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama satu tahun per tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu. Adapun rumus dalam menghitung beban kerja adalah sebagai berikut: Standar Beban Kerja : Waktu Kerja tersedia Pokok Rata rata Penyelesaian Per Satuan Kegiatan Untuk menghitung Standar Beban Kerja diperlukan adalah data kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing masing kategori SDM dengan rata rata penyelesaian per satuan kegiatannya. Yang dimaksud dengan rata rata penyelesaian persatuan kegiatan pokok adalah rata rata waktu produktif yang digunakan oleh tenaga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu untuk menyelesaikan setiap kegiatan pokonya. Setelah didapatkan hasil rata rata penyelesaian per satuan kegiatan pokok selanjutnya rata rata tersebut digunakan untuk membagi jumlah waktu kerja tersedia. Berikut merupakan kegiatan kegiatan No. Kegiatan Pokok Rata rata 1. Penerimaan&pengharga an waktu/kegiatan (detik) pokok setiap tenaga di Instalasi farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu beserta standar beban kerja untuk setiap kegiatan pokok: Tabel 6.5 Standar Beban Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Waktu Tersedi a (detik) 89, Pengambilan obat paten Pembuatan obat racikan Etiket Copy resep Penyerahan obat Pembelian obat lepas Input resep pasien rawat inap Standar Beban Kerja

16 Dari tabel 6.5 diatas diketahui hasil standar beban kerja petugas yang didapatkan dengan cara membagi jumlah waktu kerja tersedia untuk petugas Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu dengan rata rata waktu penyelesaian per kegiatan yang diamati. Rata rata penyelesaian per satuan kegiatan didapatkan dari sampel beberapa kegiatan, yang dihitung waktunya dalam menyelesaikan satu kegiatan dalam satuan detik Standar Kelonggaran Tenaga Faktor kelonggaran adalah kegiatan kegiatan pokok/penting yang dikerjakan oleh semua tenaga Instalasi Farmasi rumah sakit tugu ibu yang sedang diukur namun tidak terkait dengan pelayanan resep kepada pasien secara langsung namun catatan statistik kegiatan tahunnya tidak tersedia. Penyusunan standar kelonggaran ini diperoleh dari data pengamatan pelayanan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan resep kepada pasien seperti menghitung stok obat, permintaan stok obat, laporan harian dll. Data yang dibutuhkan dalam menyusun faktor kelonggaran antara lain waktu penyelesaian persatuan kegiatan kelonggara, frekuensi kegiatan selama pengamatan, waktu kerja tersedia. Berikut merupakan kegiatan kegiatan kelonggaran tenaga petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Tabel 6.6 Standar Kelonggaran Petugas Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Kegiatan Penunjang Merapikan ruang, alat, dokumen Terima tlp dari poli/dokter/pasien Waktu (detik) Rata rata waktu pertahun A B (Ax282 hari) Waktu kerja tersedia C Standar Kelonggaran B:C , ,0260 Hitung&permintaan stok ,1171 Laporan harian ,1301 Hitung pendapatan resep jaminan Input harga pasien shift malam Konfirmasi jaminan resep Merapikan&dokumentasi resep Menata/merapikan obat stok Rapat bulanan , , , , , ,0018 (360x12bulan) Jumlah 0,4835 Dari tabel 6.6 diatas diketahui standar kelonggaran yang didapatkan dari rata rata waktu penyelesaian perkegiatan dalam satu tahun (B) dibagi dengan jumlah waktu kerja

17 dalam satu tahun (C) dalam satuan detik. Jumlah rata rata penyelesaian per stuan kegiatan (B) dalam satu tahun didapatkan dari waktu penyelesaian perkegiatan (A) di kalikan dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun yaitu 282hari Kuantitas Kegiatan Pokok Dalam menghitung jumlah optimal untuk tenaga di Instalasi Farmasi data yang dibutuhkan salah satunya adalah Kuantitas Kegiatan Pokok selama satu tahun. Sedangkan data yang telah didapatkan dari langkah langkah sebelumnya adalah menetukan Waktu Kerja Tersedia, Standar Beban Kerja dan Standar Waktu Kelonggaran. Kuantitas Kegiatan Pokok ini didapatkan dari studi dokumentasi di bagian Rekam Medis Rumah Sakit Tugu Ibu, studi dokumentasi di Instalasi Farmasi dan wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi di dapatkan jumlah angka atau Kuantitas Kegiatan Pelayanan Pokok dalam satu tahun terhitung dari bulan Oktober tahun 2011 September Tabel 6.7 Kuantitas Kegiatan Pokok Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu terhitung dari bulanoktober tahun 2011 September 2012 No. Aktivitas Pokok Jumlah (unit) 1. Pelayanan resep Resep obat racikan (20%) ,8 3. Resep obat paten (80%) ,2 4. Copy resep Resep pasien rawat jalan Resep pasien rawat inap Resep pasien non jaminan Resep pasien jaminan Pembelian bebas (0,1%) 442,259 Setelah dihitung standar beban kerja dan faktor kelonggaran maka dihitung jumlah optimal kebutuhan tenaga di Instalasi Farmasi tahun Tabel 6.8 Kebutuhan tenaga Instalasi Farmasi Rumah Sakit tugu Ibu No. Kegiatan Pokok Kuantitas Kegiatan (1th) Standar Beban Kerja Jumlah 1. Penerimaan&penghargaan ,08 2. Pengambilan obat paten ,21 3. Pembuatan obat racikan , ,88 4. Etiket ,33 5. Copy resep ,05 6. Penyerahan obat ,65 7. Pembelian obat lepas 442, ,02 8. Input resep pasien rawat inap ,41 Jumlah 55,36 Standar Kelonggaran 0,4835 Total Kebutuhan Tenaga Kerja 55,84 Dari Tabel 6.8 Diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan optimal tenaga Instalasi Farmasi berdasarkanbeban kerja nyata yang diamati dengan teknik worksampling dan dianalisis menggunakan metode WISN adalah 55,84 atau dibulatkan menjadi 56 orang tenaga sedangkan tenaga yang ada saat ini adalah 19 orang. Pembagian untuk pendistribusian pembagian tenaga diinstalasi Farmasi dihitung berdasarkan jumlah persentase petugas menggunakan waktu untuk menggunakan kegiatan aktivitas produktif langsung dan aktivitas kegiatan tidak langsung. Berikut perbandingan persentase penggunaan waktu

18 aktivitas kegiatan produktif langsung dan produktif tidak langsung pada shift pagi, siang dan malam. siang dan malam. berikut hasil yang didapatkan: Tabel 6.9 Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja dibagi dalam Shift Pagi, Siang dan Malam di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu Diagram 6.10 Persentase penggunaan waktu aktivitas kegiatan produktif langsung dan produktif tidak langsung di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu Dari persentase penggunaan waktu aktivitas kegiatan produktif langsung dan tidak langsung pada shift pagi 39,30%, shift siang 37,46% dan malam 23,23% diatas, akan dijadikan dasar untuk Shift Jumlah Pagi 22 Siang 21 Malam 13 Jumlah 56 melakukan pembagian pendistribusian jumlah tenaga kerja disetiap shiftnya. Dari jumlah kebutuhan tenaga kerja yang berjumlah 56 orang, akan dibagi berdasarkan penggunaan persentase penggunaan waktu berdasarkan shift pagi, Diketahui dari tabel. Diatas kebutuhan tenaga di Instalasi Farmasi yang berjumlah 56 orang di bagi dalam 3 shift yaitu kebutuhan pada shift pagi 22 orang, shift siang 21 orang dan shift malam 13 orang. Dari hasil pembagian tenaga kerja per shift tersebut maka penelliti mencoba untuk membagi jumlah masing - masing kebutuhan tenaga tiap shift tersebut dengan kategori petugas yaitu Asisten Apoteker, Juru Resep dan Pelaksana Administrasi. Pembagian untuk kategori petugas didapatkan dari cara menyeimbangkan jumlah yang ada sekarang dengan jumlah menurut tenaga yang seharusnya ada dengan mencari persentase pembagian jumlah kategori petugas yang sekarang ada. Berikut jumlah pembagian petugas per kategori tenaga di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu: Tabel6.10 Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja dibagi dalam Shift Pagi, Siang dan Malam dengan Kebutuhan Kategori Petugas di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu Pagi Siang Shift Kategori Petugas Asisten Apoteker Jumlah Sekarang Jumlah Seharusnya 4 15 Juru Resep 1 4 Administrasi 1 3 Jumlah 6 22 Asisten Apoteker 6 18

19 Malam Juru Resep 1 3 Administrasi - 3 Jumlah 7 21 Asisten 1 6 Apoteker Juru Resep 1 6 Administrasi - 1 Jumlah 2 13 untuk melakukan kegiatan produktif tidak langsung yang tertinggi adalah pada shift pagi yang jam kerjanya pukul WIB, dengan kegiatan menghitung/membuat permintaan obat. Ada beberapa kegiatan tidak langsung yang hanya dilakukan pada saat shift pagi saja, seperti membuat laporan harian, menghargai pendapatan resep jaminan, dan input harga pasien shift malam. 3. Aktivitas Kegiatan Tidak Produktif 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2012, maka penelitia mengambil kesimpulan sebagai berikut: Aktivitas Pegawai 1. Aktivitas Kegiatan Produktif Langsung Persentase total kegiatan produktif langsung petugas Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu adalah 50,57%. Penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan produktif langsung yang tertinggi adalah pada shift siang yang jam kerjanya pukul WIB, dengan kegiatan pengerjaan obat racikan dan etiket. Karena pada shift siang lebih banyak dokter yang meresepkan obat racikan. 2. Aktivitas Kegiatan Produktif Tidak Langsung Persentase total kegiatan produktif tidak langsung petugas Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu adalah 16,04%. Penggunaan waktu Persentase total kegiatan non produktif petugas Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu adalah 24,05%. Penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan tidak produktif yang tertinggi adalah pada shift malam yang jam kerjanya pukul WIB, dengan kegiatan tidur yang persentasenya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan tidak produktif lainnya. Kegiatan tidur hanya dilakukan petugas pada saat shift malam saja. Persentase kegiatan non produktif pada shift malam ini dirasa masih tinggi. Kelonggaran waktu yang ada seharusnya dapat dipakai untuk melakukan kegiatan produktif seperti input pasien jaminan, cek stok obat, membuat laporan harian, dll. 4. Aktivitas Kegiatan Pribadi Persentase total kegiatan pribadi petugas Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu adalah 9,33%. Penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan pribadi yang tertinggi adalah pada shift siang dengan kegiatan makan dan sholat, persentase kegiatan pribadi ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kegiatan produktif dan kegiatan non produktif. Sehingga penggunaan waktu kegiatan pribadi ini dirasa masih wajar karena pada shift siang bertepatan dengan sholat ashar dan magrib serta jam makan malam.

20 4.1.2 Perhitungan dengan Metode Workload Indicator Staffing Needs 1. Waktu Kerja Tersedia Waktu kerja tersedia untuk petugas Instalsi Farmasi RS. Tugu Ibu adalah menit/tahun dari 288 hari kerja/tahun dengan kebijakan petugas akan mendapatkan jadwal shift malam 4 kali dalam satu bulan dan setiap 2 kali bertugas shift malam akan mendapatkan 1 hari libur. terdapat kekurangan 16 orang tenaga untuk bertugas pada shift pagi, masih terdapat kekurangan 14 orang tenaga untuk bertugas pada shift siang dan masih terdapat kekurangan 11 orang untuk bertugas pada shift malam. Dapat disimpulkan bahwa perlu ditambahkan jumlah tenaga lagi, karena tenaga yang sekarang sudah ada belum mencukupi untuk melakukan aktivitas sesuai dengan beban kerja yang ada. 2. Standar Beban Kerja Penyelesaian resep obat sudah sesuai atau lebih cepat dari standar waktu pengerjaan yang ada di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu. Persentase total penggunaan keseluruhan kegiatan produktif adalah 66,61%. Penggunaan waktu produktif tertinggi adalah pada shift pagi dan siang, yang persentasenya mencapai 84,42% yang sudah melebihi dari standar optimal 80%. Sehingga beban kerja di Instalasi Farmasi RS. Tugu Ibu termasuk kedalam golongan beban kerja tinggi. 3. Standar Kelonggaran Dari perhitungan dengan metode WISN didapatkan Standar kelonggaran pada Instalasi Farmasi dibutuhkan 0,8342 atau dibulatkan menjadi 1 orang tenaga. 4. Kebutuhan Tenaga Kerja Dari perhitungan dengan metode WISN didapatkan hasil jumlah optimal tenaga sebanyak 56 orang, sedangkan tenaga yang ada sekarang berjumlah 19 orang, masih 4.2 Saran 1. Menambahkan petugas pelaksana administrasi untuk menerima dan mengelola resep pasien jaminan, karena selama ini resep pasien jaminan dan non jaminan hanya dilayanani oleh 1 orang pelaksana administrasi dari 1 loket. Pada shift siang juga dapat ditambahkan 2 orang pelaksana administrasi, karena selama ini yang bertugas sebagai administrasi pada shift siang adalah asisten apoteker, dengan penambahan tenaga khusus untuk pelaksana administrasi, diharapkan agar asisten apoteker dapat fokus dengan pengerjaan resep. Jika penambahan tenaga tidak memungkinkan dilakukan maka dapat melakukan mutasi tenaga dari bagian lain yang latar belakang pendidikannya SMA/SMEA dengan dibekali pelatihan terlebih dahulu. 2. Menambah tenaga juru resep sebanyak agar dapat mengatasi masalah yang terjadi pada saat pick puncak yaitu pada hari senin, rabu dan jumat atau khususnya pada shift siang, karena saat pick puncak dan shift siang resep obat racikan menumpuk. Jika penambahan tenaga tidak memungkinkan dilakukan maka dapat melakukan mutasi tenaga

21 dari bagian lain yang latar belakang pendidikannya SMA/SMP dengan dibekali pelatihan terlebih dahulu. Karena untuk meracik atau menggerus obat tidak diperlukan skill khusus. 3. Menambah tenaga untuk pelaksana administrasi pada shift malam agar setiap resep yang masuk dapat segera diinput dan dihargai, karena selama ini input resep pasien shift malam masih dilakukan oleh penata administrasi shift pagi keesokan harinya. 4. Peninjauan kembali tentang uraian tugas setiap shift guna menyetarakan pembagian tugas, pada saat shift malam yang penggunaan waktu produktifnya rendah sedangkan penggunaan waktu non produktifnya sangat tinggi yaitu digunakan untuk tidur, kelonggaran waktu tersebut seharusnya dapat digunakan untuk melakukan aktivitas produktif seperti menghitung stok obat, permintaan stok obat, input pasien shift malam dan membuat laporan harian yang biasanya dilakukan pada shift pagi. 5. Daftar Pustaka Aditama. Tjandra Yoga. (2007). Manajemen Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Edisi kedua). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Barnes (1987). Work Sampling Method. 28 September d= &srchmode=1&sid=10&fmt= 2&VInst=WORKSAMPLINGMETH=OD& ROT=309&Vname=PQD&TS= &clientid=09899 Buku pedoman pelayanan instalasi farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu Hasibuan, P.M. 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Binarupa Bumi Aksara, Jakarta Ilyas, Yaslis (2011). Perencanaan SDM Rumah Sakit; Teori, Metode dan Formula.FKM UI, depok Indonesia. Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun Tentang Rumah Sakit. Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Kentang Ketenagakerjaan. Karina, N (2012).Gambaran Beban Kerja Pegawai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hasanah Graha Afiah Tahun [Skripsi]. FKM UI Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 81/Menkes/SK/2004 Tentang Pedoman Penyusunan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang: Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Kep.Men.PAN Nomor; KEP/75/M.PAN/7/2004. Tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil. Kurnia, Adil (2010). Pengertian Beban Kerja. Materi workshop Workload Analysis, dari adilkurnia. Wordpress.com/tag/definisi-bebankerja/

Tin Herniyani, SE, MM

Tin Herniyani, SE, MM Karya Ilmiah ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Sari Mutiara) Oleh : Tin Herniyani, SE, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER TRIGUNADARMA MEDAN 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode work sampling untuk mendapatkan data primer yaitu pola kegiatan staf di Unit

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN 6. 1. Analisis Univariat Hasil penelitian dari analisis univariat ini menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti untuk melihat distribusi frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan informasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan informasi kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masyarakat melibatkan sumber daya manusia dengan berbagai jenis keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tahapan yang ada dalam kerangka konsep, dari karakteristik tenaga, hari dan waktu kerja, dan penggunaan waktu untuk aktivitas produktif,

Lebih terperinci

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016 39 WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016 WAITING TIME SERVICES OUTPATIENT PRESCRIPTION IN DEPOT PHARMACY RSUD GUNUNG JATI CIREBON IN 2016 Aida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sarat dengan persaingan. Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peranan SDM di bidang kesehatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA Nuryati Program Diploma Rekam Medis Sekolah Vokasi UGM nur3yati@yahoo.com

Lebih terperinci

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang PENDAHULUAN ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Eva Rusdianah (Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Instalasi farmasi merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DIPUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DIPUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA REKAM MEDIS DENGAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DIPUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA Nuryati 1, Angga Eko Pramono 2, Anita Wijayanti 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan Rumah Sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan suatu layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Sumber daya manusia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Tin Herniyani, SE, MM

Tin Herniyani, SE, MM Karya Ilmiah ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Sari Mutiara) Oleh : Tin Herniyani, SE, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER TRIGUNADARMA MEDAN 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan yang tujuan utamanya adalah preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) dengan sasaran masyarakat (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Menkes RI (2010), rumah sakit adalah suatu institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum RS MH. Thamrin Internasional Salemba 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan RS MH. Thamrin Internasional Salemba RS MH. Thamrin Internasional Salemba yang berada di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit seyogyanya dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat sehingga usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Dari Farmasi Rawat Inap Pada Rumah Sakit Pusat Pertamina terdapat Instalasi Farmasi yang terdiri dari Farmasi Logistik dan Perencanaan, Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit tak terlepas dari pelayanan di bagian farmasi yang mengatur semua kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk rawat jalan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Ilyas, 2011). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. (Ilyas, 2011). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional bertujuan untuk menyehatkan masyarakat sehingga derajat kesehatan yang lebih baik dapat tercapai secara optimal (Ilyas, 2011). Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Masyarakat Tegallalang I merupakan salah satu instansi pemerintah yang menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di

Lebih terperinci

Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan dengan menggunakan METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/ Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan

Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan dengan menggunakan METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/ Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan Prosedur penghitungan kebutuhan SDM kesehatan dengan menggunakan METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/ Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan Indikator Beban Kerja) Metode perhitungan kebutuhan SDM

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 80 Volume 1. No. 2 Oktober 2015

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram 80 Volume 1. No. 2 Oktober 2015 ISSN -p : 2407-860 Analisis Kebutuhan Tenaga Rekam Berdasarkan Workload Indicator Off Staffing Need (Wisn) Di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Beban Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Beban Kerja 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Beban Kerja Menurut Simamora (1995) dikutip dari Kurnia (2010), analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah pegawai maupun kwalifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang kesehatan di Indonesia semakin berkembang. Berbagai masalah kesehatan semakin kompleks, sehingga harus ada sistem yang mampu mengatasi masalah-masalah tersebut,

Lebih terperinci

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan sumberdaya manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kesadaran,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ASSEMBLING REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD DR.ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2016

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ASSEMBLING REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD DR.ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2016 ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ASSEMBLING REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD DR.ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2016 SUHERNI Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan FakultasIlmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa

Lebih terperinci

BEBAN KERJA OBYEKTIF TENAGA PERAWAT DI PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT OBJECTIVE WORKLOAD OF NURSES IN THE INPATIENT SERVICES AT THE HOSPITAL

BEBAN KERJA OBYEKTIF TENAGA PERAWAT DI PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT OBJECTIVE WORKLOAD OF NURSES IN THE INPATIENT SERVICES AT THE HOSPITAL 57 BEBAN KERJA OBYEKTIF TENAGA PERAWAT DI PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT OBJECTIVE WORKLOAD OF NURSES IN THE INPATIENT SERVICES AT THE HOSPITAL Rohmat Dwi Romadhoni, Widodo J. Pudjirahardjo Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya kesehatan adalah setiap jenis kegiatan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, guna mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak yang bukan hanya orang per orang, tetapi juga keluarga, kelompok, bahkan masyarakat. Salah satu diantaranya

Lebih terperinci

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017; ISSN X, ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUN DAERAH (RSUD) KOTA KENDARI TAHUN 2016 Sitti Nurjanah 1, Ambo Sakka 2, Paridah 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar adalah ukuran nilai tertentu yang telah ditetapkan terkait dengan sesuatu yang harus dicapai. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan jenis dan

Lebih terperinci

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Rekam Medis

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Rekam Medis Perhitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja Rekam Medis 11:25 AM Work Load Indikator Staff Need (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana berdasarkan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam analisis kepuasan pasien, erat hubungannya dengan suatu kinerja, yaitu proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT PELAKSANA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT PELAKSANA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT PELAKSANA DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN) DI RUANG RAWAT INAP FLAMBOYAN KRAKATAU MEDIKA HOSPITAL TAHUN 2014 Helmi Wahyuningsih Departemen Administrasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat untuk tetap bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari. Berbagai macam sarana pelayanan kesehatan telah

Lebih terperinci

II. Tujuan 1. Tujuan Umum Terpenuhinya kebutuhan tenaga Tenaga medis, profesional dan non medis

II. Tujuan 1. Tujuan Umum Terpenuhinya kebutuhan tenaga Tenaga medis, profesional dan non medis BAB I DEFINISI I. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas membuat terbukanya persaingan antar rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Masyarakat akan menuntut rumah sakit harus dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016. 20 BAB III : METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Sinar Sosro BU NKA, yang berlamat di Jl. Raya Sultan Agung KM. 28, Medan Satria,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kapasitas Kerja. a. Umur b. Keterampilan c. Pendidikan d. Lama Bekerja e. Jenis Kelamin

BAB III METODE PENELITIAN. Kapasitas Kerja. a. Umur b. Keterampilan c. Pendidikan d. Lama Bekerja e. Jenis Kelamin BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kuantitas Kegiatan Pokok per Tahun a. Job Description b. Volume Kegiatan c. Jumlah Jam Kerja per Tahun Kapasitas Kerja a. Umur b. Keterampilan c. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan rumah sakit di Indonesia saat ini telah semakin membaik, hal ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah. yang bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas adalah usaha pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masuknya era globalisasi akan sangat berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk diantaranya adalah sektor pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah sakit

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT GRHA PERMATA IBU TAHUN 2016

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT GRHA PERMATA IBU TAHUN 2016 ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT GRHA PERMATA IBU TAHUN 2016 1,2), M. Ihsan Ramdani 2), Dian Ratih Laksmitawati 1), Christine Meidiawati 3) 1) Magister Ilmu Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas pelayanan tentu akan mempengaruhi kerja dari tiap pemberi jasa pelayanan. Umpan balik dan informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun

Lebih terperinci

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012 HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu rumah sakit dipengaruhi oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan. Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit lembaga yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Rumah Sakit saat ini berkembang dengan pesat. Di Indonesia sendiri ada tiga klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan kesehatan untuk menunjang Indonesia Sehat 2010 diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, serta mampu

Lebih terperinci

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan merupakan faktor penting yang dapat membentuk kepercayaan pasien kepada rumah sakit sehingga tercipta loyalitas mereka sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi pada saat ini, kesehatan merupakan suatu unsur yang paling penting di dalam kehidupan manusia. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan mengenai pendahuluan pembuatan laporan tugas akhir. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan batasan masalah penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu 5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAGIAN TPPRJ REGULER DENGAN MENGGUNAKANRUMUS WISN DI RUMAH SAKIT PARUdr. ARIO WIRAWANSALATIGA PERIODE TAHUN 2017

PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAGIAN TPPRJ REGULER DENGAN MENGGUNAKANRUMUS WISN DI RUMAH SAKIT PARUdr. ARIO WIRAWANSALATIGA PERIODE TAHUN 2017 PREDIKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA BAGIAN TPPRJ REGULER DENGAN MENGGUNAKANRUMUS WISN DI RUMAH SAKIT PARUdr. ARIO WIRAWANSALATIGA PERIODE TAHUN 2017 Maida Wardani, Antik Pujihastuti, Rohmadi APIKES Mitra Husada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam suatu organisasi karena unsur manusia dalam organisasi dapat membantu dalam menyusun

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA DENGAN TEKNIK WORK SAMPLING MENGGUNAKAN METODE WISN DI UNIT FARMASI RAWAT JALAN KRAKATAU MEDIKA HOSPITAL CILEGON 2012 TESIS SYUKRAA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DOKTER UMUM DENGAN METODE WISN DI POLI UMUM PUSKESMAS KELURAHAN LENTENG AGUNG I JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DOKTER UMUM DENGAN METODE WISN DI POLI UMUM PUSKESMAS KELURAHAN LENTENG AGUNG I JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN DOKTER UMUM DENGAN METODE WISN DI POLI UMUM PUSKESMAS KELURAHAN LENTENG AGUNG I JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Amira Putri Dewi 1, Adang Bachtiar 2 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi, teknologi dan komunikasi menuntut perkembangan kebutuhan informasi yang akurat dan cepat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka informasi harus

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MASA KERJA PETUGAS DAN WAKTU TUNGGU PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN, MASA KERJA PETUGAS DAN WAKTU TUNGGU PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN, MASA KERJA PETUGAS DAN WAKTU TUNGGU PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSUD SURAKARTA TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan suatu layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dimana keadaan dari badan dan jiwa tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh manusia di dunia. Negara Republik Indonesia menjamin kesehatan sebagai salah satu hak bagi setiap

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA REKAM MEDIS BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DI UPT PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA REKAM MEDIS BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DI UPT PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA REKAM MEDIS BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DI UPT PUSKESMAS PUCANG SAWIT SURAKARTA Oleh : Novita Yuliani, Umu Habibah APIKES Citra Medika Surakarta E-mail: yuliani_novita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong perubahan di segala bidang termasuk perubahan paradigma di bidang jasa kesehatan. Kerangka acuan seminar nasional PERSI 1995 mengutip

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian PDAM Tirta Karuhipan Kabupaten Bogor cabang pelayanan sebelas yang terletak di Cibinong merupakan salah satu anggota dari Persatuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang setiap saat terdapat kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permenkes No269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permenkes No269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes No269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tenaga kerja atau yang melakukan pekerjaan (Sudayat, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tenaga kerja atau yang melakukan pekerjaan (Sudayat, 2009). 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan suatu proses untuk menumbuhkan atau meningkatkan suatu potensi fisik dan psikis manusia untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e : Kesesuaian Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Farmasi Di Instalasi The Implementation Compatability Of Pharmacy Minimum Services Standard At Pharmacy Installation Of Undata Hospital In

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan kesehatan. Sebagai suatu industri jasa maka rumah sakit tentunya juga harus menjalankan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PEKARYA DENGAN WORK SAMPLING DI UNIT LAYANAN GIZI PELAYANAN KESEHATAN

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PEKARYA DENGAN WORK SAMPLING DI UNIT LAYANAN GIZI PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 9 No. 2 Juni l 26 Halaman 72-79 M. Waseso Suharyono, Wiku B.B Adisasmito: Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga Pekarya Artikel Penelitian ANALISIS JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA PEKARYA DENGAN WORK SAMPLING

Lebih terperinci

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB 5 METODE PENELITIAN BAB 5 METODE PENELITIAN 5.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan metode analisis secara deskriptif dan pengumpulan data primer dilakukan dengan survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 269/MenKes/Per/III/2008 pasal 1 rekam medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu Industri yang bergerak pada bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki pelayanan yang baik, efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan kepada masyarakat diwajibkan untuk menyediakan pelayanan yang baik sesuai standar yang telah ditentukan. Salah satu kewajiban

Lebih terperinci

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS

MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT. Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS MANAGEMEN FARMASI RUMAH SAKIT Oleh : Dra. Hj. Deswinar Darwin, Apt.,SpFRS 1 Adalah : Suatu Unit di RS yang berperan sebagai Penunjang Medik dalam rangka melaksanakan fungsi RS Dalam Organisasi RS Unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan seseorang dimana status fisik, mental serta sosial yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit merupakan suatu organisasi dalam bidang kesehatan yang berfungsi untuk mengupayakan kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang.

Lebih terperinci