BAB III PENYEMPURNAAN ALAT UJI KELUMASAN BAHAN BAKAR BOCLE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENYEMPURNAAN ALAT UJI KELUMASAN BAHAN BAKAR BOCLE"

Transkripsi

1 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 20 BAB III PENYEMPURNAAN ALAT UJI KELUMASAN BAHAN BAKAR BOCLE Pada bab ini akan dibahas mengenai alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE yang sudah ada dan hubungan antara keausan dengan diameter jejak keausan pada BOCLE. Selain itu, pada bab ini juga akan dijelaskan tentang pembuatan sistem pengkondisian udara dalam penyempurnaan alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE yang terdiri dari pembuatan pengering udara (dehumidifier) dan pelembab udara (humidifier) yang mengacu pada standar ASTM D Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE BOCLE (Ball On Cylinder Lubricity Evaluator) merupakan alat uji kelumasan yang dapat memberikan hasil berupa tingkat keausan yang terjadi akibat adanya dua benda yang saling bergesekan. Gesekan yang terukur merupakan simulasi dari gesekan yang terjadi pada elemen-elemen pompa bahan bakar. Gesekan pada elemen pompa bahan bakar yang disimulasikan oleh BOCLE merupakan gesekan akibat gerakan sliding. Gerakan sliding diperoleh dengan cara memutar satu elemen terhadap elemen lain yang diam atau tidak bergerak. Sedangkan gesekan ditimbulkan karena adanya kontak antara dua elemen tersebut. Elemen BOCLE yang berputar disebut silinder, sedangkan elemen yang diam adalah bola. Elemen-elemen pada BOCLE dan cara pengujiannya mengacu pada standar ASTM D Gambar 3.1 pada halaman berikut merupakan skema dari BOCLE. 3.2 Tentang Standar ASTM D 5001 ASTM D 5001 merupakan standar yang digunakan sebagai acuan dalam pengujian tugas sarjana ini. Alat uji ini memiliki beberapa bagian utama, yaitu spesimen bola berukuran diameter 0,5 inci dan spesimen silinder dengan ukuran diameter 1,75 inci. Dari pengujian kelumasan bahan bakar ini dapat diperoleh beberapa macam pengukuran, antara lain : Keausan yang ditentukan dari ukuran cacat aus pada bola Gesekan yang diukur oleh sensor

2 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 21 Gambar 3.1. Skema BOCLE [11] Lingkup dari metode ini adalah mengukur aspek keausan dari batas kelumasan bahan bakar, dengan satuan SI sebagai standar. Kelumasan pada metode ini didefinisikan sebagai bentuk keausan dalam milimeter yang dihasilkan dari kontak antara bola dengan silinder berputar yang dilumasi bahan bakar. Adapun beberapa persyaratan dari kondisi operasi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Standar kondisi operasi ASTM D 5001 [2] Volume Fluida 50±1,0 ml Temperatur Fluida 25±1 o C Kondisi Udara 10±0,2% kelembaban relatif pada 25±1 o C Udara dihembuskan 0,5 L/menit dan 3,3 L/menit dihembuskan pada fluida uji selama 15 menit sebelum pengujian. Pada saat pengujian, 3,8 L/menit dihembuskan pada fluida uji. Aplikasi Beban g (500 g berat) Kecepatan Rotasi Silinder 240 ±1 rpm Durasi pengujian 30±0,1 menit Pengujian menurut standar ASTM D 5001 dilakukan terhadap fluida (bahan bakar) yang akan diuji diletakkan pada ruang dengan kelembaban relatif 10%. Bola baja dipegang

3 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 22 secara vertikal, kemudian dibebani dan diatur agar tidak dapat bergerak ketika berkontak dengan silinder berputar yang telah dilumasi bahan bakar. Spesimen silinder berotasi pada kecepatan putar tertentu, kondisi ini membuat silinder secara kontinyu membawa lapisan fluida ke permukaan bola. Keausan yang terjadi pada bola merupakan sifat kelumasan yang dimiliki bahan bakar. Spesifikasi bola dan silinder yang digunakan dalam pengujian dibahas pada sub bab komponen alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE. 3.3 Hubungan antara Keausan dengan Diameter Jejak Keausan pada BOCLE Keausan akibat gerakan sliding pada elemen pompa BOSCH dapat diukur menggunakan alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE. Bagian-bagian yang mengalami keausan pada pompa BOSCH antara lain poros penggerak, slot penggerak, ring pendorong, governor, sepatu rol, dan pengencang rotor. Dari beberapa bagian tersebut, poros penggerak, slot penggerak, sepatu rol, dan pengencang rotor merupakan bagian yang memiliki tingkat keausan yang besar. Oleh karena itu, alat uji keausan BOCLE sangat penting untuk menilai sifat kelumasan dari suatu bahan bakar. Namun elemen pompa seperti poros penggerak dan sepatu rol tidak dapat disimulasikan menggunakan alat uji BOCLE, karena memiliki tekanan kontak yang relatif besar. Secara garis besar volume keausan komponen pompa BOSCH bervariasi. Hubungan antara volume keausan dan diameter jejak keausan pada alat uji BOCLE, secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut[ 12] : Vb = Pada grafik 3.1 berikut dapat dilihat hubungan antara volume keausan dan diameter jejak keausan pada alat uji BOCLE.

4 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 23 Grafik 3.1. Hubungan antara volume keausan dan diameter jejak keausan pada alat uji BOCLE [12] 3.4 Komponen Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE Yang Sudah Ada 1. Bola (ball) Gambar 3.2 Bola Bola : AISI (American Iron and Steel Institute Standard) 52100, Grade 1 Precision. Hardness, 63 Rockwell C. Surface Roughness, 1-2 μinch CLA. 0,5 inch ball

5 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 24 Untuk memperoleh bola yang akan digunakan dalam pengujian, tidak perlu melakukan proses produksi secara khusus untuk membuat bola sesuai spesifikasi yang diinginkan. Hal ini dilakukan karena bola merupakan komponen yang akan selalu diganti setiap 1 kali pengujian dilakukan. Dengan demikian apabila dilakukan pengujian secara berulang-ulang kita dapat memperoleh bola dengan spesifikasi yang benar-benar sama dengan pengujian-pengujian sebelumnya. Dari hasil pengamatan di pasaran, diketahui bahwa untuk bola dapat menggunakan bola yang berasal dari ball bearing. Ball bearing yang ada di pasaran tersedia dengan berbagai macam ukuran dari mulai 10 mm, 12 mm, 14 mm, dan lain-lain. Dalam memilih ball bearing difokuskan pada ukuran ball bearing yang ada di pasaran. Dengan demikian akan dipilih yang berukuran mendekati 0.5 inch yaitu ball bearing dengan ukuran 12 mm. Sedangkan untuk karakteristik yang lain seperti kekasaran dan kekerasan materialnya setelah dilakukan pengujian kekerasan diketahui bahwa kekerasan ball bearing yang digunakan adalah Hardness, 67 Rockwell C, tetapi pengujian untuk kekasaran permukaan tidak dapat dilakukan akibat tidak tersedianya alat untuk melakukan pengujian kekasaran permukaan. Dengan hasil demikian maka dikatakan bahwa ball bearing yang diperoleh sudah sesuai untuk digunakan sebagai bola dalam alat pengujian BOCLE. 2. Silinder Gambar 3.3 Silinder Silinder : AISI Chrome Alloy Steel Hardness, 23 Rockwell C Surface Roughness, μinch CLA 1,75 inch cylinder

6 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 25 Untuk memperoleh silinder yang akan digunakan dalam pengujian, tidak perlu melakukan proses produksi secara khusus untuk membuat silinder sesuai spesifikasi yang diinginkan. Hal ini dilakukan karena bsilinder juga merupakan komponen yang akan selalu diganti setiap 1 kali pengujian dilakukan. Dengan demikian apabila dilakukan pengujian secara berulang-ulang kita dapat memperoleh silinder dengan spesifikasi yang benar-benar sama dengan pengujian-pengujian sebelumnya Dari hasil pengamatan di pasaran, diketahui bahwa untuk silinder dapat menggunakan silinder yang merupakan bagian dari taper bearing. Terdapat beberapa ukuran dari silinder taper bearing di pasaran. Dipilih silinder dari taper bearing SKF dengan ukuran diameter luar 47 mm yang mendekati ukuran standar pada silinder BOCLE. Untuk selanjutnya, silinder tidak memerlukan proses permesinan lanjut karena silinder merupakan bagian yang selalu diganti setiap satu kali pengujian. Sehingga untuk mencapai itu, silinder akan dijadikan referensi untuk menentukan geometri komponen-komponen lain yang berhubungan dengan silinder. Silinder dipilih yang memiliki bentuk taper untuk menjamin kelurusan silinder dalam proses pemasangan ke komponen dudukannya. Sehingga tidak terjadi misalignment pada saat pemasangan silinder ke komponen dudukannya. 3. Sistem Pengukuran Gaya Gesek Sensor Sensor gaya gesek Gambar 3.4. Sensor load cell Untuk sensor gaya digunakan sensor load cell yang menggunakan piezoelectric sebagai bagian utamanya. Sensor piezoelectric memiliki kemampuan yang baik untuk digunakan di dalam mengukur beban dinamik. Sensor load cell ini memiliki kapasitas sebesar 5 kg. Dengan kapasitas sebesar 5 kg, maka apabila perubahan gaya yang terjadi cukup kecil masih dapat terdeteksi dengan

7 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 26 akurat oleh sensor, dan apabila kita melakukan variasi beban pada saat pengujian, maka gaya gesekan yang terjadi masih ada di dalam jangkauan sensor. Display untuk menunjukkan hasil bacaan sensor akan digabung dengan display untuk menunjukkan hasil bacaan sensor-sensor lainnya seperti sensor temperatur dan sensor flowmeter hot wire. Oleh karena itu dalam alat pengujian BOCLE ini akan menggunakan sistem data aquisisi untuk dapat menampilkan keseluruhan hasil bacaan sensor yang ditampilkan dengan menggunakan komputer. 4. Sistem Pengukuran Kondisi Udara Kelembaban relatif yang perlu diukur adalah pada bagian ruang uji. Higrometer pada instalasi alat uji BOCLE diletakkan sebelum sensor debit aliran. Hal ini bertujuan agar aliran fluida kerja yang masuk ke ruang uji telah memenuhi standar pengujian. Higrometer yang digunakan dalam pengujian ini adalah merek Vaisala HM 34C, Finlandia. Higrometer ini memiliki jangkauan pengukuran dari 0% RH sampai 100% RH dengan ketelitian 0,1% RH. Alat ini juga dilengkapi dengan termometer dengan jangkauan pengukuran dari -20 o C sampai 60 o C dengan ketelitian 0,1 o C.. Pada gambar 3.5 berikut dapat dilihat letak higrometer pada instalasi alat BOCLE. Higrometer/Termometer Flowmeter Gambar 3.5. Higrometer pada instalasi BOCLE

8 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE Sistem Kontrol Temperatur Fluida Terdapat beberapa jenis sensor temperatur, antara lain jenis RTD dan termokopel. RTD memiliki kepresisian sampai dengan 0.1ºC. sedangkan termokopel memiliki kepresisian hanya sampai 1ºC. Namun berdasarkan ASTM D5001 disyaratkan bahwa kepresisian yang dimiliki alat ukur cukup sampai dengan 1ºC. Untuk kedua jenis sensor temperatur ini interface dari sensor dapat dicelupkan ke dalam fluida tanpa menyebabkan gangguan pada pengukuran yang dilakukan sensor. Pada alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE yang sudah ada, digunakan jenis termokopel dengan pertimbangan harga yang lebih murah daripada tetapi spesifkasinya sudah sesuai dengan standar yang digunakan. Sensor Temperatur Heater Gambar 3.6. Sensor Temperatur Gambar 3.7. Heater Pada pengujian kelumasan bahan bakar dengan BOCLE, temperatur yang distandarkan adalah 25±0,1 o C yang mengacu pada standar ASTM D Untuk itu

9 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 28 dilakukan pemanasan bahan bakar uji dengan heater. Heater yang digunakan dirakit sendiri dengan menggunakan heater kawat dengan ukuran lebar 2.5mm dan keping asbes. Heater kawat dililitkan di sepanjang keping asbes dari ujung ke ujung sampai keseluruhan keping asbes tertutupi oleh kawat heater. Dilakukan demikian untuk menjamin panas yang diterima oleh fluida uji akan merata dari bagian dasar bathfuel. Modul kontrol Gambar 3.8. Modul Kontrol Temperatur Modul kontrol digunakan kontrol temperatur yang menghubungkan antara sensor temperatur dengan heater. Untuk menjaga temperatur relatif konstan, maka kontrol temperatur menggunakan fitur PID yang dapat mengatur besarnya arus listrik yang diberikan kepada heater. Dengan adanya PID ini maka temperatur akan relatif lebih konstan karena arus listrik yang diberikan kepada heater dikondisikan untuk mampu menjaga temperatur konstan pada 25±0,1 ºC. Display Display untuk menunjukkan hasil bacaan sensor akan digabung dengan display untuk menunjukkan hasil bacaan sensor-sensor lainnya seperti sensor loadcell dan sensor flowmeter hot wire. 6. Sistem Kontrol Kecepatan Motor Sistem kontrol kecepatan motor dalam pengujian digunakan untuk memperoleh kecepatan putar konstan 240 putaran per menit. Motor

10 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 29 Gambar 3.9. Motor AC Terdapat dua jenis motor yang dikelompokkan berdasarkan jenis arus yang digunakan untuk menggerakkan motor, yaitu motor AC dan motor DC. Motor AC memiliki karakteristik pada daerah operasinya putaran motor cenderung konstan terhadap perubahan torsi beban yang terjadi. Dengan demikian putaran motor akan selalu konstan pada kecepatan tertentu walaupun terjadi perubahan torsi beban pada porosnya. Untuk motor penggerak digunakan motor AC karena memiliki karakteristik operasi putaran yang lebih konstan dibandingkan dengan motor DC. Motor AC yang digunakan adalah jenis motor tiga fasa induksi, memiliki daya 0,18 kw dengan frekuensi 50 Hz. Putaran motor tersebut konstan sebesar 1370 rpm. Sistem Reduksi Tingkat 1 Gambar Sistem Reduksi Puli

11 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 30 Melalui pengetesan dengan menggunakan tachometer diketahui bahwa putaran motor AC yang dimiliki sebesar 1370 rpm. Putaran ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan putaran yang diperlukan sebesar 240 rpm. Oleh karena itu untuk mereduksi putaran motor digunakan puli dua tingkat dengan perbandingan akhir 1 : 6,125. Dengan menggunakan sistem reduksi puli tersebut diperoleh putaran pada silinder sebesar 240 rpm. Puli yang digunakan untuk tingkat 1 menggunakan puli tipe K dengan driver berdiameter 37 mm dan driven berdiameter 105 mm. Sedangkan untuk puli tingkat 2, ditentikan berdasarkan puli tingkat 1 melalui perhitungan 10,5 ( ) , 7 X x = ( x ) = 2,158 Diketahui bahwa perbandingan puli tingkat 2 sebesar 2,158. dan diketahui pula bahwa ukuran maksimum driven sebesar 60 mm, sehingga melalui perhitungan sebagai berikut 60 2,158 y = y = 27.8 diketahui bahwa ukuran puli driver tingkat 2 memiliki diameter 27.8mm. 7. Sistem Kontrol Debit Aliran Sensor debit aliran Sensor debit aliran (hot wire) Mangkuk bahan bakar Gambar Sensor flowmeter (hot wire)

12 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 31 Sensor aliran yang digunakan adalah jenis hotwire anemometer. Sensor hot wire ini memiliki range antara 0.2m/s 8m/s. Sensor ini terhubung dengan Analog to Digital Converter (ADC) dan amplifier yang dapat menunjukkan hasil pengukuran langsung pada display/layar komputer, menggunakan software Labview. Motor fan Gambar Motorfan Motor fan yang digunakan dalam pengaturan debit udara ini harus mampu mengalirkan udara sesuai dengan yang ditentukan dalam ASTM D5001 yaitu sebesar 3.8L/min. Untuk itu dipilih motor fan DC yang biasa digunakan untuk kipas komputer dengan pertimbangan kemudahan dalam proses pengaturan kecepatan putar motor fan. Modul kontrol Gambar Modul kontrol motorfan Modul kontrol yang digunakan dalam sistem kontrol pengkondisian udara ini dikontrol dengan cara manual yaitu menggunakan potensiometer. Untuk menjaga supaya debit udara tetap konstan maka potensiometer yang digunakan harus memiliki range pengaturan yang cukup besar dan sensetif yang dapat mengatur besarnya arus listrik yang diberikan kepada motor fan. Dengan adanya potensiometer ini maka debit udara akan lebih konstan karena putaran motor fan juga cenderung konstan. Arus listrik yang diberikan kepada motor fan dikondisikan untuk mampu menjaga debit aliran udara sebesar 3.8L/m.

13 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE Mangkuk Bahan Bakar (Fuel Bath) Gambar Mangkuk bahan bakar Dari hasil perancangan mangkuk bahan bakar, geometri yang telah dirancang sesuai dengan ukuran yang disyaratkan dalam ASTM D5001 yaitu volumenya mampu menampung 50 ± 1 ml bahan bakar. Material mangkuk bahan bakar ini menggunakan paduan aluminum dengan berdasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbanganpertimbangan tersebut antara lain : Memiliki konduktivitas panas yang baik Mudah untuk dilakukan proses permesinan Tidak akan terjadi korosi yang mengganggu kualitas bahan bakar 9. Lengan Beban (Lever Arm) Gambar Lengan Beban Lengan beban pada alat uji BOCLE ini memiliki geometri yang telah dirancang cukup baik karena hasil rancangan lengan beban dapat memberikan pembebanan sesuai dengan besarnya beban yang diberikan, dapat dilihat dari posisi beban yang membentuk

14 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 33 garis lurus dengan titik pembebanan bola ke silinder. Untuk materialnya dipilih menggunakan baja dengan berdasarkan pada beberapa pertimbangan. 10. Base Komponen ini merupakan base, sebagai tempat pemasangan komponen komponen BOCLE. Komponen ini terbuat dari paduan aluminium (dural). Base ini memiliki kekuatan yang baik, tidak mudah terjadi deformasi dengan adanya beban yang cukup berat, memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bahan baja. Base ini berukuran 550 mm x 600 mm x 10 mm 11. Cover Bath (Penutup Mangkuk) Gambar Cover Bath Komponen ini dibuat sebagai penutup mangkuk agar fluida tidak terlempar keluar ketika silinder berputar. Selain itu konstruksi dari komponen ini memiliki tiga lubang pada bagian atasnya yang memiliki fungsi untuk tempat masuknya pencekam bola, sebagai dudukan sensor temperatur dan dudukan sensor kelembaban relatif. Yang dipilih sebagai material penutup mangkuk ini adalah paduan aluminum (dural) dengan pertimbangan memiliki kemudahan untuk diproses mesin, ringan, dan harga bahan yang cukup murah. 12. Dudukan Mangkuk Dudukan mangkuk merupakan komponen yang berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkuk. Pada bagian atas mangkuk atau bagian diantara dudukan dan mangkuk diletakkan pemanas (heater). Untuk menjaga supaya panas heater terfokus pada mangkuk bahan bakar maka bagian bawah dudukan mangkuk akan dilapisi dengan asbes yang berfungsi sebagai isolator panas. Yang dipilih sebagai material dudukan mangkuk ini adalah nylon dengan pertimbangan memiliki kemudahan untuk diproses mesin, ringan,

15 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 34 kekuatan yang cukup sebagai penyangga mangkuk bahan bakar, memiliki sifat isolator yang baik dan harga material yang cukup murah. 13. Penarik Load Cell Gambar Dudukan Mangkuk Gambar Penarik Loadcell Komponen ini dibuat sebagai komponen yang menghubungkan antara load cell dengan batang pencekam bola. Selain itu komponen ini juga berfungsi sebagai tempat dudukan untuk sensor load cell. Pada bagian depan terdapat lubang sebesar 6mm diameter yang berfungsi sebagai tempat baut pengencang antara penarik load cell dengan lengan beban. Yang dipilih sebagai material penarik load cell ini adalah paduan aluminum (dural) dengan pertimbangan memiliki kemudahan untuk diproses mesin, ringan, dan harga bahan yang cukup murah. 14. Pemegang Bola Komponen ini dibuat sebagai pemegang bola. Konstruksi dari komponen ini harus memungkinkan untuk ditempatkan pada lengan beban dan dapat bebas untuk bergerak relatif terhadap tiang. Yang dipilih sebagai material penutup mangkuk ini adalah stainless

16 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 35 steel dengan pertimbangan memiliki bahan yang kaku dan memiliki permukaan yang relatif baik. 15. Tiang Gambar Pemegang Bola Gambar Tiang Komponen ini dibuat sebagai penyangga untuk lengan beban. Oleh karena itu, tiang ini harus kuat, kaku, dan memiliki ketahanan yang baik untuk menumpu beban yang cukup besar. Konstruksi dari komponen ini memiliki siku pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tempat baut untuk pengencang dengan base. Komponen ini terbuat dari baja yang memiliki kekuatan yang baik untuk menumpu beban dan sifatnya yang kaku. 16. Counterwieght Komponen ini dibuat sebagai penyeimbang lengan beban dari berat lengan beban itu sendiri. Konstruksi dari komponen ini akan berada pada lengan beban tetapi harus mudah untuk dilakukan perubahan posisi untuk mengatur kelurusan lengan beban pada posisi nol. Yang dipilih sebagai material penutup mangkuk ini adalah baja dengan pertimbangan memiliki berat jenis yang besar sehingga dapat mengurangi volume yang diperlukan dibandingkan bahan lain.

17 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE Poros dan Taper Body Gambar Counterweight Gambar Poros dan Taper Body Komponen ini dibuat sebagai dudukan bagi taper ring. Perlu diperhatikan bahwa beban yang diterima oleh silinder akan diteruskan ke bagian ini. Oleh karenanya bagian ini harus mampu untuk menahan beban yang diterima tanpa menyebabkan terjadinya defleksi. Komponen ini terbuat dari stainless steel. 18. Ring Pengencang Gambar Ring Pengencang

18 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 37 Komponen ini dibuat sebagai pengencang silinder ke taper body agar posisinya tetap. Komponen ini terbuat dari stainless steel dengan pertimbangan ketahanan terhadap behan kimia sehingga tidak akan mempengaruhi bahan bakar yang diuji. Pada gambar 3.24 di bawah dapat dilihat alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE yang sudah dirakit menjadi satu bagian. Gambar Alat Uji Kelumasan BOCLE 3.5 Penyempurnaan BOCLE Alat uji kelumasan bahan bakar yang telah ada sebelumnya sudah dapat digunakan, namun masih terdapat kekurangan, yakni pada sistem pengaturan udara. Alat uji tersebut belum bisa untuk mengkondisikan fluida kerja yang distandarkan pada ASTM, yaitu udara dengan temperatur udara 25±0.1 o C dan kelembaban relatif 10±0,1% RH. Untuk itu, pada tugas akhir ini dilakukan penyempurnaan alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE dengan membuat sistem pengaturan udara, yang terdiri dari pengering udara (dehumidifier) dan pelembab udara (humidifier). Penyempurnaan alat tersebut bertujuan agar dapat mengatur udara masuk dengan berbagai kondisi kelembaban relatif pada delapan kondisi, yakni 1%, 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %. Pada setiap kondisi dilakukan tiga kali pengujian.

19 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE Pembuatan Dehumidifier Dehumidifier merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan kelembaban udara. Untuk pembuatan dehumidifier pada alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE ini digunakan dehumidifier jenis desikan atau penurun kelembaban dengan penyerap uap air. Desikan yang digunakan adalah jenis molecular sieve 4A dan silica gel biru. Penyerap kelembaban molecular sieve 4A yang digunakan adalah produk dari Merck. Sedangkan untuk silica gel yang digunakan adalah silica gel blue indicator produk dari Brata Chemical. Tabel berikut adalah spesifikasi dari silica gel dan molecular sieve 4A Tabel 3.2 Spesifikasi Silica Gel Warna Ukuran Kapasitas penyerapan Navy blue 3 5 mm (98,2%) Ukuran < 3 mm (1,6%) Ukuran > 5 mm (0,2%) RH 20% : 11,2% RH 50% : 25,8% RH 90% : 34,4% Nilai ph 6,0 Bulk Density 750 g/l Tabel 3.3 Spesifikasi Molecular sieve 4A Warna Krem Ukuran 2 3 mm (98,2%) Kapasitas penyerapan Crush strength Bulk Density > 210 mg/g > 28 n/b (Newton/bead) 680 g/l Kondisi udara pada tempat pengujian, yakni di Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi memiliki temperatur rata-rata 26,1 o C dan kelembaban relatif rata-rata 54%. Pengering udara (dehumidifier) digunakan untuk menghasilkan fluida kerja dengan

20 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 39 kelembaban relatif 1 %, 10 %, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Gambar skema sistem dehumidifier dapat dilihat pada gambar di bawah. Udara masuk Saluran udara (duct) Kipas Katup Udara proses masuk ke mangkuk bahan bakar Katup Flowmeter Udara dari kompresor Katup Silica Gel / Molecular Sieve 4A Higrometer, Termometer Ke ADC Gambar Skema sistem dehumidifier Sistem pelembab udara seperti terlihat pada gambar di atas terdiri dari beberapa komponen, antara lain: Pengering udara menggunakan molecular sieve 4A Molecular sieve 4A memiliki kemampuan menyerap uap air yang tinggi. Untuk itu, molecular sieve 4A ini digunakan untuk menghasilkan fluida kerja dengan kelembaban relatif 1%. Jumlah molecular sieve 4A yang digunakan untuk pengeringan udara statik dapat diketahui dengan perhitungan berikut : Massa jenis udara lingkungan = 1,1605 kg/m 3 Kelembaban relatif udara lingkungan = 56% Kelembaban relatif udara proses = 1% Jumlah udara proses = 3,8 L/menit x 30 menit = 114 L Kadar uap air udara lingkungan (Ul) = 12,5 g uap air/kg udara kering Kadar uap air udara proses (Up) = 0,25 g uap air/kg udara kering Massa udara lingkungan : 114 1, , udara kering

21 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 40 Massa uap air yang dikeringkan : 12,5 0,25 0, ,620 uap air Molecular sieve 4A yang diperlukan :. 1,620 0,21 = 7,717 g Pada pengujian yang dilakukan, molecular sieve 4A yang digunakan adalah sebanyak 400gr yang diletakkan pada saluran selang dengan diameter 0,5 inci dan panjang 1,5 m. Dengan komposisi molecular sieve 4A yang cukup padat pada saluran selang tersebut, sulit untuk mengalirkan udara sebanyak 3,8 L/menit, sehingga digunakan kompresor dengan tekanan gage 1,2 bar. Dengan mengalirkan udara dari kompresor ini dapat menghasilkan aliran udara yang lebih besar dari 3,8 L/menit. Untuk pengaturan aliran digunakan katup cincin (control valve) yang dapat mengatur aliran udara yang diinginkan. Kelembaban relatif yang dihasilkan dengan instalasi ini adalah sekitar 0,2 0,4 % RH. Sehingga untuk menghasilkan kelembaban relatif sebesar 1%, udara kering yang melewati dehumidifier tersebut dicampur dengan udara lingkungan yang diatur juga dengan menggunakan katup. Pengering udara menggunakan silica gel Silica gel memiliki kemampuan menyerap uap air yang lebih rendah dari molecular sieve 4A. Untuk itu, silica gel ini digunakan untuk menghasilkan fluida kerja dengan kelembaban relatif 10% sampai 50%. Jumlah silica gel yang digunakan untuk pengeringan udara statik dengan kelembaban relatif 10% dapat diketahui dengan perhitungan berikut : Massa jenis udara lingkungan = 1,1605 kg/m 3 Kelembaban relatif udara lingkungan = 56% Kelembaban relatif udara proses = 10% Jumlah udara proses Kadar uap air udara lingkungan (Ul) Kadar uap air udara proses (Up) = 3,8 L/menit x 30 menit = 114 L = 12,5 g uap air/kg udara kering = 2 g uap air/kg udara kering Massa udara lingkungan :

22 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 41 Mu 114 L x 1,1605 kg m x 1.10 m L 0, kg udara kering Massa uap air yang dikeringkan : Muk Ul Up x Mu 12,5 2 g kg udara kering x 0, kg 1,389 g uap air Molecular sieve 4A yang diperlukan : g M. 1,389 g uap air 0,258 g uap air = 5,384 g Pada pengujian yang dilakukan, silica gel yang digunakan adalah sebanyak 800gr yang diletakkan pada saluran selang dengan diameter 0,5 inci dan panjang 1,5 m. Dengan komposisi silica gel yang cukup padat pada saluran selang tersebut, sulit untuk mengalirkan udara sebanyak 3,8 L/menit, sehingga digunakan kompresor dengan tekanan gage 1,2 bar. Dengan mengalirkan udara dari kompresor ini dapat menghasilkan aliran udara yang lebih besar dari 3,8 L/menit. Untuk pengaturan aliran digunakan katup cincin (control valve) yang dapat mengatur aliran udara yang diinginkan. Kelembaban relatif yang dihasilkan dengan instalasi ini adalah sekitar 8,2 8,6 % RH. Sehingga untuk menghasilkan kelembaban relatif 10% sampai 50%, udara kering yang melewati dehumidifier tersebut dicampur dengan udara lingkungan yang diatur juga dengan menggunakan katup. Sistem pengeringan udara dengan silica gel ini pada prinsipnya sama dengan pengeringan menggunakan molecular sieve 4A, hanya absorbentnya saja yang berbeda. Gambar sistem pengering udara (dehumidifier) yang menggunakan molecular sieve 4A dan silica gel sebagai penyerap uap air dapat dilihat pada gambar 3.26 pada halaman berikut.

23 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 42 Fan menghisap udara lingkungan Katup ADC Sensor -sensor Ruang uji bahan bakar Molecular sieve 4A /silica gel dalam saluran selang Higrometer Udara dari kompresor Gambar Sistem pengering udara (dehumidifier) Regenerasi molecular sieve dan silica gel Setelah digunakan untuk pengeringan udara, molecular sieve 4A dan silica gel akan mengalami keadaan jenuh, dimana kedua material tersebut sudah tidak dapat menyerap uap air. Untuk menggunakannya lagi perlu dilakukan proses regenerasi, yakni dengan memanaskan material tersebut dalam oven. Proses regenerasi dilakukan pada : Temperatur : o C Lama pemanasan : ± 8 jam Setelah dilakukan proses regenerasi, molecular sieve 4A dan silica gel tersebut dapat digunakan kembali, namun memiliki penurunan daya serap uap air seperti yang terdapat pada spesifikasinya masing-masing Pembuatan Humidifier Humidifier atau pelembab udara digunakan untuk melembabkan udara. Dengan menggunakan alat ini, kelembaban udara dapat ditingkatkan. Penggunaan alat pelembab udara ini adalah untuk menghasilkan udara proses dengan tingkat kelembaban relatif 60% dan 70%.

24 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 43 Pada penjelasan bab dasar teori bab 2 terdapat beberapa sistem pelembab udara seperti sistem udara penuh, sistem air-udara, dan sistem udara penuh. Pada tugas sarjana ini dipilih pembuatan pelembab udara sistem air-udara. Sistem ini dipilih karena dianggap paling mudah dalam pembuatannya. Selain itu, pengaturan kondisi kelembaban udara dengan sistem ini cukup mudah, yakni dengan menggunakan katup (control valve). Skema dari humidifier dapat dilihat pada gambar berikut, Udara masuk Katup Kipas Katup Udara proses masuk ke mangkuk bahan bakar Kipas Katup Flowmeter Katup Udara masuk Sprayer Higrometer, Termometer Ke ADC Gambar Skema sistem pelembab udara (humidifier) Dari gambar skema sistem pelembab udara di atas, dapat dilihat adanya sprayer/semprotan air untuk menghasilkan udara lembab. Sprayer ini adalah jenis sprayer air yang menggunakan motor. Untuk mengalirkan udara melewati sprayer ini digunakan kipas angin/blower. Udara yang dihembuskan melalui sprayer ini memiliki kelembaban relatif sekitar 78% 82%. Udara lembab tersebut kemudian dicampur dengan udara lingkungan yang memiliki kelembaban relatif sekitar 54% untuk menghasilkan kelembaban relatif udara yang masuk ruang uji sebesar 60% dan 70%. Gambar sprayer dan sistem pelembab udara dapat dilihat pada gambar 3.28 dan gambar 3.29 pada halaman berikut.

25 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 44 Gambar Sprayer pada sistem pelembab udara (humidifier) Fan menghisap udara lingkungan Katup ADC Sensor -sensor Ruang uji bahan bakar Pelembab udara menggunakan campuran udara air (sprayer) Higrometer Gambar Sistem pelembab udara (humidifier) Setelah dilakukan penyempurnaan dengan pembuatan sistem pengkondisian udara, maka alat uji BOCLE sudah dapat digunakan untuk pengujian dengan tingkat kelembaban relatif 1% 70%. Pada gambar 3.30 di bawah ini dapat dilihat instalasi alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE dengan sistem pengering/pelembab udara yang dibuat pada tugas sarjana ini.

26 Bab III Penyempurnaan Alat Uji Kelumasan Bahan Bakar BOCLE 45 Gambar Instalasi alat uji kelumasan bahan bakar BOCLE

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab IV Pengujian dan Analisis 47 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam melakukan pengujian menggunakan BOCLE, diperlukan perangkat data akuisisi. Perangkat ini akan mengambil data dan memindahkannya ke komputer

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah penelitian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian. 3.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA BALL ON CYLINDER LUBRICITY EVALUATOR (BOCLE) Rizwan Gifry

PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA BALL ON CYLINDER LUBRICITY EVALUATOR (BOCLE) Rizwan Gifry PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA BALL ON CYLINDER LUBRICITY EVALUATOR (BOCLE) TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: Rizwan Gifry

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi Motor Diesel 4-Langkah Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 - April 2013 di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 35 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses pemotongan benda kerja

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam Pengambilan data ini menggunakan motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER 3.1 Diagram Alir Dalam proses perancangan tribometer, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Diagram alir (flow chart diagram) perancangan ditunjukkan seperti

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC- 41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang dilakukan adalah studi literature, survey, perancangan dan eksperimen dengan dengan penjabaran berikut : 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang banyak di gunakan untuk operasi dan produksi dalam industri proses, seperti:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KOMPONEN SISTEM 3.1.1 Blower Komponen ini digunakan untuk mendorong udara agar dapat masuk ke system. Tipe yang dipakai adalah blower sentrifugal dengan debit 400 m 3 /jam.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR 4.1 Perangkat Uji Sistem Poros-rotor Perangkat uji sistem poros-rotor yang digunakan tersusun atas lima belas komponen utama, antara lain: landasan (base),

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 Deskripsi Peralatan Pengujian Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Yamaha Crypton secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mengenai Kelapa Tanaman kelapa merupakan tanaman yang sangat berguna dalam kehidupan ekonomi pedesaan di Indonesia. Karena semua bagian dari pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Penelitian Metode penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu pelaksanaan, bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS

ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS ANALISA KEAUSAN CYLINDER BEARING MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON- DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Darmanto 1, Wahid Nasruddin 2 dan Imam Syafa at 3 1,3 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian adalah parameter proses pengerjaan dalam pengelasan gesek sangatlah kurang terutama pada pemberian gaya pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Suzuki

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor

1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 110 cc. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah sepeda motor bensin 4-langkah 0 cc, dengan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah melakukan pengujian maka diperoleh beberapa data, diantaranya adalah data pengujian penghembusan udara bertekanan, pengujian kekerasan Micro Vickers dan pengujian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-108 Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction Muhammad Hasry dan Yusuf

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

ANALISIS KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON-DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS

ANALISIS KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON-DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS ANALISIS KEAUSAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN TRIBOTESTER PIN-ON-DISC DENGAN VARIASI KONDISI PELUMAS Darmanto*, Muhamad Thufik Ridwan, dan Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Hasil Konstruksi Kolom Adsorpsi Berdasarkan rancangan dari kolom adsorpsi pada gambar III.1., maka berikut ini adalah gambar hasil konstruksi kolom adsorpsi : Tinggi =1,5

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045

TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 Oleh : Rendra Pramana Pembimbing : Ir.Arino Anzip, Meng Sc. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design), pembuatan benda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci