DAFTAR PUSTAKA. 3. Janssen W. Forensic histopathology. Berlin : Springer-Verlag;

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA 1. Dimaio VJ, Dimaio D. Forensic pathology. 2nd ed. London: CRC Press; Shepherd R. Simpson s forensic medicine. 12 th ed. London: Arnold; Janssen W. Forensic histopathology. Berlin : Springer-Verlag; Bockholdt B. Schneider V. Death by electrocution in bathtub. Available from: URL: tanggal 15 Desember Syamsun, A. Efek paparan arus listrik terhadap jumlah titik hiperkontraksi otot gastrocnemius dan kadar kreatin kinase serum tikus wistar. Masters thesis, Available from : URL: Disitasi tanggal 28 Desember Christian S, Richard G T. Electrocution and life-threatening electrical injuries. Ann Intern Med. 2006; Knight B. Forensic pathology,2 nd ed. London: Arnold : 1996; Wright RK. Investigation electrcal injuries and death. Available from:url Disitasi tanggal 15 Desember Cooper AM, Price TG. Electrical and lightning injuries. Available from :URL Disitasi tanggal 15 Desember

2 10. Spies C,Trohman RG. Electrocution and life-threatening electrical injuries. Avaiable from URL. Disitasi tanggal 15 Desember Memon AR, Tahir SM, Memon FM, Hashmi F, Shaikh BF. Serum creatine phosphokinase as prognostic indicator in the management of electrical Burn. J. Coll Physicians Surg Pak. 2008;18: Bikson M. A.Review of hazards association with exposure to low voltage electrocution.available from URL. tanggal 28 September Criner JA, Appelt M, Coker C, Conrad S, Holliday J. Rhabdomiolis : the hidden killer. MEDSURG Nursing 2002;11: Fineschi V, Karch S.B, D Errico S, Pomara C,Riezza I,Turillazzi E. Cardiac pathology in death from electrocution. Int J Legal Med [serial online] 2006 Mar; 120(2); Available from: URL: Disitasi tanggal 9 Januari Qing ZQ, Gong YC, Huang XH. Ultrastructure changes of electrical injury in rats. Institute of Forensic Sciences.China Aug;17(3): Avaiable from : URL. al_injury_in_rats. Disitasi tanggal 13 Agustus

3 16. Housinger TA, Green L, Shahangian S, Saffle JR, Warden GD.A prospective study of myocardial damage in electrical injuries. J Trauma.1985;25(2): Hammond J, Ward CG. Myocardial damage and electrical injuries: significance of early elevation of CPK-MB isoenzymes. South Med J Apr;79(4): Zhang B,Yang Y,Tian Y, Li G,Zhang X, Li M.Diagnostic value of serum creatinine kinase MB in patiens with cardiac damage after electric injuries.zhonghua Wai Ke Za Zhi Journal.1998 Aug ;36(8): Chandra NC,Siu CO.Munster AM.Clinical predictors of myocardial damage after high voltage electrical injury.crit Care Med.1990 Mar;18(3): Michine T, ishikawa T,Zhao,Kamikodai Y, Zhu BL,Maeda H. Pathological and biochemical analysis of the pathophysiogy of fatal electrocution in five autopsy cases.legmed (Tokyo).2009 Apr,11 Suppl 1:S Electrical conductor. Avaiable from URL. Disitasi tanggal 01 Desember Malvino AV. Prinsip-prinsip elektronika. Edisi I. Alih bahasa : Santoso AJ. Jakarta : Salemba Tehnika;2003: Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta : EGC; James TN, Riddick LR, Embry JH. Cardiac abnormalities demonnstrated postmortem in four cases of accidental electrocution and their potential significance relatif to nonfatal electrical Injury of The Heart. Am Heart J Available from URL. 74

4 Disitasi tanggal 1 Oktober Budi S, Zulhasmar S,Tjetjep DS.Peranan ilmu kedokteran forensik dalam penegakan hukum. Jakarta:Pustaka Dwipar ; Lenntech. Water conductivity. Available from: URL: Disitasi tanggal 11 Desember Idries AM,Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu kedokteran forensic dalam proses penyidikan.cetakan 1 edisi revisi. Jakarta:Sagung Seto, 2008; Akcan R, Hilal A, Gulmen MK, Cekin N. Childhood deaths due to electrocution in Adana, Turkey. Acta Paediatrica 2007;96: Byard RW, Hanson KA, Gilbert JD, James RA, Nadeau J, Blackbourne B, et all. Death due to electrocution in childhood and early adolescence. J.Paediart Child Health jan-Feb;39(1): Saulis G, Saulius S. Electroporation of biological membranes.veterinarija ir zootechnika.t.2004;26(48): Rubinsky B. Irreversible electroporation in medicine.technology in cancer research and treatment.2007 August;6(4): Daley BJ, Electrical injury. Available from URL. Disitasi tanggal 9 September Dzhokic G, Jovchevska J, Dika A. Electrical injuries: etiology, patophysiology, and mechanism of injury. Maced J Med S [serial online] 2008 Dec 15; 1(2):54-75

5 8. Available from: URL: tanggal 15 Januari Membran advance leaner page.[homepage on the internet].available from : URL:http//life.nthu.edu.tw/-d857401/advace.html. Disitasi tanggal 17 Oktober Setiawan I. ed. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC,1997; Matthews GG.The mechanism of filament sliding during contraction of myofibril. [homepage on internet], Available from URL.: Disitasi tanggal 16 Oktober Underwood JCE. Patologi umum dan sistemik. Ed 2.Terjemahan Sarjadi,editor, Jakarta: EGC;1999; Widmann FK.Tinjauan klinis atas hasil laboratorium. Ed 9. :Kresno SB, Gandasoebrata R,Latu J. (Penerjemah). Jakarta :EGC; Creatine kinase. Available from URL: Disitasi tanggal 29 Oktober Creatine Kinase-MB ( CK-MB ). Available from URL : Disitasi. 29 Oktober

6 41. Myocardial infarction. Available from URL : Enzymes. Disitasi tanggal 29 Desember Kirkwood BR. Essentials of medical statistics. London : Blackwell Scientific Publications; Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika; Forest FC, Saunders PR, McSwinney M, Tooley MA. Cardiac injury and electrocoution.j R Soc Med [serial on the internet].1991;85(10): Available from URL: Disitasi tanggal 24 Okober

7 Lampiran : Metode Baku Histologis Pemeriksaan Jaringan A. Cara pengambilan jaringan dan fiksasi 1. Mengambil jaringan yang dibutuhkan sesegera mungkin setelah mencit dimatikan (kurang dari 2 jam) dengan ukuran 1x1x1 cm Kemudian memasukkan ke dalam larutan fiksasi dengan urutan sebagai berikut: a. Fiksasi dalam larutan Bouin maksimal 6 jam. b. Kemudian jaringan dipindahkan ke dalam larutan formalin 10%. c. Jaringan diperkecil ukurannya. d. Jaringan dimasukkan ke alkohol 70% 24 jam, kemudian dilanjutkan dengan alkohol 80%-90%. e. Larutan xylol alkohol 1:1 dengan waktu 24 jam. f. Larutan xylol 1, 2, 3 dengan waktu masing-masing 30 menit, sehingga jaringan terlihat tembus pandang. g. Xylol parafin 1:1 selama 20 menit/24 jam dengan dipanaskan dalam oven 55 0 C. h. Parafin 1, 2, 3 selama 30 menit. i. Parafin 4 waktu 30 menit, lalu jaringan dicetak blok parafin, kemudian didinginkan 24 jam. j. Kemudian dipotong dengan mikrotom. 78

8 B. Cara pemotongan blok 1. Menyiapkan kaca objek bersih. 2. Kaca objek diberi albumin di tengahnya. 3. Direkatkan. 4. Blok yang sudah disiapkan dipotong dengan ketebalan 5 mikro, lalu dimasukkan air panas 60 0 C. Setelah jaringan mengembang, jaringan diambil menggunakan kaca objek yang sudah diberi albumin. 5. Kemudian dikeringkan. 6. Parafin yang ada pada kaca objek atau jaringan dihilangkan dengan dipanaskan dalam oven 60 0 C atau dengan tungku. C. Pewarnaan 1. Xylol 1 5 menit. 2. Xylol 2 5 menit. 3. Alkohol xylol 2 menit 4. Bilas alkohol 96%-30% masing-masing 30 menit. 5. Bilas aquades 1x 10 menit. 6. Hematoksilin 2-10 menit. 7. Bilas dengan air mengalir sampai bersih. 8. Bilas aquades. 9. Bilas alkohol 50-96%. 10. Eosin 2-5 menit. 11. Bilas alkohol 96% 2x. 79

9 12. Bilas alkohol xylol langsung dibersihkan kotoran-kotoran yang ada di sekitar jaringan. 13. Xylol 1,2 5 menit, langsung ditutup kaca penutup. 14. Maka jadilah preparat. 80

10 Lampiran : Data Jumlah Titik Hiperkontraksi Serabut Otot dan Kadar Kreatin kinase MB Tikus Wistar a. Paparan listrik secara langsung No Kelompok paparan arus listrik Jumlah titik hiperkontraksi otot jantung Kadar keratin kinase MB serum 1 0 ma ,6 2 0 ma ,9 3 0 ma 9 800,3 4 0 ma ,4 5 0 ma ,3 6 0 ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma ,3 b. Paparan listrik Melalui Medium Air No Kelompok paparan Jumlah titik Kadar keratin kinase 81

11 arus listrik hiperkontraksi otot MB serum jantung 1 0 ma ,6 2 0 ma ,9 3 0 ma 9 800,3 4 0 ma ,4 5 0 ma ,3 6 0 ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma , ma ,0 82

12 Lampiran : Foto Preparat Histopatologis Potongan longitudinal Otot Jantung Tikus Wistar Hiperkontraksi Gambar 1. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current)1-30 ma secara langsung dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X Hiperkontraksi Gambar 2. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) ma secara langsung dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X 83

13 Hiperkontraksi Gambar 3. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) ma secara langsung dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X Hiperkontraksi Gambar 4. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) ma secara langsung dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X 84

14 Hiperkontraksi Gambar 5. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current)1-30 ma melalui medium air dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X Hiperkontraksi 85

15 Gambar 6. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) ma melalui medium air dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X Hiperkontraksi Gambar 7. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current) ma melalui medium air dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X Hiperkontraksi Gambar 8. Gambaran hiperkontraksi serabut otot jantung tikus wistar yang terpapar arus listrik bolak balik (alternating current ) ma melalui medium air dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X 86

16 Gambar 9. Gambaran serabut otot jantung tikus wistar tanpa paparan listrik dengan mikroskop cahaya Olympus BX 41 pembesaran 400 X 87

17 Lampiran : Uji Korelasi Pearson 1. Korelasi antara jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung dengan kadar kreatin kinase-mb serum pada paparan listrik secara langsung Correlations jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel kadar ckmb serum Pearson Correlation Sig. (2-tailed)..212 kadar ckmb serum Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Korelasi antara jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung dengan kadar kreatin kinase MB serum pada paparan listrik melalui medium air Correlations jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel kadar ckmb serum Pearson Correlation Sig. (2-tailed)..288 kadar ckmb serum Pearson Correlation Sig. (2-tailed)

18 Lampiran : Uji Korelasi Spearman 1. Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat secara langsung dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung Correlations jumlah titik hiperkontraksi kelompok perlakuan serabut otot ventrikel Spearman's rho kelompok perlakuan Correlation Coefficient (**) Sig. (2-tailed)..000 jumlah titik Correlation Coefficient.981(**) hiperkontraksi serabut Sig. (2-tailed).000. otot ventrikel ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 2. Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat melalui medium air dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung Correlations Spearman's rho kelompok paparan arus listrik melalui medium air jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). kelompok paparan arus listrik melalui medium air jumlah titik hiperkontraksi serabut otot ventrikel Correlation Coefficient (*) Sig. (2-tailed)..020 Correlation Coefficient.423(*) Sig. (2-tailed)

19 3. Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat secara langsung dengan kadar kreatin kinase MB serum tikus wistar Correlations kelompok perlakuan kadar ckmb serum Spearman's rho kelompok perlakuan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..172 kadar ckmb serum Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat melalui medium air dengan kadar kreatin kinase MB serum tikus wistar Correlations Spearman's rho kelompok paparan arus listrik melalui medium air kelompok paparan arus listrik melalui medium air kadar ckmb serum Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..068 kadar ckmb serum Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)