JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL"

Transkripsi

1 PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO

2 LEMBAR PENGESAHAN JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO

3 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO 1, Suwarly Mobiliu S. Kp, M. Kep 2, dr. Sitti Rahma M.Kes 3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG 2. Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG Abstrak ELFA MBUINGA.. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Skripsi, Jurusan S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep dan Pembimbing II dr. Sitti Rahma, M.Kes. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu kemampuan perawatan diri tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah keluarga tunagrahita berjumlah 51 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis penelitian menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian diperoleh dari 51 responden bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dengan P Value = 0,012 < α(0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tungarhita di Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian ini disarankan kepada keluarga untuk memberikan bimbingan pada tunagrahita dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) yang lebih baik. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL), Tunagrahita. Daftar Pustaka : 30 referensi ( )

4 Keywords : Family Support, Independence of Activity Daily Living (ADL) Tunagrahita Reference : 30 references ( )

5 PENDAHULUAN Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental: istilah resminya di Indonesia disebut tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan PP 72 Tahun 1991 adalah tunagrahita ringan IQnya 50-70, tunagrahita sedang IQnya 30-50, tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 (Apriyanto, 2012) 1. Kemandirian merupakan suatu keadaan dapat mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut (Friedman, 2010) 2 Bagi anak tunagrahita, sekurang-kurangnya diperlukan dua bidang kemandirian yang harus dimiliki yaitu: (1) keterampilan dasar dalam hal membaca, menulis, komunikasi lisan, dan berhitung, (2) keterampilan perilaku adaptif yaitu keterampilan mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari (activity daily living), dan keterampilan menyesuaikan diri dengan lingkungan (social living skills). Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk mengatasi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009) 3. Menurut Harnilawati (2013) 4, jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Menurut WHO, tercatat sebanyak 15% dari penduduk dunia atau 785 juta orang mengalami gangguan mental dan fisik. Tunagrahita merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama di negara-negara berkembang (Prasa, 2013) 5. Berdasarkan Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia terdapat 0,7% (sekitar 2,8 juta) jiwa mengalami kecacatan dan sekitar 600 ribu diantaranya anak-anak (21,42%) usia sekolah (usia 5-18 tahun) dan populasi anak tunagrahita menempati angka terbesar. Angka penderita tunagrahita usia sekolah di Indonesia diperkirakan berjumlah setengah dari total penderita cacat atau sekitar 1,5 juta jiwa, dan hanya anak yang dapat mengikuti pendidikan secara formal di sekolah khusus (Ramawati, 2011) 6. Berdasarkan Profil Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo Tahun 2014 jumlah SLB (Sekolah Luar Biasa) di Provinsi Gorontalo yaitu berjumlah 7 SLB (Sekolah Luar Biasa). Dari data siswa SLB Provinsi Gorontalo tercatat jumlah siswa yang berkebutuhan khusus berjumlah 875 siswa. Jumlah siswa tunagrahita tecatat paling banyak yakni berjumlah 499 siswa. 1 Apriyanto, Nunung Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 2 Friedman, M Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC 3 Tamher dan Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 4 Harnilawati, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam 5 Prasa, B.A Sters dan koping orang tua dengan anak retrdasi mental. Jurnal Fakultas Psikologi 6 Ramawati, Dian Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

6 Prevalensi siswa tunagrahita dari tahun ke tahun di SLB Negeri Pohuwato terjadi peningkatan. Jumlah tunagrahita pada tahun 2013 terdapat 44 orang siswa, pada tahun 2014 berjumlah 48 siswa tunagrahita. Data yang diperoleh jumlah total siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pohuwato pada tahun berjumlah 106 siswa. Dari jumlah anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pohuwato yang tercatat paling banyak yaitu siswa tunagrahita berjumlah 51 siswa yang terdiri dari 41 siswa SD, 6 siswa SMP, dan 4 siswa SMA. Berdasarkan survey awal di SLB Negeri Pohuwato didapatkan beberapa siswa tunagrahita yang terdaftar di sekolah tersebut tidak lagi bersekolah atau pergi sekolah hanya tiga kali dalam satu minggu, mereka juga dalam aktivitasnya sehari-hari seperti memakai sepatu, menggosok gigi, mandi, berpakaian belum bisa melakukannya sendiri. Hal ini sangat membutuhkan dukungan dari keluarga siswa tunagrahita tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Arfandi, Dkk (2013) 7 mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemampuan perawatan diri anak retardasi mental (tunagrahita), dimana pengaruh tersebut positif yang makin baik dukungan sosial keluarga maka semakin baik juga kemampuan perawatan diri anak dengan retardasi mental atau anak tunagrahita. Penelitian yang juga dilakukan oleh Head dan Abbeduto (2007) 8 mendapatkan hubungan dalam keluarga yang kohesif, positif, dan saling menyayangi menimbulkan fungsi keluarga yang lebih baik dan meningkatkan perkembangan pada anak dengan retardasi mental (tunagrahita). Berdasarkan dengan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian di Kabupaten Pohuwato. Waktu pelaksanaan tanggal 20 Mei sampai dengan 27 Mei. Desain penelitian dengan metode kuantitatif dan dirancang menggunakan pendekatan cross sectional. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan Total Sampling yakni seluruh keluarga siswa tunagrahita yang terdaftar di SLB Negeri Pohuwato berjumlah 51 keluarga siswa tunagrahita. Data dikumpul menggunakan kuesioner yang berisi data demografi lansia, dukungan keluarga dan indeks Katz..Data dianalisis dengan uji statistik Chi-Square.. HASIL PENELITIAN 7 Arfandy, Dkk Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. [diakses pada tanggal 25 Maret ]. 8 Head, L, S., & Abbeduto, L. (2007). Recognizing The Role of Parents in Developmental Outcomes: A Systems Approach To Evaluating The Child With Developmental Disabilities. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Review, Vol. 13: `

7 1. Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Tabel 1. Distribusi Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Dukungan Keluarga Jumlah % Kurang Baik Total Sumber: Data Primer, Hasil Penelitian Tabel 1. menunjukkan bahwa dukungan keluarga terbanyak dalam kategori kurang yaitu 26 responden (51,0%), sedangkan dukungan keluarga Baik yaitu 25 responden (49,0%). 2. Tingkat Kemandirian Activty Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Tabel 2. Distribusi Tingkat Kemandirian Activty Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Activity Daily living (ADL) Jumlah % Mandiri Tidak Mandiri Total Sumber: Data Primer, Hasil penelitian tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato yaitu mandiri dengan jumlah 32 responden (62,7%), sedangkan tidak mandiri dengan jumlah 19 responden (37,3%). 3. Analisis Bivariat Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Hasil analisis adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Dukungan Keluarga Kurang Baik Activity Daily Living (ADL) Total Mandiri Tidak Mandiri Jumlah N % n % N % % 39.2% % 9.8% Total % % % Sumber: Data Primer, P Value 51.0% 49.0% 0,012

8 Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan P Value sebesar 0,012. Oleh karena P Value 0,012 < α (0,05) maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. PEMBAHASAN 1. Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Pada tabel 1 tentang distribusi dukungan keluarga pada tunagrahita yang didapatkan bahwa terdapat 26 responden (51,0%) mempunyai dukungan keluarga dalam kategori kurang, sedangkan 25 responden (49,0%) memiliki dukungan keluarga yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan responden yang rendah, dimana didapatkan sebagian besar pendidikan responden yaitu SD 23 responden (45.1%) dari 51 responden. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurangnya pengetahuan keluarga tentang kebutuhan-kebutuhan tunagrahita dan cara didik tunagrahita sehingga rasa kasih sayang dan perhatian keluarga terhadap tunagrahita juga berkurang. Oleh karena itu semakin rendah tingkat pengetahuan keluarga maka semakin buruk dampaknya bagi anak tunagrahita. Sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan keluarga maka semakin baik dampaknya bagi perkembangan tunagrahita (Apriyanto, 2012) 9. Faktor lain yang mempengaruhi keluarga dari siswa tunagrahita belum memberikan dukungan yang optimal kepada anaknya yaitu dikarenakan orang tua dari siswa tunagrahita tersebut tidak percaya kepada anaknya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan pemantauan peneiliti menemukan bahwa keluarga khususnya orang tua siswa tunagrahita takut jika anaknya mengalami perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya hal ini disebabkan karena keterbatasan dari tunagrahita tersebut. 2. Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Pada tabel Berdasarkan analisis data tentang kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato terdapat 32 responden (62.7%) dalam kategori mandiri. Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena pada penelitian ini siswa tunagrahita yang diteliti mayoritas berusia lebih dari 12 tahun sehingga kemampuan perawatan diri mereka lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Ling (2008) 10 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia anak tunagrahita dengan kemampuan 9 Apriyanto, Nunung Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 10 Ling, F. (2008). Self Care behaviors of school-aged children with heart disease. Pediatric Nursing Journals, 34(2),

9 perawatan diri. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia akan semakin bertambah pula kemampuan anak dalam menguasai keterampilan tertentu. Kemandirian merupakan suatu keadaan dapat mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Bagi tunagrahita, sekurang-kurangnya diperlukan dua bidang kemandirian yang harus dimiliki yaitu: (1) keterampilan dasar dalam hal membaca, menulis, komunikasi lisan, dan berhitung; (2) keterampilan perilaku adaptif yaitu keterampilan mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari (Activity Daily Living) seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air besar/kecil. Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemandirian tunagrahita dalam merawat diri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air besar/kecil (Apriyanto, 2012) 11. Berdasarkan hasil penelitian oleh Widyartanty (2009) 12 dengan judul hubungan pemberian motivasi keluarga terhadap kemampuan merawat diri pada anak tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang didapatkan hasil bahwa mayoritas anak tunagrahita pada usia sekolah mampu untuk melakukan perawatan diri. Pada penelitian ini juga siswa tunagrahita yang diteliti yaitu terbanyak pada kategori tunagrahita ringan dan sedang sehingga tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dalam kategori mandiri, dalam hal ini mereka masih dapat mengurus diri mereka sendiri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, serta buang air besar/kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Semiun (2006) 13 menyatakan bahwa tunagrahita dengan kemampuan intelektual yang rendah dapat menguasai keterampilan-keterampilan hidup sederhana seperti perawatan diri dan kegiatan rumah tangga bila diajarkan secara terus-menerus dan konsisten. 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Dari hasil penelitian uji chi-square di dapatkan P Value = 0,012 < α (0,05) maka Ho ditolak, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tungarhita di Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arfandi, Dkk (2013) 14 dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental Di SLB Negeri Ungaran yang mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemampuan perawatan diri anak retradasi mental (tunagrahita), dimana pengaruh tersebut 11 Apriyanto, Nunung Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 12 Widyartanty, (2009). Hubungan Pemberian Motivasi Keluarga Terhadap Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang [diakses pada tanggal 1 Mei ]. 13 Semiun. Y. (2006) Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisisu. 14 Arfandy, Dkk Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. [diakses pada tanggal 25 Maret ].

10 positif yang makin baik dukungan sosial keluarga maka semakin baik juga kemampuan perawatan diri anak dengan retradasi mental atau anak tunagrahita. Dukungan keluarga pada penelitian ini terdiri dari 4 indikator yang meliputi dukungan keluarga penilaian, dukungan keluarga instrumental, dukungan keluarga informasional dan dukungan keluarga emosional. Dukungan penilaian (apparsial), yaitu keluarga sebagai pemberi bimbingan dan umpan balik atas pencapaian anggota keluarga dengan cara memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian sehingga dapat menimbulkan kepercayaan diri pada individu (Harnilawati, 2013) 15. Sesuai dengan hasil pemantauan peneliti, ditemukan bahwa keluarga tidak sepenuhnya menerima hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak tunagrahita seperti membersihkan diri dalam hal ini mandi sendiri, berpakaian, dan menyapu. Peneliti berasumsi bahwa dengan jika keluarga menerima apa yang dilakukan anak tunagrahita maka akan memberikan kepercayaan pada tunagrahita untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2011) 16 mengatakan bahwa perkembangan dan kemandirian anak dalam melakukan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh tahap penerimaan orang tua terhadap anak tunagrahita. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi keluarga, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain (Harnilawati, 2013) 17. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, masih ada keluarga dari tunagrahita yang tidak menyediakan alat transportasi untuk anaknya pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan oleh faktor ekonomi keluarga maka secara tidak langsung hal ini akan menyebabkan tungarahita tersebut tidak optimal mendapatkan pelajaran dari sekolah tentang bagaimana melakukan aktivitas seharihari seperti makan, mandi, berpakaian, serta buang air besar/kecil dengan baik dan benar. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa dengan menyediakan apa yang dibutuhkan anak tunagrahita akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangannya terutama kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari (activity daily living). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvey (2004) 18 pendapatan keluarga yang relative rendah pada akhirnya mengakibatkan keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan anak atau mempersiapkan masa depan yang baik bagi anak dengan disabilitas. Dukungan informasional. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama (Tamher, 2009) 19. Sesuai dengan hasil penelitian yang 15 Harnilawati, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. 16 Ramawati, Dian Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 17 Harnilawati, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. 18 Harvey, B. (2004) Down Syndrome: A biospychosocial Perspective : Nursing standard. 19 Tamher dan Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

11 dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa keluarga tunagrahita sebagian besar tidak mencari informasi terkait kesehatan anaknya baik melalui media masa ataupun elektronik hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan responden yang rendah. Peneliti berasumsi bahwa jika orang tua tunagrahita mencari informasi terkait dengan anaknya maka akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengatahui bagaimana cara yang baik dalam mendidik anak tunagrahita. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Harnilawati, 2013) 20. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa jika keluarga memberikan dukungan dan perhatian kepada siswa tunagrahita akan memberikan dampak positif terhadap perkembangannya khususnya dalam aktivitas sehari-hari tunagrahita. Hal ini sesuai teori dari Friedman (2010) 21 yang menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan suatu bentuk dukungan berupa rasa aman, cinta kasih, memberi semangat, mengurangi putus asa dan rendah diri sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dukungan emosional dalam keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari hasil analisa diatas bahwa ada hubungandukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Dimana didapatkan bahwa pada dukungan keluarga yang baik dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita dalam kategori mandiri berjumlah 20 responden, hal ini dapat dikatakan bahwa jika semakin baik dukungan yang diberikan keluarga maka akan baik pula tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita. Akan tetapi didapatkan pada dukungan keluarga yang kurang dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita memiliki kategori mandiri berjumlah 12 responden (23,5%), hal ini disebabkan karena faktor dalam diri anak tunagrahita itu sendiri, meskipun dukungan dari keluarga yang kurang akan tetapi mereka sudah dapat melakukan kemampuan perawatan diri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah serta buang air besar/kecil karena sebagian besar siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato masih dalam kategori tunagrahita ringan dan sedang yang artinya masih mampu dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah dan buang air besar/kecil secara mandiri. Serta pada dukungan keluarga yang baik dengan Activity Daily Living (ADL) memiliki kategori tidak mandiri berjumlah 5 responden (9,8%), hal ini dikarenakan faktor usia, dalam hal ini 5 responden tersebut masih berumur sekitar 6 sampai 7 tahun sehingga belum mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living) seperti makan, mandi, berpaikaian, berpindah serta buang air besar/kecil. Pada dukungan keluarga yang kurang dengan Activity Daily Living (ADL) memiliki kategori tidak mandiri berjumlah 14 responden (27,5%), sesuai dengan hasil pemantauan peneliti hal ini disebabkan karena masih adanya stigma yang buruk dari keluarga maupun masyarakat terhadap orang yang memiliki keterbelakangan mental dalam hal ini yaitu tunagrahita seperti mereka menganggap bahwa tunagrahita tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, sehingga keluarga belum optimal dalam memberikan dukungan kepada siswa tunagrahita tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisha (2012) 22 yang mengatakan bahwa ketidaksiapan orang tua terhadap kondisi anak yang berujung pada 20 Harnilawati, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. 21 Friedman, M Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC 22 Aisha, M.N Hubungan Pengetahuan Tentang Retardasi Mental dan Penerimaan Orang Tua. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

12 penolakan akan turut mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh anak. Namun bagi orang tua yang menunjukkan penerimaan dirinya terhadap kondisi anak akan turut mempengaruhi sikap yang positif dalam pola asuh dan upaya penyembuhan anak. Dukungan keluarga mempunyai peranan penting dalam sikap dan perilaku tunagrahita, karena keluarga bisa memberikan dorongan baik secara fisik maupun mental. Dengan adanya dukungan keluarga yang diperoleh diharapkan dapat mampu memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan juga perkembangan siswa tunagrahita. 4. Ketebatasan Penelitian a. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana kelemahan rancangan ini adalah hanya bisa mengetahui kondisi saat ini tapi tidak bisa mengetahui kondisi sebelumnya artinya tidak diketahui sebab dan akibatnya. b. Responden dalam penelitian ini hanya orang tua siswa tunagrahita, sehingga tidak diperoleh informasi dari guru di sekolah mengenai kemampuan perawatan diri siswa tunagrahita dan dukungan yang diberikan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kemampuan perawatan diri siswa tunagrahita. c. Penelitian ini tidak adanya pemantauan atau observasi secara langsung pada keluarga siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato tentang dukungan yang diberikan keluarga kepada anaknya, begitupun Activity Daily Living (ADL) yang dilakukan oleh siswa tunagrahita. KESIMPULAN Disimpulkan dukungan keluarga pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dalam kategori kurang yaitu (51,0%), dan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita dalam kategori mandiri dengan jumlah (62.7%). Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagarhita di Kabupaten Pohuwato dengan nila P Value = 0,012 < α (0,05). SARAN 1. Bagi Institusi pendidikan / SLB (Sekolah Luar Biasa) Bagi institusi pendidikan khusunya SLB (Sekolah Luar Biasa) diharapkan dapat terus mengembangkan program pengajaran di sekolah mengenai Activity Daily Living (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air kecil/besar pada siswa tunagrahita dan menjalin kerjasama dengan orang tua siswa tunagrahita sehingga siswa tunagrahita mendapatkan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan siswa tunagrahita pada saat di rumah. 2. Bagi Keluarga Bagi keluarga diharapkan meningkatkan pengetahuan terkait kondisi dan kebutuhan tunagrahita serta memberikan bimbingan dan dukungan pada tunagrahita dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) yang lebih baik.

13 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada anak dengan kebutuhan khusus. DAFTAR PUSTAKA Apriyanto, Nunung Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. Arfandy, Dkk Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. [diakses pada tanggal 25 Maret ]. Friedman, M Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC Harnilawati, Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Harvey, B. (2004) Down Syndrome: A biospychosocial Perspective : Nursing standard. Head, L, S., & Abbeduto, L. (2007). Recognizing The Role of Parents in Developmental Outcomes: A Systems Approach To Evaluating The Child With Developmental Disabilities. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Review, Vol. 13: Ling, F. (2008). Self Care behaviors of school-aged children with heart disease. Pediatric Nursing Journals, 34(2), Prasa, B.A Sters dan koping orang tua dengan anak retrdasi mental. Jurnal Fakultas Psikologi. Ramawati, Dian Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tamher dan Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Widyartanty, (2009). Hubungan Pemberian Motivasi Keluarga Terhadap Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang [diakses pada tanggal 1 Mei ].

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SLB N KENDAL Priharyanti Wulandari 1), Menik Kustriyani

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Rima Novianti, Ratna Dwierya rima.stikes@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak tunagrahita sering dipandang sebelah mata oleh sebagian anggota masyarakat. Mereka dianggap aneh karena menunjukkan perilaku yang tidak lazim

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK TUNAGRAHITA DI SLB TUNAS MULYA KELURAHAN SEMEMI KECAMATAN BENOWO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK TUNAGRAHITA DI SLB TUNAS MULYA KELURAHAN SEMEMI KECAMATAN BENOWO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK TUNAGRAHITA DI SLB TUNAS MULYA KELURAHAN SEMEMI KECAMATAN BENOWO Oktavia Alfita Sari, Wesiana Heris Santy Fakultas Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ELDERLY DAILY LIVING ACTIVITIES INDEPENDENCES Endang Mei Yunalia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1.1.1 Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Desa Tualango terbentuk sejak tahun 1908. Asal mula nama Desa Tualango

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION Vol., No.2, Desember 2015 DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan no.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Retardasi mental merupakan anak yang memiliki kemampuan yang kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata yang muncul dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RETARDASI MENTAL DENGAN MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RETARDASI MENTAL DENGAN MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN RETARDASI MENTAL DENGAN MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL Ch. Hatri Istiarini STIKES Bethesda Yakkum Jl. Johar Norhadi No. 6 Yogyakarta 55224 e-mail: ch.hatri.istiarini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuna grahita adalah defisit dalam perkembangan fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007). BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 % BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah lanjut usia di atas 60tahun lebih dari 800 juta. proyeksi menunjukkan bahwa angka ini akan meningkat menjadi lebih dari dua miliar pada tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN Relationship of a Pattern of Foster Parents to the Level of Independence of the Son of Mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 1,2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dijalankan pemerintah saat ini mempengaruhi kualitas kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang sering terjadi saat ini. Stroke adalah penyakit gangguan fungsional pada otak yang bersifat akut karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, BIMBINGAN BELAJAR, DAN TINGKAT KECERDASAN (IQ) DENGAN KEMAMPUAN BINA DIRI BAGI SISWA TUNAGRAHITA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, BIMBINGAN BELAJAR, DAN TINGKAT KECERDASAN (IQ) DENGAN KEMAMPUAN BINA DIRI BAGI SISWA TUNAGRAHITA HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, BIMBINGAN BELAJAR, DAN TINGKAT KECERDASAN (IQ) DENGAN KEMAMPUAN BINA DIRI BAGI SISWA TUNAGRAHITA A. Ramadona *1 Sihkabuden *2 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup (BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua mempunyai harapan untuk memiliki anak yang normal, sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir dengan kondisi fisik dan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan Verra Linda Montung 1, Syuul K. Adam 2, Iyam Manueke 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO Oleh SRI OKTAVIANTI ISMAIL NIM. 841 411 028 Telah diperiksa dan disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PENGGUNAAN DIAPER PADA ANAK USIA TODDLER (Suatu Penelitian Di Taman Kanak-Kanak PAUD Kecamatan Tilong Kabila

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI Ira Kristayani Saragih*, Ismayadi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA DALAM MEMANDIRIKAN ANAK RETARDASI MENTAL DI ACEH THE ROLE OF FAMILY IN HELPING MENTALLY RETARDED CHILDREN BECOME INDEPENDENT IN ACEH

PERAN KELUARGA DALAM MEMANDIRIKAN ANAK RETARDASI MENTAL DI ACEH THE ROLE OF FAMILY IN HELPING MENTALLY RETARDED CHILDREN BECOME INDEPENDENT IN ACEH PERAN KELUARGA DALAM MEMANDIRIKAN ANAK RETARDASI MENTAL DI ACEH THE ROLE OF FAMILY IN HELPING MENTALLY RETARDED CHILDREN BECOME INDEPENDENT IN ACEH Tiara Ayu 1 ; Fithria 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL (Activity Dialy Living) PADA LANSIA DI DESA BAKALANPULE KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Nur Khoirun Nisa*, Arifal Aris**

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna Grahita atau Cacat Ganda adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau dalam kandungan atau masa

Lebih terperinci

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche di MI Salafiyah Simbang Kulon 02 Kabupaten Pekalongan. Ervina Ulfa dan Rizky Ajeng Mardiyana Aida Rusmariana,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI i HUBUNGAN PERAN ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 50 Anny Rosiana, Novi Tiara / Indonesia Jurnal Perawat. Vol.2 No.I (2017) 50-56 PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWTAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK 4 Abdul Muchid *, Amin Samiasih **, Mariyam *** Abstrak Latar belakang:

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI UNGARAN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI UNGARAN ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI UNGARAN Zemmy Arfandi *), Eko Susilo **), Gipta Galih Widodo ***). *) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan sekelilingnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya

Lebih terperinci

GAMBARAN MEKANISME KOPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SLB NEGERI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG. Moh. Arjunawadi*)

GAMBARAN MEKANISME KOPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SLB NEGERI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG. Moh. Arjunawadi*) GAMBARAN MEKANISME KOPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SLB NEGERI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Moh. Arjunawadi*) Faridah Aini, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.KMB**) Gipta Galih Widodo, S.Kp, M.Kep.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sakit merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial (Perry & Potter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PROSES LAKTASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG Siti Nadzifah Lingga Kurniati*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL

KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL Di SLB-C Se-kota Ponorogo Oleh Muhamad Amirulhaq Shafaddin 12612178 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan personal sangat penting untuk mengurangi bau badan, mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat kurang menjaga kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu menikah dengan harapan memiliki keturunan yang sehat dan cerdas, namun semuanya tetap kembali pada kehendak Sang Pencipta. Setiap harinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM MELATIH PERAWATAN DIRI ANAK TUNANETRA

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM MELATIH PERAWATAN DIRI ANAK TUNANETRA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM MELATIH PERAWATAN DIRI ANAK TUNANETRA Arie Puji Lestari 1, Tuti Nuraini 2 1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG Ridlawati Romadlani*, Tri Nurhidayati**,Agustin Syamsianah** Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana melalui pendidikan.

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA Agrina, Junaiti Sahar, Rr Tutik Sri Haryati Staf dosen keperawatan komunitas PSIK Universitas Riau Email: ayang_shr@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan adanya gangguan aliran darah ke otak baik merupakan penyumbatan atau perdarahan pada otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan fungsi (Cahyono,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU Ardelia Gestinarwati*, Holidy Ilyas **, Idawati Manurung** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang ** Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER Fitriana Putri fitput81@gmail.com Susi Wahyuning Asih fikes@unmuhjember.ac.id Dian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok anak yang mengalami keterbatasan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional, kondisi karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri tersendiri yang patut di kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah kondisi sebelum usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson ` BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis adalah penyebab dari kesakitan dan kematian yang membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh total, serta berkoordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu

BAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI Dewi Utami, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: MELISA KIKI VERAWATI 201210201041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK RETARDASI MENTAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK RETARDASI MENTAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK RETARDASI MENTAL (The Correlation Family Support With The Level Of Family Depression For Caring Mental Retardation Children)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR Bunga Anton 1, Nursalim 2, Sri Purnama Rauf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB PURWOSARI KUDUS TAHUN 2015 Anny Rosiana Masithoh Jurusan Keperawatan, STIKES Muhammadiyah

Lebih terperinci