BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT JEPANG. Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT JEPANG. Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT JEPANG Masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat merupakan kumpulan kelompok yang memiliki budaya, dan kebudayaan. Budaya dan kebudayaaan akan berbeda menurut faham yang dianut oleh masing-masing masyarakat. Masyarakat Jepang merupakan salah satu masyarakat yang memiliki kebudayaan yang unik diantara masyarakat di dunia saat ini. Berikut akan dipaparkan tentang masyarakat Jepang secara umum. 2.1 KELUARGA JEPANG Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1 ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah 2 orang seisi rumah yg menjadi tanggungan; batih 3 kaum; sanak saudara; kaum kerabat 4 satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Dewasa ini setiap keluarga Jepang memiliki nama keluarga masingmasing. Namun dahulu kala nama keluarga sebernarnya tidak pernah ada di Jepang. Mulai tanggal 13 februari 1875 pemerintahan Meiji melakukan program westernisasi. Dari program ini semua warga diwajibkan mendaftar dengan menggunakan sebuah nama keluarga. Program ini diberlakukan secara umum, terlepas dari status sosial, resmi atau tidak resmi, sah atau tidak, setiap penduduk wajib memiliki nama keluarga masing-masing. Dibandingkan dengan negara asia 13

2 lainnya sekarang Jepang adalah negara yang sangat kaya dengan nama keluarga. Berdasarkan dari data statistik saat ini Jepang memiliki lebih dari buah nama keluarga. Ada lima nama keluarga Jepang yang paling umum yaitu: Sato, Suzuki, Takahashi, Tanaka dan Watanabe. Untuk nama keluarga Sato kanji sa adalah pembacaan alternatif suke yang berarti gelar birokrasi, sementara kanji to adalah wisteria fuji yang menunjukkan klen bersejarah Fujiwara yaitu kekuatan dibalik tahta seluruh periode Heian ( ). Dewasa ini terdapat dua juta warga dengan nama keluarga Sato. Nama ini paling banyak ditemukan di timur Jepang dengan tiga pengucualian Hiroshima, Takushima dan Oita prefektur. Untuk nama keluarga Suzuki saat ini terdapat 1,8 juta warga yang memiliki nama keluarga Suzuki yang tersebar diseluruh Jepang. Nama keluarga Takahashi artinya adalah jembatan tinggi. Walau sekarang jembatan jenis ini sudah sangat langka, tapi di zaman kuno sangat penting dan bersejarah. Nama keluarga Takahashi terdapat hampir diseluruh wilayah Jepang mulai dari utara sampai ke selatan. Sedangkan untuk keluarga Tanaka yang berarti di tengah-tengah sawah sejarah nama ini adalah sebuah keluarga yang memiliki sawah yang sangat luas dengan sebuah rumah yang terdapat di tengah sawah, yang secara alami ingin menunjukkan kemakmuran. Dan nama keluarga Watanabe awalnya adalah nama tempat yang berada di Osaka yang dihuni oleh keterunan kaisar saga abad ke-8. Saat ini terdapat 1,4 juta 14

3 warga yang memiliki nama keluarga Watanabe dari seluruh Jepang. ( Kazoku Manusia dilahirkan dan dibesarkan dalam sebuah kelompok yang disebut dengan istilah keluarga. Keluarga adalah lembaga sosial yang berkembang dalam masyarakat. (J. Goode dalam Hasibuan 2001: 5) Menurut Marioka Kiyomi dalam Hasibuan (2001: 2) kazoku dapat diartikan kelompok yang membentuk hubungan saudara dekat yang penting seperti kakak adik dan orang tua anak dengan suami istri sebagai dasar dan dengan didukung oleh rasa kesatuan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian, kazoku atau keluarga adalah kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak dengan hubungan suami istri sebagai dasar pembentukannya. Akan tetapi tidak berarti bila suatu kelompok yang hanya terdiri dari ayah dan anak atau ibu dan anak tidak dapat disebut kazoku. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan kazoku dinilai kurang lengkap, antara lain adalah faktor muitoteki betsuri, yaitu perpisahan yang disebabkan kematian dan itoteki betsuri yaitu perpisahan disebabkan perceraian yang direncanakan. Disamping faktor tersebut terdapat pula faktor bekkyo yaitu perpisahan dalam arti pisah tempat tinggal. Antara suami dan istri, dan iki yaitu pergi meninggalkan rumah. Perceraian (rikon) dan bekkyo biasanya terjadi karena 15

4 adanya ketidak cocokan antara suami dan istri, sedangkan iki terjadi karena kemiskinan atau kekurangan biaya hidup, tapi bisa juga karena pekerjaan yang mengharuskan seseorang meninggalkan rumah dan pindah ke kota lain. Hubungan antar individu dalam kazoku didasarkan kasih sayang sebagai kerabat dekat dan kebersamaan dalam kehidupan menimbulkan rasa kesatuan untuk mempertahankan kazokunya. (Hasibuan 2001: 6) Dengan adanya keutuhan kazoku, diharapkan tujuan untuk mencapai kesejahteraan dapat terlaksana. Untuk itu kazoku berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya proses sosialisasi anak, alat untuk menstabilkan moril dan materi anggotanya, serta pemenuhan kebutuhan seksual (Morioka dalam Hasibuan 2001: 6) Hasibuan (2001 : 7-9) menyebutkan kazoku adalah kelompok sosial yang ada dalam setiap masyarakat memiliki bentuk yang beragam. Pembagian bentuk kazoku ditentukan oleh beberapa faktor, pertama yaitu faktor hubungan antar individu dalam kazoku, faktor kedua ialah ada tidaknya wewenang dalam kazoku. Sedangkan faktor ketiga ditentukan oleh besar kecilnya kelompok dalam komunitas. Pembagian bentuk kazoku ini tidak mudah, karena perbedaan batasan, ruang lingkup dan istilah yang digunakan untuk menyebutkannya berbeda disetiap masyarakat. Kazoku terbagi atas: a. Daikazoku Daikazoku atau keluarga besar adalah kazoku yang anggotanya tidak hanya terdiri dari suami dan istri serta anak-anak saja. Tetapi juga terdiri dari orang-orang yang dekat dengan mereka, seperti orang tua dan 16

5 bokeisha yaitu saudara kandung sampai dengan kemanakan, sehingga bentuk kazoku ini dapat disebut juga dengan istilah bokei kazoku. Bentuk kazoku seperti ini banyak terdapat di daerah pertanian., karena untuk mengolah lahan pertanian dibutuhkan tenaga kerja yang cukup, oleh karena itu jumlah anggota keluarga tetap dipertahankan. Disamping itu apabila seorang anggota dari kazoku meninggalkan kelompoknya maka ia berhak menerima pembagian harta kekayaan kazoku yang berupa lahan pertanian. b. Shokazoku Shokazoku yaitu keluarga kecil anggotanya terdiri dari suami istri dan anak-anak yang belum menikah. Kazoku seperti ini terbentuk dengan terjadinya perkawinan. Pasangan suami istri baru akan menjadi unit kazoku yang berdiri sendiri terpisah dari orang tuanya. Proses ini akan berlangsung dari generasi ke generasi. Dewasa ini bentuk kazoku seperti ini banyak dijumpai dalam masyarakat manapun, terutama di negaranegara maju. Industrialisasi telah menyebabkan sebagian dari masyarakat menjadi orang upahan yang menjalankan industri. Mereka tidak lagi berperan sebagai produsen bahan kehidupan seperti halnya masyarakat tani, melainkan berkembang mengarah pada pembentukan kazoku kecil. Kecenderungan ini menyebabkan sulitnya mempertahankan daikazoku atau keluarga besar. 17

6 Jenis- jenis kazoku adalah: a. Keluarga batih (nuclear family) b. Keluarga poligami (polygamous family) c. Keluarga luas (extended family) Ie Corak struktur masyarakat Jepang terkandung dalam konsep Ie, yaitu suatu satuan keluarga yang luas yang juga bercorak korporasi karena kegiatan utamanya bisnis. Dalam Ie ayah merupakan kacho (kepala rumah tangga) yang memegang kekuasaaan, chonan (anak laki-laki pertama) merupakan pewaris utama dan penerus Ie (Nakane dalam Lawanda 2004: 2). Sedangkan saudara-saudara sekandung harus keluar dari Ie nya dan menjadi yosonamono (orang luar). Keberadaan Ie disakralkan melalui serangkaian matsuri karena keberadaan Ie merupakan kepanjangan dari kehidupan abadi leluhur dunia gaib dari Ie. Adapun hubungan antara leluhur dengan Ie diantarai oleh matsuri. Dengan demikian, sebuah Ie disamping dapat dilihat sebagai sebuah satuan korporasi bisnis dapat juga dilihat sebagai sebuah satuan kehidupan sakral karena adanya leluhur dalam kehidupan Ie yang diaktifkan melalui serangkaian matsuri. Menurut Ito dalam Situmorang (2006: 25) Ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat akar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur masyarakat Jepang, dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri. 18

7 Ie adalah keluarga luas, di dalamnya ada satu atau lebih pasangan perkawinan. Sebagai kepala keluarga Ie dilanjutkan dari generasi orang tua kepada generasi anak. Keluarga Ie adalah bentuk keluarga luas yang mengikuti satu garis keturunan ayah. Perbedaan yang paling utama antara keluarga Ie dengan keluarga Kazoku adalah bahwa Kazoku dapat berakhir karena kematian suami atau istri atau karena perceraian, jadi keberadaan Kazoku adalah satu generasi. Sedangkan unsur keluarga Ie terbentuk minimal dua generasi, oleh karena itu Ie tidak hancur karena perceraian atau meninggalnya salah satu pihak suami atau istri dalam keluarga tersebut (Situmorang 2006: 23) Ie sebagai satuan keluarga luas Jepang bukan hanya sekedar sistem kekerabatan pada hubungan darah saja melainkan juga sebagai sebuah korporasi yang memiliki fungsi ekonomi, fungsi politik, fungsi budaya dan fungsi sosial. selain itu menurut Kaga Noboru dalam Oktolanda (2005: 29) mengatakan fungsi Ie adalah untuk melestarikan silsilah, peralatan atau harta Ie, dan kuburan. Keluarga Ie juga merupakan mekanisme kontrol dan pedoman hidup orang Jepang yang kebenaran dan kesakralannya diyakini berasal dari leluhur untuk memberi rahmat dan kesejahteraan hidup. Penggolongan yang terdapat dalam Ie, konsepkonsep dan teori di dalamnya, menekankan kehidupan yang berjenjang dan menekankan pentingnya kesesuaian dalam hubungan-hubungan berdasarkan hubungan timbal balik diantara manusia, dan manusia dengan gaib, kekuatan gaib dengan dunia gaib beserta alam sekitar (Lawanda 2004: 34) Ie sebagai suatu yang utama menjadi pedoman bagi kehidupan, ditentukan oleh dan diwariskan dari leluhur yang dianggap sakral dan memiliki sanksi gaib. Prinsip utama dalam Ie adalah oon dan hoon (kewajiban tukar-menukar) yang 19

8 berlangsung di seluruh aspek kehidupan masyarakat Jepang, baik dalam kehidupan antara sesama manusia di alam nyata maupun dengan kehidupan di dunia gaib. Prinsip timbal balik yang berarti pembayaran kembali atas segala sesuatu yang telah diterima dari pihak lain menghasilkan kegiatan balas membalas memberikan berupa barang ataupun jasa dan pujian. Menurut Ariga Kizaemon dalam Situmorang (2006: 24) Ie adalah kelompok kerja sama dalam mengelola kehidupan. Ariga tidak menyetujui apabila Ie dikatakan ikatan kelompok sedarah, karena pekerja di dalam Ie pun merupakan kelompok untuk menjalankan kehidupan, maka orang yang bukan hubungan darahpun dimungkinkan menjadi anggota keluarga. Sebaliknya, orang yang dilahirkan di dalam keluarga, tetapi karena berbagai penyebab dapat menjadi orang luar. Karena Ie adalah kelompok usaha kehidupan, maka orang yang tidak mempunyai hubungan darah dapat menjadi anggota kelompok. Diantara anggota kelompok yang mempunyai hubungan darahpun dibagi menjadi dua jenis yaitu: a. Chakukei seiin merupakan anggota keluarga yang bakal menjadi generasi penerus Ie. Chakusei seiin adalah anak laki-laki tertua di dalam keluarga tersebut. Tugas chakukei seiin adalah penanggung jawab pengeluaran serta pendapatan Ie, pengurusan kamidana, penanggung jawab dalam penyembahan leluhur dan juga penyatuan seluruh anggota keluarga Ie untuk melanjutkan kehidupan Ie tersebut. b. Boukei seiin adalah anggota keluarga yang berfungsi sebagai pekerja tetapi tidak mempunyai hak untuk penerus Ie. Anggota keluarga boukei seiin 20

9 adalah anak laki-laki kedua atau ketiga dan juga para pekerja di dalam keluarga Ie tersebut. Boukei seiin mendapat pekerjaan atas pemberian Kacho (kepala keluarga) untuk melakukan pekerjaan penyembahan leluhur, mengurus keuangan keluarga Ie dan lainnya (Ariga dalam Situmorang 2006: 27) Terjadinya keluarga Ie adalah karena apabila orang tua dalam keluarga sudah meninggal, maka dibuatlah kuburan keluarga dan juga dibuat altar pemujaan di rumah. Dalam kepercayaan tradisional Jepang roh orang tua tersebut harus mendapat pemujaan dan persembahan-persembahan atau sesajen hingga 33 tahun menurut kepercayaan yang dipengaruhi budha dan 49 tahun menurut kepercayaaan shinto, agar roh tidak menjadi muenbotoke. Oleh karena itu untuk menjamin tanggung jawab penyembahan roh leluhur, maka harta Ie tidak dapat dibagi-bagi. Keluarga sistem Ie merupakan keluarga yang terdiri minimal dua generasi dan kemudian akan berlanjut terus menerus. Anggota Ie adalah seluruh anak-anak yang masih hidup di dalam Ie termasuk orang-orang yang bekerja di dalam Ie. Apabila kepala keluarga (shuto) meninggal maka akan digantikan oleh kepala keluarga yang baru itu adalah anak laki-laki yang tertua, tetapi apabila keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki maka dapat juga suami anak perempuan tertua diangkat menjadi kepala keluarga (kacho) dengan cara mokuyoshi (pengangkatan menjadi marga istri). Kemudian apabila keluarga tersebut tidak memiliki keturunan, maka kepala keluarga dapat diangkat dari pekerja (hokonin). Hal inilah yang membuktikan bahwa persyaratan untuk menjadi kepala keluarga Ie tidak mengutamakan keturunan hubungan darah, tetapi adalah mengutamakan kesinambungan keluarga Ie tersebut untuk dapat 21

10 menjamin kesinambungan keluarga Ie tersebut untuk dapat menjamin kesinambungan pemujaan leluhur Ie. Kemudian ciri khas Ie yang lainnya adalah bahwa kekuasaan kepala keluarga dilanjutkan oleh seorang anak laki-laki. Dalam Ie, kepala keluarga adalah seseorang yang memiliki hak untuk membuat keputusan karena ia yang memiliki hak dan tanggung jawab untuk meneruskan nama keluarga. Chonan (anak laki-laki) mendapat hak istimewa dalam nama kepemilikan material dan menghubungkn dengan leluhur. Chonan yang mengelola Ie Honke (utama) mendistribusikan kapital simbolik dan material Ie kepada Bunke (cabang) berdasarkan hubungan obligasi (on), pengabdian, dan kesetiaan. Bunke terdiri dari Ie saudara sekandung chonan atau juga yang diangkat menjadi kacho yang tidak sedarah yang diakui obligasi dan setia terhadap Ie tersebut. Bunke menjadi pemeliharaan keseimbangan dalam distribusi kekuasaan. Kesadaran untuk menjaga dan meneruskan kehormatan, nama baik dan kepemilikan material diturunkan oleh leluhur sebagai cikal bakal dari semua kapital dari suatu Ie (Lawanda 2004: 22). Keyakinan pada leluhur sebagai sumber rahmat menjaga keberadaan Ie. Keyakinan ini membentuk satu karakter kebudayaan Jepang, yaitu sosen suhai (pemujaan leluhur). Ie merupakan tempat roh para leluhur dianalogikan seperti jinja, tempat berdiam para dewa. Pelanjutan di dalam Ie adalah memperjelas pelanjuta hubungan leluhur dengan keturunan. Persyaratan pelanjutan di dalam Ie ada dua hal yaitu yang bersifat material dan yang bersifat spiritual. Yang bersifat spiritual adalah adanya pemujaan leluhur di dalam Ie, dan yang bersifat material adalah adanya pelanjutan harta benda (Ito dalam Situmorang 2006: 26) 22

11 Sehingga pada waktu melanjutkan Ie tidak ada pembagian warisan. Di dalam Ie ada pelanjutan garis keluarga yang bersifat monolateral, harta dan simbol-simbol Ie tidak dibagi-bagi oleh anak, tetapi penggolongannya diteruskan oleh generasi penerus. Karena dalam Ie hal yang paling penting adalah pelanjutan pemujaan leluhur Ie. Satu lagi yang penting dari keluarga Ie adalah (Ie seido) yang merupkan kesinambungan keluarga. Objek dari kesinambungan tersebut adalah hubungan darah yaitu (hubungan orang tua dan anak, hubungan abang adik) hubungan tempat tinggal (rumah dan perkarangan), hubungan ekonomi (produksi, konsumsi, usaha dan harta) Simbol-simbol keluarga sistem Ie: a. Nama keluarga Ie b. Tradisi keluarga Ie c. Peraturan-peraturan keluarga Ie d. Ajaran-ajaran di dalam Ie Simbol-simbol Ie diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, atau dari zaman dahulu hingga sekarang dan masa yang akan datang. Simbol Ie sekarang masih kelihatan pada kuburan-kuburan Jepang. Simbol Ie pada kuburan Jepang misalnya adalah Kamon (lambang Ie) dan Kamyo (nama Ie) yang ditulis pada batu nisan kuburan Jepang. Sifat keagamaan Ie menurut Marioka Kyomi dalam Situmorang (2006: 31) a. Adalah kelompok yang akan dilanjutkan selama-lamanya 23

12 b. Adalah kelompok yang mempercayai bahwa anggota keluarga sekarang harus mengembangkan pekerjaan yang sudah dilakukan pendahulunya di dalam Ie c. Adalah kelompok dimana anggotanya sebagian besar adalah anggota seumur hidup d. Adalah kelompok yang menyadari suatu sisi yang penting adalah perasaan senasib e. Keseluruhan kelompok tersebut mempunyai sifat religius. Sistem Ie di Jepang ada berlapis-lapis, yaitu mulai dari keluarga sebagai rumah tangga, keluarga sebagai wilayah, keluarga sebagai sebuah perusahaan, dan keluarga sebagai satu negara. Marioka dalam Oktolanda (2005: 31) mengatakan karena adanya lapisan-lapisan sistem Ie ini maka untuk setiap lapisan ada tempat penyembahan. Dalam keluarga ada tempat penyembahan leluhur keluarga, di dalam sebuah desa ada tempat penyembahan untuk leluhur desa, dan untuk satu bangsa ada tempat penyembahan leluhur bangsa. Oleh karena itu dikatakan bahwa agama Jepang adalah agama penyembahan leluhur. 2.2 Reinkarnasi di Jepang Reinkarnasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berati penjelmaan (penitisan) kembali makhluk yg telah mati. Reinkarnasi berasal dari bahasa latin untuk "lahir kembali" atau "kelahiran semula", merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat 24

13 ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu. Seperti yang diketahui bahwa orang Jepang mempercayai bahwa bayi-bayi yang baru lahir merupakan reinkarnasi dari kakek atau leluhur mereka, dari itu mereka berpendapat jika bayi-bayi meninggal maka sebenarnya leluhur merekalah yang meninggal untuk kesekian kalinya, sehingga sangat berhubungan dengan taatnya mereka memberikan sesajen dan penyembahan untuk Ojizo. Terdapat dua aliran utama yaitu pertama, mereka yang mempercayai bahwa manusia akan terus menerus lahir kembali. Kedua, mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung (Nirvana) atau menyatu dengan Tuhan (moksha). Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan sebelumnya. Dalam agama Hindu dan Buddha, filsafat reinkarnasi mengajarkan manusia untuk sadar terhadap kebahagiaan yang sebenarnya dan bertanggung jawab terhadap nasib yang sedang diterimanya. Selama manusia terikat pada siklus reinkarnasi, maka hidupnya tidak luput dari duka. Selama jiwa terikat pada hasil perbuatan yang buruk, maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu duka. Dalam filsafat Hindu dan Buddha, proses reinkarnasi memberi manusia kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Hal tersebut terjadi apabila manusia tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan duniawi sehingga tidak pernah merasakan duka, dan apabila mereka mengerti arti hidup yang sebenarnya. 25

14 Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran kembali. Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucian Arahat. Alam kelahiran ditentukan oleh karma makhluk tersebut, bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiannya, bila pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga segala sesuatu tergantung dari karma masing-masing. ( Proses Reinkarnasi Pada saat jiwa lahir kembali, roh yang utama kekal namun raga kasarlah yang rusak, sehingga roh harus berpindah ke badan yang baru untuk menikmati hasil perbuatannya. Pada saat memasuki badan yang baru, roh yang utama membawa hasil perbuatan dari kehidupannya yang terdahulu, yang mengakibatkan baik-buruk nasibnya kelak. Roh dan jiwa yang lahir kembali tidak akan mengingat kehidupannya yang terdahulu agar tidak mengenang duka yang bertumpuk-tumpuk di kehidupan lampau. Sebelum mereka bereinkarnasi, biasanya jiwa pergi ke surga atau ke neraka. Dalam filsafat agama yang menganut faham reinkarnasi, neraka dan surga adalah suatu tempat persinggahan sementara sebelum jiwa memasuki badan yang baru. Neraka merupakan suatu pengadilan agar jiwa lahir kembali ke badan yang sesuai dengan hasil perbuatannya dahulu. Dalam hal ini, manusia bisa 26

15 bereinkarnasi menjadi makhluk berderajat rendah seperti hewan, dan sebaliknya hewan mampu bereinkarnasi menjadi manusia setelah mengalami kehidupan sebagai hewan selama ratusan, bahkan ribuan tahun. Sidang neraka juga memutuskan apakah suatu jiwa harus lahir di badan yang cacat atau tidak Akhir Proses reinkarnasi Selama jiwa masih terikat pada hasil perbuatannya yang terdahulu, maka ia tidak akan mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yakni lepas dari siklus reinkarnasi. Maka, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi tersebut, roh yang utama melalui badan kasarnya berusaha melepaskan diri dari belenggu duniawi dan harus mengerti hakikat kehidupan yang sebenarnya. Jika tubuh terlepas dari belenggu duniawi dan jiwa sudah mengerti makna hidup yang sesungguhnya, maka perasaan tidak akan pernah duka dan jiwa akan lepas dari siklus kelahiran kembali. Dalam keadaan tersebut, jiwa menyatu dengan Tuhan ( Menurut Situmorang (2009: 45) Roh manusia pada waktu berada di dunia dan pada waktu berada di dunia kematian dipercaya mengalami proses perubahan (tsuka). Perubahan tersebut dapat dibagi dua yaitu perubahan dari masa kelahiran hingga mati dan dari kematian sampai menjadi leluhur (sorei). Proses tersebut merupakan perubahan dari kondisi kekotoran kepada kondisi kesucian. Dalam proses pendewasaan dan dalam proses menjadi sosen dilakukan banyak acara-acara setiap melakukan tahapan. Yang termasuk kekotoran dalam pandangan Jepang adalah darah dan mayat. Oleh karena itu bayi yang baru lahir karena dianggap baru bersentuhan dengan darah ibu yang 27

16 melahirkan dianggap dalam kondisi kotor, sedangkan roh yang baru mati dianggap kotor karena baru keluar dari tubuh. Kondisi kekotoran ini mengakibatkan roh seseorang dianggap dalam keadaan labil dan berbahaya. Sehingga diperlukan upacara-upacara dan doa-doa untuk penyucian. Menurut pandangan Jepang umumnya kekotoran dibagi dua yaitu akafuju dan shirofuju. Tetapi di Okinawa terdapat tiga yaitu akafuju berarti darah, shirofuju berarti kelahiran dan kurofuju yang berarti kematian (Ikegami dalam Situmorang 2009: 46) Sesuatu benda yang bersentuhan dengan yang kotor (tercemar) maka akan ikut tercemar juga, sebab itu apabila ada benda-benda suci maka harus dijauhkan dari yang tercemar. Menurut Sasaki dalam Situmorang (2009: 46) dalam kepercayaan masyarakat Jepang yang tercemar itu adalah mayat, kelahiran dan keluar darah. Sehingga ibu yang sedang melahirkan juga termasuk dalam kondisi tercemar karena mengeluarkan darah. Namun seiring waktu bayi yang dianggap kotor kini tumbuh dan mengenal masyarakat luas maka didakan girei atau acara selamatan, artinya ketika seseorang beralih dari suatu usia tertentu ke usia lain maka kekotorannya dianggap sudah menipis sehingga diadakan acara selamatan. Setelah menikah masih ada lagi upacara bagi pribadi, tetapi bukan upacara pendewasaan atau untuk menenangkan roh melainkan upacara menjauhkan dari musibah, seperti upacara selamatan bagi laki-laki umur 42 tahun dan upacara selamatan bagi perempuan umur 33 tahun. Bagi laki-laki umur 42 tahun disebut dengan shini (mati) karena itu dianggap usia yang berbahaya, sedangkan wanita umur 33 tahun disebut sanzan yang berarti mati melahirkan, maka diusahakan 28

17 tidak melahirkan di umur 33 tahun. Tujuan upacara-upacara tersebut dilakukan untuk menjauhkan dari musibah. Upacara-upacara selamatan lainnya adalah bagi mereka yang berusia 66 tahun (kankrekiiwai), 70 tahun (kokiiwai), 77 tahun (kijuuiwai), 80 tahun (sotsujuu), 88 tahun (beijuuiwai), dan 99 tahun (hakujuuiwai). Upacara tersebut ditujukan untuk mengutarakan rasa terima kasih dari anak-anak kepada orang tuanya. Di mana status orang tuanya yang sebelumnya adalah merupakan kepala keluarga yang kemudian berubah menjadi penasehat di dalam keluarga. Upacara untuk kehamilan disebut obiiwai yang bertujuan agar bayi lahir dalam keadaan selamat. Dalam kehidupan orang Jepang dari lahir hingga mati, mengikuti beberapa acara yang memiliki tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah acara untuk proses pendewasaan dan acara kedewasaan, juga acara setelah mati yaitu acara proses menjadi sorei dan acara untuk sorei itu sendiri. Manusia dalam perpindahan dari satu tahap ketahap lainnya memiliki tempat khusus, misalnya pada waktu lahir masuk ke sanya atau rumah bersalin kemudian pada waktu menikah masuk ke konshukuya atau rumah perkawinan dan kemudian pada saat meninggal masuk ke moya atau rumah untuk orang meninggal lalu pada tahap menjadi dewa masuk ke shinshi (Tsuboi dalam Situmorang 2009: 46-48) Manusia dari lahir hingga mati, atau dari waktu mati hingga tomurai age mengalami reinkarnasi, dan setiap reinkarnasi tersebut memiliki tempat khusus setiap tempat-tempat tersebut merupakan batas antara dunia kotor dan dunia suci, dan juga merupakan tempat meninggalkan suatu tahap dan memasuki tahap lainnya dalam hidup. 29

18 Tahapan untuk menjadi hotoke adalah acara kematian, acara ke 7 hari, acara ke 49 hari, acara 100 hari, acara isshuki (1 tahun), sankaiki (ke 3 tahun), nanakaiki (ke 7 tahun), juusankaiki (ke13 tahun), juunanakaiki (ke 17 tahun), nijuusankaiki (ke 23 tahun), dan sanjusankaiki (ke 33 tahun) (Tsuboi dalam Situmorang 2009: 49) Setelah menjadi sonsen, tidak perlu lagi diadakan upacara khusus, karena roh tersebut sudah masuk kedalam senzodaidai (kelompok nenk moyang). Roh tersebut dianggap pergi ke gunung dan dari sanalah mereka mengawasi anak dan cucunya. Kemudian di waktu-waktu tertentu misalnya pada waktu obon, tahun baru, dan roh leluhur tersebut dipercaya datang berkunjung ke rumah anak cucunya. Senzo (roh nenek moyang) adalah ubusunagami (dewa daerah). Roh dalam kondisi ini berada dalam keadaan suci dan kondisi tenang. Kemudian dalam kondisi ini dipercaya roh akan lahir kembali sebagai roh anak cucunya. Oleh sebab itu di Jepang jika anak yang baru lahir sering kali diberi nama yang sama dengan nama kakeknya. Namun terkadang masyarakat tradisional Jepang juga memilih nama untuk anak melalui orang yang terhormat seperti pendeta budha dan shinto, memilih nama dengan cara omikuji (kertas digulung) dari kuil shinto, atau dengan mencocokkan nama dengan situasi sewaktu anak dilahirkan. 2.3 Penyembahan Roh Leluhur di Jepang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyembahan berarti 1 proses, cara, perbuatan menyembah; 2 pemujaan, sedangkan roh berarti 1 sesuatu (unsur) 30

19 yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan); nyawa. Roh manusia pada saat berada di dunia ini dan pada waktu berada di dunia ini dan pada waktu berada di dunia kematian dipercaya mengalami proses perubahan (tsuka). Tsoboi Yobumi mengatakan bahwa perubahan tersebut dapat dibagi dua yaitu perubahan dari masa kelahiran hingga mati dan dari kematian sampai ke sorei atau leluhur. (Situmorang 2006: 44) Pandangan roh orang Jepang dipengaruhi kepercayaan Shinto dan Buddha. Pandangan roh orang Jepang berhubungan dengan dunia sana (dunia setelah mati). Pada waktu manusia lahir rohnya datang dari leluhurnya. Dan pada waktu meninggal rohnya akan kembali ke senzodaidai (generasi leluhur) (Situmorang 2009: 41) Menurut Lawanda (2004: 23) esensi hubungan interaksi orang Jepang ada dua sistem keyakinan, yaitu berdasarkan ikatan darah sebagai ikatan komunitas yang dekat dan tanpa hubungan darah, diadopsi oleh individu atau pilihan kelompok yang bersifat kompleks, berlapis-lapis dan sinkretik. Pola keyakinan berdasarkan pada kekerabatan agama asli yang berpusat pada penyembahan leluhur mengacu pada agama asli yang berpusat pada penyembahan leluhur mengacu pada shinto dan bercampur dengan berbagai agama, seperti konfusianisme, buddisme dan taoisme. Pemujaan leluhur ini menurut Bellah adalah merupakan religi keluarga yang sangat umum di Jepang. Di mana setiap keluarga memiliki dua objek pemujaan yaitu altar shinto dan budha. Upacara singkat akan selalu dilakukan diwaktu pagi dan juga sore hari dengan cara menghidupkan lampu dan 31

20 mempersembahkan sejumlah makanan. Hal ini merupakan cara untuk terus menerus mengingatkan arti suci garis leluhur dan tanggung jawab semua anggota keluarga terhadapnya. (Motori Norinaga dalam Bellah 1985: 110) Pemujaan leluhur merupakan serangkaian ritual yang dilakukan dengan cara memberikan persembahan berupa barang (sesajen) atau doa sebagai wujud dari penghormatan para keturunan kepada leluhur. Pemujaan leluhur ini dilakukan karena pengaruh ajaran budha mengenai faham reinkarnasi, tujuannya supaya kelak roh orang yang meninggal tersebut ketika lahir kembali akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan pengaruh dari ajaran shinto yang mempercayai bahwa arwah orang yang telah meninggal dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhan serta menjaga para keturunannya, dalam hal ini apabila penyembahanpenyembahan dilakukan, sebaliknya apabila penyembahan-penyembahan tidak dilakukan maka arwah tersebut akan menjadi roh gentayangan yang berpotensi mendatangkan bahaya dan mengganggu keturunannya. Pemujaan menurut shinto terdiri dari tiga macam, yaitu penghormatan, sesajen, dan doa. Sebelum melakukan hal tersebut setiap orang harus membersihkan diri, terdiri dari: a. Harai (pengusir roh jahat) yang dilakukan oleh pendeta b. Misogi (pembersihan diri) yang dilakukan dengan air atau garam c. Imi (pantangan) dilakukan oleh pendeta, karena merupakan usaha untuk menghindarkan kekotoran, antaranya dengan jalan berpantang (Rosidi 1981: 83) 32

21 Stratifikasi masyarakat Jepang terbentuk atas klen, desa, dozoku dan Ie. Setiap kelompok masyarakat memiliki leluhur pertama. Leluhur pertama dianggap sebagai pencipta dan leluhur selanjutnya selalu dipuja karena menjadi sumber kehidupan dan rahmat dari penerus setiap kelompok. Leluhur dipuja melalui keyakinan yang berasal dari pengaruh budha, bahwa setiap orang yang meninggal akan menjadi dewa setelah 33 tahun kematian (Yanagita, Hori dalam Lawanda 2004: 23) Penyembahan-penyembahan dalam pemujaan leluhur selama 33 tahun atau 49 tahun adalah suatu usaha yang membutuhkan kesinambungan orang yang melaksanakan penyembahan tersebut. Maka yang bertanggung jawab atas kesinambungan pemujaan leluhur tersebut adalah Ie. Ariga dalam Situmorang (2006: 33) mengatakan bahwa butsudan dan kamidana di dalam rumah berfungsi sebagai acara pemujaan yang terikat dengan Ie, ini mempunyai tanggung jawab pemujaan leluhur oleh kepala keluarga. Ito Kenji mengatakan, Ie adalah tempat tingal roh nenek moyang, kalau dikatakan orang-orang kembali kembali ke Ie berarti adalah meminta perlindungan pada leluhur. Kemudian kepala keluarga dalam memimpin Ie adalah merupakan kewajiban kepada leluhur, atau anggota keluarga mengikuti kepala keluarga berarti mengkuti, melayani roh leluhur. (Situmorang 2006: 34) Begitu pula dengan roh anak-anak, roh anak yang meninggal tetap disembah di dalam rumah-rumah orang Jepang yang memiliki anak atau bayi yang meninggal. Dan diperlakukan tidak jauh berdebda dengan orang dewasa yang meninggal. 33

22 Tentang hubungan Ie dan pemujaan leluhur yang tidak dapat dipisahkan, dijelaskan oleh Aoyama adalah, pemujaan leluhur sangat melekat dengan sistem Ie, keberadaan Ie dan Ihai adalah sama. Pemikiran seperti ini ada sejak zaman Edo. Jikalau Ie tetap eksisten, maka penyembahan leluhur bisa tetap berjala. Sebaliknya Ie hancur maka penyembahan leluhur akan berhenti, oleh karena itu roh leluhur akan menjadi muenbotoke (roh gentayangan) dan apabila roh leluhur menjadi muenbotoke maka di percaya nasib Ie akan semakin hancur. Oleh karena itu disini kelihatan hubungan fungsional antara orang hidup dan orang mati di dalam keluarga sistem Ie. (Situmorang 2006: 32) Secara umum, masyarakat Jepang percaya bahwa dunia ini terdiri dari dua dimensi, yaitu: dunia gaib dan dunia nyata. Dunia nyata adalah dunia tempat manusia hidup, sedangkan dunia gaib adalah dunia tempat manusia melanjutkan kehidupan sesudah mati. Dunia gaib ini disebut dengan alam roh. Sesuai dengan eksistensinya yang hanya berhubungan dengan manusia yang telah mati, maka alam roh ini dianggap sebagai alam yang suci, alam yang secara spritual lebih tinggi dari alam dunia nyata. Alam gaib dihuni oleh berbagai jenis makhluk. Akan tetapi secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua jenis; kami (dewa), dan roh leluhur. Manusia yang meninggal dunia, akan melalui proses penyucian yang panjang di alam gaib sebelum nantinya ia menghadap dan menjadi salah satu dari dewa itu sendiri. Jadi, orang yang meninggal sebenarnya merupakan orang yang sedang melakukan perjalanan untuk menuju sebuah tempat yang tinggi, tempat menuju kesempurnaan untuk menjadi kami (dewa) nenek moyang. Kaga (1992: 6) menegaskan, karena inilah pada zaman dahulu, kuburan Jepang itu sering juga 34

23 disebut dengan istilah yama, yang mengandung makna tempat yang tinggi dan suci. Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan tentang alasan yang membuat masyarakat Jepang begitu kaya akan upacara-upacara yang mengatas namakan pemujaan terhadap roh leluhurnya. Di samping tentunya untuk membantu perjalanan anggota keluarga tersebut menuju tempat yang tinggi, tentunya juga merupakan suatu keuntungan jika seandainya anggota keluarga sukses melakukan perjalan menuju kesempurnaan menjadi kami tersebut. Roh leluhur yang sukses menjadi kami dipercaya akan memberikan keberuntungan terhadap anak-cucunya di kemudian hari. Sedangkan roh yang tersesat karena tidak dituntun melalui upacara-upacara oleh keluarganya natinya bisa mendatangkan kesialan terhadap anak-cucunya tersebut. Oleh karena itu, jika seorang anggota keluarga mati, maka pihak keluarga akan melakukan beberapa prosesi ritual sebagai berikut; a) pra pemakaman tanah, b) pasca pemakaman tanah. a. Pra Pemakaman Tanah Setelah proses kremasi dilakukan. Abu jenazah akan disemayamkan di rumah keluarga selama 49 hari. Selama itu, setiap hari ke tujuh selama tujuh kali diadakan upacara pemujaan terhadap roh anggota keluarga yang baru meninggal tersebut serta roh leluhur. Waktu tujuh hari ke tujuh dan dilaksanakan sebanyak tujuh kali tersebut dipercaya sebagai waktu kunjungan roh nenek moyang sebelum jenazah baru dikuburkan. Untuk menyambut itulah, makanya upacara pemujaan 35

24 dilaksanakan. Setelah sampai 49 hari, abu jenazah tersebut kemudian dikuburkan ke dalam pemakaman keluarga. b. Pasca Pemakaman Tanah Setelah abu jenazah disemayamkan dan dibekali dengan beberapa kali ritual roh, abu jenazah disemayamkan di makam keluarga. Akan tetapi, bukan berarti prosesi atau upacara yang mesti dilakukan pihak keluarga yang tinggal telah berakhir. Dalam keluarga yang menganut sistem tradisional, harus membuat altar pemujaan roh di rumah, dan melanjutkan ritual pemujaan roh di rumah. Waktu-waktu upacaranya adalah hari ke-100, setahun, tiga tahun, terakhir 33 tahun. Upacara pada tahun ke-33 adalah upacara pamungkas. Setelah upacara tersebut, roh yang meninggal dipercaya sudah berada di tempat yang suci dan menjadi kami. Tinggal pihak anak-cucu menunggu berkah dan perlindungan yang akan turun dari kami tersebut. ( 2.4 Pandangan Kematian Anak Anak di Jepang Anak adalah anugerah terindah bagi setiap orang tua. Kehadirannya yang selalu dinanti, tidak hanya menambah gelar kedua orang tua, dari yang semula hanya sebagai suami dan istri bagi pasangannya, menjadi ayah dan ibu bagi anakanaknya. Anak menjadi aset berharga, tumpuan harapan di dunia dan akhir masa, juga merupakan sebab diangkatnya kedudukan kedua orang tua ke derajat yang lebih mulia. Maka akan sangat menderitanya orang tua apabila anak yang mereka cintai dan sayangi meninggal lebih dulu mendahului mereka. Sehingga setelah 36

25 anak tidak ada lagi di dunia, berbagai cara dilakukan oleh orang tua agar arwah anak mereka bahagia di alamnya dan tidak merasa dilupakan oleh orang tua dan keluarganya. Ojizo adalah perantara bagi orang tua yang merasa rindu dan ingin mendoakan anak mereka agar bahagia dan selamat di dunia bawah. Ojizo disembah dengan membawa makanan dan mengganti pakaiannya jika kotor, Ojizo diperlakukan selayaknya anak mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mati berarti sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi. Mati berarti terpisahnya antara ruh dan nyawa. Menurut Maeda, dalam pemikiran masyarakat tradisional Jepang, kematian adalah sesuatu yang menular, oleh karena itu mayat harus segera dijauhkan dari pandangan mata. Kemudian perkembangan pikiran, dalam kematian ada pemisah antara roh dan raga, sehingga ada ketakutan terhadap roh. Karena rasa takut atau rasa cinta terhadap keluarga yang meningal maka diadakanlah sederetan upacara bagi bagi orang mati. Rasa takut yang disebut diatas berkaitan dengan pemikiran masyarakat Jepang yang menganggap bahwa roh orang yang baru meninggal dianggap labil dan berbahaya. Menurut Inouguchi, dalam Situmorang (2009: 50) pada Jepang zaman dahulu kala, tidak jelas batas antara mati dan hidup. Dalam tubuh setiap orang memiliki minimal satu roh, jika roh tersebut keluar dari tubuh seseorang disebut dengan kondisi hanshi (pingsan). Kemudian apabila selamanya roh pergi, hal tersebut dinyatakan mati. 37

26 Melihat pemikiran di atas, batas antara hidup dan mati dalam pemikiran Jepang adalah apakah roh ada di dalam tubuh atau tidak. Oleh karena itu masyarakat tradisional Jepang mengenal acara tamayobai. Tamayobai adalah suatu acara untuk memanggil roh orang yang mati tersebut untuk kembali lagi ke dalam jasad. Kemudian apabila acara tamayobai sudah dilakukan maka seseorang tersebut diputuskan sudah meninggal. Cara melakukan acara tamayobai dimasingmasing daerah di Jepang berbeda-beda. Misalnya dengan dengan membuat makanan disamping mayat lalu memanggil orang tersebut kembali. Tetapi ada juga yang memanggil roh tersebut ke sumur atau ke atap rumah. Acara tamayobai disebut juga mogari. Jadi acara mogari adalah suatu acara untuk menentukan seseorang tidak hidup lagi. Dasar pemikiran mogari adalah bahwa manusia meninggal karena rohnya pergi meninggalkan badan kemudian pergi ke dunia sana, apabila belum pergi terlalu jauh masih bisa dipanggil kembali. Oleh karena itu setelah dilakukan upacara mogari, apabila roh tidak dapat dipanggil kembali maka diputuskanlah seseorang itu telah meninggal. Setelah seseorang dinyatakan sudah meningal dengan acara mogari atau tamayobai, maka keluarga akan memberitahukan kepada sanak keluarga yang lain. Pemberitahuan ini disebut dengan shirase. Shirase biasanya diilakukan oleh dua orang. Tetapi jikalau harus dilakukan sendirian, maka biasanya orang tersebut membawa boneka, jika di dalam keluarga yang sedang diberitahu kabar kematian tersebut ada yang usianya sama dengan yang meninggal maka orang tersebut membuat mimifutagi yang berarti menutup telinga dengan tutup periuk. 38

27 Menurut Mogami dalam Situmorang dalam pandangan orang Jepang bahwa roh ada di dalam tulang-belulang. Oleh karena itu persembahanpersembahan diarahkan kepada tulang belulang dan pergi ke Ihai yaitu sebuah papan yang bertuliskan nama dan tanggal meninggalnya orang tersebut. Zaman dahulu kala di Jepang di kenal sistem dua kuburan yaitu satu kuburan kotor yang berisi tulang belulang yang biasa dibawa ke gunung, sedangkan yang satunya adalah kuburan yang suci sebagai tempat pemberian sesajen. Biasanya kuburan yang kedua ini berada di pinggir desa. Rak penyembahan roh leluhur di rumah di sebut dengan kamidana atau butsudan. Pada altar resebut di letakan Ihai. Sehingga ke sanalah ditujukan sesajen di dalam penyembahan yang ada di rumah. Penyembahan ini disebut dengan kuyo, kuyo biasanya dilakukan selama 33 tahun menurut budhis atau 49 tahun menurut shinto. Sementara roh orang yang tidak mendapat persembahan disebut dengan muenbotoke, muenbotoke adalah roh yang tidak diberi sesajen oleh keluarga. 2.5 Ojizo dan Penyembahan Realita Menurut Setiadi (2007: 179) manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan segala potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. 39

28 Van Gennep dalam Damayanti (2009: 17) menjelaskan bahwa semua kebudayaan memiliki suatu kelompok ritual yang memperingati masa individu dari suatu status sosial yang lain. Dalam setiap ritual penerimaan ada tiga tahap: 1. Pemisahaan, individu dipisahkan dari suatu tempat atau kelompok atau status. 2. Peralihan, ia disucikan dan menjadi subjek dari prosedur-prosedur perubahan. 3. Penggabungan, ia resmi ditempatkan dalam suatu tempat, kelompok atau status baru. Dari tahapan-tahapan tersebut kita melihat bahwa sesuatu yang penting adalah status seseorang dalam masyarakat, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pelaksanaan ritual tersebut adalah merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperkenalkan status seseorang dalam hubungan sosial masyarakat. Meski terlihat sebagai negara kota yang metropolitan, di mana teknologi yang mutakhir dan industri berkembang sangat pesat, Jepang masih sangat taat menjalani ritual-ritual dan tradisi dalam penghormatan praktek kuno. Mungkin salah satu pemandangan paling umum dan mendominasi di Jepang adalah patung yang ada di pinggir jalan, dan patung-patung berukuran kecil disekitar kuil, yaitu patung bayi yang berwajah Buddha yang sering terlihat mengenakan celemek anak bewarna merah, dan rajutan topi wol. Patung-patung yang mulia menggambarkan salah satu dewa yang paling dicintai dan populer di Jepang dialah Ojizo Sama. 40

29 Menurut penjalasan masyarakat Jepang, dahulu kala Ojizo terinspirasi oleh sosok Ksitigarbha, yaitu seorang biarawan yang bertekad pada dirinya untuk bertanggung jawab bagi mereka di "enam dunia" (alam dewa, alam manusia, alam binatang, alam jin, alam setan kelaparan, dan alam neraka) antara kematian dan pencerahan. Berbekal kemampuan yang dapat membuka gerbang neraka dan permata untuk menerangi kegelapan, Ksitigarbha menolak untuk pergi sampai ranah neraka dikosongkan dari orang-orang yang menderita. Setiap kebudayaan memiliki gambaran yang berbeda dan dongeng untuk menjelaskan asal Ksitigarbha, beberapa percaya dia menjadi seorang biarawan fana yang mencapai keabadian karena pencarian abadi untuk membantu orang lain, sementara beberapa mempercayai bahwa Ksitigarbha adalah benar-benar seorang wanita, yang berdoa untuk menyelamatkan ibunya dari neraka, tapi setelah ia dibawa ke neraka dan diberitahu bahwa ibunya telah diselamatkan, ia terkejut melihat begitu banyaknya manusia dalam neraka dan mendapat siksaan. Lalu yang ia bersumpah untuk menyelamatkan mereka. Patung Ojizo sangat banyak dijumpai di seluruh Jepang, dewasa ini eksistensi penyembahan-penyembahan untuk patung Ojizo pun masih banyak dilakukan sebagian besar masyarakat Jepang. Ukuran dan bentuknya pun berbedabeda ada yang besar, sedang dan kecil. Tapi pada umumnya tetap terlihat seperti anak kecil dengan baju dan topi yang beragam. Dan kebanyakan dari mereka yang mendatangi dan menyembah Ojizo adalah pasangan suami istri yang masih baru berumah tangga. ( 41

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE. belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELUARGA IE 2.1 Konsep Ie Dalam tradisi masyarakat Jepang hubungan sosial tidak hanya di latar belakangi oleh nilai-nilai yang memperhitungkan untung dan rugi, melainkan diikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MASYARAKAT AGRARIS, INDUSTRI DAN KEHIDUPAN LANSIA DI JEPANG 2.1 Struktur Keluarga Masyarakat Agraris Sejak zaman Tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa peralihan (Rites of Passage) akan mengalami tiga proses, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa peralihan (Rites of Passage) akan mengalami tiga proses, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pandangan Gennep (Winangun,1990 : 33) ketika seseorang memasuki masa peralihan (Rites of Passage) akan mengalami tiga proses, yaitu (1) Ritus pemisahan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Judul Skripsi JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Latar Belakang Masalah Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan meninggal, dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pendidikan etika harus diajarkan dan diterapkan semenjak kecil di dalam keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta keteraturan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pembagian Harta Warisan. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk membedakan dengan istilah-istilah

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1 Peranan Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Bila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka dia mejalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang : Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR 69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat

Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam gambaran penulis, Jepang adalah sebuah negara maju dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, ada

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS. 5.1.2 Penciptaan Manusia Allah berkehendak menciptakan Adam dan keturunannya untuk menghuni bumi dan memakmurkannya. Allah menyampaikan kabar kepada para Malaikat bahwa Dia akan menciptakan makhluk lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita bertanya pada orang Jepang, apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut dengan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria ANUGERAH ALLAH YANG MENYELAMATKAN Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman jemaat Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus. Salam

Lebih terperinci