BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak 1. Sejarah Berdiri MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak berdiri pada tanggal 02 Januari 1978 dengan Surat Keputusan Yayasan Islam Miftahul Huda Nomor : 228/1978. Perkembangan lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Islam Miftahul Huda termasuk MI Miftahul Huda Jleper, tidak lepas dari sebuah Lembaga Pendidikan Nahdlatul Ulama yaitu Lembaga Pendidikan Ma arif NU. Lembaga inilah yang menjadi cikal bakal bagi seluruh lembaga pendidikan yang sekarang dikelola oleh Yayasan Islam Miftahul Huda yakni: MA, SMK, MTs, MI, RA dan TPQ Miftahul Huda Jleper. Awal mula berdirinya MI Miftahul Huda Jleper karena adanya desakan dari salah satu pengurus Yayasan Islam Miftahul Huda Jleper dalam hal ini adalah Bapak K.H. Gufhron. Kemudian ditindak lanjuti oleh segenap pengurus yayasan untuk bermusyawarah membahas usulan pendirian pendidikan dasar di Jleper. Setelah beberapa rapat dilakukan dengan melihat potensi dan kelemahan yang ada di lingkungan sekitar, maka diputuskanlah didirikan lembaga pendidikan dasar yang diberi nama MI Miftahul Huda Jleper. Pada awal berdirinya, MI Miftahul Huda Jleper menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di gedung milik yayasan sebelah utara Masjid Nurul Ulum Jleper di Jl. Kyai Romli RT.02 RW.02. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun Selanjutnya pada tahun 1992 ditambah gedung baru di sebelah timur Masjid Nurul Ulum Jleper di Jl. Kyai Romli RT.02 RW.02. Visi dan Misi Yayasan Islam Miftahul Huda adalah untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat yang berkembang pada saat itu yaitu 43

2 44 belum bisa tertampungnya lulusan RA/TPQ sesuai kebutuhan, maka didirikanlah MI Miftahul Huda Jleper. Sambil menunggu ijin operasional dari Pemerintah, dibukalah Penerimaan Siswa Baru untuk pertama kalinya, yaitu tahun 1978/1979. Alhamdulillah dengan ikhtiyar Pengurus Yayasan Islam Miftahul Huda Jleper yang tidak mengenal lelah, pada penghujung tahun 1978 memperoleh restu dari Pemerintah dengan diterbitkannya Surat Ijin Operasional yaitu : Surat Keputusan KABID MAPENDA Wilayah Nomor : 228/ Januari Keberadaan MI Miftahul Huda Jleper semakin kuat secara Yuridis setelah mengikuti tahap Akreditasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Alhamdulillah MI Miftahul Huda Jleper memperoleh Akreditasi B pada tahun 2010 dengan Nomor Surat Keputusan Akreditasi 146/BAP- SM/XI/ Profil (Umum) Madrasah a. Nama Sekolah : MI Miftahul Huda Jleper b. Alamat Sekolah a. Jalan : Jalan Kyai Romli Rt.02 Rw.02 b. Desa / Kecamatan : Jleper / Mijen c. Kabupaten / Kota : Demak d. No. Telp. : - c. Nama Yayasan (bagi swasta) : Yayasan Miftahul Huda a. Alamat Yayasan : Jalan Kyai Romli Rt.02 Rw.02 b. No. Telp. : - d. NSM / NPSN : / e. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B Agustus Dokumentasi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak yang diperoleh pada tanggal 04

3 45 f. Tahun Berdiri : 1978 g. Tahun Operasional : 1978 h. No. Rekening Madrasah : BRI Unit Mijen Demak No. Rek. : i. Tanah dan Bangunan 1) Status Tanah dan Bangunan : Milik Sendiri 2) Luas Tanah : 1205 m² 3) Luas Bangunan : 750 m² 4) No. SK. Pendirian : 228/1978 5) Tgl. SK. Pendirian : 02 Januari Visi, Misi dan Tujuan Madrasah a. Visi MI Miftahul Huda Jleper Visi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah Terciptanya manusia berilmu dan berakhlakul karimah. Visi ini untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai seluruh warga madrasah untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. b. Misi MI Miftahul Huda Jleper Adapun misi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak adalah: 1) Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal dalam bidang IPTEK dan IMTAQ. 2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif baik dibidang ubudiyah maupun muamalah. 3) Menumbuhkan perilaku yang islami. 4. Keadaan Peserta Didik Secara umum, peserta didik di MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak umumnya berasal dari daerah desa Jleper sendiri. Dengan

4 46 keseluruhan peserta didiknya yang berjumlah 385 dengan perincian 205 peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki dan 180 peserta didik yang berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai data peserta didik MI Miftahul Huda Jleper dapat dilihat pada tabel Keadaan Pendidik dan Karyawan Dalam melaksanakan visi dan misi madrasah tidak lepas dari peran aktif seluruh komponen yang ada di dalamnya, yakni keberadaan para guru dan pegawai yang disiplin dan bertanggung jawab. Para guru di MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak sebagian besar sudah berlatar belakang pendidikan S1. Penempatan tugas mengajar disesuaikan dengan kompetensi masingmasing guru. Secara lebih jelasnya, deskripsi para pendidik dan karyawan di MI Miftahul Huda Jleper Mijen demak terdapat pada tabel Keadaan Sarana dan Prasarana Agar proses pendidikan berjalan dengan optimal, maka perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap. Sarana dan prasarana tersebut berfungsi sebagai alat pendukung kelancaran proses pembelajaran, disamping itu sarana dan prasarana merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sekolah untuk peserta didik. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak tergolong baik, seperti tersedianya gedung belajar yang permanen, peralatan olahraga, alat peraga IPA, peralatan drumband serta fasilitas lainnya. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak dapat dilihat pada tabel 4.3 dan Dokumentasi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak yang diperoleh pada tanggal 04 Agustus Dokumentasi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak yang diperoleh pada tanggal 04 Agustus Observasi yang dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2016, dilengkapi dengan dokumentasi MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak.

5 47 B. Data Hasil Penelitian 1. Perencanaan Pelaksanaan Supervisi kolaboratif Kepala Madrasah dalam Membina Kemampuan Pedagogik dan Proesional Guru PAI Supervisi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya membimbing dan mengarahkan, sedangkan supervisi pendekatan kolaboratif merupakan cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan langsung dan tidak langsung. Seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak Abdul Rohman bahwa: Supervisi kolaboratif adalah cara pendekatan supervisi atau pembinaan yang dilakukan dengan kerja sama antara kepala madrasah dan guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan berkualitas. Pada pendekatan supervisi ini baik kepala madrasah maupun guru, bersamasama bersepakat untuk menetapkan proses dan kriteria terhadap masalah yang dihadapi guru. 5 Dari penjelasan tersebut di atas, kepala madrasah lebih menekankan pada proses supervisi pendekatan kolaboratif. Hal ini dilakukan karena kepala madrasah merupakan pembimbing yang paling strategis. Kepala madrasah bisa terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui masalah yang dihadapi para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk kemudian dicari solusinya secara bersama-sama. Perencanaan pelaksanaan supervisi kolaboratif disusun dengan rinci oleh kepala madrasah, hal ini diharapkan akan memberikan dampak berupa perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Seperti yang dipaparkan oleh Bapak kepala madrasah bahwa: Kepala madrasah menyusun rencana dalam pelaksanaan supervisi pendekatan kolaboratif yang dimulai dari awal yaitu: pertama, guru mengemukakan masalah yang dirasakan kepada kepala madrasah. Kedua, diskusi bersama antara kepala madrasah dengan guru untuk menemukan alternaltif pemecahan masalah. Ketiga, setelah selesai 5 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus 2016.

6 48 kegiatan mengatasi masalah tersebut, diadakan diskusi lagi untuk membicarakan hasil. Keempat, jika masih diperlukan, artinya masalah yang dirasakan oleh guru masih belum teratasi, kita berdiskusi lagi menentukan alternaltif lain atau mencoba alternaltif pertama dengan langkah yang lebih baik. 6 Penjelasan lain dari Bapak kepala madrasah yaitu: Dalam perencanaan supervisi kolaboratif, yang bapak lakukan yaitu membuat tujuan supervisi, menentukan teknik supervisi, menentukan sasaran, menyiapkan instrumen dan waktu pelaksanaan supervisi. 7 Tujuan supervisi pendekatan kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper yaitu memberikan bantuan dan bimbingan kepada guru agar mampu membina kemampuan yang dimiliki guru serta meningkatkan kualitas kerjanya. Seperti yang dipaparkan Bapak kepala madrasah bahwa: Tujuan supervisi pendekatan kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper adalah memberikan perbaikan peningkatan guru dalam proses pembelajaran yang diindikasikan dengan adanya perbaikan pada: peningkatan pemahaman guru terhadap kurikulum, penggunaan metode dan model yang lebih variatif serta proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 8 Penjelasan lain dari Bapak kepala madrasah, bahwa: Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada guru, agar kulitas pembelajaran meningkat. Sasaran supervisi meliputi: pengembangan kurikulum, memperbaiki pengajaran serta pengembangan guru dan staf. 9 Instrumen supervisi disusun dan disiapkan oleh kepala madrasah selaku supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam instrumen supervisi pendekatan kolaboratif di MI Mifahul Huda Jleper dalam membina 6 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus 2016.

7 49 kemampuan pedagogik dan professional guru disusun dengan beberapa aspek. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak kepala madrasah yaitu: Ada beberapa aspek yang diamati dalam instrumen supervisi, seperti dalam perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan RPP. Kemudian pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: metode, strategi media dan penguasaan materi. Penilaian hasil belajar serta pengawasan proses pembelajaran. 10 Perencanaan waktu pelaksanaan supervisi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan pelaksanaan supervisi, karena itu bisa menjadi hal pendukung jika tepat dalam merencanakanya, sebaliknya hal itu juga bisa menjadi kendala jika perencanaan waktu tidak tepat. Seperti yang bapak Abdul rohman selaku kepala madrasah paparkan: Pertimbangan bapak seperti jadwal mengajar para guru dan juga jadwal kegiatan bapak selaku kepala madrasah. Karena tidak dipungkiri jadwal kegiatan bapak selaku kepala madrasah cukup padat, jadi untuk menentukan waktu pelaksanaan supervisi memang cukup susah. 11 Paparan lain dari Ibu Umi Zaidah selaku guru, ketika ditanya mengenai perencanaan supervisi pendekatan kolaboratif bahwa: Sebelum pelaksanaan supervisi, yang biasanya Ibu lakukan yaitu persiapan mengajar yang disiapkan seperti menyusun RPP dan silabus, konsep yang akan dibahas, mempersiapkan tujuan yang akan dicapai serta mempersiapkan media dan proses interaksi. 12 Ulasan lain dari Ibu Astuti yaitu: Dalam perencanaan supervisi biasanya yang dilakukan yaitu membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembela jaran) yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Mempersiapkan silabus, menyiapkan metode yang 10 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus 2016.

8 50 disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, menyiapkan media dan menentukan penilaian hasil belajar. 13 Selaras dengan yang dipaparkan Ibu Umi Zaidah dan Ibu Astuti, Bapak Syamsul Muarif juga mengungkapkan bahwa: Membuat RPP dan silabus, mulai dari memilih metode sampai mempersiapkan alat peraga yang tepat. Penerapan metode harus cocok dengan materi yang akan diajar. Mempersiapkan tujuan yang akan dicapai, pemanfaatan media serta menyiapkan proses interaksi. 14 Jadi, sebagai seorang guru yang profesional, guru di MI Miftahul Huda Jleper terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan diajarkan dalam perencanaan supervisi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Penilaian hasil belajar juga dipersiapkan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa memahami materi yang telah diajarkan. Profesionalitas dalam mengajar menjadi perhatian utama terutama bidang pedagogik dan professional di MI Miftahul Huda Jleper. Secara umum pelaksanaan pembelajaran di MI Miftahul Huda Jleper berjalan dengan baik. Hal ini karena pada prinsipnya para guru di MI Miftahul Huda Jleper menjalankan tugas pembelajaran dengan berpegang pada prinip-prinsip profesionalisme guru, antara lain : a. Menguasai bahan pelajaran Secara umum seluruh guru di MI Miftahul Huda Jleper telah menguasai bahan pengajaran dengan baik, hal ini karena dasar pendidikan mereka yang sesuai terhadap bidang tugasnya Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku Guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Muarif selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Observasi yang dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2016, dilengkapi dengan dokumentasi keadaan Guru dan karyawan MI Miftahul Huda Jleper Mijen Demak.

9 51 b. Mengelola program belajar mengajar Pengelolaan program belajar mengajar merupakan salah satu pokok keberhasilan dari proses pembelajaran. Hal ini telah disadari oleh seluruh guru di MI Miftahul Huda Jleper dengan cara mempersiapkan program pembelajaran sebelum memulai pembelajaran. Program tersebut meliputi : program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). c. Mengelola kelas dan interaksi belajar mengajar Kemampuan guru dalam mengelola kelas dan interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor keberhasilan pembelajaran. Keadaan kelas yang kondusif sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, penerapan metode yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran juga harus dikuasai oleh guru. d. Menyusun Progam Pengajaran Menyusun progam pengajaran merupakan salah satu komponen penting yang mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam menyusun progam pengajaran guru harus memilih metode yang tepat, agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. e. Melaksanakan Progam Pengajaran Kemampuan guru dalam melaksanakan progam pengajaran merupakan salah satu faktor keberhasilan pembelajaran. Pelaksanaan progam pengajaran merupakan aplikasi dari progam pengajaran yang telah disusun sebelumnya. f. Menilai prestasi belajar siswa sebagai evaluasi pengajaran Evaluasi diperlukan guna mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Evaluasi juga sebagai bahan pertimbangan keefektifan metode pembelajaran yang telah diterapkan.

10 52 Berdasarkan data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional guru MI Miftahul Huda Jleper bisa dikatakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman landasan kependidikan guru yang sudah menunjukkan kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subyek yang dibina serta memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas. 2. Teknik Pelaksanaan Supervisi kolaboratif Kepala Madrasah dalam Membina Kemampuan Pedagogik dan Proesional Guru PAI Supervisi merupakan wahana pembinaan bagi para guru yang bertujuan untuk mengembangkan profesionalitasnya dalam segi administratif maupun akademik. Sebagaimana yang dikatakan Bapak Abdul Rohman bahwa: Secara umum, tujuan supervisi pendidikan secara kolaboratif adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan guru yang disupervisi baik secara administrasi maupun kegiatan pembelajarannya. Supervisi secara kolaboratif juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan masingmasing kelas. 16 Teknik pelaksanaan supervisi kolaboratif di madrasah tersebut dilaksanakan dengan pertemuan awal dimana seorang guru yang mendatangi kepala madrasah untuk menyampaikan jika ada keluhan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Kemudian kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan untuk kapan diadakan observasi kelas, kemudian kepala madrasah dan guru mencari alternaltif untuk memecahkan masalah secara bersama. Sebagaimana yang dipaparkan oleh kepala madrasah: Teknik yang dipakai ada tiga tahapan, yang pertama pertemuan awal, kedua observasi kelas dan yang ketiga pertemuan balikan Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus 2016.

11 53 bahwa: Seperti paparan lain dari Ibu Astuti: Ada tiga tahapan mbak, yang pertama bertemu kepala madrasah dulu, kemudian kunjungan kelas baru pertemuan lagi dengan kepala madrasah. 18 Selaras dengan pernyataan Ibu Astuti, Ibu Umi zaidah memaparkan Teknik yang digunakan yaitu dengan pertemuan kepala madrasah terlebih dahulu, baru observasi kelas, setelah itu pertemuan balikan 19 Pada tahap pertemuan awal berisi pertemuan antara guru dan kepala madrasah selaku supervisor guna mendengarkan keluhan sehingga supervisor memahami masalah yang sedang dihadapi oleh guru. Seperti yang dipaparkan kepala madrasah: Bisa langsung menemui guru atau guru yang mendatangi kepala madrasah dan mendengarkan keluhan tentang masalah yang dialami guru, kemudian menentukan waktu yang tepat untuk melakukan kunjungan kelas. 20 Seperti paparan lain dari ibu Umi zaidah: Biasanya guru yang mendatangi kepala madrasah untuk menyampaikan jika ada keluhan dalam proses mengajar. Setelah itu kepala madrasah akan mendatangi kelas dan melakukan pengamatan. 21 Ulasan lain dari ibu Astuti yaitu: Pertama itu bertemu dengan kepala madrasah untuk menyampaikan masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, kemudian baru menentukan kapan diadakan supervisi. 22 Paparan dari Bapak Syamsul Muarif: 18 Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus 2016.

12 54 Pertama, dengan guru mendatangi kepala madrasah dan menyampaikan keluhan yang dialami, kemudian baru melakukan kunjungan ke kelas. 23 Tahapan yang selanjutnya yaitu dengan melakukan observasi kelas, dalam observasi kelas kepala madrasah melakukan pengamatan terhadap kegiatan pmbelajaran yang sedang berlangsung. Seperti yang dipaparkan oleh kepala madrasah: Dalam observasi kelas, Bapak selaku supervisor melakukan pengamatan pembelajaran yang dilakukan guru, kemudian bapak menganalisis permasalahan yang dihadapi guru sambil memikirkan alternaltif untuk memecahkan asalah tersebut. 24 Paparan lain dari Bapak Syamsul Mu arif selaku guru PAI: Kalau kunjungan kelas, Bapak kepala madrasah melihat pembelajaran yang dilakukan guru dan mengamati masalah yang sedang dihadap guru, kemudian mencari jalan keluarnya. 25 Ulasan lain dari Ibu Umi Zaidah yaitu: Melakukan kunjungan kelas untuk melihat guru yang sedang melakukan pembelajaran, kemudian baru kita bersama-sama mencari alternaltif untuk memecahkan masalah. kadang-kadang juga bisa langsung berkunjung ke kelas tanpa guru meminta sebelumnya. 26 Seperti paparan lain yang disampaikan ibu Astuti sebagai berikut: Setelah pertemuan awal kepala madrasah akan mendatangi kelas dan melakukan pengamatan. Setelah itu kepala madrasah dan guru bersamasama memecahkan masalah. Atau juga dengan berkunjung ke kelas secara langsung. Kepala madrasah biasanya akan memeriksa administrasi guru kemudian memperhatikan metode dan cara mengajar guru Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Muarif selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak kepala madrasah selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Muarif selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus 2016.

13 55 Tahapan yang ketiga dalam teknik pelaksanaan supervisi kolaboratif di MI Miftahul Huda yaitu pertemuan balikan. Dalam pertemuan balikan kepala madrasah akan mengajukan beberapa pertanyaan. Guru akan menjawab pertanyaan kepala madrasah, kemudian kepala madrasah dan guru mulai memecahkan masalah. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak Abdul Rohman bahwa: Jadi dalam kegiatan pertemuan balikan bapak selaku kepala supervisor akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru, dan guru akan menjawab pertanyaan dari Bapak. Baru kemudian mulai memecahkan masalah bersama. 28 Paparan lain dari Ibu Astuti adalah: Setelah observasi kelas, kita adakan pertemuan lagi bersama kepala madrasah. Bapak kepala madrasah akan mengajukan beberapa pertanyaan dari hasil pengamatan. Setelah itu mencari alternaltif secara bersama. 29 Selaras dengan ulasan dari Ibu Umi Zaidah, bahwa: Dalam pertemuan balikan supervisor dan guru mulai memecahkan masalah. Supvisor bersama guru akan menentukan solusi terbaik dan membagi tugas masing-masing. 30 Paparan lain dari Bapak Syamsul Muarif: Kepala madrasah bersama guru akan mencari alternaltif pemecahan masalah dalam pertemuan balikan. 31 Jadi, kegiatan supervisi pendekatan kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper dilakukan dengan menggunakan tiga cara, pertama pertemuan awal yang dilakukan kepala madrasah bersama guru, di dalam pertemuan awal kepala madrasah bersama guru akan melakukan negosiasi tentang waktu 28 Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rohman selaku kepala madrasah di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 03 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Muarif selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus 2016.

14 56 yang tepat untuk melakukan observasi kelas setelah guru menyampaikan beberapa keluhan sebelumnya. Kedua yaitu dengan cara observasi kelas. Pelaksanaannya adalah kepala madrasah datang ke kelas dan menyaksikan proses pembelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa guru mempunyai usaha untuk mengembangkan dirinya dan membuka diri agar memperoleh balikan atas kunjungan kepala madrasah sebagai supervisor di dalam kelasnya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai tingkat profesional. Ketiga adalah dengan pertemuan balikan. Pelaksanaannya yakni kepala madrasah akan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya kepada guru yang sedang disupervisi. Guru menjawab pertanyaan-pertanyann yang diajukan oleh supervisor. Kemudian supervisor bersama guru mulai memecahkan masalah. Sebelum melaksanakan kegiatan supervisi, kepala madrasah terlebih dahulu menjelaskan makna diadakannya proses supervisi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kepala madrasah menjelaskan bahwa supervisi pendekatan kolaboratif merupakan upaya pengembangan kinerja profesionalitas guru. Dengan demikian guru akan mengerti dan memiliki pandangan yang baik tentang proses supervisi, sehingga akan menyambut kedatangan supervisor di kelas dengan senang hati. Ketika guru mengungkapkan semua masalahnya, supervisor mendengarkan dengan penuh perhatian, kemudian masalah tersebut dipecahkan bersama dengan guru. Dalam pembicaraan bersama tersebut, supervisor memberikan petunjuk, arahan dan contoh yang harus diperhatikan guru untuk memecahkan masalahnya. Terhadap pelaksanaan supervisi pendekatan kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper selama ini berjalan dengan baik dan lancar. Hanya pada materi-materi tertentu terkadang metode pembelajaran yang diterapkan

15 57 kurang sesuai, sehingga hal itu menjadi catatan supervisor ketika melakukan supervisi kolaboratif. 3. Efektifitas Supervisi kolaboratif dalam membina kemampuan pedagogic dan professional guru PAI Pelaksanaan supervisi pendekatan kolabortif dalam lembaga pendidikan tidak hanya sekedar pengawasan yang dilakukan oleh kepala madrasah terhadap guru. Namun lebih daripada itu, supervisi dijadikan sebagai upaya pembinaan dari kepala madrasah terhadap guru untuk terus meningkatkan kinerjanya secara profesional. Tujuan supervisi pada dasarnya adalah upaya pembinaan pada guru untuk pengembangan situasi belajar sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas. Dengan supervisi pendekatan kolaboratif tujuan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat dicapai lebih efektif dan optimal. Terkait dengan kegiatan supervisi pendekatan kolaboratif yang dilakukan di MI Miftahul Huda Jleper cukup efektif untuk membina kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional guru. Karena pada prinsipnya kegiatan supervisi tidak hanya sebagai kegiatan pengawasan terhadap kinerja guru semata, akan tetapi juga sebagai usaha pemberian bantuan, arahan, dan bimbingan terhadap guru agar terus mengembangkan dirinya. Para guru di MI Miftahul Huda Jleper dalam kesehariannya selalu menjalankan tugas mengajarnya dengan penuh dedikasi dan profesional. Indikasi tersebut tampak pada proses pembelajaran yang dijalankan setiap hari, mulai dari membuat program tahunan, program semester, silabus, dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sebagaimana penjelasan Ibu Astuti bahwa:

16 58 Supervisi secara kolaboratif cukup efektif, yang jelas terlihat adalah kedisiplinan guru yang semakin meningkat, dari kedatangan sampai proses pembelajaran selesai. 32 Ada beberapa poin penting mengenai keefektifan supervisi kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper antara lain : a. Supervisi pendekatan kolaboratif dapat menjadikan guru lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya mendidik siswa. Sebagaimana pernyataan Bapak Syamsul Muarif bahwa: Supervisi kolaboratif cukup efektif, karena banyak dampak yang saya rasakan, khususnya dalam kemampuan pedagogik dan professional guru seperti semangat mengajar yang semakin bertambah, disiplin yang semakin meningkat, dan rasa kekeluargaan antara guru dan kepala madrasah yang semakin harmonis. 33 b. Supervisi pendekatan kolaboratif menjadikan guru lebih siap dalam mengajar karena telah mempersiapkan RPP dan evaluasi pembelajaran secara administratif terlebih dahulu. c. Supervisi pendekatan kolaboratif dapat menjadi wahana peningkatan kinerja guru karena mendapat bimbingan langsung dari kepala madrasah. d. Supervisi pendekatan kolaboratif menjadikan komitmen guru sebagai pendidik semakin profesional dalam menjalankan tugasnya. Selaras dengan pernyataan Ibu Umi Zaidah bahwa: Supervisi kolaboratif sangat bagus, disamping kualitas mengajar guru semakin meningkat, guru juga semakin disiplin dalam mentaati tata tertib administrasi. 34 Dengan diadakannya supervisi dengan pendekatan kolaboratif, prinsip profesionalitas guru semakin diutamakan. Hal ini tampak pada seluruh kegiatan yang dijalankannya secara rapi, disiplin, dan penuh dedikasi. Untuk 32 Hasil wawancara dengan Ibu Astuti selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Muarif selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus Hasil wawancara dengan Ibu Umi Zaidah selaku guru PAI di MI Miftahul Huda Jleper pada tanggal 01 Agustus 2016.

17 59 itu, supervisi dijadikan sebagai program sekolah yang diadakan secara berkala dan kontinyu. A. Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis tentang Perencanaan Pelaksanaan Supervisi Pendekatan Kolaboratif dalam Membina Kemampuan Pedagogik dan Profesional Guru PAI Setiap kegiatan termasuk supervisi kepala madrasah dengan pendekatan kolaboratif terhadap guru untuk membina kemampuan guru agar lebih profesinal tidak luput dari adanya masalah yang dihadapi. Akan tetapi sebagai institusi yang selalu ingin meningkatkan kualitas gurunya, maka solusi dari hambatan tersebut harus terus digali. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hambatan dalam kegiatan supervisi pasti ada, tetapi hambatan tersebut harus segera dikendalikan agar proses supervisi dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Kurang siapnya guru yang akan disupervisi dan waktu pelaksanaan yang tidak rutin juga menjadi kendala tersendiri. Namun hal ini bisa segera diatasi dengan cara melakukan perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan supervisi serta melakukan pengawasan dan pembinaan setiap hari terhadap semua guru secara bersama-sama melalui pertemuan rutin. Berdasarkan anggapan tersebut, kepala madrasah perlu melakukan perencanan yang baik dalam melaksakan supervisi. Seperti melakukan pendekatan terhadap guru-guru yang bersifat kurang terbuka dengan berperan sebagai kawan, sehingga kepala madrasah mampu merasakan masalah yang hadapi oleh guru tersebut. Anggapan negatif terhadap supervisi pendekatan kolaboratif harus segera diubah, karena pada dasarnya setiap pendekatan dalam supervisi mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Supervisi pendekatan kolaboratif adalah pelaksanaan supervisi yang bersifat perpaduan antara supervisi langsung dan tidak langsung, yakni kepala

18 60 madrasah bersama guru bersepakat menetapkan proses dan kriteria dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru. Saran peneliti dalam menghadapi pola pikir guru yang berbeda-beda adalah dengan tetap bersabar dan bersemangat dalam memberikan binaan, arahan, contoh dan motivasi terhadap guru. Kepala madrasah bisa menggunakan teknik individu untuk lebih mengetahui apa yang dikeluhkan guru. Dalam melaksanakan proses supervisi, kepala madrasah tidak hanya memberikan arahan, contoh dan motivasi saja, tapi juga selalu mengontrol guru ke kelas-kelas dan memantau kegiatan guru setiap harinya agar kemampuan pedagogik dan profesional guru semakin meningkat bukan pada saat disupervisi saja, namun bisa dalam setiap harinya.tentunya hal itu dapat tercapai dengan adanya persiapan yang baik sebelumnya. Perencanaan dalam kegiatan supervisi pendekatan kolaboratif di MI Miftahul Huda Jleper disusun dan dipersiakan secra rinci. Mulai dari mempersiapkan tujuan dan sasaran supervisi, teknik supervisi, instrumen supervisi serta waktu pelaksanaan supervisi. pertama adalah menentukan atau merencanakan waktu. Sebagai kepala madrasah tentunya tugasnya bukan hanya sebagai supervisor saja. banyak kegiatan yang harus dilakukan sebagai kepala madrasah. Oleh karena itu sebelum melaksanakan supervisi, supervisor harus merencanakan waktu yang tepat agar pelaksanaan supervisi tidak mengganggu jadwal kepala madrasah maupun guru. Perencanaan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar tujuan supervisi dapat tercapai dengan efektif. Supervisi membutuhkan kreativitas tinggi dari para supervisor untuk mencari solusi dari masalah yang terjadi di lapangan. Supervisor harus jeli membuat perencanaan, membaca masalah, menganalisis, mengurai faktor penyebab dan hal-hal yang terkait dengannya, menyuguhkan secara menyeluruh problem yang dihadapi, dan langkah yang harus diambil sebagai solusi efektif.

19 61 Belum banyak supervisor yang memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah. Di sinilah pentingnya supervisor meningkatkan kompetensi secara maksimal. Sehingga, ia mampu mengembangkan gaya berpikir yang kreatif, kritis, inovatif, dan produktif. Sebab, dari kreativitas berpikir itulah, lahir ide-ide baru yang bisa menggerakkan perubahan dan mendorong kemajuan sekolah. 35 Seiring dengan adanya kepala madrasah yang bersedia membantu dengan senang hati serta ketelatenannya dalam membimbing, membuat guru tidak sungkan lagi meminta saran dan masukan dari kepala madrasah dalam menghadapi masalahnya. Kualitas sumber daya manusia di MI Miftahul Huda Jleper yang cukup semakin mempermudah pembinaan karena ketika kegiatan supervisi dilaksanakan, guru-guru mampu bekerjasama dengan baik dengan kepala madrasah. Sikap terbuka dan kemauan untuk maju seperti ini harus terus dipupuk agar kegiatan supervisi dapat berjalan secara rutin, sehingga supervisor mampu melihat sejauh mana pengembangan yang dilakukan oleh guru. Melalui kegiatan supervisi inilah guru merasa diperhatikan oleh kepala madrasah. Dan dengan bimbingan serta arahan dari kepala madrasah yang dilakukan secara rutin diharapkan kinerja guru akan semakin meningkat dan menciptakan proses pembelajaran yang semakin berkualitas. 2. Analisis tentang Teknik Pelaksanaan Supervisi Pendekatan Kolaboratif dalam Membina Kemampuan Pedagogik dan Profesional Guru PAI Supervisi berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan 35 Jamal Ma ruf Asmani, Tips Efektif Supervisi Penddiikan Sekolah, Diva Press, Yogyakarta, hlm

20 62 berkualitas. 36 Hal ini sesuai dengan Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 12 Tahun 1954 Bab XVI pasal 27 yang berbunyi: Pengawas pendidikan dan pengajaran berarti memberi pimpinan kepada guru untuk mencapai kesempurnaan di dalam pekerjaannya. 37 Supervisi pendekatan kolaboratif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat profesionalitas guru terutama kemampuan pedagogik dan kemampuan professional yang dimiliki guru dan upaya untuk meningkatkannya. Bagi para guru, supervisi pendekatan kolaboratif merupakan wahana pengembangan pendidikan sekaligus sebagai sarana identifikasi problem pembelajaran serta pemecahan masalah pendidikan yang muncul dalam pelaksanaan pendidikan secara bersama-sama oleh semua elemen yang terlibat. Dengan demikian tidak ada masalah pendidikan yang diselesaikan secara pribadi oleh seorang guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru yang dipimpinnya, khususnya guru kelas dan guru mata pelajaran adalah supervisi yang dilakukan secara terus-menerus. 38 Menurut peneliti, kegiatan supervisi harus rutin dilaksanakan oleh kepala madrasah kepada para guru. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif dalam mengatasi masalah yang muncul selama proses pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan supervisi seorang kepala madrasah bukan mencari kesalahan guru, tetapi membantu guru mengidentifikasi masalah yang muncul kemudian memberikan arahan pada guru untuk memecahkan masalah tersebut. Dewasa ini, kegiatan supervisi bukan lagi menjadi kegiatan yang menakutkan bagi guru. Akan tetapi kegiatan supervisi merupakan kegiatan 36 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2012 hlm M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm Op.Cit, Kisbiyanto, Supervisi pendidikan, hlm. 15.

21 63 yang ditunggu-tunggu oleh guru. Karena selain guru akan mendapatkan bimbingan, arahan dan bantuan dari kepala madrasah dalam memecahkan masalah pembelajaran, juga sebagai penambah semangat bagi guru untuk terus meningkatkan kemampuannya. Pendekatan kolaboratif dalam supervisi di MI Miftahul Huda Jleper dilakukan dengan pertemuan awal terlebih dahulu, observasi kelas kemudian pertemuan balikan. Dalam pertemuan awal, kepala madrasah mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh guru sehingga kepala madrasah betul-betul memahami masalah-masalah yang dihadapi guru. Untuk observasi kelas, kepala madrasah terlebih dahulu harus memahami kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Sehingga penilaian dalam kegiatan supervisi berjalan secara obyektif serta mampu mengenal dengan sungguh-sungguh karakter guru yang disupervisi. Sehingga ketika ditemukan masalah, dalam pertemuan balikan kepala madrasah bersama guru yang bersangkutan mampu memecahkannya dengan baik. Pendekatan supervisi secara kolaboratif sebaiknya dilakukan secara berkala dan kontinyu. Hal ini untuk mengetahui apakah persoalan yang sedang dihadapi sudah dapat dipecahkan atau belum. Seandainya masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat dilakukan diskusi kembali dengan kepala madrasah untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Supervisor harus mampu bertindak sebagai kawan dekat bagi guru yang bersangkutan, sehingga supervisor dapat mengerti kesukaran yang dialami guru dan merasakan kemajuan dalam diri guru yang bersangkutan. Sebagai seorang supervisor yang baik, kepala madrasah harus berusaha mendorong dan mengarahkan para guru untuk senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya. Dengan diadakannya supervisi secara berkala dan kontinyu, maka dapat dikaji kendala-kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat ditentukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan tersebut.

22 64 3. Analisis tentang Efektifitas Pelaksanaan Supervisi Pendekatan Kolaboratif dalam Membina Kemampuan Pedagogik dan Profesional Guru PAI Supervisi dilaksanakan oleh supervisor secara konstruktif dan kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam belajar. 39 Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajarmengajar. 40 Profesionalitas diartikan sebagai sikap profesional yang melekat pada diri guru sebagai sebuah profesi, sehingga yang harus ditingkatkan adalah kemampuan gurunya dalam berprofesi. Tugas profesi seorang guru salah satunya adalah mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tangung jawab yang berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam menjalankan tugasnya. Berbagai usaha perbaikan dan peningkatan kualitas kinerja guru dilakukan demi mencapai tingkat profesional. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala madrasah dalam membina kemampuan pedagogik serta profesional guru adalah melalui sebuah program supervisi. Analisis yang dapat diambil adalah, supervisi pendekatan kolaboratif merupakan wahana mencapai tujuan pendidikan secara umum. 39 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm Nadhirin, Supervisi Pendidikan Integratif Berbasis Budaya, Idea Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 60.

23 65 Dampak supervisi pendekatan kolaboratif terhadap kemampuan pedagogik dan profesional guru di MI Miftahul Huda Jleper secara analitis dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Supervisi pendekatan kolaboratif bukanlah kegiatan pengawasan dari atasan terhadap bawahan tanpa memberikan arahan dan bimbingan. Tetapi supervisi merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kapala madrasah terhadap guru dalam menjalankan profesinya. Supervisor menilai dan memberikan binaan terhadap guru untuk meningkatkan kinerjanya secara profesional. Efektifnya guru merasa mendapatkan perhatian dari kepala madrasah, sehingga hubungan antara guru dan kepala madrasah semakin harmonis. b. Supervisi pendekatan kolaboratif secara perlahan menjadikan kemampuan pedagogik dan profesional guru MI Miftahul Huda semakin meningkat, hal ini karena seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru terkait profesinya senantiasa terbina dan terawasi. c. Supervisi pendekatan kolaboratif menjadikan guru semakin terbuka dalam mengungkapkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya. Sehingga permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dan segera ditemukan solusinya. Keefektifan dalam peningkatan kemampuan pedagogik dan profesional guru MI Miftahul Huda Jleper tampak dari perubahan yang terjadi setelah diadakan kegiatan supervisi pendekatan kolaboratif. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal berikut : a. Kedisiplinan guru dalam mengajar, mulai dari jam kedatangan sampai pelaksanaan pembelajaran di kelas. b. Kesiapan guru dalam mengajar, mulai dari membuat program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP. c. Penguasaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran.

24 66 d. Program evaluasi yang senantiasa dilakukan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Secara fungsional kesadaran dan kerjasama dari seluruh elemen yang ada di MI Miftahul Huda lah yang akan menjadikan tujuan supervisi tercapai. Tanpa adanya kesadaran dan kemauan untuk maju, profesionalitas akan sulit tercapai walaupun kegiatan supervisi dijalankan. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, tampak bahwa keefektifan yang dirasakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan pedagogik dan professional guru melalui supervisi pendekatan kolaboratif bisa dikatakan baik, karena para guru yang disupervisi merasa benar-benar merasakan tujuan dan manfaat adanya proses supervisi. Hal ini terlihat dari sikap yang ditampilkan oleh guru yang sudah disupervisi yang selalu meningkatkan kinerjanya dalam mendidik siswa, dalam menyusun administrasinya yang semakin baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi kolaboratif kepala madrasah dalam membina kemampuan pedagogik dan professional guru PAI adalah cukup efektif bagi sekolah. Dengan demikian, supervisi pendekatan kolaboratif benar-benar dapat merubah profesionalitas guru dalam mengajar dan memperkuat komitmennya untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan. Kepala madrasah sebagai supervisor berfungsi sebagai pengawas, pengendali, pembina, pengarah, dan pemberi contoh bagi para guru dan karyawannya di sekolah. Secara ringkas, tugas atau peran kepala sekolah sebagai supervisor ialah sebagai berikut : a. Merencanakan program tahunan sekolah yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitasfasilitas yang diperlukan.

25 67 b. Merencanakan program akademik yang fokus pada persiapan program pengajaran. Program ini meliputi penyediaan kebutuhan guru, pembagian tugas mengajar, dan pengadaan berbagai fasilitas. c. Merencanakan program yang berkaitan dengan kesiswaaan. d. Merencanakan bidang kepegawaian. e. Merencanakan bidang pengadaan dana bagi keseluruhan administrasi pendidikan. f. Merencanakan bidang sarana dan prasarana yang mencakup perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana sekolah. 41 Selain itu kepala madrasah juga memiliki kontribusi yang nyata terhadap usaha peningkatan profesionalitas guru, antara lain sebagai berikut : a. Menjadi komunikator dan guru yang baik Untuk menjadi manajer dan pendidik yang efektif, kepala sekolah harus mampu bertindak sebagai komunikator yang baik, berkepribadian mantab dan serba teratur, serta berorientasi pada pencapaian tujuan secara optimal. Dengan memberi instruksi, kepala sekolah sebenarnya memberi inspirasi, motivasi, dan dorongan kepada wakil dan segenap staf pengajarnya. Kepala sekolah juga harus menjadi pembicara dan pendengar yang baik. Sebagai pembicara, ia bisa merangkul semua pihak. Sebagai pendengar yang baik, ia bisa menerima berbagi gagasan, kritik, dan umpan balik yang bisa dimanfaatkan. Ia juga harus terus memotivasi bawahannya untuk bekerja dan berkarya lebih giat dan lebih prestatif. 42 b. Menjadi motivator Memotivasi bawahan merupakan salah satu tugas utama seorang pemimpin. Kepala sekolah harus menerapkan pola pembinaan motivasi yang berjenjang. Diantara faktor-faktor motivasi yang sangat penting antara lain 41 Op.Cit, Jamal Ma ruf Asmani, Tips Efektif Supervisi Penddiikan Sekolah hlm Ibid, hlm. 57.

26 68 komitmen terhadap misi yang dijalankan, kecintaan pada pekerjaan dari semua individu yang terlibat, dan dedikasi untuk menjaga standar kerja yang tinggi. Faktor motivasi lainnya adalah kegigihan mencapai tujuan sekolah dan melaksanakan rencana-rencana jangka panjang yang telah disusun sebelumnya, adanya program insentif dan imbalan, serta penghargaan tinggi terhadap prestasi dan kinerja kerja yang baik. 43 Jadi, kontribusi kepala madrasah sebagai supervisor dengan pendekatan kolaboratif bukan hanya sebagai pengawas melainkan juga sebagai pembimbing, pembina, motivator, fasilitator dan inspirator bagi guru dan karyawan di sekolahnya. Kontribusi dari kepala madrasah ini akan berdampak positif bagi guru, sehingga akan mempengaruhi efektivitas proses pendidikan di sekolah. Efektivitas ini tampak dalam pemberdayaan peserta didik yang tidak sekedar mampu menguasai pengetuan, tetapi juga mampu belajar dan memahami cara belajar. Selain itu untuk mewujudkan guru yang profesional diperlukan sosok kepala madrasah yang lihai dalam melakukan perannya sebagai koordinator sekaligus komunikator yang baik terhadap semua lapisan. Sehingga, program supervisi dengan pendekatan direktif ini mampu diterima dan didukung penuh oleh jajaran pimpinan, guru, siswa dan lainnya secara sektoral. Koordinasi yang dilakukan kepala madrasah bukan hanya upaya sesaat, tetapi berkesinambungan dan berlangsung secara terus-menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerjasama sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat terwujud. Selain itu komunikasi juga harus dilakukan secara efektif dan produktif. Kepala madrasah haruslah menjadi sosok komunikator yang mampu diterima oleh semua pihak. Sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan menghasilkan respon yang positif sesuai harapan. 43 Ibid, hlm. 60.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan aktifitas kepala madrasahnya. Menurut Pidarta yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembelajaran dan penutup.

BAB V PENUTUP. pembelajaran dan penutup. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian dan menganalisis hasil penelitian tentang pola supervisi dengan pendekatan non direktif maka penulis menyimpulkan penelitian ini sebagai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Data Kompetensi Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran. Kemampuan guru memanfaatkan media sangat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Guru

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum MTs Negeri Kendal MTs Negeri Kendal merupakan salah satu lembaga pendidikan formal setingkat pendidikan menengah yang berada di Kendal. Berdirinya MTs

Lebih terperinci

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan

BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN. A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan BAB III KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MIS SEMBUNGJAMBU BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN A. Profil MIS Sembungjambu Bojong Kabupaten Pekalongan 1. Sejarah Berdiri Seiring dengan tekad dan perjuangan Nahdlotul Ulama

Lebih terperinci

BAB IV PROBLEMATIKA DAN SOLUSI IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS PESANTREN DI MTs FUTUHIYYAH 01 MRANGGEN

BAB IV PROBLEMATIKA DAN SOLUSI IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS PESANTREN DI MTs FUTUHIYYAH 01 MRANGGEN 47 BAB IV PROBLEMATIKA DAN SOLUSI IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS PESANTREN DI MTs FUTUHIYYAH 01 MRANGGEN A. Problem Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren di MTs Futuhiyyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dalam bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan. Dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah, 3) pembatasan masalah, 4) rumusan masalah, 5) tujuan dan manfaat penelitian, dan 6) ruang lingkup penelitian.

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis terhadap upaya kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam kehidupan manusia, dari manusia lahir hingga akhir hayatnya tidakluput dengan yang namanya pendidikan.ada masyarakat,

Lebih terperinci

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar) Siti Halimatus Sakdiyah, Didik Iswahyudi Universitas Kanjuruhan Malang halimatus@unikama.ac.id,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Ds. Lekisrejo, Kec. Lubuk Raja, Kab. OKU, Sumatra Selatan. MA Al Falaah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Ds. Lekisrejo, Kec. Lubuk Raja, Kab. OKU, Sumatra Selatan. MA Al Falaah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Madrasah Aliyah (MA) Al Falaah terletak di Batumarta III. Blok D, Ds. Lekisrejo, Kec. Lubuk Raja, Kab. OKU, Sumatra Selatan.

Lebih terperinci

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan BAB VI KESIMPULAN, EVfPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut. Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Andir khususnya SD-SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berarti sebagai langkah dan usaha sadar untuk mencerdaskan, mengembangkan potensi diri, menuju insan yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Dikatakan penting

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SDN SEKARAN 01 Jl. TAMAN SISWA KEC.GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SDN SEKARAN 01 Jl. TAMAN SISWA KEC.GUNUNG PATI KOTA SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SDN SEKARAN 01 Jl. TAMAN SISWA KEC.GUNUNG PATI KOTA SEMARANG Disusun oleh Nama : Rosadi NIM : 6102409017 Prodi : PGPJSD, S1 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN

BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN BAB IV PERAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU DI MTs NEGERI JEKETRO GROBOGAN Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan

Lebih terperinci

02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI

02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI 02/PP/DITDIKTENDIK/2014 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Dalam rangka untuk meningkatkan profesionalitas guru. Secara rinci proses manajemen kinerja dalam meningkatkan profesionalitas guru MA Nahdlatul Muslimin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1. No 1. Januari - Juni 2017 Halaman ISSN

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1. No 1. Januari - Juni 2017 Halaman ISSN JURNAL BENCHMARKING Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol 1. No 1. Januari - Juni 2017 Halaman 22 31 ISSN. 3459-2461 KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 KOTANOPAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator) Kepala sekolah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG Disusun oleh: Nama : MARTINA DWI PERMATASARI NIM : 7101409062 Program Studi : Pendidikan Administrasi Perkantoran FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap profesional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang profesional mempertaruhkan profesi pada kualitas kerjanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung Selatan sangat penting dan terkait dengan Kementerian Agama. Lembaga Kementerian Agama sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam sejarah perkembangan peradaban bangsa terlihat jelas bahwa kemajuan bangsa sangat terkait dengan pendidikan sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peneliti akan melakukan analisa data untuk menjelaskan labih lanjut hasil dari

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peneliti akan melakukan analisa data untuk menjelaskan labih lanjut hasil dari 99 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara (interview), obsevasi, dan data dokumentasi maka selanjutnya peneliti akan melakukan

Lebih terperinci

Moch. Idochi Anwar Administrasi Pendidikan dan Manajenem Biaya Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2003, hal. 70

Moch. Idochi Anwar Administrasi Pendidikan dan Manajenem Biaya Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2003, hal. 70 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara efektif dan efisien perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Swasta Sabilal Muhtadin Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman.

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman. BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha 259 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perencanaan Pengembangan Kinerja Dosen Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada prinsipnya telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut : manajemen pembinaan peserta didik di SDIT

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam. Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam. Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung Perencanaan yang biasa dibuat diawal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen madrasah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di madrasah. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian Implementasi Profesionalisme guru di SD Negeri Sukatani Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 01/SKA/DITAK/2010 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT AKADEMIK 2010 2 KATA PENGANTAR Pemilihan Ketua

Lebih terperinci

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 1. WAKASEK URUSAN KURIKULUM A. PROGRAM UMUM 1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 2. Membantu kepala sekolah mengurus kegiatan kurikulum intrakurikuler dan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terkahir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran, Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Sebagaimana yang tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kelangsungan hidup bangsa. Pendidikan berkualitas sangatlah diperlukan dalam usaha untuk kemajuan bangsa dan negara. Sebagaimana disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju

Lebih terperinci

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014

VERBATIM. Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Lampiran 2 VERBATIM Wawancara Supervisi Akademik di SD Negeri Candisari 1 Mranggen Demak 2014 Diskripsi Data Penelitian Profil sekolah yang digambarkan di bab IV akan menjadi pijakan atau begron dalam

Lebih terperinci

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA 1 Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA 1. Bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan masyarakat sekarang ini tidak mungkin dicapai tanpa adanya kehadiran sekolah sebagai organisasi yang menyelenggarakan proses pendidikan secara formal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Sekolah Keberadaan SMP N 2 Ngaglik Sleman sejak tahun 1967 yang sebelumnya merupakan Filial SMP N 1 Ngaglik Sleman. SMP N 2 Ngaglik Sleman dikenal luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil SMA SHAFTA Surabaya SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh yang diambil dari empat sifat Rosul yang artinya: SHIDIQ : Membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE (IC) OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SMK KOSGORO 2 NGANTANG KABUPATEN MALANG Mochamad Mudjiono Cabang Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci