ANALISIS KESESUAIAN STANDAR KOMPETENSI PENGELOLA KURSUS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI TENAGA KERJA PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESESUAIAN STANDAR KOMPETENSI PENGELOLA KURSUS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI TENAGA KERJA PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015"

Transkripsi

1 54 INFOKAM Nomor I / Th. XI/ Maret /15 ANALISIS KESESUAIAN STANDAR KOMPETENSI PENGELOLA KURSUS DENGAN TUNTUTAN KOMPETENSI TENAGA KERJA PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Oleh: Alex Sujanto AMIK Jakarta Teknologi Cipta Semarang Cut. Zurnali)*. Abstrak Pada Desember 2015 kita akan dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA (ASEAN Economic Communities). Suatu era yang menyatukan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi Satu Basis Pasar dan Produksi. Dimana akan terjadi arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal, yang semuanya bermuara pada prinsip pasar terbuka bebas hambatan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus mampu menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) khususnya pekerja yang tangguh dan handal guna menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir "Penyiapan SDM di semua sektor melalui dalam jangka pendek seperti kursus dan training dengan dilengkapi standar kompetensi profesi, perlu dilakukan sehingga saat pemberlukan MEA 2015, SDM Indonesia telah siap," untuk bisa menyiapkan SDM dengan baik maka para pengelola kursus harus kompeten dan memenuhi standar sebagai pengelola kursus sesuai dengan permendiknas No.42 tahun 2009, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi MEA di akhir tahun Kata Kunci : MEA (Masyarakat Ekonomi Asean/ASEAN Economic Communities), Global, kompetensi Kursus dan Pelatihan. Abstract In December 2015 we will be faced in the AEC / AEC (ASEAN Economic Communities). An era that brings together countries in the region to be "one market and production base". Where there will be free flow of products, services, investment, labor, and capital, which all boils down to the principle of an open market freeway. The Government and people of Indonesia should be able to prepare a human resources (HR) particularly robust and reliable workers to face the implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) end of "The preparation of human resources in all sectors through short-term training courses and training as standard equipped with professional competence, needs to be done so that when pemberlukan AEC 2015, HR Indonesia has been ready, "to be able to fully leverage with both the course managers must be competent and compliant as the manager of the course in accordance with Permendiknas 42 in 2009, so it will be better prepared to face the MEA in the end of Keywords: MEA (ASEAN Economic Communities), Global Competence, Courses and Training Competence. 1. PENDAHULUAN Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia.Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing.modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Pembentukan MEA ini sangat penting mengingat ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana ASEAN terdiri dari 10 Negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

2 INFOKAM Nomor I/Th. XI/Maret/15 55 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk paling banyak di kawasan Asia Tenggara. Menurut Armida (2014), jumlah penduduk yang besar yang pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 255,5 juta jiwa atau sebesar 40,3% dari jumlah penduduk di seluruh wilayah ASEAN. Diperkirakan 38 dari 100 penduduk usia produktif di negara negara ASEAN adalah penduduk Indonesia. Artinya Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi pemasok tenaga kerja terbesar di ASEAN terutama di negara negara yang proporsi usia produktifnya kecil, misalnya Singapura dan Thailand. Kondisi ini akan bertahan untuk beberapa puluh tahun ke depan. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat mengakibatkan jumlah angkatan kerja juga terus meningkat setiap tahunnya di tengah kesempatan kerja yang terbatas karena pertumbuhan ekonomi belum mampu menyerap angkatan kerja tersebut masuk ke dalam pasar kerja. MEA yang akan dimulai awal tahun depan tersebut tentu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi negara Indonesia. Dampak positifnya dengan adanya MEA, tentu akan memacu pertumbuhan investasi baik dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka lapangan pekerjaan baru.selain itu, penduduk Indonesia akan dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan yang relatif akan lebih mudah dengan adanya MEA ini karena dengan terlambatnya perekonomian nasional saat ini dan didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran per februari 2014 dibandingkan Februari 2013 hanya berkurang orang. Padahal bila melihat jumlah pengguran tiga tahun terakhir, per Februari 2013 pengangguran berkurang orang, sementara pada Februari 2012 berkurang orang, dan per Februari 2011 berkurang sebanyak orang Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja. Adapun dampak negatif dari MEA, yaitu dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan. Hal inilah yang akan menjadi ujian baru bagi masalah dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA. Bagaimana dengan Indonesia?Dalam rangka ketahanan nasional dengan tetap melihat peluang dan menghadapi tantangan bangsa Indonesia di era MEA nantinya, khususnya terhadap kesiapan tenaga kerja Indonesia sangat diperlukan langkahlangkah konkrit agar bisa bersaing menghadapi tenaga kerja asing tersebut. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian atau catatan bagi dunia ketenagakerjaan sebelum saatnya negara kita benar-benar akan memasuki MEA. Menurut Armida (2014), karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebagai berikut: 1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; 2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; 3. Pertumbuhan ekonomi yang merata; 4. Integrasi ke perekonomian global. Lebih lanjut, Armida (2014) mengemukakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membuka peluang bagi pekerja terampil untuk bekerja di negara negara anggota ASEAN lainnya. Apakah tenaga kerja Indonesia sudah cukup berkualitas? Jika kita lihat dari taraf pendidikan penduduk Indonesia dengan rata rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas (bukan 15 tahun keatas) pada tahun 2010 yang hanya 5,8 tahun, nampaknya kita belum cukup siap bersaing. Singapore, Malaysia, Philipina, Brunei, dan Thailand, yang memiliki rata rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas berturut turut sebesar 10,1 tahun, 9,5 tahun, 8,9 tahun, 8,6, dan 6,6 tahun3 jelas memiliki tenaga kerja yang lebih berkualitas. Menurut Bagus Prasetyo (2014), dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) pekerja Indonesia. Kompetisi SDM antarnegara ASEAN merupakan kepastian dalam MEA. Bila pekerja

3 56 INFOKAM Nomor I / Th. XI/ Maret /15 Indonesia tidak siap menghadapi persaingan terbuka ini, MEA akan menjadi momok bagi pekerja Indonesia karena akan kalah bersaing dengan pekerja dari negara ASEAN lainnya. Berdasar data BPS, jumlah angkatan kerja Indonesia per-februari 2014 telah mencapai 125,3 juta orang atau bertambah 1,7 juta dibanding Februari Namun, jumlah angkatan kerja masih didominasi oleh lulusan SD kebawah yakni 55,31 juta, disusul lulusan sekolah menengah pertama 21, 06 juta, sekolah menengah atas 18,91 juta, sekolah menengah kejuruan 10,91 juta, Diploma I/II/II 3,13 juta dan universitas hanya 8,85%.Rendahnya kualitas pekerja Indonesia bila dilihat dari tingkat pendidikan formal ini jelas sangat mengkhawatirkan. Dengan sisa waktu yang sangat sempit ini, Pemerintah perlu mencari terobosan dan cara singkat untuk meningkatkan ketrampilan dan kompetensi kerja bagi SDM kita yang sesuai dengan kebutuhan pasar MEA nantinya dan bukan hanya terobosan yang sifatnya normatif melalui Peraturan perundang-undangan. Perlindungan melalui peraturan bukannya tidak penting, namun untuk saat ini diperlukan upaya riil karena kita berpacu dengan waktu yang sempit.salah satu upayanya bisa dengan mengoptimalkan sarana prasarana yang ada baik dengan sering mengadakan workshop ataupun seminar bagi angkatan kerja baru maupun peningkatan kualitas skill bagi angkatan kerja yang sudah ada. Sebagai perbandingan, di negara Vietnam mulai memberikan bahasa Indonesia bagi setiap tenaga kerjanya menghadapi MEA. Dengan dimulainya MEA tentu akan ada masalah dalam komunikasi karena bahasa dari tiap-tiap negara berbeda. Pengenalan bahasa negara ASEAN lainnya atau minimal penguatan bahasa Internasional seperti bahasa Inggris kepada pekerja atau masyarakat kita bisa dijadikan terobosan sebagai upaya persiapan menghadapi MEA. Selain itu, di era digital seperti saat ini, kebutuhan akan penguasaan atas teknologi bagi tenaga kerja merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi karena perkembangan teknologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu perlu adanya bagi pekerja Indonesia untuk belajar memahami dan terus meng-update teknologi terkini yang mendukung setiap pekerjaannya. Hal ini jelas akan meningkatkan keahlian mereka sehingga akan meningkatkan daya saing mereka dengan pekerja dari negara ASEAN lainnya. Meskipun saat ini telah ada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing sebagai upaya bentuk perlindungan dan mengantisipasi globalisasi sektor jasa atau ketenagakerjaan ini, persiapan SDM Indonesia di berbagai hal seperti mempelajari bahasa asing untuk berkomunikasi dan mengenal teknologi terkini sangat penting dilakukan. Artinya, perlu ada nilai lebih yang dimiliki pekerja Indonesia untuk ditawarkan kepada pemberi pekerjaan agar dapat berhasil menghadapi MEA awal tahun depan tersebut. Menurut Armida (2014), dalam menghadapi MEA adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga kerja yang sudah ada. Upaya nyata peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan, pre-service maupun in-service training termasuk pendidikan nonformal, termasuk berbagai oleh dunia usaha sangat penting untuk ditingkatkan.berbagai survey di tanah air menunjukkan bahwa dunia usaha di Indonesia sangat kurang dalam menyediakan untuk karyawannya.secara rata-rata hanya 5 % karyawan yang menyebutkan mendapatkan. Angka ini jauh dibawah yang diterima oleh tenaga kerja dari negara lain. Di Indonesia, hanya sektor finansial dan jasa publik yang cukup banyak melakukan (17%), yang umumnya juga diperuntukkan karyawan lulusan perguruan tinggi. Pelatihan tenaga kerja di lingkungan usaha kecil dan menengah sangat kurang, yaitu hanya sekitar 2% untuk usaha kecil dengan 1-19 karyawan dan 13% untuk usaha menengah dengan karyawan. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi lembaga kursus dan untuk melakukan kerjasama dengan DUDI dalam bentuk disamping mempersiapkan lulusan agar dapat terserap oleh DUDI yang ada di Indonesia dan diharapkan juga DUDI negara ASEAN lainnya. Bila tidak dilakukan segera, dikhawatirkan LKP-LKP dari negara ASEAN yang akan mendahului. Agar pihak DUDI yang ada di Indonesia memiliki kepercayaan pada LKP yang ada di Indonesia, langkah awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki standar kompetensi pengelola kursus dan. Dalam Permendiknas No 42 Tahun 2009 Tentang Standar Pengelola Kursus telah

4 INFOKAM Nomor I/Th. XI/Maret/15 57 dikemukakan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh para pengelola LKP, namun dikarenakan saat ini telah berlakunya MEA maka diperlukan kajian kembali terhadap permendiknas tersebut agar benar-benar kedepan para pengelola LKP memiliki kompetensi yang dapat membawa LKP yang ada di Indonesia mampu bersaing dan unggul dibandingkan dengan LKP negara ASEAN lainnya. Untuk mewujudkan LKP yang unggul, para pengelola LKP harus memiliki wawasan global secara umum dan wawasan ASEAN secara khusus.untuk itu diperlukan sebuah kompetensi tambahan, yaitu kompetensi global. Menurut Dennis Van Roekel (2010), Global competence refers to the acquisition of in-depth knowledge and understanding of international issues, an appreciation of and ability to learn and work with people from diverse linguistic and cultural backgrounds, proficiency in a foreign language, and skills to function productively in an interdependent world community. Ini berarti bahwa kompetensi global yang mengacu pada perolehan pengetahuan yang mendalam dan pemahaman tentang isu-isu internasional, apresiasi (penghargaan) dan kemampuan untuk belajar dan bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya, kemahiran dalam bahasa asing, dan keterampilan berfungsi secara produktif di dunia dimana masyarakat saling tergantung. Dalam paparan lebih lanjut, Dennis Van Roekel (2010) mengemukakan kompetensi global memiliki 4 (empat) elemen dasar, yaitu: 1. International awareness (Kesadaran Internasional). Ini merupakan pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah dunia, sistem sosial ekonomi dan politik, dan peristiwaperistiwa global lainnya. Kesadaran ini mencakup pengertian bahwa acara lokal dan nasional dapat memiliki implikasi internasional. Seseorang yang sadar akan lingkungan dunia yang lebih luas juga mengakui bahwa tindakan individu dapat mempengaruhi orang lain di luar diri nya sendiri. 2. Appreciation of cultural diversity (Apresiasi keragaman budaya). Ini memerlukan kemampuan untuk mengetahui, memahami, dan menghargai orang-orang dari budaya lain bersama dengan kapasitas untuk mengakui sudut pandang lain tentang isu-isu mendesak dunia. Kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan lintas-budaya, dan kesediaan untuk menerima perbedaan, membuka pintu untuk kesempatan untuk terlibat dalam hubungan lintas-budaya produktif dan hormat. 3. Proficiency in foreign languages (Menguasai bahasa asing). Kemampuan untuk memahami, membaca, menulis, dan berbicara dalam lebih dari satu bahasa meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya. Pengetahuan tentang bahasa tambahan membuka pintu untuk memahami budaya dan orang-orang yang berbicara bahasa-bahasa tersebut lainnya. 4. Competitive skills (Keahlian Bersaing). Kemampuan untuk bersaing secara global memerlukan akuisisi pengetahuan luas tentang isu-isu internasional. Untuk bisa bersaing, pengelola LKP perlu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meningkatkan kreativitas dan inovasi. Pengelola LKP yang mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang perubahan ekonomi, sosial, dan teknologi yang terjadi di seluruh dunia meningkatkan kemampuan mereka untuk bersaing di pasar dunia. Konsep yang dipaparkan oleh Dennis Van Roekel ini diharapkan dapat dijadikan tambahan dalam standar kompetensi pengeloal LKP dalam era MEA saat ini. 2. STANDAR KOMPETENSI PLKP BERDASARKAN PERMENDIKNAS NO 42 TAHUN 2009 TENTANG 2.1. Standar Pengelola Kursus Berdasarkan Permendiknas No 42 Tahun 2009 Tentang Standar Pengelola Kursus bahwastandar kompetensi PLKP terdiri dari 4 (empat) kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh pengelola lembaga kursus dan sebagaimana terlihat dalam skema berikut:

5 58 INFOKAM Nomor I / Th. XI/ Maret /15 Gambar: Pengelola LKP Dari ke empat kompetensi tersebut, dalam penjabaranya yang meliputi sub kompetensi adalah sebagai berikut: A. Kepribadian Sub 1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap,berakhlak mulia dan bertindak konsisten. 2) Mengorganisasikan program kursus dan 1. Berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan menjadi teladan bagi komunitas di kursus dan ; 2. Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia; 3. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; dan 4. Menunjukkan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan norma, aturan dan perundang-undangan 1. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; 2. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri; 3. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah pekerjaan; dan 4. Memiliki minat terhadap jabatan sebagai pemimpin lembaga pendidikan. B. Manajerial Sub 1) Merencanakan 1. Menganalisis kekuatan, kelemahan,ancaman, dan peluang lembaga program kursus dan kursus dan yang dikelola; dan 2. Menyusun rencana pengelolaan kursus dan, baik perencanaan strategis maupun teknis operasional 2) Mengorganisasikan program kursus dan 3) Melaksanakan program kursus dan 1. Mengembangkan organisasi dan pengelolaan lembaga kursus dan sesuai dengan kebutuhan; 2. Menciptakan budaya dan iklimkerja yang kondusif untuk mewujudkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik; dan 3. Memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan secara optimal. 1. Menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam memperkenalkan program kursus dan ; 2. Mengelola pengembangan dan implementasi kurikulum sesuai dengan jenis kursus dan ; 3. Mengelola peserta didik meliputi : penerimaan, penempatan,

6 INFOKAM Nomor I/Th. XI/Maret/ ) Mensupervisi pendidik dan tenaga kependidikan program kursus 5) Mengevaluasi program kursus dan pembelajaran, pemantauan, penilaian, dan penelusuran; 4. Mengelola keuangan sesuai dengan prinsip transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas 5. Mengelola sarana dan prasarana lembaga kursus dan meliputi perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan secara optimal; 6. Mengelola administrasi lembaga kursus dan dalam mendukung kelancaran program dan kelengkapan dokumen; 7. Mengelola sistem teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program 8. Mengelola layanan kegiatan ekstra program dalam mendukung kegiatan pembelajaran di dalam dan luar lembaga kursus dan ; 9. Mengelola hubungan dan kerjasama dengan pihak terkait dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan; 10. Mengelola sumber daya manusia di lembaga kursus dan. 1. Merencanakan supervisi akademik dan administrasi dalam rangka peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan kursus dan ; 2. Melaksanakan supervisi akademik dan administrasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; 3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik dan administrasi dalam rangka peningkatan profesionalisme; dan 4. Memberikan layanan bimbingan dan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. 1. Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi program kegiatan kursus dan ; 2. Melaksanakan pengawasan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan hasil program; 3. Menindaklanjuti hasil evaluasi untuk perbaikan program; dan 4. Melaksanakan penelusuran lulusan untuk memperoleh umpan balik dalam upaya meningkatkan mutu program C. Kewirausahaan Sub 1) Memanfaatkan peluang dan 1. Mencari peluang yang menguntungkan untuk memajukan lembaga kursus dan ; mengantisipasi risiko 2. Memanfaatkan setiap peluang yang menguntungkan untuk memajukan lembaga kursus dan ; 3. Mengantisipasi risiko yang dihadapi lembaga kursus dan ; 4. Mengatasi masalah yang dihadapi lembaga kursus dan. 2) Mengembangkan program, menciptakan 1. Mengembangkan jenis-jenis program kursus dan yang baru dan prospektif; inovasi dan menyusun 2. Menciptakan inovasi dalam pengelolaan lembaga kursus dan rencana usaha dalam bidang SDM, pemasaran, dan keuangan; 3. Menyusun rencana usaha (businessplan) meliputi bidang program, pemasaran, dan keuangan sesuai dengan jenis kursus dan ; 4. Mengadopsi berbagai model pengelolaan kursus dan ; dan 5. Mengimplementasikan secara tepat berbagai model pengelolaan kursus dan 3) Membangun citra lembaga kursus dan 1. Memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat 2. Menampilkan keunggulan-keunggulan program

7 60 INFOKAM Nomor I / Th. XI/ Maret /15 D. Sosial 1) Bekerjasama dalam pelaksanaan tugas 2) Berkomunikasi secara lisan dan tulisan Sub 1. Bekerja sama dengan pihak terkait untuk kepentingan kursus dan ; 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan 3. Memiliki kepeduliaan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. 1. Membangun komunikasi dan hubungan kolegial dengan pendidik tenaga kependidikan dan 2. Membangun komunikasi dengan dunia usaha dan industri, serta instansi terkait 3. PEMBAHASAN Analisis Kesesuaian Standar Pengelola Kursus Dengan Tuntutan Tenaga Kerja Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.Bahwa dengan Pemberlakuan MEA tahun 2015 menyebabkan lalulintas perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara menjadi tanpa kendala.mea merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi kurang lebih 600 juta penduduknya. Perdagangan bebas dapat diartikan tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan nontarif bagi negaranegara anggota ASEAN. Pada akhir tahun 2015 atau awal 2016 negara-negara ASEAN akan merasakan dampaknya (Humphrey Wangke, 2014). Dengan adanya pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), maka beberapa tantangan MEA, seperti lapangan tenaga kerja yang ada di Indonesia hanya akan menaikkan angka pengangguran itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang didatangkan dari China, Bila Indonesia tidak siap, maka aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan modal, terlihat sebagai ancaman daripada peluang. Sebagai seorang pengelola kursus sudah semestinya dituntut untuk mampu bersaing di tingkat ASEAN, dimana, kompetensi global mutlak diperlukan agar lembaga kursus dan yang di kelola tidak mati suri oleh kemajuan dan kebebasan dari 10 anggota ASEAN untuk membuka kursus di Indonesia. Di seluruh Indonesia terdapat lembaga kursus.seluruh lembaga kursus tersebut memiliki orang pendidik yang melayani peserta. Dari lembaga kursus yang ada di Indonesia lebih dari setengahnya (59,50%) berada di Pulau Jawa, khususnya Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur (Ditjen PAUDNI,2014) dan dari jumlah lembaga kursus tersebut belum ada 2%nya pengelola kursus yang lulus uji kompetensi sesuai dengan permendiknas No.42 tahun Oleh karena itu untuk menghadapi MEA Akhir 2015, pengelola kursus harus kompeten, yang dibuktikan dengan lulus sertifikasi nasional, dari LSK PLKP. Adapun hasil analisis kesesuaian standar kompetensi pengelola kursus dengan tuntutan kompetensi tenaga kerja pada era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015, adalah bahwa 4 kompetensi yang ada dalam permendiknas No.42 tahun 2009, tetap dipertahankan dan tidak ada perubahan tetapi perlu di tambahkan 1 kompetensi Global seperti yang dikemukan oleh Dennis Van Roekel (2010). Adapun berikut: kompetensi global tersebut, dan sub kompetensinya adalah sebagai A. Kepribadian Sub 1) Menampilkan diri 1. Berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan menjadi teladan bagi sebagai pribadi yang dewasa, komunitas di kursus dan ; 2. Mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia;

8 INFOKAM Nomor I/Th. XI/Maret/15 61 mantap,berakhlak mulia dan bertindak konsisten. 2) Memiliki komitmen terhadap tugas. 3. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; dan 4. Menunjukkan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan norma, aturan dan perundang-undangan 1. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; 2. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri; 3. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah pekerjaan; dan 4. Memiliki minat terhadap jabatan sebagai pemimpin lembaga pendidikan. B. Manajerial Sub 1) Merencanakan 3. Menganalisis kekuatan, kelemahan,ancaman, dan peluang lembaga program kursus dan kursus dan yang dikelola; dan 4. Menyusun rencana pengelolaan kursus dan, baik perencanaan strategis maupun teknis operasional 2) Mengorganisasikan program kursus dan 3) Melaksanakan program kursus dan 4) Mensupervisi pendidik dan tenaga kependidikan program kursus 5) Mengevaluasi program kursus dan 4. Mengembangkan organisasi dan pengelolaan lembaga kursus dan sesuai dengan kebutuhan; 5. Menciptakan budaya dan iklimkerja yang kondusif untuk mewujudkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik; dan 6. Memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan secara optimal. 1. Menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam memperkenalkan program kursus dan ; 2. Mengelola pengembangan dan implementasi kurikulum sesuai dengan jenis kursus dan ; 3. Mengelola peserta didik meliputi : penerimaan, penempatan, pembelajaran, pemantauan, penilaian, dan penelusuran; 4. Mengelola keuangan sesuai dengan prinsip transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas 5. Mengelola sarana dan prasarana lembaga kursus dan meliputi perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan secara optimal; 6. Mengelola administrasi lembaga kursus dan dalam mendukung kelancaran program dan kelengkapan dokumen; 7. Mengelola sistem teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program 8. Mengelola layanan kegiatan ekstra program dalam mendukung kegiatan pembelajaran di dalam dan luar lembaga kursus dan ; 9. Mengelola hubungan dan kerjasama dengan pihak terkait dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan; dan 10. Mengelola sumber daya manusia di lembaga kursus dan. 1. Merencanakan supervisi akademik dan administrasi dalam rangka peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan kursus dan ; 2. Melaksanakan supervisi akademik dan administrasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; 3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik dan administrasi dalam rangka peningkatan profesionalisme; dan 4. Memberikan layanan bimbingan dan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. 1. Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi program kegiatan kursus dan ; 2. Melaksanakan pengawasan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

9 62 INFOKAM Nomor I / Th. XI/ Maret /15 hasil program; 3. Menindaklanjuti hasil evaluasi untuk perbaikan program; dan 4. Melaksanakan penelusuran lulusan untuk memperoleh umpan balik dalam upaya meningkatkan mutu program C. Kewirausahaan Sub 1) Memanfaatkan peluang dan 1. Mencari peluang yang menguntungkan untuk memajukan lembaga kursus dan ; mengantisipasi risiko 2. Memanfaatkan setiap peluang yang menguntungkan untuk memajukan lembaga kursus dan ; 3. Mengantisipasi risiko yang dihadapi lembaga kursus dan ; dan 4. Mengatasi masalah yang dihadapi lembaga kursus dan. 2) Mengembangkan program, menciptakan inovasi dan menyusun rencana usaha 1. Mengembangkan jenis-jenis program kursus dan yang baru dan prospektif; 2. Menciptakan inovasi dalam pengelolaan lembaga kursus dan dalam bidang SDM, pemasaran, dan keuangan; 3. Menyusun rencana usaha (businessplan) meliputi bidang program, pemasaran, dan keuangan sesuai dengan jenis kursus dan ; 4. Mengadopsi berbagai model pengelolaan kursus dan ; dan 5. Mengimplementasikan secara tepat berbagai model pengelolaan kursus dan 3) Membangun citra lembaga kursus dan 1. Memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat 2. Menampilkan keunggulan-keunggulan program D. Sosial 1) Bekerjasama dalam pelaksanaan tugas 2) Berkomunikasi secara lisan dan tulisan E. Global 1. Kesadaran Internasional 2. Apresiasi keragaman budaya Sub 1. Bekerja sama dengan pihak terkait untuk kepentingan kursus dan ; 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan 3. Memiliki kepeduliaan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. 1. Membangun komunikasi dan hubungan kolegial dengan pendidik tenaga kependidikan dan 2. Membangun komunikasi dengan dunia usaha dan industri, serta instansi terkait. Sub 1. Menyadari pentingnya kerjasama ekonomi Indonesia dengan negara-negara ASEAN 2. Menyadari pentingnya mengetahui standar kualifikasi sumber daya manusia internasional 3. Menyadari pentingnya menyiapkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan Internasional 4. Menyadari pentingnya mengikuti perkembangan kondisi sosial dan ekonomi internasional 1. Membuka kesempatan untuk terlibat dalam hubungan lintas budaya yang produktif dan saling menghormati 2. Kesadaran untuk mengapresiasi perbedaan lintas budaya dan kesediaan untuk menerima perbedaan 3. Kemampuan mengembangkan kerjasama kemitraan

10 INFOKAM Nomor I/Th. XI/Maret/ Menguasai bahasa asing 1. Kemampuan memahami, membaca, menulis dan berkomunikasi dalam bahasa inggris 2. Kemampuan memahami, membaca, menulis dan berkomunikasi dalam salah satu bahasa negara ASEAN 4. Keahlian Bersaing 1. Menggali dan Mengembangkan keunggulan lokal yang memiliki kekhasan dan daya saing yang dapat diterima di negara ASEAN 2. Mampu menyusun dan melaksanakan program Kursus dan yang dibutuhkan dan memiliki daya tarik bagi masyarakat ASEAN 3. Mampu menghasilkan lulusan yang dapat terserap di pasar kerja internasional 4. Memiliki jaringan kerja strategis internasional 4. KESIMPULAN Dalam menghadapi MEA akhir tahun 2015,strategi yang digunakan adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga kerja yang sudah ada. Upaya nyata peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan, pre-service maupun in-service training termasuk pendidikan nonformal, dan berbagai oleh dunia usaha sangat penting untuk ditingkatkan, dan peningkatan tersebut bisa terwujud, apabila semua masyarakat kompeten pada bidangnya masing-masing, dan untuk mengetahui kompetensi seseorang perlu dilakukan test uji kompetensi pada bidangnya tersebut. demikian juga agar lembaga kursus dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dari berbagai macam keterampilan dan lembaga yang di kelola tidak mati suri maka pengelola kursus harus lulus uji kompetensi PLKP sesuai dengan permendiknas no.42 tahun 2009, tentang standar pengelola kursus. Daftar Pustaka Armida S. Alisjahbana, 2014, Arah Kebijakan Dan Program Di Bidang Kependudukan, Ketenagakerjaan Dan Sumber Daya Manusia Meghadapai Globalisasi Khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, Makalah Seminar Nasional Tantangan Kependudukan, Ketenagakerjaan, Dan Sdm Indonesia Menghadapi Globalisasi Khususnya Masyarakat Ekonomi Asean Bagus Prasetyo, 2014, Menilik Kesiapan Dunia Ketenagakerjaan Indonesia Menghadapi MEA, Jurnal Rechts Vinding Dennis Van Roekel, 2010, Global Competence is a 21st Century Imperative, NEA Education Policy and Practice Department Center for Great Public Schools th St., NW, Washington, D.C Humphrey Wongke, Info Singkat Hubungan Internasional Vol VI No.10/II/P3DI/Mei/2014 Permendiknas No 42 Tahun 2009 Tentang Standar Pengelola Kursus

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 42 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 42 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 42 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 STANDAR PENGELOLA KURSUS DAN PELATIHAN Pendahuluan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGELOLA KURSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGELOLA KURSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGELOLA KURSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : Bahwa dalam

Lebih terperinci

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA SEMINAR NASIONAL TANTANGAN KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN SDM INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN.... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii v vi vii viii ix x BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam membentuk fondasi kompetensi bangsa tersebut. Berbicara tentang pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Lebih terperinci

SMART WAY TO GET A JOB

SMART WAY TO GET A JOB RAHMAT KURNIA SMART WAY TO GET A JOB Cara Cerdas Mendapatkan Pekerjaan Bukan Sekedar Melamar Kerja Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com SMART WAY TO GET A JOB Cara Cerdas Mendapatkan Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL Nama Sekolah Alamat Cabang Daerah Nama Kasek : Mandailing Natal Petunjuk : Berikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PROFESIONALITAS TENAGA KERJA DALAM MENYONGSONG MEA Rinaldi UPBJJ UT Semarang E MAIL :

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PROFESIONALITAS TENAGA KERJA DALAM MENYONGSONG MEA Rinaldi UPBJJ UT Semarang E MAIL : STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PROFESIONALITAS TENAGA KERJA DALAM MENYONGSONG MEA 2015 Rinaldi UPBJJ UT Semarang E MAIL : aldi313farisi@gmail.com Subtema: peluang dan tantangan SDM Indonesia di berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? Edi Cahyono (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRAK Terlaksananya tatanan

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015 Published on Universitas Negeri Yogyakarta (https://uny.ac.id) Home > Prof. Dr. Muhyadi Prof. Dr. Muhyadi Submitted by nurhadi on Sun, 2015-06-21 13:09 PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAKBAN (LEMBAGA KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA) SEBAGAI SARANA PELATIHAN TENAGA KERJA ASING UNTUK MEMPERSIAPKAN UKBI (UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA) BIDANG

Lebih terperinci

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten MAJU BERSAMA KADIN JAWA TENGAH Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten Sumbangan pemikiran dalam menghadapi ASEAN Economic Community - 2015 Oleh : Iskandar Sanoesi issanoesi@yahoo.com Asean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sebagai sekretaris yang profesional di era global memang tidak bisa dihindarkan lagi. Dunia bisnis yang semakin hari semakin ketat persaingannya, mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA HERMAWAN DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Apa yang dimaksud dengan kompetensi? 3 kata kunci SKILL/PSIKOMOTORIK KETRAMPILAN

Lebih terperinci

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 1 Kurniatun Abstrak OPINI Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 tuntutan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni] ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL [Dewi Triwahyuni] FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KERJASAMA DI ASIA TENGGARA Setiap negara butuh hubungan dan kerja sama dengan negara lain dalam berbagai hal. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM) SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM) DI PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 10 Nopember 2015 Yth. Saudara Gubernur

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEMBANGUN GENERASI PEMBELAJAR UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) NURUL CHALIM STKIP PGRI Jombang nurulchalim.ppkn2013@gmail.com ABSTRAK Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Masyarakat Ekonomi ASEAN Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06) Tingkat Daya Saing Global Negara-Negara Asean Negara Peringkat 2013 Peringkat 2014 Peringkat 2015 Singapura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

HARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

HARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 1 HARMONISASI PENGATURAN PERSYARATAN TENAGA KERJA ASING DALAM SKEMA REGULASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Oleh: Ida Bagus Gede Satya Wibawa Antara Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Abstrak Harmonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada hakekatnya adalah suatu proses yang menggambarkan pergerakan dari suatu kondisi yang lama ke kondisi yang baru. Pergerakan perubahan itu dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI 4 Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 1. Free movement of goods 2. Freedom of movement for workers

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. Akseptasi Pasar di SMK Islam 2 Durenan dan SMKN 1 Pogalan antara lain:

BAB VI PENUTUP. sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. Akseptasi Pasar di SMK Islam 2 Durenan dan SMKN 1 Pogalan antara lain: 169 BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian, paparan

Lebih terperinci

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA Dr. Agus Rusmana, M.A. (Program Studi Ilmu Perpustakaan Fikom Universitas Padjadjaran Bandung) Email: a.rusmana@unpad.ac.id Orientasi Pustakawan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

OLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS

OLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS OLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS 2017 Referensi/Bahan : 1. Undang-Undang No. 12 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) pada tahun 2003 yang lalu, APEC pada tahun 2010, dan kesepakatan WTO (world trade organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia akan memasuki era baru perdagangan bebas Asia Tenggara yang telah disepakati sejak satu dekade lalu atau saat ini dikenal dengan nama Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM yang berkualitas, untuk itu SMK SMTI sebagai sekolah yang memiliki orientasi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap

Lebih terperinci

LSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA

LSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA PELUANG DAN TANTANGAN LSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA KAMARUDDIN HASAN Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Unimal, Pengiat LSM, Staf Ahli Pemberdayaan Masyarakat Program Desa wisata Wilayah VII-VIII (Sulawesi, Papua,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa

Lebih terperinci

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi. 1 HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh I Gusti Ayu Agung Ratih Maha Iswari Dwija Putri Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Program Kekhususan Hukum Internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. Umumnya sorotan itu ditujukan pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya budi pekerti, rendahnya

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH 139 Lampiran 3A A. PETUNJUK PENILAIAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH (IPPKS) 1. Penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah dalam beberapa tahun belakangan ini. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, manusia ikut serta mengiringi perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut mengakibatkan banyak hal yang berubah menjadi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Standar Kompetensi PENGELOLA PAUD DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 A. LATAR

Lebih terperinci