KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA
|
|
- Utami Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA SEMINAR NASIONAL TANTANGAN KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN SDM INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI KHUSUSNYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM DI BIDANG KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA MEGHADAPAI GLOBALISASI KHUSUSNYA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN: 1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; 2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; 3. Pertumbuhan ekonomi yang merata; 4. Integrasi ke perekonomian global. Topik bahasan seminar hari ini: Kependudukan, Ketenagakerjaan, dan SDM Indonesia menghadapi globalisasi, khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Penting untuk membahas secara lebih mendalam dampak dan kesiapan Indonesia khususnya dibidang kependudukan, tenaga kerja dan sumber daya manusia dalam pelaksanaan MEA yang sudah ada di depan mata. Banyak kekhawatiran tentang ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi MEA. Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka dan kesatuan yang berbasis produksi serta mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil akan bergerak bebas. Sementara itu daya saing bangsa yang dinilai tidak cukup terutama karena SDM yang tidak cukup kompetitif dibanding negara negara lain di ASEAN. Isu tentang kependudukan belum cukup banyak dibahas sebagai bagian penting dalam persiapan menghapi MEA termasuk menjamin kesinambungan daya saing Indonesia. Perlu juga sebenarnya mendalami 2 pilar lain Masyarakat ASEAN, disamping pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN, yaitu Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio Cultural Comunity) dan Masyarakat Politik Keamanan ASEAN (ASEAN Political Security Community), karena bisa dipastikan bahwa keberhasilan pilar ekonomi, sangat ditentukan oleh kedua pilar yang lain. Kedua pilar lain tersebut sangat ditentukan pula oleh keberhasilan kita dalam mengelola kependudukan. 1
2 Perlu memandang kesiapan Indonesia dari perspektif lain yang mendorong kita dengan tanpa ragu ragu untuk menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga bisa menuntun kita untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan lebih optimis: Jumlah penduduk Indonesia terbesar di ASEAN, sumber daya alam yang lebih banyak, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah penduduk yang besar yang pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 255,5 juta jiwa atau sebesar 40,3% dari jumlah penduduk di seluruh wilayah ASEAN. Diperkirakan 38 dari 100 penduduk usia produktif di negara negara ASEAN adalah penduduk Indonesia. Artinya Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi pemasok tenaga kerja terbesar di ASEAN terutama di negara negara yang proporsi usia produktif nya kecil, misalnya Singapura dan Thailand. Kondisi ini akan bertahan untuk beberapa puluh tahun ke depan. Menurut siklus kehidupan, pada kelompok ini terjadi demographical events yang cukup signifikan, yaitu ketika mendapat pekerjaan baru, menikah, membentuk keluarga dan mempunyai anak. Kejadian demografi ini mendorong peningkatan konsumsi yang tinggi, terutama jika sebagian besar berasal dari golongan ekonomi menengah seperti yang terjadi di Indonesia. Rendahnya rasio ketergantungan yang mulai menurun mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompk G 20, yaitu 20 negara dengan GDP terbesar di dunia. Saat ini PDB Indonesa tumbuh 5,8% pertahun pada tahun 2013 dan ke depan tingkat pertumbuhan ini dapat terus dipertahankan. Pada saat yang sama, GDP per kapita di Indonesia juga mengalami peningkatan hingga mencapai USD pada tahun 2013 dan diproyeksi mencapai USD pada Dengan tingkat ini Indonesia masuk ke dalam golongan lower middle income country. Kenaikan PDB dan PDB per kapita menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan volume ekonomi maupun produktifitas tenaga kerja pada saat yang bersamaan. Dengan didukung stabilitas ekonomi, sosial dan politik Indonesia seperti ini, maka ekonomi Indonesia adalah sebuah potensi pasar yang luar biasa. Bisa kita bayangkan, karena semakin kecilnya hambatan tarif dan non tarif, maka produk luar negeri akan mulai mengalir dengan lebih deras ke Indonesia. Tentu saja ini bisa menjadi ancaman jika produk dan jasa dalam negeri tidak bisa mengisi permintaan seperti yang diinginkan, dan akhirnya tersisih di negeri sendiri. Dilihat dari kependudukan, ketenagaan dan sumber daya manusia, tantangan dalam menghadapi liberalisasi perdagangan termasuk Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah : 1) menjaga momentum demografi 2) meningkatkan partisipasi angkatan kerja, dan 3) meningkatkan produktifitas tenaga kerja. 1. Menjaga momentum demografi agar bonus demografi tetap diperoleh. Momentum bonus demografi ini dapat dijaga dengan menurunkan fertilitas sampai angka ideal yaitu TFR 2,1. Pengalaman 10 tahun terakhir menunjukkan, bahwa menurunkan TFR bukan hal yang mudah. Penurunan fertilitas dapat dilakukan melalui penguatan pogram keluarga berencana, peningkatan angka 2
3 partisipasi pendidikan perempuan serta peningkatan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana tidak saja penting untuk menjaga momentum demografi, tetapi juga untuk pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan status kesehatan perempuan. Isu tentang fertilitas perempuan muda (adolescent fertility), perlu mendapat perhatian besar. Jumlah kelahiran per perempuan usia tahun di Indonesia pada tahun 2011 masih sekitar 49. Di lingkungan ASEAN, angka ini hanya lebih rendah dari Laos (67,0) dan Timor Leste (54,9). Hal ini tentunya terjadi karena masih cukup tingginya angka perkawinan muda di Indonesia. Data tahun 2012 menunjukkan sekitar 11,8 persen perempuan usia yang sudah menikah. Penanganan fertilitas perempuan usia muda tidak hanya besar peranannya untuk menurunkan angka fertilitas total, tetapi juga sekaligus menurunkan angka kematian perempuan usia tahun serta menurunkan angka kematian bayi. Sebagaimana ditemukan dalam berbagai penelitian, kemungkinan perempuan usia kurang dari 20 tahun yang meninggal karena kehamilan dan persalinan adalah 2 5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dewasa. Di Nigeria, bahkan, perempuan usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dibanding perempuan usia tahun. In Indonesia, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dan United Nations Population Fund (UNFP) diketahui bahwa kematian akibat hipertensi dalam kehamilan (HDK) pada ibu usia kurang dari 20 tahun mencapai 38,6%, lebih besar dibandingkan ibu usia tahun (29,5%) 1. Kematian ibu melahirkan usia kurang dari 20 tahun umumnya terjadi karena preeklamsia 2. Bayi dari ibu usia remaja memiliki resiko kematian di bulan pertama kehidupan persen lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dari wanita dewasa. Oleh karena itu upaya penurunan angka fertilitas penduduk usia tahun menjadi sangat relevan untuk diupayakan. Satu aspek kependudukan lain yang sering luput dari perhatian, tetapi semakin penting dalam menghadapi kemudahan arus tenaga kerja adalah migrasi, terutama migrasi internasional. Di banyak negara, terutama dengan tingkat fertilitas yang rendah, peran migrasi sangat penting. Negara negara Eropa, Australia dan beberapa negara maju di Asia menjadikan migrasi sebagai salah strategi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Sehingga tidak mengherankan jika para demografer menyebut migrasi disebut sebagai the next force of demography. Dengan melihat geo politik kependudukan regional dan global ke depan, sudah saatnya kita menjadikan migrasi on board dalam strategi pembangunan ke depan. 2. Meningkatkan partisipasi angkatan kerja Dalam sejarah ekonomi dunia, bonus demografi ikut mendorong pertumbuhan ekonomi yang maju seperti yang dalami oleh Asian Tiger (Korea Selatan, 1 Kemkes & UNFPA Disparitas akses dan kuaitas. Kajian determinan kematian maternal di lima region di Indonesia 2 Erica Royton & Sw. Amstrong WHO. 3
4 Singapura, Taiwan) dan negara negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan China). Tetapi dividend ini akan diperoleh jika partisipasi tenaga kerja tinggi dan produktifitas tenaga kerja juga tinggi. Oleh karena itu peningkatan partisipasi tenaga kerja atau menurunkan tingkat pengangguran harus terus diupayakan. Jelas, ini bukan pekerjaan yang ringan. Iklim ketenaga kerjaan perlu didorong untuk menciptakan pasar tenaga kerja yang fleksibel dan efisien serta kemudahan investasi. Peningkatan partisipasi perempuan dalam ketenagakerjaan perlu mendapat penekanan. Mengapa? Partisipasi kerja perempuan mempunyai potensi yang sangat besar untuk meningkatkan leverage bagi perekonomian nasional. Angka partisipasi angkatan kerja perempuan Indonesia baru mencapai 50,3% pada tahun Angka ini tidak beranjak jauh dari kondisi tahun Dari 49,7% penduduk perempuan usia 15 tahun keatas yang tidak aktif secara ekonomi, 8,3% sedang sekolah, 37,8% mengurus rumah tangga, dan 3,7% melakukan kegiatan lainnya. Kontribusi perempuan Indonesia juga lebih besar pada sektor sektor dengan nilai tambah secara ekonomi relatif rendah. Hal ini antara lain terlihat dari kontribusi perempuan Indonesia dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian yang hanya sekitar 33%, sementara Singapore dan Thailand sudah mencapai 45,4%, Filipina mencapai 41,8%, dan Malaysia mencapai 39,3 persen. Oleh karena itu kebijakan perlu diarahkan pada peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan khususnya pada bidang yang membutuhkan keterampilan lebih tinggi. Jika partisipasi angkatan kerja perempuan tidak bergerak, bonus demografi yang diharapkan dapat kita tangkap menjadi tidak optimal. Untuk itu, sistem ketenagakerjaan di Indonesia perlu memberikan ruang gerak pada perempuan untuk bisa aktif secara ekonomi sebagaimana yang dilakukan oleh negara negara maju. Sebagai contoh, memberikan peluang yang lebih besar bagi mereka untuk bekerja paruh waktu atau bekerja dengan waktu yang lebih fleksible (yang biasa disebut flexi time atau flextime policy, memberikan cuti melahirkan yang lebih memadai dan kemudahan untuk bekerja kembali setelah melahirkan. Partisipasi perempuan dalam lapangan kerja tidak saja meningkatkan perekonomian negara, tetapi merupakan elemen yang penting untuk menjaga pertumbuhan penduduk karena momentum bonus demografi berawal dari penurunan tingkat fertilitas. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan bebanding terbalik dengan tingkat fertilitas. Pada umumnya meningkatnya tingkat pendidikan dan partisipasi tenaga kerja perempuan mendorong penurunan tingkat fertilitas. Dengan adanya hubungan mutualisme antara pendidikan dengan tingkat fertilitas, maka peningkatan taraf pendidikan perempuan menjadi bagian integral upaya penurunan angka fertilitas. 3. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja Dalam menghadapi persaingan baik dalam skala regional maupun internasional, kuantitas penduduk usia produktif yang besar saja tidak cukup. Perlu adanya 4
5 laverage, yaitu meningkatan daya saing penduduk usia produktif tadi sebagai sebuah competitive advantage. Faktor produktifitas, dengan demikian menjadi sangat penting. Produktifitas sangat dipengaruhi kemampuan individu dan dukungan lingkungan kerja yang salah satunya bermuara pada tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diluncurkan pada tahun 2015 akan membuka peluang bagi pekerja terampil untuk bekerja di negara negara anggota ASEAN lainnya. Apakah tenaga kerja Indonesia sudah cukup berkualitas? Jika kita lihat dari taraf pendidikan penduduk Indonesia dengan rata rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas (bukan 15 tahun keatas) pada tahun 2010 yang hanya 5,8 tahun, nampaknya kita belum cukup siap bersaing. Singapore, Malaysia, Philipina, Brunei, dan Thailand, yang memiliki rata rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas berturut turut sebesar 10,1 tahun, 9,5 tahun, 8,9 tahun, 8,6, dan 6,6 tahun 3 jelas memiliki tenaga kerja yang lebih berkualitas. Pelaksanaan Program Pendidikan Menengah Universal dan penguatan pendidikan tinggi tentunya akan cukup berperan untuk menyediaan tenaga terampil yang lebih banyak, tetapi jaminan kualitas dan relevansi menjadi bagian yang harus dilaksanakan sejalan dengan peningkatan aksesnya. Kita tidak hanya ingin sekedar meningkatkan jumlah lulusan tetapi yang lebih penting adalah lulusan yang berkualitas. Berbagai standar kompetensi keterampilan dan kualifikasi kerja yang diamanatkan dalam roadmap Masyarakat Ekonomi ASEAN perlu segera diselesaikan. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga kerja yang sudah ada. Upaya nyata peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pendidikan, pre service maupun in service training termasuk pendidikan non formal, termasuk berbagai pelatihan oleh dunia usaha sangat penting untuk ditingkatkan. Berbagai survey di tanah air menunjukkan bahwa dunia usaha di Indonesia sangat kurang dalam menyediakan pelatihan untuk karyawannya. Secara rata rata hanya 5 % karyawan yang menyebutkan mendapatkan pelatihan 4. Angka ini jauh dibawah yang diterima oleh tenaga kerja dari negara lain. Di Indonesia, hanya sektor finansial dan jasa publik yang cukup banyak melakukan pelatihan (17%), yang umumnya juga diperuntukkan karyawan lulusan perguruan tinggi. Pelatihan tenaga kerja di lingkungan usaha kecil dan menengah sangat kurang, yaitu hanya sekitar 2% untuk usaha kecil dengan 1 19 karyawan dan 13% untuk usaha menengah dengan karyawan. Kesuksesan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN jelas tidak hanya menjadi tugas pemerintah tetapi harus didukung oleh pihak swasta. Indonesia juga telah menempuh jalan yang benar dengan mulai diterapkannya sistem jaminan sosial nasional. Sistem jaminan ini sangat penting sejalan dengan perubahan struktur penduduk yang akan didominasi oleh penduduk usia dewasa. Ancaman beban penyakit tidak menular akan semakin tinggi yang lebih 3 Human Development Report, World Bank, Enterprise Surveys
6 lanjut dapat berdampak pada menurunnya produktifitas. Tentu saja penerapan sistem ini saja tidak cukup. Perhatian sejak dini menjadi kunci sukses kesinambungan kualitas SDM kedepan. Status kesehatan dan gizi, terutama pada usia 1000 hari pertama kehidupan (yaitu dari anak dalam kandungan hingga 2 tahun) merupakan modal utama membentuk SDM Indonesia yang berkualitas di masa depan. Elemen lain yang perlu mendapat perhatian dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah kegiatan penelitian dan pengembangan. Pendekatan strategis yang dicantumkan dalam blueprint untuk mendorong kerjasama dan transfer teknologi dengan organisasi internasional dan regional serta sektor swasta terkait dengan pangan, pertanian, dan kehutanan, harus didukung. Perguruan tinggi dan badan badan penelitian dan pengembangan perlu memanfaatkan momentum ini untuk menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian dari luar negeri untuk mengeluarkan hasil penelitian terutama untuk penyediaan pangan sebagaimana yang dicantumkan dalam blueprint sehingga kebutuhan pangan dapat dipenuhi semaksimal mungkin dari produksi dalam negeri. Peran IPADI dan ISEI Khusus bagi IPADI dan ISEI sebagai organisasi profesi kami mengharapkan agar memberi masukan bagi pemerintah terutama dalam perumusan kebijakan pembangunan yang terkait dengan isu isu kependudukan, ketenagakerjaan, dan SDM Indonesia dalam menyongsong diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun Terima kasih. Jakarta, 26 Maret 2014 Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana 6
I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia akan memasuki era baru perdagangan bebas Asia Tenggara yang telah disepakati sejak satu dekade lalu atau saat ini dikenal dengan nama Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciBONUS DEMOGRAFI INDONESIA
BONUS DEMOGRAFI INDONESIA Definisi Menurut Wongboonsin dkk (2003), bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk integrasi regional di kawasan Asia Tenggara, yang dibangun melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi sebagai
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN
PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciKOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA
KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)
9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326
Lebih terperinciApa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?
Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciProspek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016
Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciBonus Demografi, Puncak Keemasan Pembangunan Bangsa
Bonus Demografi, Puncak Keemasan Pembangunan Bangsa Menurut Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 karya Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah di-launching tanggal 29 Januari 2014 era Presiden Republik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciMERUBAH PETAKA MENJADI BERKAH: Optimalisasi Bonus Demografi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
MERUBAH PETAKA MENJADI BERKAH: Optimalisasi Bonus Demografi bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Oleh: Eko Marhaendy Indonesia menyumbang sekira 3,53 persen populasi dunia yang telah mencapai 7,3 Milyar.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciCAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab I ini akan menguraikan hal hal yang menjadi latar belakang permasalahan, masalah penelitian, persoalan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
Lebih terperinciSeminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS
Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KINERJA INDUSTRI NASIONAL 2 EKONOMI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi belakangan ini perkembangan perekonomian dunia cukup bergejolak, bahkan cenderung mengalami masalah. Hambatan hambatan antar negara mulai memudar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciGROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang
GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciIndikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan
Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, setiap individu perlu untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti saat ini, khususnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Ekonomi Menurut Sajogyo dan Pujawati (2002) dalam Raka (2012) status sosial ekonomi keluarga dapat diukur melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada
Lebih terperinci12 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT DAN MEA
12 KONDISI KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT DAN MEA Oleh: Nunung Nurwati ABSTRAK Tulisan ini menyajikan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat tahun 2013-2015, dengan menggunakan data utama hasil Sakernas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK
DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia
Lebih terperinciPOLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015
POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau
Lebih terperinciMenghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinci