Rahma Fitri, dan Yeni Salma Barlinti. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rahma Fitri, dan Yeni Salma Barlinti. Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia."

Transkripsi

1 Kewarisan Dalam Hal Pewaris Meninggal Kalalah Berdasarkan Ketentuan Kompilasi Hukum Islam: Studi Kasus Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP Pengadilan Agama Jakarta Pusat Rahma Fitri, dan Yeni Salma Barlinti Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Kematian merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap manusia, dan akibat hukumnya tidak dapat dihindari. Salah satu akibat hukum dari kematian yaitu terdapatnya peralihan harta peninggalan dari pihak yang mati kepada pihak yang masih hidup, yang termasuk ke dalam hukum kewarisan. Persoalan yang muncul dalam hukum kewarisan salah satunya terjadi pada kasus perkara waris dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Pusat pada 18 Juni Dalam kasus ini terjadi kewarisan di mana pewaris meninggal dunia tanpa adanya keturunan atau meninggal dalam keadaan kalalah. Kasus tersebut kemudian berkembang karena terdapat gugatan dan berakhir dalam akta perdamaian Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP. Permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimana pengaturan mengenai pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah menurut ketentuan Kompilasi Hukum Islam, bagaimana pengaturan waris yang terdapat dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP dan bagaimana analisisnya berdasarkan Kompilasi Hukum Islam. Penelusuran data dilakukan dengan menggunakan data kepustakaan melalui studi dokumen pada instansi terkait, yaitu Pengadilan Agama. Temuan data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Saudara pewaris dapat ikut mewaris apabila pewaris meninggal dalam keadaan kalalah, kesepakatan para pihak dalam suatu akta perdamaian berkaitan dengan pembagian kewarisan dibolehkan dalam Kompilasi Hukum Islam. Kata kunci: Harta Bersama; Hibah; Hukum Kewarisan Islam; Kalalah; Wasiat. Inheritance of Kalalah Based on Compilation of Islamic Law: Case Study of Determination of Hereditary No.24/Pdt.P/2009/PA.JP and Verdict No.750/Pdt.G/2009/PA.JP Jakarta Pusat Religious Court Abstract Death is inevitable by every human being, and the legal consequences can not be avoided. One of the legal consequences of the death include the inheritance law. Issues that arise in the inheritance law cases occur in cases determination of Inheritance No.24/Pdt.P/2009/PA.JP set by the Jakarta Pusat Religious Court on June 18, In cases where this occurs, inheritance heir died without offspring or die in a state of kalalah. The case is then developed with a lawsuit and ends in Verdict No.750/Pdt.G/2009/PA.JP. Problems studied in this thesis include how is inheritance in accordance with the provisions testator died kalalah based on Compilation of Islamic Law, how the arrangements contained in the Stipulation determination of Inheritance No.24/Pdt.P/2009/PA.JP and Verdict No.750/Pdt.G/2009/PA.JP and how the analysis is based on Islamic Law Compilation. Data retrieval is done by using the data in the literature through the study of documents related institutions, the religious court. Findings Data were analyzed using qualitative methods. Siblings can participate

2 in case where heir died of kalalah, the agreement of the parties to a deed of peace deals with the division of inheritance is allowed in the Compilation of Islamic Law. Keywords: Grants; Islamic Inheritance Law; Joint Treasure; Kalalah; Wills. Pendahuluan Kelahiran dan kematian merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap manusia, sehingga akibat hukum terhadap hal tersebut tidak dapat dipungkiri adanya. Dalam hal terjadi suatu kematian, akan terdapat hal-hal yang ditinggalkan oleh pihak mati pada pihak yang hidup lebih lama. Oleh karena hal tersebut maka diperlukan adanya pengaturan mengenai tata cara peralihan harta peninggalan dari pihak yang mati (pewaris) kepada pihak yang masih hidup (ahli waris). Pengaturan mengenai peralihan harta peninggalan ini dikenal dengan hukum kewarisan. Dengan kata lain hukum kewarisan adalah pengaturan mengenai tata cara pembagian harta peninggalan dari seorang yang telah meninggal pada para ahli warisnya. 1 Hukum kewarisan di Indonesia diatur masing-masing dalam sistem hukum yang berlaku sebagai hukum positif yaitu hukum adat, hukum Islam dan hukum perdata barat. Hukum kewarisan Islam bersumber langsung dari Al-Qur an, Hadits, dan Ijtihad 2, meskipun dalam penerapannya terdapat pandangan yang berbeda-beda tergantung pada masing-masing metode pada tiap ajaran kewarisan. Di Indonesia terdapat pengaturan mengenai hukum kewarisan Islam berdasarkan pandangan Patrilineal Syafi i, Bilateral Hazairin, dan Kompilasi Hukum Islam. Persoalan yang muncul dalam hukum kewarisan antara lain berkaitan dengan pembagian harta peninggalan pewaris terhadap para ahli warisnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada kasus perkara waris dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP, terjadi kewarisan di mana pewaris meninggal dunia tanpa adanya keturunan atau meninggal dalam keadaan kalalah. Pewaris meninggalkan seorang istri dan 3 (tiga) orang saudara seibu sebapak, yang terdiri dari 2 (dua) orang saudara perempuan dan seorang saudara laki-laki. Saudara perempuan tertua pewaris telah meninggal lebih dulu dari pewaris, sedangkan 1 H. Saifuddin Arief, Praktik Pembagian Harta Peninggalan Berdasarkan Hukum Waris Islam, (Jakarta: Darunnajah Publishing, 2008), hal Arief, op.cit, hal

3 saudara perempuan pewaris lainnya meninggal tidak lama setelah pewaris meninggal dunia. Penetapan waris ini mulai menghadapi permasalahan ketika diketahui bahwa terdapat wasiat yang dibuat sebelum pewaris meninggal, di mana di dalamnya ditunjuk dua orang anak angkat pewaris sebagai pelaksana wasiat tersebut. Adanya wasiat tersebut tidak dicantumkan sebelumnya dalam permohonan penetapan waris, sehingga pihak saudara laki-laki pewaris dan ahli waris pengganti saudara perempuan pewaris menganggap perlu dilakukannya gugatan pembatalan terhadap penetapan waris yang telah ada. Gugatan tersebut terdaftar dalam Gugatan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP (Pembatalan Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP) Pengadilan Agama Jakarta Pusat tanggal 28 Oktober Pada perkembangannya, Gugatan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP ini berakhir dengan perjanjian perdamaian antara para ahli waris dan pihak lain yang terlibat dalam kasus kewarisan tersebut. Perjanjian perdamaian ini terdapat dalam Akta Perdamaian tanggal 8 Juni 2010 yang menjadi dasar Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah: a. Bagaimana pengaturan mengenai pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah menurut ketentuan Kompilasi Hukum Islam? b. Bagaimana pengaturan mengenai pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah yang telah ditetapkan dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP? c. Bagaimana analisis terhadap pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah antara Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP berdasarkan ketentuan Kompilasi Hukum Islam? Tujuan penelitian ini adalah untuk: a. Mengetahui pengaturan mengenai pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah menurut ketentuan Kompilasi Hukum Islam. b. Mengetahui pengaturan mengenai pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah yang telah ditetapkan dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP. c. Mengetahui pembagian waris dalam hal pewaris meninggal kalalah antara Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP berdasarkan ketentuan Kompilasi Hukum Islam.

4 Tinjauan Teoritis Sumber-sumber ajaran Islam yang juga menjadi sumber hukum kewarisan Islam antara lain yaitu Al-Qur an, Hadits, dan Ijtihad Al-Qur an a. QS. An-Nisa : 7 b. QS. An-Nisa : 11 c. QS. An-Nisa : 12 d. QS. An-Nisa : 33 e. QS. An-Nisa : Hadits a. Jaabir bin Abdullah dalam hubungan turunnya QS. An-Nisa : 176 yang mengatur mengenai kalalah. b. Zaid bin Tsabit yang mengatur perolehan anak dari anak laki-laki (cucu melalui anak laki-laki). c. Abu Bakar yang mengatur bagian datuk. d. Ali bin Abi Thalib yang membahas mengenai utang dan wasiat. e. Saad bin Abi Waqqas mengenai batas wasiat. f. Ali bin Abi Thalib yang membahas mengenai Awl. g. Ibnu Abbas yang membahas mengenai keutamaan sesama ahli waris dan soal hijab menghijab yang didasarkan pada hadits Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit h. Abu Hurairah dan Jabir mengenai perkataan Rasulullah bahwa bayi yang dilahirkan menangis berhak mewaris. i. Abu Hurairah mengenai ketentuan Rasuullah bahwa ahli waris hanya bertanggung jawab setinggi-tingginya sejumlah harta peninggalan pewaris. 3. Ijtihad Ijtihad sebagai usaha untuk merumuskan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al-Qur an atau hadits Rasul, contohnya dalam hukum kewarisan Islam yaitu mengenai bagian ibu apabila hanya mewaris dengan bapak dan suami atau istri. 4 3 Daud Ali, op.cit, hal Djubaedah dan Soelistijono, op.cit, hal. 12.

5 Suatu peristiwa dapat dikategorikan ke dalam bagian masalah kewarisan apabila telah memenuhi unsur-unsur atau rukun-rukun mewaris. Unsur-unsur atau rukun-rukun kewarisan yang harus dipenuhi, yaitu: a. Terdapatnya Pewaris b. Terdapatnya Ahli Waris c. Terdapatnya Harta Peninggalan Sebab-sebab seseorang mewarisi harta peninggalan orang yang meninggal dunia diantaranya yaitu: a. Perkawinan b. Kekerabatan atau Nasab c. Wala Dalam hukum kewarisan Islam terdapat penghalang dalam hal seseorang menerima warisan atau untuk menjadi ahli waris, karena keadaan-keadaan tertentu, diantaranya yaitu: 5 a. Berbeda Agama b. Karena Pembunuhan c. Karena Perbudakan Terdapat 5 (lima) asas yang berkaitan dengan sifat peralihan harta kepada ahli waris, cara pemilikan harta oleh yang menerima, kadar jumlah harta yang diterima dan waktu terjadinya peralihan harta tersebut. Asas-asas tersebut antara lain, yaitu: a. Asas Ijbari b. Asas Bilateral c. Asas Individual d. Asas Keadilan Berimbang e. Asas Kematian Hukum kewarisan Islam di Indonesia mengenal pembagian kewarisan dengan metode berdasarkan ajaran kewarisan patrilineal Syafi i, ajaran kewarisan bilateral Hazairin, dan berdasarkan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam. 5 Djubaedah dan Soelistijono, op.cit, hal. 15.

6 Pengertian kalalah dalam Kompilasi Hukum Islam tidak dijelaskan secara langsung, sehingga harus dilihat berdasarkan ketentuan pasal-pasalnya. Pasal 176 menyebutkan baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat mewaris dengan bagian-bagian tertentu. 6 Kemudian dalam Pasal 185 disebutkan bahwa ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya. 7 Dalam Pasal 181 dan 182 ditentukan bahwa saudara dapat tampil sebagai ahli waris apabila pewaris meninggal tanpa meninggalkan anak dan bapak. 8 Dari ketentuan-ketentuan Pasal di atas dapat disimpulkan bahwa kalalah dalam Kompilasi Hukum Islam adalah keadaan di mana pewaris tidak memiliki anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, beserta keturunannya dan bapak dari pewaris telah meninggal lebih dulu dari pewaris. Harta perkawinan dalam kewarisan Islam merupakan harta yang harus lebih dulu dikeluarkan dari harta pewaris sebelum harta tersebut dibagikan pada para ahli waris sebagai harta peninggalan. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam, yaitu apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama, dan pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hutang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama. 9 Kemudian dalam ketentuan Pasal 171 butir e Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. 10 Pengertian hibah dalam Kompilasi Hukum Islam adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. 11 Hibah dapat diberikan sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta benda yang benar-benar 6 Ibid., Pasal Ibid., Pasal Ibid., Pasal 181 dan Pasal Ibid., Pasal Ibid., Pasal 171 butir e. 11 Ibid., Pasal 171 butir g.

7 hak dari penghibah 12. Dalam hal pemberi hibah telah meninggal dunia, maka pemberian hibah harus dengan persetujuan dari para ahli warisnya. 13 Dalam Pasal 171 butir f Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. 14 Jumlah wasiat yang diperbolehkan diatur dalam Pasal 195 ayat (2) yaitu sebanyak-banyaknya 1/3 (sepertiga) dari harta warisan, kecuali apabila semua ahli waris menyetujui jumlah wasiat yang melebihi dari 1/3 (sepertiga) harta warisan tersebut. 15 Apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan sedangkan ahli waris ada yang tidak menyetujui, maka wasiat hanya dilaksanakan sampai sepertiga harta waris saja. 16 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif di mana pada penelitian ini mengacu pada asas-asas hukum tertulis. 17 Penelitian ini melihat pada asas-asas hukum yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu dengan melakukan penelusuran data studi dokumen pada instansi terkait, yaitu Pengadilan Agama. Sifat dari penelitian ini adalah eksplanatoris karena ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan lebih dalam suatu gejala guna mempertegas hipotesa yang ada, singkatnya suatu penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan lebih dalam suatu gejala. 18 Penelitian ini akan mengkaji juga menjelaskan kesesuaian Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP terhadap ketentuan kewarisan Islam yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam. 12 Ibid., Pasal Ibid., Pasal Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171 butir f. 15 Ibid., Pasal 195 ayat (2). 16 Ibid., Pasal Sri Mamudji et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal Ibid., hal. 4.

8 Bentuk penelitian ini termasuk dalam penelitian evaluatif di mana dalam penelitian ini diberikan penilaian atas kegiatan atau program yang telah dilaksanakan. 19 Penelitian ini akan menilai kesesuaian Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP terhadap ketentuan hukum kewarisan Islam menurut Kompilasi Hukum Islam. Dari sudut tujuannya penelitian ini bersifat menemukan masalah atau problem-finding yang bertujuan menemukan permasalahan sebagai akibat dari suatu kegiatan atau program yang telah dilaksanakan. 20 Penelitian ini melihat masalah yang timbul dalam penerapan pembagian kewarisan menurut ketentuan Kompilasi Hukum Islam yang dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Sehingga penelitian ini juga memberikan problem solution terhadap masalah yang timbul. 21 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat umum, yaitu data yang berupa tulisan-tulisan, data arsip, data resmi dan berbagai data lain yang dipublikasikan seperti: a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer, yang meliputi peraturan perundang undangan, merupakan bahan utama sebagai dasar landasan hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Bahan primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. b. Bahan hukum sekunder Bahan sekunder yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi tentang bahan hukum primer. 22 Bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, skripsi, dan dokumen yang berasal dari internet. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu mendalami makna dibalik realitas atau tindakan atau data yang diperoleh dan yang diteliti atau dipelajari adalah objek penelitian yang utuh. 23 Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh sasaran penelitian 19 Ibid. 20 Ibid. 21 Ibid., hal ), hal Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 23 Mamudji, op. cit, hal. 67.

9 yang bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. 24 Penelitian ini berfokus pada kasus tertentu yaitu kasus kewarisan berdasarkan Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP dan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Pembahasan Analisis Kasus Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Gambar 1.1: Para Ahli Waris Saat Warisan Terbuka (Pewaris Meninggal) Keterangan Gambar: P. Haji AS bin Haji GZ (Pewaris) A. Hj. RA binti Haji GZ (Saudara Perempuan Pewaris) B. Hj. AG binti Haji GZ (Saudara Perempuan Pewaris) C. Hj. NA binti Haji RB (Istri Pewaris) D. Haji SN bin Haji GZ (Adik Laki-laki Pewaris) Pewaris yaitu Haji AS bin Haji GZ (P) meninggal dunia pada 27 Januari Pewaris telah menikah namun tidak memiliki anak, meninggalkan seorang istri yaitu Hj. NA binti Haji RB (C) dan dua orang saudara yang masih hidup (pada saat warisan terbuka) yaitu Hj. AG binti Haji GZ (B) dan Haji SN bin Haji GZ (D). Saudara perempuan tertua pewaris (Hj. RA binti Haji GZ) telah meninggal lebih dulu dari pewaris, tetapi memiliki 12 orang 24 Ibid.

10 anak yang masih hidup. Sebelum meninggal dunia, pewaris memiliki wasiat untuk menyumbangkan 1/3 (sepertiga) bagian dari seluruh harta waris dengan dua orang anak angkat pewaris sebagai pelaksana wasiat tersebut. Tahap-tahap penyelesaian kewarisan dalam kasus ini berdasarkan ketentuan Kompilasi Hukum Islam, adalah sebagai berikut: a. Terhadap harta peninggalan pewaris (Haji AS bin Haji GZ) terlebih dahulu dikeluarkan harta bersama. Karena pada saat meninggal dunia, pewaris masih terikat dalam perkawinan dengan Hj. NA binti Haji RB (istri pewaris). Besar bagian harta bersama sesuai ketentuan dalam Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam yaitu 1/2 (setengah) bagian untuk masing-masing pihak (perbandingan 1:1). 25 1/2 ( Setengah) bagian harta bersama menjadi milik dari istri yang hidup terlama (Hj. NA binti Haji RB), sedangkan 1/2 (setengah) bagian harta lainnya merupakan bagian dari harta waris yang dapat dibagi-bagi pada para ahli waris. b. Harta waris baru dapat dibagikan pada para ahli waris setelah sebelumnya diselesaikan biaya-biaya pengobatan dan perawatan pewaris, biaya pemakaman jenazah, hutanghutang, juga wasiat-wasiat dari pewaris. 26 c. Dilaksanakan wasiat pewaris, yaitu 1/3 (sepertiga) dari harta dengan dua orang anak angkat pewaris yaitu Hj. HS binti Haji MS dan Hj. DR binti SS sebagai pelaksananya. d. Dilakukan pembagian waris pada para ahli waris. Bagian istri tanpa adanya anak yaitu 1/4 (seperempat) sebagai dzul faraid (Pasal 180 a Kompilasi Hukum Islam), C = 1/4 Sisa harta waris = 1 1/4 = 4/4 1/4 = 3/4 e. Bagian saudara, karena merupakan saudara seibu sebapak dan terdiri dari saudara lakilaki dan saudara perempuan maka bagiannya 2:1 sebagai asabah (Pasal 182 butir c Kompilasi Hukum Islam), A, B, D = = 4 Hj. RA binti Haji GZ (A) = 1/4 x 3/4 = 3/16 Hj. AG binti Haji GZ (B) = 1/4 x 3/4 = 3/16 Haji SN bin Haji GZ (D) = 1/2 x 3/4 = 3/8 Pengecekan 1/4 (C) + 3/16 (A) + 3/16 (B) + 3/8 (D) = 4/16 + 3/16 + 3/16 + 6/16 = 16/16 = 1 25 Ibid., Pasal Ibid., Pasal 171 butir e jo. Pasal 175.

11 g. Hj. RA binti Haji GZ (A) meninggal lebih dulu dari pewaris, tetapi memiliki anak yang dapat mengganti kedudukannya sebagai ahli waris pengganti, selama bagiannya tidak lebih besar dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti (Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam). Para ahli waris pengganti terdiri dari 12 orang, di mana perbandingan pembagian warisan antara para ahli waris yaitu: i. YM binti SP 1 ii. NR binti SP 1 iii. IS bin SP 2 iv. AR binti SP 1 v. EB bin SP 2 vi. DM bin SP 2 vii. YL binti SP 1 viii. MH bin SP 2 ix. AN binti SP 1 x. HK bin SP 2 xi. LT bin SP 2 xii. WD bin SP 2 Jumlah = 19 Bagian masing-masing ahli waris pengganti Hj. RA binti Haji GZ adalah sebagai berikut: Hj. RA binti Haji GZ (A) = 3/16 YM binti SP = 1/19 x 3/16 = 3/304 NR binti SP = 1/19 x 3/16 = 3/304 IS bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 AR binti SP = 1/19 x 3/16 = 3/304 EB bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 DM bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 YL binti SP = 1/19 x 3/16 = 3/304 MH bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 AN binti SP = 1/19 x 3/16 = 3/304 HK bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 LT bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304 WD bin SP = 2/19 x 3/16 = 6/304

12 Pengecekan 3/ / / / / / / / / / / /304 = 57/304 = 3/16 h. Hj. AG binti Haji GZ (B) meninggal tidak lama setelah pewaris meninggal dunia, sehingga pada saat harta waris dibagikan digantikan dengan ahli waris pengganti (Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam). Para ahli waris pengganti terdiri dari 8 orang, di mana perbandingan pembagian warisan di antara para ahli waris tersebut yaitu: i. Hj. AT binti SS 1 ii. AY binti SS 1 iii. YS bin SS 2 iv. ED bin SS 2 v. Hj. DR binti SS 1 vi. TY bin SS 2 vii. DS binti SS 1 viii. OB binti SS 1 Jumlah = 11 Bagian masing-masing ahli waris pengganti Hj. AG binti Haji GZ adalah sebagai berikut: Hj. AG binti Haji GZ (B) = 3/16 Hj. AT binti SS = 1/11 x 3/16 = 3/176 AY binti SS = 1/11 x 3/16 = 3/176 YS bin SS = 2/11 x 3/16 = 6/176 ED bin SS = 2/11 x 3/16 = 6/176 Hj. DR binti SS = 1/11 x 3/16 = 3/176 TY bin SS = 2/11 x 3/16 = 6/176 DS binti SS = 1/11 x 3/16 = 3/176 OB binti SS = 1/11 x 3/16 = 3/176 Pengecekan 3/ / / / / / / /176 = 33/176 = 3/16

13 Analisis Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam a. Para Ahli Waris Dasar penetapan untuk menentukan para ahli waris dalam penetapan ini sudah tepat dengan menggunakan Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam, di mana para pihak yang ditetapkan sebagai ahli waris memiliki hubungan nasab dan perkawinan dengan pewaris, dan tidak memiliki halangan untuk mewaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam. Namun dalam penetapan ini terdapat satu pihak yaitu Hj. RA binti Haji GZ (kakak perempuan tertua pewaris) yang seharusnya ikut menjadi ahli waris tetapi tidak dicantumkan dalam penetapan, karena para pihak pemohon tidak mencantumkan penjelasan dalam permohonan penetapan waris bahwa pihak yang tidak dicantumkan tersebut, yang telah meninggal lebih dulu dari pewaris, memiliki anak/keturunan yang dapat menggantikan kedudukannya untuk mewaris, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam mengenai ahli waris pengganti. b. Harta Bersama Terdapatnya pemisahan harta peninggalan pewaris dengan harta bersama. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan bahwa dalam hal terjadi cerai mati, 1/2 (setengah) dari harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup terlama. Pemisahan harta bersama dari harta peninggalan pewaris merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan harta waris. Harta waris inilah yang kemudian dapat dibagikan pada para ahli waris, setelah diselesaikan biaya-biaya pengobatan dan perawatan pewaris, biaya pemakaman jenazah, hutang-hutang, juga wasiat-wasiat dari pewaris. 27 c. Besar Pembagian Kewarisan Para Ahli Waris Mengenai besar pembagian harta waris pada para ahli waris dalam penetapan ini yaitu, 1 (satu) orang istri yakni Hj. NA binti Haji RB sebesar 3/12 bagian harta waris; 1 (satu) orang adik laki-laki yakni Haji SN bin Haji GZ sebesar 6/12 bagian harta waris; dan 1 (satu) orang kakak perempuan, yakni Almarhumah Hj. AG binti Haji GZ sebesar 3/12 bagian harta waris. i. Bagian istri dalam penetapan ini sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 180 Kompilasi Hukum Islam yaitu sebesar 1/4 (seperempat) bagian dari harta waris sebagai dzul faraidh bila pewaris tidak meninggalkan anak. 27 Ibid., Pasal 171 butir e jo. Pasal 175.

14 ii. Bagian untuk saudara-saudara pewaris dalam penetapan ini menggunakan dasar ketentuan Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam di mana untuk dua orang atau lebih saudara seibu bersama-sama mendapat 1/3 (sepertiga) bagian dari harta waris sebagai dzul faraidh. Tetapi besar bagian saudara yang dicantumkan dalam penetapan ini tidak sesuai sebagaimana Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam tersebut. Bagian untuk saudara yang dicantumkan dalam penetapan yaitu sebesar 6/12 untuk saudara laki-laki dan 3/12 untuk saudara perempuan, yaitu pembagian dengan perbandingan 2:1 masing-masing sebagai asabah, bukan 1/3 (sepertiga) untuk bersama-sama sebagai dzul faraidh. Para saudara pewaris merupakan saudara seibu dan seayah dari pewaris sehingga lebih tepat jika dasar penetapannya menggunakan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam, di mana terhadap saudara kandung atau seayah apabila terdiri dari saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian saudara laki-laki 2:1 (dua berbanding satu) dengan saudara perempuan, masing-masing mewaris sebagai asabah. Dengan demikian mengenai bagian saudara dalam penetapan ini kurang tepat penggunaan dasar penetapannya yang menggunakan Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam, meskipun untuk perhitungannya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam. iii. Terdapatnya satu pihak ahli waris yang tidak dicantumkan dalam penetapan ini yaitu Hj. RA binti Haji GZ (ahli waris pengganti) menyebabkan besar pembagian waris yang telah ditentukan dalam penetapan ini menjadi tidak sesuai. Analisis Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam a. Para Ahli Waris Para ahli waris dalam akta perdamaian ini terdiri dari 1 orang istri pewaris yang hidup terlama (Hj. NA binti Haji RB), dan tiga orang saudara pewaris yang terdiri dari dua orang kakak perempuan (Hj. RA binti Haji GZ dan Hj. AG binti Haji GZ) dan satu orang adik laki-laki (Haji SN bin Haji GZ). Saudara perempuan tertua pewaris Hj. RA binti Haji GZ yang meninggal lebih dulu dari pewaris tetapi memiliki ahli waris pengganti dalam akta perdamaian ini mendapatkan bagian kewarisan, berbeda dengan pengaturan dalam Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP di mana pihak tersebut tidak dicantumkan sebagai pihak yang berhak mewaris.

15 Para pihak yang ditentukan sebagai ahli waris dalam akta perdamaian ini sudah sesuai dengan ketentuan ahli waris dalam Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam, di mana para pihak yang disepakati sebagai ahli waris memiliki hubungan nasab dan perkawinan dengan pewaris, dan tidak memiliki halangan untuk mewaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam. Juga terdapat ahli waris pengganti sebagaimana yang diatur dalam pasal 185 Kompilasi Hukum Islam. b. Harta Bersama Dalam akta perdamaian ini tidak terdapat pemisahan harta peninggalan pewaris dari harta bersama yang 1/2 (setengah) bagiannya merupakan hak dari istri pewaris yang hidup terlama, sebagaimana yang disebutkan Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam. Yang diatur dalam akta perdamaian ini adalah pemberian 1/2 (setengah) bagian harta peninggalan dari 2/3 bagian harta peninggalan Almarhum Haji AS bin Haji GZ (setelah sebelumnya dikurangi 1/3 (sepertiga) bagian dari seluruh harta peninggalan untuk kepentingan hibah wasiat (termasuk wakaf dan shadaqah) dan wasiat dari pewaris) untuk pasangan yang hidup lebih lama/istri yaitu Hj. NA binti Haji RB. 1/2 (setengah) bagian harta peninggalan yang diberikan pada istri pewaris dalam hal ini bukan merupakan bagian harta bersama sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam di atas, karena harta peninggalan dari pewaris yang dipisahkan 1/2 (setengah) bagian tersebut bukan merupakan harta peninggalan yang utuh, sudah lebih dulu dikurangi dengan hal-hal yang sifatnya menunaikan wasiat atau amanat yang seharusnya dilakukan dengan harta yang merupakan hak-hak dari pewaris. c. Harta Peninggalan Harta yang menjadi obyek pembagian dalam akta perdamaian ini merupakan harta peninggalan dari pewaris, baik dalam pembagian hibah (wakaf dan shadaqah), pelaksanaan wasiat, maupun pembagian kewarisan pada para ahli waris (bukan berupa harta waris). Harta peninggalan disebutkan secara terus-menerus pada pasal-pasal dalam akta perdamaian, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pemisahan harta peninggalan untuk menjadi harta waris sebagaimana yang diatur dalam Pasal 171 butir e jo. Pasal 175 Kompilasi Hukum Islam. Di mana tahapan-tahapan yang seharusnya dilakukan yaitu dengan memisahkan harta bersama dari harta peninggalan

16 pewaris kemudian diselesaikan biaya-biaya pengobatan dan perawatan pewaris, biaya pemakaman jenazah, hutang-hutang, juga wasiat-wasiat dari pewaris. 28 d. Hibah Wasiat Terdapatnya pembagian harta peninggalan pewaris dengan cara hibah wasiat. Hal ini didasari oleh amanat pewaris sebelum meninggal dunia agar sebagian harta-harta peninggalannya dihibahkan, meskipun pada pelaksanaan pembagiannya dalam akta perdamaian ini terdapat hibah yang tidak berasal dari amanat pewaris melainkan dari kesepakatan para ahli waris. Mengenai hibah yang didasari dengan kesepakatan ahli waris, dapat dilakukan dengan melihat dasar yang terdapat dalam ketentuan Pasal 213 Kompilasi Hukum Islam, yaitu hibah yang diberikan dari pewaris harus mendapat persetujuan dari ahli warisnya. Harta-harta yang dihibahkan dalam akta perdamaian ini antara lain diberikan kepada Hj. HS binti Haji MS dan Hj. DR binti SS (dua orang anak angkat pewaris), Merbot/Penjaga Mesjid AI-Munawaroh, Haji SN bin Haji GZ (adik laki-laki pewaris), Yayasan Masjid Al-Munawaroh (wakaf), ahli waris pengganti Hj. AG binti Haji GZ, Drs. NR bin RB (adik dari istri pewaris), dan ahli waris pengganti Hj. RA binti Haji GZ. e. Pelaksanaan Wasiat dan Besar Pembagian Kewarisan Para Ahli Waris Dalam akta perdamaian ini para pihak melaksanakan wasiat Almarhum Haji AS bin Haji GZ sebesar 1/3 (sepertiga) dari keseluruhan harta peninggalan (setelah dikurangi bagian harta untuk hibah, wakaf dan shadaqah). Sisa 2/3 harta peninggalan Almarhum Haji AS bin Haji GZ diberikan 1/2 (setengah) bagian untuk pasangan yang hidup lebih lama/istri yaitu Hj. NA binti Haji RB. Sisa dari harta tersebut yakni sebesar 1/3 (sepertiga) bagian maka menjadi hak para ahli waris dengan kesepakatan pembagian sebagai berikut: i. Hj. NA binti Haji RB (sebagai istri) mendapat 22% (dua puluh dua persen); ii. Haji SN bin Haji GZ (sebagai adik kandung) mendapat bagian sebesar 34% (tiga puluh empat persen); iii. Ahli waris Hj. AG binti Haji GZ yaitu Hj. AT binti SS Cs sebagaimana disebut Pasal 1 angka 3 mendapat bagian sebesar 25% (dua puluh lima persen); 28 Ibid., Pasal 171 butir e jo. Pasal 175.

17 iv. Ahli waris pengganti dari Hj. RA binti Haji GZ yaitu YM binti SP dan NR binti SP Cs sebagaimana disebut Pasal 1 angka 4 mendapat bagian sebesar 19% (sembilan belas persen); i. Bahwa Para ahli waris Hj. AG binti Haji GZ yaitu Hj. AT binti SS Cs setelah menyadari bagian masing-masing menurut pembagian sesuai faraidh, mereka bersepakat untuk membagikan haknya diantara saudara-saudara mereka dengan pembagian yang sama besar antara laki-laki dan perempuan; ii. Bahwa Para ahli waris pengganti Hj. RA binti Haji GZ yaitu YM binti SP dan NR binti SP Cs, setelah menyadari bagian masing-masing menurut pembagian sesuai faraidh, mereka bersepakat untuk membagikan haknya diantara saudarasaudara mereka dengan pembagian yang sama besar antara laki-laki dan perempuan. Penutup Kesimpulan Berdasarkan teori-teori dan analisa yang telah diberikan dalam bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan, antara lain: a. Kalalah dalam Kompilasi Hukum Islam adalah keadaan di mana pewaris tidak memiliki anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, beserta keturunannya dan bapak dari pewaris telah meninggal lebih dulu dari pewaris. Pengertian ini merupakan kesimpulan dari ketentuan Pasal 176 yang menyebutkan baik anak perempuan maupun anak laki-laki dapat mewaris dengan bagian-bagian tertentu, juga Pasal 181 dan 182 yang menentukan bahwa saudara dapat tampil sebagai ahli waris apabila pewaris meninggal tanpa meninggalkan anak dan bapak. Dalam hal pewaris meninggal kalalah, maka saudara dapat tampil sebagai ahli waris yang dapat mewaris bersama ibu, dan duda/janda. b. Berdasarkan Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP, para ahli waris dari pewaris (Haji AS bin Haji GZ) adalah Hj. NA binti Haji RB (istri), Haji SN bin Haji GZ (adik laki-laki), Almarhumah Hj. AG binti Haji GZ (kakak perempuan) yang mewaris melalui ahli waris pengganti. Terdapat pemisahan harta bersama dari harta peninggalan dengan perbandingan 1:1 dengan istri pewaris yang hidup terlama. Pembagian harta waris untuk istri sebesar ¼ (seperempat) bagian dari harta waris,

18 sementara bagian saudara dalam penetapan ini didasarkan pada Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam yaitu sebesar 1/3 (sepertiga) untuk bersama-sama, tetapi dalam rincian pembagiannya lebih sesuai dengan ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam yaitu perbandingan 2:1 antara saudara laki-laki dengan saudara perempuan. Berdasarkan Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP (Akta Perdamaian), para ahli warisnya yaitu istri pewaris yang hidup terlama (Hj. NA binti Haji RB), dan tiga orang saudara pewaris yang terdiri dari dua orang kakak perempuan (Hj. RA binti Haji GZ (meninggal lebih dulu dari pewaris sehingga digantikan kedudukannya oleh ahli waris pengganti) dan Hj. AG binti Haji GZ) dan satu orang adik laki-laki (Haji SN bin Haji GZ). Tidak terdapat pemisahan harta bersama, dan obyek harta yang dibagikan dalam akta perdamaian ini merupakan harta peninggalan dari pewaris. Terdapatnya pelaksanaan wasiat pewaris sebesar 1/3 (sepertiga) bagian dari seluruh harta peninggalan. Mengenai hibah wasiat dan besar pembagian harta bagi masing-masing ahli waris ditentukan berdasarkan kesepakatan para ahli waris. c. Mengenai Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP, dasar penetapan untuk menentukan para ahli waris dalam penetapan ini sudah tepat dengan menggunakan Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam. Namun dalam penetapan ini terdapat satu pihak yaitu Hj. RA binti Haji GZ (kakak perempuan tertua pewaris) yang seharusnya ikut menjadi ahli waris yang digantikan kedudukannya dengan ahli waris pengganti tetapi tidak ikut dicantumkan dalam penetapan, karena para pihak pemohon tidak mencantumkan penjelasan mengenai adanya ahli waris pengganti tersebut. Terdapatnya pemisahan harta bersama yang telah sesuai dengan ketentuan Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam. Besar bagian waris untuk istri telah sesuai, namun dasar hukum bagian waris saudara tidak tepat penggunaannya (Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam). Mengenai Putusan No.750/Pdt.G/2009/PA.JP (Akta Perdamaian), para pihaknya sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam, termasuk para pihak yang digantikan kedudukannya oleh ahli waris pengganti. Namun mengenai obyek harta yang dibagikan tidak sesuai dengan ketentuan kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam, karena dalam akta perdamaian tersebut terhadap harta peninggalan pewaris tidak dikeluarkan harta bersama terlebih dulu. Terdapatnya hibah wasiat yang disepakati para ahli waris dapat dilakukan, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 213 Kompilasi Hukum Islam. Besar pembagian kewarisan dalam akta perdamaian ini merupakan kesepakatan dari para pihak, dan tidak lagi

19 mengacu pada ketentuan bagian kewarisan yang diatur dalam pasal-pasal Kompilasi Hukum Islam. Pengaturan kewarisan yang seolah-olah menyimpang dari ketentuan yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dengan berdasarkan kesepakatan para ahli waris ini dimungkinkan dengan terdapatnya dasar ketentuan Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam yaitu para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya. Saran a. Penulisan pasal yang menjadi dasar pembagian kewarisan yang dicantumkan baik oleh Hakim maupun Panitera di pengadilan, dalam suatu Penetapan atau Putusan, haruslah tepat. Hal ini berkaitan dengan kesalahan yang terdapat pada Penetapan Waris No.24/Pdt.P/2009/PA.JP yaitu tidak sesuainya pencantuman ketentuan Kompilasi Hukum Islam yang menjadi dasar mewaris bagi saudara seayah seibu. Di mana yang dicantumkan dalam penetapan ini adalah Pasal 181 Kompilasi Hukum Islam, tetapi perhitungan pembagian harta warisnya merupakan ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam yang jelas berbeda. Hal ini dapat menyebabkab kerancuan terhadap dasar pembagian yang digunakan, sehingga untuk ke depannya pihak hakim diharapkan untuk dapat lebih teliti dalam hal tersebut. b. Dalam menyelesaikan suatu perkara pembagian waris, khususnya dalam kewarisan Islam, pembagian waris yang berdasarkan pada kesepakatan para pihak sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam lebih dianjurkan penggunaannya. Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-masing pihak menyadari besar bagiannya masing-masing. Hal ini dikarenakan pembagian dengan kesepakatan dari para pihak yang terlibat lebih menguntungkan, pembagian hartanya dapat disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing pihak ahli waris, dan memperkecil kemungkinan terjadinya konflik antara para pihak dalam kewarisan. Daftar Referensi Buku Abta, Asyhari dan Djunaidi Abd. Syakur. Ilmu Waris Al-Faraidl: Deskripsi Berdasar Hukum Islam Praktis dan Terapan. Surabaya: Pustaka Hikmah Perdana, 2005.

20 Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Ed. 6. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Arief, H. Saifuddin. Praktik Pembagian Harta Peninggalan Berdasarkan Hukum Waris Islam. Jakarta: Darunnajah Publishing, Djubaedah, Neng dan Yati N. Soelistijono. Hukum kewarisan Islam di Indonesia. Cet.2. Depok: badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hazairin. Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Qur an dan Hadith. Cet.6. Jakarta: Tintamas Indonesia, Lubis, Suhrawardi K. dan Komis Simanjuntak. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis). Cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, Mamudji, Sri. et.al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Satrio, J. Hukum Waris. Bandung: Penerbit Alumni, Soekanto, Soerjono. Hukum Adat Indonesia. Ed. 1. Cet. 10. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers, Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Cet.9. Jakarta: Sinar Grafika, Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Undang-undang Tentang Perkawinan. UU No. 1 Tahun LN No. 1 Tahun Indonesia. Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni Internet Agama+yang+Dianut&tid=321&searchwilayah=Indonesia&wid= &lang=id. Diakses 11 Maret 2013.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,

Lebih terperinci

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI DOSEN Dr. Yeni Salma Barlinti, SH, MH Neng Djubaedah, SH, MH, Ph.D Milly Karmila Sareal, SH, MKn. Winanto Wiryomartani, SH, MHum. POKOK

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013 HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak

Lebih terperinci

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS PERDATA BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM Penulis : Agil Jaelani, Andri Milka, Muhammad Iqbal Kraus, ABSTRAK Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 A B S T R A K Seiring dengan perkembangan zaman juga pola pikir masyarakat, hal ini menghasilkan adanya berbagai

Lebih terperinci

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 1 S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini mempelajari hukum waris

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM Rosita Ruhani E-mail : rositaruhani@gmail.com Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta Mohammad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam adanya asas-asas kewarisan islam yaitu asas ijbari (pemaksaan),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Setiap pasangan (suami-istri) yang telah menikah, pasti berkeinginan untuk mempunyai anak. Keinginan tersebut merupakan naluri manusiawi dan sangat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D 101 09 173 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pembagian

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN A. Pengertian Harta Warisan Warisan berasal dari kata waris, yang berasal dari bahasa Arab, yaitu : warits, yang dalam bahasa Indonesia berarti ahli waris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) RESUME HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) OLEH : ZAINAL ABIDIN, S.H. 12211060 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

BAGIAN WARISAN UNTUK CUCU DAN WASIAT WAJIBAH

BAGIAN WARISAN UNTUK CUCU DAN WASIAT WAJIBAH BAGIAN WARISAN UNTUK CUCU DAN WASIAT WAJIBAH NENG DJUBAEDAH, SH, MH, PH.D RABU, 26 MARET 2008, 18, 25 MARET 2009, 16 nov 2011, 28 Maret, 25 April 2012, 22 Mei 2013 KEDUDUKAN CUCU atau AHLI WARIS PENGGANTI

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Gugatan yang Dilakukan Seorang Janda Terhadap Harta Warisan yang Dikuasai oleh Anak Tirinya Ditinjau Menurut Hukum Islam Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017 HAK WARIS ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh : Budi Damping 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana asas-asas dalam Hukum Kewarisan menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA A. Analisa Terhadap Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Bangil Kewenangan Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk, yaitu : 1. Hak-hak atas tanah yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS ATAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 72/PDT.G/2011/PA-BJI TENTANG PEMBATALAN PENETAPAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 8/PDT

ANALISIS KASUS ATAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 72/PDT.G/2011/PA-BJI TENTANG PEMBATALAN PENETAPAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 8/PDT S R I A Y U U T A M I 1 ANALISIS KASUS ATAS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 72/PDT.G/2011/PA-BJI TENTANG PEMBATALAN PENETAPAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 8/PDT.P/2010/PA-BJI MENGENAI PENGUASAAN HARTA WARISAN

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,

Lebih terperinci

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM Oleh : Putu Ari Sara Deviyanti Made Suksma Prijandhini Devi Salain Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995 A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi di lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan

Lebih terperinci

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan 46 BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata Sebelum penulis membahas waris anak sumbang dalam KUH Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pibadi, sosial, susila, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pengaturan masalah waris di Indonesia bersifat pluralisme. Sehingga praturan hukum waris yang masih berlaku saat ini di Indonesia adalah menurut Hukum Adat,

Lebih terperinci

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di bidang Hukum Kewarisan, bahwa seorang cucu dapat menjadi ahli waris menggantikan ayahnya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI A. Kewarisan dalam KHI Dalam KHI hukum kewarisan diatur pada buku II yang terdiri dari 43 pasal yaitu mulai Pasal 171 sampai dengan Pasal 214. 1.

Lebih terperinci

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu: BAB IV ANALISIS A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin Dari penjelasan terdahulu dapat dikelompokkan ahli waris yang menjadi ahli waris pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat dengan mayoritas penduduk

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat dengan mayoritas penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat dengan mayoritas penduduk beragama Islam telah menganut adanya sistem hukum nasional. Dalam upaya menjamin adanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA 70 BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA A. Analisis Yuridis Terhadap Dasar Hukum Yang Dipakai Oleh Pengadilan Negeri Jombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara naluri insani, setiap pasangan suami isteri berkeinginan untuk mempunyai anak kandung demi menyambung keturunan maupun untuk hal lainnya. Dalam suatu rumah tangga,

Lebih terperinci

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten) PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat guna Mencapai Derajad Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. WASIAT MENURUT KETENTUAN-KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh: Fiki Amalia Baidlowi 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. WASIAT MENURUT KETENTUAN-KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh: Fiki Amalia Baidlowi 2 WASIAT MENURUT KETENTUAN-KETENTUAN KOMPILASI HUKUM ISLAM 1 Oleh: Fiki Amalia Baidlowi 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan hukum mengatur mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat. 2. Pewaris meninggalkan harta kekayaannya yang akan diterima oleh ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris merupakan proses berpindahnya hak milik dari orang meninggal kepada ahli warisnya yang hidup, baik peninggalan berupa harta maupun hakhak syariah. 1 Pewaris

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA STATUS WALI NIKAH YANG TIDAK SAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Alinapia 1.

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA STATUS WALI NIKAH YANG TIDAK SAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Alinapia 1. AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA STATUS WALI NIKAH YANG TIDAK SAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 Oleh: Alinapia 1 Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, apakah dasar

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P E N E T A P A N Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan. Sudah kodrat manusia antara satu sama lain selalu saling membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 1. Keempat lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 1. Keempat lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan Peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D 101 09 512 ABSTRAK Penelitian ini berjudul aspek yuridis harta bersama dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung

Lebih terperinci

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat) Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat) 1 Utari Suci Ramadhani, 2 Dr. Tamyiez Dery,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya BAB I PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia masih terdapat sistem hukum waris yang beraneka ragam, yaitu sistem hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (KUHPerdata). Sistem hukum waris Adat

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain

KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain KEDUDUKAN ANAK YANG PINDAH AGAMA UNTUK MEWARIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Dessy Gea Herrayani Made Suksma Prijandhini Devi Salain Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTARCT This

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS Rahmatullah, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERKARA WARIS, SH.,MH Dosen Fakultas Hukum UIT Makassar Abstract This inheritance issues often cause disputes or problems for heirs, because it

Lebih terperinci

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM 27 BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM A. Kerangka Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam literatur Indonesia sering menggunakan istilah kata waris atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA AKIBAT HUKUM PEMBERIAN WARISAN SAAT PEWARIS MASIH HIDUP BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Oleh: I Putu Budi Arta Yama Gde Made Swardhana Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Lebih terperinci

WARIS ISLAM DI INDONESIA

WARIS ISLAM DI INDONESIA ISSN 2302-0180 8 Pages pp. 19-26 WARIS ISLAM DI INDONESIA Azharuddin 1, A. Hamid Sarong. 2 Iman Jauhari, 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : Budiandoyo83@yahoo.com 2,3) Staff Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham 1 KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS Sarpika Datumula* Abstract Substitute heir is the development and progress of Islamic law that is intended to get mashlahah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Konsepsi harta kekayaan di dalam perkawinan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 1 adalah sebagai suatu persekutuan harta bulat, meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kewenangan Pengadilan Agama Lingkungan Peradilan Agama adalah salah satu lingkungan peradilan khusus, jangkauan fungsi kewenangan peradilan agama diatur dalam Pasal 2, Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna. Salah satu buktinya bahwa manusia diberikan cipta, rasa,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Pendahuluan Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. 1 Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil dari al-qur'an dan Hadist Rasulullah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia 104 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Pada dasarnya menurut Hukum Islam, harta suami isteri terpisah. Masingmasing memiliki hak untuk membelanjakan atau menggunakan hartanya dengan sepenuhnya tanpa boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks.

Hal. 1 dari 11 hal. Put. No. 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. P U T U S A N Nomor 105/Pdt.G/2014/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim SALINAN PENETAPAN Nomor 112/ Pdt.P/ 2015/ PA Sit. bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perkara tertentu

Lebih terperinci

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict Heniyatun 1 *, Puji Sulistyaningsih 2, Bambang Tjatur Iswanto 3 1,2,3 Hukum/Fakultas Hukum, *Email: heniyatun@ummgl.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

PEMIKIRAN HUKUM KEWARISAN ISLAM DI INDONESIA TENTANG BAGIAN PEROLEHAN AHLI WARIS PENGGANTI

PEMIKIRAN HUKUM KEWARISAN ISLAM DI INDONESIA TENTANG BAGIAN PEROLEHAN AHLI WARIS PENGGANTI PEMIKIRAN HUKUM KEWARISAN ISLAM DI INDONESIA TENTANG BAGIAN PEROLEHAN AHLI WARIS PENGGANTI Gemala Dewi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok gemaladw@yahoo.co.id Abstract Legal pluralisme has shaped

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015 AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Patricia Diana Pangow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan seseorang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang antara kedua belah pihak suami dan istri, akan senantiasa diharapkan berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam lingkup fiqh mawaris. 1 Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak langsung

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM 1 AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. Ketua Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Pendahuluan Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil

Lebih terperinci