Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak Oleh: Putu Nanci Riastini, S.Pd.,M.Pd. (Ketua) NIP I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd. (Anggota) NIP Drs. Ndara T Rendra, M.Pd. (Anggota) NIP Dibiayai dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha SPK Nomor: 101/UN48.16/PM/2016 tanggal 1 Maret 2016 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2016

2 Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Program : Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak 2. Ketua Pelaksana : a. Nama lengkap : Putu Nanci Riastini, S.Pd., M.Pd. b. Jenis kelamin : Perempuan c. NIP : d. Disiplin ilmu : Pend. IPA SD e. Pangkat/Gol : Penata /IIIc f. Jabatan : Lektor g. Fakultas / jurusan : Ilmu Pendidikan / PGSD h. Alamat Kantor : Jln. Udayana-Singaraja i. Telp : (0362) j. Alamat Rumah : Dusun Pendem, Desa Alasangker, Singaraja k. Telp : Jumlah anggota pelaksana : 2 orang 4. Lokasi Kegiatan : a. Nama : Guru SD Gugus V b. Kecamatan : Gerokgak c. Kabupaten : Buleleng d. Provinsi : Bali 5. Jumlah biaya kegiatan : Rp ,00 6. Lama Kegiatan : 8 Bulan Mengetahui, Singaraja, 14 November 2016 Dekan FIP Undiksha Ketua Pelaksana, Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S. Putu Nanci Riastini, S.Pd., M.Pd. NIP NIP Mengetahui, Ketua LPPM Undiksha Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. NIP i

3 Kata Pengantar Puji syukur dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan anugrah dan karunia-nya sehingga laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat dengan judul Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya terhadap Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Undiksha yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan guru-guru KKG Gugus V Kecamatan Gerokgak yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini. Dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini. Tentunya laporan ini masih jauh dari sempurna khususnya mengenai isi yang kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di KKG Gugus V Kecamatan Gerokgak. Oleh karena itu, besar harapan kami adanya saran dan masukan guna kesempurnaan laporan ini yang nantinya akan dikembangkan menjadi laporan akhir. Tim pelaksana, ii

4 DAFTAR ISI HalamanPengesahan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II.METODE PELAKSANAAN... 5 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN... 7 BAB IV. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

5 BAB I PENDAHULUAN a. Analisis Situasi Gugus V Kecamatan Gerokgak merupakan salah satu gugus sekolah dasar yang ada di Kecamatan Gerokgak. Gugus V Kecamatan Gerokgak beranggotakan beberapa SD yang tersebar di tiga desa berbeda, yaitu Desa Musi, Desa Penyabangan, dan Desa Banyupoh. Sekolah-sekolah yang ada di desa tersebut, yaitu: SDN 1 Musi, SDN 2 Musi, SDN 1 Penyabangan, SDN 2 Penyabangan, SDN 1 Banyupoh, SDN 2 Banyupoh, dan SDN 3 Banyupoh. Jumlah guru di masing-masing SD tersebut berbeda-beda, tergantung pada jumlah guru kelas yang ada pada tiap sekolah. Berdasarkan data guru gugus V, jumlah guru di gugus tersebut adalah 60 orang, dengan jumlah guru laki-laki adalah 27 orang dan guru perempuan adalah 33 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan guru, sebagian besar guru telah berpendidikan S1 (91,67%) dan sekitar 8,33% guru masih berpendidikan D2. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Gugus V Kecamatan Gerokgak, Bapak Putu Buda Ada, S.Pd. pada tanggal 16 September 2015, diperoleh informasi bahwa guru-guru di Gugus V Kec. Gerokgak belum memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai perangkat pembelajaran IPA terutama pada RPP. Memang guru-guru sudah mampu menerapkan pembelajaran di kelas, namun secara administratif berkaitan dengan RPP mereka masih binggung. Diduga faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah kurangnya pelatihan atau sosialisasi secara kontinyu mengenai perangkat pembelajaran. Di awal diterapkan KTSP, memang guru-guru berlatih secara intensif mengenai perangkat pembelajaran. Akan tetapi, sepanjang perjalanannya mereka tidak pernah dilatih lagi. Mereka menggunakan RPP yang dibuat oleh kelompok KKG di Kecamatan Gerokgak pada saat KTSP mulai diberlakukan. RPP yang mereka gunakan tidak pernah mereka revisi dalam kaitannya dengan isi dan kegiatan pembelajarannya cenderung sama untuk semua sekolah. Mereka hanya merevisi tanggal, tahun, sekolah, dan kegiatan RPP dilaksanakan. 1

6 Di lain pihak, sepanjang perjalanan KTSP, di awal tahun 2010 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran di RPP dan implementasinya di kelas. Akan tetapi, sosialisasi, pelatihan atau workshop mengenai hal itu tidak pernah dilakukan oleh pemerintah terutama di Kecamatan Gerokgak. Mereka hanya mendapat contoh mengenai RPP berbasis pendidikan karakter dari pengawas mereka. Mereka belum memiliki pemahaman yang memadai tentang pendidikan karakter. Mereka juga belum memiliki keterampilan dalam membuat RPP berbasis pendidikan karakter, apalagi mengimplementasikan di kelas. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui juga bahwa guru-guru di Gugus V Kecamatan Gerokgak belum pernah dilatih untuk mengintegrasikan satua Bali sebagai basis pendidikan karakter di sekolah dasar. Padahal, satua Bali sarat akan nilai-nilai karakter yang sangat berpeluang untuk mewujudkan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Berdasarkan wawancara, dipaparkan juga harapan dari ketua Gugus V Kecamatan Sukasada mengenai adanya kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Undiksha berkaitan dengan pembuatan perangkat pembelajaran IPA, integrasi nilai budaya lokal dalam hal ini satua Bali, dan pendidikan karakter. Untuk itu, solusi yang ditawarkan oleh tim adalah berupa kegiatan Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA berbasis Satua Bali sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak. b. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasi dan diprioritaskan untuk ditangani adalah sebagai berikut. 1. Pemahaman yang masih kurang yang dimiliki oleh guru sekolah mitra mengenai perangkat pembelajaran IPA, terutama bagian kegiatan pembelajaran. 2. Pemahaman yang masih kurang yang dimiliki oleh guru sekolah mitra mengenai integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. 3. Keterampilan guru sekolah mitra yang masih kurang dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali. 2

7 4. Guru sekolah mitra belum memiliki keterampilan dalam menerapkan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dalam pembelajaran di kelas. Masalah diatas dapat dipecahkan dengan memberikan solusi berupa kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak. Dengan demikian dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. Apakah kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan pemahaman guru sekolah mitra mengenai perangkat pembelajaran IPA? Apakah kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan pemahaman guru sekolah mitra mengenai integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran? Apakah kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan keterampilan guru sekolah mitra dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali? Apakah kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak dapat meningkatkan keterampilan guru sekolah mitra dalam menerapkan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dalam pembelajaran di kelas? c. Tujuan Kegiatan Tujuan dari pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. Untuk meningkatkan pemahaman guru sekolah mitra mengenai perangkat pembelajaran IPA melalui kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak? 3

8 Untuk meningkatkan pemahaman guru sekolah mitra mengenai integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran melalui kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak? Untuk meningkatkan keterampilan guru sekolah mitra dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali melalui kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak? Untuk meningkatkan keterampilan guru sekolah mitra dalam menerapkan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dalam pembelajaran di kelas melalui kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak? d. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat dari pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru, memperoleh tambahan pengetahuan mengenai perangkat pembelajaran IPA. Di samping itu, guru sekolah mitra memperoleh informasi mengenai integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Guru sekolah mitra juga memperoleh keterampilan dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali, serta memiliki keterampilan dalam menerapkan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dalam pembelajaran di kelas. 2. Bagi kepala sekolah, memperoleh pengetahuan tambahan mengenai perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dalam pendidikan karakter. 3. Bagi pengawas sekolah, memperoleh pengetahuan tambahan tentang perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter, serta dapat berbagi dengan tim mengenai pendidikan karakter. 4. Bagi unit pengelola pendidikan, dapat mengarsip segala hasil kegiatan yang dilaksanakan yang nantinya dapat dikembangkan di seluruh gugus yang ada di Kecamatan Gerokgak. 4

9 BAB II METODE PELAKSANAAN a. Waktu dan Tempat Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Gugus V Kecamatan Gerokgak telah dilaksanakan mulai tanggal 8 April 2016 sampai dengan 29 April Tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan di SDN 2 Banyupoh, Kecamatan Gerokgak. b. Metode Pelaksanaan Untuk mengimplementasikan kegiatan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali sebagai media pendidikan karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak, maka akan diadakan tiga kegiatan inti dengan metode pelaksanaan sebagai berikut: 1. Seminar mengenai perangkat pembelajaran IPA dan pendidikan karakter. Seminar ini akan membahas perangkat pembelajaran IPA, terutama bagian RPP dan integrasi Pendidikan Karakter ke dalam RPP. Seminar ini akan dihadiri oleh 28 orang guru dari Gugus V Kecamatan Gerokgak dan 2 mahasiswa Jurusan PGSD sebagai peserta seminar. Metode yang digunakan dalam seminar adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi. 2. Workshop pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua bali. Workshop ini akan membahas mengenai satua Bali dan integrasi satua Bali dalam perangkat pembelajaran IPA, terutama bagian RPP dan media satua Bali. Selain itu, workshop ini akan mengerjakan RPP berbasis satua Bali. Wokshop ini akan dihadiri oleh 28 orang guru dari Gugus V Kecamatan Gerokgak dan 2 mahasiswa Jurusan PGSD sebagai peserta workshop. Metode yang digunakan dalam workshop adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, dan kerja kelompok. 3. Pendampingan selama penerapan perangkat di dalam kelas. Setelah perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali (RPP dan media satua Bali) selesai dikerjakan, maka tahapan selanjutnya adalah pendampingan selama penerapan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali (RPP 5

10 dan media satua Bali) di dalam kelas. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kebiasaan dengan menerapkan metode drill. Kegiatan pengabdian yang dilakukan terlihat pada bagan berikut. Kesepakatan Pelatihan Perizinan pada instansi terkait Seminar perangkat pembelajaran dan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Workshop mengenai pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali Perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali dan video pembelajaran Pendampingan pembuatan dan pengimplementasian perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali Gugus V Kecamatan Gerokgak Pemahaman, keterampilan membuat, dan mengimplementasikan perangkat pembelajaran IPA berbasis satua Bali Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Kegiatan 6

11 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak sampai pada bulan Oktober 2016 telah dilaksanakan sebanyak 100% dari program yang dirancang. Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana adalah seminar dan workshop pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis Satua Bali dan pendampingan pembelajaran. Pada tahap awal pelaksanaan program, telah dilaksanakan kegiatan berupa perancangan kegiatan workshop, penyiapan narasumber, sosialisasi dan koordinasi dengan ketua UPP Kecamatan Gerokgak, sosialisasi dan koordinasi dengan ketua Gugus V Kecamatan Gerokgak, penentuan jadwal kegiatan bersama mitra, penyiapan bahan workshop, dan penyiapan lokasi serta sarana prasarana kegiatan. Kegiatan persiapan dilaksanakan dari tanggal 8 sampai dengan 21 April Setelah tahap persiapan, dilaksanakan kegiatan workshop dan pendampingan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan dilaksanakan di SDN 2 Banyupoh. Masing-masing kegiatan dipaparkan di bawah ini. a. Seminar perangkat pembelajaran IPA dan Satua Bali Seminar mengenai perangkat pembelajaran IPA dan Satua Bali dilaksanakan pada tanggal 22 April Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bapak I Gede Margunayasa, S.Pd, M.Pd. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali mitra tentang model-model pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran IPA dan media Satua Bali. Respon mitra terhadap kegiatan pelatihan sangat baik. Mereka antusias berpartisipasi dalam diskusi interaktif mengenai media satua Bali. Dalam pelaksanaan seminar ini tidak ditemukan kendala yang berarti. b. Workshop perangkat pembelajaran IPA dan Satua Bali Workshop pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis Media Satua Bali dilaksanakan pada tanggal 23 April Narasumber dalam kegiatan ini 7

12 adalah Tim Pelaksanakan P2M yang diketuai oleh Ibu Putu Nanci Riastini, S.Pd.,M.Pd. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan mitra dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis Media Satua Bali. Respon mitra terhadap kegiatan pelatihan sangat baik. Hal in terlihat dari antusiasme peserta berpartisipasi dalam diskusi interaktif. c. Pendampingan penerapan perangkat pembelajaran Pendampingan penerapan perangkat pembelajaran IPA berbasis Satua Bali dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu tanggal 25, 28, dan 29 April Kegiatan yang dilaksanakan adalah dua orang guru ditunjuk oleh tim untuk menerapkan perangkat pembelajaran yang dibuat di kelas yang mereka ampu. Kemudian tim melaksanakanobservasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajarannya. Setelah itu, diadakan refleksi kembali oleh tim dan guru yang menerapkan pembelajaran. Dari kegiatan yang dilaksanakan, semuanya berjalan dengan baik dan tidak ada kendala. 3.2 Pembahasan Penerapan nilai-nilai karakter dalam kurikulum dapat dilakukan melalui integrasi dalam mata pelajaran, integrasi dalam muatan lokal, dan integrasi melalui kegiatan pengembangan diri (Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011). Untuk itu, maka penerapan nilai-nilai karakter pada Satua Bali juga dapat dilakukan melalui integrasi dalam mata pelajaran. Integrasi nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan. Supaya silabus dan RPP yang dikembangkan memuat penerapan nilai-nilai karakter dalam satua bali, maka langkah-langkah dalam pengembangan silabus adalah: Menganalisis nilai karakter yang ada pada Satua Bali dan menyesuaikan dengan materi yang ada. Kemudian menganalisis Indikator, baik kata kerjanya maupun materinya. Penganalisisan pertama menentukan kata kerjanya apakah ranah kognitif, afiktif, atau psikomotor, kemudian lihat tingkat kesulitannya, kemudian tentukan nilai karakter apa dan Satua Bali mana yang digunakan. Langkah berikutnya memasukkan nilai karakter dari Satua Bali yang terpilih kedalam 8

13 silabus. Nilai Karakter yang terpilih yang telah dimuat sebelum kegiatan pembelajaran, satu demi satu secara berangsur dimasukkan kedalam langkahlangkah proses kegiatan pembelajaran, yang tentunya nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran siswa, sehingga tercermin pada setiap langkah kegiatan pembelajaran, baik pada kegiatan exsplorasi, elaborasi maupun pada kegiatan konfirmasi. Dalam RPP, Satua Bali dapat dimasukkan di kegiatan inti pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, siswa diberikan Satua Bali, kemudian siswa diminta untuk membacakan sekaligus menghayatinya. Selain itu, guru juga dapat membacakannya dan siswa menyimaknya. Pada tahap elaborasi, siswa diminta untuk mendiskusikan secara berkelompok mengenai nilai karakter setiap tokoh yang ada dalam cerita dan mendiskusikan materi pelajaran yang ada. Pada tahap konfirmasi, guru mempertegas nilai-nilai karakter yang ada dalam Satua Bali, meminta siswa untuk menceritakannya di depan kelas, dan mengkonfirmasi materi pelajaran dalam Satua Bali, dan menambahkan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, penerapan Satua Bali dalam pembelajaran dapat melestarikan kebudayaan lokal, menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa, dan sangat berkaitan dengan materi yang ada di kurikulum. Disamping itu, dengan Satua Bali, maka dapat melatih kemampuan membaca dan kemampuan menyimak siswa. Ada beberapa faktor perlunya Satua Bali digunakan sebagai media pembelajaran. Pertama, keberadaan sebuah media pembelajaran, dalam hal ini Satua Bali, sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Adanya media pembelajaran membuat materi pelajaran menjadi lebih kontekstual dan mendorong rasa ingin tahu siswa. Materi yang dimaksud adalah ditinjau dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Jika anak mengalami hal-hal yang bersifat kontekstual dan memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap sesuatu, maka anak akan belajar secara aktif dan bermakna. Implikasinya adalah pengetahuan dapat tersimpan dalam long term memory, sikap dapat dibudayakan, dan keterampilan pun dapat diasah secara tidak langsung. Dengan demikian, media pembelajaran membuat anak belajar secara kontekstual dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna. Penjelasan di 9

14 atas sesuai dengan pendapat Willis (2012), yang menyatakan bahwa manfaat sebuah media diantaranya menarik minat siswa untuk belajar, siswa memperoleh gambaran nyata tentang sesuatu, mendorong keingintahuan siswa, dan membuat siswa riang belajar. Kedua, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan jiwa siswa. Untuk menciptakan terjadinya belajar yang demikian, maka siswa harus belajar aktif. Belajar aktif yang dimaksud adalah siswa berpikir, berkata, dan melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, tidak bisa hanya dilakukan dengan mendengarkan penjelasan guru. Pembelajaran tersebut dapat terwujud bila siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, termasuk memanipulasi media pembelajaran. Jika hal ini dapat dilakukan, maka pengetahuan dapat diperoleh dengan benar, sikap dapat diamalkan, dan keterampilan dapat dikembangkan. Pemaparan tersebut sesuai dengan pendapat Silberman (2007), yang menyatakan bahwa belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Cara belajar aktiflah yang dapat mewujudkan belajar tersebut, sehingga belajar dapat dikategorikan belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Ketiga, pendidikan karakter bukan sekedar sebuah pengaturan pembelajaran di sekolah. Implementasi pendidikan karakter lebih mengarah pada transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, bukan sekedar menambahkan materi nilai-nilai karakter dalam kurikulum. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bercerita sebagai salah satu cara efektif untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter bagi anak. Melalui kegiatan seperti ini, siswa dapat membedakan sikap baik dan buruk dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, implementasi pendidikan karakter dapat terjadi dengan bantuan cerita. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Lickona (1991), yang menyatakan bahwa salah satu cara agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif adalah dengan penggunaan cerita dalam pembelajaran. 10

15 BAB IV PENUTUP a. Simpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini adalah: 1. Pelaksanaan program mampu meningkatkan pemahaman guru-guru di Gugus V Kecamatan Gerokgak tentang perangkat pembelajaran IPA dan media satua Bali. Di samping itu, guru-guru juga memiliki keterampilan dalam membuat dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan media Satua Bali. 2. Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat ini, antara lain perangkat pembelajaran IPA dengan media satua bali. b. Saran Tingkat partisipasi dan antusiasme peserta dalam program ini sangat tinggi. Hal ini dapat dijadikan modal dasar dalam kegiatan-kegiatan berikutnya di tingkat KKG di Gugus V Kecamatan Gerokgak. Dukungan dari segala pihak yang meliputi dukungan penuh dari kepala UPP, pengawas, dan ketua gugus sangat baik dan terus dipertahankan sehingga segala kegiatan yang dilaksanakan di tingkat KKG dapat berjalan dengan baik dan sudah tentu dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam membuat dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan media Satua Bali. 11

16 DAFTAR PUSTAKA Baittstich. History Teacher s Discussion Forum, July (diakses tanggal 8 Oktober 2013). Depdiknas Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta. Depdiknas Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Elkind, David H. dan Sweet, Freddy. How to Do Character Education. Artikel yang diterbitkan pada bulan September/Oktober 2004 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Kemdiknas. Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta Lickona, Thomas. Educating for Character. New York: Bantam Book Lickona, Thomas, Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books, Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis, Catherine. Eleven Principles of Effective Character Education. Character Education Partnership, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum. Jakarta: Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah (hal. 9-10) Riastini, Putu Nanci & I Gede Margunayasa. Pengaruh Satua Bali terhadap Nilai- Nilai Karakter Bangsa (Quasi eksperimen pada siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Buleleng). Prosiding. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha Sairin, Weinata. Pendidikan yang Mendidik. Jakarta: Yudhistira, 2001 Schwartz, Merle J. Effective Character Education. New York: Mc. Graw-Hill Companies Silberman, Mel. Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Penerjemah: Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

17 LAMPIRAN 13

18 LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

19

20

21

22

23 PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI KARAKTER DALAM SATUA BALI I Gede Margunayasa, Putu Nanci Riastini PENDAHULUAN Penanaman nilai-nilai karakter bangsa saat ini menjadi isu utama dunia pendidikan. Salah satu landasan yang mendukung penanaman nilai karakter adalah pernyataan pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4. Selanjutnya, ditegaskan pula penanaman nilai karakter dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada Bab I pasal 1 (1) UU No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Mengacu pada pernyataan tersebut, pendidikan diamanatkan untuk membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan berakhlak mulia. Artinya, pendidikan tidak hanya difokuskan pada kegiatan kognitif semata, tetapi juga pembentukan nilai-nilai karakter bagi generasi muda bangsa. Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup: sosialisasi atau penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri (Sumber: Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010). Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Sumber: Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Menurut Baittstich (2008) bahwa pembangunan karakter yang efektif dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua anak menunjukkan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting. Artinya, kegiatan-kegiatan di sekolah, khususnya proses pembelajaran, merupakan cara yang paling efektif untuk pembangunan karakter. Salah satu cara pembenahan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan nilai karakter pada anak adalah dengan penggunaan perangkat pembelajaran yang bersumber pada kebudayaan lokal. Pendapat ini didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. Instruksi ini mengamanatkan tentang kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Sebagai contoh implementasinya, satua Bali, yang sarat nilai-nilai moral dan nilai-nilai karakter. Penggunaan satua Bali dalam

24 proses pembelajaran sangat berdampak positif bagi karakter anak. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Riastini dan I Gede Margunayasa (2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan media satua Bali dalam pembelajaran berpengaruh terhadap nilainilai karakter bangsa, khususnya aspek bersahabat/komunikatif, toleransi, disiplin, dan tanggung jawab. PEMBAHASAN Nilai karakter dalam satua bali Berdasarkan hasil kajian, Satua Bali yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter ada sebanyak 20 judul satua bali. Masing-masing satua memuat nilai-nilai karakter yang beragam dan materi yang berbeda pula. Hasil analisis satua Bali tampak pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis Satua Bali No Judul Materi yang dikandung Pengetahuan Nilai karakter 1 I Lutung Teken I Bentuk tubuh hewan dan fungsinya Toleransi Kekua Buah dan kandungannya Kejujuran 2 Kambing Takutin Ciri-ciri mahluk hidup Kreatif Macan Hewan langka Cermat 3 I Ketimun Mas Indera pendengaran Tanggung jawab Indera penglihatan Tolong-menolong Hubungan timbal balik antara manusia dengan hewan Hewan dan makanannya Teliti 4 I Buta Teken I Rumpuh Indera penglihatan Sistem rangka tubuh Jenis makanan 5 I Belog Ciri-ciri mahluk hidup Ciri-ciri khusus mahluk hidup 6 I Pengangon Bebek Cara merawat mahluk hidup Sumber daya alam 7 I Siap selem Ciri-ciri mahluk hidup Gaya gravitasi 8 Men Sugih teken Jenis-jenis sumber daya alam Men Tiwas Teknologi sederhana dan modern 9 Nang Bangsing Teknologi sederhana teken I Belog Sumber daya alam hayati 10 Lutung teken Kekua memaling isen 11 I Bawang teken i kesuna Ciri-ciri tumbuhan Manfaat tumbuhan Pemanfaatan hewan Air dan manfaatnya Berbagai jenis benda dan sifatnya 12 Anak ririh Pentingnya matahari bagi kehidupan Teknologi sederhana dan manfaatnya 13 I Lutung dadi Sumber bunyi pecalang Cahaya dan sifatnya Ciri-ciri-khusus mahluk hidup Kerjasama Tulus Iklas Tolong-menolong Tanggung jawab Cermat Tanggung jawab Cinta kasih Kejujuran Percaya diri Keiklasan Keiklasan Kejujuran Kejujuran Hati-hati Peduli lingkungan Peduli lingkungan Teliti Tanggung jawab Kesabaran Keiklasan Tanggung jawab Kreatif, Jujur Tanggung jawab Disiplin Tanggung jawab Kerjasama Tolong-menolong

25 No Judul Materi yang dikandung Pengetahuan Nilai karakter 14 I Ubuh Teknologi sederhana Sumber daya alam dan manfaatnya Tekun Tolong menolong 15 I Lanjana Sumber daya alam hayati dan non hayati Ciri-ciri hewan dan makanannya Peduli Kreatif 16 I Tuung Kuning Hubungan sumber daya alam dan pekerjaan Kandungan bahan makanan Pemeliharaan hewan 17 I Belibis Putih Jenis-jenis makanan dan kandungannya Ciri-ciri hewan Proses menanam padi Jenis sumber daya alam hewan yang dimanfaatkan dan cara pemanfaatannya 18 Men Tingkes Makanan dan manfaatnya Sumber daya alam 19 I Pucung Jenis-jenis buah Manfaat air Hewan dan makanannya 20 Ni Daa Tua Pemanfaatan tumbuhan Hutan dan pemanfaatannya Perdagangan sumber daya alam Percaya diri Keiklasan Tanggung jawab Kasih sayang Tolong menolong Kerjasama Tolong menolong Kasih sayang Peduli lingkungan Kejujuran Teliti Tolong menolong Kasih sayang Ketulusan Tidak iri hati Peduli lingkungan Menghargai milik orang lain Penerapan nilai karakter dalam pembelajaran Penerapan nilai-nilai karakter dalam kurikulum dapat dilakukan melalui integrasi dalam mata pelajaran, integrasi dalam muatan lokal, dan integrasi melalui kegiatan pengembangan diri (Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011). Untuk itu, maka penerapan nilai-nilai karakter pada Satua Bali juga dapat dilakukan melalui integrasi dalam mata pelajaran. Integrasi nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui pengembangan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan. Supaya silabus dan RPP yang dikembangkan memuat penerapan nilai-nilai karakter dalam satua bali, maka langkah-langkah dalam pengembangan silabus adalah: Menganalisis nilai karakter yang ada pada Satua Bali dan menyesuaikan dengan materi yang ada. Kemudian menganalisis Indikator, baik kata kerjanya maupun materinya. Penganalisisan pertama menentukan kata kerjanya apakah ranah kognitif, afiktif, atau psikomotor, kemudian lihat tingkat kesulitannya, kemudian tentukan nilai karakter apa dan Satua Bali mana yang digunakan. Langkah berikutnya memasukkan nilai karakter dari Satua Bali yang terpilih kedalam silabus. Nilai Karakter yang terpilih yang telah dimuat sebelum kegiatan pembelajaran, satu demi satu secara berangsur dimasukkan kedalam langkah-langkah proses kegiatan pembelajaran, yang tentunya nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran siswa, sehingga tercermin pada setiap langkah kegiatan pembelajaran, baik pada kegiatan exsplorasi, elaborasi maupun pada kegiatan konfirmasi.

26 Dalam RPP, Satua Bali dapat dimasukkan di kegiatan inti pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, siswa diberikan Satua Bali, kemudian siswa diminta untuk membacakan sekaligus menghayatinya. Selain itu, guru juga dapat membacakannya dan siswa menyimaknya. Pada tahap elaborasi, siswa diminta untuk mendiskusikan secara berkelompok mengenai nilai karakter setiap tokoh yang ada dalam cerita dan mendiskusikan materi pelajaran yang ada. Pada tahap konfirmasi, guru mempertegas nilai-nilai karakter yang ada dalam Satua Bali, meminta siswa untuk menceritakannya di depan kelas, dan mengkonfirmasi materi pelajaran dalam Satua Bali, dan menambahkan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, penerapan Satua Bali dalam pembelajaran dapat melestarikan kebudayaan lokal, menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa, dan sangat berkaitan dengan materi yang ada di kurikulum. Disamping itu, dengan Satua Bali, maka dapat melatih kemampuan membaca dan kemampuan menyimak siswa. Ada beberapa faktor perlunya Satua Bali digunakan sebagai media pembelajaran. Pertama, keberadaan sebuah media pembelajaran, dalam hal ini Satua Bali, sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Adanya media pembelajaran membuat materi pelajaran menjadi lebih kontekstual dan mendorong rasa ingin tahu siswa. Materi yang dimaksud adalah ditinjau dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Jika anak mengalami hal-hal yang bersifat kontekstual dan memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap sesuatu, maka anak akan belajar secara aktif dan bermakna. Implikasinya adalah pengetahuan dapat tersimpan dalam long term memory, sikap dapat dibudayakan, dan keterampilan pun dapat diasah secara tidak langsung. Dengan demikian, media pembelajaran membuat anak belajar secara kontekstual dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Willis (2012), yang menyatakan bahwa manfaat sebuah media diantaranya menarik minat siswa untuk belajar, siswa memperoleh gambaran nyata tentang sesuatu, mendorong keingintahuan siswa, dan membuat siswa riang belajar. Kedua, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan jiwa siswa. Untuk menciptakan terjadinya belajar yang demikian, maka siswa harus belajar aktif. Belajar aktif yang dimaksud adalah siswa berpikir, berkata, dan melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang demikian, tidak bisa hanya dilakukan dengan mendengarkan penjelasan guru. Pembelajaran tersebut dapat terwujud bila siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, termasuk memanipulasi media pembelajaran. Jika hal ini dapat dilakukan, maka pengetahuan dapat diperoleh dengan benar, sikap dapat diamalkan, dan keterampilan dapat dikembangkan. Pemaparan tersebut sesuai dengan pendapat Silberman (2007), yang menyatakan bahwa belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Cara belajar aktiflah yang dapat mewujudkan belajar tersebut, sehingga belajar dapat dikategorikan belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Ketiga, pendidikan karakter bukan sekedar sebuah pengaturan pembelajaran di sekolah. Implementasi pendidikan karakter lebih mengarah pada transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, bukan sekedar menambahkan materi nilai-nilai karakter dalam kurikulum. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bercerita sebagai salah satu cara efektif untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter bagi anak. Melalui kegiatan seperti ini, siswa dapat membedakan sikap baik dan buruk dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, implementasi pendidikan karakter dapat terjadi dengan bantuan cerita. Pendapat tersebut sejalan

27 dengan pendapat Lickona (1991), yang menyatakan bahwa salah satu cara agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif adalah dengan penggunaan cerita dalam pembelajaran. SIMPULAN Satua bali tidak saja berisi nilai karakter, akan tetapi sangat berkaitan dengan materi kurikulum di sekolah dasar. Begitu juga, Satua bali sangat cocok diterapkan pada kurikulum 2013 di sekolah dasar. Dalam pembelajaran, Satua Bali dapat dimasukkan di kegiatan inti pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, siswa diberikan Satua Bali, kemudian siswa diminta untuk membacakan sekaligus menghayatinya. Selain itu, guru juga dapat membacakannya dan siswa menyimaknya. Pada tahap elaborasi, siswa diminta untuk mendiskusikan secara berkelompok mengenai nilai karakter setiap tokoh yang ada dalam cerita dan mendiskusikan materi pelajaran yang ada. Pada tahap konfirmasi, guru mempertegas nilai-nilai karakter yang ada dalam Satua Bali, meminta siswa untuk menceritakannya di depan kelas, dan mengkonfirmasi materi pelajaran dalam Satua Bali, dan menambahkan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, penerapan Satua Bali dalam pembelajaran dapat melestarikan kebudayaan lokal, menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa, dan sangat berkaitan dengan materi yang ada di kurikulum. Disamping itu, dengan Satua Bali, maka dapat melatih kemampuan membaca dan kemampuan menyimak siswa. DAFTAR RUJUKAN Baittstich. History Teacher s Discussion Forum, July (diakses tanggal 8 Oktober 2013). Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun Jackson, Paul. The Pop-up Book. Singapore: Anness Publishing Limited Kemdiknas. Buku Induk Pembangunan Karakter. Jakarta Lickona, Thomas. Educating for Character. New York: Bantam Book Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum. Jakarta: Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah (hal. 9-10) Riastini, Putu Nanci & I Gede Margunayasa. Pengaruh Satua Bali terhadap Nilai-Nilai Karakter Bangsa (Quasi eksperimen pada siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Buleleng). Prosiding. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha Schwartz, Merle J. Effective Character Education. New York: Mc. Graw-Hill Companies Silberman, Mel. Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Penerjemah: Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani UU No. 20 Tahun (diakses tanggal 20 Agustus 2012). Willis, Sofyan S. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta

28 Pembelajaran IPA yang Inovatif* Oleh I Gede Margunayasa** * Makalah Disajikan pada Workshop P2M dengan tema: Pembuatan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Satua Bali Sebagai Media Pendidikan Karakter di Gugus V Kecamatan Gerokgak. ** Dosen Jurusan PGSD FIP Undiksha FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKA GANESHA SINGARAJA 2016

29 Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Dalam konteks sistem pendidikan nasional tersebut, seorang pendidik harus memiliki kompetensi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional, maka guru dituntut memiliki empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial (UU Sisdiknas, 2003 & PP No 19, 2005). Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Slamet PH (2006) mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari sub kompetensi (1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan matapelajaran yang diajarkan; (2) mengembangkan silabus matapelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (3) merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan; (4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas; (5) melaksanakan pembelajaran yang pro perubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan); (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya pelajaran, kepribadian, bakat, minat dan karir; dan (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru (Sagala, 2009:31-32). Dalam pandangan tersebut, dapat ditegaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan; (2) guru mampu memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik;(3) guru mampu mengembangkan kurikulum/ silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif; (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan; dan (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai otensi yang dimilikinya. Dengan demikian, tampak bahwa kemampuan pedagogik bagi guru bukanlah hal yang sederhana, karena kualitas guru harus di atas rata-rata. Kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual meliputi aspek (1) logika sebagai pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian; (2) etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hierarkis. Yaitu : kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri. dan (3) estetika sebagai pengembangan psikomotorik. Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Guru harus secara terus menerus belajar sebagai upaya melakukan pembaharuan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogiknya adalah dengan memahami pembelajaran inovatif dan menerapkannya di dalam kelas. Dengan demikian, makalah ini akan memaparkan 4 model pembelajaran inovatif seperti yang diamanatkan dalam K13 yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam menerapkan pembelajaran inovatif di kelas pembelajaran. 1

30 PEMBAHASAN Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran sains dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, selalu diawali dengan penyajian masalah. Proses pembelajaran dimulai setelah siswa dikonfrontasikan dengan struktur masalah real, sehingga siswa mengetahui mengapa mereka harus mempelajari materi ajar tersebut. Informasi-informasi akan mereka kumpulkan dan mereka analisis dari unit-unit materi ajar yang mereka pelajari dengan tujuan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah yang disajikan hendaknya dapat memunculkan konsep-konsep maupun prinsip-prinsip yang relevan dengan content domain. Melalui model pembelajaran berbasis masalah para siswa akan belajar bagaimana menggunakan suatu proses interaktif dalam mengevaluasi apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang perlu mereka ketahui, mengumpulkan informasi, dan berkolaborasi dalam mengevaluasi suatu hipotesis berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan. Sedangkan, guru lebih berperan sebagai tutor dan fasilitator dalam menggali dan menemukan hipotesis, serta dalam mengambil kesimpulan. Terdapat empat penerapan esensial dari model pembelajaran berbasis masalah seperti yang diurutkan oleh Gallagher et al. (dalam Sadia & Suma, 2006), yaitu sebagai berikut. 1. Pemusatan masalah di sekitar pembelajaran dari konsep-konsep sains yang penting. 2. Memberikan kesempatan bagi pebelajar untuk menguji ide mereka dengan berbagai teori maupun dengan eksperimen. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengolah data sebagai bagian dari melatih metakognitif. 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan pemecahan masalah yang mereka hasilkan, dengan tiap kelompok mempresentasikan laporannya dalam suatu bentuk diskusi kelas. Menurut Arends (2004), berbagai pengembangan pembelajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pembelajaran ini memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak hanya mengorganisasikan di sekitar prisip-prinsip atau kemampuan akademik tertentu namun mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan akan bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4. Menghasilkan produk dan mempresentasikannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari. 5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh adanya kerja sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya, paling tidak secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan. Bekerja sama antar siswa akan dapat memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan 2

31 memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog serta untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kemampuan berfikir. Menurut Barrows (1996) dalam tulisannya yang berjudul Problem-Based Learning in Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa karakteristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran bersifat Student-Centered. Melalui bimbingan tutor (guru) siswa harus bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik, mengelola permasalahan, dan menentukan di mana mereka akan memperoleh informasi (buku teks, jurnal, Internet, dll.). 2. Proses pembelajaran berlangsung dalam kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri atas 5-8 orang. Anggota kelompok sebaiknya ditukar untuk setiap unit kurikulum lainnya. Kondisi demikian akan memberi pengalaman praktis kepada siswa untuk bekerja dan belajar secara lebih intensif dan efektif dalam variasi kelompok yang berbeda. 3. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Guru tidak berperan sebagai pemberi ceramah atau pemberi informasi faktual. Peran guru sebagai fasilitator yakni tidak memberi tahu siswa secara langsung apakah pemikiran siswanya benar atau salah, dan juga tidak memberi tahu siswa tentang apa yang harus mereka pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah (secara berkelompok) yang mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau prinsipprinsip apa yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu memecahkan masalah yang telah disajikan guru pada awal pembelajaran. 4. Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran. Kondisi demikian akan menantang dan menghadapkan siswa dalam situasi praktis serta akan memotivasi siswa untuk belajar. Siswa dalam memecahkan masalah tersebut akan merealisasikan apa yang perlu mereka pelajari dari ilmu-ilmu dasar (basic science), serta akan mengarahkan mereka untuk mengintegrasikan informasi-informasi dari berbagai disiplin ilmu. 5. Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self-directed learning). Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan mengakumulasikan keahliannya melalui belajar secara mandiri, serta dapat berbuat seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri, siswa bekerja bersama dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi, me-review, serta berdebat tentang apa yang sudah mereka pelajari. 6. Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah klinik. Format permasalahan hendaknya mempresentasikan permasalahan sesuai dengan dunia realita. Format permasalahan juga harus memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyan-pertanyaan kepada pasien, melakukan test fisik, test laboratorium, dan lainnya. Ada lima tahapan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang diuraikan oleh Arends (2004), di mana pembelajaran dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi real dan akhirnya dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut. 1. Orientasi siswa pada masalah Pada saat mulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran. Guru menyampaikan bahwa tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah informasi baru, namun lebih kepada bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadikan pebelajar yang mandiri. Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi. Hal penting disini adalah orientasi kepada situasi masalah menentukan tahap untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu, pada tahap ini presentasi masalah harus menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu. 3

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada Oleh: Drs. I Made Suarjana, M.Pd. (Ketua) NIP. 196012311986031022 I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd.

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt Oleh: Ketua Tim Pengusul Dra. Ni

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan RPP Bermuatan Kebudayaan Lokal dan Pendidikan Karakter Bangsa Untuk Guru-Guru Sekolah Dasar di Gugus II Kecamatan Tejakula

Lebih terperinci

Pendampingan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dengan Pola Lesson Study di Gugus I Kecamatan Sukasada

Pendampingan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dengan Pola Lesson Study di Gugus I Kecamatan Sukasada LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Pendampingan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 dengan Pola Lesson Study di Gugus I Kecamatan Sukasada Oleh: Ketua Tim Pengusul I Gede Margunayasa, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL Pelatihan Pembuatan dan Implementasi Perangkat Pembelajaran Berorientasi I2M3 dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar di Gugus XIV Kecamatan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA Made Juniantari 1, Ni Putu Sri Ratna Dewi 2, Ni Luh Pande Latria Devi 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN IMPLEMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 BAGI GURU-GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG Oleh: Drs. I Ketut Dibia,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK JUDUL PROGRAM PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK KKG GUGUS II KECAMATAN SERIRIT Oleh: Ni Ketut Desia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS I KECAMATAN MARGA

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS I KECAMATAN MARGA PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS I KECAMATAN MARGA Made Juniantari 1, Ni Putu Sri Ratna Dewi 2, Ni Luh Pande Latria Devi 3

Lebih terperinci

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK PELATIHAN PEMBUATAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI I2M3 DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS XIV KECAMATAN BULELENG oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 Irfani ISSN 1907-0969 E ISSN 2442-8272 Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 INTEGRASI NILAI KARAKTER PADA MATA PELAJARAN UMUM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKTIVITAS SOSIAL DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK Kasim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Oleh karena itu, Pendidikan yang mampu mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urgensi pendidikan di Indonesia saat ini begitu menarik untuk diperbincangakan, mulai dari perjalanan pemerintah mengubah kurikulum hingga pelatihan-pelatihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAAN PENGGUNAAN IC 555 UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU FISIKA SMP DAN SMA PEMBINA EKSTRAKURIKULER ELEKTRONIKA DI KECAMATAN BULELENG Oleh Luh Putu Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bertujuan membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur sesuai dengan cita-cita dan nilainilai masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia yang lebih baik lagi dan berkualitas. Akibat pengaruh itupendidikan mengalami kemajuan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN GURU SMP DAN SMA PEMBINA ESKTRAKURIKULER ELEKTRONIKA DI KECAMATAN BULELENG DAN SUKASADA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU PEMBINA ELSTRAKURIKULER ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang, untuk

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang dan dapat membantu guru maupun siswa dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar adalah proses perubahan sikap yang diterapkan sedini mungkin melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun pendapat Abdul (2013. Hlm. 70 ) menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL Oleh Drs. Putu Yasa, M.Si (Ketua) NIP. 196111041987031002 Drs. I Made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana antara guru dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS merupakan suatu bidang kajian tentang masalah-masalah sosial dimana siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang dapat memecahkan masalah yang bertujuan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan. 134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Ai Nurhayati 1, Regina Lichteria Panjaitan 2, Dadan Djuanda 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) Judul: Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru SMA dan SMP se-kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Oleh: I Gede Partha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Penerapan Model Pembelajaran (Siti Sri Wulandari) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Siti Sri Wulandari Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR Latifatul Chabibah, Suharjo dan Muchtar, Universitas Negeri Malang E-mail: latifatul_chabibah@yahoo.com; suharjofipum@yahoo.com;

Lebih terperinci