PERCEPTION OF MARRIAGE ON THE YOUNG ADULT EXPERIENCING DIVORCE (A CASE STUDY)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERCEPTION OF MARRIAGE ON THE YOUNG ADULT EXPERIENCING DIVORCE (A CASE STUDY)"

Transkripsi

1 PERCEPTION OF MARRIAGE ON THE YOUNG ADULT EXPERIENCING DIVORCE (A CASE STUDY) NOVIA MIRANTI, M. FAKHRURROZI, M.PSI, PSI Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008 Gunadarma University Key words: perception, marriage, young adult, divorce ABSTRACT : Marriage is an important event which is expected to be experienced by every adult. Of course, everyone wants the whole family to be happy forever. But in reality, not all people can lead good marriage. This study aims to find out the causes a divorce, see marriage on the perception of young adults who experienced divorce, and determine factors that affect perception. In this study researchers used a qualitative research approach in the form of case studies, undertaken to provide in-depth description of a case that has certain characteristics. The subjects is 32-year-old male who experienced a divorce. This study uses an interview method, that is open and structured interviews, while observation methods used were non-participant and non-systematic. The result of this research show that the reasons the subject to divorce was incompatibility between the subject and his spouse, living in isolation, having an affair, leave home, drinking habits, and financial difficulties when married. Subjects perceive marriage as a sacred relationship, lawful, and religious, and a period when the subject is ready to spend time living with his partner faithfully as a family, where marriage had to be bring them together into two different characters, where the subject must be able to accept the weakness and the strengths his/her partner. Factors that affect the subject of marriage is the characteristics of subjects who experienced a divorce, whereas situational factors do not affect the subject's perception of marriage.

2 Persepsi Terhadap Perkawinan Pada Dewasa Muda Yang Mengalami Perceraian Prof. Dr. E. S. Margiantari, SE., MM. (Rektor Universitas Gunadarma) Dr. A. M. Heru Basuki, Msi. (Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma) Novia Miranti (Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma)

3 Persepsi Terhadap Perkawinan Pada Dewasa Muda Yang Mengalami Perceraian ABSTRAK Perkawinan adalah suatu kejadian penting yang diharapkan dapat dialami oleh setiap orang dewasa. Tentunya setiap orang menginginkan keluarga yang utuh dan bahagia selamanya. Namun pada kenyataannya tidak semua orang dapat menjalani perkawinannya dengan baik, sehingga tidak mampu lagi untuk meneruskan perjalanan panjang tersebut. Ketika ketegangan terus memuncak dan tidak mereda, dan terjadi pada waktu yang cukup lama, tidaklah mengherankan jika perceraian dilihat sebagai alternative penyelesaian yang baik (Miller & Siegel, 1972). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan perceraian, persepsi terhadap perkawinan pada dewasa muda yang bercerai, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif berbentuk studi kasus, yang akan memberi gambaran mendalam mengenai suatu kasus yang tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang yaitu subjek yang mengalami perceraian, berjenis kelamin laki-laki, dan berusia 32 tahun. Penelitian ini menggunakan metode wawancara terbuka dan terstruktur, dan metode observasi yang digunakan adalah metode observasi non partisipan dan observasi non sistematik. Hasil penelitian ini adalah bahwa subjek bercerai karena ketidakcocokan subjek dengan pasangan, tinggal secara terpisah, selingkuh, meninggalkan pasangan, pergi tanpa kabar, kebiasaan mabuk-mabukkan, kesiapan ekonomi saat menikah, status ekonomi keluarga, model pasangan keluarga, kondisi keluarga, dan mempertahankan identitas diri. Subjek mempersepsikan perkawinan sebagai suatu hubungan yang sakral, sah secara hukum dan agama, masa dimana subjek siap menghabiskan waktu untuk hidup setia dengan pasangan dan keluarganya. Dimana perkawinan harus bisa menyatukan dua karakter yang berbeda, subjek harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangan, dan apapun masalah yang ada dalam rumah tangga harus dapat diselesaikan dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjek dalam mempersepsikan perkawinan yaitu karakteristik subjek yang mengalami perceraian, karakteristik objek yang dipersepsi, sedangkan faktor situasional tidak mempengaruhi persepsi subjek terhadap perkawinan. BAB I A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah belajar hidup bersama dengan pasangan, membentuk keluarga bahagia, dan mengasuh anak, yang kesemuanya itu terbentuk oleh suatu ikatan yang sah yang disebut dengan perkawinan (Duvall & Miller, 1985). Bagi masyarakat Indonesia, perkawinan adalah suatu tahap penting yang diharapkan dapat dialami oleh setiap orang. Tentunya setiap orang menginginkan keluarga yang utuh dan bahagia sampai akhir hayatnya. Namun pada kenyataannya tidak semua orang dapat menjalani perkawinannya dengan baik, dan bahagia seperti yang diharapkan (Miller & Siegel, 1972) Tidak semua pasangan dapat melalui jalan yang mulus dalam perkawinannya,

4 sehingga tidak mampu lagi untuk meneruskan perkawinannya. Ketika ketegangan terus memuncak dan tidak mereda dalam waktu yang lama,tidaklah mengherankan jika perceraian dilihat sebagai alternatif penyelesaian yang baik (Miller & Siegel, 1972). Menurut Sudrajat (2006) banyak kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia saat memutuskan untuk menikah. Kebanyakan yang gagal karena kawin muda. Namun dalam alasan bercerai tentu saja bukan karena alasan kawin muda, melainkan masalah ekonomi, ketidakcocokan, dll. Tetapi masalah itu sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologis. Dewasa muda yang bercerai memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinannya. Persepsi seseorang tentang perkawinan penting diketahui karena persepsi yang baik menjanjikan awal yang baik bila seseorang ingin menikah (Landis, 1971). Pada umumnya dewasa muda yang mengalami perceraian merasa trauma atau takut untuk memulai suatu hubungan baru atau sebuah komitmen, baik hanya sebatas pacaran maupun pada saat memasuki dunia perkawinan yang baru (Noural & Kramer 1987 ; Roe, 1994). Oleh karena itu perceraian sangat berpotensi untuk mengubah pandangan atau persepsi seseorang tentang sebuah perkawinan, terutama pada dewasa muda yang siap untuk memasuki dunia perkawinan (Wallerstein, 1983). B. Pertanyaan Penelitian 1. Apa faktor-faktor penyebab perceraian pada subjek? 2. Bagaimana persepsi terhadap perkawinan pada dewasa muda yang mengalami perceraian? 3. Mengapa subjek memiliki persepsi yang demikian? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perceraian, persepsi terhadap perkawinan pada dewasa muda yang mengalami perceraian, dan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsinya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Psikologi perkembangan dan Psikologi Klinis. Dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan masalah perceraian dan dewasa muda. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum, dan individu (orang tua, dan dewasa muda) secara khusus. Pada umumnya masyarakat luas akan menemukan pemahaman baru yang positif tentang persepsi terhadap perkawinan pada dewasa muda yang mengalami perceraian. Dan bagi individu yang mengalami perceraian diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan setelah perceraian sebagai single parent, dapat belajar dari pengalaman dan memperbaiki kesalahan agar dapat membina hubungan yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.

5 BAB II A. Persepsi Terhadap Perkawinan 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi dalam psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi adalah penginderaan, yakni seperti : penglihatan, pendengaran, peraba (Sarlito, 1996). Persepsi adalah proses menyeleksi, menerima, menafsirkan, mengorganisasikan,menginterpretasik an kesan sensoris sehingga dapat memberikan makna pada lingkungannya (Robbins, 1994).. Menurut Wertheimer (1993) persepsi adalah suatu aktivitas yang konstruktif, dimana terjadi suatu pengolahan informasi yang menghasilkan kesan terpadu tentang hal-hal yang masuk dalam pengalaman kita. a. Komponen-komponen Persepsi Ada 3 komponen utama dalam proses persepsi (Subur, 1975), yaitu : 1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar. 2) Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti. 3) Interpretasi dan persepsi tersebut diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. c. Sifat-sifat dari Persepsi Menurut Aronson (1988), persepsi memiliki dua sifat yaitu : 1) Lebih mencakup aspek kognitif, jawaban yang diberikan merupakan fakta dan tidak berkaitan dengan aspek evaluatif dan emosional. 2) Tidak menetap, persepsi seseorang dapat berubah bila ada pembuktian lain yang lebih baik. d. Dimensi-dimensi dari Persepsi Persepsi memiliki dua dimensi (Lane & Sears, 1985) yaitu : 1) Arah, berkisar dari tidak setuju sampai setuju, sebenarnya dalam dimensi ini tercakup juga kualitas emosional dari individu. 2) Intensitas, dalam suatu persepsi/ terdapat derajat keyakinan individu akan jawabannya. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang (Robbins, 1994) : 1) Karakteristik individu yang mempersepsi Karakter individu sangat mempengaruhi interpretasinya, diantaranya : kepribadian, sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan dari individu. 2) Karakteristik individu yang dipersepsi Karakteristik dari individu yang dipersepsi, baik berupa karakteristik personal, sikap dan tingkah lakunya. 3) Faktor situasional Waktu dipersepsinya suatu objek atau peristiwa dapat mempengaruhi persepsi, seperti lokasi, cahaya, situasi tempat terjadinya proses persepsi seperti tata nilai, pandangan masyarakat. f. Jenis-jenis Persepsi Menurut Sarlito (1996), persepsi terbagi atas dua macam, yaitu : 1) Persepsi objek, yaitu persepsi terhadap suatu objek atau benda. 2) Persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai seseorang untuk memahami orang lain.

6 2. Perkawinan a. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan suatu hubungan sosial antara pria dan wanita yang meliputi hubungan yang bersifat seksual, mengabsahkan kemampuan bereproduksi, tanggung jawab terhadap anak-anak secara legal, dan menentukan pembagian tugas antara masing-masing suami istri (Duvall & Miller, 1985). Menurut Undang-Undang Perkawinan no.1/1974 bab 1 pasal 1 bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan menurut hukum dan masyarakat didefinisikan oleh Santrock (1989) sebagai persetujuan antar pasangan untuk menciptakan suatu keluarga, bahwa perkawinan harus bisa menyelesaikan suatu hubungan dan fungsi penting hidup. b. Persepsi Terhadap Perkawinan Persepsi terhadap perkawinan di definisikan sebagai kesan yang terpadu yang masuk dalam pengalaman individu untuk memberi makna terhadap suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita yang diterima masyarakat,sah secara hukum negara dan agama, mempunyai peran sebagai suami istri, dan orang tua bagi anak-anaknya dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. c. Jenis-jenis Perkawinan Cuber dan Harrof (1996), ada lima jenis perkawinan, yaitu : 1) Conflict habituated Pertengkaran antar pasangan dianggap hal yang biasa terjadi dan bukan alasan untuk bercerai. 2) Devitalized Pasangan merasa bosan dan merasa tidak bahagia dengan perkawinannya, tetapi mereka tetap yakin bahwa mereka masih saling mencintai. 3) Passive congenial Adanya ketidak-tergantungan dan ketidak-terlibatan dalam pasangan mulai sangat dirasakan, pasangan memperoleh kepuasan dari hubungan dengan orang lain. 4) Vital Pasangan terlibat secara aktif dalam segala aspek kehidupan. Mereka menghabiskan waktu bersama, menyelesaikan konflik dengan baik, dan saling dihargai. 5) Total Jenis perkawinan ini adalah yang paling baik. d. Unsur-unsur yang Terdapat dalam Perkawinan Stinett dan Kaye (1984) orang melangsungkan perkawinan karena : 1) Commitment Banyak orang ingin ada seseorang yang diperuntukkan bagi mereka sepenuhnya. 2) One-to-One Relationship Banyak orang menginginkan seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan dasar akan harga diri, kasih sayang, penghargaan, dan saling percaya. 3) Companionship Perkawinan memungkinkan kesempatan untuk mengatasi rasa kesepian dengan aktivitas yang dilakukan dengan pasangan. 4) Love Bagi banyak orang hidupnya akan memuaskan kalau mereka merasa berarti bagi orang lain. 5) Happiness Banyak orang berusaha

7 mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Perkawinandiharapkan dapat membawa kebahagiaan. 6) Legitimization of Sex and Children Perkawinan memberikan kesempatan untuk melakukan hubungan seksual yang disetujui oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. e. Fase-fase dalam Perkawinan Mc Whirter dan Mattison (dalam Smolak, 1993) menyatakan bahwa perkawinan terdiri dari 3 fase yaitu : 1) Blending Phase Fase ini terjadi pada tahun pertama dalam perkawinan. Pasangan belajar untuk hidup bersama dan merasa bahwa mereka saling tergantung. 2) Nesting Phase Fase ini terjadi pada tahun kedua dan ketiga dalam perkawinan. Pasangan dituntut belajar menyesuaikan diri dan membagi waktu dalam aktivitas. 3) Maintaining phase Fase ini terjadi pada tahun keempat. Pasangan mulai dapat menyesuaikan diri, saling memahami, dan mampu menyelesaikan konflik. f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan dalam Perkawinan Faktor-faktor mempengaruhi keberhasilan perkawinan menurut Stinett dan Kaye (1984) adalah : 1) Keberhasilan perkawinan orang tua Kalau perkawinan orang tua berbahagia, anaknya juga akan mengalami kebahagiaan dalam perkawinannya dan lebih kecil kemungkinannya untuk bercerai. 2) Kebahagiaan pada masa kanakkanak Orang yang masa kecilnya bahagia, biasanya akan memiliki perkawinan yang berbahagia. 3) Lamanya masa perkenalan Semakin lama seseorang mengenal pasangannya sebelum menikah maka penyesuaian diri dalam perkawinan akan semakin mudah dan akan bahagia. 4) Usia dan kematangan Semakin muda usia waktu menikah semakin besar kemungkinan akan bercerai 5) Persetujuan dari orang tua Pasangan yang mendapat restu dari orang tua terbukti lebih mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan perkawinan daripada yang tidak mendapat persetujuan. 6) Alasan untuk menikah Pasangan yang menikah karena cinta, pengertian, dan tujuan yang baik akan memiliki perkawinan yang berhasil. Syarat-syarat untuk mencapai perkawinan yang bahagia menurut Blood (dalam Benokraitis, 1996): 1) Compability (kesesuaian) Dua individu sebagai pasangan dapat saling menerima karakteristik yang berbeda. 2) Skill (keterampilan) Pasangan mau saling mendengarkan, mampu membuat keputusan bersama, dapat mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya untuk saling membahagiakan pasangannya. 3) Effort (usaha) Usaha disini adalah mencoba mendengarkan pasangan pada saat sedang berbicara dan menjadi pendengar yang baik. 4) Commitment (kesepakatan) Banyak perkawinan yang

8 tidak sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penyebabnya adalah tidak adanya kesepakatan. 5) Support (dukungan) Untuk mencapai keberhasilan suatu perkawinan, dukungan memegang peranan penting. Perkawinan yang berhasil akan membawa dampak yang baik pada pasangan dan keluarga. Sebaliknya, perkawinan yang tidak bahagia atau berakhir dengan perceraian akan membawa pengaruh yang buruk bagi seluruh keluarga, terutama bagi anak. B. Perceraian 1. Pengertian Perceraian King (1992) perceraian adalah proses putusnya hubungan perkawinan secara hukum. Hal ini mempengaruhi hak asuh anak, hak kunjungan orang tua, pembagian harta benda, dan tunjangan anak. Perceraian biasanya diawali oleh adanya konflik antar pasangan suami istri merupakan suatu proses yang mengawali berbagai perubahan emosi, psikologis dan lingkungan. Fisher (1984) perceraian adalah kematian dari sebuah perkawinan, diawali dengan pertentangan yang tidak dapat dihindari lagi, diikuti oleh konflik diantara pasangan. Periode ini pertanda buruknya kelekatan emosional antar pasangan. Perceraian adalah puncak dari proses penyesuaian perkawinan yang buruk yang terjadi bila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang tepat (Hurlock, 1996). 2. Jenis-jenis Perceraian Fassel (dalam Benokraitis, 1996) ada 5 jenis perceraian, yaitu : a. The disappearing parent Anak menerima penjelasan tentang perceraian kedua orang tuanya setelah salah satu orang tua meninggalkan rumah. b. The surprise divorce Orang tua terlihat tertutup, dan tiba-tiba memutuskan untuk bercerai. c. The violent divorce Kekerasan terhadap pasangan dan anak paling banyak menyebabkan perceraian d. The late divorce Orang tua memaksakan tinggal bersama, berusaha menutupi semua masalah hanya agar anak-anaknya bahagia. e. Protect the kids divorce Orang tua memutuskan untuk menyimpan informasi tentang alasan kenapa mereka bercerai, dan cenderung untuk berbohong. 3. Faktor Penyebab Perceraian Perceraian dapat disebabkan oleh berbagai hal. Miller (1996), yaitu : a. Ketidaksesuaian b. Tinggal secara terpisah lebih dari 18 bulan. c. Selingkuh. d. Perkawinan kontrak. e. Meninggalkan pasangan secara sukarela lebih dari 1 tahun. f. Pergi tanpa kabar selama 7 tahun. g. Kebiasaan mabuk-mabukan. h. Kekerasan. i. Pasangan menjalani hukuman. j. Pasangan dalam perawatan karena gangguan mental. Hurlock (1996) mengemukakan stabilitas perkawinan yang dapat mempengaruhi perceraian yaitu : a. Jumlah anak b. Kelas sosial c. Kemiripan latar belakang d. Saat menikah e. Alasan untuk menikah f. Saat pasangan menjadi orang tua

9 g. Status ekonomi h. Model pasangan sebagai orang tua i. Posisi umum masa kecil keluarga j. Mempertahankan identitas Faktor-faktor ini memicu timbulnya konflik antara pasangan suami istri yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya perceraian. 4. Tahapan Perceraian Tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Emotional divorce. Adanya perasaan tidak bahagia, menolak kehadiran pasangan. Mereka merasa disakiti, tetapi berusaha untuk mempertahankan perkawinan. b. Legal divorce. Ini adalah pemutusan perkawinan secara resmi, yaitu melalui hukum (pengadilan). c. Economic divorce. Perceraian bisa menyebabkan turunnya kondisi ekonomi keluarga secara drastis. d. Coparental divorce. Keputusan hak asuh anak dan hak perkunjungan. Pasangan suami istri dapat bercerai, tetapi mereka tidak dapat menceraikan anak-anak mereka. e. Community divorce. Perceraian meliputi berbagai perubahan dalam hubungan sosial dengan orang lain. f. Psychic / psychological divorce. Hal ini berkaitan dengan penyesuaian diri pasangan orang tua yang mengalami perceraian. 5. Dampak Perceraian Orang tua Pada Anak Beberapa reaksi emosi dan perasaan anak yang mengalami perceraian orang tua (Rice, 1999): a. Shock dan tidak percaya. b. Takut, cemas, dan perasaan tidak aman tentang masa depan.. c. Merasa ditolak kehadirannya oleh orang tua yang meninggalkan mereka. d. Marah dan rasa permusuhan, ditujukan pada salah satu orang tua yang mereka salahkan atas perceraian yang terjadi. e. Menyalahkan diri sendiri dan perasaan bersalah. f. Perasaan sedih dan kehilangan. g. Bingung untuk memihak salah satu orang tua (konflik loyalitas). h. Cemburu dan resentful (benci, marah). Beberapa dampak perceraian terhadap anak (Wallerstein & Kelly, dalam King, 1992) adalah : a. Prestasi akademik. Anak ymempunyai prestasi akademik yang rendah, tingkat dropout yang lebih tinggi, kurang berprestasi. b. Stres. Anak mengalami stres akibat depresi dan kecemasan. c. Masalah Emosi. Anak cenderung kurang bahagia, lebih cemas, cenderung gelisah dan khawatir. d. Masalah hubungan sosial. Anak cenderung menarik diri, mempunyai sedikit teman dekat. e. Masalah tingkah laku. Anak cenderung agresif, nakal, menampilkan tingkah laku sosial yang tidak matang, tidak efektif dan negatif. C. Dewasa Muda 1. Pengertian Dewasa Muda Turner dan Helms (1995) mengemukakan masa dewasa muda adalah awal dari suatu tahap baru dalam perkembangan kehidupan. Individu telah menjalani masa remaja,

10 dan akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam Masa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan baru. Orang dewasa awal diharapkan dapat memainkan peran baru seperti peran suami istri, orang tua, mencari nafkah, mengembangkan sikap, dan keinginan baru yang sesuai dengan tugas-tugas baru (Hurlock, 1996). Individu akan mengalami banyak perubahan dan perkembangan dalam rentang usia tahun, suatu batasan usia yang digunakan untuk mendefinisikan dewasa muda (Papalia & Olds, 1992). 2.Tugas Perkembangan Dewasa Muda Havighurst (dalam Turner & Helms, 1995; Smolak, 1993) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda : a. Memilih pasangan hidup b. Belajar menyesuaikan diri hidup harmonis dengan pasangan c. Mulai membentuk keluarga dan peran baru sebagai orang tua d. Membesarkan anak e. Belajar memegang tanggung jawab atas rumah tangga f. Meniti karier g. Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara h. Menemukan kelompok sosial 3. Ciri-ciri Masa Dewasa Muda Ciri-ciri masa dewasa muda (Hurlock, 1996), adalah : a. Masa dewasa muda sebagai masa pengaturan b. Masa dewasa muda sebagai masa usia reproduktif c. Masa dewasa muda sebagai masa bermasalah d. Masa dewasa muda sebagai masa ketegangan emosional e. Masa dewasa muda sebagai masa keterasingan sosial f. Masa dewasa muda sebagai masa komitmen g. Masa dewasa muda sebagai masa ketergantungan h. Masa dewasa muda sebagai masa perubahan nilai i. Masa dewasa muda sebagai masa penyesuaian diri hidup baru 4. Tahapan Perkembangan Masa Dewasa Muda Valliant (dalam Papalia & Olds, 1992) menjabarkan tahapan perkembangan dewasa muda yaitu : a. Masa membangun (20-30 tahun) 1) Melepaskan diri dari dominasi orang tua 2) Menemukan pasangan hidup 3) Membesarkan anak-anak 4) Mempererat persahabatan b. Masa konsolidasi (25-35 tahun) 1) Melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan 2) Memantapkan karier 3) Memperkuat kehidupan perkawinan 4) Memiliki tujuan hidup c. Masa transisi (sekitar 40 tahun) 1)Meninggalkan pekerjaan 2) Memfokuskan pada kehidupan rohani D. Persepsi terhadap Perkawinan pada Dewasa Muda yang Mengalami Perceraian Bagi masyarakat Indonesia, perkawinan merupakan suatu tahap penting yang diharapkan dapat dialami oleh setiap orang dewasa. Tentunya setiap orang menginginkan keluarga yang utuh dan bahagia sampai akhir hayatnya. Namun pada kenyataannya tidak semua orang dapat menjalani perkawinannya dengan baik, atau mengembangkan

11 perkawinan yang bahagia seperti yang diinginkan oleh setiap pasangan suami-istri. Ketika ketegangan terus memuncak dan tidak mereda dalam waktu yang cukup lama, tidaklah mengherankan jika perceraian dilihat sebagai alternatif penyelesaian yang baik (Miller & Siegel, 1972). Pada umumnya dewasa muda yang mengalami perceraian merasa trauma atau takut untuk memulai suatu hubungan baru atau sebuah komitmen, baik hanya sebatas pacaran maupun pada saat mulai memasuki dunia perkawinan yang baru (Noural & Kramer, 1987 ; Roe, 1994). Oleh karena itu perceraian sangat berpotensi untuk mengubah pandangan atau persepsi seseorang tentang arti sebuah perkawinan, terutama pada dewasa muda yang siap untuk memasuki dunia perkawinan (Wallerstein, 1983). Orang dewasa muda yang bercerai memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan. Persepsi seseorang tentang perkawinan penting diketahui karena persepsi yang baik menjanjikan awal yang baik bila seseorang ingin memasuki pernikahan. BAB III A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berbentuk studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai suatu kasus tertentu yang hasilnya berupa gambaran lengkap dan mendetail mengenai kasus tersebut. Penelitian ini mencakup keseluruhan siklus kehidupan, yang terkadang meliputi bagian tertentu pada faktor-faktor kasus (Narbuko & Achmadi, 2004). B. Ciri-ciri Studi Kasus a. Partikularistik b. Naturalistik c. Data uraian rinci d. Induktif e. Heuristik C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah dewasa muda yang mengalami perceraian, berjenis kelamin laki-laki, berusia 32 tahun. D. Tahap Penelitian Tahap penelitian ini terdiri dari tahap persiapan penelitian, dan pelaksanaan penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Menggunakan teknik wawancara terbuka dan berstruktur, bahwa subjek mengetahui bahwa dirinya sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud dan tujuan dari dilakukannya wawancara. Selain itu peneliti juga menentukan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. F. Alat Bantu Penelitian Penelitian ini menggunakan alat tulis, dan tape recorder. G. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori dan triangulasi teori dengan menggunakan wawancara dan observasi. H. Teknik Analisis Data Marshall dan Rossman (1995) memberikan beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif, yaitu : mengorganisasikan data, mengelompokkan data, menguji asumsi, mencari alternatif penjelasan, dan hasil penelitian.

12 BAB IV HASIL DAN ANALISA 1. Faktor Penyebab Perceraian Faktor penyebab perceraian pada subjek adalah diantaranya karena ketidakcocokan subjek dengan pasangan, tinggal secara terpisah, selingkuh, meninggalkan pasangan, pergi tanpa kabar, kebiasaan mabukmabukkan, kesiapan ekonomi yang belum matang saat menikah, status/ekonomi keluarga, model pasangan/kebahagiaan keluarga, kondisi keluarga, dan saling mempertahankan identitas diri. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Miller (1996) yang menyatakan bahwa faktor penyebab perceraian terbagi dalam beberapa kategori diantaranya yaitu ketidakcocokan, tinggal secara terpisah, selingkuh, meninggalkan pasangan, pergi tanpa kabar, dan kebiasaan mabukmabukkan. Menurut Hurlock (1996) ada berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi stabilitas perkawinan yang menyebabkan perceraian, diantaranya karena kesiapan ekonomi yang belum matang saat menikah, status ekonomi keluarga, model pasangan keluarga, kondisi keluarga, dan saling mempertahankan identitas diri, hal tersebut dapat menyebabkan perceraian subjek. 2. Persepsi Terhadap Perkawinan Pada Dewasa Muda yang Bercerai Subjeks mempersepsikan perkawinan sebagai suatu bentuk hubungan yang sakral, sah secara hukum dan agama, merupakan masa dimana subjek siap menghabiskan waktu untuk hidup setia bersama pasangan dan keluarganya, dimana perkawinan harus bisa menyatukan dua karakter yang berbeda, dimana subjek harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangan, dan apapun masalah yang ada dalam rumah tangga seharusnya dapat diselesaikan dengan baik, sehingga dapat membentuk keluarga yang bahagia dan harmonis selamanya. Persepsi subjek terhadap perkawinan didukung oleh pernyataan dari Duvall & Miller (1985) bahwa perkawinan adalah suatu ikatan yang sah dimana individu yang sudah menikah belajar hidup bersama sebagai suami-istri, membentuk keluarga yang bahagia, dan mengasuh anak. Dan menurut Herbert & Jarvis (1988) bahwa perkawinan adalah kesepakatan antara dua orang individu untuk bertindak sebagai pasangan suamiistri untuk mengarungi kehidupan berkeluarga dalam berbagai masalah yang akan dihadapinya. 3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Perkawinan Pada umumnya dewasa muda yang mengalami perceraian merasa trauma atau takut untuk memulai suatu hubungan baru atau sebuah komitmen, baik hanya sebatas pacaran maupun pada saat mulai memasuki dunia perkawinan yang baru (Noural & Kramer 1987 ; Roe, 1994). Perceraian berpotensi untuk mengubah pandangan atau persepsi seseorang tentang sebuah perkawinan, terutama pada dewasa muda yang siap memasuki dunia perkawinan (Wallerstein, 1983). Menurut Robbins (1994) ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu karakteristik individu yang mempersepsi, karakteristik objek yang dipersepsi, dan faktor situasional. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan subjek dan SO, maka dapat

13 diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi subjek adalah karakteristik individu yang mempersepsi (subjek yang mengalami perceraian), dan karakteristik objek yang dipersepsi (persepsi terhadap perkawinan), sedangkan faktor situasional tidak mempengaruhi persepsi subjek. BAB V A. Kesimpulan 1. Faktor penyebab perceraian pada subjek diantaranya terjadi karena ketidakcocokan subjek dengan pasangan, tinggal secara terpisah, selingkuh, meninggalkan pasangan, pergi tanpa kabar, kebiasaan mabukmabukkan, kesiapan ekonomi saat menikah, status ekonomi keluarga, model pasangan/kebahagiaan keluarga, kondisi keluarga, dan mempertahankan identitas diri. 2. Subjek berpendapat perkawinan adalah suatu hubungan yang sakral, sah secara hukum dan agama, merupakan masa dimana subjek siap menghabiskan waktu untuk hidup setia bersama pasangan dan keluarganya. Menurut subjek perkawinan harus bisa menyatukan dua karakter yang berbeda, subjek harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Dan masalah yang ada dalam rumah tangga harus dapat diselesaikan dengan baik. 3. Persepsi subjek terhadap perkawinan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang mempersepsi yakni karakteristik subjek yang mengalami perceraian, dan karakteristik objek yang dipersepsi yaitu dimana pengalaman perceraian subjek dapat mempengaruhi persepsi subjek terhadap perkawinan. Sedangkan faktor situasional tidak mempengaruhi persepsi subjek terhadap perkawinan. Faktor situasional seperti pandangan masyarakat terhadap dewasa muda yang bercerai, dan hubungan subjek dengan lingkungan di sekitar subjek. B. Saran 1. Subjek disarankan agar menjadikan pengalaman bercerainya sebagai pelajaran agar dapat membina hubungan yang lebih baik ke depannya dengan pasangan, diharapkan subjek dapat membina rumah tangga yang utuh, harmonis, bahagia selamanya, dan dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam rumah tangganya dengan sebaik mungkin, agar tidak terjadi perceraian untuk yang kedua kalinya. 2. Bagi masyarakat umum, terutama dewasa muda yang menikah di usia muda yang sedang menghadapi masalah dalam rumah tangganya diharapkan dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik sebelum memutuskan untuk bercerai. Sedangkan bagi para orang tua dan pendidik disarankan memberikan pengarahan dan nasehat tentang perkawinan dan menanamkan nilainilai agama dalam keluarga dengan baik dan benar kepada dewasa muda yang sedang mengalami hal tersebut. 3. Bagi penelitian selanjutnya yang berada dalam persepsi terhadap perkawinan, perceraian dan dewasa muda, disarankan agar lebih memperdalam teori yang digunakan dan dapat membandingkan antara satu dewasa muda dengan dewasa muda yang lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui bagaimana persepsi terhadap perkawinan pada dewasa muda yang bercerai, yang akan lebih

14 baik apabila setiap dewasa muda memiliki persepsi yang positif. DAFTAR PUSTAKA Amato, P. R. (1993). Children s adjustment to divorce : Theories, hypotheses, and empirical support. Journal of Marriage and The Family, 55, Aronson, E. (1988). The social animal 5 th ed. New York : Freeman Company. Atwater, E. (1983). Psychology of adjustment : A personal growth in a changing world 2 nd ed. New Jersey : Prentice-Hall. Barnett, R. & Rivers, C. (1987). Life prints : New pattern of love and works today s woman. New York : Mc Graw-Hill Book, Co. Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and families : Changes, choices, and constraints. New Jersey : Prentice-Hall. Brehm, S. S. (1992). Social psychology. Boston : Houghton Mifflin. Chaplin, J. P. (2001). Kamus lengkap psikologi. Penterjemah : Kartini Kartono. Jakarta : Rajawali Pers. Cox, F. D. (1983). Human intimacy, marriage, the family and It s meaning. Minnesota : West Publishing Co. Dagun, S. M. (1990). Psikologi keluarga. Jakarta : Rieneka Cipta. Demo, D. H. & Acock, A. C. (1988). The impact of divorce on children. Journal of Marriage and The Family, 28, Duvall, E. M. & Miller, B. C. (1985). Marriage and family development 6 th ed. New York : Harper & Row Publisher. Erikson, H. E. (1986). Childhood and society 2 nd ed. New York : WW. Norton. Fisher, E. O. (1984). Divorce : The new freedom : A guide to divorcing and divorcing counseling. New York : Harper & Row Publisher. Frey, I. B. M. & Carlock. (1984). A methode for determining types of self esteem. Journal of Social Psychology, 36, Fursteinberg, G. (1982). Families support and intimate relationship. New York : Basic Book. Havinghurst, R. J. (1995). Human development task and education. New York : David mc Kay. Herbert. & Javis, K. (1988). Life-long human development. New York : The Mac Millan. Hurlock, E. B. (1996). Psikologi perkembangan. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga. King, E. H. (1992). The reaction of children to divorce 2 nd ed. New York : John Wiley & Sons. Kirkpatrick. (1983). Human intimacy, marriage and the family. USA : Prentice-Hall. Kompas. (2005). Data perceraian di Jakarta. Jakarta Lammana, M. A. & Riedman, A. (1985). Marriages and families, making choice throughout the life style 2 nd ed. California : Wadsworth Publishing, Co. Landis, P. H. (1971). Your marriage and family living 2 nd ed. New York : Mc Graw-Hill. Lane, R. E. & Sears, D. D. (1985). Public opinion. New Delhi : Prentice Hall of India Ltd. Laver, R. H. & Laver, J. C. (2000). Marriage and family : The quest for intimacy 4 th ed. Boston : Mc Graw-Hill.

15 Marshall, C. & Rossman. (1995). Designing qualitative research. London : Sage Publications. Matthews, D. W. (2000). Long-term effects of divorce on children. New Jersey : PrenticeHall. Miller, P. H. (1996). Theories of development psychology 3 rd ed. USA : W. H. Freeman. Miller, P. H. & Siegel, L. S. (1972). Families and intimate relationship. USA : Mc Graw- Hill. Moleong, J. L. (1998). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Morgan, C. T. (1987). Introduction to psychology 7 th ed. Singapore : Mc Graw-Hill Book Company. Mussen, P. H. (1993). Human development : A life-span perspective. New York : Mc Graw-Hill. Narbuko, C. & Achmadi, A. (2004). Metodologi penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara. Nock, S. L. (1987). Sociology of the family. New Jersey : Prentice- Hall, Inc Noural. & Kramer, J. M. (1987). The effect of divorce on children. New York : John Willey & Sons. Olson, D. H. & DeFrain, J. (2000). Marriage and the family : Diversity and strengths 3 rd ed. California : Mayfield. Papalia. & Old, F. (1992). Human development 5 th ed. USA : Mc Graw-Hill. Perlmutter, M. & Hall, E. (1985). Adult development and aging. New York : John Willey & Sons. Pikiran Rakyat. (2006). Fenomena perceraian di kalangan artis. Jakarta. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif dalam penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP 3). Rahmat, J. (1994). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rice, F. P. (1999). The adolescence : Development, relationship, and culture 9 th ed. Boston : Allyn & Bacon. Robbins, S. P. (1994). Essentials of organizational behaviour 4 th ed. New Jersey : Prentice-Hall. Roe, R. (1994). Managing organizational behaviour 2 nd ed. New York : Dryden Press. Santrock, J. W. & Halonen, C. J. (1989). Live-span development. Boston : Mc Graw-Hill. Sarwono, S. W. (1999). Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. Gramedia. Sarlito, S. (1996). Psikologi sosial, jilid 1. Depok : Fakultas Psikologi UI. Schermerhon, J. R. (1985). Managing organizational behaviour 2 nd ed. New York : John Willey & Sons, Inc. Shaffer, D. R. (1996). Developmental psychology chillhood and adolescence. Pasific Groove : Brooks/Cole Publishing Company. Shaver, R. P. & Rubinstein. (1980). Self esteem : A self social construct. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 33, Skolnick, A. S. & Skolnick, J. H. (1983). Family in transition 4 th ed. Boston : Little, Brown & Company. Smolak, L. (1993). Adult development. New Jersey : Prentice-Hall.

16 Spanier. & Thompson, C. (1984). The interpersonal theory psychology. New York : John Willey & Sons. Stinnett N., W. & Kaye. (1984). Relationship in marriage & the family. New York : Mc Millan Publishing Co. Strong. & Devault. (1995). The divorce meaning of family. New York : John Willey & Sons. Subana, H. M. (2005). Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung : Pustaka Setia. Subur, A. (1975). Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia. Sudrajat, D. (2006). Perceraian dan perkawinan di usia muda. Yogyakarta : PT Raja Grafindo Persada Turner, J. S. & Helms, D. B. (1995). Lifespan development 5 th ed. USA : Holt, Rinehart & Winston, Inc. Wallerstein, J. S. (1983). Children of divorce : Stress and development task. Dalam Garmezy, Norman & Rutter, Michael (eds). Stress, coping, and development in children. New York : Mc Graw- Hill. Wrightsman, L. S. (1994). Adult personality development. Sage Publications, Inc. Yulia, D. (2007). Alasan-alasan konyol untuk bercerai. Jakarta : PT. Gramedia. Young, K. (1978). Social psychology 3 rd ed. New York : Appleton Century Crofts, Inc.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) Atwater,E. (1983). Psychology of adjustment (2 nd ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc Bell, R.R. (1973). Marriage and

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA. Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK

HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA. Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK HARGA DIRI SUAMI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA Indarwati Anjar Prabaningrum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan harga diri seorang suami yang tinggal di rumah mertua, dimana dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI

GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI SKRIPSI Oleh : Christine Artha Rajagukguk 1100015445 JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2012 GAMBARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Albine Emosi Bagaimana Mengenal Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius.

DAFTAR PUSTAKA. Albine Emosi Bagaimana Mengenal Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius. 71 DAFTAR PUSTAKA Albine. 1988. Emosi. Yogyakarta: Kanisius. Albine. 1991. Emosi Bagaimana Mengenal Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius. Achmanto. 2005. Mengerti Cinta dari Dasar Hingga Relung-Relung.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto * Running Head : PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 14 PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto * Cemburu, yang dalam hubungan percintaan disebut romantic jealousy (Bringle, 1991),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jilid II. Edisi kesepuluh. Jakarta : PT. Erlangga. Bruno, F. J. S. (2000). Conguer Loneliness : Cara Menaklukkan Kesepian. Alih Bahasa :Sitanggang.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5 th ed.). New York: Harcourt Brace. Waldrop, A. E., Resick, P. A. (2004).

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5 th ed.). New York: Harcourt Brace. Waldrop, A. E., Resick, P. A. (2004). DAFTAR PUSTAKA Adriadi, R. (2012). Perempuan Dan Politik Di Indonesia, Analisis Perempuan Indonesia Di Birokrasi. http://rekhopascapol.blogspot.com/2012/04/perempuan-dan-politik-diindonesia.html. 25 April

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap

Lebih terperinci

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan 1. Orientasi Perkuliahan Pembahasan tujuan, deskripsi, dan silabi mata kuliah Psikologi 2. Konsep Dasar Psikologi Pendidikan a. Konsep psikologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Dewina Pratitis Lybertha, Dinie Ratri Desiningrum Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BELUM MENIKAH PADA DEWASA AWAL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BELUM MENIKAH PADA DEWASA AWAL PENGAMBILAN KEPUTUSAN BELUM MENIKAH PADA DEWASA AWAL Rizki Dwi Jayanti, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 Dwijayantirizki@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik suatu gambaran umum mengenai derajat trait dan state anxiety pada para pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA GAY UNTUK MENIKAH DENGAN LAWAN JENIS Sebuah Studi Kualitatif Fenomenologis

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA GAY UNTUK MENIKAH DENGAN LAWAN JENIS Sebuah Studi Kualitatif Fenomenologis PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA GAY UNTUK MENIKAH DENGAN LAWAN JENIS Sebuah Studi Kualitatif Fenomenologis Rani Karina Sakanti, Achmad Mujab Masykur* Rani_karina16@yahoo.com, akungpsiundip@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling

Lebih terperinci

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya, Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-nya, Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Penyesuaian Pernikahan Pada Pasangan yang Menikah melalui Proses Ta aruf di Rumah Ta aruf Bandung Descriptive Study of Marital Adjustment to

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, orang dewasa menginginkan hubungan cintanya berlanjut ke jenjang perkawinan. Perkawinan memberikan kesempatan bagi individu untuk dapat memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di Bank

Lebih terperinci