dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p
|
|
- Liani Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penyesuaian Diri Wanita yang Melakukan Konversi Agama Pra Pernikahan Yulia Eka Wati Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Konversi agama yang dilakukan oleh seseorang terutama wanita karena pernikahan bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Hal ini membuat wanita tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan agama dan juga lingkungan agama barunya sehingga wanita tersebut dapat menjalani kehidupan barunya sebagai penganut agama baru (muallaf) dengan baik. Hollander (1981) menyatakan bahwa, penyesuaian diri adalah proses mempelajari tindakan atau sikap yang baru untuk menghadapi situasisituasi yang baru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk mengkonstruksikan fenomena sosial dan makna budaya mengenai suatu kasus yang mempunyai karakteristik tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan, sedangkan metode observasi yang digunakan adalah metode non partisipan dan berstruktur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa wanita yang melakukan konversi agama dapat menyesuaikan diri dengan baik yaitu subjek memiliki keinginan dan kemauan untuk memahami dan mendalami agamanya, subjek berusaha untuk memahami agama agar semakin dekat dengan Tuhan, subjek dapat menghadapi kesulitan dalam memahami agama dengan bertanya, membaca buku, mendengarkan ceramah di TV, dan memanggil guru mengaji, subjek dapat mengatasi perasaan sedih, kecewa dan putus asa dalam memahami agama, subjek menerima status barunya sebagai muallaf dan yakin dengan kemampuannya sebagai muallaf, dan subjek mendapatkan dukungan dari suami, keluarga, teman, guru agama, dan tetangganya dalam memahami agama berupa nasehat, bimbingan, saran, perhatian, dan semangat yang mempermudah dalam memahami agama. Sementara itu, dampak konversi agama yang dirasakan subjek bagi dirinya, kehidupannya dan orang yang juga memberi pengaruh yang positif bagi subjek. Kata kunci : Penyesuaian diri, wanita yang melakukan konversi agama pra pernikahan. PENDAHULUAN Individu dewasa sudah memiliki keyakinan dan pendirian untuk dapat menentukan pasangan hidupnya sendiri. Individu dewasa membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. Ketika individu tersebut menemukan kesamaan dalam banyak hal dengan orang lain yang dicintainya, maka individu tersebut akan mengikatnya
2 dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah perbedaan agama. Perbedaan agama seringkali menjadi penghalang bagi individu untuk dapat mempersatukan cintanya dalam ikatan pernikahan. Konversi agama menjadi pilihan terbaik bagi individu untuk dapat mengatasi perbedaan tersebut. Konversi agama dilakukan dengan cara salah satu dari pasangan itu berpindah ke agama pasangannya yang berbeda dari agama sebelumnya. Perpindahan agama atau konversi agama bukanlah suatu hal yang sederhana. Peristiwa ini bukan hanya melibatkan individu itu sendiri tetapi juga sanak saudara dan lingkungan sekitar. Ullman (dalam Zinnbauer & Pargament, 2000) menyatakan bahwa, berdasarkan hasil penelitiannya bahwa selama dua tahun periode masa konversi, 80 % dari individu yang melakukan konversi agama melaporkan adanya bahaya yang serius termasuk perasaan putus asa, keraguan terhadap nilai diri, takut ditolak dan keterasingan dari orang lain. Konversi agama dapat terjadi pada berbagai agama dengan berbagai alasan yang menyertainya salah satunya karena faktor pernikahan. Konversi agama bisa terjadi pada individu yang beragama Islam yang kemudian berpindah keyakinan ke agama Kristen atau sebaliknya, individu yang beragama Kristen yang berpindah ke Budha atau sebaliknya dan dari agamaagama lainnya yang membuat individu berpindah keyakinan atau melakukan konversi agama. Di dalam kehidupan nyata, seringkali konversi agama menjadi sebuah fenomena yang menimbulkan pro dan kontra dari lingkungan sekitar. Konversi agama yang dilakukan oleh wanita ke dalam Islam yang kemudian disebut sebagai muallaf, dilakukan wanita tersebut untuk dapat menghilangkan perbedaan agama, sehingga wanita tersebut dapat bersatu dalam ikatan pernikahan yang bahagia. Konversi agama yang dilakukan oleh wanita tersebut terjadi sebelum menikah dimana sebelumnya wanita tersebut telah mendalami agama pasangannya. Pada sisi lain wanita tersebut harus siap menerima akibat dari konversi agama tersebut. Banyak individu yang melakukan konversi agama mengalami hal yang tidak menyenangkan dari lingkungannya
3 baik dari keluarga maupun teman seagamanya dulu. Untuk dapat menghadapi setiap masalah dan kesulitan hidup yang dialaminya, wanita tersebut membutuhkan penyesuaian diri yang baik sehingga terhindar dari stres. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri penyesuaian diri yang dilakukan oleh wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan, faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan, proses penyesuaian diri wanita tersebut dan dampak dari konversi agama yang dirasakan oleh wanita yang melakukan konversi agama karena pernikahan. TINJAUAN PUSTAKA Penyesuaian Diri Duffy & Atwater (2005) penyesuaian diri merupakan suatu proses psikososial dengan mengelola tuntutan kehidupan, memodifikasi diri dan lingkungan. Prihartanti (2004) penyesuaian diri adalah perilaku penyesuaian yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah peristiwa kehidupanya. Adapun menurut Haber & Runyon (1984) terdapat lima karakteristik dalam penyesuaian diri yang efektif, yaitu: 1) Persepsi yang akurat terhadap realitas Persepsi mengenai realitas yang akurat merupakan salah satu prasyarat untuk dapat menyesuaikan diri yang baik dalam lingkungan. Persepsi dilihat setiap orang sebagai hal yang unik sesuai dengan keinginan dan motivasinya. 2) Kemampuan untuk mengatasi kecemasan dan stres Seseorang tidak dapat menilai suatu keadaan sebagai suatu hal yang absolut melainkan sebagai suatu yang relatif. Dengan kata lain, seseorang menghargai secara signifikan dirinya dan kejadian yang ada sesuai dengan tempat individu itu berada dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan keadaan lingkungan yang lain. 3) Citra diri yang positif Seseorang harus menyadari dan mengetahui dengan baik
4 kekurangannya sebaik individu mengetahui kelebihan yang ia miliki. 4) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya Orang-orang yang sehat secara mental dapat merasakan dan mengekspresikan emosi dan perasaannya secara menyeluruh. Walaupun demikian, mereka menampilkan emosi secara realistik dan di bawah kontrol dirinya. 5) Hubungan interpersonal yang baik Seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya dengan baik mampu untuk mencapai berbagai derajat kedekatan dalam hubungan sosialnya. Mereka mampu dan nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain. Konversi Agama Wulff (1997) konversi agama adalah suatu kepastian dan seringkali merubah pandangan atau kesetiaan seseorang yang disertai oleh keyakinan baru atau sikap yang baru yang diyakininya sebagai suatu realitas. Rambo (1993) mengatakan bahwa konversi agama merupakan suatu kekuatan yang dinamis dimana seseorang mengalami suatu peristiwa yang membuatnya merubah ajaran agama, ideologi, institusi atau lembaga keagamaan, harapan dan orientasi agamanya. Spilka dkk., (2003) membagi lima tipe dari konversi agama, yaitu: a. Apostasy Merupakan suatu penghapusan komitmen agama oleh pengikutnya dengan mengangkat kerangka atau nilai-nilai non agama. b. Deconversion Merupakan suatu proses dimana seseorang meninggalkan ajaran agama sebelumnya. c. Intensification Merupakan revitalisasi komitmen terhadap suatu ajaran agama dimana individu mengangkat suatu ajaran agama atau individu menjadi anggota salah satu agama (dalam Rambo, 1993). d. Switching Individu mengganti keanggotaan agama tanpa melakukan perubahan yang radikal dari dalam dirinya. e. Cycling
5 Menyertai suatu peristiwa dimana banyak yang mengharapkan untuk keluar dari ajaran agama, yang ada Pernikahan Seccombe & Warner (2004) mengungkapkan bahwa pernikahan adalah suatu hubungan di antara seorang wanita dan seorang pria yang telah memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan hubungan seksual, ekonomi dan status sosial yang diakui secara hukum dan sosial. Adapun Prodjodikoro (dalam Jehani, 2008) mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan hukum perkawinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik yang dilakukan karena ketertarikan terhadap suatu kasus khusus. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang melakukan konversi agama ke Islam karena pernikahan minimal 1-2 tahun. Teknik pengumpulan hanyalah kembalinya berbagai nilai dalam kehidupan. data penelitian menggunakan bentuk observasi non partisipan dan observasi berstruktur dan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum penyesuaian diri subjek cukup baik. Subjek mengatasinya dengan menjalani dan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan sebelumnya setelah konversi agama dengan tenang, subjek merasa percaya diri dengan statusnya sebagai muallaf karena subjek menganggap statusnya tidak merugikan orang lain. Sebagai muallaf subjek pernah merasa tidak percaya diri dalam menjalankan ibadahnya karena subjek merasa masih banyak yang harus dipelajarinya walaupun begitu subjek
6 tidak merasa berbeda dengan orang lain. Subjek mengetahui kelemahan dan kelebihannya sebagai muallaf yaitu rasa malas dalam belajar membaca arab dan kurang lancar membaca Al-Qur an tetapi subjek juga mudah mengerti apa yang telah diajarkan padanya. Subjek pernah merasa sedih dan kecewa jika tidak mampu mendalami ajaran agama dengan menangis dan merenung jika belum mampu memahami agama barunya tetapi subjek akan mencoba kembali untuk mempelajarinya. Hubungan subjek dengan orang-orang di sekitarnya cukup baik dimana subjek memiliki banyak teman dan mudah bergaul sehingga memiliki hubungan yang baik dengan teman maupun masyarakat di sekitarnya baik yang seagama dengannya dulu maupun yang seagama dengannya saat ini. Subjek menjalin hubungan dengan orang lain di sekitarnya dengan bersosialisasi, bertanya, dan berbicara baik melalui telepon maupun bertemu secara langsung. 2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri subjek yaitu keinginan subjek untuk menikah dengan pasangannya dan yakin dengan agamanya karena sebelumnya telah mendalaminya agama buku dan berfikir tentang keputusannya dimana suami subjek membebaskan keputusan subjek untuk melakukan konversi agama, adanya pengalaman yang memotivasi subjek untuk mendalami Islam yaitu ketika mendapat zakat dan melihat keponakannya membaca Al-Qur an dengan baik, subjek memiliki kemauan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan agama barunya dikarenakan keinginan subjek untuk menjadi muslim yang baik karena adanya keseriusan untuk menjadi agama yang terakhir dalam hidupnya sehingga dapat memahami dan menjalankan agamanya dengan nyaman dan terbiasa, adanya keinginan untuk menjadi muslim yang baik dengan adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari suami,
7 keluarga dan teman untuk mendalami Islam, adanya keinginan untuk sama dengan muslim lainnya serta mengetahui pengetahuan agama dan keinginan untuk tidak mengecewakan orang-orang yang mendukung dan percaya, subjek dapat berfikir positif terhadap dirinya dan menjalani agamanya dengan ikhlas, subjek memiliki keyakinan untuk mempertahankan agamanya karena menginginkan agamanya menjadi agama yang terakhir seumur hidup dengan adanya dukungan selain dari dirinya. Subjek mempertahankan agamanya saat ini karena sudah merasa nyaman, cocok, yakin dengan agamanya dan sesuai dengan niatnya memiliki satu agama dalam keluarga karena memikirkan anaknya, subjek meyakinkan dirinya dengan pilihannya sehingga dapat menjalani ibadah dan tanggung jawabnya sebagai muslim, adanya dukungan yang dirasakan subjek dari suami, keluarga, keluarga mertua, tetangga dan teman yang membuat subjek merasa diperhatikan, diterima, dan dibantu yang mempermudahnya menjalani agama dengan memberikan nasehat, mengajak dalam kegiatan agama dan informasi mengenai kebiasaan yang dilakukan dalam agama, dan suami, keluarga, teman dan tetangga memberikan dukungan, informasi, bimbingan, saran, perhatian, pengetahuan seputar agama dan nasehat dalam mempelajari agama barunya setelah konversi agama yang berpengaruh terhadap pengetahuan agama yang membuat subjek lebih mengetahui agamanya seperti doa setelah makan. 3. Proses Penyesuaian Diri Subjek yang Melakukan Konversi Agama karena Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses penyesuaian diri subjek cukup baik hal ini dapat terlihat dari subjek dapat mengatasi kesulitannya dengan belajar dari buku, mendengarkan ceramah, mencari informasi agama dan bertanya dengan suami, keluarga ibunya dan temannya sebelum maupun setelah menikah mengenai agama dan menjalani agamanya dengan tenang, subjek menyesuaikan diri dengan agama barunya dengan
8 belajar, rajin menjalankan ibadah, mengikuti perintah agama, kebiasaan dan aturan dalam agama sehingga menjadi terbiasa dan mempermudah memahami agamanya, subjek merasa percaya diri karena orang-orang di lingkungannya baik, tidak membedakan subjek, mengajak mengaji dan membantu dalam agama dan subjek juga suka berbicara dengan tetangga dan teman yang seagama maupun yang sudah berbeda agama. 4. Dampak Konversi Agama yang Dirasakan Subjek Secara umum dampak konversi agama yang dirasakan subjek cukup positif, baik dampak yang dirasakan bagi diri sendiri, kehidupannya dan orang lain. Hal ini dapat dilihat dari subjek merasakan ketenangan dan kenyamanan setelah melakukan konversi agama karena didasari oleh keyakinan, subjek merasa agamanya saat ini berpengaruh pada dirinya, subjek merasakan bahagia, senang, tenang dan damai setelah konversi agama karena telah seagama dengan suaminya dan tidak salah mengambil keputusan, subjek tidak merasa bersalah dengan keputusannya konversi agama karena telah yakin dengan keputusannya dan subjek merasa tidak merugikan orang lain,, subjek merasa hubungannya berbeda dengan Tuhan termasuk keyakinan dan kedekatan dengan Tuhan. Subjek merasakan perubahan status, semangat dan kebahagiaan setelah melakukan konversi agama karena seagama dengan suaminya, subjek merasakan pengaruh dari agama saat ini bagi kehidupannya seperti kesabaran, kedisiplinan, keteraturan hidup dan nilai-nilai kesucian yang didapatkannya, subjek merasakan perbedaan yang ditunjukkan oleh orang di sekitarnya setelah melakukan konversi seperti perhatian, kasih sayang dan semangat dari orang di sekitarnya terutama keluarga, suami dan teman dekatnya, subjek merasakan pengaruh yang diberikan orang lain di sekitarnya bagi dirinya yang membuat subjek lebih semangat, merasa nyaman dan mempermudah proses belajar dalam menjalani agama barunya.
9 KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi maka dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa 1. Gambaran penyesuaian diri yang terlihat pada subjek baik hal ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik penyesuaian diri yaitu persepsi yang akurat terhadap realitas dimana subjek menyadari resiko dari konversi agama yang dilakukannya, percaya diri dengan statusnya sebagai muallaf, tidak merasa malu atau bangga dengan pengetahuan agamanya dan berani mengungkapkan pendapat mengenai agamanya. Kedua yaitu kemampuan untuk mengatasi kecemasan dan stress dimana subjek tidak merasa cemas dengan konversi agama yang dilakukannya, tidak merasa putus asa dalam memperdalam agamanya. Ketiga yaitu citra diri yang positif dimana subjek yakin dan optimis dengan kemampuannya dalam meperdalam agamanya, menyadari kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya dan dapat mengatasi kelemahan serta mengembangkan kelebihan dalam dirinya dalam memperdalam agamanya. Keempat kemampuan mengekspresikan perasaannya dimana subjek dapat mengatasi perasaan sedih dan kecewa jika belum mampu memperdalam agamanya dengan mencobanya kembali. Kelima hubungan interpersonal yang baik dimana subjek dapat menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan orang di sekitarnya baik yang seagama maupun yang berbeda agama saat ini. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan penyesuaian diri subjek yaitu adanya keinginan dan keyakinan untuk mendalami agamanya, adanya keinginan untuk seagama dengan suaminya, adanya pengalaman yang memotivasi mendalami agama, berusaha menghadapi kesulitan mendalami agama dengan tenang, keinginan untuk menjadi muslim yang baik, keinginan untuk tidak mengecewakan orang-orang yang mendukung dan percaya dengan kemampuannya mendalami agama, subjek berfikir positif terhadap dirinya, subjek berusaha untuk melatih diri agar sesuai dengan agamanya, subjek percaya diri dengan kemampuannya dalam memperdalam
10 dan memahami agama, subjek dapat memperbaiki kesalahannya dalam beribadah, subjek memiliki keyakinan untuk mempertahankan agamanya, subjek mempertahankan agamanya karena kecocokan dan keyakinan terhadap agamanya, adanya dukungan yang dirasakan subjek dari suami, keluarga, keluarga mertua, tetangga dan teman, subjek menjadikan ayahnya sebagai panutannya dalam menjalankan ajaran agama, dan hubungan subjek dengan saudarasaudara yang sekarang berbeda agama dengannya baik dan tidak ada masalah. 3. Proses penyesuaian diri yang dialami subjek yaitu subjek dapat mengatasi kesulitannya dengan belajar dari buku, mendengarkan ceramah, mencari informasi agama dan bertanya dengan suami, keluarga ibunya dan temannya sebelum maupun setelah menikah mengenai agama dan menjalani agamanya dengan tenang, subjek cukup baik dalam menguasai tata cara ibadah yang diajarkan dalam agama baru, subjek dapat mengatasi kesulitannya belum dapat membaca lafaz Al- Qur an dengan benar dengan meminta diajarkan oleh suami dan guru mengajinya, subjek akan memperbaiki kesalahannya dalam beribadah dengan bertanya dan meminta diajari oleh suaminya, subjek merasa nyaman dengan ritual dan tata cara agamanya, subjek dapat mengatasi rasa putus asa dalam memahami ajaran agama dengan meyakinkan dirinya, subjek merasa menjadi seorang muallaf yang baik dan optimis, subjek menyesuaikan diri dengan agama barunya dengan belajar, rajin menjalankan ibadah, mengikuti perintah agama, kebiasaan dan aturan dalam agama, subjek berusaha ingin lebih baik dan semakin paham dengan agamanya agar lebih dekat dengan Tuhan, orang lain di sekitar subjek memotivasi mendalami ajaran agama saat ini seperti suami, keluarga, saudara, tetangga, temen-temen yang dulu beragama Khatolik, subjek berusaha memperbaiki diri setelah mendapatkan kritik terutama dari suaminya, subjek tidak menyesal meninggalkan agama sebelumnya, subjek dapat mengatasi rasa kecewa
11 dengan kemampuannya dengan berusaha menjalaninya agar lebih baik, dan subjek merasa percaya diri berada di lingkungan agamanya. 4. Dampak konversi agama yang dirasakan subjek positif yaitu adanya ketenangan dan kenyamanan setelah melakukan konversi agama, perasaan bahagia setelah konversi agama, tidak adanya perasaan bersalah dan stress setelah konversi agama, adanya kedekatan dengan Tuhan, dan adanya perhatian, kasih sayang dan semangat yang mempermudah subjek dalam menjalani agama barunya. DAFTAR PUSTAKA Duffy, G. K & Atwater, E. (2005). Psychology for living : Adjustment, growth, and behavior today. 8 th ed. New Jersey : Prentice Hall, Inc. Haber, A. & Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois : The Dorsey Press. Jehani, L. (2008). Perkawinan, apa resiko hukumnya?. Jakarta : Forum Sahabat. Muhammadiyah Press. University Rambo, L. R. (1993). Understanding religious conversion. London : Yale University Press. Seyal, H. F. (2006). Together forever : S ah cinta raih bahagia. Jakarta : Pustaka Sanabil. Seccombe, K. & Warner, L. R. (2004). Marriage and families : Relationships in social context. New York : Thomson, Inc. Spilka, B., Ralph, W, H., Bruce, H., & Gorsuch. R. (2003). The psychology of religion. New York : The Guilford Press. Sunarto, H., & Hartono, A, B. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Wulff, D. M. (1997). Psychology of religion : Classic and contempory. 2 nd ed. Massachusetts : John Wiley & Sons, Inc.. Prihartanti, N. (2004). Kepribadian sehat menurut konsep suryomentaram. Surakarta:
12
BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciKATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan
Lebih terperinciABSTRAK. A. Latar belakang masalah
Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM :10501147 NIRM : 20013137380050146 Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Menikah adalah sebuah pilihan, kebebasan dalam memilih status hidup dan pasangan hidup adalah hak dasar setiap orang.
PENDAHULUAN Menikah adalah sebuah pilihan, kebebasan dalam memilih status hidup dan pasangan hidup adalah hak dasar setiap orang. Kebanyakan wanita itu ingin menikah karena dasar cinta. Selain itu, dengan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mendukung proses penulisan yang lancar sesuai dengan tujuan penulisan.
22 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penulisan 4.1.1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penulisan yang lancar sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciPengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA
35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciNOVIYANTI NINGSIH F
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciL A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara
L A M P I R A N LEMBAR PERSETUJUAN Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pernyataan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini, saya mengerti
Lebih terperinciKEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA
KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciRESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH. Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat
RESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat 10510829 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciPROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL
PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S 2 Diajukan Oleh: Dinar Hidayati Astika T 100 005 028 kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciPenyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312
Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS
DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang
85 BAB IV ANALISA DATA A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang Remaja Akibat Hamil di Luar Nikah di Desa UjungPangkah Gresik. Berdasarkan data yang dilakukan oleh konselor dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall
Lebih terperinciKEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL
KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA Pembahasan pada bab ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di desa Sawotratap Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Koping Religius. menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Koping Religius A. Koping Religius Proses yang digunakan seseorang untuk menangani tuntutan yang menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan mengatasi
Lebih terperinciPENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK
PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa langgeng hingga usia senja bahkan sampai seumur hidupnya. Kenyataan justru
Lebih terperinciProses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti
Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang 1. Faktor Genetik. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga b. Kelompok teman sebaya c. Pengalaman hidup d. Kesehatan e.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciHubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciyaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang
yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciCOPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH
COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA
STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Agung
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak :
PENYESUAIAN DIRI Oleh : Weny Hastuti,S.Kep. Abstrak : Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk bereaksi karena tuntutan dalam memenuhi dorongan/kebutuhna dan mencapai ketentraman batin dalam hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS
Lebih terperinci1) Kehidupan awal perkawinan subjek. a. Sudah berapa lama Ibu menikah? b. Bagaimana kehidupan Ibu di awal pernikahan?
89 PEDOMAN WAWANCARA Identitas Subjek Nama : Umur : Pekerjaan : Jumlah anak : Pendidikan terakhir : a. Kehidupan keluarga subjek 1) Kehidupan awal perkawinan subjek a. Sudah berapa lama Ibu menikah? b.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA
PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM BAGI PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Fisik dan psikis adalah satu
Lebih terperinciBagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh
Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah
Lebih terperinci134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis
Lebih terperinciGAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA
GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA AUFA PUTRI SURYANTO LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI, M.PSI 1 ABSTRAK Keragaman agama di Indonesia memungkinkan terjadinya hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciSILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :
SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : 02075226 / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN : DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini ruang lingkup, konsep, prinsip, dan batasan mental serta berbagai
Lebih terperinci