BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan lahan dalam mulut (FI, 1995). Tablet hisap biasanya mengandung satu atau lebih kombinasi kategori berikut, yaitu antiseptik, anastesi lokal, antibiotik, antihistamin, antitusif, analgesik atau dekongestan (Siregar dan Wikarsa, 2010). Keuntungan tablet hisap menurut Banker & Anderson (1994) adalah memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, dan tidak diperlukannya air minum untuk menggunakannya. Tablet hisap memiliki keuntungan lain yaitu cocok digunakan untuk orang orang yang sukar menelan tablet konvensional. Dalam hal mengatasi nyeri, seperti nyeri gigi dan radang tenggorokan, asam mefenamat adalah obat golongan NSAID yang paling banyak digunakan di masyarakat. Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk AINS yang mempunyai khasiat sebagai analgetik dan antiinflamasi (Wilson & Gisvold, 1982). Pada penggunaannya, asam mefenamat diberikan secara oral dan tersedia dipasaran dalam bentuk sediaan tablet dan kapsul mg (Muna f, 1994). Penggunaan tablet konvensional tidak praktis karena harus menggunakan air untuk menelan disamping itu kurang nyaman bila digunakan pada pasien yang menderita radang tenggorokan karena akan terasa sakit jika menelan, dan juga masih terdapat orang orang yang sukar dalam menelan tablet. Dengan

2 2 pengembangan tablet hisap asam mefenamat diharapkan sebagai salah satu alternatif bentuk sediaan yang praktis, nyaman dalam penggunaan, dan takaran dosis yang tepat. Tablet hisap asam mefenamat yang baik membutuhkan zat tambahan (eksipien) yang sesuai. Salah satu eksipien yang penting digunakan pada tablet hisap adalah zat pengikat. Pada penelitian ini, zat pengikat yang digunakan berupa kombinasi PGA (Pulvis Gummi Arabic) dan sukrosa. PGA dipilih karena musilago gummi arabici atau akasia merupakan salah satu bahan pengikat yang biasa digunakan dalam granulasi basah, dimana metode granulasi basah sangat cocok untuk zat aktif asam mefenamat. Metode granulasi basah digunakan untuk memperbaiki sifat alir asam mefenamat yang kurang baik sehingga asam mefenamat tidak cocok menggunakan metode kempa langsung. Kelemahan gom sebagai bahan tambahan yaitu menjadikan tablet mudah terkontaminasi mikroba. Bahan pengikat lain yang ditambahkan adalah sukrosa. Sukrosa merupakan bahan pengikat yang memiliki kemampuan memberikan rasa manis sehingga sukrosa dapat membantu untuk menutupi rasa pahit dari asam mefenamat. Kelemahan sukrosa adalah apabila dibuat tablet dengan komposisi sebagian besar sukrosa menyebabkan tablet mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula pereduksi tetapi akan menjadi coklat pada penyimpanan dan sangat higroskopis. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan penelitian optimasi formula tablet hisap untuk mengetahui pengaruh kombinasi campuran bahan pengikat berupa PGA dan Sukrosa yang kemudian dianalisis dengan menggunakan

3 3 Simplex Lattice Design. Optimasi bertujuan untuk memudahkan dalam merancang, menyusun dan menginterprestasikan data secara matematis. Penerapan simplex lattice design digunakan untuk menentukan formula optimum dari campuran bahan, dalam desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian (Bolton, 1997). Model Simplex Lattice Design merupkan metode yang relatif sederhana dibandingkan dengan metode lainnya dalam menentukan formula optimum. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimanakah pengaruh variasi komposisi kadar zat pengikat PGA yang dikombinasikan dengan sukrosa terhadap sifat fisik granul dan tablet hisap asam mefenamat yang dihasilkan? 2. Pada variasi komposisi kadar berapakah zat pengikat PGA yang dikombinasikan dengan sukrosa memberikan sifat fisik tablet hisap yang optimum dengan menggunakan metode simplex lattice design? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengembangkan formula baru asam mefenamat sebagai zat aktif dalam sediaan tablet hisap

4 4 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan formula optimum dengan campuran PGA dan Sukrosa sebagai eksipien pembuatan tablet hisap secara granulasi basah dengan pendekatan Simplex Lattice Design. b. Mengetahui pengaruh kombinasi campuran PGA dan sukrosa terhadap sifat fisik tablet hisap dengan menggunakan metode optimasi Simplex Lattice Design. D. Tinjauan Pustaka 1. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk pipih/sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (FI, 1979). Target secara umum harus memiliki keseragaman dosis, kecepatan waktu hancur yang baik dan kekuatan regangan (Agrawal dan Prakasam, 1988). Secara umum tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain: a. Dapat menutupi rasa pahit obat b. Pemakaiannya mudah c. Mudah pengaturan dosis d. Lebih stabil pada waktu penyimpanan yang lama (Sadik,1984). 2. Problem pada Pembuatan Tablet

5 5 Berberapa permasalahan yang mungkin timbul selama penabletan antara lain: a. Pelekatan (binding) Binding adalah pelekatan antara tablet dengan lubang kempang yang menyebabkan sulitnya pengeluaran tablet ke luar lubang kempa yang biasanya disebabkan oleh lubrikasi yang tidak cukup. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan zat pelicin, penggunaan zat pelicin yang lebih efisien, mengurangi ukuran granul dan meningkatkan kandungan lembab dari granul (Siregar dan Wikarsa, 2010). b. Sticking, Picking, dan Filming Sticking biasanya terjadi karena pengeringan yang tidak memadai atau kurangnya zat pelicin sehingga permukaan tablet melekat pada permukaan punch. Apabila terjadi sticking, gaya tambahan diperlukan untuk mengatasi gesekan antara tablet dan dinding kempa selama pengeluarannya dari lubang kempa. Picking masih termasuk dalam bentuk sticking dimana terdapat lubang pada permukaan tablet yang disebabkan ketika bagian kecil granul melekat pada permukaan punch dan terus bertambah setiap putaran mesin tablet. Sedangkan Filming adalah bentuk lambat dari picking. Penyebab umum dari sticking, picking dan filming sebagian besar disebabkan karena kelembapan berlebihan dalam proses granulasi, suhu tinggi atau permukaan punch yang sudah aus. Hal ini dapat diatasi dengan

6 6 menurunkan kandungan lembab, penambahan adsorben atau penambahan zat pelicin (Siregar dan WIkarsa, 2010). c. Kaping dan Laminasi Kaping adalah suatu istilah dimana sebagian atau seluruh tablet terpisah antara bagian atas dan bawahnya. Sedangkan laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan berbeda. Biasanya terjadi setelah pengempaan, tetapi dapat juga setelah beberapa saat setelahnya. Pengujian kerapuhan adalah pengujian yang paling cepat untuk mengetahui kemungkinan masalah tersebut (Lachma n dan Lieberman, 1980). Kaping dan laminasi dapat disebabkan karena kurang lembab, terlalu lembab, pengikat tidak cukup atau tidak sesuai, kurang pengikat, udara berlebihan dalam granul atau permasalahan pada alat kempa. Pengatasannya dapat dengan menyemprot granul dengan air apabila kurang lembab, dikeringkan kembali apabila terlalu lembab, penambahan pengikat atau mengurangi kecepatan pengempaan (Kohli dan Shah, 1998). d. Sumbing dan Retak Sumbing merupakan kondisi dimana tablet tercuil pada sekitar pinggiran tablet. Sedangkan keretakan biasanya terjadi pada pusat bagian atas tablet dikarenakan faktor mesin tablet. Sumbing dan keretakan dapat diatasi dengan mengeringkan kembali granul yang lembap, mengganti zat pelicin atau mengganti punch (Kohli dan Shah, 1998). e. Bercak-bercak (mottling)

7 7 Mottling adalah distirbusi warna yang tidak merata pada permukaan tablet. Salah satu penyebabnya adalah zat aktif yang warnanya berbeda dengan eksipien tablet atau hasil uraiannya dengan eksipien, terjadi migrasi obat dan atau perwarna selama pengeringan atau adanya eksipien yang berupa larutan berwarna yang tidak merata (Siregar dan Wikarsa, 2010; Gunsel dan Kanig, 1976) 3. Tablet Hisap Tablet hisap adalah tablet kempa berbentuk piringan dan solid yang dibuat dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan, serta dimaksudkan terdisolusi lambat dalam mulut untuk efek lokal pada selaput mukosa lingkungan mulut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Zat aktifnya biasanya terdiri dari antiseptik,antibakteri, lokal anestetik, antiinflamasi, antibiotik dan antifungi (Peters, 1989). Diameter tablet hisap umumnya lebih besar daripada tablet biasa yaitu lebih besar dari 18 mm (Lachman et al,1994). Tablet hisap akan rusak atau berjamur bila disimpan pada kondisi yang lembab, sehingga harus disimpan pada wadah kedap air dan kering. Penyimpanan pada tempat yang sejuk diperlukan untuk tablet hisap yang kandungan zat aktifnya adalah zat yang mudah menguap (Cooper dan Gunn, 1975). 4. Bahan Tambahan Tablet Hisap Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif juga dibutuhkan zat tambahan/eksipien. Eksipien dalam sediaan tablet dapat diklasifikasikan berdasarkan peranannya dalam produksi tablet. Biasanya pada tablet hisap

8 8 tidak digunakan zat penghancur, dan zat yang digunakan sebagian besar adalah zat-zat yang larut air. Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi: a. Zat Pengisi (dilluent) Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Fungsi lain dari zat pengisi adalah untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan yang sulit dikempa serta memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi harus memenuhi kriteria yaitu, harus non toksis, harus tersedia dalam jumlah yang cukup, harganya haeus cukup murah, tidak boleh saling berkontraindikasi, secara fisiologis harus inert/netral, harus stabil dalam sifat fisik dan kimia, tidak boleh mengganggu bioavaobilitas obat, harus bebas dari segala jenis mikroba dan harus color compatible (Banker dan Anderson, 1994). Untuk tablet hisap, rasa dan kenyamanan dimulut menjadi parameter dalam seleksi bahan pengisi (Lachman et al, 1994). b. Zat Pengikat (binder) Zat pengikat adalah parameter yang cukup penting dalam tablet hisap. Zat pengikat diperlukan dengan maksud untuk meningkatkan kohesivitas antar partikel serbuk sehingga memberikan kekompakan dan daya tablet (Voigt, 1984). Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan

9 9 kekompakan kohesi bagi tablet yang tidak dicetak langsung (Banker dan Anderson, 1994). c. Zat pelicin (lubricant) Zat ini digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel partikel (Lachman et al., 1994). Jumlah pelicin yang dipakai pada pembuatan tablet 0,1% sampai 0,5% berat granul (Ansel, 1989). Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, mg stearat atau campuran keduanya (Gunsel dan Kanig, 1976). d. Zat Pemanis Rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap. Apa yang dirasa mulut saat menghisap talet sangat terkait dengan penerimaan konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produk sehingga salah satu solusinya adalah ditambahkannya bahan pemanis. Dalam formulasi tablet hisap, bahan perasa yang digunakan biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut (Peters, 1980). Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis sekitar 50% atau lebih dari berat tablet keseluruhan seperti laktosa,manitol, sorbitol, dan sebagainya. 5. Metode Granulasi Basah Metode ini merupakan suatu proses untuk mengubah serbuk halus menjadi bentuk granul dengan cara menambahkan larutan zat pengikat. Granul yang dihasilkan setelah kering ditambahkan zat pelicin atau tanpa zat

10 10 penghancur, untuk selanjutnya dikempa menjadi tablet (Sadik, 1984). Dalam proses granulasi basah, zat pengikat digunakan untuk mempermudah proses aglomerasi (Parikh, 1997). Metode ini memliki beberapa keuntungan, antara lain: a. Menaikkan volume tablet atau bahan obat yang dosisnya kecil dengan dipakainya eksipien dalam jumlah tertentu. b. Menaikkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet dapat dikempa menjadi massa tablet yang kompak, cukup keras, dan tidak rapuh. c. Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen selama proses pencampuran. d. Menjaga homogenitas dan memperbaiki distribusi zat aktif dengan digunakannya zat pengikat. e. Untuk bahan obat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan penambahan cairan pelarut yang cocok pada zat pengikat (Sheth et al., 1980). Akan tetapi, metode granulasi basah juga memiliki keterbatasan, antara lain: a. Biaya yang besar karena keterkaitan penggunaan ruang,waktu dan alat yang relatif banyak. b. Terdapat kemungkinan besar adanya kontaminasi silang yang lebih besar daripada dengan metode kempa langsung

11 11 c. Dapat memperlambat disolusi zat aktif dari dalam granul setelah tablet terdisintegrasi jika tidak diformulasi dan diproses dengan tepat (Siregar dan Wikarsa, 2010). Granul yang didapatkan melalui metode granulasi basah maupun menggunakan metode lain perlu dilakukan evaluasi sifat fisik. Evaluasi sifat fisik granul meliputi sifat alir, kompaktibilitas dan daya serap air. Evaluasi sifat alir pada granul menggunakan parameter berupa waktu alir, sudut diam dan indeks pengetapan. 6. Evaluasi sifat fisik granul Evaluasi sifat fisik granul dilakukan untuk menjamin bahwa granul yang dibuat telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yang secara langsung akan mempengaruhi proses pengempaan dan tablet yang dihasilkan. Pemeriksaan yang umum dilakukan antara lain, meliputi: 1. Sifat alir Sifat alir dipengaruhi oleh gaya yang bekerja antara partikel-partikel padat, antara lain gaya gesekan/friksi. Gaya tegangan permukaan, gaya mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur, gaya elektrostatik, dan gaya kohesi atau Van der Waals (Indriani,2009). Pemeriksaan sifat alir dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu pengukuran waktu alir dengan menggunakan metode

12 12 corong, sedangkan pengukuran tidak langsung dengan menggunakan sudut diam dan pengetapan (Sulaiman, 2007) 2. Kompaktibilitas dan kompresibilitas Kompaktibilitas adalah kemampuhan bahan untuk membentuk massa yang kompak setelah diberi tekanan, sedangkan kompresibilitas adalah kemampuan serbuk untuk berkurang/menurun volumenya setelah diberi tekanan (Sulaiman, 2007) 3. Ukuran dan distiribusi ukuran partikel/granul Ukuran dan distribusi ukuran granul dapat diketahui dengan metode pengayakan, mikroskopi, sedimentasi, stream scanning, sentrifugasi, elutriation, light scattering, Conductivity test, permeametri, dan trayekrori partikel (Sulaiman, 2007). 4. Daya serap air Cara pengamatan daya serap air yang paling mudah adalah dengan mengamati jumlah air yang mampu diserap oleh serbuk atau tablet dengan bantuan alat timbang (Sulaiman, 2007). 5. LOD dan MC Kelembaban suatu zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Bila dihitung berdasarkan berat basahnya (%LOD) kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basahnya, sedangkan bila berdasarkan berat kering, kandungan air dinyatakn sebagai persen dari bobot bahan kering (%MC) (Sulaiman, 2007).

13 13 7. Evaluasi sifat fisik tablet Evaluasi sifat fisik tablet ditujukan untuk mendapatkan gambaran kualitas tablet saat dikonsumsi. Uji sifat fisik tablet yang biasa dilakukan meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, ketebalan, waktu hancur, dan keseragaman kadar (Anderson dkk., 1990). Uji sifat fisik tablet yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: a. Keseragaman Bobot Tablet Uji keseragaman bobot dipersyaratkan jika tablet yang akan diuji tidak bersalut dan mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar dan Wikarsa, 2010). Keseragaman bobot dapat digunakan sebagai gambaran keseragaman kadar zat aktif. Uji dilakukan dengan menimbang 20 tablet secara satu per satu dengan neraca analitik kemudian dihitung reratanya. Persyaratan untuk keseragaman bobot, tidak boleh ada lebih dari dua tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari reratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari reratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Tabel I. Persentase persyaratan penyimpangan bobot tablet (FI, 1979) Bobot rerata Penyimpangan bobot rereta (%) A B

14 14 25 mg atau kurang mg mg 7,5 >300 mg b. Kekerasan Tablet Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, pengikisan, dan terjadinya keretakan tablet yang didapat selama pengemasan, pengangkutan dan pendistribusian kepada konsumen (Parrott, 1971). Kekerasan pada tablet hisap harus lebih besar dari tablet biasa dimana tablet hisap mempunyai kekerasan antara 7-14 kg/cm 2 (Cooper dan Gunn, 1975) sedangkan untuk tablet biasa hanya 4-8 kg/cm 2 (Parrott, 1971). Kekerasan tablet yang dibuat dengan metode granulasi basah dipengaruhi oleh ikatan yang terjadi antar partikel setelah tablet mengalami pengempaan (Rawlins, 1977). c. Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen dan mengacu pada massa tablet sebelum dan sesudah pengujian dan telah dibebas debukan. Kerapuhan menggambarkan kekuatan ikatan antar partikel. Kerapuhan tablet yang baik adalah kurang dari 0,5%-1% (Banker dan Anderson, 1994). Nilai kerapuhan tablet tidak boleh lebih dari 1% (Parrott, 1971).

15 15 d. Waktu Larut Tablet Waktu larut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut atau terkikis secara perlahan didalam rongga mulut. Waktu larut yang ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 30 menit atau kurang (Banker dan Anderson, 1994). e. Tanggap Rasa Tablet Tanggap rasa adalah suatu uji organoleptis untuk mengetahui rasa dan tingkat kemanisan dari tablet hisap yang dibuat. Rasa tablet merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas tablet hisap karena tablet hisap harus mempunyai rasa yang enak agar dapat diterima oleh konsumen. 8. Simplex Lattice Design (SLD) Metode Simplex Lattice Design merupakan suatu metode untuk menentukan formula optimum dari sejumlah komposisi bahan, dalam desainnya jumlah total bagian komponen campuran dibuat tetap yaitu sama dengan satu bagian (Bolton, 1997). Persamaan pada simplex lattice design untuk 2 campuran yang berbeda (A dan B), yaitu: Y = a(a) + b(b) + ab(a)(b)...(1) Dimana: Y = respon atau efek yang dihasilkan a, b, ab = koefisien yang dapat dihitung dari percobaan (A) dan (B) = fraksi komponen, dengan jumlah (A) + (B) harus satu bagian Hasil persamaan yang didapat dari hasil percobaan merupakan suatu persamaan empiris yang dapat menggambarkan pola respon dalam suatu ruang simplex (Bolton dan Bon, 2004). 9. Monografi Bahan

16 16 a. Asam mefenamat Asam mefenamat atau Asam N-2,3-xililantranilat memiliki BM 241,29, mengandung tidak kurang 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0% C15H15NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur, putih atau hampir putih dan melebur pada suhu kurang lebih 230 disertai peruraian. Asam mefenamat larut dalam alkali hidroksida ; agak sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air (FI, 1995). Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik terutama untuk anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari satu minggu dan sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun (Munaf, 1994). Gambar 1. Struktur asam mefenamat (Departement of Health, 2009) b. PGA (Pulvis Gummi Arabica) PGA (Pulvis Gummi Acaciae) atau gom arab dikenal juga sebagai gum acacia, gum arabic, dan talha gum. Gom arab adalah eksudat yang mengeras di udara seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal (Linne) Willdenow

17 17 (Familia Leguminosae) atau spesies lain Acacia ( Familia Leguminosae) yang berasal dari Afrika. Gom arab tidak berbau, larut dalam gliserin (1:20), propilen glikol (1:20), Air (1:2,7) dan tidak larut dalam etanol (95%). Gom arab memerlukan waktu yang lama untuk larut dalam air. Gom arab dapat digunakan sebagai emulgator dan agen pensuspensi pada sediaan farmasi oral dan topikal, bahan pengikat untuk tablet dan agen penambah viskositas (Kibbe, 2009). Konsentrasi PGA sebagai zat pengikat dalam tablet berkisar 10-25% dalam bentuk larutannya (Siregar dan Wikarsa, 2010). Akasia yang ada dipasaran berwarna putih atau putih kekuningan, berbentuk bulat, granul, serbuk atau serbuk kering. Tidak berbau dan tidak berasa. Akasia digunakan untuk kosmetik, makanan, oral dan topikal pada formulasi farmasi (Kibbe, 2009). c. Sukrosa Gambar 2. Struktur sukrosa Sukrosa adalah gula berupa serbuk hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (FI, 1995). Sukrosa bersifat higroskopis sehingga

18 18 granul yang dihasilkan mudah lembab karena menyerap air (Lachman dan Lieberman, 1980). Sukrosa berfungsi sebahai bahan pengikat dalam pembuatan tablet secara granulasi basah. Dalam bentuk serbuk, sukrosa berperan sebagai bahan pengering (20% b/b) atau sebagai bahan pengisi atau pemanis dalam tablet hisap dan tablet kunyah. Densitas massa dari sukrosa adalah 1,6 g/cm 3. Sukrosa yang terlalu banyak jumlahnya dalam suatu tablet dapat menurunkan disintegrasi tablet tersebut (Armstrong, 2009 ). Sukrosa merupakan pemanis yang biasa digunakan dalam sediaan oral dan aman jika dikonsumsi (Ansel dkk, 2005). d. Aspartam Gambar 3. Struktur aspartam N-L-a-Aspartyl-L-phenylalanine 1-methyl ester atau yang dikenal dengan aspartam memiliki rumus kimia C14H18N2O5 dan bobot molekul sebesar 294,30. Aspartam berwarna putih, berbentuk kristal dan memiliki rasa manis yang kuat. Aspartam sukar larut dalam etanol (95%) dan sukar larut dalam air. Pada kondisi kering, aspartam cukup stabil, tetapi dengan adanya kelembaban, akan menyebabkan terjadinya hidrolis. Aspartam juga mudah terdegradasi akibat pemanasan sehingga pada penyimpanannya,

19 19 aspartam harus disimpan pada tempat kering dalam wadah yang tertutup rapat. Pada temperatur yang tinggi, aspartam dapat menyebabkan kecoklatan ketika digunakan. Aspartam banyak digunakan sebagai gula alternatif pengganti sukrosa pada pasien diabetes karena nilai gizinya yang rendah (Cram, 2009). Berdasarkan perbedaan scanning pada kalorimetri dengan beberapa eksipien pada tablet kempa langsung, diketahui bahwa aspartam inkompatibel dengan kalsium fosfat dan juga dengan magnesium stearat (El-shattawy dkk, 1981). e. Magnesium Stearat Gambar 4. Struktur Mg stearat (Allen and Luner, 2009) Magnesium stearat dengan rumus kimia C36H70MgO4 dan bobot molekul 591,34 merupakan senyawa magnesium dengan campuran asamasam organik padat yang diperoleh dari lemak terutama dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan (FI, 1995). Magnesium stearat sering digunakan untuk kosmetik, makanan dan dalam formulasi sediaan farmasi. Biasanya digunakan sebagai zat pelicin pada pembuatan tablet dan kapsul dengan konsentrasi antara 0,25%-5% w/w (Allen and Luner, 2009). Magnesium stearat berbentuk serbuk putih, halus, memiliki bau lemah khas, mudah melekat pada kulit dan serbuknya sedikit licin jika disentuh. Mg stearat bersifat inkompatibel dengan asam kuat,

20 20 alkalis dan garam besi. Magnesium stearat juga bersifat hidrofobik dan memperlambat disolusi dari obat pada bentuk sediaan padat (Genderton, 1969). f. Laktosa Gambar 5. Stuktur Laktosa Laktosa biasa digunakan sebagai zat pengikat, zat tambahan pada tablet kempa langsung dan zat pengisi pada tablet dan kapsul. Kegunaan laktosa pada umunya adalah untuk meningkatkan ukuran dan kohesi tablet. Laktosa kualitas baik digunakan dalam pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah (Edge et al, 2009). Sediaan obat yang menggunakan laktosa memberikan kecepatan pelepasan obat yang baik dan granul yang terbentuk lebih cepat kering (Banker dan Anderson, 1994). E. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kombinasi dua zat pengikat, yaitu PGA dan sukrosa. Kedua zat pengikat ini termasuk zat pengikat kuat yang memiliki sifat alir yang baik, inert secara farmakologi serta memiliki kompresibilitas dan

21 21 kompaksibilitas yang baik. PGA dan sukrosa ditambahkan pada formula dalam bentuk larutan karena zat pengikat ini lebih efektif jika di tambahkan dalam bentuk larutan pada pembuatan granul daripada dalam bentuk keringnya (Banker dan Anderson, 1994). Sejalan dengan penambahan zat pengikat yang berbentuk larutan, metode pembuatan tablet yang digunakan adalah granulasi basah karena asam mefenamat sebagai zat aktifnya memiliki sifat alir yang kurang baik sehingga tidak dapat dibuat tablet menggunakan metode kempa langsung. Asam mefenamat sendiri merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS) yang paling sering digunakan, berbentuk serbuk putih, pahit, tidak berbau, dan memiliki kelarutan yang kecil dalam air sehingga untuk dibentuk menjadi tablet hisap, membutuhkan eksipien yang larut air untuk memperbaiki sifat fisiknya. PGA atau gom arab memiliki sifat memperlama waktu larut tablet, mudah larut dalam air tetapi membutuhkan waktu,dikombinasikan dengan sukrosa yang cukup sering digunakan dalam pembuatan tablet secara granulasi basah dan memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Sukrosa selain sebagai zat pengikat dapat juga digunakan sebagai zat pengisi dan pemanis sehingga dapat membantu mengurangi rasa pahit dari asam mefenamat. Tablet hisap memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet konvensional, penggunaan zat pengikat PGA dan sukrosa yang memiliki sifat deformasi plastis akan membentuk ikatan kuat sehingga menyebabkan kekerasan tablet meningkat (Pratiwi dkk, 2011). Kombinasi antara PGA dan sukrosa akan menghasilkan sifat fisik yang baik terutama pada kekerasannya. Untuk mengetahui kombinasi yang memberikan sifat

22 22 fisik optimum, maka dilakukan optimasi formula menggunakan metode Simplex Lattice Design. Formula optimum akan menghasilkan tablet hisap asam mefenamat dengan kualitas yang paling baik. F. Hipotesis 1. Perbedaan komposisi kadar antara kombinasi PGA dan sukrosa sebagai zat pengikat dapat berpengaruh terhadap sifat alir granul, kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan tanggap rasa pada tablet hisap asam mefenamat. 2. Pada variasi komposisi zat pengikat PGA 10% yang dikombinasikan dengan sukrosa 20% dapat menghasilkan sediaan tablet hisap yang optimum yang ditinjau pada sifat fisiknya dengan menggunakan metode Simplex lattice Design.

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa digunakan untuk pengobatan alergi rhinitis dan seringkali ditujukan untuk anak-anak. Loratadin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antiradang. Isolat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang sering dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis antihistamin yang banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

IFNA ANGGAR KUSUMA K

IFNA ANGGAR KUSUMA K OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : IFNA ANGGAR KUSUMA K100040029

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN PULVIS GUMMI ARABICI (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ARISTO FAJAR NUGROHO K 100040209 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, berat, kekerasan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperasiditas lambung merupakan sekresi berlebihan dari asam klorida dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung yang tidak segera

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sediaan obat alam merupakan warisan budaya Indonesia yang dipercaya oleh masyarakat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, sehingga masyarakat semakin terbiasa

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, industri farmasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap bidangnya, termasuk dalam bidang pengembangan formulasi dan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARCH 1500 DAN BAHAN PENGISI STARLAC SKRIPSI Oleh : ULIN FATKHIYATUL JANNAH K 100 050 091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK KEMANGI (Ocimum sanctum L.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN MENGGUNAKAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ARI WIJAYANTO K 100 040 160 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang BAB I PENDAHULUAN Sediaan obat bahan alam sebagai warisan budaya nasional bangsa Indonesia dirasa semakin berperan dalam pola kehidupan masyarakat dari sisi kehidupan. Masyarakat semakin terbiasa menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan hingga 50 60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat pada umumnya lebih disukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI Oleh: DEWI MUTHI AH K 100 040 098 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

FORMULASI. Oleh FAKULTAS FORMULASI SEDIAAN TABLET FAST DISINTEGRATING ANTASIDAA DENGAN PRIMOJEL SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN MANITO L SEBAGAI BAHAN PENGISI SKRIPSI Oleh : IKA WAHYUNINGTYAS K 100 060153 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Parasetamol Sinonim : Paracetamolum Asetaminofen. Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida. Rumus molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus bangun :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Buah mahkota dewa mengandung icariside C, phalerin, dan mangiferin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : IMAWAN NUR RAIS AHMAD K 100040165

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam penyimpanan. Akan tetapi obat yang bersifat lipofil dalam bentuk tablet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sediaan tablet merupakan sediaan yang disukai dalam pengobatan penyakit kronis. Hal ini disebabkan bentuk sediaan tablet mudah digunakan dan praktis dalam penyimpanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlahan agar mendapatkan efek lokal (Mohr, 2009), parameter yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet hisap adalah salah satu pengembangan yang dapat dilakukan karena lebih praktis dan mudah dalam penggunaan maupun penyimpananya. Berdasarkan tujuan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE CAPTOPRIL DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGHANCUR STARLAC DAN BAHAN PENGISI AVICEL PH 102 SKRIPSI Oleh : RINI MARYATUN K 100 050 049 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI

FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI 0 FORMULASI TABLET EKSTRAK HERBA TAPAK DARA (Catharantus roseus (L) G. Don) DENGAN BAHAN PENGIKAT GELATIN DAN GOM ARAB PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Oleh : LEONINDITA PERDANA DEVI DINATA K100040026

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.

PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L. PENGARUH VARIASI KADAR GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SKRIPSI Oleh : PADMA MURTI SARI K 100 040 246 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, anak balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya orang tua tetapi para remaja sekarang ini juga banyak yang menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia pada saat ini. Seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat, tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun sirih sudah sejak dulu digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Tanaman sirih (Piper bettle L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI

OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI OPTIMASI FORMULA TABLET DISPERSIBLE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BAHAN PENGHANCUR EXPLOTAB DAN BAHAN PELICIN PEG 6000 SKRIPSI Oleh : TIAS FAYUKTIKA K.100.050.065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kesehatan, obat dengan berbagai sediaan sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengobati suatu penyakit. Obat-obatan bentuk padat dapat diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral

Lebih terperinci

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012) Singkong Manihot esculenta Crantz merupakan tanaman tipikal daerah tropis. Tanaman singkong tumbuh pada iklim yang panas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI TABLET ZETASAL Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 9 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn : Jurnal Para Pemikir Volume 6 mor 2 Juni 2017 p-issn : 2089-5313 UJI SIFAT FISIKTABLETHISAP KOMBINASI EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci