Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran"

Transkripsi

1 Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran Suherman dan Hasdari Helmi Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU Abstrak: Pada jaringan telepon, sering terdapat parameter ideal yang tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan beberapa kekurangan pada kualitas suara telepon. Efek gangguan yang menyebabkan turunnya kualitas suara telepon diantaranya adalah suara yang lemah. Suara lemah disebabkan redaman pada jaringan yang terlalu besar, terutama karena panjang jaringan kabel yang melebihi standar yang diperbolehkan. Efek suara lemah ini pada umumnya tidak dapat di atasi, kecuali dengan mengganti kabel telepon dengan diameter inti yang lebih besar. Tentunya hal ini akan sangat mahal. Solusinya adalah dengan memakai repeater untuk saluran telepon. Tulisan ini akan memaparkan desain repeater saluran telepon kapasitas 1 saluran. Kata kunci: Repeater, telepon, rangkaian. Abstract: There are several factors affect the voice quality in telephone network. They make the voice degradation under acceptable level. One of them is the voice signal has too much losses. It makes telephone conve rsation is uncomforted. It becomes worst when the cable is longer. The voice signal cannot be improved but replacing the cable with the larger diameter. Off course it pays more money and too expensive. Than, a repeat er is a cheaper way to resolve the problem. This paper explain how to develop a telephone repeater for single line. 1. Pendahuluan Telepon secara konvensional adalah untuk alat komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data. Pada dasarnya pesawat telepon terdiri dari alat pengirim suara (mikropon) dan alat penerima suara (speaker). Pesawat ini dihubungkan dengan sentral telepon menggunakan sepasang kabel tembaga yang dikenal sebagai saluran dua kawat. Untuk mengaktifkannya, pesawat telepon dicatu tegangan oleh sentral telepon. Tegangan telepon dicatu dari sentral sebesar 48V. Tegangan ini dipilih agar cukup untuk mencatu pesawat telepon sampai beberapa kilometer, sehingga rugi-rugi tegangan pada saluran dua kawat tidak mempengaruhi kerja pesawat telepon. Tegangan 48V mudah dihasilkan dari baterai (4x12V) yang digunakan sebagai catu daya back up di sentral. Di beberapa tempat tegangan yang digunakan bervariasi dalam range 36V sampai 60V. Sedangkan pada perangkat PABX ada yang menggunakan tegangan 24 volt. Dari sentral telepon, tegangan melalui 2000 sampai 4000 ohm (tidak termasuk tahanan pesawat telepon). Tahanan minimal pesawat telepon pada kondisi on hook (tidak aktif) adalah ohm, sedangkan pada kondisi off hook (aktif) maksimal 600 Ohm. Sedangkan arus yang mengalir pada saat off hook berkisar ma. Sinyal suara dari pesawat telepon dibatasi antara frekuensi 400 Hz sampai 3400 Hz. Pembatasan frekuensi rendah disebabkan adanya penggunaan komponen transformator dan kapasitor dalam rangkaian, juga menghindari harmonisa frekuensi tegangan listrik 60 Hz. Sedangkan pembatasan frekuensi tingginya atas pertimbangan noise serta bandwidth pada sisi transmisinya. 2. Peredaman Sinyal Telepon Peredaman sinyal telepon terjadi dipengaruhi oleh impedansi saluran telepon. Efek karakteristik saluran transmisi berupa faktor induktansi dan kapasitansi yang tersebar (lumped) di sepanjang saluran, tidak begitu berpengaruh untuk frekuensi audio. Namun resistansi bahan kabel akan menyebabkan rugi-rugi tegangan. Rugi-rugi ini akan bertambah dengan semakin bertambahnya panjang kabel, sehingga sinyal 48V yang dicatu sentral akan mengalami peredaman. Beberapa pesawat telepon standar memiliki sensitivitas tinggi, sehingga penurunan level tegangan saluran telepon tidak menyebabkan masalah yang berarti. Namun kebanyakan pesawat telepon juga memberikan redaman yang signifikan, sehingga kebanyakan pesawat telepon akan tidak berfungsi dengan baik jika redaman saluran terlalu besar. Solusi utama mengurangi redaman kabel adalah dengan menggganti kabel transmisi dengan kabel yang berdiameter lebih besar. Ini disebabkan diameter penampang konduktor yang lebih besar menyebabkan tahanan yang lebih kecil. PT Telkom selaku penyedia jasa telepon publik (Public Service Telephone Network), menggunakan diameter inti kabel sebesar 0,8, 0,6, dan 0,4 mm. Penggunaannya disesuaikan dengan spesifikasi transmisi jaringan kabel. Contoh, untuk penggunaan sentral di wilayah Sumatera, PT Telkom menetapkan spesifikasi transmisi tahanan kabel sebesar ohm. Hal ini menyebabkan kabel dengan tahanan 100 ohm/km hanya mampu melayani pelanggan 10,5 km. 28

2 Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran terbatasan ini menyebabkan operator telekomunikasi harus membagi daerah layanan menjadi daerah Multi Exchange Area (MEA) atau menggunakan perangkat konsentrator untuk melayani daerah dengan jarak lebih dari 10,5 km. Secara ekonomi tentunya hal ini akan sangat tidak ekonomis. Penambahan sentral membutuhkan investasi lebih kurang sama dengan sentral utama. Penggunaan repeater akan sangat jauh mengurangi biaya yang diperlukan. Sebuah repeater untuk saluran tunggal dapat didesain dengan harga kurang dari Rp ,-. Untuk melayani 100 pelanggan hanya dibutuhkan dana tak lebih dari 10 juta rupiah. Harga ini sangat jauh lebih murah dibandingkan harus membangun sebuah sentral atau konsentrator. Repeater atau penguat diperlukan untuk memperkuat suara pada saluran telepon serta mengulang sinyal-sinyal signaling telepon. Suara diperkuat dalam dua arah, yakni dari telepon ke sentral dan dari sentral ke telepon. Sinyal signaling yang diperkuat antara lain sinyal dering, sinyal ring back tone, serta tegangan catuan. Repeater dapat direalisasikan dalam jumlah kapasitas besar maupun kapasitas tunggal. Pemilihan komponen penguat disesuaikan dengan kebutuhan penguatan, sedangkan pemilihan frekuensi signaling harus disesuaikan dengan frekuensi standar yang digunakan. 3. Metodologi Untuk memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah redaman, parameter yang digunakan harus bersesuaian dengan parameter utama saluran telepon. Parameter tersebut antara lain tegangan, arus, nada dering, dan ring back tone. Untuk nada suara dan DTMF dilakukan penguatan menggunakan amplifier, sedangkan tegangan, nada dering, dan ring back tone harus dilakukan perulangan dengan rangkaian pembangkit tersendiri. Desain juga diusahakan menggunakan sumberdaya yang rendah, karena pada implementasinya nanti, rangkaian akan ditempatkan pada tempat dengan sumber listrik yang terbatas, dapat berupa listrik ataupun catuan jala-jala listrik PLN. Nilai penguatan sinyal harus dapat ditala secara variabel agar dapat disesuaikan dengan level sinyal yang dibutuhkan pelanggan. Penguatan yang berlebihan akan menyebabkan suara overloading pada pesawat telepon pelanggan. Hal ini akan memperparah keadaan yang akan di atasi. 4. Pembahasan dan Hasil Rancangan Gambar 1 menunjukkan blok rangkaian repeater yang direncanakan. Repeater terdiri atas komponen hybrid, amplifier, ring detector, ringing back tone detector, line voltage, ring generator, dan ringing back tone generator, ditambah beberapa rele. Adapun prinsip kerja rangkaian adalah sebagai berikut: RBT D LV RBT G TELKOM OH H H RG RD RG OH RG HD H : Hibrid LV Amp : Amplifier RG RD : Ringing Detector RBT G RBT D : Ringing Back Tone Detector HD : Line Voltage : Ringing Generator : Ringing Back Tone Generator : Hook Detector Gambar 1. Blok Rangkaian Saat Menerima Panggilan Saat menerima panggilan, nada dering yang dikirimkan sentral ke telepon, dideteksi oleh ringing detector RD, menyebabkan line telepon di-switch ke ring generator RG, sehingga telepon berdering. Saat telepon diangkat, hook detector HD aktif dan saluran telepon terhubung ke hibrid H, yang memiliki impedansi rendah. Hal ini menyebabkan sentral mendeteksi bahwa telepon telah diangkat dan sinyal dering kemudian dihentikan. Telepon terhubung 29

3 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005 dengan pemanggil. Suara pemanggil akan memasuki hibrid dan diperkuat oleh amplifier penerima Amp Rx. Suara diteruskan ke rangkaian hibrid menuju telepon. Suara dari telepon dikirimkan melalui hibrid dan diperkuat oleh amplifier pengirim Amp Tx. Suara kemudian diteruskan melalui hibrid menuju sentral telepon. Saat pembicaraa berakhir, hook detector kembali mati dan menyebabkan saluran telepon terputus dari hibrid. Saat Melakukan Panggilan Pada saat memanggil, telepon diangkat menyebabkan hook detector aktif dan menghubungkan saluran telepon ke hibrid. Suara tone pada telepon diterima dari catuan 48 volt line voltage LV. Nomor yang di-dial akan diteruskan melalui hibrid dan amplifier pengirim ke sentral. Saat menerima ringing back tone, ringing back tone mendeteksinya dan menyebabkan ringing back tone generator RGT G membangkitkan sinyal ring back tone dan mengirimnya ke telepon, penelepon aka n mendengar ringing back tone. Saat telepon yang dipanggil telah diangkat, sentral akan menghentikan ringing back tone, maka kedua telepon terhubung. Jalannya suara persis sama dengan saat menerima panggilan. Proses di atas melibatkan semua rangkaian pada blok rangkaian. Catu daya untuk mensuplai rangkaian tidak ditunjukkan pada blok rangkaian. Rangkaian Hibrid Rangkaian hibrid adalah rangkaian yang digunakan untuk memisahkan sinyal kirim dan sinyal terima, maupun sebaliknya. Pada telepon, sinyal kirim dan sinyal terima menggunakan kabel yang sama (dua kabel), untuk dapat diperkuat, maka sinyal kirim dan terima harus dipisahkan (masing-masing dua kabel). Rangkaian hibrid sering disebut juga rangkaian konversi 2 wire to 4 wire (2W/4W). Trafo banyak digunakan sebagai pembentuk rangkaian hibrid. Rangkaian hibrid yang baik memiliki sekitar redaman 3,5dB dan memiliki isolasi antara sinyal kirim dan terima sekitar 30dB. Gambar 2. menunjukkan contoh rangkaian hibrid yang sederhana. Sinyal kirim dan terima dalam dua kawat di sisi kiri yang berasal dari pesawat telepon dipisahkan dengan menggunakan trafo. Polaritas gulungan yang berbeda menyebabkan sinyal kirim dan terima dapat dipisahkan. Impedansi ZB adalah impedansi balans, yang besarnya sama dengan impedansi input saluran kirim dan terima. Saluran Amp Dari Amp Gambar 3. Rangkaian hibrid yang digunakan. Saluran telepon memiliki impedansi tipikal 600 Ohm. Sehingga agar diperoleh kondisi di atas, maka impedansi hibrid menggunakan resistansi 600 ohm. Hal ini direalisasikan dengan menggunakan dua buah resistor paralel. Impedansi input ke penguat diparalelkan dengan resistansi yang sama, sehingga diperoleh kondisi mendekati nilai impedansi beban 600 ohm. Sedangkan impedansi dari output penguat diharapkan sekitar 600 ohm. Gambar 3. menunjukkan rangkaian hibrid yang digunakan pada repeater. Rangkaian Amplifier Rangkaian amplifier menggunakan tiga tingkat penguatan. Penguatan tingkat 1 menggunakan penguat OpAmp, tingkat 2 menggunakan penguat BJT Common Emitter yang di-swamp, dan tingkat akhir menggunakan pasangan darlington BJT. Penguat operasional menggunakan OpAmp 741 dengan konfigurasi non-inverting amplifier catu daya tunggal. Tujuannya untuk memperoleh penguatan yang mudah diatur dengan impedansi input yang cukup tinggi, sehingga impedansi input parallel 600 ohm tidak terlalu terpengaruh. Penguatan OpAmp diatur dengan menggunakan resistor variable sehingga pelanggan mudah menyesuaikan penguatan suara. Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 4. Nilai penguatan diperoleh dari rumus non-inverting amplifier: R f R in Av =1 + (1) K arena Rin = 10 K dan Rf resistor variable 0-100K, maka penguatan yang diperoleh 1 11 kali. Gambar 2. Rangkaian Hibrid 30

4 Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran 0,1uF 100K 100K Rin 10 K Rf 100K V Gambar 4. Rangkaian non-inverting amplifier dengan catu daya tunggal. Gambar 5. merupakan penguat tingkat 2 yang menggunakan transistor BJT dengan bias pembagi tegangan, konfigurasi common emitter yang diswamping dengan resistor 4K7 dan dikopling langsung ke penguat tingkat 3 pasangan darlington. Dengan pendekatan ideal, diperoleh tegangan basis transistor penguat common emitter swamp berkisar: 10 Vb = x 12V Vb 2 Volt 47K 100nF Vdd 7 4K 2x47K 7 4K 12V C 10uF Hibrid Vdd Gambar 5. Rangkaian Penguat BJT Dan arus Ic diperoleh: Vb 0,7 Ic Ie = (2) Re ( 2 0,7) Volt Ic = 4,7 K Ic = 0, 27 ma Resistansi collector Rc adalah hasil paralel 2 resistansi 47K dengan impedansi input pasangan darlington. Tetapi karena impedansi input pasangan darlington terlalu besar (dalam orde MΩ), maka: Rc = 47K // 47K // Zin darlington (3) Rc = 47K // 47K Rc = 23, 5 K Akibat adanya resistor swamp emitter, maka resistansi emitter adalah: Re = 4,7K // 4, 7K Re = 2, 35K Dari teori penguat common emitter dengan resistor swamp, diperoleh penguatan tegangan: Rc Av = (4) Re 23,5 Av = 2,35 Av = 10 kali Penguat tingkat 3 menggunakan penguat darlington dalam konfigurasi common collector. Seperti diketahui, common collector lebih bersifat sebagai penyangga yang memberikan impedansi input tinggi dan penguatan mendekati 1. Karena beban penguat adalah trafo audio yang memberikan impedansi rendah (impedansi hibrid 600 ohm), maka pasangan darlington digunakan sebagai penguat penyangga (buffer amplifier) yang memberikan impedansi beban yang tinggi bagi penguat tingkat 2. Karena Av1 bernilai 1 11, maka total penguatan audio amplifier adalah dari 10 sampai: Av = Av1 x Av2 x Av3 (5) = 11x10 x1 = 110 kali Dalam decibel: Av ( db) = 20. Log Av (6) = 20.Log110 40dB Penguatan 0 sampai 100 kali identik dengan penguatan db. Jika rangkaian hibrid memiliki redaman minimal 3,5 db, maka sinyal telepon akan mengalami redaman 7 db pada rangkaian (rangkaian repeater menggunakan 2 buah hybrid). Maka rangkaian repeater dapat memperkuat sekitar 13-33dB. Penguatan db sangat cukup untuk memperbaiki kualitas suara telepon. Selain sebagai buffer amplifier, pasangan darlington juga memberikan nilai impedansi output berkisar 600 ohm, agar kondisi rangkaian hibrid sesuai. Nilai impedansi output pasangan darlington diperoleh dari: Zout = β.re' (7) di mana: 25mV re ' = (8) IeQ 3 IeQ3 adalah arus yang mengalir pada kaki emitter transistor terakhir dan mengalir ke rangkaian hybrid 600 ohm. IeQ3 diperoleh dari: Ie Q3 VbQ 2 2x0,7 = (9) Zhibrid VbQ2 adalah tegangan pada basis transistor pasangan darlington pertama, diperoleh dari pendekatan: 31

5 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005 Vb Q 2 = 12V 0,27mAx23,5K = 5, 6olt Sehingga IeQ3 = 7mA dan re = 3,5 Ohm. Dengan nilai β = 166 maka diperoleh impedansi output sebesar: Zout = 166.3, 5 = 581Ω maka rele akan menghubungkan saluran telepon ke ring generator, sehingga telepon berdering. Gambar 7. menunjukkan rangkaian ring generator dan rele. C 55V Line Voltage Generator 4x1N Ringing Generator Dari RG Line Voltage 48V Impedansi mendekati 600 ohm, keadaan ini cukup baik untuk kondisi rangkaian hybrid yang sesuai. Hibrid 10uF/100V RG relay Telepon 4.5 Rangkaian Ringing Detector Rangkaian ringing detector pada gambar 6. digunakan untuk mendeteksi nada dering yang dikirimkan oleh sentral telepon. Pada rangkaian di bawah, kapasitor 1 uf berfungsi untuk mencegah tegangan 48V masuk ke rangkaian. Saat nada dering dikirimkan oleh sentral telepon, tegangan AC akan disearahkan oleh dioda jembatan dan mengalir melalui optocoupler 4N25. Saluran Telepon 1uF 250V 4 x 1N K 4N25 Gambar 6. Rangkaian Ringing Detector 1 K RG Driver Pada saat tiada dering, tegangan output 5V, tetapi saat arus mengalir ke optocoupler 4N25, arus akan mengalir dan tegangan output akan jatuh mendekati 0 volt. 4.6 Rangkaian Ringing Generator Sinyal dering diperoleh langsung dari output transformator catu daya dengan tegangan AC 5. Tegangan ini cukup tinggi untuk membunyikan ringer pada telepon. Arus dibatasi dengan men-serikan 3 resistor 470 ohm. mudian dihubungkan kedua kaki rele ring generator (RG ). Pada rele ini terhubung juga input dari RG relay (ring detector), saluran ke telepon, saluran ke rangkaian hibr id, tegangan dari line voltage dan rangkaian hook detector. Pada kondisi normal, telepon tidak dipakai atau sedang bicara, saluran telepon dihubungkan ke rangkaian hibrid dan line voltage. Line voltage dan rangkaian hibrid dipisahkan oleh sebuah kapasitor polar agar arus dari line voltage tidak masuk ke rangkaian hibrid. Saat sentral mengirimkan dering, Hook Detector Gambar 7. Rangkaian Ringing Generator dan Rele 4.7 Rangkaian Ringing Back Tone Detector Sinyal ringing back tone dikirimkan oleh sentral sebagai tanda telepon yang dihubungi telah berdering. Sinyal ini adalah kombinasi sinyal berfrekuensi 440 Hz dan 480 Hz, namun telkom sebagai penyelenggara jasa PSTN menggunakan sinyal tunggal 425Hz. Untu k memindahkan sinyal ini, diperlukan rangkaian yang dapat mendeteksi dan membangkitkan kembali. Untuk mendeteksi sinyal 425 Hz digunakan IC LM567. IC ini mampu mendeteksi sinyal input pada kaki 3 dan memberikan output rendah pada kaki 8 jika sinyal terdeteksi. Rangkaian ditunjukkan pada gambar 8. LM567 0,02uF 1 5V 5nF 0,01uF input 0,01uF R1 10 K C1 3,3uF Gambar 8. Rangkaian Ringing Back Tone Detector Nilai frekuensi yang dapat dideteksi ditentukan oleh nilai R dan C. Untuk dapat mendeteksi frekuensi 425 Hz, nilai R1 dan C1 menggunakan: 1 fin = (10) 1,1 xr1. C1 4.8 Rangkaian Ringing Back Tone Generator Rangkaian ringing back tone generator digunakan untuk membangkitkan sinyal berfrekuensi 425 Hz untuk dikirim ke telepon. Gambar 9. menunjukkan rangkaian ringing back tone generator dengan menggunakan IC multivibrator LM

6 Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran Dari Ring Detector 1N4148 Rb 560K Ra 120K C 10 uf LM uF 0,01nF Telepon Pada saat telepon diangkat, selain mengaktifkan telepon, tegangan 48V juga mencatu kolektor transistor, sehingga transistor yang telah dibias, akan menarik arus dari tegangan 48V dan mengaktifkan IC optocoupler 4N25. Output hook detector dari kaki 5 optocoupler akan bertegangan 5V saat telepon tidak diangkat, dan akan bertegangan 0V saat telepon diangkat. luaran hook detector ini akan menggerakkan rele OH. Gambar 9. Rangkaian Ringing Back Tone Generator Frekuensi diatur sebesar 425Hz yang diperoleh dari: 1,44 fin = (11) ( Ra + 2. Rb). C Sinyal ring back tone dikendalikan oleh output rangkaian ring back tone detector dengan kondisi 2 detik on dan 4 detik off. Namun perlu dicatat bahwa, sinyal ringing back tone 425 Hz juga diperkuat oleh amplifier, sehingga penggunaan rangkaian RBT detector dan RBT Generator adalah opsional, pemasangannya menggunakan switch manual. Rangkaian ringing back tone digunakan jika sinyal terlalu kecil. 4.9 Rangkaian Hook Detector Rangkaian pada gambar 10. digunakan untuk mendeteksi diangkat atau tidaknya gagang telepon, baik saat menerima panggilan maupun saat akan memanggil. Pada saat telepon tidak diangkat, arus tidak mengalir dari sumber tegangan 48V. Alur melalui telepon terblok akibat hook switch terbuka, sedangkan alur melalui hibrid diblok kapasitor 10 uf. Transistor rangkaian hook detector dibias dioda 1N4148 seri, menghasilkan tegangan basis 1,4V. Tegangan ini cukup besar untuk membias transistor, seh ingga transistor aktif dan siap mengalirkan arus kolektor. Hibrid 48 V 10uF/100V RG relay Telepon 4.10 Driver driver digunakan untuk menggerakkan rele. Pada rangkaian repeater digunakan 2 buah rele 8 pin 12 volt. Driver menggunakan sebuah transistor yang berfungsi sebagai switch yang dipicu oleh level logika 0 (0 volt). Pada saat input driver bertegangan 0 volt, inverter akan menghasilkan output 5 volt dan akan membias transistor. Hal ini menyebabkan arus kolektor mengalir dan mengaktifkan rele. Gambar 11. menunjukkan rangkaian driver rele. 10 K 1N V Gambar 11. Rangkaian Driver Rele 4.11 Line Voltage Generator Rangkaian pada gambar 12. membangkitkan tegangan 48V untuk mencatu tegangan ke telepon. Rangkaian terdiri dari regulator transistor. AC 55V 4x1N uF 100nF Q1 BD139 47K Q3 BD139 Gambar 12. Line Voltage Generator Q2 48V 100 k 1 5 F 10u 4K7 nf 100 2x1N K 2 Q4 BD N25 Rangkaian Hook Detector Driver OH Transistor Q1 dan Q2 dalam susunan konfigurasi darlington mem iliki impedansi input tinggi. Q2 digunakan untuk umpan balik menstabilkan tegangan keluaran. Arus untuk mencatu beban diperoleh dari arus kolektor Q1 dan Q3. Kapasitor 100nF digunakan untuk mentanahkan tegangan ripple. Gambar 10. Rangkaian Hook Detector 33

7 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April Kopling Audio Hibrid 12V 10uF 48V 10uF/ Telepon 100V OT600 Rangkaian pada gambar 14 memiliki jembatan dioda yang terpisah karena mengambil tegangan AC yang berbeda, selain itu menjamin ketersediaan arus yang cukup tinggi. Tranfo daya yang dibutuhkan adalah trafo center tap yang memiliki output tegangan 6 dan 12 volt untuk catu daya, serta 55 volt untuk line voltage dan ringing generator. Gambar 13. Rangkaian Kopling Audio Kopling audio menghubungkan sinyal output hibrid ke saluran telepon. Kopling ini digunakan agar rangkaian hook detector tidak membebani rangkaian hibrid Catu Daya Catu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan rangkaian adalah tegangan 5V dan 12V menggunakan IC regulator 7805 dan V ,33uF 12 V AC 0,1 uf 4x1N V 0,33uF 6 V AC 0,1 uf 5. Penutup Rangkaian-rangkaian di atas disusun berdasarkan blok diagram membentuk rangkaian lengkap seperti yang ditunjukkan oleh gambar 15. Komponen yang dibutuhkan terdapat pada tabel 1. Rancangan repeater telepon berkapasitas 1 saluran hanya dapat melayani kebutuhan tunggal. Untuk kebutuhan perbaikan jaringan, akan lebih baik jika didesain dalam kapasitas yang lebih besar. Untuk mencegah penguatan suara yang tidak seimbang, penguatan antara amplifier terima dan amplifier kirim harus diterima sesuai kebutuhan. Agar signaling sesuai dengan aslinya, perlu disesuaikan level tegangan yang dibutuhkan. Perbaikan lebih lanjut, meliputi penggunaan komponen yang lebih presisi serta rangkaian yang lebih akurat. 4x1N4001 Gambar 14. Rangkaian Catu Daya Gambar 15. Rangkaian Lengkap 34

8 Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran Tabel 1. Daftar komponen OpAmp LM741 1 buah Trafo Daya 1 buah Capasitor 100nF 2 buah Transistor BD139 4 buah Trafo OT600/OT200 4 buah Capasitor 10nF 1 buah Transistor 8 buah Resistor 9 buah Capasitor 10uF 2 buah Opto Coupler 4N25 2 buah Resistor 47K 11 buah Capasitor 0,1uF 2 buah PLL LM567 1 buah Resistor 15 buah Capasitor 1 uf 250V 1 buah Logik Not Gate 2 buah Resistor 4K7 2 buah Capasitor 3,3uF 1 buah Timer LM555 1 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 0,02uF 1 buah Dioda 1N buah Resistor 1K 1 buah Capasitor 0,01uF 2 buah Dioda 1N buah Resistor buah Capasitor 5nF 1 buah IC Regulator buah Resistor 120K 1 buah Capasitor 10 uf 2 buah IC Regulator buah Resistor 560K 1 buah Capasitor 1uF 1 buah 12V 2 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 1000uF 100V 1 buah Tra fo audio 1 buah Pot dan 100K 1 buah Capasitor 0,33uF 1 buah Daftar Pustaka Albert Paul Malvino Electronic Principles, 2nd edition. California: McGraw-Hill. Ramakan A. Gayakwad Op-Amp and Linear Integrated Circuit, Fourth edition. New Jersey: Pentice Hall. Suherman, ST Teknik Jaringan Telekomunikasi. Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau. Sigit Haryadi, Ir Dasar Teknik Penyambungan Telepon. Pendidikan Ahli Teknik Telekomunikasi. Suherman, ST Modifikasi Sistem Pemrograman PABX Mini. Dalam Ensikom, Vol.2 No.2, Desember. Agus Wibowo, Ir., Andre Poupart Design and Collaboration, Access Network. Medan: Pramindo Ikat Nusantara. 35

Desain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Pesan Telepon Otomatis

Desain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Pesan Telepon Otomatis Desain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Telepon Otomatis Suherman Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Di negara maju, mesin penjawab telepon (telephone answering machine)

Lebih terperinci

Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data.

Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data. Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data. Pembahasan berikut ini akan ditekankan pada penggunaan telepon sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM STEP by STEP SWITCHING MENGGUNAKAN KOMPONEN TERINTEGRASI

IMPLEMENTASI SISTEM STEP by STEP SWITCHING MENGGUNAKAN KOMPONEN TERINTEGRASI IMPLEMENTASI SISTEM STEP by STEP ING MENGGUNAKAN KOMPONEN TERINTEGRASI Suherman ) ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU Abstrak Sentral yang menggunakan sistem step by step switching

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN BAB III BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN 3.1 Blok Diagram SWITCH BUZZER MIKROKONTROLLER AT89S52 DTMF DECODER KUNCI ELEKTRONIK POWER SUPPLY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 0 # KEYPAD 43 3.2 Gambar Rangkaian 44 3.3

Lebih terperinci

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX http://www.gunadarma.ac.id/ Farrih Mustafid 10405286 Teknik Elektro Latar Belakang Kebutuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHANDLE SYSTEM PADA KASUS KESALAHAN PELETAKAN GAGANG TELEPON

PERANCANGAN OVERHANDLE SYSTEM PADA KASUS KESALAHAN PELETAKAN GAGANG TELEPON PERANCANGAN OVERHANDLE SYSTEM PADA KASUS KESALAHAN PELETAKAN GAGANG TELEPON Julian Fitrahadi, dan Fathul Qodir A ABSTRAK Faktor peletakan gagang telepon menjadi salah satu penyebab tidak siapnya (gagalnya)

Lebih terperinci

ANALISA JALUR EKSTENSION PADA PABX PANASONIC SERI KXT - 206SBX

ANALISA JALUR EKSTENSION PADA PABX PANASONIC SERI KXT - 206SBX ANALISA JALUR EKSTENSION PADA PABX PANASONIC SERI KXT - 206SBX Gilang Khrisna Satria 10405321 ABSTRAKSI Sebagai prototipe dari sebuah STO, dipergunakan sebuah PABX ( Private Automatic Branch Exchange ).

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA ",''.[>" J'.V ' " ' BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Informasi Alat Pemanggil Telpon Tegangan jalajala = 220 Volt Tegangan catu daya = 12 Volt Tegangan saluran terpakai = 5 Volt Pengontrol = Mikrokonrroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni TKE 2102 TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 7 Telefoni Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 B A B V I I

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS Pesawat Telepon Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS POKOK BAHASAN Komponen-komponen Pesawat Telepon Jenis Perangkat Telepon DTMF (Dual Tone Multi Frequency) Fungsi Pesawat Telepon Jaringan Telepon Private phones

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX Farrih Mustafid 10405286 ABSTRAKSI PABX atau private automatic branch exchange adalah suatu sistem

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI PELAJAR ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG 2 CREW Agung Wahyu Sekar Alam

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro) STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro) Muhammad Syukur Hrp, Ir. M.Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

ALAT PEMANGGIL TELEPON

ALAT PEMANGGIL TELEPON BAB 3 ALAT PEMANGGIL TELEPON 3.1 Blok Diagram Rangkaian Pemanggil Telepon Pada Rangkain Paging Sistem Melalui PSTN ini terdapat beberapa Blok rangkaian seperti pada Gambar 3.1 dibawah ini: Ifttar Of Hoak

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT 1.1. TUJUAN Memahami cara kerja Unit Penghubung Pelanggan (Subscriber Matching Unit). Memahami urutan kejadian yang dilakukan Unit Penghubung Pelanggan dalam proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

PESAWAT TELEPON. Komponen-komponen Pesawat Telepon. Fungsi Pesawat Telepon. Basic Call Setup

PESAWAT TELEPON. Komponen-komponen Pesawat Telepon. Fungsi Pesawat Telepon. Basic Call Setup PESAWAT TELEPON Komponen-komponen Pesawat Telepon Fungsi Pesawat Telepon ( Frequency DTMF (Dual Tone Multi Basic Call Setup TUJUAN DAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mengerti tentang komponenkomponen Pesawat

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER Tatyantoro Andrasto Teknik Elektro UNNES ABSTRAK Piranti Elektronik pada umumnya dikendalikan secara manual, banyaknya

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

Modul 2 Peralatan Telepon dan Call Setup

Modul 2 Peralatan Telepon dan Call Setup Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Modul 2 Peralatan Telepon dan Call Setup Prima Kristalina PENS (November 2014) Peralatan telepon: pesawat telepon jaringan telepon sentral telepon Urutan call-setup

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba BAB III PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Sebagai tahap akhir dalam perkuliahan yang mana setiap mahasiswa wajib memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti sidang yudisium yaitu dengan pembuatan tugas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALA 3.1 Perancangan Hardware 3.1.1 Perancangan Alat Simulator Sebagai proses awal perancangan blok diagram di bawah ini akan sangat membantu untuk memberikan rancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Widyastuti Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok E-mail : widyast@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 TEKNIK PENSINYALAN

PERTEMUAN 10 TEKNIK PENSINYALAN PERTEMUAN 10 TEKNIK PENSINYALAN 1. Dasar-dasar Pensinyalan 2. Set Up Call 3. Basic Call Progress 4. Klasifikasi Pensinyalan 5. Pensinyalan Analog 6. Bandwidth Kanal Suara 7. Pulse Dialing 8. Tone Dialing

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER Albert Mandagi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB III KONSEP RANCANGAN 37 BAB III KONSEP RANCANGAN 3. Kondisi Saat Ini Saat ini program studi Teknik Elektro belum memiliki alat peraga Hand- Held Metal Detector, yang mana menurut penulis sangat penting untuk menambah wawasan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS Pesawat Telepon Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS POKOK BAHASAN Komponen-komponen Pesawat Telepon Jenis Perangkat Telepon DTMF (Dual Tone Multi Frequency) Fungsi Pesawat Telepon Jaringan Telepon Private phones

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 1 TUJUAN Memahami perbedaan konfigurasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

PRAKTEK DASAR REALISASI RANCANGAN 1

PRAKTEK DASAR REALISASI RANCANGAN 1 PRAKTEK DASAR REALISASI RANCANGAN 1 ALAT SUITAN PULSA LAPORAN Dibuat untuk Memenuhi Tugas Praktek Pengolahan Sinyal di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika Oleh : Nama : K.M. Chandra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah, antara lain studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel Wahyu Pamungkas 1,, Eka Wahyudi 2, Andy Wijaya 3 Prodi D3 Teknik Telkom, STT Telematika Telkom Purwokerto wahyu@st3telkomacid, 1 ekawahyudi@st3telkomacid, 2

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) 1. Komponen elektronik yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang lewat dinamakan A. Kapasitor D. Transistor B. Induktor

Lebih terperinci

RELE TEGANGAN ELEKTRONIK

RELE TEGANGAN ELEKTRONIK RELE TEGANGAN ELEKTRONIK T.Ahri Bahriun 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

ini menggunakan IC Voice Recorder yang dapat menjawab telepon secara otomatis. TINJAUAN PUSTAKA Transistor [3,4] Transistor adalah kependekan dari tra

ini menggunakan IC Voice Recorder yang dapat menjawab telepon secara otomatis. TINJAUAN PUSTAKA Transistor [3,4] Transistor adalah kependekan dari tra PENJAWAB TELEPON OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN IC VOICE RECORDER ISD2560 1. Teddy Samantha 1. Email:teddysamantha@gmail.com ABSTRAK Akan dibuat sebuah Alat Penjawab Telepon Otomatis yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum Dasar Elektronika dan Digital

Lebih terperinci

perangkat keras sistem saluran otomatis telepon. Unit PABX yang dirancang pada

perangkat keras sistem saluran otomatis telepon. Unit PABX yang dirancang pada BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Blok diagram PABX Telepon Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai perancangan perangkat keras sistem saluran otomatis telepon. Unit PABX yang dirancang

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

Penguat Emiter Sekutu

Penguat Emiter Sekutu Penguat Emiter Sekutu v out v in Konfigurasi Dasar Ciri Penguat Emiter Sekutu : 1. Emiter dibumikan 2. Sinyal masukan diberikan ke basis 3. Sinyal keluaran diambil dari kolektor Agar dapat memberikan tegangan

Lebih terperinci

PENGUAT TRANSISTOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

PENGUAT TRANSISTOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY PENGUAT TRANSISTOR Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id. Pendahuluan Dalam modul terdahulu dibicarakan mengenai dasar-dasar penguat transistor terutama bagaimana transistor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Sun Purwandi 1) Haryanto 1) 1) Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier (Op-Amp). Adapun komponen yang akan digunakan

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Berkala Fisika ISSN : 141-966 Vol. 6, No. 3, Juli 3, hal. 55-6 RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF Sapto Nugroho 1, Dwi P. Sasongko, Isnaen Gunadi 1 1. Lab. Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, UNDIP

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD ISSN: 1693-693 79 PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L838CCPD Widodo 1, Tole Sutikno, Siswanto 3 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Kampus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

MODUL 07 PENGUAT DAYA

MODUL 07 PENGUAT DAYA P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 07 PENGUAT DAYA 1 TUJUAN Memahami konfigurasi dan prinsip kerja penguat daya kelas B dan AB. Memahami

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR SISTEL

BAB I PENGANTAR SISTEL BAB I PENGANTAR SISTEL A. PENGANTAR Sistem Telekomunikasi berasal dari dua kata penting yaitu SISTEM dan TELEKOMUNIKASI. Kata Sistem dapat diartikan sebagai sebuah kesatuan yang terdiri atas input, proses

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM ISSN: 1693-6930 81 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM Makmur 1, Tole Sutikno 2 1 PT. Semen Tonasa (Persero) Jl. Chairil Anwar No. 1, Makassar 09113, Telp. (0411) 321823 Fax.

Lebih terperinci