BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal atau P2KP-DT adalah sebuah program yang dibuat oleh Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI (KNPDT RI), dengan tujuan untuk memfasilitasi pengembangan kawasan produksi di daerah tertinggal dalam skala sedang dan besar yang memiliki jaringan produksi, pengolahan, dan pemasaran yang terpadu (Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2005). Selain P2KP-DT, pemerintah telah melaksanakan berbagai usaha lainnya untuk mengembangkan daerah tertinggal, seperti Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Daerah Tertinggal (P3DT) atau pembentukan Kantor Menteri Muda Urusan Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Di dalam konteks pengembangan wilayah, P2KP-DT adalah usaha pemerintah untuk mengembangkan perekonomian daerah tertinggal, karena melalui program ini, akan terjadi peningkatan investasi, lapangan kerja, pendapatan masyarakat, dan pendapatan daerah. P2KP-DT adalah salah satu implementasi dari instrumen utama pelaksanaan kebijakan KNPDT RI, yaitu Instrumen Pembangunan Kawasan Produksi. P2KP-DT dilaksanakan di berbagai daerah tertinggal, diantaranya adalah Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertimbangan pelaksanaan P2KP- DT di Kabupaten Gunungkidul adalah karena berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, kabupaten ini ditetapkan sebagai daerah tertinggal. Di dalam Kabupaten Gunungkidul juga terdapat 5 kecamatan tertinggal yang ditetapkan berdasarkan hasil validasi dan identifikasi oleh Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul, yaitu Gedangsari, Girisubo, Purwosari, Saptosari, dan Tanjungsari. Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki wilayah terluas dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu 1.485,36 km 2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini terkenal akan kondisi wilayahnya yang berbukit-bukit dan memiliki pegunungan kapur, yang merupakan bagian dari Pegunungan Sewu. Sampai saat ini, PDRB di Kabupaten Gunungkidul masih berada pada sekitar sektor pertanian yaitu sebesar 33%, kemudian disusul oleh perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 14%, sektor jasa sebesar 14%, sektor industri pengolahan sebesar 13%, dan sektor-sektor lainnya (Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul, 2006). Dari persentase sektor-sektor penyumbang PDRB tersebut, dapat diketahui bahwa sektor riil yang menjadi pilar pembangunan Kabupaten Gunungkidul berturut-turut adalah: sektor pertanian, 1

2 sektor industri kecil-menengah, sektor pertambangan galian C, dan sektor pariwisata. Sektor pertanian disini memiliki cakupan yang luas, karena menyangkut bidang-bidang yang lebih spesifik, yaitu: pertanian tanaman pangan perikanan laut (tangkap) dan perikanan darat peternakan kehutanan perkebunan Meskipun berperan sebagai penyumbang PDRB terbesar, sektor pertanian di Kabupaten Gunungkidul belum ditangani secara serius. Wilayah pemasaran hasil produksinya pun masih terbatas di daerah lokal ( diakses pada 27 Juni 2007 pukul 18.52). PDRB yang dihasilkan Kabupaten Gunungkidul selama ini ternyata belum berdampak tinggi terhadap pembangunan daerah. Hal ini terlihat dari digolongkannya Gunungkidul ke dalam kategori daerah tertinggal di Indonesia. Dengan adanya pelaksanaan P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul, diharapkan dapat membantu kabupaten ini untuk keluar dari ketertinggalannya dan menjadi seimbang dengan daerah lainnya. Sektor yang menjadi fokus pengembangan P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul adalah sektor perikanan dan peternakan. Kedua sektor ini dipilih karena berdasarkan potensi sumber daya alam yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul, kedua sektor inilah yang memiliki potensi tertinggi untuk dikembangkan (Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul, 2006). Program P2KP-DT telah dijalankan mulai dari tahun 2006 dan akan berakhir tahun Pengelola kegiatan P2KP-DT di tingkat kabupaten sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul. Tim ini dikepalai oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul. Dalam setiap tahun pelaksanaannya, P2KP-DT memiliki keluaran (output) yang harus dihasilkan. Pada tahun 2006 sendiri, keluaran awal yang ditargetkan adalah pengadaan ternak kambing jawa, bibit lele dumbo, pakan ikan lele dumbo, dan kapal ikan 15 Gross Ton (GT) (Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul, 2006). Namun, pada akhir pelaksanaan program tahunan P2KP-DT, dari semua keluaran yang diharapkan, pengadaan kapal ikan 15 GT tidak dapat direalisasikan. Selain kegagalan pengadaan kapal ikan 15 GT, kekurangan lainnya dari pelaksanaan program ini di tahun 2006 adalah tidak adanya mitra pengembangan produksi dan mitra pengembangan investasi. Kekurangan tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan mengenai kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul. Oleh karena itu, diperlukan sebuah evaluasi terhadap 2

3 kinerja proses pelaksanaan program tahunan P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 agar program yang baru berjalan di tahap awal ini dapat diperbaiki pelaksanaannya. 1.2 Rumusan Persoalan Pada tahun 2006, keluaran yang diharapkan melalui pelaksanaan program P2KP-DT adalah ternak kambing jawa, bibit lele dumbo, pakan ikan lele dumbo, dan kapal ikan 15 GT. Jumlah masing-masing keluaran dijelaskan melalui tabel di bawah ini. Tabel I.1 Keluaran P2KP-DT yang Diharapkan di Kabupaten Gunungkidul Pada Tahun 2006 Keluaran Jumlah Kecamatan Alokasi Kambing jawa 882 ekor Kecamatan Purwosari Kecamatan Saptosari Kecamatan Tanjungsari Bibit lele dumbo ekor Kecamatan Gedangsari Pakan ikan lele dumbo kg Kecamatan Gedangsari Kapal ikan 15 GT 1 unit Kecamatan Girisubo Sumber: Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul, 2006 Menurut Laporan Akhir Kegiatan P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2006, ketidakberhasilan pengadaan kapal ikan 15 GT diduga terjadi karena buruknya kinerja produk pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul. Tetapi meskipun bantuan komoditi lain berhasil disalurkan, masih terdapat kekurangan lain yang patut diteliti. Contoh kekurangan tersebut adalah tidak adanya mitra pengembangan produksi, mitra pengembangan investasi, dan kurangnya komunikasi antarlembaga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ari Noor Widyanto, MA selaku Wakil Koordinator Umum Tim Koordinasi dan Pelaksana Pusat P2KP-DT pada tanggal 21 Juni 2007 pukul 15.00, pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 juga dianggap gagal atau tidak baik. Wawancara lainnya dengan Mauludin Irwanto, SP selaku salah satu staf Tim Sekretariat Pusat P2KP-DT pada tanggal 3 September 2007 pukul juga memberikan kesimpulan bahwa pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 memiliki banyak kekurangan atau ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian secara menyeluruh terhadap kinerja produk Program P2KP-DT. 3

4 Jadi, persoalan dasar yang diangkat dalam studi ini adalah terjadinya kinerja produk yang buruk dalam pelaksanaan Program P2KP-DT Di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Karena Program P2KP-DT baru memasuki tahap awal, perlu dilakukan sebuah evaluasi terhadap kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT agar dapat memperoleh umpan balik (feedback) yang diperlukan sedini mungkin untuk memperbaiki kinerja Program P2KP-DT di tahap-tahap selanjutnya. Kinerja proses pelaksanaan dalam hal ini patut diteliti karena masukan dan keluaran program adalah hal yang sudah pasti diketahui. Masukan program berbentuk dana bantuan, sarana, dan prasarana pendukung, dan keluaran program adalah bantuan komoditi. Melalui dugaan tersebut, timbullah pertanyaan utama yang ingin dijawab penelitian ini, yaitu: Bagaimana kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006? Melalui pertanyaan utama studi tersebut, muncul pertanyaan lainnya yang akan terjawab berdasarkan jawaban pertanyaan utama tersebut, yaitu: Hal apa saja yang perlu diperhatikan pelaksanaannya untuk meningkatkan kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahapan program selanjutnya? 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah mengevaluasi kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal (P2KP- DT) di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Jadi, manfaat studi ini adalah sebagai masukan penilaian kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT bagi setiap stakeholder di dalam proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa sasaran yang menjadi tahapan pelaksanaan studi. Sasaran-sasaran tersebut adalah: 1. Menentukan indikator-indikator dan tolok ukur yang menjadi dasar penilaian kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI Tahun 2006 (Pedoman Pelaksanaan P2KP-DT KNPDT RI Tahun 2006), 2. Menilai kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 melalui evaluasi indikator dan tolok ukur kinerja, 4

5 1.4 Ruang Lingkup Studi Pembahasan mengenai ruang lingkup studi ini terdiri atas dua bagian, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Kedua bagian tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut ini Ruang Lingkup Materi Materi penelitian ini berfokus kepada penilaian kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal yang dicanangkan oleh Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Pengukuran kinerja tersebut dilakukan dengan pendekatan evaluasi formatif Ruang Lingkup Wilayah Studi Daerah yang menjadi fokus wilayah studi pada penelitian ini adalah Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Purwosari, Saptosari, dan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul yang memiliki keunggulan di sektor pertanian berperan penting dalam konstelasi regional Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga kemajuan pembangunannya akan berdampak pada kemajuan pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peta orientasi wilayah pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul ditunjukkan pada Gambar I Metode Penelitian Subbab pembahasan mengenai metode penelitian untuk evaluasi formatif kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 ini akan dibagi ke dalam empat bagian, yaitu pendekatan studi, pengumpulan data, penentuan sampel, serta penetapan indikator dan tolok ukur evaluasi Pendekatan Studi Pendekatan studi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah evaluasi formatif terhadap kinerja proses pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Evaluasi formatif adalah salah satu bentuk evaluasi formal yang berfokus kepada usaha-usaha untuk secara terus menerus memantau pencapaian tujuan-tujuan dan target formal (Dunn, 1994). Sebelum melakukan evaluasi, ditetapkan indikator dan tolok ukur kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul. Indikator didapatkan dari Tahap Pelaksanaan Program 5

6 Batas Desa Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Propinsi Garis Pantai Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Kecamatan Lokasi P2KP-DT Gedangsari Girisubo Purwosari Saptosari Tanjungsari 6

7 P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul Tahun Dalam penelitian evaluasi formatif ini, terdapat sebuah permasalahan utama yang harus dijawab. Permasalahan utama tersebut adalah bagaimana kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Jika terdapat tolok ukur yang tidak terpenuhi, tolok ukur tersebut akan menjadi masukan bagi perumusan rekomendasi. Maka, hasil akhir dari studi ini adalah penilaian kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 dan rekomendasi yang berisi kegiatan-kegiatan program yang perlu diperhatikan pelaksanaannya di masa yang akan datang agar dapat meningkatkan kinerja Sumber dan Cara Mendapatkan Data Dalam studi ini, data-data yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran studi diperoleh melalui dua macam survei, yaitu survei data primer dan survei data sekunder. Penjelasan mengenai kedua macam survei tersebut adalah sebagai berikut: Survei Data Primer Pengumpulan data melalui survei data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi lapangan. Wawancara akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Purwosari, Saptosari, dan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul setelah dilaksanakannya Program P2KP-DT pada tahun Pertanyaan wawancara didasarkan kepada indikator dan tolok ukur evaluasi yang telah ditetapkan. Observasi lapangan dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi wilayah Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Purwosari, Saptosari, dan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul dengan adanya pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal. Survei Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kajian literatur. Literatur dapat berasal dari buku-buku, multimedia, ataupun instansi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan program. Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk memahami metode penelitian, penetapan indikator kerja, serta tahapan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal Penentuan Sampel Sampel yang digunakan dalam studi ini adalah stakeholder pelaksana Program P2KP- DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Stakeholder adalah individu atau grup yang memiliki kepentingan, baik dalam mempengaruhi atau dipengaruhi, oleh aktivitas/kegiatan 7

8 yang menjadi isu utama.terhadap pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Dalam studi ini, sampel yang digunakan merupakan stakeholder dalam pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul. Stakeholder tersebut berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan KMUP. Daftar stakeholder tersebut dapat dilihat lebih lanjut di Subbab Responden wawancara yang pertama diwawancarai adalah Ir. Iriawan Djatiasmoro dan Ir. Martin Sumbaga. Kedua responden ini didapatkan melalui rekomendasi Bapak Wisnu selaku Penanggung Jawab Program P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul Tahun Perkenalan dengan Bapak Wisnu sendiri adalah setelah adanya rekomendasi dari staf-staf Tim Sekretariat Pusat P2KP-DT. Wawancara dengan H. Eko Subiantoro S.H. dilakukan karena beliau adalah Ketua Tim Koordinasi dan Pengendali P2KP-DT Kabupaten Gunungkidul yang bertindak sebagai pelaksana di kabupaten. Responden lainnya didapatkan melalui rekomendasi ketiga responden pertama tersebut. Bagan alur responden wawancara terlihat di Gambar I.2 di halaman berikutnya Penetapan Indikator dan Tolok Ukur Evaluasi Indikator evaluasi dirumuskan berdasarkan dokumen-dokumen formal. Hal ini mengacu kepada evaluasi yang bersifat formal. Dokumen formal yang digunakan untuk menentukan indikator evaluasi adalah Pedoman Pelaksanaan P2KP-DT Tahun Indikator dan tolok ukur kinerja yang dirumuskan dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengukur kinerja proses pelaksanaan program tahunan P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun Di dalam Pedoman Pelaksanaan P2KP-DT Tahun 2006 dijelaskan mengenai tata cara pelaksanaan P2KP-DT yang menyangkut persiapan umum, pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Tahap-tahap ini diturunkan menjadi indikator evaluasi. Selain indikator, dirumuskan pula subindikator dan tolok ukur yang juga didasarkan kepada Pedoman Pelaksanaan P2KP-DT Tahun 2006 yang terdiri dari tahap kegiatan P2KP-DT yang lebih detail. Dokumen ini diyakini benar karena dibuat oleh KNPDT RI yang memiliki kekuatan hukum sebagai perumus kebijakan pembangunan daerah tertinggal. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi atau perumusan indikator evaluasi kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat di Subbab

9 Gambar I.2 Pemetaan Proses Penentuan Sampel Ir. Iriawan Djatiasmoro Penanggung Jawab Program P2KP-DT Ir. H. Jamaluddien Malik, MM Koordinator Umum Tim Koordinasi dan Pelaksana Pusat Maya Ketua Bag. Teknis Tim Koordinasi dan Fasilitasi Provinsi DIY Ir. Zunainy Makki Koordinator Pelaksana Tim Koordinasi dan Pelaksana Pusat Regional Jawa & Bali Wiji Lestari Wakil Ketua Tim Koordinasi dan Fasilitasi Provinsi DIY Drs. Sjaifudin HS Ketua Tim Pengadaan Barang Program P2KP-DT Slamet Ketua KMUP Sidorejo Ir. Martin Sumbaga Tenaga Pendamping Program P2KP-DT Sumadi Ketua KMUP Harapan Mulya Darto Miyono Ketua KMUP Sridadi Supandi Ketua KMUP Gemah Ripah Harsa Sentana Ketua KMUP Tani Widodo S. Wardiyo Ketua KMUP Tani Wijaya H. Eko Subiantoro, S.H. Ketua Tim Koordinasi dan Pengendali Kabupaten Sumpono, SE Bendahara Program P2KP-DT Sumber: Hasil Analisis,

10 Dari penjabaran Tabel II.3, diasumsikan bahwa kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT dikatakan berjalan dengan baik bila seluruh indikatornya dilakukan dan terpenuhi. Semua tolok ukur yang tidak terpenuhi dalam evaluasi ini akan menjadi penyebab kegagalan proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul, karena semua tolok ukur berpengaruh langsung kepada hasil kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Gunungkidul tahun Sistematika Pembahasan Secara garis besar, sistematika pembahasan dalam penyusunan tugas akhir ini memuat substansi yang terbagi ke dalam empat bab. Keempat bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas rancangan studi yang memberikan arahan untuk mencapai tujuan studi. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini adalah latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup studi, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PROSES PELAKSANAAN PROGRAM P2KP-DT DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PADA TAHUN 2006 Bab ini memaparkan kajian pustaka yang berguna sebagai landasan teori, dengan tujuan untuk membentuk kerangka logika dan membatasi pembahasan materi, sehingga evaluasi yang dilakukan tetap berfokus pada tujuan penelitian. Teori yang dibahas pada bab ini dibagi menjadi teori materi penelitian dan kajian teoritis metode penelitian. Teori materi penelitian meliputi tahapan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal itu sendiri, sedangkan kajian teoritis metode penelitian meliputi teori evaluasi formal, kajian stakeholder, teori analisis data, dan penentuan indikator kinerja Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal. BAB 3 EVALUASI KINERJA PROSES PELAKSANAAN PROGRAM P2KP-DT DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PADA TAHUN 2006 Bab ini mencakup proses analisis data secara sistematis untuk mencapai tujuan studi. Pada dasarnya, proses analisis data tersebut adalah penilaian keefektifan pelaksanaan program tahunan Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal di Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Purwosari, Saptosari, dan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul pada tahun Penilaian keefektifan didasarkan pada kriteria dan indikator evaluasi yang telah 10

11 ditetapkan sebelumnya. Selain itu, diungkapkan pula masalah-masalah yang mempengaruhi kinerja program. BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan keluaran studi yang terdiri dari: 1) temuan studi, 2) kesimpulan yang merupakan tujuan studi berdasarkan temuan-temuan studi, 3) rekomendasi, 4) kelemahan studi, dan 5) saran untuk studi selanjutnya. 11

12 Gambar I.3 Kerangka Pemikiran Studi Pelaksanaan P2KP-DT di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 Latar Belakang Banyaknya kekurangan pada tahapan pelaksanaan Program P2KP-DT Tidak terlaksananya pengadaan kapal 15 GT pada tahun 2006 Rumusan Persoalan Rendahnya kinerja produk pelaksanaan Program P2KP-DT Tujuan Mengevaluasi kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di Kab. Gunungkidul Pedoman Pelaksanaan P2KP-DT Tahun 2006 Teori Evaluasi Persiapan Umum Program Perencanaan Program Pelaksanaan Program Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Program Pengorganisasian Program Pengendalian dan Pengawasan Program INDIKATOR KINERJA Penilaian Kinerja Proses Pelaksanaan Program P2KP-DT Survei Data Primer Analisis Kesimpulan dan rekomendasi pelaksanaan P2KP-DT di masa mendatang 12

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil analisis evaluasi kinerja proses pelaksanaan Program P2KP-DT di pada tahun 2006, maka pada bab ini akan diuraikan temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Referensi Babbie, Earl The Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth Publishing.

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Referensi Babbie, Earl The Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth Publishing. DAFAR PUSAKA A. Buku Referensi Babbie, Earl. 1971. he Practice of Social Research. Belmont: Wadsworth Publishing. Blakely, Edward J.. 1989. Planning Local Economic Development: heory and Practice. Newbury

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk terus meningkatkan capaian rehabilitasi hutan dan lahan. Program tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN GLAGAH KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN GLAGAH KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan salah satu prasarana kunci untuk pengelolaan dan pemanfaatan potensi suatu kawasan. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai propinsi dengan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA TIM NASIONAL REHABILITASI DAN REVITALISASI KAWASAN PLG DI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : KEP-42/M.EKON/08/2007 TENTANG TIM PENDUKUNG DAN

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DA TAHUN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANA

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DA TAHUN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANA RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DA TAHUN 2018-2021 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANA No Tujuan OPD Indikator Tujuan Sasaran OPD Indikator Sasaran (impact) Program/ Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 166 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI DAN FASILITASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRODUKSI DAERAH TERTINGGAL (P2KP-DT)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR: 91 / 03.A / Bappeda /2016 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG NOMOR : 180/1918/KEP/421.115/2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 206-202 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG 206 PROVINSI BALI BUPATI BADUNG KEPUTUSAN

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA SETARA DENGAN ESELON I

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA SETARA DENGAN ESELON I Lampiran 1 Pengumuman Nomor : PENG- 01/Pansel.MBU/05/2015 Tanggal : 4 Mei 2015 RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN NO. 1. Nama Jabatan Deputi Bidang Usaha Energi,

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA DEWAN NASIONAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS NOMOR : KEP-40/M.EKON/08/2010 TENTANG TIM PELAKSANA DEWAN NASIONAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS MENTERI

Lebih terperinci

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di 10 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2.1 Struktur dan Karakteristik Fisik Dasar 2.2.1 Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Propinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR: KPTS/760/99/HUK TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PROSES PELAKSANAAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRODUKSI DAERAH TERTINGGAL (P2KP-DT)

EVALUASI KINERJA PROSES PELAKSANAAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRODUKSI DAERAH TERTINGGAL (P2KP-DT) EVALUASI KINERJA PROSES PELAKSANAAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRODUKSI DAERAH TERTINGGAL (P2KP-DT) DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: KARINA MIATANTRI 15403056

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) Pemerintah Kabupaten Blitar PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PERTERNAKAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 Jl. Cokroaminoto No. 22 Telp. (0342) 801136 BLITAR 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah A. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah serta Peraturan Bupati Malang Nomor 59

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 Forum SKPD oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Yogyakarta, 28 Maret 2016 Outline 1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Sektoral 2. Isu Strategis

Lebih terperinci

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.

1. Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah. PEMBANGUNAN DAERAH Menurut Balkley, 1988 pembangunan daerah merupakan fungsi dari sumber daya manusia dan alam, investasi, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi teknologi, teknologi lintas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari upaya mengembangkan ekonomi lokal wilayah tersebut. Pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumen Penetapan Kinerja merupakan suatu dokuman pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

KERTAS KERJA EVALUASI KESELARASAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BESERTA INDIKATOR KINERJA SKPD

KERTAS KERJA EVALUASI KESELARASAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BESERTA INDIKATOR KINERJA SKPD KERTAS KERJA EVALUASI KESELARASAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BESERTA INDIKATOR KINERJA SKPD SASARAN RPJMD Meningkatnya produktivitas PDRB ADHB usaha masyarakat, koperasi, UMKM berbasis pertanian dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan dua per tiga wilayahnya berupa perairan dan mempunyai potensi sumber daya ikan sekitar 6,4 juta ton/tahun. Dengan besarnya potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 145 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN SIMPUL KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2007 Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian Oleh : Sahat M. Pasaribu Bambang Sayaza Jefferson Situmorang Wahyuning K. Sejati Adi Setyanto Juni Hestina PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

1. LANDASAN HUKUM 2. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PDT 3. STRUKTUR ORGANISASI 4. MISI UNIT KERJA DITJEN PDT 5. SASARAN STRATEGIS 6. PAGU ANGGARAN 7.

1. LANDASAN HUKUM 2. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PDT 3. STRUKTUR ORGANISASI 4. MISI UNIT KERJA DITJEN PDT 5. SASARAN STRATEGIS 6. PAGU ANGGARAN 7. APRIL 2015 1 1. LANDASAN HUKUM 2. TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PDT 3. STRUKTUR ORGANISASI 4. MISI UNIT KERJA DITJEN PDT 5. SASARAN STRATEGIS 6. PAGU ANGGARAN 7. ALOKASI PERDIREKTORAT 8. POSTUR BELANJA 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( ESSELON II )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( ESSELON II ) S K P D : BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA ( ESSELON II ) TUGAS : Menyiapkan bahan pembinaan Pangan, pengembangan Industri dan Kepariwisataan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR s BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 CAPAIAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan II Tahun 2016 Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 18.110 yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7 juta km 2. Pulau-pulau tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan harus dilakukan adil dan merata agar setiap masyarakat dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA DAN KELANGKAAN PROFESI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah wewenang pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Andirfa (2009), menyatakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan potensi sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, sering ditemukan pemanfaatan sumber daya alam oleh pelaku pembangunan yang hanya berorientasi

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) EKO-REGIONAL, Vol 1, No.1, Maret 2006 EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2) 1) Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dengan upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci