POKOK BAHASAN II PEMILIHAN LOKASI (SITE SELECTION)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POKOK BAHASAN II PEMILIHAN LOKASI (SITE SELECTION)"

Transkripsi

1 POKOK BAHASAN II PEMILIHAN LOKASI (SITE SELECTION) A. Pendahuluan Keberhasilan pengelolaan budidaya laut sangat ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah pemilihan lokasi yang tepat dan cocok dengan kultivan yang diusahakanya. Indonesia dengan iklim tropika mernungkinkan hidupnya berbagai jenis biota laut yang jumlahnya sangat banyak. Jenis-jenis biota tersebut mempunyai sifat dan habitat yang berbeda antara satu dengan yang lain. OIeh karena itu, lokasi budidaya yang baik dan cocok bagi satu jenis kultivan adalah lokasi yang mempunyai sifat yang sama atau hampir sama dengan lokasi dimana kultivan itu hidup secara alami. Pemilihan lokasi yang tepat maka akan mengurangi biaya untuk memanipulasi lingkungan, sehingga secara ekonomi akan mengurangi biaya produksi. Dalam pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa akan mengetahui dan mampu untuk menilai suatu lokasi untuk dijadikan tempat budidaya laut. Secara umum lokasi yang baik untuk budidaya laut adalah lokasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - Terlindung dari deburan ombak dan angin kencang. - Benih dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup, kualitas baik, waktu yang tepat dan berkesinambungan. - Adanya pergerakan dan pertukaran air yang cukup baik - Tidak kekeringan walaupun pada waktu surut terendah - Mudah dicapai dan ada akses transportasi - Dekat dengan pusat perekonomian - Hebas dari pencemaran - Mudah mendapatkan sarana produksi Syarat-syarat tersebut merupakan persyaratan umum, yang mestinya harus diikuti dengan pengkajian berbagai sifat perairan dan aspek biologi, phisik, dan kimia. Pada dasarnya usaha budidaya laut dapat dilakukan di wilayah perairan pantai, yang dibagi menjadi enam zone yaitu : zone pantai, zone pasang surut, zone sub (ithoral, zona lapisan permukaan, zone lapisan tengah, dan zone perairan dasar (Milne, 1972 cit. Hutabarat )., 1988.) Universitas Gadjah Mada 1

2 Gambar 2.1. Pembagian zone pesisir menurut Milne (1972) Keterangan : 1. zone pantai 2. zone pasang surut 3. zone sub lithoral 4. zona lapisan permukaan 5. zone lapisan tengah 6. zone perairan dasar B. Sifat Sifat Phisik Perairan Laut Sifat phisik, kimia, dan biologi perairan akan berpengaruh terhadap kultivan, baik secara Iangsung maupun tidak langsung. Pengaruh Iangsung, misalnya kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat rendah, akan dapat Iangsung mematikan ikan. Sebaliknya, kandungan plankton yang berlebihan dalam suatu perairan selain berpengaruh baik terhadap ikan karena merupakan pakan alami, tetapi juga merupakan pesaing ikan dalam pemanfaatan oksigen terutama pada malam hari. Manipulasi Iingkungan yang biasa dilakukan di dalam teknik budidaya payau dan tawar, sangat sulit dilakukan atau bahkan tidak dapat dilakukan untuk budidaya laut seperti aerasi, penyiponan, pemupukan. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya pemilihan lokasi yang tepat. Beberapa sifat phisik perairan taut yang perlu dilakukan evaluasi, untuk menentukan lokasi budidaya taut adatah sebagai berikut : 1. Temperatur air Sebagian besar hewan air adalah termasuk hewan berdarah dingin. Oleh karena itu, temperatur air sangat berpengaruh terhadap aktivitas metabolismenya. Evaluasi temperatur air tidak hanya untuk mengetahui besamya suhu air, tetapi juga mengetahui Universitas Gadjah Mada 2

3 kisaran (fluktuasi) temperatur air yang terjadi dalam 1 hari (24 jam), untuk mengetahui suhu air minimal dan maksimalnya. Fluktuasi suhu air yang semakin besar, akan semakin menyulitkan kultivan untuk dapat menyesuaikan perubahan tersebut, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Biasanya, perubahan temperatur/suhu juga akan mengakibatkan perubahan parameter sifat phisik dan kimia air Iainnya. Temperatur air akan mengalami maksimal selepas tengah hari, dan temperatur minimal akan terjadi pada malam hari menjelang pagi. OIeh karena itu, pengamatan suhu air pada waktu-waktu tersebut sangat dipentukan dalam rangka menentukan lokasi budidaya. Fluktuasi temperatur di perairan Indonesia (daerah tropika) relatif hampir sama, artinya perbedaan temperatur minimal dan maksimal tidak terlalu besar. Demikian juga, perbedaan temperatur air antara musim penghujan dan musim kemarau. Untuk beberapa perairan mungkin terjadi sedikit perbedaan terutama pada perairan yang tertutup dan perairan yang mempunyai pasang surut (tidal range) rendah. Temperatur air juga terdistribusi secara vertikal, akibat pengaruh intensitas matahari yang menembus lapisan perairan dan juga apabila tejadi hujan yang sangat lebat. Perbedaan temperatur air antara lapisan atas dan bawah, akan menyebabkan terjadinya perbedaan berat jenis air. Adanya perbedaan berat antar lapisan air tersebut akan menyebabkan terjadinya arus vertikal atau lebih sering disebut dengan up-welling atau pengadukan. Apabila suatu perairan sering terjadi up-welling maka akan terjadi pembalikan antar lapisan air, sehingga lapisan air pada bagian bawah yang secara kualitas lebih jelek (oksigen rendah, karbon dioksida tinggi, amoniak tinggi) akan naik ke atas dan akan menyebabkan kematian bagi kultivannya. Pada perairan-perairan yang sering terjadi up-welling, harus hati-hati atau bahkan dihindari untuk tidak dijadikan lokasi budidaya. OIeh karena itu, diperlukan suatu evaluasi yang mendetail pada suatu lokasi dan periode waktu tertentu. 2. Salinitas Air Distribusi salinitas (kadar garam) sangat ditentukan oleh keberadaan aliran air tawar yang masuk ke perairan, baik yang berasal dari sungai maupun air hujan serta tingkat penguapan air. Salinitas biasanya akan terdistribusi baik secara vertikal maupun secara horisontal. Dalam suatu evaluasi untuk menentukan lokasi untuk budidaya, distribusi salinitas secara vertikal hanya akan sampai pada kedalaman 10 m saja. Pada daerah-daerah muara (eustuarine) biasanya air tawar dad sungai yang masuk ke laut akan berada lapisan yang paling atas. Sedangkan air Iaut yang salinitasnya tinggi, karena pengaruh pasang akan masuk ke daratan/sungai pada Iapisn bawah. OIeh karena itu dalam evaluasi daerah-daerah muara sungai, perlu dicermati adanya Iapisan Universitas Gadjah Mada 3

4 masa air yang salinitasnya berbeda. Distribusi salinitas di daerah muara ini juga ditentukan oleh kecepatan air tawar masuk ke sungai, bentuk dasar pantai, dan bentuk alami mulut sungai. Fluktuasi perubahan salinitas air dan kecepatan perubahannya, juga perlu diperhatikan. Hal tersebut erat kaitannya dengan sifat kultivan yang akan dibudidayakan. Kultivan kelompok euryhialin tidak akan terpengaruh secara significant apabila salinitas berubah-ubah cukup besar, sebaliknya kelompok yang stenohialin akan mengalami gangguan apabila salinitas air selalu berubah-ubah. Perubahan salinitas secara mendadak biasanya terjadi karena pengaruh banjir maupun hujan lebat. Hujan lebat biasanya akan menyebabkan penurunan salinitas secara mendadak pada lapisan permukaan. Penurunan salinitas secara mendadak juga terjadi karena pengaruh sungai banjir, namun daerah penyebarannya hanya terbatas sekitar muara. 3. Pergerakan Air Pergerakan air di laut dapat berupa gelombang, arus, dan pasang surut. Gerakan air tersebut dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Dalam budidaya laut pergerakan air sangat memegang peranan, antara lain: a. Untuk mendistribusikan unsur-unsur hara bagi tumbuhan air termasuk plankton yang ada di perairan itu b. Untuk mendistribusikan makanan bagi ikan-ikan yang dipelihara. c. Untuk mendistribusikan zat-zat yang diperlukan (oksigen, dan sebagainya), bagi kehidupan kultivan. d. Untuk mencuci atau membuang sisa pakan dan hasil ekresi, dari dalam tempat pemeliharaan ke luar tempat pemeliharaan. Arus di daerah pantai sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, kecepatan angin, kecepatan pergerakan air tawar dan transportasi gelombang. Dari keseluruhan faktor tersebut maka faktor gelombang merupakan faktor yang paling dominan. Besar kecilnya gelombang juga akan berpengaruh terhadap kontruksi karamba atau tempat pemeliharaan maupun rakit yang harus dibuat. Kecepatan pergerakan air (arus) dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan padat penebaran ikan. Hal ini nanti akan dibicarakan pada bab berikutnya. Pasang surut air laut dipengaruhi oleh posisi atau kedudukan antara matahari, bumi dan bulan. Oleh karena itu pasang surut akan selalu berubah waktu dan besarnya dari hari ke hari dan akan membentuk suatu siklus. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan perilaku pasang surut adalah perairan tersebut tidak mengalami kekeririgan pada saat surut terendah. Untuk fokasi karamba atau jaring apung, maka kedalaman pada saat surut terndah juga perlu diperhatikan. Dalam 1 hari Universitas Gadjah Mada 4

5 (24 jam) akan terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Sebagai contoh, misal suatu tempat / perairan dimana pada saat surut terendah mempunyai kedalaman 2 m. Jika kedalaman jaring apung sebesar 2,5 m, maka pada saat surut terendah bagian bawah jaring apung akan berada atau menyentuh dasar perairan. Dengan demikian daerah tersebut, akan menjadi kurang baik apabila akan dijadikan lokasi untuk jaring apung. Kecepatan angin akan berpengaruh sebesar 1-5 % terhadap arus yang terjadi di permukaan air sampai kedalaman 0,5 m. Kecepatan dan arus air menjadi sangat penting untuk diketahui, karena digunakan untuk menghindari terjadinya masa air yang tidak bergerak (dead water bodie) pada suatu lokasi. Selain berpengaruh terhadap arus air khususnya arus permukaan, kecepatan angin juga berpengaruh terhadap kontruksi tempat pemeliharaan. Pada suatu perairan pantai yang terbuka dan tidak dijumpai wind breaker, maka kontruksi tempat pemeliharaan harus kuat karena tempat seperti itu biasanya kecepatan angin akan sangat besar. Pergerakan air secara vertikal perlu mendapat perhatian dalam memilih lokasi. Pergerakan air secara vertikal dapat terjadi karena adanya stratifikasi temperatur air, atau terjadi karena ada up-welling. Pergerakan air vertikal karena up-welling biasanya terjadi Iebih lama, dan pada daerah tertentu yaitu pada daerah-daerah pertemuan arus. Arus vertikal biasanya akan mengaduk seluruh lapisan air, dimana air pada lapisan bawah akan naik dan lapisan air atas akan turun. Lapisan air bawah bisanya mempunyai kandungan oksigen yang rendah, amoniak yang tinggi, sehingga akan sangat membahayakan bagi kultivan khususnya binatang air. 4. Penetrasi Sinar Matahari Penetrasi sinar matahari penting artinya dalam mempengaruhi suhu air dan merupakan enersi utama yang diperlukan dalam proses photosyntesa plankton dan tumbuhan air. Phytoplankton sebagai primary produser sangat penting artinya bagi terbentuknya siklus makanan dalam suatu perairan. Penetrasi sinar matahari juga sangat dipengaruhi oleh kekeruhan air, dimana kekeruhan air ini dapat disebabkan karena pakan alami (plankton) atau karena partikel tersuspensi atau partikel lempung. Kekeruhan yang berlebihan selain akan menghambat penetrasi sinar matahari juga akan berakibat terganggunya proses pernafasan bagi ikan. Dalam budidaya bivalvia keberadaan pakan alami menjadi sangat penting, karena dalam budidaya ini tidak mengenal pemberian makanan tambahan. Untuk pemilihan lokasi budidaya rumput laut, keberadaan sinar matahari mutlak diperlukan. Pada umumnya seluruh perairan di Indonesia tidak begitu masalah dengan penetrasi sinar matahari ini. Universitas Gadjah Mada 5

6 C. Sifat-sifat Kimia Perairan Laut 1. Kandungan oksigen terlarut Kandungan oksigen terlarut di dalam air sangat diperlukan untuk respirasi atau bemafas binatang air termasuk ikan, bivalvia dan crustacea. Di perairan laut oksigen terlarut berasal dan hasil photosintesa phytplankton dan tumbuhan air serta berasal dari proses kelarutan langsung dari udara, melalui proses agitasi maupun difusi. Tingkat kejenuhan kelarutan oksigen di suatu perairan sangat ditentukan oleh kondisi temperatur dan salinitas air yang ada pada suatu saat. Tingkat kejenuhan oksigen yang ideal untuk akttvitas budidaya laut adalah sekitar 80 90% dari level oksigen pada temperatur dan salinitas tertentu. Oksigen tertarut dapat menurun secara drastis pada malam hari, apabila pada perairan terebut mengandung plankton yang cukup tinggi. Perairan yang mengandung plankton cukup tinggi biasanya berada pada suatu perairan yang subur, seperti daerah muara (eustuarine) atau daerah-daerah pertemuan arus. Namun demikian, pertumbuhan plankton yang luar biasa (bloom) yang terjadi di perairan laut relatif lebih rendah bila dibanding dengan pertumbuhan yang terjadi di kolam atau di tambak. OIeh karena itu, pengurangan oksigen tertarut karena proses respirasi akan relatif kecil. Pengurangan oksigen terlarut yang lain adalah proses perombakan bahan organik yang terjadi terutama di dasar perairan, respirasi oleh biofauling dan zooplankton serta binatang air Iainnya. Secara umum kelarutan oksigen di perairan laut akan sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan perairan tawar. Kecepatan pergerakan air akan mempunyai peranan yang penting dalam penyediaan oksigen tertarut di dalam air. Pergerakan air akan mempunyai peran sebagai penyedia oksigen melalui penggantian masa air. Masa air yang mempunyai kandungan oksigen rendah akan digantikan dengan masa air yang mempunyai kandungan okesigen yang Iebih tinggi. Pergerakan air dalam laut ini akan disamafungsikan seperti kecepatan debit air masuk di kolam atau di tambak. Dalam menentukan kepadatan ikan yang akan ditebar (stocking density) kandungan oksigen terlarut dan kecepatan pergerakan air, akan menjadi pertimbangan penting dan hal ini akan dibicarakan pada pokok bahasan yang lain. 2. Kandungan karbondioksida bebas (CO2 bebas) Kelarutan karbondioksida bebas di dalam air akan membentuk kesetimbangan dengan kelarutan oksigen di dalam air. Kenaikan kelarutan karbondioksida bebas akan menurunkan kelarutan oksigen di dalam air. Karbondioksida akan diperlukan oleh tumbuhan air (termasuk di dalamnya rumput laut) untuk proses photosyntesa. Universitas Gadjah Mada 6

7 Sedang karbondioksida bebas ini dihasilkan oieh biota air dari proses respirasi, perombakan bahan organik, dan hasil kelarutan langsung dari udara. Kelarutan CO 2 yang tinggi di dalam air akan dapat menekan kelarutan oksigen, yang pada akhimya akan merugikan hewan air termasuk ikan. Kelarutan CO 2 yang tinggi secara Iangsung juga dapat berpengaruh kurang baik bagi ikan. Namun demikian, CO 2 ini mempunyai sifat yang labil sehingga dengan adanya gerakan-gerakan air akan menyebabkan CO 2 ini akan menguap keluar dari air. Pada umumnya untuk perairan-perairan yang cukup gerakan airnya, akan mempunyai keseimbangan kelarutan CO 2 dan O 2 yang baik. 3. Nitrat, Phospat dan Amoniak. Kandungan nitrat, phospat, dan amoniak di dalam perairan merupakan salah satu indikator, terjadinya perombakan bahan organik di dalam air. Nitrat dan phospat merupakan salah satu senyawa yang diperlukan oleh plankton dan tumbuhan air untuk kehidupannya. Di perairan pantai keberadaan nitrat dan phospat selain dipengaruhi oleh perombakan bahan organik di dalam perairan itu, juga dipengaruhi oleh aliran air sungai yang masuk ke dalam laut. Jumlah nitrat dan phospat di dalam air akan menentukan tingkat kesuburan perairan. Amoniak, sampai dengan batas tertentu akan bersifat racun bagi ikan dan binatang air lainnya. Tingkat peracunanan amoniak juga dipengaruhi oleh konsentrasi gas-gas lain di dalam air, seperti oksigen terlarut dan karbondioksida bebas, dan suhu air. 4. ph air. Tingkat keasaman air yang biasanya dinayatakan dengan nilai ph, akan berpengaruh terhadap biota yang hidup di dalamnya. Biota air biasanya akan mempunyai tingkat toleransi tertentu terhadap perubahan ph air. Pengamatan ph air tidak hanya ingin mendapatkan nilai ph pada suatu waktu tertentu, melainkan juga untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahannya (range) dalam suatu waktu. ph air laut biasanya akan berkisar pada nilai 7-8, dan nilai ini akan dipengaruhi oieh besarnya senyawa asam yang terbentuk (misalnya dan perombakan bahan organik) dan juga dipengaruhi oleh besarnya nilai karbondioksida bebas di dalam air. Nilai ph air yang selalu berubahubah dari waktu ke waktu, akan berpengaruh kurang baik bagi biota perairan. Perubahan nilai ph juga sangat tergantung dari nilai alkalinitas air (baca bahan ajar limnologi). Universitas Gadjah Mada 7

8 D. Sifat biologi air dan analisis trosap Sifat biologi air yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah kemelimpahan plankton, jumlah dan jenis vegetasi yang dapat tumbuh khususnya di dasar perairan. Kemelimpahan plankton yang tumbuh akan menunjukkan subur tidaknya suatu perairan. Untuk pemilihan lokasi budidaya bivalvia (kerang- kerangan) maka kemelimpahan plankton akan menjadi pertimbangan penting, dibanding dengan pemilihan lokasi untuk budidaya ikan. Pada lokasi perairan yang dasar perairannya gersang dan tidak ditumbuhi oleh sedikitpun tanaman air, akan menjadi petunjuk bahwa pàda daerah tersebut tidak subur dan kurang baik apabila dijadikan sebagal lokasi pemeliharaan rumput laut. Benthos adalah mikroorganisme atau organisme kecil yang hidup di dasar perairan. Keberadaan benthos dalam perairan sangat diperlukan, untuk menguraikan berbagai bahan organik yang sempat mengendap ke dasar perairan. Untuk memilih lokasi untuk berbagai jenis kerang yang hidupnya di dasar perairan, kualitas dan kuantitas benthos perlu dipertimbangkan. Dengan memperhatikan biota air yang tumbuh di suatu perairan khususnya untuk kelompok plankton dan benthos, maka akan dapat dikembangkan suatu analisis yang disebut dengan analisis trosap. Analisis trosap berasal dari kata analisis trophik dan analisis saprobik. Trophik berasal dari kata trophism, yang mencerminkan derajat produktivitas primer. Sedang saprobik berasal dari kata saprobily yang mencerminkan derajat dekomposisi dari berbagai bahan organik yang ada di dalam air. Oleh karena itu trophik-saprobik (trosap) merupakan metoda analisis struktur komunitas jasad renik untuk evaluasi kualitas air, terutama ditinjau dad derajat pencemaran dan tingkat kesuburan dalam suatu badan air. 1. Prinsip dasar analisis trosap a. Analisis trosap bertumpu pada evaluasi terhadap parameter penyubur (trophic indicators) dan parameter pencemar (saprobic indicators) guna menilai kualitas air dan kelayakan bagi lokasi budidaya laut. b. Parameter biotik dan abiotik yang diukur adalah 1). Kemelimpahan dan keanekaragaman plankton 2). Kemelimpahan dan keanekaragaman benthos 3). Sifat phisik dan kimia air. c. Tata urutan langkah untuk analisis trosap dapat dilihat pada bagan 1, sebagai berikut: - Penetapan titik sampling - Sampling dan pengawetan contoh plankton dan benthos Universitas Gadjah Mada 8

9 - Pengukuran parameter phisik dan kimia air - Pengamatan contoh plankton dan benthos - Pengolahan dan analisis data - Penilaian (lokasi terpilih, jenis kultivan) Bagan 2.1. Tahapan jalur analisis trosap Berdasar tingkat pencemarannya, suatu perairan dapat dikelompokan seperti pada tabel di bawah ini : Universitas Gadjah Mada 9

10 Tabel II. 1. Pengelompokan organism indikator kualitas air Tipe Perairan Organisme Indikator Kelompok Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D Kelompok E Polisaprobik Mesosaprobik Mesosaprobik Oligosaprobik - 31 organisme (lihat gambar A) 17 organisme (lihat gambar B) 22 organisme (lihat gambar C) 23 organisme (lihat gambar D) Organisme yang tidak termasuk A, B, C, dan D. Indek Saprobik : IC 3D 1B - 3A SI IA 1B 1C 1D dimana : SI A B : Saprobic index : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme polisaprobik : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme alpha mesosaprobik C : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme beta mesosaprobik D : Jumlah (banyaknya) genera atau spesies organisme oligosaprobik Indek Trophik-Saprobik di mana : TSl N na nb nc nd ne : Trophic Saprobic Index : Jumlah individu organism pada setiap kelompok saprobitas : Jumlah individu penyusun kelompok polisaprobik : Jumlah individu penyusun kelompok alpha mesosaprobik : Jumlah individu penyusun kelompok betha mesosaprobik : Jumlah individu penyusun kelompok oligosaprobik : Jumlah individu penyusun kelompok selain A, B, C dan D Universitas Gadjah Mada 10

11 Indek Keanekaragaman spesies (H) H = Pi. LnPi Dimana : Pi : ni/n (peluang spesies I dare total individu) s : Jumlah spesies ni : Jumlah individu tiap spesies N : Total individu Universitas Gadjah Mada 11

12 Universitas Gadjah Mada 12

13 Universitas Gadjah Mada 13

14 Universitas Gadjah Mada 14

15 Universitas Gadjah Mada 15

16 Kriteria penialian tingkat saprobitas untuk menilai kelayakan lokasi budidaya laut penilaian tingkat saprobitas didasarkan pada petunjuk Lee et. al (1978) dan Knobs (1978) seperti tercantum pada tabel ini : Table II. 2 Kriteria penilaian tingkat saprobitas untuk menilai kelayakan lokasi budidaya laut Nilai Parameter SI dan TSI H Tingkat Saprobitas < -3 s/d -2 < 1,0 Polisaprobik < -2 s/d + 0,5 1 1,5 Alpha mesosaprobik < +0,5 s/d 1,5 > 1,5 2,0 Betha mesosaprobik < +1,5 s/d > 2,0 > 2,0 Oligosaprobik Indikasi - Pencemaran berat - Kesuburan sulit dimanfaatkan - Tidak cocok untuk budidaya laut - Pencemaran sedarig sampai berat - Kesuburan sulit dimanfaatkan - Tidak cocok untuk lokasi budidaya - Pencemaran sedang sampai ringan - Kesuburan dapat dimanfaatkan - Dapat dimanfaatkan untuk lokasi budidaya kerang, tiram, kakap, bandeng dan rumput laut - Pencemarari ringan atau belum tercemar - Kesuburan dapat dimanfaat kan - Cocok untuk iokasi budidaya rumput laut, kerang, tiram, ikan dan udang. Universitas Gadjah Mada 16

17 E. Rangkuman Pemilihan lokasi merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan budidaya laut. Beberapa parameter yang perlu dilakukan evaluasi dalam menentukan lokasi budidaya laut adalah hal yang bersifat teknis dan non teknis. Hal-hal teknis seperti sifat phisik, kimia, biologi air, ketersediaan benih, dan sarana dan prasarana. Sedang hal yang bersifat non teknis seperti keadaan pasar, keamanan, serta peraturan perudangannya. Salah satu metoda yang dikembangkan dalam kaitannya dengan pemilihan lokasi ini adalah analisis trosap. Dalam analisis dilakukan evaluasi terhadap kondisi perairan dengan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non teknis. F. Latihan Dalam suatu penelitian untuk menilai kelayakan suatu lokasi untuk budidaya laut dan menentukan jenis kultivan yang cocok, telah dilakukan pengamatan terhadap sifat phisik, kimia dan biologi air. Data hasil pengamatan seperti tersaji di bawah ini. Parameter Lokasi I Lokasi II Phisik kimia - Salinitas (ppt) Kekeruhan Rendah Rendah - ph DO (ppm) ppm - Arus / gelombang Lemah Lemah Biologi - Plankton dan benthos Hambatan lain Copepoda Cyclotella Tabellaria Branchionus Uroglena volvox Oscilatoria Formosa Stentor coerolus Zoogloea Rhizosolenia Nihil Copepoda Asterionella OScilaatoria rubuscent Colpoda cuculus Oscilatoria putrida Chironomus thummi Rotatoria neptunia Spaerotilus - 50 Rhizosolenia Nihil Universitas Gadjah Mada 17

18 Cara penyelesaian : 1. Dikelompokan organisnme pengamatan plankton dan benthos, berdasarkan tingkat saprobitasnya dan gunakan gambar 2 samapi 5 untuk identifikasinya. 2. Hitung nilai SI dan TSI, menggunakan rumus yang ada. 3. Buat matriks evaluasinya. 4. Tentukan kultivan apa yang dapat dibudidayakan. Universitas Gadjah Mada 18

19 Pengelompokkan organisme menurut tingkat saprobitasnya (Lokasi I) Kelompok Organisme Jenis Jumlah A. Polisaprobik Zoogloea 100 na = 100 B. Alpha mesosaprobik Oscillatoria Formosa Stentor coerolus C. Betha mesosaprobik Brachionus Asterionella D. Oligosaprobik Copepoda Cyclotella Tabellaria nb = nc = nd = 2000 E. Lain lain Rhizosolenia 100 ne = 100 Universitas Gadjah Mada 19

20 Matrik Evaluasi : Lokasi = I SI = 2,0 TSI = 2,05 Tingkat Saprobitas = Betha mesosaprobik/oligosaprobik Salinitas = Normal Oksigen terlarut = normal ph = normal Lain lain = normal Kesimpulan : 1. Lokasi tersebut layak secara teknis untuk budidaya laut. 2. Kultivan yang dapat dibudidayakan antara lain : rumput laut, tiram, kerang, dan ikan (beronang, kerapu, kakap). F. Daftar Buku Bacaan : 1. Hutabarat, J., Evaluasi Kondisi Bio-Hidrographi Dalam Penentuan Lokasi Budidaya Laut. Universitas Diponegoro, Semarang. 2. Anonim, Petunjuk Teknis Budidaya Laut. Direktorat Bina Sumber Hayati Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. 3. Anggoro, S., Analisis Tropik Saprobik (Trosap) (Untuk Menilai Kelayakan Lokasi Sudidaya laut. Universitas Diponegoro, Semarang. 4. Ruswahyuni, Hewan Makro Benthos dan Kunci Indentitikasi Polychaeta. Universitas Diponegoro, Semarang. 5. Alim Isnansetyo, Kurniastuti, Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada 20

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Matakuliah : Budidaya Perairan Laut Kode / SKS : PIB 3107 /2-1 SKS Prasyarat : Mata Kuliah Dasar-dasar budidaya, limnologi, oceanographi, dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) PENGELOLAAN KUALITAS AIR DALAM KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN DAN UDANG Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic) DISSOLVED OXYGEN (DO) Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

PARAMETER KUALITAS AIR

PARAMETER KUALITAS AIR KUALITAS AIR TAMBAK PARAMETER KUALITAS AIR Parameter Fisika: a. Suhu b. Kecerahan c. Warna air Parameter Kimia Salinitas Oksigen terlarut ph Ammonia Nitrit Nitrat Fosfat Bahan organik TSS Alkalinitas Parameter

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Belawan Perairan Laut Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai aktivitas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang potensial yang memiliki kaitan erat dengan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Biawak merupakan suatu daerah yang memiliki ciri topografi berupa daerah dataran yang luas yang sekitar perairannya di kelilingi oleh

Lebih terperinci

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas 2.3 suhu 2.3.1 Pengertian Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan Indonesia termasuk dalam kategori terbesar di dunia karena memiliki wilayah yang sebagian besar berupa perairan. Indonesia memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Penentuan carrying capacity dalam lingkungan dapat didekati secara biologi dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan konsep ekologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik).

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geografi Kabupaten Bandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2. Peta Kabupaten Bandung (Sumber : www.google.co.id ) Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah administrasi yang berada di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme

Lebih terperinci

YUDI MIFTAHUL ROHMANI

YUDI MIFTAHUL ROHMANI Faktor Pembatas OLEH: YUDI MIFTAHUL ROHMANI Pendahuluan Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mengetahui teknik kultur Chaetoceros sp. dan Skeletonema sp. skala laboratorium dan skala massal serta mengetahui permasalahan yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN.. Hasil Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pola distribusi vertikal oksigen terlarut, fluktuasi harian oksigen terlarut, produksi primer, rincian oksigen terlarut, produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT

POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT A. Pendahuluan Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan dan memiliki lebih dari 17.000 Iebih pulau. Dari luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali Selat adalah sebuah wilayah perairan yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak diantara dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pantai Kawasan pantai (coastal zone) merupakan zona transisi yang berhubungan langsung antara ekosistem laut dan darat (terrestrial). Kawasan pantai dan laut paparan menyediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

GROUPER FAPERIK ISSN

GROUPER FAPERIK ISSN STUDI TENTANG PERBEDAAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN NILA (OREOCHOMIS NILOTICUS) YANG MENGGUNAKAN DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK CAIR ENDAH SIH PRIHATINI Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR Oleh: Dr. Endang Widyastuti, M.S. Fakultas Biologi Unsoed PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan pesisir merupakan wilayah perairan yang banyak menerima beban masukan bahan organik maupun anorganik (Jassby and Cloern 2000; Andersen et al. 2006). Bahan ini berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas perairan merupakan faktor utama yang harus dipenuhi sebelum menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar

Lebih terperinci

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung. 32 Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x 10 5 ekor/liter dan total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air rendaman kangkung sebesar 3,946 x 10 5 ekor/liter.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam TINJAUAN PUSTAKA Benthos Bentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan. Bentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna Viridis ) Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton adalah organisme mikroskopis yang hidup melayang bebas di perairan. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah organisme berklorofil

Lebih terperinci