COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI"

Transkripsi

1 COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C5 ABSTRAKSI Amri Arifianto, COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C5 Skripsi, Fakultas Ilmu Komputer, 005 Kata Kunci : Mikrokontroller AT89C5, Sensor Infra Merah, Seven Segment. ( x Lampiran ) Counter barang berbasis mikrokontroller AT89C5 ini merupakan suatu alat yang dapat memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain serta sekaligus melakukan penghitungan dari jumlah barang yang telah dipindahkan yang ditampilkan pada dua buah seven segment display. Counter barang ini menggunakan dua buah sensor infra merah untuk mendeteksi barang atau benda yang akan dipindahkan. Jika alat ini dihidupkan namun tidak ada barang yang melewati sensor pertama, maka alat ini akan berada dalam kondisi standby dan hanya akan bekerja memindahkan barang hanya jika ada benda yang melewati sensor pertama. Selain memindahkan dan melakukan perhitungan, alat ini juga dilengkapi dengan alarm atau buzzer yang berfungsi untuk memberi tanda atau sinyal berupa suara bahwa barang yang dipindahkan telah maksimum. Program yang digunakan sebagai pengendali dari sistem ini adalah program bahasa rakitan atau assembly, di mana program ini mengatur secara keseluruhan kerja dari sistem. Pada sistem ini jumlah barang yang bisa dipindahkan maksimal adalah sebanyak 99 barang. Latar Belakang Dari zaman yang paling kuno sampai pada zaman sekarang, manusia telah ditakdirkan untuk bekerja, baik sebagai proses untuk bertahan hidup ataupun dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas. Hanya saja bedanya pada zaman terdahulu, kerja yang dilakukan kurang terorganisir dan media atau alat bantu yang digunakan masih tergolong minim. Sedangkan pada saat sekarang, para individu bekerja dan berlomba untuk mengembangkan daya kreatifitasnya. Tentu saja mereka lebih terencana dalam melaksanakan kerja serta alat bantu yang digunakan sudah tergolong efisien karena mengurangi faktor tenaga manusia yang telah digantikan peranannya oleh mesin serta alat bantu lainnya yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas dan akurasi dalam prosesnya. Juga dikarenakan mesin lebih berdaya tahan jika dibandingkan dengan tenaga manusia. Dengan didasari pernyataan di atas, maka penulis berusaha membuat suatu alat dari rangkaian elektronika sederhana yang dapat melakukan dan menggantikan tugas manusia yang juga pada akhirnya akan mempermudah proses kerja manusia itu sendiri. Alat ini merupakan alat sederhana yang dapat memindahkan suatu barang dari satu titik tertentu ke titik lain yang diinginkan, serta melakukan proses penghitungan yang dilengkapi tampilan dari jumlah

2 barang yang telah dipindahkan. Alat tersebut dinamakan Counter dan Transporter Barang Berbasis Mikrokontroller AT89C5. Manusia terus membuat alat yang dapat mempercepat proses kerja. Namun kesemua itu tidak terlepas dari keberadaan elemen-elemen pembentuk yang beroperasi bersama agar alat yang diinginkan dapat bekerja sesuai dengan keinginan dan tujuan. Pada bab ini akan dibahas mengenai komponenkomponen elektronika yang digunakan pada alat counter barang berbasis Mikrokontroller AT89C5. Seven Segment Seven Segment merupakan sebuah komponen yang terdiri dari 7 buah led yang diatur dan dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat membentuk angka 0 sampai dengan angka 9 dan dapat juga menampilkan huruf. Fungsi dari seven segment pada rangkaian counter barang ini adalah sebagai indikator tampilan dari jumlah barang yang telah dipindahkan oleh mesin penggerak. A B C D E F G D TIL309 Gambar Seven Segment Terdapat jenis seven segment, yaitu Seven Segment Common Anode dan Seven Segment Common Cathode. Jenis seven segment yang digunakan pada rangkaian counter barang ini adalah seven segment jenis Common Anode. Untuk seven segment common anoda, semua kaki-kaki anodanya dihubungkan dengan Vcc, sedangkan semua kaki-kaki katodanya berfungsi sebagai input. Seven segment ini merupakan active low, dengan arti bahwa komponen ini akan aktif jika diberi masukan bernilai low (0). Gambar Rangkaian diskrit Seven Segment Common Anoda

3 Mikrokontroller AT89C5 Pada rangkaian counter barang ini, prosesnya banyak dilakukan di mikrokontroller AT89C5. Namun sebelum melanjukan pembahasan mengenai mikrokontroller AT89C5 ini, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu perbedaan antara mikrokontroller dan mikroprosessor. Suatu microprosessor adalah bagian dari CPU (Central Processing Unit) dari sebuah komputer, tanpa memori, tanpa I/O dan tanpa peripheral yang dibutuhkan oleh sebuah sistem lengkap. Sebagai contoh, IBM 8088 dan 80X8 yang hanya bekerja apabila mendapat dukungan berupa RAM, ROM dan I/O. Bila sebuah mikroprosessor dikombinasikan dengan I/O dan memori (RAM/ROM), akan dihasilkan sebuah mikrokomputer. Pada kenyataannya, mengkombinasikan CPU (Central Processing Unit) dengan memori serta I/O dapat juga dilakukan dalam level chip, yang menghasilkan Single Chip Microcomputer (SCM) yang kemudian diberi nama mikrokontroller karena digunakan untuk mengendalikan hardware. Karena mikrokontroller telah memiliki peripheral yang terdapat pada satu chip IC, maka mikrokontroller memiliki kelebihan dalam hal: Kemudahan dalam merancang system berbasis Mikrokontroller. Keandalan yang tinggi. Tingkat keamanan yang terjamin. Ukuran fisik yang ringkas. Harga yang ekonomis. P.0 P VCC P0.0 (AD 0) P P0. (AD ) P.3 P P0. (AD ) P0.3 (AD 3) P.5 35 P0. (AD ) P. 7 3 P0.5 (AD 5) P P0. (AD ) RESET 9 3 P0.7 (AD 7) (RXD)P EA (TXD)P3. 30 ALE (INT0)P3. 9 PSEN (INT)P P.7 (A 5) (T0)P3. 7 P. (A ) (T)P3.5 5 P.5 (A 3) (WR)P3. (RD)P P. (A ) P.3 (A ) XTAL XTAL P. (A 0) P. (A 9) GROUND 0 P.0 (A 8) Konfigurasi Kaki-Kaki Mikrokontroller AT89C5 PDIP 0 Pin Mikrokontroller yang digunakan pada rangkaian counter barang ini adalah Mikrokontroller jenis AT89C5 yang konfigurasi kaki-kakinya terlihat pada gambar Mikrokontroller AT89C5 ini memiliki feature-feature antara lain: a. Sebuah Central Processing Unit 8 bit. 3

4 b. RAM internal 8 byte (On Chip). c. buah timer/counter bit. d. Oscilator internal dan rangkaian pewaktu. e. 5 buah jalur interupsi (3 buah interupsi internal dan buah interupsi external). f. Sebuah port serial dengan Full Duplex UART. g. 3 buah jalur I/O yang dapat diprogram. h. Mempunyai kemampuan dalam melakukan operasi perkalian, pembagian dan Boolean (bit). i. EPROM yang berkapasitas Kbyte untuk program memori. Kecepatan maksimum dalam pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 µ s pada frekuensi clock MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroller yang digunakan adalah MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi per siklus adalah µ s. Lihat diagram bloknya pada Gambar di bawah ini Diagram Blok Mikrokontroller AT89C5

5 Berikut adalah penjelasan dari tiap kaki pada Mikrokontroller AT89C5 : a. Port 0 Port 0 merupakan dual-purpose port (port yang memilki dua kegunaan). Pada desain yang minimum (sederhana) digunakan sebagai port I/O (Input/Output). Pada desain lebih lanjut port 0 juga dapat dikonfigurasikan sebagai bus data selama proses pengaksesan memori data dan program eksternal. Port 0 terdapat pada pin 3 sampai dengan pin 39. b. Port Port terdapat pada pin sampai dengan pin 8 yang berfungsi hanya sebagai port I/O. c. Port Port merupakan dual-purpose port. Pada desain minimum digunakan sebagai port I/O. Pada desain lebih lanjut port digunakan sebagai high byte dari address. Port terdapat pada pin sampai dengan pin 8. d. Port 3 Port 3 merupakan dual-purpose port. Selain berfungsi sebagai port I/O, port 3 juga memiliki fungsi-fungsi khusus yang ditunjukkan pada Tabel berikut : Fungsi Khusus Port 3 Port Pin Fungsi Alternatif P3.0 Rxd (serial input port) P3. Txd (serial output port) P3. _INT0 (external interrupt 0) P3.3 _INT (external Interrupt ) P3. T0 (timer 0 external input) P3.5 T (timer external input) P3. _WR (external data memory write strobe) P3.7 _RD (external data memory read strobe) e. PSEN (Program Store Enable) PSEN merupakan kendali sinyal untuk mengakses program (code) memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output Enable) dari EPROM. Sinyal PSEN akan bernilai 0 pada tahap fetch (penjemputan) instruksi. PSEN akan selalu bernilai 0 pada pembacaan program memori internal. PSEN terdapat pada pin 9. f. ALE (Address Latch Enable) ALE digunakan untuk men-demultiplex alamat dan data bus. Ketika menggunakan program memori eksternal, port 0 akan berfungsi sebagai address data bus. Pada setengah paruh pertama memori cycle, ALE akan bernilai sehingga mengijinkan penulisan alamat pada register eksternal dan pada paruh berikutnya akan bernilai 0 sehingga port 0 dapat digunakan sebagai data bus memori eksternal. ALE terdapat pada pin 30. 5

6 g. EA (External Access) Jika EA diberi masukan 0 atau dihubungkan ke ground, maka mikrokontroller akan mengeksekusi program dari memori eksternal. Jika EA dihubungkan dengan Vcc maka mikrokontroller mengakses program secara internal. h. RST (Reset) Masukan reset. Jika pada pin ini diberi masukan selama minimal siklus mesin selama oscilator bekerja, maka akan mereset mikrokontroller yang bersangkutan. i. On-Chip Oscillator Pada mikrokontroller dengan arsitektur 805, memiliki on-chip oscilator yang dapat bekerja jika digerakkan dengan menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem. Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 µs pada frekuensi clock MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroller yang digunakan adalah MHz, maka kecepatan pelaksanaan intsruksi persiklus adalah µs. On-chip oscilator terdapat pada pin 8 (XTAL) dan pin 9 (XTAL). j. Koneksi Power Supply tegangan sebesar 5 Volt. Pin Vcc terdapat pada pin 0 sedangkan ground terdapat pada pin 0. Reset Reset dapat dilakukan secara manual maupun otomatis saat power diaktifkan (Power on Reset). Saat terjadi reset isi dari register akan berubah sesuai yang ada pada tabel. Skema Rangkaian Reset Reset terjadi dengan adanya logika selama minimal cycle pada kaki RST. Setelah kondisi pin RST kembali low, mikrokontroller akan mulai menjalankan program dari alamat 0000H. Kondisi pada internal RAM tidak terjadi perubahan selama reset. Gambar di atas merupakan gambar rangkaian reset yang bekerja secara manual maupun otomatis saat sumber daya diaktifkan. Pada saat sumber daya diaktifkan, maka kapasitor C, sesuai dengan sifat kapasitor akan terhubung singkat pada saat itu sehingga rangkaian ekivalennya tampak pada gambar.a. Arus mengalir dari VCC langsung ke kaki RST sehingga kaki tersebut berlogika, kemudian

7 kapasitor terisi hingga kapasitor C dan resistor R mencapai VCC, otomatis tegangan pada R atau tegangan RST akan turun menjadi nol sehingga kaki RST akan berlogika 0 dan proses reset selesai. Aliran arus dan perubahan tegangan pada reset otomatis Jika saklar S ditekan, reset bekerja secara manual, aliran arus akan mengalir dari VCC melalui R menuju ke kaki RST. Tegangan pada kaki RST atau VR akan berubah menjadi: yaitu,9 Volt dengan nilai VCC = 5 Volt. Saat S Ditekan Op-Amp 7 Op-Amp atau Operating Amplifier adalah penguat operasional dan merupakan rangkaian elektronik yang dirancang dan dikemas sacara khusus sehingga dengan menambahkan komponen luar sedikit saja dapat dipakai untuk berbagai keperluan. 7

8 Op-Amp adalah peranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal masukan DC maupun AC. Dalam rangkaian counter barang ini, IC Op-Amp yang digunakan adalah IC Op-Amp 7. Keterangan Pin :. Offset null. Inverting input 3. Non Inverting input. Vcc : tegangan aktivator negatif 5. Offset null. Output 7. + Vcc : tegangan aktivator positif 8. No conection (NC) Gambar Op-Amp 7 Fungsi Masing-Masing Pin Pin & Pin 5 : Offset null Tegangan Offset (tegangan kesalahan) atas masukan yang diberikan untuk mengembalikan tegangan output ke posisi nol. Pin : Inverting Input pembalik (dimana output yang dihasilkan berlawanan dengan input). Pin 3 : Non-inverting Input tak membalik (dimana output yang dihasilkan sama dengan input). Pin : -Vcc Tegangan catu negatif untuk pengaktifan Op-Amp. Pin : Output Terminal untuk keluaran dari Op-Amp. Pin 7 : + Vcc Tegangan catu positif untuk pengaktifan Op-Amp. Pin 8 : NC (No Connection) Tak dihubungkan, disertakan dengan tujuan agar kemasan Op-Amp lebih simetris dan lebih kokoh. Pada rangkaian counter barang ini, IC Op-Amp 7 berfungsi sebagai rangkaian Non Inverting Amplifier dan Komparator. Rangkaian non-inverting amplifier dapat juga disebut sebagai rangkaian penguat tak membalik. Input pada rangkaian ini berada pada kaki non-inverting. 8

9 Rf Rin Ib + Vcc Vin Ia Ic - + Vout - Vcc Gambar Rangkaian Non-Inverting Amplifier Rumus Vout Non-Inverting Amplifier: Fungsi lain IC Op-Amp 7 adalah sebagai komparator atau pembanding, di mana fungsi komparator adalah untuk membandingkan tegangan input yang berada pada kaki Inverting dan kaki Non- Inverting. Rf Vout = +. Vin Rin + Vcc Va Vb - + Vout - Vcc Gambar Op-Amp 7 Sebagai Komparator Rumus Vout untuk rangkaian komparator: Vout = ( Vb Va ). 90 % VCC Terlihat pada rumus, terdapat operasi (Vb Va). Fungsi dari operasi tersebut pada rangkaian Komparator adalah sebagai penanda, dimana hasil dari pengurangan tersebut hanya menandakan Vout bernilai positif atau negatif dari hasil 90 % Vcc. 9

10 Motor Stepper Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menggunakan torsi yang kecil seperti pada penggerak piringan disket yang dapat dijumpai pada disk drive atau piringan CD. Kecepatan motor stepper relatif lebih lambat daripada motor DC. Perbedaan antara motor stepper dan motor DC terletak pada proses pengendaliannya. Hanya dengan memberikan sumber tegangan yang relatif terhadap ground maka motor DC sudah dapat berputar, sedangkan pada motor stepper harus memberikan data terlebih dahulu. Motor stepper dibagi menjadi dua jenis yaitu unipolar dan bipolar. Secara fisik unipolar dan bipolar hampir tidak dapat dibedakan, yang menjadi perbedaannya adalah data yang dibutuhkan untuk menggerakan motor stepper tersebut. Penulis menggunakan motor stepper jenis unipolar. Analisis Rangkaian Secara Blok Analisis adalah salah satu cara yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui cara kerja dari rangkaian. Analisis rangkaian secara blok dimaksudkan untuk mengetahui cara kerja pada bagian blokblok rangkaian tersebut. Pada rangkaian counter barang berbasis mikrokontroller AT89C5 penulis membagi rangkaian menjadi blok, yaitu : Sensor masuk, sensor keluar, mikrokontroller AT89C5, indikator display, motor penggerak dan indikator alarm atau buzzer. Display Seven Segment Sensor Masuk Sensor Keluar Mikrokontroller AT89C5 Motor Penggerak Indikator Alarm Gambar Blok Diagram 0

11 Blok Sensor Masuk Sensor masuk merupakan sensor yang akan digunakan sebagai sensor acuan penghitung maju. Apabila sensor masuk ini terkena aksi barang yang melintas (ada barang yang melintas menghalangi sensor masuk) maka mikrokontroller akan melakukan penghitungan maju. +V Sensor 7 R7 330R R9 0K R 0K 3 U Gnd R VR-Multiturn/0K +V 7 3 U R3 k Gnd R5 Q5 k,7v D7 BC57 P3. R5 0K VCS +V VR-Multiturn/0K R9 R7 0K VCS Gambar Blok Sensor Masuk Cara kerja sensor masuk ini adalah sebagai berikut, apabila cahaya infra merah yang dipancarkan oleh transmitter mengenai photo transistor atau dengan kata lain, sensor tidak terhalang oleh barang maka photo transistor akan bekerja saturasi, dan titik A akan mendapat + 5V. Output yang berada pada titik A akan dilanjutkan kedalam rangkaian non inverting amplifier sebagai input. Fungsi rangkaian non inverting amplifier adalah sebagai penguat tidak membalik. Output yang dihasilkan dari rangkaian non inverting amplifier adalah sebesar 0 Volt, dan selanjutnya output tersebut akan digunakan sebagai input pada rangkaian komparator. Rangkaian komparator berfungsi sebagai pembanding input pada kaki inverting dan input pada kaki non inverting. Input pada kaki non inverting adalah hasil dari output rangkaian non inverting amplifier, sedangkan input pada kaki inverting adalah hasil dari pembagi tegangan dari resistor R7 dan R9. Dalam rangkaian komparator input di kaki non inverting lebih besar dibandingkan dengan input di kaki inverting, maka output yang dihasilkan dari rangkaian komparator adalah 0,8 Volt dan dibatasi oleh zenner,7 Volt. Output tersebut kemudian akan dijadikan input pada kaki basis dari transistor Q5. Transistor yang digunakan dalam rangkaian sensor masuk adalah transistor jenis NPN dan fungsi dari transistor Q5 adalah sebagai saklar. Kaki basis pada transistor Q5 mendapat input sebesar,7v Volt. Hal ini menyebabkan transistor Q5 menjadi saturasi (sebagai saklar tertutup) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 5 Volt. Sebaliknya apabila cahaya infra merah tidak mengenai photo transistor atau sensor terhalang oleh barang maka photo transistor akan bekerja cut off, dan dititik A akan mendapatkan ground atau sama dengan nol (0). Output yang berada pada titik A akan dilanjutkan kedalam rangkaian non inverting

12 amplifier sebagai input, dalam rangkaian non inverting amplifier jika inputnya nol maka output yang dihasilkan akan nol juga. Selanjutnya output dari rangkaian non inverting amplifier akan digunakan sebagai input pada rangkaian komparator. Dalam rangkaian komparator input di kaki inverting lebih besar dibandingkan input di kaki non inverting, sehingga output yang dihasilkan dari rangkaian komparator adalah 0 Volt. Kaki basis pada transistor Q5 akan mendapat input sebesar 0 Volt. Hal ini menyebabkan transistor Q5 menjadi cut off (sebagai saklar terbuka) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 0 Volt. Blok Sensor Keluar Secara umum, cara kerja pada sensor keluar ini sama seperti pada sensor masuk, perbedaannya hanyalah pada fungsinya. Jika pada sensor masuk digunakan sebagai sensor acuan penghitung maju, maka prinsip kerja pada sensor keluar ini sebagai sensor acuan penghitung mundur. +V R8 330R Sensor R0 0K R 0K 7 3 U Gnd R VR-Multiturn/0K +V 7 U R Gnd k R Q5 k BC57 P3.3,7V D8 R VCS +V VR-Multiturn/0K R0 R8 0K 0K VCS Gambar Blok Sensor Keluar Cara kerja sensor keluar ini, apabila cahaya infra merah yang dipancarkan oleh transmitter mengenai photo transistor atau sensor tidak terhalang oleh barang maka photo transistor akan bekerja saturasi, dan titik B akan mendapat. Output pada titik B akan digunakan sebagai input pada rangkaian non inverting amplifier. Dengan input tersebut maka dihasilkan output sebesar 0 Volt. Pada rangkaian komparator besarnya input pada kaki non inverting lebih besar dibandingkan input pada kaki inverting dan output yang dihasilkan adalah sebesar 0,8 Volt dan dibatasi oleh zenner menjadi,7 Volt. Kemudian kondisi tersebut akan menyebabkan transistor Q akan menjadi saturasi (saklar tertutup) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 5 Volt. Sebaliknya apabila cahaya infra merah tidak mengenai photo transistor atau sensor terhalang oleh barang maka photo transistor akan bekerja cut off, dan di titik B akan tersambung ke ground atau sama dengan nol. Jika pada rangkaian non inverting amplifier inputnya nol maka output yang dihasilkan akan nol juga. Pada rangkaian komparator input di kaki inverting lebih besar dibandingkan input di kaki non

13 inverting, maka output yang dihasilkan dari rangkaian komparator adalah 0 Volt. Kondisi tersebut akan menyebabkan transistor Q akan cut off (saklar terbuka) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 0 Volt. Blok Mikrokontroller AT89C5 Mikrokontroller AT89C5 merupakan pusat pengendali atau jantung rangkaian sebagai pengendali utama seluruh rangkaian di mana sebagai pengendali digunakan IC Mikrokontroller 89C5. Mikrokontroller ini mempunyai buah port yang difungsikan untuk berbagai hal R 00R SW RESET 8K C 0uf/V R C 33pf C3 MHZ 33pf X'Tal U RST ALE/PROG 9 XTAL PSEN 3 8 EA/VPP XTAL P0.0 P0. P0. P0.3 P0. P0.5 P0. P0.7 P3.7 P3. P3.5 P3. P3.3/INT P3./INTO P3. P3.0 AT89C5 P.0 P. P. P.3 P. P.5 P. P.7 P.0 P. P. P.3 P. P.5 P. P Gambar Blok Mikrokontroller AT89C5 Supaya mikrokontroller dapat bekerja dengan baik, dibutuhkan suatu rangkaian osilator yang digunakan sebagai sumber clock dan dalam hal ini digunakan osilator internal yang sudah tertanam dalam kemasan mikrokontroller AT89C5, dan tinggal dihubungkan dengan sebuah kristal. Dalam hal ini kristal yang digunakan adalah MHz agar mikrokontroller bekerja dengan kecepatan maksimum. C dan C3 merupakan penstabil clock dan merupakan saran atau rekomendasi dari pabrik pembuat mikrokontroller ini, yaitu perusahaan ATMEL. Prinsip kerja dari mikrokontroller ini sesuai dengan program yang dibuat sehingga penjelasan menyeluruh akan dijelaskan bersama dengan diagram alur atau flowchart program yang dibuat pada sub pembahasan pembuatan software. Supaya mikrokontroller ini dapat mengeksekusi program dari awal program (alamat 00H), maka mikrokontroller akan direset secara otomatis saat catu daya pertama kali dihidupkan di mana untuk reset otomatis ini dilakukan oleh C dan R (Power On Reset). Dengan cara ini maka reset akan berlangsung secara otomatis, namun demikian reset manual tetap diperlukan untuk keadaan tertentu misalnya untuk memulai kembali program dari awal tanpa harus mematikan catu daya. Prinsip kerja dari reset otomatis ini adalah proses pengisian dan pengosongan C di mana pin reset membutuhkan logika high. Pada saat catu daya dihidupkan maka C mulai diisi sementara pada pin reset belum ada tegangan. Setelah C penuh maka tegangan dari C akan menyulut pin reset high sehingga terjadi reset. Pada saat catu dimatikan maka akan berlangsung 3

14 pengosongan C melalui R sehingga saat catu dihidupkan kembali maka akan terjadi lagi proses pengisian sehingga terjadi reset kembali. [] Blok Display Seven Segment Blok display atau tampilan seven segment digunakan untuk menampilkan jumlah barang yang sudah dipindahkan. Karena hanya terdapat tampilan, maka keadaan akan dianggap penuh jika seven segment menampilkan angka 99 dan rangkaian akan berhenti secara otomatis. Jika dalam keadaan ini masih ada barang yang akan dipindahkan, maka buzzer atau alarm akan menyala yang memberitahu bahwa keadaan sudah maksimum. R 00R D TIL309 C 7 /V 00n 7 C0 8 U 8 VCC GND A B C D E F G A B C D E F G R3 7LS7 00R D TIL309 C 7 /V 00n 7 C0 8 U3 8 VCC GND A B C D E F G A B C D E F G 7LS7 Gambar Blok Tampilan Seven Segment Display Rangkaian 77 merupakan dekoder, yakni suatu rangkaian logika yang mengubah N bit bilangan biner menjadi M saluran keluaran sedemikian setiap saluran keluaran hanya ada satu kombinasi yang diaktifkan dari beberapa kemungkinan masukan yang ada. Dekoder yang digunakan pada rangkaian ini adalah BCD to seven segment dekoder (dekoder prioritas) yang diwakili oleh IC 77 yang terdiri dari bit dan masing masing mempinyai bobot 8, dengan out put a hingga g. pada perinsipnya dekoder ini digunakan untuk menjembatani bilangan biner hingga dapat dimengerti manusia melalui display (seven segment). Yang dimaksud dengan display di sini adalah tampilan angka desimal yang ditampilkan oleh seven segment. Seven segment yang dimaksud adalah seven segment common anoda. Seven segment ini tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan sebuah dekoder, penjelasan mengenai dekoder ini telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Pada kaki common seven segment dihubungkan dengan tegangan catu (Vcc) melalui sebuah hambatan (resistor) 00 ohm. Adapun fungsi dari hambatan tersebut adalah untuk mengurangi arus yang masuk ke dalam seven segment. Dengan demikian arus yang masuk ke dalam seven segment tidak terlalu besar.

15 Blok Motor Penggerak Dalam blok motor penggerak, digunakan motor stepper jenis unipolar untuk menggerakan belt. UA P.0 7LS0 3 P. 7LS0 5 P. 7LS0 9 P.3 8 7LS0 R k BD39 Q3 R5 BD39 k Q R k R7 k BD39 Q5 BD39 Q MOTOR STEPPER 3 MG 5 R3 80R FULL STEP Gambar Blok Motor Penggerak Blok Indikator Alarm Pada blok indikator alarm digunakan sebuah buzzer yang berfungsi sebagai alarm yang nantinya akan memberitahukan bahwa kapasitas dari tempat penyimpanan barang sudah terisi penuh atau barang yang telah dipindahkan sudah maksimal dan barang yang selanjutnya tidak dapat masuk ke dalam area penyimpanan atau tidak dapat dipindahkan. P. +V k R33 Q 3 BC557 LS BUZZER Gambar Blok Indikator Alarm Jika input yang diberikan pada blok indikator alarm (P.) adalah (high) maka transistor Q akan cut off (saklar terbuka). Dengan kondisi tersebut maka tegangan + Volt dari catu daya tidak akan memberi arus ke dalam buzzer dan tidak akan mengaktifkannya (tidak bunyi). Sebaliknya jika input yang diberikan pada blok indikator alarm (P.) adalah 0 (low) maka transistor Q akan saturasi (saklar tertutup). Dengan kondisi tersebut maka tegangan + Volt dari catu daya akan memberi arus, sehingga input pada buzzer adalah +V (high) dan buzzer akan aktif (berbunyi). 5

16 Analisa Rangkaian Secara Keseluruhan Saat rangkaian counter barang diaktifkan maka kapasitor C mulai diisi sementara pada pin reset belum ada tegangan. Setelah kapasitor C penuh maka tegangan dari kapasitor C akan menyulut pin reset high sehingga terjadi reset. Pada saat catu dimatikan maka akan berlangsung pengosongan C melalui R sehingga saat catu dihidupkan kembali maka akan terjadi lagi proses pengisian sehingga terjadi reset kembali. Selain itu saklar (push on) juga dapat digunakan untuk mereset mikrokontroler secara manual. Tahap selanjutnya mikrokontroler akan menjalankan program yang terdapat di dalam PEROM. Apabila sensor terhalang oleh barang atau cahaya infra merah tidak mengenai photo transistor maka photo transistor akan bekerja cut off. Karena kondisi photo transistor cut off maka tegangan +5 Volt dari catu daya tidak akan memberi arus dan output pada titik A mendapatkan tegangan ground (0). Output tersebut akan digunakan sebagai input pada rangkaian non inverting amplifier yang berfungsi sebagai penguat, dengan input tersebut maka akan didapat output pada rangkaian non inverting amplifier saat VR-multiturn (R) maksimum. R Vout = +. Va R 0kΩ = +.0V 0kΩ = 0Volt Pada rangkaian non inverting amplifier jika inputnya nol (0) maka output yang dihasilkan adalah nol (0) juga. Selanjutnya output dari rangkaian non inverting amplifier akan digunakan sebagai input pada rangkaian komparator. Rangkaian komparator digunakan untuk membandingkan input yang berada pada kaki inverting dengan input pada kaki non inverting. Input pada kaki non inverting didapat dari output rangkaian non inverting amplifier yaitu nol (0), sedangkan input pada kaki inverting didapat dari pembagi tegangan antara resistor R9 dan R7. Besarnya input pada kaki inverting dalam rangkaian komparator saat VR-multiturn (R9) maksimum adalah: R7 Vout =. Vcc R7 + R9,7kΩ =.V,7kΩ + 0kΩ,7kΩ =.V,7kΩ = 3,8Volt

17 Dari kedua input yang didapat pada rangkaian komparator maka dapat diketahui besarnya output pada rangkaian komparator, yaitu : Vout = ( VNonInverting VInverting).90% Vcc = (0V 3,8V ).90%V = 0Volt Input yang dihasilkan dari rangkaian komparator adalah 0 Volt (low), hal ini disebabkan karena pada IC 7 tegangan catu daya yang digunakan adalah + Volt dengan ground (0), sehingga batas maksimum output yang dihasilkan adalah 0,8 Volt dan batas minimun output yang dihasilkan adalah 0 Volt. Selanjutnya output dari rangkaian komparator akan dilanjutkan sebagai input pada kaki basis transistor Q5, karena input pada kaki basis adalah 0 (low) maka transistor Q5 akan cut off (saklar terbuka) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 0 Volt. Selanjutnya output yang dihasilkan tersebut akan digunakan sebagai input pada port 3. dalam mikrokontroler. Saat port 3. mendapatkan inputan 0 (0 Volt) maka mikrokontroler akan mencacah maju (penambahan) dan pada seven segment nilai tersebut akan bertambah. Untuk menampilkan sebuah nilai pada seven segment maka dibutuhkan IC 77 (dekoder) sebagai pengubah biner ke decimal. Input pada IC 77 didapat dari port 0.0 sampai dengan port 0.7 pada mikrokontroler. Untuk menampilkan suatu nilai pada seven segment maka output dari port 0 harus berlogika (high). Output tersebut akan digunakan sebagai input pada IC 77. Kondisi tersebut menyebabkan led-led yang berada dalam seven segment menyala (aktif), dan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan pada seven segment maka dibutuhkan output yang sesuai dari port 0.0 sampai dengan port 0.7 sebagai input pada IC 77. Kondisi lain yang akan terjadi saat sensor terhalang oleh barang (port 3. mendapatkan inputan 0 (low) adalah motor stepper bergerak searah jarum jam (cw). Pergerakan motor stepper ini dimaksudkan untuk menggerakan belt pada alat ini untuk menghantarkan barang sampai ke tujuan, yaitu hingga mengenai sensor keluar (P3.3). Selanjutnya kondisi yang berbeda akan terjadi, yaitu saat cahaya infra merah pada sensor masuk mengenai photo transistor (sensor tidak terhalang barang) dan menyebabkan photo transistor bekerja saturasi, maka titik A akan mendapatkan tegangan +5 Volt (high) dari catu daya. Output yang berada pada titik A akan digunakan sebagai input pada rangkaian non inverting amplifier. Fungsi dari rangkaian non inverting amplifier adalah sebagai rangkaian penguat, dan output yang dihasilkan dari rangkaian non inverting amplifier jika nilai VR-multiturn (R) maksimum adalah : R Vout = +. Va R 0kΩ = +.5V 0kΩ = 0Volt 7

18 Selanjutnya output dari rangkaian non inverting amplifier akan digunakan sebagai input pada rangkaian komparator. Rangkaian komparator digunakan untuk membandingkan input pada kaki inverting dan input pada kaki non inverting. Input pada kaki non inverting adalah hasil dari output rangkaian non inverting amplifier yaitu 0 Volt, sedangkan input pada kaki inverting adalah hasil dari pembagi tegangan dari resistor R9 dan R7, besarnya input pada kaki inverting dari hasil pembagi tegangan saat nilai VRmultiturn (R9) maksimum adalah : R7 Vout =. Vcc R7 + R9,7kΩ =.V,7kΩ + 0kΩ,7kΩ =.V,7kΩ = 3,8Volt Dari kedua input tersebut maka akan didapat output dari rangkaian komparator yang besarnya adalah : Vout = ( VNonInverting VInverting).90% Vcc = (0V 3,8V ).90%V = 0,8Volt Selanjutnya output dari rangkaian komparator akan digunakan sebagai input pada kaki basis dari transistor Q5, tetapi sebelumnya tegangan 0,8 akan dibatasi oleh zenner,7 Volt sehingga tegangan menjadi,7 Volt. Karena input pada kaki basis adalah,7 Volt maka transistor Q5 menjadi satutasi (saklar tertutup) dan tegangan yang dihasilkan pada kaki kolektor adalah sebesar 5 Volt., output tersebut akan digunakan sebagai input pada port 3.. Karena port 3. dalam mikrokontroler mendapatkan inputan (high) maka motor stepper akan berhenti bekerja. Jika kondisi di atas terus berulang, yaitu banyak barang yang masuk kedalam area parkir maka mikrokontroler akan terus melakukan pencacah maju (penambahan). Dan bila kapasitas dari penyimpanan barang telah terisi penuh maka barang selanjutnya yang datang tidak dapat masuk kedalam penyimpanan tersebut. Karena motor tidak akan bekerja lagi maka alarm akan berbunyi. Selanjutnya mikrokontroller akan mengeluarkan output dari port. bernilai 0 (low) yang akan menyebabkan transistor Q akan saturasi dan tegangan +5 Volt dari catu daya akan mengalir ke dalam buzzer dan akan mengaktifkannya (buzzer akan berbunyi). Kondisi pada sensor keluar akan sama dengan sensor masuk, namun yang membedakan hanya pada port 3.3 yang akan aktif, karena pada port 3.3 mendapatkan inputan 0 (low) maka mikrokontroler akan memerintahkan motor stepper untuk berhenti bekerja, sampai ada inputan lagi yang masuk dan menghalangi sensor masuk pada pin P3.. Seperti alat elektronik yang lainnya, counter barang ini juga telah melewati beberapa tahapan dalam pembuatan. Tiap-tiap tahapan tersebut memiliki kendala dan permasalahan tersendiri. Oleh sebab itu setelah apa yang dibahas pada bab-bab sebelumnya penulis telah menarik beberapa kesimpulan 8

19 mengenai alat yang telah dibuat. Selain kesimpulan, penulis juga memberikan beberapa saran yang meliputi saran penggunaan maupun pemasangan agar mendapat hasil yang diinginkan. Kesimpulan Seperti yang penulis inginkan, counter barang berbasis mikrokontroller AT89C5 ini merupakan suatu alat yang dapat menghitung jumlah barang yang melewatinya dengan menggunakan sebuah sensor. Pada hasil pengujian pada rangkaian non inverting sensor masuk, dapat dilihat bahwa nilai hambatan pada foto dioda, tegangan sensor di kaki 3 dan di kaki pada saat sensor tidak terhalang mempunyai nilai ouput yang berbeda-beda pada tiap jarak pengukuran sensor yang berbeda. Hal ini dikarenakan sensor berpengaruh pada jarak apabila tidak ada benda yang menghalanginya dan seperti yang telah disebutkan bahwa sensor tidak akan bekerja jika jarak antara transmitter dan receivernya lebih dari cm yang dikarenakan karakteristik dari sensor tersebut. Namun juga diketahui bahwa apabila jarak antara transmitter dan receivernya lebih kecil atau sama dengan cm dan ada benda yang menghalangi sensor, maka output di kaki 3 dan di kaki pada sensor tersebut akan memiliki nilai yang sama. Hal ini dikarenakan adanya benda yang menghalangi sensor pada jarak tertentu yang mengakibatkan outputnya akan selalu tetap selama jarak antara transmitter dan receivernya lebih kecil atau sama dengan cm. Hasil pengujian tersebut juga berlaku pada hasil pengujian pada rangkaian non inverting sensor keluar. Untuk hasil pengujian pada rangkaian komparator sensor masuk dan sensor keluar, hanya dilakukan sekali pengukuran. Hal ini dikarenakan rangkaian komparator tersebut akan memberikan output yang sama dan tidak dipengaruhi jarak sensor. Saran Di dalam alat ini penulis telah menarik beberapa kesimpulan, selain kesimpulan penulis hendak memberikan beberapa saran saran untuk mendapatkan nilai yang efektif dari alat ini, antara lain : a. Pemasangan jarak sensor, dalam hal ini jarak transmitter dan receiver hendaknya harus dalam jarak yang benar, yakni tidak melebihi cm. b. Pemasangan sensor harus mempertimbangkan tinggi barang yang akan melewatinya. Karena apabila pemasangan sensor yang terlalu tinggi, besar kemungkinan barang yang melewati sensor tidak akan terdeteksi. c. Karena alat ini menggunakan IC TTL 77 (pada bagian decoder), dan IC TTL sangat sensitif terhadap tegangan kejut (spike), diharapkan sebaiknya tegangan catu (input) yang digunakan merupakan tegangan DC murni yang tidak memiliki tegangan kejut. Selain tegangan input, medan magnet juga dapat menghasilkan tegangan kejut (spike) dalam rangkaian ini, oleh sebab itu usahakan agar alat ini terhindar dari medan magnet (terutama pada rangkaian di PCB/IC TTLnya). 9

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Inteligent Parking System Agar kendaraan lebih teratur dan tidak terlalu padat, biasanya tempat perparkiran ini dibagi menjadi beberapa tempat. Dengan demikian kendaraan yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat dari otot. Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang berperan dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang: Referensi: mikrokontroler (AT89S51) mikrokontroler (ATMega32A) Sumber daya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM Bambang Tri Wahyo Utomo, S.Kom Pri Hadi Wijaya ABSTRAKSI Disini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII TAHUNAJARAN 2010/2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG CREW 2

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8 bit dengan daya rendah, kemampuan tinggi,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35

RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 POLITEKNOLOGI VOL. 9, NOMOR 2, MEI 2010 RANCANG BANGUN PENGUKUR DAN PENGENDALI SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER AT 89S51 DAN SENSOR SUHU LM 35 Benny dan Nur Fauzi Soelaiman Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Light Emiting Dioda Light Emiting Diode (LED) adalah komponen yang dapat memancarkan cahaya. Sstruktur LED sama dengan dioda. Untuk mendapatkan pancaran cahaya pada semikonduktor,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller AT89S51 Didalam pembuatan alat ini peran penting mikrokontroller sangat berpengaruh dalam menentukan hasil akhir /output dari fungsi alat ini, yang mana hasil akhir/ouput

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERANGKAT KERAS 2.1.1. Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar

Lebih terperinci

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER Pendahuluan Pada dasarnya mikrokontroler bukanlah ilmu pengetahuan yang baru, tetapi adalah hasil pengembang dalam teknologi elektronika. Jika dasar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras 2.1.1 Bahasa Assembly MCS-51 Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Hardware 2.1.1 Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

4. Osilator internal dan rangkaian pewaktu. 5. Dua buah timer/counter 16 bit 6. Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi

4. Osilator internal dan rangkaian pewaktu. 5. Dua buah timer/counter 16 bit 6. Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi PENGUKUR TINGGI BADAN DIGITAL DENGAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 ABSTRAKSI Rangkaian Pengukur Tinggi Badan Digital Dengan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler AT8951 ini, merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi kecelakaan didunia pertransportasian. Salah satunya dalam industri perkeretaapian. Salah satu penyebab banyaknya kecelakaan adalah disebabkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sensor Optocoupler Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter dan receiver, yaitu antara bagian cahaya dengan bagian deteksi sumber cahaya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL LAMPU OTOMATIS BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL LAMPU OTOMATIS BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL LAMPU OTOMATIS BERBASIS WEB Leonardho Oscar Bimantoro, Slamet Winardi, Made Kamisutara Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama shirei.enjeru@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERANGKAT KERAS 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market

Lebih terperinci

I/O dan Struktur Memori

I/O dan Struktur Memori I/O dan Struktur Memori Mikrokontroler 89C51 adalah mikrokontroler dengan arsitektur MCS51 seperti 8031 dengan memori Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) DESKRIPSI PIN Nomor Pin Nama

Lebih terperinci

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM ,, Antarmuka RAM TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah, Pembahasan tentang antarmuka di mikrokontroler 8051 (AT89S51) Sumber clock

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum 5 BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Air bersih merupakan kebutuhan sehari-hari manusia dalam melakukan aktivitasnya. Air bersih dapat sebagai air baku untuk memasak atau pun untuk mandi, cuci dan kakus. Pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52

Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52 Replika Sistem Atap Otomatis Untuk Pelindung Benda Terhadap Hujan Berbasis Mikrokontroler AT89S52 MUHAMAD SULEMAN Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma muhamad.suleman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. waduk, danau, atau tempat rekreasi. Kata bendungan dapat ditelusuri kembali ke

BAB II LANDASAN TEORI. waduk, danau, atau tempat rekreasi. Kata bendungan dapat ditelusuri kembali ke BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bendungan Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju airmenjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Kata bendungan dapat ditelusuri kembali ke Inggris dan Belanda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perangkat Keras 2.1.1. Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM atau ROM) dan

Lebih terperinci

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pokok Bahasan: 1. Mikrokontroler 8051 Arsitektur (Architecture) Timers/Counters Interrupts Komunikasi Serial (Serial Communication) Tujuan Belajar: Setelah mempelajari dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Energi Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah manajemen

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh : Ihyauddin, S.Kom Disampaikan pada : Pelatihan Pemrograman Robot Penjejak Garis bagi Siswa SMA Negeri 9 Surabaya Tanggal 3 Nopember 00 S SISTEM

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat keras Mikrokontroler AT89S51 2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler

Lebih terperinci

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Sri Wahyuni Dali #1, Iskandar Z. Nasibu #2, Syahrir Abdussamad #3 #123 Teknik Elektro Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Makalah ini membahas desain

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51

Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 21 Perancangan Model Alat Pemotong Rumput Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51 Ahmad Yusup, Muchlas Arkanuddin, Tole Sutikno Program Studi Teknik Elektro, Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan blok diagram alat secara keseluruhan.

BAB III PERANCANGAN ALAT. dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan blok diagram alat secara keseluruhan. BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan membahas mengenai perancangan alat dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan alat yang dibuat. Gambar 3.1. menunjukkan

Lebih terperinci

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM 3.1 Perancangan Diagram Blok Dalam pembuatan sistem diagram blok yang perlu dipahami adalah cara kerja dari sistem yang akan dibuat. Sistem sensor gas akan bekerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 35 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 I. FITUR AT89C1051 Kompatibel dengan produk MCS51 1k byte program flash ROM yang dapa diprogram ulang hingga 1000 kali Tegangan operasi 2.7 volt hingga

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

USER MANUAL FLIP-FLOP MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA

USER MANUAL FLIP-FLOP MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA USER MANUAL FLIP-FLOP MATA DIKLAT : RANCANGAN ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII AJARAN 2010-2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU-TULUNGAGUNG CREW 2 CREW M.ZAID AL ANSHORI XII TEI 2

Lebih terperinci

PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51

PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 Darmawan Julianto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash,

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash, BAB 2 LANDASAN TEORI Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Programer Atmel seri S merupakan programer yang serbaguna, karena programer ini bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Terapi Infra Red Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan Alat Terapi Infra Red. Akan tetapi sebelum melakukan

Lebih terperinci

PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51

PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 Alfan Rachman Dipranoto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan maraknya pencurian kendaraan bermotor, penggunaan alat keamanan standar yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Pembuatan alat Traffic light dengan menggunakan mikrokontroler 89S51

BAB II TEORI DASAR. Pembuatan alat Traffic light dengan menggunakan mikrokontroler 89S51 BAB II TEORI DASAR Pembuatan alat Traffic light dengan menggunakan mikrokontroler 89S51 baik dengan perangkat-keras maupun dengan perangkat-lunak membutuhkan beberapa teori penunjang. Teori tersebut akan

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor BAB II TEORI DASAR 2. 1 Sistem Mikrokontroler AT89S52 Mikrokontroller adalah suatu perangkat keras yang memiliki memori dan peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Component Tester Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang dirancang khusus dengan menggunakan microcontroller AT89S52 sebagai pusat kendali

Lebih terperinci

Aplikasi Mikro-Kontroller AT89C51 Pada Pengukur Kecepatan Kendaraan

Aplikasi Mikro-Kontroller AT89C51 Pada Pengukur Kecepatan Kendaraan Aplikasi Mikro-Kontroller AT89C51 Pada Pengukur Kecepatan Kendaraan Pamungkas Daud Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi pmkdaud@ppet.lipi.go.id Abstrak Topik penulisan kali ini adalah mengenai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

Sistem Mikroprosessor

Sistem Mikroprosessor Sistem Mikroprosessor Agung Prasetyo,ST. Jurusan Teknik Elektro Akademi Teknologi Warga Surakarta Sistem yang berbasis microprosessor: Juga biasa di sebut microcomputer adalah suatu rangkaian digital yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dilaksanakan di laboratorium Elektronika dan Robotika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller ATMEGA 8535 Mikrokontroller merupakan sebuah single chip yang didalamnya telah dilengkapi dengan CPU (Central Processing Unit), RAM (Random Acces Memory), ROM

Lebih terperinci

Arsitektur Komputer, Mikroprosesor dan Mikrokontroller. TTH2D3 Mikroprosesor

Arsitektur Komputer, Mikroprosesor dan Mikrokontroller. TTH2D3 Mikroprosesor Arsitektur Komputer, Mikroprosesor dan Mikrokontroller TTH2D3 Mikroprosesor Organisasi berkaitan dengan fungsi dan desain bagian-bagian sistem komputer digital yang menerima, menyimpan dan mengolah informasi.

Lebih terperinci