PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51"

Transkripsi

1 PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 Darmawan Julianto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok telp. (021) , Tanggal Pembuatan : 27 Januari 2010 Pintu otomatis yang diaplikasikan pada jalur busway, diharapkan dapat memaksimalkan kinerja dari transportasi busway yang sudah ada. Komponen utama alat ini terdiri dari pasangan LED inframerah dengan photodioda yang digunakan sebagai sensor. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengendalikan buka/tutupnya pintu dan penampilan angka pada seven segment. Pada bagian sensor, LED berfungsi sebagai pemancar sinar inframerah dan photodioda berfungsi sebagai pendeteksi sinar inframerah dari LED yang dipantulkan oleh busway. Alat ini menggunakan 2 buah sensor. sensor 1 yang berada di ujung masuk shelter, berfungsi untuk membuka/menutup pintu shelter, sedangkan sensor 2 yang berada di ujung keluar shelter berfungsi untuk membuka/menutup palang pintu pada jalur busway. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, sistem berfungsi dengan baik. Pintu shelter akan terbuka selama 30 detik ketika busway berhenti tepat didepan pintu shelter, dan palang pintu yang ada pada jalur busway terbuka ketika busway mulai bergerak untuk meninggalkan shelter. 1. PENDAHULUAN Dalam penerapan transportasi busway, masih banyak hal yang dapat mengurangi kinerja dari transportasi busway itu sendiri. Seperti waktu kedatangan busway yang belum teratur sehingga terjadi penumpukan penumpang dan busway di dalam satu waktu dan tempat tertentu. Terjadinya penumpukan dan ketidaktepatan kedatangan busway salah satunya disebabkan karena lamanya busway yang berhenti di suatu shelter tidak sama dengan busway yang lain, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur lamanya waktu pemberhentian busway di setiap shelter-nya. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur berapa lama suatu busway berhenti di setiap shelter. Sistem yang dirancang pada penulisan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. menyala. Pada saat itu palang pintu pada jalur busway akan terbuka untuk memberi jalan busway tersebut. 2. LANDASAN TEORI 2.1 LED Inframerah LED Inframerah adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang dari cahaya yang dapat dilihat tetapi lebih pendek dari gelombang radio, apabila LED Inframerah tersebut dilalui arus. Simbol dan bentuk fisik dari LED Inframerah diperlihatkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Lambang Infrared dan Bentuk Fisiknya Gambar 1.1 Sistem Otomatisasi Pintu Pada Shelter Busway Busway yang datang akan dideteksi oleh sebuah sensor yang dihubungkan ke motor yang akan membuka pintu shelter. Pintu shelter akan kembali menutup sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kemudian busway meninggalkan shelter setelah lampu hijau yang berada dibagian luar dari shelter 2.2 Photodioda Photodioda digunakan sebagai komponen pendeteksi ada tidaknya cahaya inframerah. Photodioda mempunyai resistansi yang rendah pada kondisi forward bias, kita dapat memanfaatkan photodioda ini pada kondisi reverse bias dimana resistansi dari photodioda akan turun seiring dengan intensitas cahaya yang masuk. Lambang dan benuk fisik dari photodioda dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2 Gambar 2.2 Lambang dan Bentuk Fisik Photodioda 2.3 Operational Amplifier (Op-Amp) Sebuah pembanding adalah rangkaian dengan dua tegangan masuk (inverting (-) dan non inverting (+) dan satu tegangan keluaran. Bila tegangan terminal positif lebih besar dari pada tegangan terminal negatif, pembanding akan menghasilkan tegangan keluar yang tinggi (high). Bila masukan terminal positif lebih kecil dari pada masukan terminal negatif maka keluarannya rendah (low). Keluaran yang tinggi nilainya + saturasi dan keluaran yang rendah nilainya - saturasi. Untuk mendapatkan konsep dasar yang sederhana pada sebuah pembanding adalah dengan memasang sebuah Op-Amp tanpa tahanantahanan umpan balik. Bila masukan terminal negatif dihubungkan dengan tegangan masukan yang amat kecil (dalam satuan milivolt), sudah cukup untuk membuat Op-Amp menjadi jenuh. Karakteristik komparator diperlihatkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.3 Bentuk Dasar Op-Amp Bentuk dasar dari Op-Amp dapat dilihat pada Gambar 2.3. Op-Amp terdiri dari dua masukan yaitu terminal non-inverting (+) dan terminal inverting (-). Umumya Op-Amp bekerja dengan dual suplly (V CC dan V EE ), namun banyak juga Op-Amp dibuat dengan single supply (V CC - ground). Simbol rangkaian didalam Op-Amp pada Gambar 2.3 adalah parameter umum dari sebuah Op-Amp. Op-Amp memiliki R in yang merupakan resistansi input yang nilai idealnya infinite (tak terhingga), R out yang merupakan resistansi output dan besar resistansi idealnya 0 (nol), dan A OL yang merupakan nilai penguatan open loop dan nilai idealnya tak terhingga. Gambar 2.5 Karakteristik Op-Amp 2.4 Mikrokontroler Mikrokontroler adalah single chip komputer yang memiliki kemampuan untuk diprogram dan digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol. Pada perancangan alat ini digunakan mikrokontroler tipe AT89S51. Untuk konfigurasi Pin pada AT89S51 dapat dilihat pada Gambar Op-Amp Sebagai Pembanding Tegangan Pembanding tegangan akan membandingkan sebuah tegangan masukan dengan tegangan masukan lainnya. Gambar 2.4 menunjukkan pembanding tegangan sederhana. Vcc V1 R1 Vout V2 R2 RL Vcc Gambar 2.4 Rangkaian Pembanding Tegangan Gambar 2.6 Konfigurasi Pin Pada AT89S51

3 Berikut adalah penjelasan fungsi tiap pin pada seri mikrokontroler AT89S51: Pin 1-8 Pin ini adalah port 1. Saluran/bus I/O 8 bit dua arah. Dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Pada port ini juga digunakan sebagai saluran alamat pada saat pemograman dan verifikasi. Pin 9 Masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler ini. Pin 10 sampai 17 Saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai, maka port ini dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu sebagian dari port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol pada saat proses pemrograman dan verifikasi. Pin 18 dan 19 Masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pada mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada serpih yang sama (on chip) kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Karenanya 18 dan 19 sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan kristal. Selain itu XTAL 1 dapat juga sebagai masukkan untuk inverting oscilator amplifier dan masukkan ke rangkaian internal clock sedangkan XTAL 2 merupakan keluaran dari inverting oscilator amplifier. Pin 20 Ground sumber tegangan yang diberi simbol GND. Pin 21 sampai 28 Saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran/bus alamat tinggi (A8 A15). Sedangkan pada saat mengakses ke data memori eksternal yang menggunakan alamat 8 bit R1), port 2 mengeluarkan isi dari P2 pada Special Function Register. Pin 29 Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching). Pin 30 Address Latch Enable (ALE)/PROG merupakan penahan alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pena ini juga sebagai pulsa/sinyal masukkan pemograman (PROG) selama proses pemograman. Pin 31 External Acses Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan apabila diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan instruksi dari memori program internal ketika isi program counter kurang dari ini juga berfungsi sebagai tegangan pemograman (V PP = +12V) selama proses pemrograman. Pin 32 sampai 39 Pin ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open colector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada saat proses pemograman dan verifikasi port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. External pull-ups diperlukan selama proses verifikasi. Pin 40 Sumber tegangan positif yang diberi simbol V CC. 2.5 Motor DC dan IC L293D Motor DC adalah motor yang biasa digunakan pada perangkat elektronika. Dalam hal ini motor digunakan untuk menggerakkan pintu dari shelter busway. Motor dapat berputar searah jarum jam (CW) dan lawan arah jarum jam (CCW). Konfigurasi motor dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.7 Lambang Motor DC Motor driver merupakan suatu rangkaian yang mengatur kerja motor atau biasa dikatakan sebagai suatu rangkaian penggerak motor sehingga motor tersebut bekerja atau beroperasi sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Pada saat motor ini beroperasi atau bekerja biasanya terjadi induksi yang mengakibatkan tegangan menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan suatu rangkaian motor driver yang mengatur motor agar pada saat motor tersebut beroperasi dia tidak akan mengakibatkan gangguan kepada rangkaian-rangkaian lain yang berhubungan dengan motor. Gambar 2.8 memperlihatkan IC L293D yang merupakan rangkaian penyangga (Buffer) pada system digital yang dapat mempertahankan jumlah tegangan maupun arus sehingga dapat menggerakkan

4 motor DC dengan stabil tanpa mempengaruhi rangkaian lainnya. Untuk menggunakan tujuh ruas Common Anoda, decoder yang harus digunakan adalah decoder bersifat aktif low. Namun pada alat pendeteksi jarak ini penulis menggunakan mikrokontroler AT89S51, dimana mikrokontroller ini bersifat aktif low baik masukan maupun keluarannya. Resistor digunakan sebagai pembatas arus yang melewati LED pada ruas, dimana standar arus pada LED bernilai 10mA sampai 20mA. 2.7 IC 74LS47 (BCD to Seven Segment Decoder) BCD (Binary Coded Decimal) to seven segment merupakan sebuah decoder yang dapat mengubah kode biner menjadi tampilan angka pada seven segment. Gambar 2.11 memperlihatkan konfigurasi pin IC74LS47. Gambar 2.8 IC L293D 2.6 Seven Segment Penampil seven-segment merupakan sekumpulan LED yang disusun sedemikian rupa. Sehingga dengan menyalanya LED akan membentuk angka desimal yang dikehendaki. Sebuah seven-segment dapat menampilkan bilangan desimal 0 sampai 9 atau suatu abjad. Bentuk tampilan seven-segment dapat dilihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.11 Konfigurasi Pin IC 74LS47 Gambar 2.9 Seven Segment Seven-segment yang digunakan berjenis CA (Common Anoda). Penampil tujuh ruas ini merupakan tujuh buah LED, dimana anoda dari LED terhubung ke Vcc atau High dan katoda dihubungkan ke decoder, seperti diperlihatkan Gambar Motor Stepper Tidak seperti motor DC konvensional yang berputar secara terus-menerus (Continue), perputaran motor stepper adalah secara langkah per langkah (step by step). Gerakan motor stepper sesuai dengan pulsa-pulsa digital yang diberikan. Seperti halnya motor konvensional DC biasa, motor stepper juga dapat berputar dalam dua arah yaitu searah jarum jam (CW) atau berlawanan arah jarum jam (CCW) yaitu dengan memberikan polaritas yang berbeda. Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan pemberian data pada komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor stepper akan semakin cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper kecepatannya dapat diatur dalam daerah frekuensi audio dan akan menghasilkan putaran yang cukup cepat. Gambar 2.10 Seven Segment Common Anoda

5 Untuk mengatur gerakan motor per langkahnya dapat dilakukan dengan dua cara berdasarkan simpangan sudut gerakannya yaitu full step dan half step. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat contoh dari pergerakan full step pada motor stepper. Tabel 2.1 Motor Stepper Dengan Gerakan Full Step Step S 3 S 2 S 1 S 0 daya dc ini dapat dibangun dengan menggunakan trafo step down, dioda penyearah dan kapasitor Transformator ( Trafo ) Step Down Trafo ini akan menurunkan tegangan PLN menjadi lebih kecil, sesuai dengan perbandingan jumlah lilitannya. Simbol Trafo dapat dilihat pada Gambar Primer Sekunder Pada Tabel 2.2 dapat dilihat contoh dari pergerakan half step pada motor stepper. Gambar 2.12 Simbol Transformator (Trafo) Tabel 2.2 Motor Stepper Dengan Gerakan Half Step Step S 3 S 2 S 1 S Sama halnya dengan motor DC, motor stepper juga memerlukan suatu rangkaian penggerak motor (motor driver) yang mengatur motor agar pada saat motor tersebut beroperasi dia tidak akan mengakibatkan gangguan kepada rangkaianrangkaian lain yang berhubungan dengan motor. 2.9 Saklar Push Button dan Mikro Switch Saklar push button dan mikro switch merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai pengkondisi on atau off suatu rangkaian, atau merupakan komponen yang berfungsi untuk penghubung atau pemutus suatu rangkaian dengan rangkaian lain. Dimana : η = Efisiensi transformator Np = Jumlah lilitan primer N S = Jumlah lilitan sekunder Vp = Tegangan Primer Vs = Tegangan sekunder Ip = Arus lilitan primer Is = Arus lilitan sekunder Dioda Sebagai Penyearah Dioda penyearah berfungsi untuk merubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Dioda digunakan sebagai penyearah gelombang penuh. Selama setengah siklus positif tegangan sekunder, Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat supply tegangan gelombang penuh seperti Gambar Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar Catu Daya Catu daya digunakan sebagai suplai tegangan pada beberapa rangkaian elektronika. Catu Gambar 2.13 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

6 Kapasitor Sebagai Filter Untuk menghaluskan ripple pada keluaran diode, maka digunakan kapasitor. Kapasitor berfungsi sebagai filter, yang dimaksud disini adalah menghaluskan tegangan yang berbentuk pulsa-pulsa pada tahanan R1, sehingga dihasilkan tegangan yang lebih rata. Rangkaian filter dapat dilihat pada Gambar D1 C1 CT D2 Gambar 2.14 Rangkaian Filter Kapasitor R Gambar 2.15 Tegangan Keluaran Setelah Melewati Filter Keterangan : t 1 - t 2 = Waktu untuk mengosongkan muatan t 2 - t 3 = Waktu untuk mengisi muatan Pada saat D1 berada pada bias forward (pada setengah siklus positif), dan pada saat D2 dibias forward (pada setengah siklus negatif), maka kapasitor akan mengisi muatan sampai penuh dengan; Dimana : V CP = Vs ( 1 e t/rc ) V CP = Tegangan kapasitor saat pengisian Vs = Tegangan sumber t = Waktu untuk mengisi muatan kapasitor sampai penuh RC = Konstanta waktu rangkaian Sedangkan pada saat tegangan pulsa turun menjadi lebih rendah dari V CP, maka dioda akan reverse, kapasitor akan mengosongkan muatannya melalui R1, sehingga tegangan kapasitor akan jatuh secara eksponensial menjadi; Dimana : V L = Vs e t/rc V L = Tegangan kapasitor saat pengosongan muatan Vs = Tegangan sumber t = Waktu untuk mengisi muatan kapasitor sampai penuh RC = Konstanta waktu rangkaian 3. PERANCANGAN ALAT Dalam perancangan otomatisasi pintu pada shelter busway dengan mikrokontroler AT89S51, terbagi atas perancangan bentuk fisik alat (miniatur) dan perancangan elektronik. 3.1 Perancangan Bentuk Fisik Alat (Miniatur) Sebelum melakukan perancangan elektronik, memikirkan bentuk fisik alat dapat membantu memberi gambaran tentang perancangan elektroniknya. Seperti aplikasi apa saja yang akan diterapkan pada alat yang akan dirancang. Gambar 3.1 Bentuk Fisik Alat (Miniatur) Pada bagian pintu shelter terdapat tiga buah mikro switch (MS.1, MS.2, MS.3). Mikro switch berfungsi sebagai saklar terhadap motor 1. Untuk lebih jelasnya, cara kerja dari pintu shelter dapat dilihat pada Gambar 3.2. Proses ini akan terjadi secara continue. Beda antara V CP dan V CL disebut dengan tegangan ripple kapasitor ( Vr ) seperti terlihat pada Gambar Gambar 3.2 Pintu Shelter Busway

7 Motor 1 berfungsi sebagai penggerak pintu. Pintu shelter akan membuka sampai pintu memicu MS.1. Begitu pula pada saat menutup, pintu shelter akan menutup sampai pintu memicu MS.2. Pada bagian dalam pintu terdapat MS.3 yang berfungsi sebagai pengaman. Apabila ada yang menghalangi saat pintu menutup hingga memicu MS.3, pintu akan kembali terbuka sampai waktu yang telah ditentukan. 3.2 Perancangan Elektronik Pembuatan alat palang pintu otomatis untuk shelter busway dengan mikrokontroler AT89S51 terdiri dari beberapa buah blok rangkaian yang memiliki fungsi dan cara kerjanya masing-masing. Interaksi dari blok-blok rangkaian tersebut dalam membentuk fungsi masukan terhadap keluaranya diperlihatkan pada Gambar 3.3 Gambar 3.3 Blok Rangkaian Adapun komponen yang digunakan pada tiap tiap blok rangkaian akan dijelaskan dari sub bab ini. Gambar 3.4 memperlihatkan rangkaian keseluruhan dari alat yang dibuat. Gambar 3.4 Rangkaian Keseluruhan

8 3.2.1 Blok Catu Daya Pada blok rangkaian catu daya digunakan IC 7812 dan IC7805. IC ini mempunyai karakeristik diantaranya sebagai berikut : 1. Tegangan keluarannya 7805 adalah 4,8 V sampai 5,2 V 2. Tegangan keluarannya 7812 adalah 11,8 V sampai 12,2 V 3. Arus keluarannya adalah 5 ma sampai 1A Rangkaian ini disebut sebagai rangkaian catu daya atau biasa disebut sebagai power regulator. Jenis rangkaian power regulator tersebut adalah rangkaian rectifer dua fase. Tegangan DC yang dihasilkan adalah tegangan DC 12Volt (fan) dan tegangan DC 5 Volt (mikrokontroler AT89S51, indikator LED, inframerah, seven-segment, motor DC dan motor stepper) Blok Sensor Rangkaian sensor merupakan alat yang berfungsi sebagai pendeteksi adanya busway yang datang. Ketika ada busway yang dan berhenti, maka akan terdeteksi oleh sensor, dan sensor akan memberikan data masukkan pada mikrokontroler untuk diproses. Untuk menghasilkan pancaran sinar inframerah, tegangan yang digunakan yaitu sebesar 5 Volt. Karena arus maksimum pada LED inframerah sebesar 60 ma, maka berdasarkan perhitungan, untuk menghindari kerusakan akibat kelebihan arus pada LED inframerah dapat menggunakan resistansi sebesar 100Ω. R = I V = 5 60mA = 83,33Ω Dengan nilai resistansi minimal 83,33Ω maka untuk lebih aman menggunakan resistansi sebesar 100Ω. Rangkaian sensor yang digunakan dalam perancangan alat ini ditunjukkan pada Gambar 3.6. Prinsip kerja dari sensor tersebut yaitu apabila photodioda mendapatkan cahaya inframerah yang dipantulkan dari pemancar inframerah maka kondisi photodioda menjadi saturasi. photodioda diasumsikan sebagai saklar, sehingga keadaan antara anoda-katoda seakan-akan terhubung pada saat menerima cahaya dari LED inframerah, sehingga tegangan yang dihasilkan antara anoda-katoda sebesar 0V karena langsung terhubung ke ground. Sehingga masukan pada kaki 5 dan kaki 7 (terminal positif) pada Op-Amp LM339 mendapatkan masukan 0V yang menyebabkan mikrokontroler akan aktif Blok Kendali Mikrokontroler Blok mikrokontroler ini berfungsi sebagai pengatur kerja alat agar dapat bekerja secara sistematis. Hasil keluaran dari blok sensor dikirim ke mikrokontroler untuk diproses. Setelah proses, mikrokontroler mengirimkan data ke blok keluaran untuk mengaktifkan blok keluaran tersebut. Pada perancangan ini, Port yang diperlukan adalah Port.0 (P0), Port.1 (P1), Port.2 (P2) dan Port.3 (P3). Semua aplikasi yang menggunakan Port ini adalah aktif low (0 V) sehingga komponen yang terhubung pada Port disesuaikan fungsi masukan maupun keluarannya. IC Mikrokontroller AT89S51 ini adalah komponen inti pada blok kendali yang dihubungkan dengan komponen seperti kapasitor, resistor dan saklar push-button sebagai reset, serta X-Tal 12 MHz dan dua kapasitor non polar 30 pf sebagai osilator Indikator LED Indikator LED yang ada pada P3.0 dan P3.1 digunakan sebagai indikator yang ditujukan pada pengemudi busway. Indikator LED merah pada P3.0 menyala dan memberi tanda supaya busway berhenti dan waktu pemberhentian aktif. Bila waktu pemberhentian telah selesai menghitung, indikator LED hijau pada P3.1 menyala, dan memberi tanda pada pengemudi busway untuk jalan kembali. Rangkaian Indikator LED yang digunakan dalam perancangan alat ini ditunjukkan pada Gambar V LED P 3.0 P 3.1 A T 8 9 S 5 1 Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Gambar 3.6 Rangkaian Indikator LED

9 3.2.5 Motor Stepper Pada perancangan alat ini digunakan motor stepper sebagai simulasi dari palang pintu pada jalur busway. Motor stepper yang digunakan ini adalah jenis bi-polar dimana untuk menggerakkan perlangkahnya dibutuhkan tegangan, dengan kata lain motor stepper tersebut aktif high. Tegangan tersebut dihasilkan dari keluaran mikrokontroller pada Port 2.4 sampai Port 2.7. Data yang diberikan untuk menggerakkan motor stepper searah jarum jam dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data Masukan Untuk Memutar Motor Stepper Searah Jarum Jam Dengan memberikan data high (1) pada masing masing masukan motor stepper, berarti setiap pin masukan motor mendapatkan tegangan sebesar 5 V. Untuk memutar balik arah putaran motor stepper menjadi berlawanan arah jarum jam hanya membalik data masukan yaitu data a, data b, data c dan data d ditukar posisinya menjadi data d, data c, data b dan data a. Seperti contoh pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Data Masukan Untuk Membalik Arah Putaran Motor Stepper Tabel 3.3 Konversi Data Seven-Segmen pada IC 74LS47 4. ANALISA ALAT Dengan melakukan uji coba pada alat bertujuan untuk mengetahui apakah alat ini berfungsi atau tidak. 4.1 Uji Coba Rangkaian Catu Daya Gambar 4.1. Titik Uji Rangkaian Catu Daya Hasil Pengujian Hasil uji Titik A dengan alat ukur Oscilloscope dapat dilihat pada Gambar Seven Segment Dan IC 74LS47 (BCD to Seven Segment Decoder) Port.0 mikrokontroler dihubungkan dengan penampil elektronik yang menggunakan sevensegment. Seven-segment yang digunakan adalah seven-segment Common Anoda. Untuk menghemat penggunaan Port pada mikrokontroler, maka digunakan IC 74LS47. IC jenis ini berfungsi sebagai dekoder data biner menjadi data desimal dan cocok dengan seven-segment CA (common anoda). Konversi data seven-segment yang digunakan dalam IC 74LS47 dapat dilihat pada Tabel Volt/Div Time/Div = 5 ms, Perioda (T) = 4/Div Gambar 4.2 Bentuk Gelombang Titik A (Output Dari Trafo) Analisa Hasil pengujian : Pada Titik A (output dari trafo) bentuk gelombang masih berupa gelombang AC. Berdasarkan Gambar 4.2 didapatkan pengukuran frekuensi sebesar 50 Hz, didapat dari persamaan berikut :

10 f = = = x10 = Hz T 4x Hasil uji Titik B dengan alat ukur Oscilloscope dapat dilihat pada Gambar Volt/Div, Time/Div = 2 ms Gambar 4.5 Bentuk Gelombang Titik D (Setelah Melewati Kapasitor Dan IC 7805) 0.1Volt/Div, Time/Div = 5 ms Gambar 4.3 Bentuk Gelombang Titik B (Setelah Melewati Dioda) Analisa Hasil pengujian : Berdasarkan Gambar 4.3, pada Titik B (setelah melewati dioda) bentuk gelombang hanya menapilkan ripple dari setengah siklus positif. Ini dikarenakan fungsi dari kedua dioda sebagai penyearah setengah gelombang, yang hanya melewatkan tegangan positif dari keluaran trafo. Analisa Hasil pengujian : Pada Titik D juga terlihat berkurangnya riak atau ripple pada bentuk gelombangnya. Besarnya tegangan puncak dari IC 7805 sebesar + 5 Volt. Hasil uji pengukuran tegangan pada Titik C dan Titik D dengan menggunakan multimeter digital terdapat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Pengukuran Rangkaian Catu Daya Hasil uji pada Titik C dengan menggunakan oscilloscope dapat dilihat pada Gambar Uji Coba Rangkaian Sensor Percobaan ini dilakukan pada saat keadaan sensor tidak terhalang, dimana pada saat photodioda tidak menerima pancaran sinar dari LED inframerah. Titik uji dari rangkaian sensor dapat dilihat pada Gambar Volt/Div, Time/Div = 2 ms Gambar 4.4 Bentuk Gelombang Titik C (Setelah Melewati Kapasitor Dan IC 7812) Analisa Hasil pengujian : Pada titik C setelah melewati kapasitor dan IC 7812 riak atau ripple terlihat berkurang, ini dikarenakan adanya kapasitor, dimana kapasitor disini berfungsi sebagai filter yang akan memperlemah ripple, dan kapasitor tersebut juga berfungsi untuk memastikan tegangan keluaran akan tetap berada atau mendekati tegangan puncak dari IC 7812 yaitu sebesar 12 Volt. Hasil uji pada Titik D dengan menggunakan oscilloscope dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.6 Titik Uji Rangkaian Sensor Hasil Pengujian Hasil pengujian masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 4.2.

11 Tabel 4.2 Hasil Uji Sensor Pada Saat Tidak Terhalang Terhadap Resistansi Trimpot Analisa Hasil pengujian : Berdasarkan Tabel 4.2, Sensor masih dapat bekerja apabila besar resistansi maksimal dari trimpot adalah sebesar 4 kω. Jika resistansi lebih besar dari 4 kω, tegangan terminal negatif pada Op-Amp akan lebih besar dibandingkan dengan tegangan terminal positif-nya, sehingga Op-Amp menghasilkan tegangan keluaran sebesar 0,23Volt, sama halnya pada saat sensor terhalang. Hasil Pengujian Tabel 4.3 Hasil Uji Tegangan Push Button Dan Mikro Switch Sebagai Masukan 4.3 Uji Coba Rangkaian Saklar Push Button Dan Mikro Switch Gambar 4.7 Titik Uji Rangkaian Push Button Dan Mikro Switch Analisa Hasil pengujian : Berdasarkan Tabel 4.3, rangkaian mikrokontroler akan bekerja jika diberi tegangan 0 Volt (terhubung dengan ground). Saklar push button dan mikro switch akan mengaktifkan mikrokontroler jika dihubungkan dengan ground, tetapi masukan tegangan 4,93V tidak akan menghasilkan keluaran pada mikrokontroler.

12 1.4 Uji Coba Rangkaian Motor DC Manual1 Manual2 P1.2 P1.3 P2.1 P2.0 AT89S51 5V Titik Uji In 1 In 2 L293D Out 1 Out 2 5V Motor DC m 1 Hasil Pengujian Tabel 4.5 Hasil Uji Tegangan Yang Terukur Untuk Mengaktifkan Motor Stepper Gambar 4.8 Titik Uji Rangkaian Motor DC Hasil Pengujian Tabel 4.4 Hasil Uji Tegangan Yang Terukur Untuk Mengaktifkan Motor DC Analisa Hasil Pengujian : Motor DC yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah jenis motor DC dengan dua polaritas, dimana untuk mengaktifkan koilnya yang melalui driver IC L293D dibutuhkan tegangan sebesar 5 V dan 0 V. Tegangan sebesar 5 V dan 0 V ini dihasilkan dari keluaran pengendali mikrokontroler yaitu pada Port 2.0 dan Port 2.1 yang telah disesuaikan dengan program. Hasil pengukuran yang didapat terlihat pada Tabel 4.4. Analisa Hasil Pengujian: Motor stepper akan berputar pada saat mikrokontroler mendapat tegangan low (0.04V) dari tombol manual. Motor stepper bergerak dua arah (CW dan CCW). 4.6 Uji Coba Kinerja Alat Pada pengujian kinerja alat dilakukan simulasi untuk mengetahui rata-rata waktu yang diperlukan dalam satu kali pemberhentian untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Hasil Pengujian Tabel 4.6 Hasil Uji Terhadap Kinerja Alat Dalam Satu Kali Pemberhentian 4.5 Uji Coba Rangkaian Mottor Stepper 5V Manual3 Manual4 P1.4 P1.5 AT89S51 P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 Titik Uji In 1 In 2 In 3 In 4 L293D Out 1 Out 2 Out 3 Out 4 5V Motor Stepper a b c d m 2 Gambar 4.9 Titik Uji Rangkaian Motor Stepper Analisa Hasil Pengujian : Jadi waktu rata-rata untuk satu kali pemberhentian bus = Σ Waktu Total = = detik n 10

13 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pintu shelter akan terbuka apabila sensor 1 terhalang + 5 detik, dan akan menutup kembali setelah 30 detik. 2. Jika ada yang menghalagi pintu shelter (terjepit) pada saat pintu sedang menutup, pintu shelter akan terbuka kembali, dan pintu shelter akan menutup kembali setelah 3 detik. 3. Palang pintu pada jalur busway akan terbuka pada saat busway melintasi sensor 2, dan akan menutup kembali setelah 10 detik. 4. Waktu untuk satu kali pemberhentian bus + 1 menit. 5. Jarak maksimal sensor untuk mendeteksi adanya bus sejauh ± 1 meter. 5.2 Saran Dari segi keamanan untuk lebih baiknya alat ini dilengkapi dengan pendeteksi kerusakan misalnya kerusakan pada sensor, pengendali mikrokontroler dan palang pintu. Jika ada kerusakan maka pendeteksi akan mengirimkan informasi berupa indikator LED atau alarm kepada operator shelter, sehingga kerusakan alat dapat langsung diperbaiki. Kemudian hal yang sangat penting adalah perlu adanya suatu perawatan berkala terhadap alat, agar alat dapat beroperasi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Boylestad, Robert. Nashelsky, Louis. Electronic Devices and Circuit Theory, Prentice Hall International, New Jersey, Budiharo, Widodo. Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta, Eko Putra, Agfianto. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi), Gava Media, Yogyakarta, Hughes, Fredrick W. Panduan Op - Amp, Elex Media Komputindo, Jakarta, Malvino dan Hanapi Gunawan Diktat Kuliah, Prinsip-Prinsip Elektronik, Edisi Kedua. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama Soeparlan, Soepono. Yahdi, Umar. Teknik Rangkaian Listrik, Jilid 1, Gunadarma, Depok, IC Datasheats, Januari 2009 Atmel International, AT89S51 datasheet,

DESIGN ON THE AUTOMATION DOOR OF SHELTER BUSWAY USING AT89S51 MICROCONTROLLER

DESIGN ON THE AUTOMATION DOOR OF SHELTER BUSWAY USING AT89S51 MICROCONTROLLER DESIGN ON THE AUTOMATION DOOR OF SHELTER BUSWAY USING AT89S51 MICROCONTROLLER Darmawan Julianto, Any K. Yapie, ST., MT Undergraduate Program, Industry Technology, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51

PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 Alfan Rachman Dipranoto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 ABDUL RIZAL NUGRAHA HARTONO SISWONO SETIYONO Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

TIMER WITH METAL TOOL WITH MONEY AT89S51 MICROCONTROLLER. ACHMAD FARDIYANSYAH, Dr.Ir.Hartono Siswono. MTS. Undergraduate Program, 2009

TIMER WITH METAL TOOL WITH MONEY AT89S51 MICROCONTROLLER. ACHMAD FARDIYANSYAH, Dr.Ir.Hartono Siswono. MTS. Undergraduate Program, 2009 TIMER WITH METAL TOOL WITH MONEY AT89S51 MICROCONTROLLER ACHMAD FARDIYANSYAH, Dr.Ir.Hartono Siswono. MTS Undergraduate Program, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id key words: coin, coin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 TUGAS UTS MATA KULIAH E-BUSSINES Dosen Pengampu : Prof. M.Suyanto,MM

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

CONVEYOR CONTROL SYSTEM BASED ON HIGH LOW AT89S51 MICROCONTROLLER-BASED PRODUCTS

CONVEYOR CONTROL SYSTEM BASED ON HIGH LOW AT89S51 MICROCONTROLLER-BASED PRODUCTS CONVEYOR CONTROL SYSTEM BASED ON HIGH LOW AT89S51 MICROCONTROLLER-BASED PRODUCTS Irwan Tri handoyo, M. Subali Undergraduate program, Faculty of Industrial Technology, 2009 Keywords: conveyor control, microcontroller.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya 10 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sensor TGS 2610 2.1.1 Gambaran umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA

USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA USER MANUAL PALANGAN KERETA API OTOMATIS MATA DIKLAT : SISTEM PENGENDALI ELEKTRONIKA SISWA KELAS XII TAHUNAJARAN 2010/2011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG CREW 2

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051

AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 AUDIO/VIDEO SELECTOR 5 CHANNEL DENGAN MIKROKONTROLER AT89C2051 MUHAMMAD ERPANDI DALIMUNTHE Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp

Lebih terperinci

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED )

KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) KENDALI KERAN OTOMATIS PADA TOILET PRIA DENGAN SENSOR PIR ( PASSIVE INFRARED ) Elias Gabriel Sakliressy Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI

COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C5 ABSTRAKSI Amri Arifianto, 000307 COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C5 Skripsi, Fakultas Ilmu Komputer, 005 Kata

Lebih terperinci

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler

Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Desain Tracker Antena Parabola Berbasis Mikrokontroler Sri Wahyuni Dali #1, Iskandar Z. Nasibu #2, Syahrir Abdussamad #3 #123 Teknik Elektro Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Makalah ini membahas desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51 Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51 RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51 Isa Hamdan 1), Slamet Winardi 2) 1) Teknik Elektro, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 2) Sistem Komputer, Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut : BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan menggunakan PC, memiliki 6 blok utama, yaitu personal komputer (PC), Mikrokontroler AT89S51,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 Hariz Bafdal Rudiyanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gunadarma Depok Kelapa Dua Email: hariz_bafdal@yahoo.co.id ABSTRAKSI Robot

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Gas LPG TGS2610 2.1.1 Gambaran Umum Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

SISTEM BENDUNGAN OTOMATIS MENGGUNAKAN INTERFACING

SISTEM BENDUNGAN OTOMATIS MENGGUNAKAN INTERFACING SISTEM BENDUNGAN OTOMATIS MENGGUNAKAN INTERFACING Latar Belakang Masalah Fungsi bendungan dalam kehidupan sehari-hari Cara pengoperasian bendungan secara manual Cara pengoperasian bendungan secara otomatisasi

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENGENDALI DAN PENGAMANAN PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU IDENTIFIKASI DAN HANDPHONE

RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENGENDALI DAN PENGAMANAN PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU IDENTIFIKASI DAN HANDPHONE F.6. Rancang Bangun Model Sistem Pengendali Dan Pengamanan Pintu... (Jaenal Arifin) RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENGENDALI DAN PENGAMANAN PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Umum Perancangan prototipe sistem pengontrolan level air ini mengacu pada sistem pengambilan dan penampungan air pada umumnya yang terdapat di perumahan. Tujuan

Lebih terperinci

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL )

PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) PENYEDIA VOLUME BENDA CAIR DENGAN STEP 150 ml ( WATER LEVEL ) Imam Chaerudin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Margonda Raya 100 Depok 16424 telp (021) 78881112,

Lebih terperinci

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM Adaptor Rate This Alat-alat elektronika yang kita gunakan hampir semuanya membutuhkan sumber energi listrik untuk bekerja. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Widyastuti Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok E-mail : widyast@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS

PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS RINGKASAN SKRIPSI Oleh Cia Kim Liang Anhar Purwito Sari Fendy (0300453296) (0300477863) (0300481305) Universitas Bina Nusantara Jakarta 2005 PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Umum Sensor Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Alat Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem dari perangkat,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN 35 BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : DTMF MT88700, Buffer (IC 74244), Driver Motor, Mikrokontroler AT89S51, Sensor infra red (IR) 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : DTMF MT88700, Buffer (IC 74244), Driver Motor, Mikrokontroler AT89S51, Sensor infra red (IR) 1. PENDAHULUAN 35 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL SISTEM KENDALI UNTUK PENGENDALIAN DAN PENGAMANAN PINTU GUDANG BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU IDENTIFIKASI DAN HANDPHONE Jaenal Arifin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 27 BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Sistem Diagram merupakan pernyataan hubungan yang berurutan dari satu atau lebih komponen yang memiliki satuam kerja tersendiri dan setiap

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi AT89S51 Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 Kilo Ohm

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dari sistem dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN BAB III BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN 3.1 Blok Diagram SWITCH BUZZER MIKROKONTROLLER AT89S52 DTMF DECODER KUNCI ELEKTRONIK POWER SUPPLY 1 2 3 4 5 6 7 8 9 * 0 # KEYPAD 43 3.2 Gambar Rangkaian 44 3.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang: Referensi: mikrokontroler (AT89S51) mikrokontroler (ATMega32A) Sumber daya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

72 PALANG PINTU KERETA OTOMATIS DENGAN INDIKATOR SUARA SEBAGAI PERINGATAN DINI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

72 PALANG PINTU KERETA OTOMATIS DENGAN INDIKATOR SUARA SEBAGAI PERINGATAN DINI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 72 PALANG PINTU KERETA OTOMATIS DENGAN INDIKATOR SUARA SEBAGAI PERINGATAN DINI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Dyah Nur'ainingsih 1, Betty Savitri", M. Subali 3 1,2,3 Universitas Gunadarma, JI. Margonda

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535

PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535 PENGATUR ALIRAN CAIRAN INFUS BERBASIS ATMEGA8535 Amanda Amelia & Kiki Prawiroredjo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa No.1, Jakarta Barat 11440 E-mail:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 30 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara merancang sistem yang akan diimplementasikan pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah. BAB IV PERANCANGAN 4.1 Perancangan Sebelum melakukan implementasi diperlukan perancangan terlebih dahulu untuk alat yang akan di buat. Berikut rancangan alat Alarm rumah otomatis menggunakan mikrokontroler

Lebih terperinci