BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif
|
|
- Lanny Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 20 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif pada penduduk dunia. Diantara berbagai penyakit tersebut, demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Berbagai studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi demensia pada negara berkembang meningkat 2 kali lipat setiap 5 tahun pada populasi dengan usia diatas 65 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif antara lain adalah usia, genetik, penyakit-penyakit yang mendasari, tingkat sosiokultural, intelligence quotients (IQ), pekerjaan dan latar belakang pendidikan (Paquay dkk. 2007). Stroke merupakan suatu kondisi yang dijumpai semakin meningkat insidensinya pada populasi tua. Douiri dkk. mengumpulkan 1618 data pasien stroke dari tahun 1995 hingga 2010 dan menilai fungsi kognitif dengan Abbreviated Mental Test atau Mini-Mental State Examination saat onset, 3 bulan setelahnya dan diulang setelah setahun. Dijumpai prevalensi terjadinya gangguan kognitif 3 bulan setelah serangan stroke sebanyak 24% dimana 518 orang dijumpai mengalami poststroke dementia (95% CI, ). Angka ini relatif stabil saat dilakukan penilaian ulang setelah 5 tahun follow up (22%, 95% CI; ).
2 21 Gangguan kognitif yang progresif dijumpai pada pasien-pasien dengan oklusi pembuluh darah kecil dan infark lakunar (10% [ ] dan 2% [ ]) (Douiri dkk. 2013). Frekuensi terjadinya poststroke dementia masih tinggi dan stroke itu sendiri meningkatkan resiko terjadinya demensia. Pada suatu penelitian di Finlandia yang melibatkan 337 subjek berusia tahun yang menjalani pemeriksaan fungsi kognitif 3 bulan setelah serangan stroke, dijumpai frekuensi poststroke dementia sebesar 31.8%. Pasien dengan poststroke dementia dijumpai berusia lebih tua dan memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah, dan memiliki riwayat penyakit serebrovaskular sebelumnya (Pohjasvaara dkk. 1998). Informasi yang tidak selalu sama mengenai insidensi dan kecenderungan terjadinya poststroke dementia sering kali berhubungan dengan tidak adanya uji neurofisiologi formal yang dapat diaplikasikan pada pasien sehari-hari. Iniziatri dkk. meneliti 339 pasien stroke dan mendapati bahwa 57 pasien (16.8%) mengalami poststroke dementia. Pasien-pasien tersebut berusia diatas 60 tahun, lebih sering terjadi pada wanita dan lebih sering terjadi pada pasien stroke dengan atrial fibrilasi (OR 2.35; 95% CI, ). Munculnya afasia (OR 3.22; 95% CI, ) pada fase akut dapat memprediksi terjadinya poststroke dementia (Inzitari dkk. 1998). Poststroke dementia merupakan topik yang banyak diteliti dalam 10 tahun terakhir. Kejadian stroke meningkatkan resiko terjadinya demensia
3 22 sebanyak 4 hingga 12 kali lipat. Di Spanyol, dari 250 pasien stroke, dijumpai 30% (75 orang) diantaranya mengalami demensia saat dilakukan penilaian fungsi kognitif 3 bulan setelah serangan stroke. Kejadian demensia berkaitan dengan usia (OR % CI ). Kejadian poststroke dementia ini tidak memiliki hubungan dengan bentuk stroke baik iskemik ataupun perdarahan ataupun lokasi lesi (Barba dkk. 2000). Pemeriksaan fungsi kognitif dalam upaya screening demensia masih bukan merupakan suatu pemeriksaan rutin. Hal ini dapat dilihat dari bukti bahwa 40-75% pasien dengan diagnosis demensia datang setelah keluhan yang berat dan pasien-pasien tersebut sebelumnya merupakan pasien rutin dari praktik dokter umum tertentu. Hal ini dikarenakan dokter umum tidak terbiasa melakukan pemeriksaan fungsi kognitif, ataupun karena pemeriksaan fungsi kognitif yang umum digunakan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dilakukan (Borson dkk. 2003). Suatu penelitian oleh Ismail dkk. menunjukkan bahwa instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai fungsi kognitif adalah Clock Drawing Test (CDT), Mini-Mental State Examination (MMSE), Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dan Delayed Word Recall. Efektifitas, kemudahan aplikasi dan kecepatan aplikasinya dikatakan tergantung pada seberapa sering pemeriksaan dilakukan (Ismail dkk. 2013). Penilaian fungsi kognitif yang ideal untuk screening demensia harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya pemeriksaan harus dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, pemeriksaan harus mudah
4 23 untuk diaplikasikan, pemeriksaan harus dapat dilakukan oleh pasienpasien usia lanjut dan hasil pemeriksaan tidak boleh terlalu banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan, jenis kelamin, usia dan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan demensia itu sendiri. Selain itu pemeriksaan yang digunakan harus memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk meningkatkan akurasinya (Lorentz dkk. 2002). Berdasarkan kriteria diatas, dijumpai bahwa Mini-Cog, General Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) dan Memory Impairment Screen (MIS) merupakan 3 instrumen yang lebih ideal untuk digunakan dalam screening demensia bila dibandingkan dengan MMSE yang lebih sering digunakan. Pemeriksaan fungsi kognitif dengan MMSE membutuhkan waktu selama 7 hingga 10 menit untuk dilakukan dan dijumpai bahwa Mini-Cog, GPCOG ataupun MIS yang aplikasinya masingmasing hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk dilakukan merupakan pemeriksaan yang lebih superior untuk digunakan dalam screening demensia dibandingkan dengan beberapa pemeriksaan lainnya (Lorentz dkk. 2002). Brodaty dkk. pada tahun 2006 mengumpulkan data dari beberapa basis jurnal mengenai screening demensia sejak tahun 1974 hingga tahun 2004 dan menjumpai 16 instrumen pemeriksaan yang paling sering digunakan. Pada penelitian ini, dijumpai bahwa Mini-Cog, MIS dan GPCOG lebih superior dibandingkan instrumen lainnya dengan nilai sensitifitas dan spesifisitas yang paling tinggi >80% dengan 95% CI.
5 24 Ketiga instrumen tersebut dianggap paling baik untuk digunakan oleh dokter umum dikarenakan angka sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pemeriksaan dengan MMSE yang sering digunakan (Brodaty dkk. 2006). Penelitian lain juga menunjukkan hasil yang serupa. Di Inggris, meskipun MMSE lebih sering digunakan, namun dijumpai bahwa Mini- Cog, MIS dan GPCOG lebih singkat, lebih mudah dan lebih efektif serta tidak menimbulkan terlalu banyak bias karena ketiga pemeriksaan tersebut tidak banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan, jenis kelamin ataupun bahasa bila dibandingkan dengan MMSE (Milne dkk. 2008). Suatu penelitian potong lintang melakukan screening demensia terhadap 300 subjek usia lanjut dan membandingkan sensitifitas dan spesifisitas MIS dengan dua pemeriksaan lain yaitu Category Fluency Test (CFT) dan Telephone Instrument for Cognitive Status (TICS). Penelitian dilakukan via telepon dan dijumpai bahwa MIS memiliki sensitifitas 78% dengan spesifisitas 93% (p<0.05) yang mana lebih tinggi dibanding dua instrumen lainnya (Lipton dkk. 2003). Penelitian lain yang bertujuan untuk memvalidasi MIS sebagai suatu instrumen untuk screening demensia dilakukan pada 304 subjek usia tahun di India menunjukkan bahwa MIS memiliki 95.4% sensitifitas (95% CI = %) dan 99.2% spesifisitas (95% CI = %) dalam mendeteksi demensia. Dalam hal ini, MIS memiliki nilai
6 25 sensitifitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan MMSE, terutama pada pemeriksaan terhadap subjek usia tua dengan tingkat pendidikan yang rendah (Verghese dkk. 2012). The Cambridge Examination for Mental Disorders of the Elderly (CAMDEX) merupakan suatu struktur interview dan pemeriksaan yang terstandarisasi untuk mendiagnosa gangguan mental secara umum. Pemeriksaan ini telah tervalidasi dalam berbagai bahasa. The Cambridge Cognitive Examination (CAMCOG) merupakan bagian dari CAMDEX, yang mengevaluasi gangguan fungsi kognitif. CAMCOG merupakan uji klinis yang banyak digunakan dan dipertimbangkan sebagai pengukuran yang sensitif untuk mendeteksi demensia pada tahap awal. Terdapat berbagai bentuk alternatif dari CAMCOG yaitu Revised CAMCOG (CAMCOG-R), Rotterdam CAMCOG (R-CAMCOG) dan General Practioner Assessment of Cognition (GPCOG) (Moreira dkk. 2009). Pada penelitian Brodaty dkk. tahun 2002 didapatkan bahwa GPCOG reliable dan superior terhadap MMSE dengan sensitifitas 85% dan spesifisitas 86% (Brodaty dkk. 2002). Sementara pada penelitian Thomas dkk. tahun 2006 didapatkan bahwa GPCOG dalam mendiagnosa demensia memiliki sensitifitas 96%, spesifisitas 62%, positive predictive value 83% dan negative predictive value 90%. Pemeriksaan GPCOG akurat dan merupakan instrumen yang mudah diterima dalam melakukan skrining demensia. (Thomas dkk. 2006)
7 26 Dari penelitian Lorentz dkk. dijumpai bahwa Mini-Cog, GPCOG dan MIS merupakan instrumen pilihan untuk screening demensia. Dari ketiganya, dijumpai bahwa Mini-Cog lebih superior dibandingkan GPCOG dan MIS dengan nilai sensitifitas 99% dan spesifisitas 96% pada 249 sampel usia tua dengan variasi etnik dan bahasa yang beragam. Mini-Cog dapat mendeteksi hampir semua subjek dengan mild dementia dan semua subjek dengan moderate dan severe dementia (Lorentz dkk. 2002). Pemeriksaan Mini-Cog dilakukan dengan mengkombinasikan dua tugas untuk fungsi kognitif yang terdiri atas mengingat 3 kata yang berbeda (memory recall) dan CDT. Pemeriksaan Mini-Cog ini dikatakan mampu mendeteksi demensia pada kelompok subjek dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak berbahasa inggris. Mini-Cog dianggap sebagai instrumen pemeriksaan fungsi kognitif yang memiliki nilai akurasi yang cukup memuaskan dan mudah untuk digunakan (Borson dkk. 2003). Penelitian Ebbel dkk. menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian Lorentz dkk. Mini-Cog memiliki sensitifitas 99% dan spesifisitas 93% (dengan positive likelihood ratio [LR+] = 14.1 dan LR- =0.01). Dalam penelitian ini, dijumpai juga bahwa Mini-Cog unggul dalam hal waktu pemeriksaan yang lebih singkat, kemudahan aplikasi dan tingkat akurasi yang tinggi. Hal-hal tersebut menjadikan Mini-Cog lebih mudah untuk digunakan dalam praktik sehari-hari (Ebbel dkk. 2009). Perbandingan spesifisitas Mini-Cog dengan dua instrumen yang sering digunakan yaitu MMSE dan CDTpada 644 subjek dengan hasil nilai
8 27 spesifisitas 79.6% pada subjek usia tua dengan depresi dan 100% pada subjek sehat menunjukkan spesifisitas yang menurun pada subjek dengan depresi. Meskipun MMSE menunjukkan spesifisitas yang tinggi pada pasien depresi namun memiliki sensitifitas yang rendah dalam mendeteksi demensia. Tidak seperti MMSE, beratnya depresi tidak memiliki efek pada spesifisitas Mini-Cog. Hal ini menjadikan Mini-Cog lebih baik dan valid untuk digunakan dalam screening demensia (Millian dkk. 2013). I.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perbandingan akurasi GPCOG dan MIS terhadap Mini- Cog dalam screening poststroke dementia? I.3. TUJUAN PENELITIAN I.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan akurasi GPCOG dan MIS terhadap Mini-Cog dalam screening poststroke dementia. I.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui perbandingan akurasi GPCOG dan MIS terhadap Mini-Cog dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM.
9 Untuk mengetahui sensitifitas GPCOG dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui spesifisitas GPCOG dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui sensitifitas MIS dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui spesifisitas MIS dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Nilai Duga Negatif (NDN) GPCOG dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Nilai Duga Positif (NDP) GPCOG dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Nilai Duga Negatif (NDN) MIS dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Nilai Duga Positif (NDP) MIS dalam screening demensia pada pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Rasio Kemungkinan Positif (RKP) GPCOG dalam screening demensia untuk pasien stroke yang datang ke RSUP HAM.
10 Untuk mengetahui Rasio Kemungkinan Negatif (RKN) GPCOG dalam screening demensia untuk pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Rasio Kemungkinan Positif (RKP) MIS dalam screening demensia untuk pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui Rasio Kemungkinan Negatif (RKN) MIS dalam screening demensia untuk pasien stroke yang datang ke RSUP HAM Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien stroke yang datang ke RSUP HAM. I.4. HIPOTESIS Ada perbedaan akurasi GPCOG dan MIS terhadap Mini-Cog dalam screening poststroke dementia. I.5. MANFAAT PENELITIAN I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan untuk membuat skala yang lebih baik lagi dalam screening poststroke dementia.
11 30 I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan Dengan mengetahui perbandingan akurasi GPCOG dan MIS dalam screening poststroke dementia, maka diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menggunakan skala yang lebih tepat dan sederhana dalam screening poststroke dementia dan dapat membantu dalam menegakkan keputusan klinis pasien. I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat Dengan mengetahui perbandingan akurasi GPCOG dan MIS dalam screening poststroke dementia maka dapat diketahui skala mana yang lebih tepat dan sederhana dalam screening poststroke dementia untuk dilakukan pada praktik sehari-hari sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan yang rutin pada pasien-pasien stroke untuk meningkatkan kewaspadaan dalam perawatan pasien dengan skala yang mengarah pada diagnosis poststroke dementia.
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat pertambahan usia yang progresif pada populasi penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti
31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan kemampuan berbahasa. Fungsi kognitif meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrilasi atrium (FA) telah menjadi masalah kesehatan utama pada skala global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok penduduk lanjut usia, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi dapat dibagi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai
Lebih terperinciTESIS OLEH RITA MAGDA HELENA SIBARANI NIM
TESIS PERBANDINGAN AKURASI DIAGNOSTIK ANTARA COGNITIVE PERFORMANCE SCALE DAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION TERHADAP GENERAL PRACTIONER ASSESSMENT OF COGNITION UNTUK MENILAI FUNGSI KOGNITIF PADA USIA LANJUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan
LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang terjadi minimal 24 jam melibatkan sistem saraf pusat dan disebabkan oleh gangguan aliran darah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Jumlah penduduk saat ini diperkirakan 220 juta jiwa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang: Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan serta meningkatnya sosial ekonomi dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan menyebabkan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena terdapat gangguan aliran darah ke otak, sehingga mengakibatkan munculnya gejala defisi neurologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan
Lebih terperinciLAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp
LAMPIRAN. Personil Penelitian Nama Jabatan : dr.saulina Dumaria Simanjuntak : Peserta PPDS-I Kedokteran Jiwa FK-USU/ RSUP HAM 2. Biaya Penelitian. Penyediaan obat-obatan : Rp. 5.000.000 2. Akomodasi dan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar
Lebih terperinciBAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT
BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien gangguan daya ingat. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya gangguan daya ingat. 3. Membedakan klasifikasi gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya menimbulkan beban medis, tetapi juga sosial, dan ekonomi bagi pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi
51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai 67 tahun 1. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP
38 Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Tammy Clarissa Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai/ 19 Oktober 1994 Agama : Buddha Alamat : Jl. Jend. Ahmad Yani No.25 I Binjai 20713 Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang lemah atau mengalami kemunduran dalam aspek fisik dan mental yang di sebabkan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik
74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit
Lebih terperinciBAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciGambaran Gangguan Fungsi Kognitif Pada Pasien Pascastroke Di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun Oleh: Tammy Clarissa
Gambaran Gangguan Fungsi Kognitif Pada Pasien Pascastroke Di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2015 Oleh: Tammy Clarissa 120100325 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 GAMBARAN GANGGUAN
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas setelah demensia. Setiap tahun, lima belas juta orang di dunia terkena serangan stroke. Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciHubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total kematian di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi stroke secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan memori adalah keluhan yang sering dijumpai pada. masyarakat umum, dan prevalensinya cenderung meningkat dengan
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Gangguan memori adalah keluhan yang sering dijumpai pada masyarakat umum, dan prevalensinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia (Lesne dkk, 2006). Hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan segala aspek seperti perekonomian, teknologi dan kesehatan memberikan dampak pada usia harapan hidup yang makin meningkat. Peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke dan penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, stroke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran pendidikan penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena dengan adanya kemajuan peradaban, diharapkan manusia akan hidup lebih nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan umur. Hal ini menjadi perdebatan karena pada level individu, dapat menurunkan kualitas hidup dan
Lebih terperinciHubungan Faktor Risiko dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang
49 Artikel Penelitian Hubungan Faktor Risiko dengan pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang Panjang Iqbal Al Rasyid 1, Yuliarni Syafrita 2, Susila Sastri 3 Abstrak Kemajuan teknologi
Lebih terperinciPROFIL FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN STROKE YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
MAKALAH LENGKAP PROFIL FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN STROKE YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Oleh dr. Ketut Widyastuti, Sp.S dr. IB Kusuma Putra, Sp.S dr. AAA Putri Laksmidewi, Sp.S
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)
BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan
Lebih terperinci30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4
Pengertian Tujuan dan sasaran Macam-macam bentuk screening Keuntungan Kriteria program skrining Validitas Reliabilitas Yield Evaluasi atau uji alat screening Penemuan Penyakit secara Screening - 2 Adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah Usia Lanjut yang berumur 60 tahun atau lebih terbanyak di dunia. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat. ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein terlarut, yang dapat ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kda. Sebagai faktor pembekuan, fibrinogen merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Usia Lanjut (Lansia) 2.1.1 Pengertian usia lanjut Usia yang telah lanjut atau lebih popular dengan istilah lansia, adalah masa transisi kehidupan terakhir yang dijalani manusia.
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25
57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah lanjut
Lebih terperinciDiagnostic & Screening
Diagnostic & Screening Syahril Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TUJUAN: Untuk mengetahui Sensitifitas, Spesifisitas, Nilai duga positip, Nilai duga negatip, Prevalensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki
I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20
70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciBagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Jurnal e-clinic (ecl), Volume, Nomor, Juli 0 GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK MENGGUNAKAN MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK BLU RSUP PROF. DR.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada hakikatnya selalu bertumbuh dan berkembang. Manusia memiliki tahapan-tahapan dalam kehidupannya, yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, dan lanjut usia. Tahapan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menyebutkan bila stroke merupakan penyebab kematian nomer satu
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN FIBRILASI ATRIUM TERHADAP PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Strata-1 Kedokteran Umum ROFAT ASKORO BIMANDOKO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.
BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban
Lebih terperinciHubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia. dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Hipertensi Primer LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan
LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,
Lebih terperinciBAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang
BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya maka masalah kesehatan berupa penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat
BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN 5.1. Pembahasan Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat 45
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia
4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Data Data didapatkan dari kuesioner program skrining See & Treat di 4 Puskesmas Jatinegara yaitu Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara, Bidara Cina dan Rawa Bunga dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk yang cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga mengalami peningkatan angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Memasuki milenium ke-3,infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/sub topik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju.malaria merupakan
Lebih terperinciSAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM...ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM....ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hipertensi, yang memberikan kontribusi 7.1 juta kematian per tahun. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pola gaya hidup masa kini yang semakin berkembang telah menyebabkan meningkatnya angka kejadian hipertensi pada banyak orang. Diperkirakan sekitar 20% populasi orang
Lebih terperinci