BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti"

Transkripsi

1 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi Fungsi Kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan kemampuan berbahasa. Fungsi kognitif meliputi kemampuan atensi serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan sesuatu, menilai, mengawasi dan melakukan evaluasi (Strub dkk. 2000). II.1.2. Domain Fungsi Kognitif Fungsi kognitif terdiri dari: (Modul Neurobehaviour PERDOSSI, 2008) a. Atensi Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi terhadap satu stimulus dengan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak dibutuhkan sehingga mampu untuk fokus pada stimulus spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori dan bahasa.

2 32 b. Bahasa Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Bila dijumpai adanya gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4 parameter: 1. Kelancaran yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. 2. Pemahaman yang mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan perintah tersebut. 3. Pengulangan yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang. 4. Penamaan yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya. Gangguan bahasa sering terlihat pada lesi otak baik lesi fokal maupun lesi difus, sehingga gangguan bahasa merupakan gejala patognomonik dari suatu disfungsi otak. Penting bagi klinisi untuk mengenal gangguan bahasa karena gangguan berbahasa memiliki hubungan yang spesifik antara sindroma afasia dengan lokasi lesi.

3 33 c. Memori Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat yang berpengaruh pada fungsi memori. Fungsi memori dibagi dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus dengan recall, yaitu: 1. Memori segera (immediate memory), rentang waktu antara stimulus dengan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention) 2. Memori baru (recent memory), rentang waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam, bulan bahkan tahun. 3. Memori lama (remote memory), rentang waktunya bertahuntahun bahkan selama hidup. Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan mempelajari materi baru setelah cedera otak disebut amnesia anterogard. Amnesia retrogard merujuk pada amnesia pada apa yang terjadi sebelum cedera otak. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah memori pada awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami gangguan memori.

4 34 d. Visuospasial Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dengan lobus parietal hemisfer kanan berperan paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk screening kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal. e. Fungsi eksekutif Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks seseorang dalam memecahkan masalah/persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta memecahkan/mencari jalan keluar suatu persoalan. II.1.3. Anatomi Fungsi Kognitif Masing-masing omain kognitif tidak bekerja sendiritetapi sebagai satu kesatuan, yang disebut sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari amygdala, hipokampus, nukleus talamik anterior, girus subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus dan korpus mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktus mammilotalmikus dan striae terminalis berperan dalam memori, pembelajaran, emosi, dan motivasi

5 35 (Waxman 2007). Struktur otak berikut ini merupakan bagian dari sistem limbik (Markam, 2003; Devisnsky dkk. 2004) : 1. Amygdala terlibat dalam pengaturan emosi, dengan hemisfer kanan predominan dalam keadaan tidak sadar dan hemisfer kiri predominan pada saat sadar. 2. Hipokampus berperan dalam pembentukan memori jangka panjang dan pemeliharaan kognitif (proses pembelajaran). 3. Girus parahipokampus, berperan dalam pembentukan memori spasial. 4. Girus cinguli, berperan dalam salah satu domain fungsi kognitif yaitu atensi. 5. Forniks berperan dalam memori dan pembelajaran. 6. Hipothalamus, berfungsi mengatur perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang. 7. Thalamus merupakan pusat pengaturan fungsi kognitif di otak/sebagai stasiun relay ke korteks serebri. 8. Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran. 9. Girus dentatus, berperan dalam memori baru. 10. Korteks enthorinal, penting dalam memori dan merupakan komponen asosiasi. Sedangkan lobus otak yang berperan dalam fungsi kognitif antara lain (Markam, 2003) :

6 36 1. Lobus frontalis mengatur motorik, perilaku, kepribadian, bahasa, memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis. 2. Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan visuospasial. Korteks ini menerima stimuli sensorik dari berbagai modalitas (input visual, auditori, taktil) dari area asosiasi sekunder dan sering disebut korteks heteromodal. 3. Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi, memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan visual. 4. Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial, memori dan bahasa. II.2. TEST UNTUK MENILAI FUNGSI KOGNITIF Penilaian fungsi kognitif umumnya digunakan dalam screening gangguan fungsi kognitif, menilai derajat keparahan dari gangguan fungsi kognitif dan atau memantau perjalanan penyakitnya (Woodford, 2007). Ada banyak instrumen yang dapat digunakan dalam menilai fungsi kognitif. Instrumen-instrumen ini bervariasi dalam hal waktu pemeriksaan. Beberapa diantaranya dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari 1 menit) dan yang lain merupakan suatu penilaian neurofisiologi formal yang dapat memakan waktu hingga beberapa jam. Penggunaan keduanya

7 37 bergantung pada waktu pemeriksaan yang tersedia dan tujuan dari dilakukannya pemeriksaan (Woodford, 2007). Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan fenomena yang sering dijumpai dan berbeda dengan demensia. Keluhan dari MCI yang utama adalah gangguan fungsi memori. Evaluasi fungsi kognitif pada pasienpasien dengan MCI seringkali terbatas dengan menggunakan screening untuk demensia dan tidak tepat untuk mendeteksi MCI. Menurut Lonie dkk. ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai MCI, demensia Alzheimer dan bentuk demensia lainnya pada fase dini diantaranya seperti Six Item Cognitive Impairment Test (6CIT) atau Abbreviated Mental Test (AMT), namun sering kali instrumen-instrumen tersebut tidak dapat membedakan penyebab dan outcome dari MCI (Lonie dkk. 2009). Sebagai satu penilaian awal, pemeriksaan MMSE adalah tes yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Folstein adalah tes yang paling sering dipakai saat ini. Penilaian dengan nilai maksimal 30, cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu. Skor MMSE normal Bila skor kurang dari 24 mengindikasikan gangguan fungsi kognitif (Folstein dkk. 1975; Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) ini awalnya dikembangkan untuk screening demensia, namun sekarang digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kogntif secara umum.

8 38 Pemeriksaan MMSE kini adalah instrumen screening yang paling luas digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada usia lanjut (Kochhann dkk. 2009; Burns dkk. 2002). Selain MMSE, instrumen lain yang sering digunakan adalah Montreal Cognitive Assessment (MoCA) yang merupakan instrumen yang dikatakan baik untuk mendeteksi demensia. MoCA memiliki komponen penilaian beberapa domain fungsi kognitif seperti atensi, konsentrasi, memori, fungsi eksekutif dan reasoning. Seperti pada MMSE, instrumen ini memiliki komponen CDT untuk penilaian fungsi visual dan spasial. Sebagai tambahan, MoCA memiliki komponen trail-making test yang berfungsi untuk menilai fungsi eksekutif (Valcour, 2011). Untuk menilai demensia vaskular, dikenal satu instrumen yang disebut dengan Hachinski Ischemic Score (HIS). HIS dikenal sebagai suatu instrumen klinis yang sederhana yang digunakan untuk membedakan jenis-jenis mayor dari demensia, khususnya demensia vaskular dengan demensia lainnya. HIS berhubungan dengan penyakit serebrovaskular dan faktor-faktor penyebabnya. Komponen informasi yang dikumpulkan meliputi riwayat hipertensi dan stroke serta gejalagejala yang mengindikasikan suatu penyakit serebrovaskular. Pada pasien dengan demensia, nilai HIS yang tinggi mengindikasikan suatu kemungkinan demensia vaskular (Kim, 2014). HIS memiliki nilai cut-off point 4 untuk demensia Alzheimer dan nilai 7 untuk demensia vaskular dengan sensitifitas 89% dan spesifisitas 90%. Namun, HIS tidak

9 39 dapat membedakan demensia campuran dengan jenis demensia lainnya (Moroney, 1997). Selain itu, ada 3 instrumen yang dikatakan sebagai instrumen yang paling ideal dalam fungsinya sebagai instrumen untuk screening dari poststroke dementia (Brodaty, 2006): II.2.1. Mini-Cog Mini-Cog merupakan suatu cara dalam screening untuk ada atau tidaknya suatu gangguan kognitif pada orang dewasa. Mini-Cog dikatakan lebih efektif, bahkan lebih baik untuk melakukan screening untuk suatu gangguan kognitif pada orang tua. Pada suatu test komparasi antara Mini-Cog dengan MMSE pada pasien demensia dijumpai pemeriksaan dengan Mini-Cog dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan MMSE dan tidak dipengaruhi oleh etnis, bahasa dan tingkat pendidikan. Mini-Cog menggunakan 3 metode dalam recall serta melakukan CDT, dimana CDT berperan sebagai penentu bila dijumpai hasil Mini-Cog yang intermediate (Woodford, 2007). Mini-Cog diciptakan sebagai suatu instrumen untuk screening awal demensia. Mini-Cog bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 5 menit (ratarata 3.2 menit). Pemeriksaan dilakukan dengan suatu uji fungsi memori dengan mengulang 3 kata yang berbeda dan tidak berhubungan, mengingat gangguan memori merupakan ciri utama dari demensia. CDT dilakukan sebagai pengalihan perhatian subjek dari perintah mengingat sebelumnya (Lorentz, 2002).

10 40 Mini-Cog dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengulang 3 kata yang berbeda dan tidak berhubungan satu sama lain seperti kapten, kebun dan gambar. Perintah dapat diulang 3 kali. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan CDT dimana pasien diminta untuk menggambar jam mulai dari lingkaran, angka dan jarum jam yang menunjukkan waktu tertentu (11:10). Penilaian CDT adalah 2 untuk gambar yang utuh dan benar dan 0 untuk gambar yang tidak lengkap atau salah atau pada pasien yang menolak untuk menggambar. Kemudian minta pasien untuk mengulangi kata-kata yang sudah disebutkan sebelumnya. Skor 1 untuk setiap kata yang dapat diulang pasien. Skor untuk penilaian hasilnya adalah sebagai berikut: (Doerflinger, 2013) - Mampu mengulang 3 kata dengan benar dikatakan negative screen for cognitive impairment. - Mampu mengulang 1-2 kata dengan benar dan CDT yang normal (2) dikatakan negative screen for cognitive impairment. - Mampu mengulang 1-2 kata dengan benar CDT yang abnormal (0) dikatakan positive screen for cognitive impairment. - Sama sekali tidak mampu mengulang kata dikatakan positive screen for cognitive impairment. II.2.2. General Practitioner Assessment of Cognition (GPCOG) Pemeriksaan GPCOG merupakan salah satu bentuk dari Cambridge Cognitive (CAMCOG). Pemeriksaan CAMCOG merupakan

11 41 instrumen yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan demensia dan gangguan kognitif. Pengukuran ini dilakukan dengan menilai fungsi orientasi, bahasa, memori, atensi, kemampuan berpikir abstrak, persepsi dan kalkulasi. Kelebihan GPCOG adalah kemampuannya untuk mendeteksi suatu gangguan kognitif ringan (Burns dkk. 2002). Pemeriksaan GPCOG terdiri atas pemeriksaan terhadap 9 soal untuk fungsi kognitif dan 6 soal untuk informasi. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk dilakukan dan memiliki nilai akurasi yang relatif sama dengan MMSE dalam menilai demensia (Brodaty dkk. 2002). Dalam 9 soal yang diberikan untuk menilai fungsi kognitif termasuk dengan melakukan CDT dengan skor maksimum 9. Bila pada tahap ini pasien mendapat skor 9 berarti tidak dijumpai ada gangguan kognitif dan pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan. Bila pasien mendapat skor 0-4 mengindikasikan suatu gangguan kognitif dan pemeriksaan juga tidak perlu dilanjutkan. Pemeriksaan dilanjutkan ke tahap untuk memperoleh informasi tambahan bila skor pasien 5-8 dimana pasien diberikan 6 pertanyaan tambahan dengan skor maksimal >6. Skor 0-3 mengindikasikan adanya gangguan kognitif (Brodaty dkk. 2002). II.2.3. Memory Impairment Screen Memory Impairment Screen merupakan suatu pemeriksaan gangguan memori pada demensia yang dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan valid. Memory Impairment Screen memiliki nilai akurasi yang

12 42 cukup tinggi pada screening demensia. Untuk moderate dementia, MIS memilki 92% sensitifitas untuk semua jenis demensia dan 95% (PPV 0.69 dan NPV 0.95) untuk demensia Alzheimer (Buschke dkk. 1999). Memory Impairment Screen dilakukan dengan meminta pasien mengulang 4 kata yang berbeda dan tidak berhubungan. Pasien diminta untuk mengelompokkan kata sesuai dengan kategori yang ditentukan. Dalam penilaiannya, MIS memiliki komponen free recall dan cued recall. Free recall adalah kemampuan untuk mengingat 4 kata yang diberikan dalam waktu kurang dari 5 detik (untuk masing-masing kata) dan cued recall adalah kemampuan pasien untuk mengingat sisa kata yang belum disebutkan setelah diberi petunjuk. Skor maksimum MIS adalah 8 dengan interpretasi nilai 5-8 dianggap normal atau tidak memilki gangguan kognitif dan skor 4 dikatakan sebagai possible cognitive impairment (Modrego, 2012). Pasien-pasien usia tua yang tidak memiliki gangguan memori bisa tetap memiliki kesulitan dalam mengingat satu atau dua kata. Cued recall berfungsi sebagai bantuan bagi pasien-pasien tersebut. Pasien-pasien dengan gangguan fungsi kognitif seperti demensia akan menunjukkan skor yang jelek baik pada free recall maupun cued recall (Ivanoiu 2005). Kelebihan pemeriksaan dengan MIS adalah aplikasinya yang mudah, pemeriksaan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat (kurang dari 5 menit) dan tingkat sensitifitas yang tinggi (Buschke dkk. 1999).

13 43 II.3. STROKE II.3.1. Definisi Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh iskemik ataupun perdarahan yang berlangsung selama 24 jam atau meninggal dan tidak memiliki bukti yang cukup untuk di klasifikasikan (Sacco, 2013). II.3.2. Epidemiologi Stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker di Amerika Serikat. Di Indonesia, data nasional stroke menunjukkan angka kematian tertinggi sebesar 15.4% (Misbach, 2011). II.3.3. Patofisiologi Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Pada iskemik global, aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi, misalnya karena perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat dan lain-lain. Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya perfusi otak regional yang disebabkan oleh sumbatan yang menutup aliran darah sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak menyebabkan kerusakan pada fungsi, integritas fisik, dan susunan sel dan akan berakhir dengan kematian neuron. Aktifitas listrik otak akan terhenti bila aliran darah otak berkurang dan kematian neuron akan terjadi apabila aliran darah otak

14 44 kurang dari 10 cc/100 g otak/menit. Kematian sel akan terjadi beberapa jam setelah keadaan iskemik (Misbach, 2011). Penyebab paling sering dari stroke hemoragik adalah hipertensi arterial, dimana meningkatnya tekanan darah mengakibatkan kerusakan pada dinding sel arteri dan menyebabkan mikroaneurisma yang dapat ruptur secara spontan. Lokasi yang sering untuk terjadinya perdarahan adalah pada daerah ganglia basalis, talamus dan pons. Perdarahan lebih jarang terjadi pada daerah deep white matter (Baehr dkk. 2005). II.4. DEMENSIA II.4.1. Definisi Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari yang dibuktikan dengan pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). II.4.2. Epidemiologi Dari WHO diperkirakan bahwa pada tahun 2050, populasi manusia berusia 60 tahun keatas akan berjumlah sekitar 2 milyar. Efek negatif dari peningkatan jumlah populasi ini adalah meningkatnya angka penderita demensia. Sekitar 2 hingga 10% dari seluruh kasus demensia dimulai pada usia 65 tahun. Jumlah ini akan meningkat setiap lima tahun dan

15 45 studi epidemiologi mengindikasikan bahwa jumlah ini akan meningkat setiap 20 tahun hingga diperkirakan akan mencapai 65.7 juta pada tahun 2030 dan juta orang pada tahun 2050 di negara berkembang (WHO, 2012). Sebuah studi meta analisa yang dilakukan di negara-negara maju menjumpai bahwa angka kematian meningkat 2.5 kali pada pasien demensia (RR % ci ). Studi lain menjumpai angka kematian pada penderita demensia Alzheimer mencapai 7.1% per tahun (95% CI tahun) dan untuk demensia vaskular sebesar 3.9 tahun ( tahun) (Saz, 2011; Fitzpatrick, 2005). II.4.3. Klasifikasi Demensia WHO mengklasifikasikan demensia dalam kategori gangguan mental organik simptomatik kedalam 4 bentuk (ICD 10-WHO, 1993): 1. Demensia Alzheimer (DA) DA dengan early onset DA dengan late onset DA atipikal atau bentuk campuran Unspecified Alzheimer s Dementia 2. Demensia Vaskular (DVa) Demensia vaskular pada onset akut Demensia multi infark Demensia vaskular subkortikal

16 46 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal Demensia vaskular lainnya Unspecified vascular dementia 3. Demensia pada penyakit-penyakit lain Demensia pada Pick s disease Demensia pada Creutzfeldt-Jacob disease Demensia pada Huntington s disease Demensia pada Parkinson s disease Demensia pada HIV Demensia pada penyakit-penyakit lain 4. Unspecified dementia II.5. POSTSTROKE DEMENTIA II.5.1. Definisi Poststroke dementia didefinisikan sebagai demensia yang timbul setelah serangan stroke terlepas dari apakah penyebabnya adalah demensia vaskular, degeneratif ataupun campuran (Pasi dkk. 2012). Diagnosis poststroke dementia ditegakkan setelah 3 bulan pasca serangan stroke (Misbach, 2011). II.5.2. Epidemiologi Insidensi poststroke dementia adalah 6.7% pada penderita usia tahun dan 26.5% pada pasien-pasien dengan usia diatas 85 tahun

17 47 (Ballard, 2003). Poststroke dementia dikatakan memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan angka kekambuhan stroke. Vascular poststroke dementia terjadi pada 30% pasien dan insidensi demensia ini meningkat 7% setelah 1 tahun setelah stroke dan meningkat 48% setelah 25 tahun (Alvarez-Sabin dkk. 2011) Pasien stroke yang tidak mengalami demensia ataupun gangguan fungsi kognitif lain memiliki kemungkinan untuk mengalami poststroke dementia dan dapat terjadi pada 50% dari semua pasien stroke dan hal ini juga berhubungan dengan outcome (Gemmel dkk. 2012). Prevalensi dari poststroke dementia telah dilaporkan pada banyak penelitian. Pada 73 artikel yang mengumpulkan data kohort dari 21 rumah sakit dan 8 populasi (7511 pasien), dijumpai kejadian demensia dalam 1 tahun setelah stroke sebesar 7% hingga 41% (Douiri dkk. 2013). II.5.3. Patofisiologi Etiologi poststroke dementia yang paling sering adalah demensia vaskular, demensia Alzheimer dan campuran (Leys, 2005). Demensia vaskular meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh gangguan serebrovaskuler dengan penurunan fungsi kognitif mulai dari yang ringan sampai yang paling berat dan tidak harus prominen gangguan memori serta bisa dengan atau tanpa disertai gangguan perilaku sehingga menimbulkan gangguan aktivitas harian yang

18 48 bukan disebabkan oleh gangguan fisik karena stroke (Modul Neurobehaviour PERDOSSI, 2008). Demensia vaskular timbul sebagai konsekuensi dari kerusakan jaringan otak. Untuk dapat bekerja dengan baik, otak membutuhkan asupan darah yang cukup. Darah dialirkan ke otak melalui suatu sistem perdarahan yang dibentuk oleh kumpulan pembuluh darah yang mana bila terjadi gangguan atau perubahan akan dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel neuron otak (Misbach, 2011). Kerusakan pembuluh darah kecil berhubungan dengan terjadinya infark lakunar dan perubahan pada white matter yang terjadi di daerah subkorteks dan dapat menimbulkan gangguan kognitif. Penyakit-penyakit pada arteri kecil yang sering menyebabkan kerusakan pembuluh darah adalah arteriosklerosis, lipohialinosis, cerebral amyloid angiopathy, dan kalsifikasi pada basal ganglia. Kerusakan pembuluh darah dapat terjadi akibat proses iskemik yang dan menyebabkan nekrosis fokal pada jaringan saraf. Dikatakan bahwa nekrosis fokal ini akan meluas melibatkan sel saraf lain (Iemolo dkk. 2009). Sinaps dan neuron pada regio otak yang berperan dalam proses belajar dan memori seperti di hipokampus, korteks, dan basal ganglia dijumpai mengalami degenerasi pada pasien-pasien demensia Alzheimer. Perubahan histologi yang dijumpai pada demensia Alzheimer meliputi deposit amiloid ß-peptida (Aß) di ekstraselular dan degenerasi neuron. Deposit Aß dan neurofibrillary tangles (NTFs) pada ekstraseluler ini

19 49 membentuk suatu plaque neuritik menyebabkan disfungsi mitokondria (Mattson, 2001). II.5.4. Gejala Klinis Demensia merupakan suatu sindroma klinis yang bersifat progresif. Gangguan memori yang dijumpai dalam proses belajar, menyimpan dan mengingat kembali suatu bentuk informasi merupakan penanda utama dari demensia. Selain itu juga dijumpai gejala seperti penurunan daya berpikir, daya pertimbangan, kemampuan berkomunikasi, gangguan orientasi dan perubahan kepribadian (Pasi dkk. 2012). Gejala klinisnya dapat serupa dengan demensia lain (demensia Alzheimer, demensia vaskular atau campuran). Gejala demensia poststroke dapat berupa gangguan daya pikir, konsentrasi dan komunikasi serta gangguan memori dengan gejala depresi dan ansietas yang mengikuti gejala stroke seperti kelemahan pada ekstremitas dan parese nervus kranialis (Pasi dkk. 2012). Gejala perilaku pada demensia dapat berupa disinhibisi dengan berperilaku impulsif, agitasi, wandering (seperti mengikuti, berjalan bolakbalik), ledakan amarah. Sementara gejala psikologis pada demensia bisa berupa mood depresi, apati dan ansietas serta dapat diikuti dengan atau tanpa gejala psikotik seperti disinhibisi, halusinasi, delusi, dan waham (Cilag, 2002). Gejala perilaku pada demensia bersifat kronik progresif karena merupakan manifestasi klinis dari perjalanan demensia dan harus

20 50 dibedakan dengan gangguan psikiatri yang bersifat akut yang timbul dan berkembang dalam waktu singkat (DSM-IV, 2000). II.6. KERANGKA TEORI Pasien Stroke GPCOG Brodaty dkk. tahun 2002 didapatkan bahwa GPCOG reliable dan superior terhadap MMSE dengan 85% sensitifitas dan 86% spesifitas. Burns dkk Kelebihan GPCOG adalah kemampuannya untuk mendeteksi suatu gangguan kognitif ringan. Brodaty Menunjukkan Mini-Cog merupakan salah satu pilihan yang terbaik untuk screening dementia dengan nilai spesifisitas >80% dengan 95% CI. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan MMSE yang lebih sering digunakan. Ebbel dkk Mini-Cog memiliki sensitifitas 99% dan spesifisitas 93% (LR dan LR- 0.01). Mini-Cog lebih superior dalam hal waktu pemeriksaan, kemudahan aplikasi dan tingkat akurasi yang tinggi. Lipton dkk menunjukkan MIS memiliki sensitifitas 78% dan spesifisitas 93% (P<0.05) bila dibandingkan dengan CFT dan TICS. Verghese dkk menunjukkan MIS memiliki nilai sensitifitas (95.4% 95%CI) dan spesifisitas (99.2% 95% CI) yang lebih tinggi dibandingkan dengan MMSE terutama pada pasien usia tua dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Millian dkk 2013 Mini-Cog memiliki 79.6% spesifisitas pada pasien dengan depresi dan 100% pada pasien sehat. Angka ini tidak dipengaruhi oleh keparahan depresi. Ini menjadikan Mini-Cog lebih superior daripada MMSE yang nilai spesitifitasnya dipengaruhi oleh derajat keparahan depresi. MIS Mini-Cog POSTSTROKE DEMENTIA

21 51 II.7. KERANGKA KONSEP Pasien Stroke GPCOG Mini-Cog MIS Poststroke Dementia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif 20 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif pada penduduk dunia. Diantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat pertambahan usia yang progresif pada populasi penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kognitif Kognitif adalah suatu proses pengolahan masukan sensoris (taktil, visual, dan auditorik) untuk diubah, diolah, dan disimpan, serta selanjutnya digunakan untuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. NYERI PUNGGUNG BAWAH II.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke sebagai penyebab kematian ketiga masih merupakan masalah kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 dari 15 orang yang meninggal

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. FUNGSI KOGNITIF II.1.1. Definisi Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar, seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Stroke World Health Organization (WHO) pada tahun 1970 mendefinisikan stroke sebagai gangguan fungsi otak dengan tanda tanda klinis fokal (atau global)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan mood yang ditandai dengan penderita terlihat sedih, murung, kehilangan semangat, mengalami distorsi kognitif misalnya kepercayaan diri yang

Lebih terperinci

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien gangguan daya ingat. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya gangguan daya ingat. 3. Membedakan klasifikasi gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik Judul: Gangguan Mental Organik prof. Jayalangkara Tanra (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena terdapat gangguan aliran darah ke otak, sehingga mengakibatkan munculnya gejala defisi neurologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

Lebih terperinci

NEUROBEHAVIOUR. Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K)

NEUROBEHAVIOUR. Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K) NEUROBEHAVIOUR Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K) DEMENSIA DEMENTIA Demensia adalah sekelompok gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa, keterampilan motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain

Lebih terperinci

Darulkutni Nasution Department of Neurology

Darulkutni Nasution Department of Neurology HIGHER CORTICAL C FUNCTIONS (FUNGSI LUHUR) Darulkutni Nasution Department of Neurology University of Sumatera Utara, School of Medicine S I R Integrasi semua impuls afferen pada korteks serebri Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mencapai 71 tahun dan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebanyak 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai 67 tahun 1. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrilasi atrium (FA) telah menjadi masalah kesehatan utama pada skala global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok penduduk lanjut usia, terutama

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Jumlah penduduk saat ini diperkirakan 220 juta jiwa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan telah meningkatkan usia harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2000 mencapai 67 tahun dan jumlah populasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total kematian di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi stroke secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan. 1-3 Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Rita Sibarani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan

Lebih terperinci

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu Demensia Oleh : Anglia Febrina Manusia pada dasarnya selalu berkembang. Perkembangan setiap manusia memiliki proses dan tahap-tahap yang harus dihadapinya. Setiap manusia akan melalui tahap bayi, anakanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANSIA 2.1.1 Definisi lansia Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam

Lebih terperinci

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO RAYYIS ABDULLAH NIM. 1212020021 Subject: Stroke iskemik,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan berbahasa atau yang biasa disebut dengan afasia merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Lanjut usia merupakan tahap terakhir dari perkembangan hidup manusia, suatu proses alami dimana tidak semua orang dapat mencapai tahap ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke

Lebih terperinci

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke. Background: Dysphagia is a commonly morbidity after stroke, the presence of dysphagia has been associated with increased risk for pulmonary complication and even mortality.there is is emerging evidence

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia Lanjut usia atau lansia menurut UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.FUNGSI KOGNITIF Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Berdasarkan Kolegium Neurologi Indonesia,2008,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan segala aspek seperti perekonomian, teknologi dan kesehatan memberikan dampak pada usia harapan hidup yang makin meningkat. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PPDGJ-III, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PPDGJ-III, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Pasca Stroke 2.1.1 Definisi Menurut PPDGJ-III, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai dengan gejala utama berupa (1) afek depresif, (2) kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran pendidikan penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena dengan adanya kemajuan peradaban, diharapkan manusia akan hidup lebih nyaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang progresif dengan gejala motorik dan non motorik yang bervariasi (Thenganatt & Jankovic, 2014). Penyakit Parkinson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke dan penyakit jantung adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, stroke

Lebih terperinci

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom PERUBAHAN PADA LANSIA Anatomi Dewasa Perubahan pada lansia Otak Saraf otonom Sistem saraf perifer Otak terletak di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status

Lebih terperinci

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA Nindy OLEH : Maria Natalia Putri 115070107111078 Pembimbing : dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci