TEKANAN INTRAOKULAR PADA PENDERITA MYOPIA RINGAN DAN SEDANG ORIZA SATIVA. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKANAN INTRAOKULAR PADA PENDERITA MYOPIA RINGAN DAN SEDANG ORIZA SATIVA. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 TEKANAN INTRAOKULAR PADA PENDERITA MYOPIA RINGAN DAN SEDANG ORIZA SATIVA Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengukuran tekanan intraokular merupakan pemeriksaan yang terpenting dalam pemeriksaan rutin pada kelainan mata dan merupakan salah satu tanda vital untuk mengetahui kondisi mata seseorang yang dapat di pakai untuk menilai dinamika aquos humor. Tekanan intarokular terutama diatur oleh dinamika cairan aquos humor termasuk diantaranya : produksi cairan aquos, aliran cairan, sudut bilik mata dan tekanan vena episklera. 4,6,12,15 Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata. Tekanan ini dipengaruhi oleh lapisan dinding bola mata dan volume bola mata yang terdiri dari : aquos humor, korpus vitreus, pembuluh darah intraokular dan isinya. Tekanan intraokular diharapkan berada dalam angka yang normal di dalam dinamika cairan aquos humor, karena aquos humor sendiri mempunyai fungsi sebagai media refraksi, pemberi nutrisi dan mempengaruhi tekanan hidrostatik untuk stabilitas bola mata. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan intraokular, antara lain : umur, jenis kelamin, ras, genetik, waktu dan gangguan refraksi. 4,6 Tekanan intraokular sangat bervariasi pada orang normal demikian juga pada penderita myopia. Myopia merupakan suatu kelainan refraksi yang relatif banyak menyebabkan gangguan penglihatan, myopia merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan. Dikatakan bahwa pada penderita myopia, tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan myopia. 8 Ada banyak penelitian yang menghubungkan tekanan intraokular dan derajat myopia : Suzuki dan kawan-kawan bahwa glaucoma sudut sempit dan sudut terbuka ditemukan pada koreksi refraksi rata-rata 2, 12 Dioptri. Penelitian Davenport s yang dilakukan pada 1500 penderita glaucoma mendapatkan 316 penderita memiliki kelainan refraksi ± 3 Dioptri. Zolog dan kawan-kawan mendapatkan bahwa glaucoma terjadi pada myopia < 6 Dioptri. Abdullah dan Hamdi mendapatkan bahwa pada mata myopia menunjukkan tekanan intraokular yang lebih tinggi dari normal. Kamali dan Hamdi mendapatkan secara statistik ada hubungan antara mata myopia dengan peningkatan tekanan intraokular. Goldwyn dan teman-teman mengamati bahwa pada mata myopia terjadi gangguan pada bilik mata depan, seperti adanya pigmen meshwork dan iris processus yang prominen. Gorin meneliti bahwa pada mata myopia terjadi insersi iris yang tinggi dan anterior, pelebaran trabekular band, garis Scwalbe s yang lebih prominem.tomlinson dan Philips, menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tekanan intraokular dengan mata myopia dan hipermetropia, juga didapatkan korelasi yang positif antara diameter axial dengan tekanan intraokular. 8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizafatmi bahwa terdapat hubungan yang erat antara glaucoma sudut terbuka dengan myopia tinggi sedangkan myopia rendah dan sedang belum diteliti, oleh karena itu peneliti ingin menelitinya lebih lanjut Digitized by USU digital library 1

2 1.2. Identifikasi Masalah Seberapa besar perbedaan tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan myopia sedang Tujuan Penelitian Untuk mengetahui besar perbedaan tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan myopia sedang dan menghubungkan dengan glaucoma Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi data dasar hubungan antara tekanan intraokular dan penderita myopia ringan dan myopia sedang. 2. Dan selanjutnya dasar untuk melakukan pemeriksaan yang lebih luas seperti lapangan pandang bagi penderita yang tekanan intraokular mulai meninggi Hipotesis Ada perbedaan tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan myopia sedang. A.KERANGKA TEORI BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Tekanan Intraokular Tekanan intraokular di tentukan oleh kecepatan pembentukan aquos humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular diatur oleh dinamika cairan aquos humor termasuk diantaranya : produksi cairan aquos, aliran cairan dan tekanan vena episklera. Fungsi dari aquos humor adalah sebagai media refraksi, pemberi nutrisi dan juga mempengaruhi tekanan hiodrostatik untuk stabilitas bola mata. 4,11,14 Tekanan bola mata pada manusia normal yang diukur dengan pemeriksaan Tonometer Aplanasi rata-rata berkisar 15,4 ± 2,5 mmhg pada posisi duduk dan pemeriksaan Tonometer Schiotz rata-rata berkisar 16,1 ± 2,8 mmhg pada posisi berbaring. 2,12,17 Distribusi tekanan intraokular rata-rata dari populasi umum berkisar antara mmhg. 4,12,13,20 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan intaokular : Umur Masih banyak pertentangan mengenai pengaruh umur terhadap perubahan tekanan intraokular. Umumnya usia muda mempunyai tekanan yang lebih rendah dibanding populasi umum, sedangkan pada orang tua peninggian tekanan ini mempunyai hubungan dengan tekanan darah yang meninggi, frekuensi nadi dan obesitas. Dengan peningkatan umum pengeluaran aliran aquos humor menurun. Studi Histologi menghubungkannya dengan perubahan pada jaringan trabekula, termasuk penebalan dan penggabungan lapisan trabekula, degenerasi kolagen dan fibril elastik, akumulasi kolagen, hilangnya sel-sel endotel, hiperpigmentasi sel-sel endothelium, akumulasi organel intra selular, akumulasi dan perubahan matrik ekstra selular dan berkurangnya jumlah fakuola raksasa. 6,7, Digitized by USU digital library 2

3 Jenis kelamin Tidak banyak ditemui perbedaan tekanan intraokular antara pria dan wanita. Umumnya wanita usia menopause mempunyai tekanan intraokular yang relatif lebih tinggi di bandingkan pria umur yang sama. 6,7,15 Ras Adanya keterkaitan antara ras tertentu dengan tekanan intraokular telah diperkuat dengan adanya laporan yang menyatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai tekanan intraokular lebih tinggi di bandingkan kulit putih. Perbedaan ini tampaknya rasial atau genetik. 6,7 Genetik Tekanan intraokular pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan, keadaan ini di buktikan dengan terdapatnya kecenderungan tekanan intraokular yang lebih tinggi pada sejumlah keluarga penderita glaucoma. 6,15 Variasi diurnal Variasi diurnal merupakan perubahan keadaan tekanan intraokular setiap hari. Pada orang normal tidak melebihi 4 mmhg antara terendah dan tertinggi, sedang pada penderita glaucoma dapat lebih tinggi lagi. Umumnya tekanan intraokular meninggi pada siang hari terutama pagi hari dan lebih rendah pada malam hari. Ini dihubungkan dengan variasi diurnal kadar kortisol plasma, dimana puncak tekanan intraokular sekitar tiga sampai empat jam setelah kortisol plasma. 4,6,7,15 Gangguan refraksi Terdapat hubungan antara myopia aksial dengan peninggian tekanan intraokular. Dimana dengan bertambahnya panjang sumbu bola mata akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraokular. 6,8,20 Penyakit mata Beberapa penyakit mata uveitis dan ablasi retina dapat menyebabkan penurunan tekanan-tekanan intraokular. 20 Sistemik Kondisi sistemik seperti hipertensi sistolik, kelainan dan lain-lain dapat menimbulkan peningkatan tekanan intraokular secara berarti. 6 Mengedip dan mengejan Mengedip dan mengejan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. 8, Produksi Aquos Humor Produksi aquos humo r melalui dua mekanisme yaitu aktif dan pasif. Aktif ( ± 80%) dari produksi aquos, dimana aquos humor disekresi oleh epiel prosesus siliaris yang tidak berpigmen melalui metabolisme yang aktif dan tergantung pada jumlah sistim enzim; serta mekanisme pasif ( ± 20%) melalui proses ultrafiltrasi plasma kapiler, kemampuan plasma melewati sawar epitel dan aliran komponen plasma yang disebabkan adanya perbedaan tekanan osmotik dan tingkat tekanan intraokular. 4,6,11,14,15, Digitized by USU digital library 3

4 Tingkat produksi aquos homor rata-rata adalah 2,0 3,0 ml/menit atau 1% dari volume aquos humor per menit dan angkanya menjadi 2,4 ± 0,6 ml/menit jika dilakukan pengukuran dengan alat fluorofotometri. 4,20 Keadaan produksi aquos humor ini bervariasi sesuai dengan variai diurnal dan berkurang selama tidur. Seperti pada aliran aquos humor, produksi aquos humor juga berkurang dengan bertambahnya usia. Pada proses trauma atau peradangan serta pemberian obat-obatan yang digunakan dalam anestesi umum, obat penurun tekanan darah ; dapat menurunkan produksi aquos humor. Penyakit oklusi karotis juga dapat menurunkan produksi aquos humor Aliran Aquos Humor Aliran aquos humor dari bilik mata belakang melalui pupil menuju bilik mata depan kemudian mengalir melalui dua jalur trabekula dan kanal Schlemm, kanalis intra-sklera, vena episklera untuk selanjutnya masuk kedalam sirkulasi, aliran ini meliputi ±90 % dari seluruh aliran aquos humor. Sedangkan ± 10 % aliran aquos humor ini melalui jalur uveo-sklera yang melewati badan siliar menuju ruangan suprakoroidal dan dialirkan oleh sirkulasi vena pada badan siliar, koroid dan sklera dan sebagian kecil aliran-aliran aquos humor ini juga melalui iris. 4,6,7,11,12,14,15,25,26 Dilaporkan bahwa rata-rata kecepatan aliran aquos humor berkisar dari 0,22 0,28 ml/menit/mmhg. Kecepatan aliran ini berkurang sesuai dengan usia dan dipengaruhi oleh bedah, trauma, obat-obatan serta faktor endokrin Tekanan Vena Episklera Hubungan antara tekanan vena episklera dan dinamika aquos humor amat rumit karena baru sebagian yang bisa dimengerti. Tekanan vena episklera yang normal diperkirakan berkisar 8 12 mmhg. Peningkatan tekanan vena episklera sebesar 1 mmhg biasanya akan diikuti peningkatan tekanan intraokular dalam besar yang sama. 4, Hubungan tekanan intraokular dan aliran aquos humor Tekanan intraokular di tentukan oleh kecepatan pembentukan aquos humor. Hubungan faktor-faktor ini di rumuskan oleh Goldmann : Po = (F/C) + Pv Po = Tekanan intraokular (mmhg) F = Kecepatan pembentukan aquos humor (ul/mnt) C = Kemudian aliran aquos humor (ul / mnt / mmhg) Pv = Tekanan vena episklera (mmhg) Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan tekanan intraokular sangat ditentukan oleh perubahan aliran aquos humor. 4,6, Myopia = Near Sightedness = Short Sightedness Definisi Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi 3,5,8,9,10,15,18.26 dibiaskan pada satu titik di depan retina. Walaupun telah terdapat bukti-bukti dari penelitian-penelitian terdahulu bahwa myopia disebabkan oleh pemanjatan sumbu bola mata, tetapi penyebab yang mendasarinya belum jelas sepenuhnya. 19 Terdapat dua teori utama tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada myopia. Teori biologik menganggap pemanjangan sumbu bola mata sebagai akibat kelainan pertumbuhan retina 2003 Digitized by USU digital library 4

5 (overgrowth) sedangkan teori mekanik mengemukakan penekanan (stress) sklera sebagai penyebab pemanjangan tersebut. 8,18 Berikut ini akan diuraikan pendapatpendapat para ahli tentang mekanisme dari kedua teori tersebut dan kemudian akan dibahas pula tentang kemungkinan adanya hubungan diantara keduanya. Salah satu mekanisme pemanjangan sumbu bola mata yang diajukan pada teori mekanik adalah penekanan bola mata oleh muskulus rektus medial dan oblik superior. Seperti diketahui, penderita myopia selalu menggunakan konvergensi yang berlebihan. Menurut Von graefe, otot ekstraokular, terutama rektus medial bersifat miopigenik karena kompresinya terhadap bola mata pada saat konvergensi. Jakson, menganggap bahwa konvergensi merupakan faktor etiologik yang penting dalam perkembangan myopia. Dikemukakan juga bahwa muskulus oblik superior juga menekan bola mata pada waktu melihat atau bekerja dekat Hal yang dikemukakan diatas baru menjelaskan mekanisme, belum sampai pada etiologinya. Terjadinya konvergensi yang berlebihan menurut Mannhardt disebabkan oleh karena penderita myopia memiliki jarak orbita dan jarak pupil yang lebar. Stilling menambahkan, disamping lebar, orbita juga lebih rendah sehingga porsi muskulus oblik superior yang menekan bola mata lebih besar. Jadi disini ada pengaruh dari anatomi kepala, dan kebenaran akan hal ini dikonfirmasikan oleh beberapa ahli lain. Possey dan Vandergrift mengemukakan bahwa anatomi merupakan faktor yang terpenting dalam terjadinya myopia. Fox mengidentifikasikan orbita yang dalam akan lebih memungkinkan untuk terjadinya pemanjangan sumbu bola mata Patogenesa Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada myopia. 8 Menurut tahanan sklera - Mesadermal Abnormalitas mesodermal sklera secara kwalitas maupun kwantitas dapat mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan hal ini, dimana pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidangbidang ini ditekan sampai 7,5 g/mm 2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmhg, pada batas terendah dari stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih diperluas. Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya bundle serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit 2003 Digitized by USU digital library 5

6 pasien dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan myopia. 8 - Ektodermal - Mesodermal Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa myopia adalah hasil ketidak harmonisan pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan myopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin menimbulkan defek ektodermal mesodermal umum pada segmen posterior terutama zona oraequatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari pole posterior mata, dimana dapat dilihat pada myopia patologik (tipe stafiloma posterior). 8 Meningkatnya suatu kekuatan yang luas - Tekanan intraokular basal Contoh klasik myopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaucoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan sumbu bola mata. 8 - Susunan peningkatan tekanan Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap induksi deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress. Kedipan kelopak mata yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmhg, sama juga seperti konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan tekanan intraokular 60 mmhg.juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai 70 mmhg -110 mmhg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat sering diantara mata myopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular Tipe / Bentuk Myopia Axial Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal. 3,8,9,10,16,18,19,21,23,24 Myopia Kurvatura Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata norma. 16,18,23 Perubahan Index Refraksi Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat. 3,9,16,21,23 Perubahan Posisi Lensa Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia. 16, Digitized by USU digital library 6

7 Klasifikasi Klinis Berdasarkan besarnya dioptri lensa koreksi secara klasik. 19,21 - Myopia ringan 0,25 3,00 D - Myopia sedang > 3,00 6,00 D - Myopia berat > 6,00 D B. Kerangka Konsepsional Myopia : Ringan Tonometri? Analisa Sedang Tonometri? Analisa Penderita myopia cenderung mempunyai intraokular yang lebih tinggi dari normal Penderita myopia dengan glaucoma cenderung mempunyai tekanan lebih tinggi dari penderita myopia tanpa glaucoma. Tekanan intraokular pada penderita myopia yang akan penulis teliti dapat menjadi pedoman antara tekanan intraokular pada orang normal dan penderita galukoma. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian Penelitian ini adalah suatu penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan metode observasi klinik non randomize untuk mencari perbedaan hasil pemeriksaan tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan myopia sedang Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan pada setiap hari Senin sampai Jum at, mulai pukul WIB. Penelitian dimulai bulan Mei Juli 2002 Bulan Mei Juni Juli Minggu Usulan Penelitian Penelitian Penyusunan Laporan Presentasi 3.3. Populasi dan Sampel Populasi : Semua penderita yang sudah di diagnosa myopia dan myopia sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan Sampel : Yang memenuhi kriteria penelitian 3.4. Bahan dan alat Yang Digunakan 23 - Snellen chart - Pantokain tetes mata 0,5% - Trial lens set - Tonometer Schiotz - Oftalmoskop - Chloramfenicol tetes mata - Lapangan pandang pemeriksaan dengan perimeter Goldmann manual 2003 Digitized by USU digital library 7

8 3.5. Besar Sampel Jumlah sample yang diambil ditemukan berdasarkan rumus : n > Z 2 cpq d 2 Zc = Nilai baku normal yang besarnya tergantung pada nilai a yang ditentukan untuk a= 0,05, maka Zc = Z (0,5, -1 / 2) = Z 0,4750 = 1,96 p = Penderita myopia ringan dan sedang diasumsi = 0,5 q = 1 0,5 = 0,5 d = Presisi = 15 % n1 = n 2 = (1,96) 2 (0,5) (0,5) = 42,68 (0,15) Cara Pengumpulan Data Terhadap semua subjek penelitian yang memenuhi kriteria dilakukan serangkaian pemeriksaan sebagai berikut : 1. Mengisi Formulir 2. Pemeriksaan tajam penglihatan dan koreksi 3. Lapangan pandang kalau bagi yang mencurigakan 4. Tonometri Schiotz 3.7. Manajemen Data Setelah data didapat lalu dikumpulkan dan kemudian di tabulasi. Data yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan program SpSS Versi 10,5. Untuk melihat sebaran kelompok umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan dengan Uji Chi Square Untuk melihat perbedaan tekanan intraokular antara myopia ringan dan myopia sedang dilakukan dengan Uji t-test Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi 1. Diagnosa klinis : myopia ringan dan myopia sedang 2. Visus dengan koreksi terbaik : 6/6 3. Tidak menderita infeksi atau tumor pada mata 4. Tidak menderita penyakit mata lainnya. Kriteria eksklusi : 1. Penderita myopia ringan dan sedang disertai kelainan refraksi lainnya (astigmatisma dan presbiopia) 2. Visus dengan koreksi terbaik : > 6/6 3. Menderita kelainan dan penyakit mata lainnya 4. Tidak kooperatif 3.9. Definisi Operasional 1. Tekanan intraokular merupakan hasil dari produksi aquos humor, aliran aquos humor, dan tekanan vena episklera 2003 Digitized by USU digital library 8

9 2. Myopia ringan adalah kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan spheris negatif dari 0,25 3,00 Dioptri 3. Myopia sedang adalah kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan spheris negative > ,00 Dioptri 4. Khusus pemeriksaan lapangan pandang bagi penderita yang mencurigakan dengan perimetri manual Goldmann Personal Penelitian Peneliti : Dr. Oriza Sativa Pembantu Peneliti : PPDS Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU Paramedis SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr. Pirnagdi Medan Biaya Penelitian : Ditanggung peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei 2002 sampai dengan 10 Juli 2002 di SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Didapatkan 86 penderita, yang terdiri dari 43 penderita myopia ringan dan 43 penderita myopia sedang. Penderita merupakan pasien baru yang datang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Semua penderita yag sudah dikoreksi penglihatannya kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan intraokular dengan memakai Tonometer Schiotz Umur Tabel 1 : Gambaran umur pada penderita myopia ringan dan sedang. Myopia n X SD Signitif Ringan 43 29,19 5,95 Sedang 43 29,56 6,84 0,789 Pada table 1 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan umur. Rata-rata umur penderita myopia ringan 29,19 dan myopia sedang 29,56. hasil uji statistik dengan menggunakan Uji test, menunjukan distribusi umur pada kedua kelompok penelitian tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05) 2003 Digitized by USU digital library 9

10 4.2. Jenis Kelamin Tabel 2. Distribusi penderita myopia ringan dan sedang berdasarkan jenis kelamin. Jenis Myopia Ringan Myopia Sedang Jumlah Kelamin f % F % f % Laki-laki 18 41, , ,37 Perempuan 25 58, , ,63 Jumlah , , ,00 X 2 = 0,443 df = 1 p=0,506 Pada table 2 diatas meperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan jenis kelamin. Rata-rata jenis kelamin penderita myopia ringan dan sedang adalah perempuan. Pada myopia ringan dan sedang terlihat perbedaan jumah penderita laki-laki dan perempuan, dimana jumlah penderita perempuan lebih banyak dari pada laki-laki 53 penderita (61,63 %). Hasil Uji Statistik dengan menggunakan Chi Square menunjukkan distribusi jenis kelamin pada penderita myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05) Suku Tabel 3. Distribusi penderita myopia ringan dan sedang berdasarkan suku. Suku Myopia Ringan Myopia Sedang Jumlah f % f % f % Batak 21 48, , ,00 Jawa 8 18, , ,77 Minang 8 18, , ,77 Melayu 6 13,96 3 6, ,46 Jumlah , , ,00 X > = 1,141 df = 3 p = 0,767 Pada table 3 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rimah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan suku. Rata-rata suku penderita myopia ringan dan sedang adalah suku Batak. Suku Batak lebih dua kali dibanding suku yang lainnya 43 penderita (50 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan distribusi suku bangsa pada kedua kelompok penelitian tidak ada perbedaan yang bermakna ( p> 0,05) Pendidikan Tabel 4. Distribusi penderita myopia ringan dan sedang berdasarkan pendidikan. Pendidikan Myopia Ringan Myopia Sedang Jumlah f % f % f % SD 3 6,98 4 9,30 7 8,14 SLTP 11 25, , ,60 SLTA 19 44, , ,00 Akademi/S , , , , , ,00 X 2 = 2,974 df = 3 p = 0, Digitized by USU digital library 10

11 Pada table 4 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan pendidikan. Rata-rata pendidikan penderita myopia ringan dan sedang adalah SLTA 43 penderita (50 %). Hasil uji Statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan distribusi pendidikan pada penderita myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan yang bermakna (p >0,05) Pekerjaan Tabel 5. Distribusi penderita myopia ringan dan sedang berdasarkan pekerjaan. Pekerjaan Myopia Ringan Myopia Sedang Jumlah f % f % f % Swasta 17 39, , ,07 Mahasiswa 4 9, , ,44 Rumah Tangga 8 18,61 4 9, ,95 Pegawai Negeri 14 32, , ,54 Jumlah , , ,00 X 2 = 8,899 df = 3 p = 0,031 Pada table 5 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan pekerjaan. Rata-rata pekerjaan penderita myopia ringan dan sedang adalah Pegawai Negeri. Pada penderita myopia ringan banyak ditemui pekerjaan swasta 17 penderita (39,53 %) dan penderita myopia sedang banyak ditemui pekerjaan Pegawai Negeri 20 penderita (46,51%). Hasil Uji Statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan distribusi pekerjaan pada penderita myopia ringan dan sedang ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) 4.6. Tekanan intraokular Tabel 6. Gambaran tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan sedang pada mata kanan dan kiri Myopia OD OS n X SD P n X SD P Ringan 43 15, ,6849 0,001 *) 43 15,4965 1,574 0 Sedang 43 16, , ,9060 Keterangan : *) Signifikan Pada table 6 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan yang diamati berdasarkan tekanan intraokular. Rata-rata tekanan intraokular penderita myopia ringan pada mata kanan 15,2400 mmhg dan mata kiri 15,4965 mmhg. Pada penderita myopia sedang mata kanan 16,7598 mmhg dan mata kiri 16,9069. Hasil Uji Statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan distribusi rata-rata tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan sedang baik pada mata kanan maupun mata kiri ada perbedaan yang bermakna (p < 0,05) 2003 Digitized by USU digital library 11

12 4.7.Glaukoma Tabel 7. Distribusi sangkaan glaucoma pada penderita myopia ringan dan sedang. OD OS Glaukoma Myopia Myopia Jmlh Ringan Sedang Jmlh Ringan Sedang f % f % f % % f % % f % , , , , , , , , ,95 1 2, , ,47 Jmlh , , , , , ,00 Keterangan : a) Uji Chi-Square b) Uji Chi-Square With Coorecting Pada table 7 diatas memperlihatkan jumlah penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan yang diamati adanya 1 penderita dengan sangkaan glaucoma pada myopia ringan dan 11 penderita pada myopia ringan. Dan dari hasil Uji Chi Square tersebut secara klinis ada perbedaan pada myopia ringan dan sedang walaupun secara statistik tidak bermakna. Namun demikian adanya pemeriksaan yang lebih teliti di sub bagian glaucoma maka penegakan diagnosa adanya glaucoma terutama pada myopia sedang akan lebih sempurna artinya setiap pasien myopia baik ringan ataupun sedang apabila dijumpai keluhan ataupun pemeriksaan yang menjurus kepada glaucoma maka sangat dianjurkan untuk dilanjutkan pemeriksaan ke sub bagian glaucoma. B A B V DISKUSI DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tekanan intraokular pada penderita mypia ringan dan sedang. Penelitan ini bersifat observasional analitik. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei sampai dengan 10 Juli 2002 di SMF Mata Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi Medan. Subjek yang diamati sebanyak 86 penderita yang terdiri dari 43 penderita myopia ringan dan 43 penderita myopia sedang. Abdullah dan Hamid meneliti tekanan intraokular aplanasi pada mata emetropia dan myopia rendah dan tinggi. Mereka menemukan bahwa peningkatan yang dihubungkan dengan umur pada tekanan intraokular, bahwa tekanan rata-rata pada kedua tingkat myopia tersebut lebih tinggi dari pada emetropia. Kamali dan Hamdi menemukan secara statistik bermakna pada peningkatan tekanan intraokular diantara mata myopia dibandingkan dengan mata emetropia. Pada myopia tinggi waktu onset perbedaan tekanan intraokular setelah umur 30 tahun dan lebih. 8 Pada penelitian ini (table 1) didapatkan penderita myopia yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Umur rata-rata pada myopia ringan adalah 29,19 tahun, sedangkan umur rata-rata pada myopia sedang adalah 29,56 tahun. Dengan analisa statistik menggunakan Uji Chi-Square menunjukkan distribusi umur pada penderita myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) Deodati dan asistennya menyimpulkan bahwa tekanan intraokular lebih tinggi pada myopia wanita. 8 Pada penelitan ini (table 2) didapatkan penderita myopia berdasarkan jenis kelamin, 33 penderita laki-laki, 53 penderita perempuan. Dimana pada myopia ringan 18 penderita adalah laki-laki dan 25 penderita adalah 2003 Digitized by USU digital library 12

13 perempuan. Sedangkan pada myopia sedang didapatkan 15 penderita adalah lakilaki dan 28 penderita perempuan. Dengan analisa statistik menggunakan Uji Chi- Square menunjukkan distribusi kelamin pada penderita myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan bermakna (p >0,05). Distribusi suku bangsa dari pemeriksaan ini, suku Batak 43 penderita (50%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi - Square menunjukkan distribusi suku bangsa pada myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05). Penulis berasumsi kemungkinan penduduk yang banyak berobat adalah suku Batak yang merupakan mayoritas penduduk daerah ini. Dengan banyaknya membaca dapat terjadi akomodasi, konvergensi dan miosis. Untuk melaksanakan peristiwa tersebut dilakukan kontraksi otot, yang kemudian akan menekan bola mata sehingga axis antero posterior mata menjadi panjang. 1 Pada penelitian ini (table 4) didapatkan penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Rata-rata pendidikan penderita myopia ringan dan sedang adalah SLTA. Distribusi pendidikan pada myopia ringan dan sedang dimana pendidikan SLTA sederajat terdapat 43 penderita (50 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square menunjukkan distribusi pendidikan pada myopia ringan dan sedang tidak ada perbedaan bermakana (p>0,05). Beberapa penyelidik mengemukakan bahwa myopia dapat terjadi pada orang yang banyak bekerja dengan menundukkan kepala karena kongesti vena. 24 Pada penelitian ini (table 5) didapatkan penderita myopia yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirnagadi Medan. Rata-rata pekerjaan penderita myopia ringan dan sedang Pegawai Negeri. Penulis berasumsi hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar penderita myopia ringan dan sedang yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan adalah peserta ASKES. Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan distribusi pekerjaan pada myopia ringan dan sedang ada perbedaan bermakna (p >0,05). Deodati dan asistennya menemukan tekanan intraokular rata-rata pada myopia 10 Dioptri 17,67 mmhg. 8 Pada penelitian ini (table 6) didapatkan penderita myopia yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Tekanan intraokular mmhg sedangkan pada penderita myopia sedang mata kanan 16,76 dan mata kiri 16,90 mmhg. Dengan analisa statistik menggunakan Uji t test menunjukkan tekanan intraokular ratarata pada penderita myopia ringan dan sedang baik mata kanan maupun mata kiri terdapat ada perbedaan bermakna (p> 0,05). Hal ini sesuai dengan hipotesa pada penelitian ini bahwa didapatkan perbedaan tekanan intraokular antara myopia ringan dan myopia sedang. Data Perkins mengindikasikan bahwa mata myopia secara bermakana lebih beresiko berkembang glaucoma, kurang kemungkinan mendapat hipertensi ocular. Golwyb dan asistennya mengobservasi hubungan myopia dengan glaucoma bahwa 54% pasien-pasien ini myopia dan 60% dari semua dengan glaucoma sudut terbuka. 8 Pada penelitian ini (table 7) didapatkan penderita myopia yang berobat ke SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Sangkaan glaucoma pada 1 penderita myopia ringan dan 11 pada penderita myopia sedang, maka dari itu diharuskan kepada penderita myopia yang dicurigai agar dilakukan pemeriksaan ke sub bagian glaucoma Digitized by USU digital library 13

14 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan sedang di SMF Mata Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ada perbedaan bermakna rata-rata tekanan intraokular pada penderita myopia ringan dan myopia sedang, walaupun tekanan intraokular pada keduanya masih dalam batas normal. 2. Dijumpai peninggian tekanan intraokular pada beberapa kasus myopia ringan dan sedang, dianjurkan pemeriksaan yang lebih sempurna ke sub bagian glaucoma. B.SARAN Semua penderita myopia yang diragukan dengan melihat keluhan dan pemeriksaan yang menjurus ke glaucoma dianjurkan untuk meneruskan pemeriksaan ke sub bagian glaucoma. KEPUSTAKAAN 1. Agni N, Budihardjo, Kelainan Refraksi di RSUP Dr.Surdjito Yogyakarta. Dalam : Gunawan, Malebri BK, Ghozi M, Hartono ed. Kongres Nasional V Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Yogyakarta : Perhimpunan Dokter Ahi Mata Indonesia, 1984 : Aileo LM : The Eye and Diabetes, Twelfth edition, lea & Febinger, Philadelphia, 1985, Akmam S.M. Refraksi Subyektif.Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1981 : America Academy of Ophthalmology, Basc and Clinical Science Course, Section 10 Glaukoma, San Fransisco California 1997 : American Academy of Opthalmology Basic and Clinical Course Section 3 Optic Refraction and Contact Lenses. San Francisco, California 1992 : Becker-Shaffer. Diagnosis and Therapy of The Glaucomas. In Aquoeous Humor Formation, Aqueous Humoe Outflow Outflow, Intraocular Pressure. Seventh Edition. Mosby, St Louis Baltimore, Boston, Carlsbad, Chicago, Minneapolis, New York Philadelphia, Portland, Milan, Sydney, Tokyo, Toronto : 20 38; 43 61; Brown F.G, Fletcher R. Glaucoma in Optometric Practice. Blackwell Scientific Publication. London, Edinburgh, Boston, Melbourne, Paris, Berlin, Vienna, 1990; 2 4; 36 39; Curtin Brian J, Basic Science and Clinical Management. The Myopias. Harper & Row, Publishers, Philadelphia, Cambridge, London, New York, Mexico City, Hagerstown, Sao Paolo, San Francisco, Sydney. 1985; 1; Digitized by USU digital library 14

15 9. Curtin Brian J, Whitemore, Wayne G. The Optics of Myopia, In Duanes Clinical Ophtthalmology, Chapter 42, volume 1. Lippincot Raven, Publisher, Philadelphia, New York, Revised Edition 1997; Duke Elder SS System of Ophthalmology vol. V. Ophthalmic Optics and Refraction, St. Lois, The C.V Mosby Company Fincham, W.H.A, Freeman M.H.Optics. Ninth Edition. Butterworths. London, Boston, Sydney, Durban, Wellington, Toronto, 1980 ; Kansky Jack J, Clinical Ophalmology, A Sistemic Approach. Third Edition. Butterworth-Heinemann Ltd. Oxford, London, Boston. Munich, New Delhi, Singapore, Sydney, Tokyo, Toronto, Wellington, 1994 ; Kasnky JJ. Mc.Allister JA, Salmon JF Glaucoma A.Colour Manual of Diagnosis and Treatment. Second edition Kardon Randy H.Weingeist. Thomas A. Anatomy of the ciliary Body and Outflow Pathways, In Duanes Clinical Ophthalmology, Chapter 43, Volume 3, Lippocott Raven, Publisher, Philadelphia, New York, Revised Edition 1997 : Kaufman Paul L.Aqueous Humor Dynamic. In Duanes Clinical Ophtalmology. Chapter 45, volume 3, Lippcot Raven, Publisher, Philadelphia, New York, Revised Edition 1997 : Khurana A K, Myopia, In Ophthalmology, New Age International, (P) Limited, Publisher, New Delhi : 57 62, Kolker AE, Hetherington J Becker Shaffer s Diagnosis and Therapy of The Glaucoma, Fifth edition, CV. Mosby Company, St Louis, Toronto Langston, Deborah Pavan Myopia. In Manual of Diagnosis and Therapy. Third Edition Little, Brown and Company, Boston, New York, Toronto, London 1991: Miller Stephen J.H. parson Diseases of The Eye. Eighteenth Edition. Churchill Livingstone, Edinburgh, London, Melbourne and New York 1990 : Shields BM. Text Book of Glaucoma. Baltimore Second edtion Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2000 ; Sidarta Ilyas, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 1997 : 5 : Sidarta Ilyas, Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit FKUI Jakarta 1983 : 4 : Sloane. Albert E, Garcia, George E.Manual of Refraction, Third Edition, Little, Brown and Company, Boston, 1979: Sorby A, Biology of The Eye as an Optical System. In Duanes Clinical Ophthalmology, Chapter 34 volume 1, Lippincott-Raven, Publisher, Philadelphia, New York, Revised Edition 1997 : 1 16, 26. Spencer, William H. An Atlas and Texbook, Volume 1, Third Edition, W>B Saunders Company. Philadelphia, London, Toronto, Mexico City, Rio de Janeiro, Sydney, Tokyo, 1985 : : Vaughan D.G Oftalmologi Umum Edisi 14 Widya Medika, Jakarta, 2000 : : Digitized by USU digital library 15

Pengukuran Tekanan Intraokular pada Mata Normal Dibandingkan dengan Mata Penderita Miop sebagai Faktor Risiko Glaukoma

Pengukuran Tekanan Intraokular pada Mata Normal Dibandingkan dengan Mata Penderita Miop sebagai Faktor Risiko Glaukoma ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 11 No. 3: 189-194, September 2011 Pengukuran Tekanan Intraokular pada Mata Normal Dibandingkan dengan Mata Penderita Miop sebagai Faktor Risiko Glaukoma Measurement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Humor Akuos a. Anatomi Fungsional Humor Akuos Humor akuos merupakan cairan jernih bersifat alkaline yang menempati ruang anterior dan posterior dalam mata.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Miopia 2.1.1 Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata 2.1.1 Anatomi mata Gambar. 1 Anatomi mata 54 Mata mempunyai 3 lapisan dinding yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera berfungsi untuk melindung bola mata dari gangguan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI ANAK Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak, yang dimaksud anak menurut Undang-undang tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm

BAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam mata terdapat tekanan, yang disebut dengan tekanan intraokular (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 KERANGKA TEORI II.1.1 DEFINISI Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Intraokuler 2.1.1 Definisi Peningkatan tekanan intraokuler merupakan salah satu faktor resiko penting dalam berkembangnya kerusakan saraf optik pada penyakit glaukoma.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Responden penelitian ini adalah 35 orang pria yang berusia 20 40 tahun. Responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi kafein. Penelitian ini dilakukan di Asri Medical Center

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata adalah panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak 2,5-5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA. Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes.

CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA. Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes. CLINICAL SCIENCE SESSION MIOPIA Preseptor : Erwin Iskandar, dr., SpM(K)., Mkes. Oleh : Yoga Yandika 1301-1209-0053 R. Ayu Hardianti Saputri 1301-1209-0147 Amer Halimin 1301-1006-3016 BAGIAN ILMU PENYAKIT

Lebih terperinci

GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO

GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO LTM Pemicu 2 Modul Penginderaan Komang Shary Karismaputri NPM 1206238633 Kelompok Diskusi 16 Outline Pendahuluan Definisi Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi organ penglihatan Gambar 2.1. Anatomi bola mata Mata merupakan sebuah bola yang berisi cairan dengan diameter kurang lebih 24 mm. 8 Secara garis besar

Lebih terperinci

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).: MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak

Lebih terperinci

KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA

KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR NIP.19700908 200003 2 001 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus

TINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Miopia a. Definisi Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat kelemahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda

PENDAHULUAN. beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda PENDAHULUAN Hipermetropi merupakan kelainan refraksi, dimana dalam keadaan mata beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga, dibiaskan dibelakang

Lebih terperinci

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma? Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan

BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. KERANGKA KONSEPSIONAL Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang di teliti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinarsinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dibiaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan intraokuler (TIO). Tekanan rata-rata normal intraokuler besarnya bervariasi antara 10-20

Lebih terperinci

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan produksi humor aquous, tahanan terhadap aliran keluarnya humor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan produksi humor aquous, tahanan terhadap aliran keluarnya humor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan intraokuler 2.1.1. Definisi TIO merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit glaukoma saat ini dan merupakan satu-satunya faktor risiko yang dapat diterapi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Miopia 2.1.1. Definisi Miopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Miopia a. Definisi Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of. sphenoid, lacrimal, dan ethmoid (Rizzo, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of. sphenoid, lacrimal, dan ethmoid (Rizzo, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi mata manusia Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMERIKSAAN

BAB III CARA PEMERIKSAAN BAB III CARA PEMERIKSAAN A. Daftar keterampilan yang harus dikuasai 1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan/visus 2. Pemeriksaan posisi dan gerakan bola mata 3. Pemeriksaan lapang pandangan secara konfrontasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari paling luar ke paling dalam, lapisan-lapisan itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MIOPIA Miopia merupakan gangguan tajam penglihatan, dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopia terjadi

Lebih terperinci

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER O P T I K dan REFRAKSI SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER SINAR MATA (Organ Penglihatan) KORNEA + 43 D B M D Media optik PUPIL LENSA + 20 D MEDIA REFRAKSI BADAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN HIPERMETROPIA DI POLIKLINIK MATA RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN HIPERMETROPIA DI POLIKLINIK MATA RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2009 Jurnal Teknobiologi, 1(1) 2010: 01-06 ISSN : 2087-5428 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN HIPERMETROPIA DI POLIKLINIK MATA RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2009 Laode

Lebih terperinci

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi dan Fisiologi Mata Mata adalah organ yang berbentuk bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian paling luar hingga paling dalam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur

Lebih terperinci

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Agia Dwi Nugraha 2007730005 Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Fisiologi lensa : Fungsi utama memfokuskan berkas cahaya ke retina. Kerjasama

Lebih terperinci

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan: 1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasional analitik-numerik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasional analitik-numerik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dan dilakukan dengan menggunakan metode observasional analitik-numerik dengan rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata. atau dewasa (Vaughan dan Asbury, 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata. atau dewasa (Vaughan dan Asbury, 2009) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi Bola Mata Bola mata merupakan organ penglihatan manusia yang menempati bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata diameter

Lebih terperinci

ZALDI. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

ZALDI. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PRIA DAN WANITA EMMETROPIA BERUSIA 40 TAHUN ATAU LEBIH PADA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK DAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN ZALDI Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013

Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 Ranum Anggun Nastiti 1, Yunani Setyandriana 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Academy of Ophthalmology, 1999 Basic and. Clinical Science Course: Optics, Refraction, and Contact

DAFTAR PUSTAKA. American Academy of Ophthalmology, 1999 Basic and. Clinical Science Course: Optics, Refraction, and Contact DAFTAR PUSTAKA American Academy of Ophthalmology, 1999 Basic and Clinical Science Course: Optics, Refraction, and Contact Lenses, San Francisco, p.228. Arianti, Melita Perty. 2013 Hubungan Antara Riwayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi bola mata Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, 2011). Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitian Prevalensi Kebutaan Akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan di depan retina. Miopia dapat

Lebih terperinci

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011 PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 011 DESEMBER 011 1 Dwi Ananda Thayeb J.S.M Saerang Laya M. Rares 1Kandidat SKRIPSI Fakultas

Lebih terperinci

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Struktur interna dari mata manusia (Junqueria, 2007)

Gambar 2.1. Struktur interna dari mata manusia (Junqueria, 2007) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aqeuous Humour 2.1.1. Anatomi dan Histologi Struktur dasar mata yang berhubungan dengan aqueous humour adalah korpus siliriaris, sudut kamera okuli anterior dan sistem

Lebih terperinci

Pengkajian Sistem Penglihatan. Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes.

Pengkajian Sistem Penglihatan. Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes. Pengkajian Sistem Penglihatan Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes. Data Demografi Umur Umur klien merupakan factor penting dalam mengkaji proses visual dan struktur mata. Pada lansia, insiden beberapa kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. total kebutaan di dunia, disebabkan oleh glaukoma. 1 Sedangkan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. total kebutaan di dunia, disebabkan oleh glaukoma. 1 Sedangkan di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan penyakit mata dimana terjadi kerusakan saraf optik (neuropati optik) diikuti oleh kelainan lapangan pandang dengan kenaikan tekanan intraokuler

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Histologi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Sumber: Oftalmologi Umum, Riordan, 2014 Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Anatomi Mata

Gambar 2.1 Anatomi Mata 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisologi Mata Gambar 2.1 Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. staff, 2010). Berdasarkan survey kesehatan mata yang dilakukan oleh. penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. staff, 2010). Berdasarkan survey kesehatan mata yang dilakukan oleh. penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glaukoma adalah kelainan optik neuropati disertai kelainan lapang pandang yang karakteristik dan peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor resiko

Lebih terperinci

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita. MATA Indra pertama yang dapat penting yaitu indra penglihatan yaitu mata. Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi dan Fisiologi Aqueous humor Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous

Lebih terperinci

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat

Lebih terperinci

Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian

Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian Tonometri digital palpasi Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa Alat : jari telunjuk kedua tangan pemeriksa Teknik : Mata ditutup Pandangan kedua mata menghadap kebawah Jari-jari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 Jason Alim Sanjaya, 2014, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glaukoma 2.1.1. Definisi Glaukoma Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan

Lebih terperinci

TONOMETER. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP :

TONOMETER. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP : TONOMETER Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP : 19760417 200501 2 002 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2009 DAFTAR ISI HAL I. DAFTAR

Lebih terperinci

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata

Lebih terperinci

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT Perbandingan Peningkatan Tekanan Intraokular pada Pasien Post Operasi Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular dibandingkan dengan Fakoemulsifikasi di AMC Yogyakarta pada Tahun 2011-2012 The Comparison of Intraocular

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komputer Komputer adalah penemuan paling menarik sejak abad ke-20 (Izquierdo, 2010). Komputer adalah alat elektronik atau mesin yang dapat diprogram untuk menerima data dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan penglihatan masih menjadi sebuah masalah di dunia. Angka kejadian gangguan penglihatan di dunia cukup tinggi yakni mencakup 4,25 % dari penduduk dunia atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata merupakan alat indra penglihatan yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004 PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER PASCA OPERASI IRIDEKTOMI PERIFER DAN LASER IRIDOTOMI PADA GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP AKUT PERIODE 1 JANUARI 2004 31 DESEMBER 2007 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG ARTIKEL

Lebih terperinci

INDERA PENGLIHATAN (MATA)

INDERA PENGLIHATAN (MATA) M INDERA PENGLIHATAN (MATA) ata manusia secara keseluruhan berbentuk seperti bola sehingga sering disebut bola mata. Media penglihatan terdiri dari kornea, aquous humor (terletak antara kornea dan lensa),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinarsinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan dibiaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Mata adalah sepasang organ penglihatan dan terdiri dari bola mata dan saraf optik. Bola mata terdapat di dalam orbita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak sebagian besar timbul pada usia tua. Terkadang hal ini disebut juga sebagai katarak terkait usia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani Glaukoma Penyakit glaukoma disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan kemudian menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya

Lebih terperinci

REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1

REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1 REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1 Media penglihatan kornea lensa badan kaca retina selaput jala ( serabut penerus ) 6/12/2012

Lebih terperinci

BIOFISIKA 3 FISIKA INDERA

BIOFISIKA 3 FISIKA INDERA FISIKA OPTIK Sistem lensa Index bias Refraksi mata Tajam penglihatan (visus) Akomodasi Kelainan refraksi FISIKA BUNYI Bunyi dan faktor yang mempengaruhinya Frequensi Intensitas bunyi Karakteristik bunyi

Lebih terperinci

(dr. Cut Masdalena, M. Ked (Oph)) Universitas Sumatera Utara

(dr. Cut Masdalena, M. Ked (Oph)) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Cut Masdalena akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan gangguan lapang pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata a. Pengertian Mata adalah salah satu organ tubuh vital manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga dan mencegah hal-hal yang dapat merusak mata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc REFRAKSI Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc REFRAKSI PENGANTAR Mata : Media refraksi Media refrakta Pilem : Retina Sifat bayangan retina? Kesadaran di otak? REFRAKSI PADA

Lebih terperinci

Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi Tunggal dan Kombinasi Vitrektomi - Sklera Bukle

Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi Tunggal dan Kombinasi Vitrektomi - Sklera Bukle ARTIKEL PENELITIAN Wowo Masthuro Mahfud, Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder... Mutiara Medika Vol. 14 No. 1: 46-50, Januari 2014 Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimana tidak ditemukannya kelainan refraksi disebut emetropia. (Riordan-Eva,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimana tidak ditemukannya kelainan refraksi disebut emetropia. (Riordan-Eva, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kelainan Refraksi Kelainan refraksi atau ametropia merupakan suatu defek optis yang mencegah berkas-berkas cahaya membentuk sebuah fokus di retina. Kondisi dimana tidak

Lebih terperinci

ENTROPION PADA KUCING

ENTROPION PADA KUCING ENTROPION PADA KUCING (16 Nov 2017) ENTROPION PADA KUCING Apa yang Dimaksud Dengan Entropion Entropion adalah kondisi dimana kelopak mata (palpebra) bagian bawah berbalik ke dalam. Entropion juga dapat

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK NAMA PEMBIMBING : dr. BAMBANG RIANTO, Sp.M DISUSUN OLEH Linda Ayu Permatasari (1102008139) BAGIAN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG SUBANG 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 KERANGKA TEORI 2.1. Astigmatisma 2.1.1. Pengertian Astigmatisma Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina

Lebih terperinci