BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 8 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Risiko Definisi Risiko Menurut salah satu definisi, risiko atau risk adalah sama dengan uncertainty atau ketidakpastian. Risiko dan ketidakpastian seringkali seringkali digunakan dalam arti yang sama, penggunaannya saling dipertukarkan dengan maksud yang sama. Oleh karena itu, sangat membantu sekali jika mengetahui definisi risiko secara tepat. Menurut Idroes (2006,p7) risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Berdasarkan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005, A.4) risiko didefinisikan sebagai Chance of a bad outcome. Maksudnya adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. Menurut Eddie Cade mendefinisikan risiko sebagai exposure to uncertainty of outcome. Menegaskan bahwa outcome tidak selalu berupa dalam kerugian, outcome dapat saja berupa keuntungan. (Tampubolon, 2004,p20) Menurut George J. Benston mengemukakan bahwa risiko merupakan probabilita dari setiap kemungkinan yang mungkin terjadi dan biasanya dikaitkan dengan konotasi negatif atau sebagai kejadian yang tidak diinginkan atau dapat mengakibatkan

2 9 institusi keuangan mengalami kegagalan daripada kesuksesan (Kertonegoro, 2000, p1) Menurut Emmet J. Vaughan dan Curtis M. Elliot dalam bukunya Fundamentals of Risk and Insurance, mendefinisikan risiko adalah kans kerugian (The chance of loss), kemungkinan kerugian (The possibility of loss), ketidakpastian (uncertainty), penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan (the dispersion of actual from expected result), probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan (the probability of any outcome different from the one expected). (Kertonegoro, 2000, p1) Jadi definisi dari risiko adalah suatu kemungkinan (ketidakpastian) akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya Bahaya dan Ancaman Berdasaran perspektif bahaya menurut Robert Tampubolon, (2004, p26-p27) menggambarkan bahaya adalah sebab kerugian. Misalnya : kematian, kebakaran, atau kecelakaan. Sedangkan ancaman adalah keadaan yang dapat menciptakan atau menambah kemungkinan terjadinya kerugian yang timbul dari suatu bahaya. Ancaman biasanya dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : a) Ancaman fisik (physical hazard) adalah sifat-sifat fisik yang menambah kemungkinan kerugian dari berbagai bahaya. Misalnya : tipe konstruksi, lokasi bangunan, dan hunian gedung menambah kemungkinan kerugian dari kebakaran.

3 10 b) Ancaman mental (moral hazard), ialah tambahan kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari tendensi kecurangan pada sifat manusia yang terganggu. Misalnya, keinginan memperoleh uang pertanggungan dengan memalsukan dokumen klaim. c) Ancaman moril (morale hazard), yaitu timbulnya sifat tak acuh pihak tertanggung terhadap terjadinya kerugian. Misalnya karena telah ada pihak penanggung maka tertanggung menjadi tidak berhati-hati dibanding jika kerugian itu ditanggung sendiri. Fisik Ancaman (Hazard) menyumbang pada Mental Bahaya (peril) menyebabkan Obyektif Kans atau probabilitas kerugian menciptakan Subyektif Ketidakpastian atau penyimpangan berupa Risiko menyangkut Kerugian Gambar 2.1 Penyebab Kerugian Sumber : Bickelhaupt, General Insurance, 2005

4 Jenis-Jenis Risiko Menurut Kertonegoro, (2000,p7) risiko dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori tertentu sebagaimana diuraikan berikut : a) Risiko yang dapat diukur dan risiko yang tidak dapat diukur Risiko yang dapat diukur (measurable risk) adalah risiko yang dapat diukur melalui analisis kuantitatif atau statistik, seperti tingkat kematian pada berbagai golongan umur manusia. Risiko yang tidak dapat dapat diukur (unmeasurable risk) yaitu risiko yang tidak dapat dikuantifikasi, seperti kegagalan atau usaha. b) Risiko finansial dan risiko non finansial Istilah risiko termasuk setiap situasi yang mengandung eksposur terhadap sesuatu yang negatif (adverity). Dalam beberapa hal, sesuatu yang negatif itu menyangkut kerugian finansial, dan dalam hal-hal lain tidak menyangkut konsekuensi finansial. Dan dalam pembahasan ini, risiko yang dimaksud adalah menyangkut kerugian finansial. c) Risiko statis dan risiko dinamis Risiko dinamis adalah risiko yang diakibatkan dari perubahan-perubahan dalam perekonomian. Perubahan-perubahan dalam harga, selera konsumen, penghasilan produksi, dan teknologi dapat menyebabkan kerugian finansial kepada para anggota perekonomian. Risiko statis menyangkut kerugian-kerugian yang terjadi meskipun tidak ada perubahan dalam perekonomian. Walaupun selera, penghasilan, produksi, dan teknologi tidak berubah, tetapi para individu dapat mengalami kerugian finansial. Jika risiko dinamis dapat memberikan manfaat bagi

5 12 masyarakat dalam jangka panjang karena dinamikanya, maka risiko statis mengakibatkan kerusakan dan kerugian baik harta/miliknya ataupun jiwa/ tubuhnya. d) Risiko fundamental dan risiko khusus Risiko fundamental menyangkut kerugian-kerugian yang sebab dan konsekuensinya bersifat nonpribadi (impersonal). Risiko ini termasuk risiko kelompok yang disebabkan sebagian besar oleh fenomena ekonomis, sosial, dan politis, meskipun juga diakibatkan bisa diakibatkan dari kejadian fisik, pengaruhnya meliputi bagian besar atau seluruh penduduk. Sedangkan risiko khusus menyangkut kerugian yang timbul dari peristiwa individual, dan dirasakan oleh individu daripada oleh seluruh kelompok. e) Risiko murni dan spekulatif Risiko murni (pure risk) menunjukkan situasi yang menyangkut kemungkinan antara kerugian atau tidak ada kerugian. Contoh: setiap individu yang memiliki mobil atau rumah selalu menghadapi kemungkinan miliknya itu rusak atau terbakar; setiap individu juga selalu menghadapi kemungkinan kematian prematur. Sedangkan risiko spekulatif menunjukkan situasi dimana terdapat kemungkinan kerugian juga kemungkinan laba. Berikut adalah gambar yang menunjukkan jenis-jenis risiko :

6 13 RISK PURE SPECULATIVE STATIC DYNAMIC STATIC DYNAMIC OBJECTIVE SUBJECTIVE OBJECTIVE SUBJECTIVE Gambar 2.2 : Jenis-Jenis Risiko Sumber : Triesman, Gustavson, Hoyt, Risk Management and Insurance, Metode Penanganan Risiko Menurut Robert Tampubolon, (2004, p31-p32) Risiko selalu ada, dan manusia tidak bisa melarikan diri dari adanya risiko, sehingga orang harus mencari cara-cara untuk menanganinya. Oleh karena risiko dan ketidakpastian yang menyertainya menimbulkan ketidakenakan dan kecemasan, maka manusia rasional akan melakukan tindakan untuk mengatasinya. Pada dasarnya penanganan risiko bisa dilakukan dengan lima cara, yaitu bahwa risiko bisa dihindari, ditanggung sendiri, dikurangi, dialihkan, dan dibagi. a. Menghindari risiko Risiko ini bisa dihindari jika orang tidak mau menerima risiko barang sedikit atau sebentar pun. Oleh karena setiap kegiatan dan usaha selalu mengandung risiko, maka menghindari risiko berarti tidak berbuat apa-apa pun, sehingga akan menghambat kemajuan bagi individu dan masyarakat. b. Menanggung sendiri Oleh karena setiap individu menghadapi berbagai risiko yang cukup banyak maka

7 14 banyak juga risiko yang tidak tertangani, dan berarti kemungkinan kerugiannya ditanggung sendiri. Potensi risiko ini dapat bersifat sukarela (voluntary) yang berarti individu mengetahui adanya risiko dan dengan sadar menanggungnya sendiri, atau bersifat tidak sukarela (involuntary) yang berarti individu tidak mengetahui adanya risiko dan tanpa disadari menangung sendiri konsekuensi kerugiannya. Retensi risiko dapat dilakukan untuk kemungkinan kerugian yang relatif kecil. c. Mengurangi risiko Risiko dapat dikurangi melalui dua cara. Pertama, tindakan pencegahan seperti keselamatan. Kesehatan, peringatan dini, dan penjagaan. Contoh : program keselamatan dan kesehatan kerja untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kedua, penggunaan hukum besar untuk mengurangi risiko yang berkelompok. Dengan ini perusahaan dapat menanggung kemungkinan kerugian secara keseluruhan yang lebih kecil daripada jumlah seluruh eksposur individual. d. Mengalihkan risiko Risiko dapat dialihkan dari satu pihak kepada pihak lain yang bersedia menanggung risiko. Contoh : melalui prosedur hedging yaitu pembelian dan penjualan untuk penyerahan komoditi mendatang dimana dealer dan produsen melindungi diri terhadap penurunan atau kenaikan harga pasar antara waktu membeli bahan mentah dan menjual produk jadi. e. Membagi risiko Risiko bisa dibagi dengan mengumpulkannya dari para anggota suatu kelompok sehingga akibatnya secara individual berada dalam batas kemampuan untuk menangggung. Contoh: suatu Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk badan

8 15 hukum yang mengumpulkan investasi dari sejumlah besar peserta (pemegang saham), sehingga masing-masing peserta hanya menanggung risiko yang terbatas pada jumlah investasinya saja. 2.2 Manajemen Risiko Definisi Manajemen Risiko Dengan adanya penerapan manajemen risiko dilakukan secara bertahap dan sedini mungkin. Implementasinya akan memberi manfaat yang luar biasa dalam hal meningkatkan daya saing, fleksibilitas, dan dalam pemanfaatan peluang-peluang bisnis baru. Untuk lebih jelasnya, manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai berikut : Menurut Siahaan (2007,p19) manajemen risiko adalah proses sistematik untuk mengelola risiko. Terlepas apakah risiko murni atau spekulasi, yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan mencapai tujuan strategisnya. Dalam jurnal Kerangka Kerja Risk Management BEI NEWS. Edisi 5 Tahun II Maret- April 2001, Manajemen Risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. (Batuparan,2001,p23) Menurut Sukarman, mendefinisikan manajemen risiko sebagai keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen (termasuk kewenangan dan sistem dan prosedur operasional) dan organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan perusahaan yang telah ditetapkan dalam corporate plan atau rencana

9 16 strategis perusahaan lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan perusahaan yang berlaku. (Tampubolon, 2004, p33) William Thornhill mendefinisikan manajemen risiko sebagai sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi aset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan. (Tampubolon, 2004, p34) Jadi definisi dari manajemen risiko adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen (termasuk kewenangan dan sistem dan prosedur operasional) dan organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan perusahaan yang telah ditetapkan dalam corporate plan atau rencana strategis perusahaan lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan perusahaan yang berlaku Tujuan Manajemen Risiko Menurut Sentanoe, Kertonegoro (2000,p59) Tujuan manajemen risiko adalah untuk menekan akibat merugikan (adverse effect) dari risiko murni dengan biaya minimum sesuai dengan tujuan perusahaan. Menurut Salim (1993,p195) tujuan manajemen risiko adalah tujuan yang hendak dicapai dengan manajemen risiko ialah dalam mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan dari kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi, dan sebagainya. Adapun sasaran utama yang hendak dicapai yaitu oleh manajemen risiko terdiri dari :

10 17 a. Untuk kelangsungan hidup perusahaan (survival) b. Keterangan dalam berpikir c. Memperkecil biaya (least cost) d. Menstabilisir pendapatan perusahaan e. Memperkecil atau meniadakan gangguan dalam berproduksi f. Mengembangkan pertumbuhan perusahaan. g. Mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawan Proses Manajemen Risiko Sentanoe mendeskripsikan proses manajemen risiko menyangkut lima langkah, yaitu: (2000,p59-p60) a) Prosedur dan sistem informasi harus diciptakan dalam organisasi untuk dapat menginventarisasi dan menemukan selengkapnya seluruh potensi risiko (murni) yang dapat timbul dalam kegiatan perusahan. Penemuan risiko merupakan fungsi yang pertama dan paling sulit bagi risiko manajer atau administrator. Jika tidak semua risiko dapat diidentifikasi, maka manajer risiko tidak bisa berkesempatan untuk menangani risiko-risiko yang tidak diketahui ini. b) Pengukuran yang tepat atas kerugian yang berhubungan dengan risiko. Pengukuran ini termasuk penentuan (i) probabilitas atau kans bahwa kerugian akan terjadi, (ii) pengaruh kerugian tersebut terhadap keuangan perusahaan, jika terjadi, (iii) kemampuan untuk memprakirakan kerugian yang akan benar-benar terjadi selama periode anggaran. Proses pengukuran ini penting karena menunjukkan risiko-risiko yang serius dan karenanya perlu mendapat perhatian.

11 18 c) Setelah risiko diidentifikasi dan diukur, berbagai berbagai alternatif penyelesaian dan alat manajemen risiko harus dipertimbangkan dan keputusan dibuat mengenai kombinasi alat yang terbaik untuk digunakan memecahkan masalah. Alat-alat ini termasuk (i) menghindari risiko, (ii) menurunkan kans terjadinya kerugian atau mengurangi besarnya kerugian, jika terjadi, (iii) mengalihan risiko kepada pihak lain, (iv) menanggung sendiri risiko secara internal. d) Setelah memutuskan di antara berbagai alternatif metode penanganan risiko, administrator risiko dan juga kelompok manajemen yang berkepentingan harus menetapkan cara-cara untuk menerapkan keputusan yang dibuat itu. e) Hasil keputusan yang dibuat dan dilaksanakan harus dimonitor untuk menilai kearifan dari keputusan itu, dan menentukan apakah perubahan kondisi/ situasi memerlukan pemecahan yang berbeda. Menurut Siahaan (2007,p28) Manajemen risiko akan melindungi dan menambah nilai kepada para stakeholders organisasi dengan bantuannya mencapai tujuan organisasi, yaitu dengan cara: Menyediakan kerangka kerja organisasi yang memungkinkan menjalankan kegiatan yang akan datang secara konsisten dan terkendali. Memperbaiki pengambilan keputusan, perencanaan, dan penyusunan skala prioritas berdasarkan pemahaman secara komprehensif kegiatan usaha, volatility (fluktuasi) serta peluang dan ancaman proyek. Menyumbang pada penggunaan dan pengalokasian modal dan sumber daya organisasi yang lebih efisien. Mengurangi volatility pada bidang-bidang usaha yang tidak penting.

12 19 Mengembangkan dan mendukung orang-orang dan pengetahuan dasar tentang organisasi Mengoptimalkan efisiensi operasi Sumbangan Manajemen Risiko Menurut Sentanoe (2000,p60-p61) sumbangan manajemen risiko pada suatu perusahaan dapat dibagi dalam tiga golongan utama : Pertama, manajemen risiko memberi sumbangan langsung pada laba perusahaan (atau bagi organisasi nonlaba berupa efisiensi operasi) dengan menekan biaya dan sekaligus meningkatkan penghasilan. Contoh : manajemen risiko dapat menurunkan biaya melalui pencegahan atau penurunan kerugian yang tak terduga sebagai hasil dari upaya-upaya dengan biaya kecil tertentu, melalui pengalihan kerugian serius yang potensial kepada pihak lain dengan biaya yang serendah mungkin, dan melalui penanganan sendiri kerugian-kerugian kecil Kedua, manajemen risiko memberi sumbangan tidak langsung pada laba perusahaan dengan lima cara. a) Jika perusahaan dapat berhasil menangani risiko murni, maka ketenangan pikiran dan kepercayaan yang ditimbulkannya memungkinkan manajer dapat melakukan risiko-risiko yang lebih spekulatif. Contoh : jika suatu perusahaan terus khawatir terjadinya kebakaran atas pabriknya dan kecelakaan kerja atas karyawannya, manajernya mungkin akan membatasi diri pada pasar yang ada saat ini saja. Jika terbebas dari kekhawatiran itu, manajer akan memperluas pasaran ke luar negeri. b) Dengan memberi peringatan kepada manajer puncak adanya aspek risiko murni dalam suatu usaha, manajemen risiko meningkatkan kualitas keputusan

13 20 mengenai usaha itu. Contoh: suatu perusahaan yang sedang mempertimbangkan apakah menyewa atau membeli sebuah gedung akan mengambil keputusan yang keliru, jika mengabaikan berbagai pengaruh ekonomis dari kemungkinan kerusakan fisik karena kebakaran, gempa, dan sebagainya. c) Jika suatu keputusan telah dibuat untuk melakukan suatu usaha yang berisiko, penanganan aspek risiko murni yang sebaik-baiknya memungkinkan perusahan menjalankan usahanya lebih arif dan lebih efisien. Contoh : suatu perusahaan dapat mengembangkan jenis-jenis produknya lebih agresif jika mendapat jaminan bahwa perusahaan terlindungi terhadap kemungkinan tuntutan mengenai produknya. d) Manajemen risiko dapat menekan fluktuasi dalam laba dan aliran kas, sehingga akan membantu penyusunan kerja dan anggaran perusahaan. e) Kreditur, pelanggan, dan pemasok yang dapat menunjang laba perusahaan memilih berhubungan dengan perusahaan yang mempunyai perlindungan yang cukup terhadap risiko-risiko murni. Ketiga, manajemen risiko dapat ikut menentukan kelangsungan hidup dan kegagalan perusahaan. Beberapa risiko murni, seperti tuntutan liabilitas yang besar atau kehancuran fisik fasilitas pabrik, dapat melumpuhkan suatu perusahaan; tanpa persiapan yang baik atas peristiwa-peristiwa tersebut, perusahaan dapat bangkrut. Seandainya manajemen risiko tidak memberi sumbangan pada kesehatan ekonomis perusahaan dengan cara lainnya, kemanfaatan ini saja sudah merupakan fungsi kritis dari manajemen perusahaan.

14 Risiko operasional Definisi Risiko Operasional Risiko operasional mempunyai dimensi yang luas dan kompleks dengan sumber risiko yang merupakan gabungan dari berbagai sumber yang ada dalam organisasi, proses dan kebijakan, sistem dan teknologi, orang, dan faktor-faktor lainnya. Untuk memahami pengertian risiko operasional, berikut definisi risiko operasional : Menurut Idroes (2006,p131) Risiko operasional adalah sebuah risiko yang mempengaruhi semua bisnis karena risiko operasional tidak dapat dipisahkan dalam melakukan aktivitas proses atau operasional. Menurut Tampubolon (2006,p27) Risiko operasional adalah eksposur yang timbul antara lain karena adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal (process factors). Juga adanya kesalahan atau kecurangan manusia (human factors), kegagalan sistem (system factors) dalam mencatat, membukukan, dan melaporkan transaksi secara lengkap, benar, dan tepat waktu. Termasuk kegagalan dalam mematuhi ketentuan intern maupun regulasi yang sedang dan akan berlaku, atau adanya problem eksternal (external factors). Menurut Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, dalam Lampiran SE No.5/21/DPN tanggal 29September2003, risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.

15 22 Menurut Basel II Accord, risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terjadi sebagai akibat dari iketidakcukupan atau kegagalan proses internal, manusia, dan sistem-sistem atau sebagai akibat dari kejadian eksternal (tidak memuat bisnis, strategis, dan risiko reputasi). (Mashyud,2006,p272) Jadi definisi dari risiko operasional adalah risiko kerugian yang terjadi sebagai akibat dari iketidakcukupan atau kegagalan proses internal, manusia, dan sistem-sistem atau sebagai akibat dari kejadian eksternal. Juga dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan Kerugian Operasional Bank for International Settlement (BIS, p140, 2004) telah mengelompokkan kerugian operasional kedalam tujuh tipe kejadian kerugian (loss even types). Tujuh tipe kerugian tersebut dibagi dalam kelompok sebagai berikut : a. Penyelewengan internal (internal fraud) b. Penyelewengan eksternal (external fraud) c. Praktik kepegawaian dan keselematan kerja (employment practices and workplace safety) d. Klien, produk, dan praktik bisnis (client, products, and business damages) e. Kerusakan terhadap asset fisik perusahaan (physical asset damages). f. Terganggunya bisnis dan kegagalan sistem (business disruption and system failure) g. Manajemen proses, pelaksanaan, dan penyerahan produk dan jasa (execution, delivery and process management)

16 Sumber-Sumber Risiko Operasional BIS, Inter American Development Bank (2000,p109) membagi sumber risiko operasional menjadi enam klasifikasi, yaitu sebagai berikut : a. Masalah pengendalian internal seperti struktur organisasi, yaitu risiko yang disebabkan oleh tidak memadainya pemisahan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dalam struktur organisasi perusahaan. b. Masalah otorisasi atau pendelegasian wewenang, yaitu risiko yang timbul dari suatu transaksi yang dilaksanakan tanpa otorisasi yang sesuai dengan kerangka kerja operasional perusahaan. c. Ketidakcukupan prosedur atau tidak berfungsinya proses internal seperti dalam peluncuran produk dan aktivitas baru. Risiko operasional yang timbul dari pengenalan produk dan aktivitas baru tanpa didukung pengetahuan atau prosedur operasi dan struktur pengendalian yang memadai. d. Proses transaksi, yaitu risiko dari kesalahan atau kegagalan pengendalian dalam satu atau lebih pemrosesan transaksi sebagai berikut : 1) Pencatatan, yaitu risiko yang timbul saat transaksi tidak dicatat atau tidak tercatat dengan benar, yang mengakibatkan kesalahan dalam informasi eksposur risiko sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil. 2) Penilaian (penghitungan) posisi, yaitu risiko yang disebabkan dari tidak terdeteksinya perbedaan antara posisi yang dilaporkan oleh unit bisnis dengan satuan kerja yang melaksanakan fungsi kontrol dan pengendalian.

17 24 3) Konfirmasi, yaitu risiko yang ditimbulkan akibat proses konfirmasi tidak dapat mendeteksi terjadinya kesalahan dalam data transaksi yang tercatat, atau dari transaksi yang telah dilaksanakan namun tidak tercatat. 4) Penyelesaian transaksi (settlement), yaitu risiko yang timbul akibat aset tidak tertagih (diterima) atau dibayarkan (dikirimkan) sesuai dengan tanggal penagihan atau pembayaran yang telah disepakati, atau tidak dapat dilaksanakan dengan tepat. 5) Aset fisik, yaitu risiko yang timbul akibat kas atau aset-aset lain (sekuritas, surat berharga, cek, dan sebagainya) dapat diakses oleh staf yang tidak memiliki otorisasi terhadap aset yang bersangkutan. 6) Akses sistem informasi, yaitu risiko yang ditimbulkan dari staf yang tidak memiliki otorisasi, dapat melakukan modifikasi atau membaca data tertentu dalam sistem informasi. 7) Finansial, yaitu risiko yang ditimbulkan dari kesalahan pengelolaan dana dan asset-aset lainnya yang menyebabkan timbulnya overdraft atau tingginya biaya oportunitas akibat utilisasi dana yang tidak dilakukan dengan tepat. 8) Valuasi, yaitu risiko yang timbul akibat suatu transaksi atau aset yang tidak dinilai dengan tepat akibat penggunaan data pasar atau model valuasi yang salah. e. Kesalahan manusia dan fraud yang meliputi kerugian operasional seperti berikut : Integritas dan pertimbangan yang baik, yaitu risiko yang terjadi akibat sumber daya

18 25 manusia perusahaan dengan tidak sengaja maupun sengaja tidak mematuhi kebijakan, prosedur, dan pengendalian yang telah ditetapkan. 1) Sumber daya manusia, yaitu risiko yang timbul dari inefisiensi atau kesalahan dalam proses transaksi akibat kurangnya sumber daya manusia yang memadai, program pelatihan, dan turnover pegawai yang tinggi. Situasi yang sering timbul dalam kasus ini disebabkan oleh perbedaan signifikan dalam program pelatihan bagi satuan kerja unit bisnis dengan staf departemen administrasi dan pengendalian. Hal tersebut merupakan salah satu faktor signifikan yang mengakibatkan tingginya risiko operasional perusahaan. 2) Fraud dan konflik kepentingan, yaitu risiko yang timbul karena sumber daya manusia perusahaan lebih condong kepada kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan perusahaan. f. Kegagalan sistem teknologi informasi, yaitu kerugian operasional yang disebabkan oleh gangguan dalam melaksanakan proses transaksi atau aktivitas kerja, kebocoran dalam sistem informasi dan gangguan lainnya yang ditimbulkan dari tidak berfungsinya sistem teknologi informasi akibat kegagalan hardware, software, dan sebagainya Teknik Identifikasi Risiko Operasional Menurut Muslich (2007,p10-p11) Untuk mengidentifikasi risiko operasional yang dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan, dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Beberapa teknik identifikasi risiko operasional adalah sebagai berikut : a. Risk Self Assessment (RSA) Adalah perusahaan melakukan penelitian sendiri terhadap aktivitas dan operasi

19 26 perusahaan berdasarkan kejadian risiko. Proses RSA ini didasarkan keinginan perusahaan sendiri untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan risiko operasional. Proses penilaian RSA dilakukan dengan mempergunakan suatu daftar checklist yang berisi butir-butir pertanyaan tentang evaluasi kekuatan dan kelemahan lingkungan risiko operasional tersebut. b. Risk Mapping Merupakan suatu proses dimana berbagai unit usaha atau departemen, fungsional organisasi, atau arus proses transaksi yang di-mapping berdasarkan tipe risiko. c. Key Risk Indicator Key risk Indicator atau data statistik keuangan yang dapat memberikan gambaran tentang posisi risiko operasional perusahaan. Indikator ini harus dikaji ulang sekurang-kurangnya setiap triwulan untuk dapat memberikan peringatan tentang terjadinya perubahan yang mengindikasikan adanya risiko yang sedang menjadi bahan pemantauan. Key Risk Indicator tersebut dapat ditunjukkan dengan jumlah pembatalan, jumlah pegawai yang mangkir atau perputaran pegawai, frekuensi jumlah kesalahan termasuk nilai kesalahan dalam transaksi. d. Limit Threshold Limit Threshold menunjukkan batas kerugian yang dapat dijadikan ukuran toleransi risiko yang dapat diterima. Dengan limit threshold ini manajemen perusahaan dapat menentukan di bidang apa dan tipe risiko yang manakah yang perlu mendapat perhatian.

20 27 e. Scorecard Scorecard merupakan suatu alat untuk mengkonversi penilaian pengelolaan dan pengendalian berbagai aspek kerugian risiko operasional yang bersifat kualitatif menjadi perhitungan yang bersifat kuantitatif. f. Analytical Hierarchy Process (AHP) / Pairwise Comparison Alat bantu yang bermanfaat untuk menyederhanakan pola piker permasalahan yang ada dan kemudian menghasilkan alternatif yang lebih sederhana untuk memudahkan pengambilan keputusan. AHP memecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagian komponen-komponennya; menata bagian dalam suatu hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi, dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. 2.4 Generalized Pareto Distribution Metode Generalized Pareto Distribution Generalized Pareto Distribution (GPD) seringkali digunakan oleh para praktisi risiko untuk mencari nilai potensi kerugian yang terjadi pada suatu perusahaan ataupun organisasi khususnya untuk kasus kerugian operasional yang ekstrim terjadi. Untuk lebih jelasnya berikut pemahaman metode Generalized Pareto Distribution menurut para ahli statistik: Generalized Pareto Distribution adalah bagian dari pengembangan metode Extreme Value Theory yang merupakan kombinasi dari distribusi Gumbell, Frechet dan Weibul. Generalized Pareto Distribution biasanya didistribusikan pada variabel acak. (

21 28 Diambil dari pernyataan Kabir Dutta dan Jason Perry, dari jurnalnya yang berjudul A Tale of tails : An Empirical Analysis of Loss Distribution Models for Estimating Operational Risk Capital bahwa Generalized Pareto Distribution terutama digunakan untuk mengukur potensi kerugian operasional yang sifatnya jarang terjadi dan jika terjadi mempunyai konsekuensi nilai kerugian yang sangat besar dan tidak dapat dimodelkan dengan pendekatan yang biasa. Menurut Rossa Hastaryta dan Aditya Ronnie Effendie dalam jurnalnya yang berjudul Estimasi Value-at-risk dengan Pendekatan Extreme Value Theory-Generalized Pareto Distribution mengungkapkan bahwa Generalized Pareto Distribution secara luas digunakan dalam upaya menaksir terjadinya nilai ekstrim dalam reliabilitas, asuransi, hidrologi, klimatologi, dan ilmu lingkungan. Dalam kaitannya dengan manajemen risiko, GPD dapat meramalkan terjadinya kejadian ekstrim pada data berekor gemuk yang tidak dapat dilakukan dalam pendekatan tradisional lainnya. Menurut Wei han Liu dalam jurnalnya yang berjudul A Closer Examination of Extreme Value Theory Modelling in Value at Risk Estimation berpendapat bahwa Generalized Pareto Distribution merupakan salah satu alat untuk menghitung Value at Risk dalam membantu memperkirakan suatu kerugian. Menurut Enrique Castillo dan Ali S. Hadi metode ini ditemukan pertama kali oleh Pickands (1975) untuk memodelkan nilai kerugian yang melebihi threshold. Menurut Najer Tajvidi dalam jurnalnya yang berjudul Confidance Intervals and Accuracy Estimation for Heavy-Tailed Generalized Pareto Distributions berpendapat bahwa Generalized Pareto Distribution merupakan bagian dari Extreme Value Theory digunakan secara luas untuk menghitung data yang berada di atas nilai threshold. GPD seringkali diaplikasikan pada masalah klaim asuransi, perubahan iklim, hidrologi sampai fluktuasi besar yang terjadi pada data keuangan.

22 29 Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Generalized Pareto Distribution merupakan metode yang digunakan untuk mencari nilai potensi kerugian yang terjadi pada suatu perusahaan ataupun organisasi khususnya untuk kasus kerugian operasional yang ekstrim terjadi dengan menggunakan data yang berada di atas nilai threshold / Peak Over Threshold (batas kerugian yang ditanggung perusahaan) Threshold Threshold adalah kerugian maksimal atau batas kemampuan perusahaan untuk menanggung suatu kerugian. Besarnya threshold biasanya ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan yang terkait. Misalnya, dapat dilihat dari rekapitulasi arus kas perusahaan. Untuk mendapatkan rata-rata nilai threshold maka dapat dicari dengan pendekatan sample mean excess function. Sample mean excess function merupakan ukuran kelebihan atau nilai di atas threshold dibagi dengan jumlah data points yang berada di atas threshold. Rumus Sample mean excess function adalah sebagai berikut : (Muslich,2007,p134) Gambar 2.3 Sample mean excess function Sumber : Manajemen Risiko Operasional, Muslich, 2007 Pada Generalized Pareto Distribution, data kerugian operasional tidak dibagi dalam block-block periode. Kerugian maksimal ditentukan dengan mempergunakan besaran yang disebut threshold. Semua kerugian operasional yang dimasukkan dalam sampel adalah semua data kerugian operasional yang melampaui atau di atas nilai threshold diidentifikasi sebagai nilai kerugian ekstrim tanpa membedakan periodenya.

23 30 Semua kerugian risiko operasional X1, X2, dan seterusnya yang berada di atas threshold dimasukkan dalam sampel untuk pengukuran risiko kerugian operasional EVT dengan pendekatan point process. Metode ini paling sering diaplikasikan karena data kerugian operasional digunakan secara efisien. Gambar 2.4 Peak Over Threshold Sumber : Hastaryta, Rossa dan Aditya Ronnie Effendie, Estimasi Value-at-risk dengan Pendekatan Extreme Value Theory-Generalized Pareto Distribution (Studi Kasus IHSG ), Parameter Generalized Pareto Distribution Parameter adalah suatu besaran yang nilainya menyatakan kondisi sebenarnya dari besaran tersebut. Parameter melibatkan seluruh elemen populasi dalam perhitungannya. Parameter yang digunakan dalam metode Generalized Pareto Distribution adalah parameter location atau rataan (simbol µ), parameter scale /standard deviasi (simbol ψ), dan parameter shape / tail index (simbol ξ ). (Zanbar, 2005, p5) A. Location / µ = rata-rata populasi atau sampel

24 31 Rata-rata (average) adalah nilai yang mewakili himpunan atau sekelompok data. Nilai rata-rata umumnya cenderung terletak di tengah suatu kelompok data yang disusun menurut besar kecilnya nilai. X 1 n = X i = 1 ( n X + X + X X n ) Gambar 2.5 Parameter Location Sumber : Hasan, Iqbal. (2005). Pokok-Pokok Materi Statsitik 1 (Statistik Deskriptif) B. Scale / ψ / σ = standar deviasi atau simpangan baku Simpangan baku adalah akar dari tengah kuadrat simpangan dari nilai tengah atau akar simpangan rata-rata kuadrat. Untuk sampel, simpangan bakunya (simpangan baku sampel) disimbolkan dengan s. Untuk populasi, simpangan bakunya (simpangan baku populasi) disimbolkan σ. dan untuk mencari varian dapat dicari dengan : ( x x) s = n 1 2 Gambar 2.6 Parameter Scale Sumber : Hasan, Iqbal. (2005). Pokok-Pokok Materi Statsitik 1 (Statistik Deskriptif) C. Shape / ξ = tail index Parameter shape adalah parameter distribusi probabilitas selain parameter location dan scale. Parameter shape mempengaruhi bentuk distribusi dibandingkan fungsi

25 32 parameter location dan scale yang merubah panjang dan lebar bentuk distribusi. Berikut adalah rumus untuk mencari parameter tail index : 1 1 k Metode 1 : k = ξ ln( xi ) ln( xk ) k 1 i= 1 dan k 1 Metode 2 : ξ k = ln( xi ) ln( xk ) k i= 1 Gambar 2.7 Paramater Shape Sumber : Hasan, Iqbal. (2005). Pokok-Pokok Materi Statsitik 1 (Statistik Deskriptif) Value-at-Risk (VaR) Dari jurnal Paul Embretchts, hansjorg fuhrer, dan Robert Kauffman dalam jurnalnya yang berjudul Quantifying regulatory capital for operational risk. VaR adalah pengukuran risiko yang digunakan untuk memperoleh ketetapan modal yang dibutuhkan. Oleh karena itu dalam konteks risiko operasional Value at Risk dapat juga disebut sebagai Operational Value at Risk (OpsVaR). Menurut Batuparan dalam jurnalnya yang berjudul Kerangka kerja Risk Management berpendapat bahwa Value at Risk (VaR) adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu (predicted worst case loss with a specific confidence level over a period of time). Konsep VaR berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif. VaR juga dapat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan untuk mengetahui potensi kerugian atas exposure tertentu. VaR juga dapat diterapkan pada berbagai level transaksi, mulai dari individual exposure sampai pada portfolio exposures. Salah satu keterbatasan konsep VaR adalah bahwa VaR hanya efektif diterapkan dalam kondisi pasar yang normal. Konsep VaR tidak dirancang untuk

26 33 memprediksikan terjadinya suatu kejadian yang akan menyebabkan runtuhnya pasar (unexpected eventi) seperti perang, bencana alam, perubahan drastis, di bidang politik,dll. (2001,p5-p6). Sedangkan untuk menghitung besarnya potensi kerugian operasional Value at Risk dengan distribusi GPD dipergunakan rumus berikut : Gambar 2.8 VaR GPD Sumber : Estimasi Value atrisk dengan pendekatan EVT-GPD (Studi Kasus IHSG , Rossa Hastaryta dan Aditya Ronnie Effendie, Expected Short-fall (ES) Alternatif terkenal lainnya selain VaR yang digunakan untuk menghitung besarnya potensi kerugian operasional adalah Expected Shortfall yang juga dikenal sebagai rata-rata VaR, VaR conditional atau tail VaR. Pengukuran risiko ini adalah koheren dan mengindikasikan ukuran yang diharapkan dari kerugian yang melebihi Value at Risk. (Biagini,2008,p2) Expected Shortfall yang juga sering disebut sebagai tail conditional expectation merupakan estimasi potensi besarnya kerugian yang melebihi VaR. Penerapannya pun biasanya dilakukan setelah perhitungan VaR. ES juga sangat cocok untuk data historis dan data POT (Peak Over Threshold) yang terbukti telah memberikan estimasi yang lebih akurat. Berikut adalah rumus untuk mencari estimasi besarnya Expected Shortfall pada distribusi GPD :

27 34 Gambar 2.9 Expected Shortfall GPD Sumber : Manajemen Risiko Operasional,Muslich,2007,p Analytical Hierarchy Process (AHP) Dikutip dari pernyataan Saaty, 1986 memberikan pernyataan bahwa Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan alat bantu yang bermanfaat untuk menyederhanakan pola pikir permasalahan yang ada dan kemudian menghasilkan alternatif yang lebih sederhana untuk memudahkan pengambilan keputusan. Pada dasarnya metode Analytical Hierarchy Process memecah suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur, ke dalam bagianbagian komponennya; menata bagian dalam variabel dalam suatu hierarchy, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi, dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. (Idris,p1) AHP juga merupakan metode analisis keputusan dengan kriteria majemuk yang digunakan untuk menurunkan skala rasio dari perbandingan berpasangan dari kriteria dan alternatif, baik yang diskrit maupun sampai pada kontinyu, yang tersusun dalam hirarki multilevel. Perbandingan ini bisa diambil dari hasil pengukuran aktual atau menggunakan skala dasar yang menunjukkan kepentingan/kekuatan relatif berdasarkan preferensi partisipan.(rian,p2) Pairwise Comparison adalah proses dalam AHP dimana para ahli dan pembuat keputusan memberikan preferensi untuk setiap kriteria dalam tiap masalah. Setiap kriteria

28 35 mendapatkan preferensi yang mengekspresikan tingkat kepentingan dari kriteria yang dibandingkan terhadap kriteria lainnya, para pembuat keputusan dihadapkan pada kondisi yang terbatas untuk mendeterminasikan hasil dari proses pembuatan keputusan, ketersediaan anggaran, teknologi, sensitivitas ekosistem terhadap emisi, dll. (Malisie,p10) Prinsip yang dimiliki oleh AHP menurut Saaty (1991,p17), adalah sebagai berikut : 1. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki yang disebut menyusun secara hirarki yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur yang terpisah-pisah. 2. Pembedaan prioritas dan sintesis yang disebut penetapan prioritas yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut tingkat kepentingannya. 3. Konsistensi logis yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsistensi sesuai dengan kriteria yang logis Keunggulan Analytical Hierarchy Process Keunggulan AHP adalah memungkinkan pengguna untuk memasukkan semua aspek permasalahan yang relevan, baik yang bersifat objektif, ke dalam satu model dan keunggulan utamanya terletak pada mekanisme pengujian konsistensi dari partisipannya. Untuk lebih jelasnya, Saaty (1991,p25) menguraikan keuntungan-keuntungan dari AHP : 1. Kesatuan. AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. 2. Kompleksitas. AHP memadukan rancangan deduktif berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks 3. Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

29 36 4. Penyusunan hierarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami untuk memilahmilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan struktur yang serupa dalam setiap tingkat. 5. Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud. Suatu metode untuk menetapkan prioritas. 6. Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 7. Sintesis. AHP menuntun ke suatu taksiran yang menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. 8. Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan seseorang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9. Penilaian dan konsensus. AHP memaksakan consensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representative dari berbagai penilaian yang bebeda-beda. 10. Pengulangan proses. AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaikipertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Namun AHP juga memiliki kelemahan dalam hal kemungkinan terjadinya perubahan urutan jika muncul alternatif baru dalam permasalahan yang dihadapi Tahap-Tahap Analytical Hierarchy Process AHP yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode penentuan rangking alternatif keputusan dan pemilihan yang terbaik dari alternatif tersebut ketika pengambil keputusan memiliki sasaran atau kriteria multiple (lebih dari satu) yang mendasari keputusan.

30 37 Dalam menyusun AHP ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu: (Idris,p3) : 1. Menentukan hierarki 2. Menyusun tabel preferensi 3. Menentukan matriks perbandingan berpasangan 4. Menentukan vektor prioritas 5. Membandingkan alternatif bentuk bisnis 6. Menentukan vektor prioritas alternatif 7. Menentukan ranking keseluruhan Adapun prosedur singkat AHP, adaah sebagai berikut : (Rian,p2) Langkah 1 : Definisikan masalah dan buat strukturnya mulai dari hirarki paling atas sampai dengan hirarki paling bawah. Langkah 2 : Buat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level dan tentukan nilai untuk setiap perbandingan. Konsistensi ditentukan dengan menggunakan nilai eigen. Langkah3 :Bobot relatif dihitung dengan melakukan analisis vector eigen untuk setiap kelompok kriteria yang ada dalam level hirarki yang sama terkait dengan kriteria yang sama pada level yang tinggi. Langkah 4 : Konsistensi dari seluruh hirarki ditemukan.

31 Antisipasi terhadap ketidakmampuan perusahaan menerima order 1 Determinasi Risiko Ops PT.INS 2 Analisa & Determinasi Dampak Risiko Ops PT. INS 3 Determinasi Probabilita 4 Determinasi Strategi Mitigasi Risiko Operasional AHP Usulan Penanggulangan Risiko Operasional (Manajemen Risiko Operasional) Risiko Ops PT.INS Probabilita frekuensi Risiko Ops PT. INS Generalized Pareto Distribution 5 Pengendalian Strategi Risiko Operasional Uji Normalitas Paramater GPD 6 Pengukuran Keefektifan Strategi & Monitoring Value at Risk Expected shortfall

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT dikelompokkan menjadi 7 resiko operasional, yaitu : a. Resiko

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia perbankan sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Risiko 2.1.1 Definisi Risiko Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat serta kaitannya dengan risiko. Risiko dalam

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak

Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Disampaikan Oleh : Amanda Oktariyani, SE.,M.Si,Ak Kerugian yang tidak diharapkan Risiko Penyimpangan dari yang diharapkan Kejadian yang tidak menguntungkan Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dianalisis dan dibahas tentang pengukuran risiko operasional klaim asuransi kesehatan pada PT. XYZ menggunakan metode EVT. Pengukuran risiko operasional

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko ANDRI HELMI M, SE., MM. Pengertian Risiko Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott Kans kerugian the change of loss

Lebih terperinci

RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA

RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA Teguh Sriwidadi; Meivi Kristiani Management Department, School of Business Management, BINUS University Jln.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH BAB 3 PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi ini dikembangkan untuk memilih alternatif alternatif faktor pengambilan keputusan, yaitu : a) Memperkecil resiko b) Mengalihkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA PT.INDONESIA NIHON SEIMA

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA PT.INDONESIA NIHON SEIMA ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA PT.INDONESIA NIHON SEIMA SKRIPSI Oleh : Riztya Faretha - 0900797960 Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Manajemen Unersitas Bina Nusantara Jakarta 2009 ANALISIS RISIKO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat menimbulkan dampak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 1. Manajemen Resiko Manajemen risiko dapat artikan sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko:

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

in adverse variations of probability or in losses.

in adverse variations of probability or in losses. BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Resiko 2.1.1 Definisi Resiko Istilah resiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang umumnya sudah dipahami secara intuitif. Tetapi pengertian

Lebih terperinci

PENENTUAN VALUE AT RISK

PENENTUAN VALUE AT RISK PENENTUAN VALUE AT RISK SAHAM KIMIA FARMA PUSAT MELALUI PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT (Studi Kasus : Harga Penutupan Saham Harian Kimia Farma Pusat Periode Oktober 2009 September 2014) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis yang pesat dan semakin meningkatnya kompleksitas produk bankmenyebabkan risiko kegiatan usaha bank juga semakin kompleks. oleh karena itu, bank ABC dituntut

Lebih terperinci

PENGERTIAN INVESTASI

PENGERTIAN INVESTASI MATERI 1 1 PENGERTIAN INVESTASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. DEFINISI INVESTASI Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO

PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO PENGANTAR MANAJEMEN RESIKO Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

Gambar 4. Tahapan kajian

Gambar 4. Tahapan kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Survei lapangan dilakukan untuk menganalisa kinerja bisnis usaha tahu dan kebutuhan pasar. Hasil analisa kebutuhan pasar menjadi masukan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Manajemen Risiko Operasional.1.1 Definisi Manajemen risiko operasional merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis dan investasi ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh investor yaitu modal, objektif dan risiko. Hal yang sering menjadi pusat perhatian investor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta

Lebih terperinci

International trade and risks

International trade and risks INTRODUCTION After studying this chapter, students are able to: Define risks and risk analysis Mention reasons to analyze risks Mention PICs assigned for analyzing risks Explain the uncertainty of risks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada tahun Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan

I. PENDAHULUAN. pada tahun Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini mulai pulih setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1998. Pulihnya kondisi perbankan nasional dicirikan dengan peningkatan tingkat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Resiko 2.1.1 Definisi Resiko Resiko sudah sangat biasa dalam kehidupan kita sehari-hari, karena setiap hal mempunyai resiko yang beraneka ragam dan pengertian

Lebih terperinci

Kewirausahaan III. Kewirausahaan & Manajemen resiko. Mustika Sari, MMTr. Modul ke: Fakultas Fasilkom. Program Studi Sistem Informasi

Kewirausahaan III. Kewirausahaan & Manajemen resiko. Mustika Sari, MMTr. Modul ke: Fakultas Fasilkom. Program Studi Sistem Informasi Kewirausahaan III Modul ke: Kewirausahaan & Manajemen resiko Fakultas Fasilkom Mustika Sari, MMTr Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id RISIKO Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN. PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO )

PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO ) PERENCANAAN BISNIS (PEMAHAMAN TENTANG RISIKO ) PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FEB UNPAD 2013 Prof. Dr. Yuyus Suryana S. SE.,MS 11/01/2013 YUYUS. S.S 1 Pengertian Resiko kesempatan timbulnya kerugian probabilitas

Lebih terperinci

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa

1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa 1. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena bencana alam dan politik, seperti : Kebakaran atau panas yang berlebihan Banjir, gempa bumi Badai angin, dan perang 2. Ancaman karena kesalahan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA 0 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA paket 00.indb // 0:: AM STANDAR AUDIT 0 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI APLIKASI METODE MOMEN MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI UNTUK ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013) SKRIPSI Oleh: RENGGANIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi lingkungan internal dan eksternal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah kegiatan penanaman sejumlah tertentu dana pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar atau keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh investor, yaitu capital (modal), objective (objektif), dan risk (risiko).hal yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Denta Umar Aminudin (2007) dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Shuttlecock

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Risiko dan Manajemen Risiko Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS 14 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Relevansi Nilai Setiap perusahaan sudah pasti memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut sebagai tanggung jawab dan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. seperti situs Bank Syariah yang terkait dalam penelitian ini. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Data penelitian ini diambil dari situs Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), referensi jurnal, buku yang menunjang serta situs web lainnya yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 04 Entrepreneurship and Inovation Management Analisis Resiko Bisnis Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Paska Sarjana www.mercubuana.ac.id 1. Rencana Kuliah 2. Pengertian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Likuiditas Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

PADA PORTOFOLIO SAHAM

PADA PORTOFOLIO SAHAM PERBANDINGAN PENDEKATAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION UNTUK PERHITUNGAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM SKRIPSI Disusun oleh: AYU AMBARSARI 24010212140079 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM.

ANDRI HELMI M, SE., MM. ANDRI HELMI M, SE., MM. SILABUS MANAJEMEN RISIKO 1. GENERAL OVERVIEW 2. DASAR-DASAR RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO 3. FUNGSI MANAJEMEN RISIKO 4. PENGIDENTIFIKASIAN RISIKO DAN KERUGIAN POTENSIAL 5. PRINSIP

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP

MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP MBTI L/O/G/O Analytical Hierarchy Process AHP Alamanda INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL DENGAN PENDEKATAN PEAK OVER THRESHOLD GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION SKRIPSI YENNY HERMIANA ALGA

PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL DENGAN PENDEKATAN PEAK OVER THRESHOLD GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION SKRIPSI YENNY HERMIANA ALGA PENGUKURAN RISIKO OPERASIONAL DENGAN PENDEKATAN PEAK OVER THRESHOLD GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION SKRIPSI YENNY HERMIANA ALGA 090823049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Sistem Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola tertentu

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing)

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) PENANGGULANGAN RISIKO. Penanganan Risiko (Risk control). Pembiayaan Risiko (Risk financing). Menghindarinya. Mengendalikan. Memisahkan. Melakukan kombinasi atau pooling 5. Memindahkan. Pemindahan risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam dunia usaha. Perusahaan harus menggunakan segala kemampuannya, metodemetode, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaporan keuangan merupakan jenis ciri akuntansi yang menyajikan informasi berupa data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Bank perlu di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saham adalah surat berharga yang menjadi bukti seseorang berinvestasi pada suatu perusahaan. Harga saham selalu mengalami perubahan harga atau biasa disebut

Lebih terperinci

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO PRAKTEK PENILAIAN RISIKO 1; Pengantar Mengingat bahwa risiko adalah bagian integral dari pencapaian nilai strategis, maka perusahaan tidak berpikiran untuk menghilangkan risiko Sebaliknya, perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin melihat pengaruh elemen corporate governance yang dalam hal ini dilihat dari karakteristik dewan komisaris terhadap cost of debt.

Lebih terperinci