Syarif Suwondo UNPAD Bandung. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Syarif Suwondo UNPAD Bandung. Abstract"

Transkripsi

1 SKRINING TUMBUHAN OBAT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI DAN PEMBENTUK PLAK (Screening of Medicinal Plant on Antimicrobial Caused Caries and Plaque Forming Activity) Syarif Suwondo UNPAD Bandung Abstract For the purpose of preventing dental caries or dental plaque forming by traditional medicines, thirty kinds of test solution (1% w/v) derived from dried or concentrated (1:1) water-alcohols extracts of Indonesian crude drugs were assayed for antibacterial activity against a most cariogenic and dental plaque forming bacterium ~ Streptococcus mutans by paper disc method. The screening for antibacterial activity carried out by using the serotype-c and d. of Streptoccus mutans. The (1:1) water-alcohols extracts of thirteen kinds of crude drugs Punica granatum, L. rinds showed appreciable antibacterial activity and among these, one kind of crude drugs showed antibacterial activity solely against the serotype-c of Streptococcus mutans (), and four kinds of crude drugs showed antibacterial activity against the serotype-c and d of Streptococcus mutans namely Citrus aurantifolia (Christ.) (Swingle fruits), Syzygium aromaticum Merr. et Perry. leaves, Areca catechu L. seeds, and Piper betle L. leaves), whereas those of eight kinds of crude drugs showed activity solely against the serotype-d (Ageratum conyzoides L. leaves, Zingiber officinale Rosc. rhizomes, Nicolaia speciosa Horan. Leaves, Cymbopogon nardus, L. leaves, Alpinia galanga (L) Wild rhizomes, Zingiber aromaticum Val. rhizomes, Gardenia agusta Merr. leaves, and Boesenbergia pandurata Roxb. rhizomes. Keywords:crude drugs, antibacterial activity, Streptococcus mutans Naskah diterima tanggal 5 Oktober 2006, disetujui dimuat tanggal 1 Desember 2006 Alamat koresponden: Jl. Pasir Jaya XII Nomor 14, Bandung Jawa Barat PENDAHULUAN Penyakit karies gigi dan gingivitis merupakan dua penyakit gigi dan mulut yang paling tersebar pada masyarakat manusia. Penyebab utama kedua penyakit adalah kum-pulan bakteri yang terikat dalam suatu matriks organik dan melekat erat pada permukaan gigi yang dikenal sebagai plak (1,2,3). Hasil penelitian dalam dekade-dekade terakhir ini, menyebutkan bahwa bakteri spesifik penyebab karies gigi dan pembentuk plak adalah Streptococcus mutans (3,4). Streptococcus mutans merupakan salah salah satu jenis bakteri yang termasuk dalam kelompok Streptococcus Ü-haemolyticus yang terdiri dari 7 subspecies yaitu serotipe -a sampai serotipe g. Di antara ketujuh subspecies tersebut, Streptococcus mutans serotipe c merupakan salah satu galur yang paling tersebar pada populasi manusia dan sekitar 80% isolat plak berisi serotipe-c (5,6). Dari beberapa hasil pengamatan epidemiologi, menunjukkan pula bahwa penyebaran serotipe Streptococcus mutans pada populasi manusia mempunyai taraf yang berbeda. Dikemukakan bahwa serotipe c, -d dan -e umumnya dijumpai pada semua isolat plak dari seluruh wilayah penelitian, sedangkan serotipe a dan b hanya dijumpai, masing-masing pada 6 dan 9 wilayah dari 14 wilayah penelitian yang tersebar di berbagai penjuru dunia (5). Di sisi lain, pada dekade terakhir ini banyak perhatian dunia dan para ahli dituju-kan kepada tumbuhan sebagai sumber bahan obat karena kenyataan menunjukkan bahwa untuk keperluan perawatan kesehatan dasar, diperkirakan sekitar 75%-80% penduduk desa di dunia menggunakan bahan obat yang berasal dari tumbuhan (7), dan sekitar 28 % dari tumbuhan yang ada di bumi telah dipakai sebagai bahan obat tradisional (8). Sekalipun belum banyak pakar yang menaruh perhatian terhadap pemanfaatan tumbuhan obat dalam bidang kedokteran gigi, namun laporan hasil penelitian mulai tampak menja-mur dan umumnya ditujukan untuk kepentingan dalam bidang pencegahan penyakit gigi dan mulut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak simplisia tumbuhan obat dari berbagai negara, terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, di samping potensi lainnya, seperti daya hambat terhadap aktivitas enzim glukosiltransverase, maupun pelekatan sel bakteri secara in vitro (9,13). Suatu survai terhadap kepustakaan tumbuhan obat yang ada sementara ini, diperoleh informasi bahwa setidaknya terdapat 195 jenis tumbuhan yang berasal dari 74 suku atau 159 marga tumbuhan yang telah diindikasikan untuk berbagai keperluan yang ber-kaitan dengan kesehatan gigi dan mulut (14,15). Hasil survai eksploratif pada 65

2 masyarakat pedesaan yang dilakukan pada delapan wilayah propinsi di Indonesia diperoleh keterangan bahwa setidaknya terdapat 89 jenis tanaman yang telah dikenal ataupun digunakan dalam pengobatan atau perawatan kesehatan gigi dan mulut (14,15). Sejauh ini, tidak banyak penelitian tentang tumbuhan obat Indonesia yang dikaitkan pada upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Keadaan demikian tentunya akan berdampak pula terhadap upaya untuk pemenuhan pelayanan kesehatan sebagai alternatif terhadap bahan kimia hasil sintesis. Selain itu, perlu pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat khususnya untuk keperluan perawatan kesehatan gigi dan mulut (fitofarmaka) sebagai pendamping obat modern dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk maksud di atas, sebagai langkah awal, telah dilakukan penapisan terhadap sebanyak 40 jenis tumbuhan obat yang telah lama digunakan masyarakat dalam perawat-an kesehatan gigi dan mulut terhadap bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus yang diisolasi dari plak gigi. Bentuk sediaan uji yang digunakan dalam penapisan awal tersebut adalah sediaan uji perasan (expessum), infus dan ekstrak airalkohol (1:1). Keempat puluh jenis tumbuhan tersebut dipilih di antara 89 jenis tumbuhan obat hasil survai di atas, berdasarkan luas penggunaannya di masyarakat serta penelusuran kepusta-kaan tumbuhan obat yang ada. Berdasarkan pengujian aktivitas antibakteri terhadap 40 jenis tumbuhan obat tersebut diperoleh informasi bahwa setidaknya terdapat 30 jenis tumbuhan obat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus viridans dan/atau Staphylococcus aureus (16). METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Simplisia Simplisia yang digunakan dalam pengujian terhadap bakteri Streptococcus mutans berasal dari 30 jenis di antara 40 jenis tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus viridans dan/atau Staphylococcus aureus yang diisolasi dari plak gigi, pada penelitian sebelumnya (28). Tabel I. Jenis, Kode Nama dan Bagian Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian aktivitas antibakteri berbagai Tumbuhan Obat No. Kode Nama ilmiah (nama Indonesia) Bagian Tumbuhan Tumbuhan Obat (Simplisia) 1. AP Abrus precatorius L (Saga) Daun 2. AGC Ageratum conyzoides L (Bandotan) Daun 3. AA Allium ascalonicum L. (Bawang merah) Umbi 4. AS Allium sativum L(Bawang putih) Umbi 5. AG Alpinia galanga (L) Wild. (Lengkuas) Rimpang 6. AC Areca catechu L.(Pinang) Biji buah 7. AB Averrhoa bilimbi L (Belimbing wuluh) Buah 8. BB Blumea balsamifera DC. (Sembung) Daun 9. BP Boesenbergia pandurata Roxb.(Temukunci) Rimpang 10. CA Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle.(Jeruk nipis) Buah 11. CD Curcuma domestica Val (Kunyit) Rimpang 12. CX Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Temulawak) Rimpang 13. CZ Curcuma zedoaria Rosc. (Temuputih) Rimpang 14. CN Cymbopogon nardus L (Sereh) Daun 15. GA Gardenia agusta Merr. (Kacapiring) Daun 16. JC Jatropha curcas L (Jarak pagar) Daun 17. MB Musa brachycarpa Backer. (Pisang biji) Buah muda 18. NS Nicolaia speciosa Horan. (Kecombrang) Daun 19. OB Ocimum bacilicum L. (Kemangi) Daun 20. PN Phyllanthus niruri L (Meniran) Herba 21. PB Piper betle L. (Sirih) Daun 22. PLI Pluchea indica Less. (Beluntas) Daun 23. PI Pterocarpus indica Wild. (Angsana) Getah (exudates) 24. PG Punica granatum L. (Delima) Kulit buah 25. SR Sida rhombifolia L (Sidaguri) Daun 26. SA Spilanthes acmella Murr. (Legetan) Herba 27. EA Syzygium aromaticum Merr et Perry. (Cengkeh) Daun 28. TI Tamarindus indica L (Asem) Daun 29. ZA Zingiber aromaticum Val. (Lempuyang) Rimpang 30. ZO Zingiber officinale Rosc. (Jahe) Rimpang Keterangan: Uji terhadap bakteri penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan -d (OMZ-176) 66

3 Jenis tumbuhan obat, kode dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan sediaan uji tertera pada Tabel I. Sediaan Uji Sediaan uji yang digunakan dalam penelitian terdiri atas sediaan simplisia dan sediaan kontrol (placebo). Sediaan yang digunakan adalah sediaan ekstrak air-alkohol (1:1) yang selanjutnya dibuat dalam bentuk ekstrak kental atau kering. Ekstraks kental atau kering tersebut dilarutkan dalam air sampai mencapai konsentrasi 1% (b/v) atau 1,0 g ekstrak kental atau kering dalam 100 ml air. Sediaan kontrol yang digunakan adalah air-alkohol (1:1). Bakteri Uji Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian adalah Streptococcus mutans yang dikenal memiliki taraf penyebaran paling luas pada populasi manusia yaitu Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) yang diperoleh dari Prof. Dr. S. Kotani dan Prof. Dr. S. Hamada dari Universitas Osaka, Jepang. Media Perbenihan Media perbenihan yang digunakan adalah media perbenihan padat, agar Mueller-Hinton. Tabel II. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol (UBCA) berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia) Tumbuhan UBCA-1 (Rank) UBCA-2 (Rank) UBCA-3 (Rank) Rata-rata Rata-rata Obat/Kode UBCA Rank 1. CA 3, 42 (91,0) 3, 42 (91,0) 3, 42 (91,0) 3, 42 91,00 2. EA 2, 53 (87,0) 2, 53 (87,0) 2, 53 (87,0) 2, 53 87,00 3. AC 1, 64 (72,0) 2, 47 (85,0) 3, 29 (89,0) 2, 47 82,00 4. PB 2,39 (81,0) 2, 39 (81,0) 2, 39 (81,0) 2, 39 81,00 5. PG 1, 20 (65,0) 1, 99 (77,0) 1, 59 (71,0) 1, 59 71,00 6. AS 1, 06 (60,0) 1, 27 (66,0) 2, 11 (79,0) 1, 48 68,33 7. AB 1, 45 (69,0) 0, 97 (59,0) 1, 94 (75,0) 1, 45 67,67 8. SA 1, 40 (68,0) 0, 93 (58,0) 1, 86 (74,0) 1, 40 66,67 9. CX 2, 07 (78,0) 0, 00 (27,5) 4, 14 (93,0) 2, 07 66, PI 0, 65 (55,0) 1, 31 (67,5) 1, 96 (76,0) 1, 31 66, CN 2, 44 (83,5) 0, 00 (27,5) 2, 44 (83,0) 1, 63 64, AA 1, 13 (63,0) 1, 13 (63,0) 1, 13 (63,0) 1, 13 63, CD 0, 73 (56,5) 1, 10 (61,0) 1, 46 (70,0) 1, 10 62, JC 0, 92 (57,5) 0, 00 (27,5) 1, 84 (73,0) 0, 92 52, AG 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5 0, 00 27, AGC 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5 0, 00 27, AP 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, BB 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, BP 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, CZ 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, GA 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, MB 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, NS 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, OB 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, PLI 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, PN 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, SR 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, TI 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, ZA 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, ZO 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27, KO 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 27,50 Keterangan: Uji terhadap bakteri penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan -d (OMZ-176) Uji Kruskal-Wallis : T 1 UBCA = 80, 881 (p < 0,01) ; RSK UBCA = 22, 250 AP (Abrus precatorius L.); AGC (Ageratum conyzoides L.); AA (Allium ascalonicum L.); AS (Allium sativum L.); AG (Alpinia galanga (L.) Wild.); AC (Areca catechu L); AB (Averrhoa bilimbi L.); BB (Blumea balsamifera DC.); BP (Boesenbergia pandurata Roxb.); CA (Citrus aurantifolia (Christ) Swingle); CD (Curcuma domestica Val); CX (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ; CZ (Curcuma zedoaria Rosc.) ; CN (Cymbopogon nardus L.) ; GA (Gardenia agusta Merr.) ; JC (Jatropha curcas L.) ; MB (Musa brachycarpa Backer.) ; NS (Nicolaia speciosa Horan) ; OB (Ocimum bacilicum L.) ; PN (Phyllanthus niruri L.) ; PB (Piper betle L.); PLI (Pluchea indica Less) ; PI (Ptero-carpus indica Wild.) ; PG (Punica granatum L.) ; SR (Sida rhombifolia L.) ; SA (Spilanthes acmella Murr.) ; EA (Syzygium aromaticum Merr et Perry.) ; TI (Tamarindus indica L. ); ZA (Zingiber aromaticum Val.); ZO (Zingiber officinale Rosc.) ; KO (Kontrol) (Spilanthes acmella Murr.), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), getah angsana (Pterocarpus indica Wild.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), umbi bawang merah (Allium ascalonicum L), rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.). 67

4 Tabel III. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol (UBDA) berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia terhadap bakteri spesifik penyebab Karies gigi dan pembentuk Plak Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) Tumbuhan UBDA-1 UBDA-2 UBDA-3 Rata-rata Rata-rata Obat/Kode (Rank) (Rank) (Rank) UBDA Rank 1. CA 10, 27 (92,0) 11, 99 (93,0) 8, 56 (91,0) 10, 27 92,00 2. AC 4, 11 (73,0) 8, 22 (90,0) 7, 40 (87,0) 6, 58 83,33 3. AGC 4, 78 (77,0) 7, 18 (86,0) 5, 98 (83,0) 5, 98 82,00 4. ZO 5, 57 (82,0) 4, 76 (76,0) 3, 98 (69,0) 4, 77 75,67 5. NS 4, 06 (71,0) 4, 06 (71,0) 4, 06 (71,0) 4, 06 71,00 6. CN 3, 26 (61,5) 8, 14 (89,0) 3, 26 (61,0) 4, 89 70,67 7. AG 3, 18 (59,5) 3, 18 (59,5) 7, 96 (88,0) 4, 77 69,00 8. EA 2, 53 (54,0) 3, 80 (67,0) 5, 06 (81,0) 3, 80 67,33 9. PB 3, 59 (65,0) 3, 59 (65,0) 3, 59 (65,0) 3, 59 65, ZA 2, 20 (52,0) 3, 30 (63,0) 4, 40 (75,0) 3, 30 63, GA 6, 21 (84,5) 0, 00 (10,0) 6, 21 (84,5) 4, 14 59, BP 4, 87 (78,5) 0, 00 (10,0) 4, 87 (78,5) 3, 25 55, CD 2, 56 (56,5) 1, 46 (37,0) 2, 56 (56,5) 2, 19 50, OB 2, 11 (49,0) 2, 11 (49,0) 2, 11 (49,0) 2, 11 49, BB 2, 47 (53,0) 0, 00 (10,0) 4, 95 (80,0) 2, 47 47, PN 2, 62 (58,0) 1, 57 (38,0) 2, 10 (47,0) 2, 10 47, CX 2, 07 (46,0) 0, 00 (10,0) 4, 14 (74,0) 2, 07 43, SA 1, 87 (42,0) 1, 87 (42,0) 1, 87 (42,0) 1, 87 42, CZ 1, 92 (44,0) 0, 00 (10,0) 3, 84 (68,0) 1, 92 40, TI 0, 85 (25,5) 1, 69 (39,0) 2, 54 (55,0) 1, 69 39, PI 1, 31 (36,0) 0, 65 (21,0) 1, 97 (45,0) 1, 31 34, AA 1, 13 (33,0) 1, 13 (33,0) 1, 13 (33,0) 1, 13 33, AS 1, 06 (31,0) 0, 00 (10,0) 2, 12 (51,0) 1, 06 30, AB 0, 97 (29,0) 0, 97 (29,0) 0, 97 (29,0) 0, 97 29, PLI 1, 14 (35,0) 0, 85 (25,5) 0, 57 (20,0) 0, 85 26, JC 1, 84 (40,0) 0, 00 (10,0) 0, 92 (27,0) 0, 92 25, PG 0, 80 (23,0) 0, 80 (23,0) 0, 80 (23,0) 0, 80 23, AP 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 10, MB 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 10, SR 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 10, KO 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 (10,0) 0, 00 10,00 Uji Kruskal-Wallis : T 1 UBDA = 67, 573 (p < 0,01) ; RSK UBDA = 36, 615 Cakram kertas Cakram kertas yang digunakan sebagai penampung sediaan uji, dibuat dari kertas pengisap berukuran tebal 1,0 mm, diameter 5,5 mm dan berat sekitar 395,2 mg per 100 cakram kertas kosong. Pengisian cakram kertas dilakukan dengan dicelupkan sampai basah kemudian dikeringkan yang dibatasi sampai sebanyak 8 kali ulangan. Dengan demikian, pada setiap cakram dapat ditera rata-rata kandungan sediaan ujinya Bahan Kimia Pelarut Bahan kimia pelarut yang digunakan adalah airalkohol 1:1 Alat Penelitian Alat laboratorium farmakognosi : mesin pelumat (blender), lumpang dan alu porse-len, timbangan gram kasar, timbangan analitik (Bosch S-2000), penangas air, ayakan tepung, alat penguap (Rotapavor, Buchii RE-111), gelas ukur dan alat lain yang umum digunakan dalam laboratorium farmakognosi. 68 Alat laboratorium mikrobiologi : cawan petri, tabung reaksi, kaca pembesar, peng-garis milimeter dan alat lain yang umum dipakai dalam laboratorium mikrobiologi. Cara Pembuatan Sediaan Sediaan ekstrak air-alkohol dibuat dengan cara maserasi, yaitu dengan merendam simplisia sebanyak 10 g dalam 100 ml pelarut air-alkohol selama 24 jam sambil sekali-sekali diaduk. Setelah 24 jam, ekstrak disaring melalui kertas saring dan ampasnya diperas. Ampas ditambah cairan pelarut secukup-nya, diaduk kemudian disaring sehingga diperoleh cairan ekstrak sebanyak 100 ml. Setelah itu cairan ekstrak diuapkan dengan alat penguap (Rotavapor, Buchii RE-111) sampai berbentuk cairan kental, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan penangas air dengan suhu antara sampai diperoleh ekstrak kental atau kering, dan hasilnya ditimbang. Cara Penelitian Aktivitas antibakteri sediaan uji terhadap Streptococcus mutans, ditetapkan berdasarkan metode

5 Tabel IV. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia terhadap bakteri spesifik penyebab karies gigi dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan serotipe-d (OMZ-176) Streptococcus mutans No. Tumbuhan Obat c d (MT-8148R) (OMZ-176) 1. Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle Syzygium aromaticum Merr. et Perry.) Areca catechu L Piper betle L Punica granatum L Ageratum conyzoides L Zingiber officinalis Rosc Nicolaia speciosa Horan Alpinia galanga (L) Wild Zingiber aromaticum Val Gardenia agusta Merr Boesenbergia pandutara Roxb Cymbopogon nardus L. ± Curcuma domestica Val. ± ± 15. Allium sativum L. ± Averrhoa balimbi L. ± Spilanthes acmella Murr. ± Curcuma xanthorrhiza Roxb. ± Pterocarpus indica Willd. ± Allium ascalonicum L. ± Jatropha curcas L. ± Ocimum basilicum L. - ± 23. Blumea balsamifera DC. - ± 24. Phyllanthus niruri L - ± difusi agar dengan cakram kertas (metode Bauer-Kirby). Terdapat 31 macam perlakuan yang atas sediaan uji larutan ekstrak air-alkohol yang berasal dari simplisia 30 jenis tumbuhan obat dan satu kelompok kontrol (plasebo), dikenakan ke pada dua jenis bakteri uji Streptococcus mutans serotipe-c dan d dengan 3 kali ulangan perlakuan. Pengukuran aktivitas antibakteri diukur dengan cara pengukuran dan penilaian lebar daerah hambat (LDH) rata-rata pertumbuhan bakteri (mm) per unit kandungan sediaan dalam cakram (mg). Analisis Hasil Pengamatan Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varians non parametrik sesuai dengan rancangan yang dipakai untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek antibakteri diantara 31 macam perlakuan tersebut di atas. Hasil pengamatan perlakuan yang dirancang meng-ikuti disain rancangan acak lengkap dianalisis dengan analisis varians satu arah non parametrik Kruskal-Wallis (17) dengan taraf signifikansi 0,01. Bilamana uji statistik analisis varians memberikan isyarat menolak Ho, pengujian diteruskan dengan statistik uji perbedaan multiple comparisons Kruskal-Wallis. Berdasarkan uji perbedaan multipel ini, dapat ditetapkan nilai rentang signifikansi terkecil Kruskal-Wallis (RSK), dan dapat ditentukan pula aktivitas antibakteri sediaan uji simplisia tumbuhan obat yang berbeda nyata dan tidak dengan kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN a). Aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MR-8148R). Analisis data hasil pengamatan memberikan isyarat bahwa efek di antara ke-31 perlakuan terhadap Streptococcus mutans sangat berbeda nyata (T 1 = 80, 881; p < 0,01). Melalui analisis rentang signifikasi terkecilnya (RSK UBCA = 22, 25), dari ke-30 sediaan uji tertapis sebanyak 14 sediaan yang berbeda sangat nyata dengan sediaan kontrol (KO) (Tabel II). Ke-14 sediaan uji yang aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c, berturut-turut dari aktivitasnya yang paling tinggi ke rendah adalah sediaan uji berasal dari simpli-sia tumbuhan sebagai berikut: buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun sirih (Piper betle L.), kulit buah delima (Punica granatum L.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), herba legetan. Berdasarkan hasil analisis rentang signifikans terkecil (RSK UBCA = 22,25) dapat ditetapkan kelompok 69

6 sediaan uji yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT- 8148R), yaitu ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji pinang (Areca catechu L.) daun sirih (Piper betle L.), dan kulit buah delima (Punica granatum, L.). b) Aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176). Hasil pengamatan aktivitas antibakteri sediaan ekstrak yang berasal dari 30 jenis tumbuhan obat terhadap bakteri Streptococcus mutans serotipe-d disampaikan pada Tabel III. Dari sebanyak 30 jenis sediaan uji, terdapat 27 jenis sediaan ekstrak tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan baklteri Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176). Berdasarkan hasil analisis, ternyata aktivitas antibakteri antar perlakuan sediaan uji berbeda sangat nyata (T 1 = 67, 573; p < 0,01). Melalui rentang signifikansi terkecil yang didapat (RSK UBDA = 36,61) tertapis sebanyak 16 jenis sediaan uji tumbuhan obat yang menunjukkan aktivitas antibakteri Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) berbeda sangat nyata dengan sediaan kontrol (p < 0,01) Enambelas sediaan uji yang aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-d, berturut-turut berdasarkan aktivitasnya yang paling tinggi ke rendah adalah sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia(christ.) Swingle), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), daun sirih (Piper betle L.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), rimpang kunyit (Curcuma domestica Val), daun kemangi (Ocimum bacilicum L.), daun sembung (Blumea balsamifera DC.) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L.). Di antara 16 sedian uji tumbuhan obat yang memberikan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) adalah ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle). Sediaan lain yang memiliki aktivitas setara dengan ekstrak buah jeruk nipis adalah sediaan ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.), daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), daun sirih (Piper betle L.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.). Berdasarkan kedua hasil pengamatan aktivitas antibakteri dari 30 tumbuhan obat telah tertapis sediaan uji yang berasal dari 24 jenis simplisia tumbuhan obat yang aktif terhadap bakteri spesifik penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c dan -d. Dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dari sebanyak 30 jenis tumbuhan obat yang aktif terhadap bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus, hanya sebanyak 24 jenis tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua jenis sediaan yang berasal dari tumbuhan yang aktif terhadap Streptococcus viridans juga aktif terhadap Streptococcus mutans. Selanjutnya, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa di antara 24 jenis tumbuhan tersebut di atas, sebanyak 8 jenis sediaan tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R), 6 jenis sediaan yang aktif terhadap serotipe c (MT-6148R) dan d (OMZ-176) dan sebanyak 10 jenis yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotiped (OMZ-176) (Tabel 4). Delapan jenis sediaan ektrak air-alkohol yang hanya memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) adalah ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), herba legetan (Spilanthes acmella Murr.), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), getah angsana (Pterocarpus indica Wild.), umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.), dan daun jarak pagar ( Jatropha curcas L.). Sebanyak enam jenis sediaan yang aktif terhadap serotipe c (MT-8148R) dan d (OMZ-176), adalah sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun sirih (Piper betle L.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Selain itu, terdapat sepuluh jenis sediaan ekstrak tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotiped (OMZ-176) yaitu sediaan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kaca-piring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temu-kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), daun kemangi (Ocimum bacilicum L.), daun sembung (Blumea balsamifera DC.) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L). Bila dianalisis berdasarkan rentang signifikansi terkecil (RSK) masing-masing, maka dari 24 jenis simplisia tumbuhan obat di atas tertapis sebanyak 13 jenis simplisia yang menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi (+) terhadap Streptococcus mutans. Dari 13 jenis simplisia tersebut di atas, satu jenis sediaan simplisia tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c yaitu Punica granatum L., delapan jenis simplisia hanya aktif terhadap Streptococcus mutans.serotipe-d yaitu, sediaan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia 70

7 speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), rimpang lempuyang (Zingiber aroma-ticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), dan rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) dan sebanyak empat jenis aktif terhadap serotipe c dan d, yaitu sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun ceng-keh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), dan daun sirih (Piper betle L.). Perbedaan-perbedaan di atas, memberikan gambaran bahwa sensitivitas serotipe-serotipe Streptococcus mutans terhadap zat aktif tumbuhan yang berdaya antibakteri, tidak sama. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa serotipe d relatif lebih sensitif dari pada serotipe-c. KESIMPULAN Hasil penapisan 30 jenis simplisia tumbuhan obat berdasarkan aktivitas antibakteri bakteri spesifik penyebab karies dan pembentuk plak-gigi, telah tertapis sebanyak 24 macam simplisia tumbuhan obat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. 6 jenis yang memperlihatkan aktivitas anti-bakteri terhadap kedua serotipe yaitu Streptococcus mutans serotipe-c (MT- 8148R) dan Strepto-coccus mutans serotype-d (OMZ-176), 8 jenis hanya aktif terhadap Streptococcus mu-tans serotipe -c (MT-8148R) saja dan 10 jenis simplisia tumbuhan yang hanya aktif ter-hadap Streptococcus mutan serotipe -d (OMZ-176) saja. Di antara 24 macam simplisia tersebut, tertapis sebanyak 13 jenis yang memperlihatkan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans. Selain itu, terlihat gambaran sensitivitas yang berbeda antara ke dua serotipe Streptococcus mutans terhadap zat aktif tumbuhan obat yang memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri ini dan tampaknya, serotipe -d lebih sensitif dibandingkan serotipe-c. SARAN Untuk membuka cakrawala baru dalam tahaptahap awal pengembangan obat tradisional menuju fitofarmaka ataupun sebagai alternatif terhadap obat kimia hasil sintesis, perlu dikembangkan kebijakan penelitian tumbuhan obat melalui sistem skrining baik terhadap efek farmakologik ataupun karakteristik lain. Skrining dapat dilakukan terhadap tumbuhan obat yang telah dikenal dan digunakan masyarakat maupun tumbuhan obat yang sampai saat ini belum terjamah oleh peneliti tumbuhan obat. Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatannya dalam bidang Kedokteran Gigi Pencegahan, perlu segera ditindak lanjuti melalui penelitian lanjutan, khususnya menge-nai zat aktif berkhasiat, cara kerja atau efek farmakologik lain. Penelitian diutamakan yang berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut, seperti daya hambat terhadap pelekatan sel bakteri, sintesis glucan, inhibisi terhadap enzim glukosiltrans-ferase maupun pembentukan polisakarida ekstraselular bakteri Streptococcus mutans. ACKNOWLEDGEMENT The author gratefully wishes to acknowledge Prof Dr. R.M. Soelarko (RIP), Prof Dr. Rudy Syarif Sumadilaga and Prof. Dr. Sidik, for their advice, and to Prof. Dr. S. Kotani and Prof. Dr. S. Hamada (Osaka University Dental School) for providing Streptococcus mutans strains. Partial support for this study from W H O (Geneva) and Aji Dharma Foundation (Jakarta) are also acknowleged. DAFTAR RUJUKAN 1. World Health Organization The Etiology and Prevention of Dental Caries Report of a WHO Scientific Group, WHO-TRS No. 144, WHO, Geneva Epidemiology, Etiology and Prevention of Periodontal Disease. WHO-TRS, No. 621, WHO, Geneva. 3. Burnett, G.W. and B. M. Pennel Dental Integuments and Deposits as Etiology Factors in Periodontal Disease and Dental Caries. In: Lasslo, A and R.P. Quintana. (Eds.). Surface Chemistry and Dental Integuments. Charles C Thomas Publisher, Springfield, Illinois, USA, Hamada, S. and H. D. Slade Biology, Immunology and Cariogenicity of Streptococcus mutans. Microbiol. Rev. 44 (2) : Bratthal, D Demonstration of Streptococcus mutans Strains in Some Selected Areas of the World. Odontol. Rev. 23 : Bright, J.S., S. Rosen and F. W. Chorpenning Survey on the Seven Serological types of Streptooccus mutans in Six Year-Old Children. J. dent. Res. 56 (1) : Haman, O The Joint IUCN WWF Plants Conservation Progamme and Its Interest in Medicinal Plants. In: Akarele, O., V. Heywood and H. Synge. (Eds.). Conservation of Medicinal Plants. Cambridge University Press, Cambridge. 8. Farnswoth, N.R. and D.D. Soejarto Global Importance oc Medicinal Plants. In: Akarele, O., V. Heywood and H. Synge. (Eds.). Conservation of Medicinal Plants. Cambridge University Press. Cambridge Namba, T., M. Taunezuka, K. H. Bae, and M. Hattori Studies on Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. I. Screening of Crude Drug for Antibacterial Action against Streptococcuc mutans. Shoyakugaku Zasashi, 35 (4) : Namba, T., M. Taunezuka, and M. Hattori Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. II. Potent Antibacterial Action of Magnoliae Cortex Extracts Against Streptococcus mutans. Planta Medica, 44 : Namba, T., M. Taunezuka, D.M.R.B. Dissanayake, U. Pilapitiya, K. Saito, N. Kakiuchi and M. Hattori Studies on Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. VII. Screening of Ayurvedic Medicines for Anti Plaque Action. Shoyakugaku, Zasashi. 39 (2) :

8 12. Konzai, K. Y. Mikaye, H. Kohda, K. Yamasaki, N. Nagasaka and H. Suginaka Inhibition of Glucocyltransferase Activity from Streptococcus mutans by Various Crude Drug Extracts. Microbios Letters, 26 : Kohda, H., K. Konzai, N, Nagasaka, Y. Miyake, H. Suginaka, k. Hidaka, and K. Yamasaki Prevention of Dental Caries by Oriental Folk Medicine - Active Principle of Zizyphy Fructus for Inhibition of Insoluble Glucan Formation by Cariogenic Bacterium Streptococcus mutans. Planta Medica, 2 : Suwondo, S., Sidik, R.S. Sumadilaga, dan R.M. Soelarko Survai Tanaman Obat yang dipakai dalam Pengobatan Penyakit Gigi dan Mulut pada Masyarakat diberbagai wilayah pulau Jawa dan Madura Proceeding-1 Seminar Pembudidayaan Tanaman Obat, Purwokerto : Universitas Soedirman Suwondo, S. dan R.M. Soelarko Tanaman Obat yang dipakai dalam Penyakit Gigi dan Mulut pada Masyarakat di berbagai Wilayah Pulau Jawa dan Madura. Laporan Survai II. KPPKGI VII, Jakarta: Universitas Indonesia. 16. Suwondo, S Screening Aktivitas Antibanteri Tumbuhan obat Indonesia yang Banyak Digunakan Masyarakat untuk Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Plak Gigi (Tidak dipublikasikan) 17. Connover, W.J Practical Nonparametric Statistic. Second edition. New York : John Wiley and Sons. 72

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro. ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan penyakit penyakit infeksi. Streptococcus mutans merupakan salah satu penyebab utama infeksi di dalam rongga mulut. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan tahapan tersebut terdiri dari proses penyiapan dan ekstraksi tanaman, penyediaan bakteri, pengujian sensitivitas bakteri

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengambilan Data 2.1.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur

Pedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur Lampiran 1. Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur I. TINGKAT PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies merupakan penyakit pada gigi dan mulut yang tersebar pada masyarakat. 1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam upaya mendukung program pelayanan kesehatan gigi. Back to nature atau kembali ke bahan alam

Lebih terperinci

Cara Pemanfaatan. Bagian yang digunakan 1. Allium cepa L. Umbi Penyedap rasa dan aroma Pewarna 2. A. fistulosum Daun Penyedap. Tumbuhan.

Cara Pemanfaatan. Bagian yang digunakan 1. Allium cepa L. Umbi Penyedap rasa dan aroma Pewarna 2. A. fistulosum Daun Penyedap. Tumbuhan. Lampiran 1. Pemanfaatan Jenis-Jenis Yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Tambahan Pangan Secara Tradisional Oleh Masyarakat Di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. No 1. Allium cepa Umbi 2. A. fistulosum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014 ABSTRAK AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014 Josephine Widya Wijaya, 2014. Pembimbing: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan 78 Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS ANGGOTA RUMAH TANGGA 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat Lahir : di desa ini / di luar desa ini 5. Status : belum kawin/kawin/cerai

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO Gabriella, 2014 Pembimbing : Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA Indonesia merupakan

Lebih terperinci

OKTAVIANA FRANCISKA IMAKULADA GUSMAO

OKTAVIANA FRANCISKA IMAKULADA GUSMAO SKRINING ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK AIR TEMULAWAK, MENIRAN, KEMUKUS DAN BELUNTAS TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS, SALMONELLA THYPI DAN ESCHERICHIA COLI OKTAVIANA FRANCISKA IMAKULADA GUSMAO 2443011103

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT MENGENAI TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAJA KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2007 Eva Anastasia Segara, 2008. Pembimbing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 BAB I. TINJAUAN PUSTAKA 6 1.1. Pengobatan tradisional (Etnomedisin) 6.. 1.2. Etnofarmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan Streptococcus viridans yang dapat mengeluarkan toksin sehingga sel-sel pejamu rusak dan bersifat aerob serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Kata kunci: Air perasan jeruk nipis, Streptococcus viridans

Kata kunci: Air perasan jeruk nipis, Streptococcus viridans ABSTRAK Streptococcus viridans merupakan flora normal rongga mulut manusia yang dapat menyebabkan endokarditis, septikemi dan pembentukan abses. Streptococcus viridans sering mengalami transien saat terjadi

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii FATIMAH, ERFANUR ADLHANI, DWI SANDRI Staff

Lebih terperinci

LAMPIRAN: 5 PETA LOKASI PENELITIAN PETA JAWA TIMUR

LAMPIRAN: 5 PETA LOKASI PENELITIAN PETA JAWA TIMUR LAMPIRAN: 5 PETA LOKASI PENELITIAN PETA KABUPATEN BOJONEGORO PETA DESA NGABLAK PETA JAWA TIMUR LAMPIRAN 6: DIAGRAM ALUR PENELITIAN Etnobotani Tumbuhan Sebagai Bahan Baku Jamu Gendong Dan Uji Kualitas Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang saat ini kerap timbul di bidang keamanan pangan adalah penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan berbahaya yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan padat lainnya di dalam mulut seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur (semi-structural interview) melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga

Lebih terperinci

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia terkenal dengan berbagai macam tanaman obat dengan berbagai macam manfaat. Tanaman obat banyak digunakan oleh masyarakat untuk mencegah penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang termasuk dalam tipe bakteri alfa hemolitik. Bakteri ini biasa berkoloni di mulut, saluran pencernaan

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TUMBUHAN FAMILIA ZINGIBERACEAE YANG BERKHASIAT OBAT DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh

STUDI PEMANFAATAN TUMBUHAN FAMILIA ZINGIBERACEAE YANG BERKHASIAT OBAT DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh STUDI PEMANFAATAN TUMBUHAN FAMILIA ZINGIBERACEAE YANG BERKHASIAT OBAT DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh Oki Fernando, Nursyahra, Rizki Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang bermanifestasi klinis diare dengan darah (disentri). Secara umum, Shigella spp. bertanggung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang Lampiran 2. Bunga lawang (Illicium verum. Hook.f.) Gambar 1. Simplisia kering bunga lawang Gambar 2. Serbuk simplisia bunga lawang Lampiran 3. Perhitungan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTARA KEJU CHEDDAR DAN YOGHURT PLAIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO

PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTARA KEJU CHEDDAR DAN YOGHURT PLAIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO PERBEDAAN EFEKTIFITAS ANTARA KEJU CHEDDAR DAN YOGHURT PLAIN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA IN VITRO Lita Paramita*, Farichah Hanum**, Muhammad Dian Firdausy** ABSTRAK Karies merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI GENTAMISIN DAN EKSTRAK 10 TANAMAN OBAT TERHADAP BAKTERI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI GENTAMISIN DAN EKSTRAK 10 TANAMAN OBAT TERHADAP BAKTERI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI GENTAMISIN DAN EKSTRAK 10 TANAMAN OBAT TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DAN Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) SKRIPSI Oleh: NUR AFIFAH K 100120002

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI AMPISILIN DAN 10 TANAMAN OBAT TERHADAP Escherichia coli RESISTEN DAN Methicillin Resistant Staphylococcus aureus

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI AMPISILIN DAN 10 TANAMAN OBAT TERHADAP Escherichia coli RESISTEN DAN Methicillin Resistant Staphylococcus aureus AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI AMPISILIN DAN 10 TANAMAN OBAT TERHADAP Escherichia coli RESISTEN DAN Methicillin Resistant Staphylococcus aureus SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD NUR PRASETYO K 100 120 102 FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO

POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO POTENSI EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L.) SEBAGAI ANTI Streptococcus mutans SUPRIANTO PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Dialah

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO Maysella Suhartono Tjeng, 2011 Pembimbing: Yenni Limyati,

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro *Khusnul, Rudy Hidana, Wini Kusmariani Program Studi DIII Analis Kesehatan Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat peenlitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Pasundan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017. B. Metode

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi

ABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi ABSTRAK Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak yang menempel pada gigi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang (volatile oils) yang merupakan ekstrak alami dari berbagai jenis tumbuhan (Gunawan, 2009).

Lebih terperinci

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA 1 Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA 5Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan komposisi ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Mona Agustina 2012, Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Mona Agustina 2012, Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI AIR PERASAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) DAN DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB GASTROENTERITIS AKUT (Escherichia coli) SECARA IN VITRO Mona

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS (Efficacy of Piper betle Linn Toward Subclinical Mastitis) MASNIARI POELOENGAN, SUSAN M.N. dan ANDRIANI Balai Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012 STUDI KUALITATIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN TANAMAN OBAT KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPEUYEUM

Lebih terperinci

Atiek Soemiati dan Berna Elya. Departemen Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Atiek Soemiati dan Berna Elya. Departemen Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia UJI PENDAHULUAN EFEK KOMBINASI ANTIJAMUR INFUS DAUN SIRIH (Piper betle L.), KULIT BUAH DELIMA (Punica granatum L.), DAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP JAMUR CANDIDA ALBICANS Atiek Soemiati

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental laboratorium untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper

Lebih terperinci

FELISIA ANITA NUHAN

FELISIA ANITA NUHAN SKRINING ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL TEMULAWAK, MENIRAN, KEMUKUS DAN BELUNTAS TERHADAP STAPHYLOCOCCUS AUREUS, ESCHERICHIA COLI DAN SALMONELLA TYPHI FELISIA ANITA NUHAN 2443011127 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiyono (2015, hlm 2) mengatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 2. Morfologi Tanaman Kecipir Gambar 1. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) Lampiran 2. (Lanjutan) A B Gambar 2. Makroskopik Daun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang penting dari kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu sendi kehidupan yang harus diketahui, ditindaklanjuti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal,bersifat komensal pada permukaan kulit dan membran mukosa saluran napas atas manusia. Bakteri ini diklasifikasikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) * Boesro Soebagio, Sri Soeryati, Fauziah K. Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan sediaan krim

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Staphylococcus aureus, buah andaliman, antibakteri.

ABSTRAK. Kata kunci: Staphylococcus aureus, buah andaliman, antibakteri. ABSTRAK Berbagai penyakit di rongga mulut disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Biasanya penyakit tersebut diobati dengan antibiotik, tetapi tidak selalu berhasil karena resisten terhadap beberapa antobiotik,

Lebih terperinci

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus ANTIMICROBIAL EFFECTS OF EXTRACT ETHANOL OF BETEL LEAF (Piper betle L.) AGAINST Streptococcus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Etnobotani 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan obat penyakit

Lebih terperinci

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO Ria Hervina Sari 1 ; Muhammad Arsyad 2 ; Erna Prihandiwati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan September sampai Desember 2013, bertempat di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. 62 Lampiran 1 Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara 1 Aleurites moluccana (L). Willd., (Kemiri) Menyuburkan rambut Pasar,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium (in vitro) menggunakan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Subyek Penelitin Subyek pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Desember 2014 bertempat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian : eksperimental laboratorik 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian : Laboratorium Biologi Oral FKG UI Waktu penelitian : Minggu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk membandingkan kemampuan antibakteri ekstrak etanol daun sirih merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Mikroflora yang terkandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak kulit nanas pada pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan cara

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PE ELITIA

BAB 4 METODE PE ELITIA BAB 4 METODE PE ELITIA 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian : eksperimental laboratorik 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian : Laboratorium Biologi Oral FKG UI Waktu penelitian : Minggu ke-4

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan 47 Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun binara (Artemisia vulgaris L.) Tumbuhan binara Daun segar tampak depan Daun segar tampak belakang 48 Lampiran 3. Gambar tumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Karena dalam penelitian mempunyai tujuan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada penghambatan pertumbuhan jamur (Candida albicans) dan tingkat kerusakan dinding

Lebih terperinci

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

mampu menghambat pertumbuhan bakteri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek terapeutik untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bagian tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu kelompok bakteri gram positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari flora normal kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

RIZKI SITI NURFITRIA

RIZKI SITI NURFITRIA RIZKI SITI NURFITRIA 10703058 EFEK ANTIOKSIDAN IN VITRO EKSTRAK BAWANG PUTIH, KUNYIT, JAHE MERAH, MENGKUDU, SERTA BEBERAPA KOMBINASINYA DAN EX VIVO EKSTRAK BAWANG PUTIH, KUNYIT, DAN KOMBINASINYA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Ristianti;Kusnanta;Marsono PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Nina Ristianti*, Jaka Kusnanta W.**, Marsono** ABSTRAK Plak gigi adalah suatu

Lebih terperinci