BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Konsep Konsumsi Konsumsi atau dalam bahasa Inggrisnya Consumption memiliki arti perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga keatas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan perbelanjaan tersebut (Eachern, 2001:490). Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004). Menurut Chaney (2003:54) konsumsi adalah tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat dipakai untuk mendirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Sedangkan menurut Braudrillard (2004:87), konsumsi adalah sistem yang menjalankan urutan tanda-tanda dan penyatuan kelompok sehingga konsumsi itu sekaligus sebuah moral system komunikasi dan struktur penukaran. Dengan konsumsi sebagai moral, maka akan menjadi fungsi sosial yang memiliki organisasi yang terstruktur yang kemudian memaksa mereka mengikuti paksaan sosial yang tak disadari. Dalam analisis makro ekonomi pengertian konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu: 1

2 1. Konsumsi rumah tangga yang merupakan unit ekonomi yang paling kecil. Rumah tangga konsumsi adalah penyedia jasa dari berbagai macam faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan skill atau keahlian. Biasanya faktor produksi yang dimiliki oleh rumah tangga akan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang ataupun jasa. Begitu pula sebaliknya, rumah tangga konsumsi akan menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Konsumsi pemerintah yang dalam hal ini dilaksanakan untuk menjalankan roda pemerintahan karena dalam pelaksanaan administrasinya pemerintah memerlukan sarana dan prasarana. Misalnya penggunaan kertas untuk kegiatan administrasi, para tenaga ahli untuk menetapkan dan menjalanlan kebijakan serta pemanfaatan energi listrik untuk penerangan dan menjalankan komputer. Secara umum, pola konsumsi merupakan susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Lebih jauh lagi, pola konsumsi adalah kebutuhan manusia baik dalam bentuk benda maupun jasa yang dialokasikan selain untuk kepentingan pribadi juga untuk kepentingan rumah tangga yang didasarkan pada tata hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki yang sifatnya terelisasi sebagai kebutuhan primer dan sekunder (Anindita, 2013). Apabila suatu keluarga membeli peralatan rumah seperti meja makan dan tempat tidur maka pengeluaran ini digolongkan sebagai konsumsi rumah tangga. 2

3 Dan apabila pemerintah membeli kertas, alat tulis dan peralatan kantor, pengeluaran seperti ini digolongkan kepada konsumsi pemerintah (Sukirno, 2000). Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagai tindakan manusia baik secara langsung atau tak langsung untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (utility) suatu benda pada pemuasan terakhir dari kebutuhannya (Sigit dan Sujana, 2007:115). Menurut Mankiw (2006:11) konsumsi sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, kendaraan dan perlengkapan dan barang tidak tahan lama seperti makanan dan pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit, termasuk pendidikan. Jadi dapat disimpulkan konsumsi adalah segala proses tindakan ataupun penggunaan barang dan jasa yang berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari agar mencapai suatu titik kepuasan Teori Konsumsi a. Teori Keynes Teori konsumsi yang dikemukakan oleh JM. Keynes ditunjukkan dalam bukunya The General Theory Of Employment, Money, and Interest yang pertama kali terbit pada tahun Dalam bukunya Keynes mengungkapkan suatu teori konsumsi yang disebut teori pendapatan asbsolut tentang konsumsi (absolute income theory of consumption) atau lebih dikenal dengan hipotesis pendapatan absolut. Teori tersebut mengatakan apabila pendapatan mengalami 3

4 kenaikan, maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang kecil. (Nanga, 2005:109). Beberapa ciri fungsi konsumsi menurut Keynes antara lain: 1. Penentu utama dari konsumsi adalah tingkat pendapatan, sedangkan tingkat suku bunga dianggap tidak mempengaruhi besarnya konsumsi. 2. Kecenderungan Mengkonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume)- pertambahan konsumsi akibat kenaikan pendapatan sebesar satu satuan. Besrnnya MPC adalah antara nol dan satu. Dengan kata lain MPC adalah pertambahan atau perubahan konumsi ( C) yang dilakukan masyarakat sebagai akibat pertambahan atau peribahan pendapatan disposable atau pendapatan yang siap dibelanjaakan ( Y). Nilai MPC dihitung dengan menggunakan rumus: MPC = C/ Y 3. Rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut dengan Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume), turun ketika pendapatan naik, dengan demikian APC menurun dalam jangka panjang dan MPC lebih kecil dari pada APC. APC atau Average Propensity to Consume adalah total konsumsi dibagi dengan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income). Dalam bentuk rumus, APC dapat ditulis sebagai berikut : APC = C/Δ Yd. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa fungsi konsumsi menggambarkan sifat hubungan diantara fungsi konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional atau pendapatan disposable perekonomian tersebut. Dalam ciri-ciri fungsi konsumsi dinyatakan bahwa 4

5 Average Propensity to Consume (APC) mengukur pendapatan disposibel yang diinginkan oleh rumah tangga untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. Marginal Propensity to Consume (MPC) mengukur setiap pertambahan pendapatan disposibel yang diinginkan oleh rumah tangga untuk dibelanjakan sebagai konsumsi dan akan menentukan kecondongan fungsi konsumsi (Prasetyo, 2011). Secara umum teori konsumsi merupakan jumlah dari konsumsi dan tabungan. Apabila jumlah pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pengeluaran konsumsi, maka diperlukan pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga atau tanggungan, pendidikan formal kepala keluarga. Untuk mendukung pernyataan tersebut, telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi keluarga. Teori Engel s menyatakan bahwa: semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan (Sumarwan, 1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentase pengeluaran untuk bukan makanan. b. Teori Friedman Menurut teori Friedman tentang teori konsumsi dengan pendapatan permanen seperti yang terdapat dalam bukunya yang berjudul A Theory of Consumption Function, adalah pengeluaran konsumsi sekarang (current 5

6 consumption) bergantung pada pendapatan sekarang (current income) dan pendapatan yang diperkirakan dimasa yang akan datang (anticipated future income) (Nanga, 2005:119). Pendapatan permanen akan meningkat bila individu menilai kualitas dirinya (human wealth) makin baik, mampu bersaing dipasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan upah atau gaji (expected labour income) makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga akan meningkat jika individu menilai kekayaannya (non human wealth) meningkat. Sebab dengan kondisi seperti itu pendapatan non upah (nonlanbour income) diperkirakan juga meningkat (Rahardja dan Manurung, 2008). Menurut Rahardja dan Manurung (2008:50-51) hipotesis pendapatan permanen, tingkat konsumsi seseorang pada suatu waktu tertentu bukan ditentukan oleh pendapatan yang sebenarnya diterima pada waktu tersebut tetapi oleh pendapatan permanen pada waktu tersebut. Ada beberapa faktor yang menentukan pendapatan permanen yaitu : 1. Tingkat suku bunga (rate of interest) 2. Jumlah relatif pendapatan dari physical assets dan pendapatan tenaga kerja 3. Rasio antara human dan nonhuman wealth 4. Preferensi rumah tangga untuk konsumsi langsung dihubungkan dengan keinginan untuk menambah stok kekayaan Pendapatan saat ini tidak terlalu sama dengan pendapatan permanen, kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar dari pada pendapatan permanen dan begitupun sebaliknya. Hal yang menyebabkannya adalah adanya pendapatan yang tidak permanen, yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut 6

7 dengan pendapatan transitori (transitory income) yaitu perbedaan antara pendapatan yang diterima pada masa kini dengan pendapatan permanen pada periode sebelumnya (Rahardja dan Manurung, 2008). Salah satu tujuan penting dari hipotesis pendapatan permanen adalah untuk menerangkan mengapa dalam data cross-section nilai Average Propensity to Consume (APC) semakin menurun apabila pendapatan meningkat, manakala dalam data time-series nilai Average Propensity to Consume (APC) adalah tetap. c. Teori Gary S. Becker Seseorang dengan melalui investasi pada dirinya sendiri, ia dapat memperluas kemungkinan untuk meningkatkan kesejahteraanya. Maka orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki kemungkinan kesejahteraan lebih besar dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Besaran investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan produktivitas menjadi lebih tinggi. Dengan demikian, akan membawa keuntungan dan kesejahteraan yang besar. Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan pedagang canang yang sebagian besar berpendidikan rendah. Dengan demikian, mereka lebih memilih untuk bekerja di sektor informal sebagai pedagang canang karena tidak memerlukan jenjang pendidikan yang tinggi Konsep Tingkat Pendidikan serta Hubungannya Terhadap Pengeluaran Konsumsi Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat yang telah dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Hal tersebut merupakan landasan yang kuat bagi pemerintah untuk 7

8 mencanangkan program wajib belajar. Menurut Atmanti (2005:31), ada beberapa faktor yang menyebabkan diperlukannya pengembangan tingkat pendidikan dalam usaha membangun suatu perekonomian, yaitu : 1. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau mengambil keputusan. 2. Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuanpengetahuan teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan-perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya. Program pendidikan tidak selamanya harus terselenggara di lingkungan sekolah, tetapi juga berkelanjutan seperti kursus-kursus, pelatihan kerja, pendidikan dalam jabatan dan sejenisnya. Menurut Sastrohadiwiryo (2002 : 200) berdasarkan sifatnya pendidikan dibagi menjadi : 1. Pendidikan umum, yaitu pendidikan yang dilaksanakan didalam dan diluar sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dengan tujuan mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pengetahuan umum. 2. Pendidikan kejuruan, yaitu pendidikan umum yang direncanakan untuk mempersiapkan para peserta pendidikan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang kejuruannya. Banyak studi telah memperlihatkan bahwa pendidikan memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Mereka yang terdidik akan lebih cepat 8

9 menyerap informasi dan menerapkan pengembangan yang terbaru sehingga mereka menjadi lebih produktif (Bendesa, 2005:5) Konsep Pendapatan Suami serta Hubungannya Terhadap Pengeluaran Konsumsi Pendapatan suami merupakan peranan yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan untuk wanita berstatus menikah apakah harus bekerja atau tidak. Menurut Sumarsono (2003) menjelaskan bahwa keluarga dengan penghasilan besar, relatif terhadap biaya hidup cenderung memperkecil jumlah anggota keluarga untuk bekerja, sedangkan keluarga yang biaya hidupnya relatif sangat besar pada penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota untuk masuk dalam dunia kerja. Tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja memiliki hubungan yang negatif dalam tingkat pendapatan atau penghasilan suami (Damayanti, 2011). Dalam hal ini apabila pendapatan suami mengalami peningkatan, maka akan berbanding terbalik atau menurun terhadap tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja. Karena wanita dengan menyandang status pernikahan adalah tenaga kerja ekstra yang akan memasuki dunia kerja apabila pendapatan suami mereka mengalami penurunan yang disebabkan oleh hal-hal tertentu sehingga pengeluaran akan kebutuhan rumah tanggapun akan semakin meningkat Konsep Umur serta Hubungannya Terhadap Pengeluaran Konsumsi Umur memiliki hubungan terhadap responsibilitas seseorang akan pengeluaran konsumsinya. Semakin meningkatnya umur, maka akan semakin bertambah pula kebutuhan hidupnya. Menurut Mantra (2003:24) komposisi 9

10 penduduk yang sering digunakan untuk menganalisis perencanaan pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis makanan. Umur dapat digunakan untuk mengelompokkan penduduk menurut umur muda dan umur tua. Jika penduduk umur dibawah 15 tahun mencapai 40 persen atau lebih dari jumlah seluruhnya maka wilayah tersebut dianggap penduduk muda. Sebaliknya apabila penduduk disebut penduduk tua jika berusia 65 tahun keatas diatas 10 persen dari jumlah penduduk. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja, dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Berdasarkan dua golongan penduduk ini, maka dapat dihitung besarnya rasio beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah penduduk 0 14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk golongan tua dengan jumlah penduduk berumur tahun (Arsyad, 2010:339). Di usia 0 tahun hingga berusia tertentu dimana belum bisa menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia mengalami dissaving yaitu berkonsumsi tetapi belum dapat menghasilkan pendapatan sendiri yang lebih besar dari pengeluaran konsumsinya. Yang kedua dimulai saat usia kerja sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua. Ia akan mengalami saving, yang terkakhir yaitu pada tahap ketika seseorang berusia tua dan tidak mampu menghasilkan pendapatan sendiri, ia mengalami dissaving lagi. Teori ini dinamakan masa dan siklus hidup. 10

11 2.1.6 Konsep Jumlah Tanggungan serta Hubungannya Terhadap Pengeluaran Konsumsi Jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga terutama dari perihal pengeluaran konsumsi. Semakin banyaknya anggota keluarga makan akan semakin meningkat jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit jumlah anggota keluarganya maka kebutuhan semakin berkurang karena setiap masing-masing individu memiliki kebutuhan sendiri yang berbeda-beda. Menurut Biro Pusat Statistik (2005) jumlah tanggungan adalah banyaknya anak atau anggota yang menjadi tanggungan rumah tangga pekerja wanita yang tinggal bersama dalam satu rumah serta makan dalam satu dapur, diukur dalam satuan orang. Salah satu alasan utama bagi para ibu rumah tangga untuk turun tangan dalam membantu suami bekerja agar memperoleh penghasilan tambahan adalah dikarenakan jumlah tanggungan keluarga yang cukup besar. Harwati dalam Nuning (2008:26) mengatakan bahwa pada keluarga miskin jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap pendapatan perempuan. Menurut Mantra (2003:16) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari- 11

12 hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua). Banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga juga berpengaruh pada waktu kerja kepala rumah tangga dalam mencari nafkah. Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga mengakibatkan kepala rumah tangga cenderung meningkatkan waktunya untuk bekerja, begitu pula sebaliknya (Larasaty, 2003:47). Makin banyaknya jumlah tanggungan keluarga berarti beban ekonomi yang ditanngung oleh keluarga tersebut semakin berat. Maka dari itulah kondisi yang seperti ini membuat wanita pelaku rumah tangga memacu semangat agar bekerja lebih giat untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar keluarganya Konsep Jumlah Produksi serta Proporsi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Produksi merupakan suatu kegiatan yang memiliki keterkaitan antara barang dan jasa. Istilah produksi pun sering dikaitkan dengan pabrik, mesin, ataupun benda lainnya. Menurut Miller (2000) bahwa pengertian produksi yaitu sebagai penggunaan atau sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama. Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income). Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor 12

13 produksi lain. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya (Silli, 2008). Dalam hal ini, hasil produksi yang dimaksudkan adalah pendapatan. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno, 2004). Selain itu pendapatan juga memiliki arti sebagai kenaikan kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilities atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas (Antonio, 2001). Pola konsumsi keluarga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya penghasilan serta lingkungan sosialnya. Dalam keluarga berpenghasilan rendah, hampir seluruh penghasilan habis untuk kebutuhan primer khususnya makanan. Jika penghasilan keluarga bertambah, jumlah pengeluaran untuk konsumsi primer memang bertambah tetapi persentasenya berkurang. Gejela ini disebut dengan nama Hukum Engel (Gilarso, 2004:77) Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Mengkaji hasil penelitian sebelumnya membantu peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu, dengan mempelajari hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman 13

14 yang lebih terhadap peneliti. Oleh karena itu, di bagian berikut akan diterangkan beberapa hasil penelitian terdahulu. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin (2012) dengan judul Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan berpengaruh secara simultan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dan deteksi multikolinieritas, deteksi heteroskedastisitas, deteksi normalitas, uji t, uji F, serta uji R 2. Hasil dari pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 5 persen menunjukkan bahwa pendapatan,jumlah anggota keluarga dan pendidikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar. Hal ini terbukti dari nilai F-hitung (47,501) lebih besar dari F tabel (2,71). Besarnya pengaruh kedua variabel terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar ditunjukkan dengan R Square = 0,624 yang berarti bahwa pola konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar dipengaruhi oleh pendapatan dan jumlah anggota keluarga sebesar 62,4 persen dan sisanya 37,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pola 14

15 konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan (2,255), t-hitung jumlah anggota keluarga (2,168) dan t-hitung pendidikan (8,496) lebih besar dari t-tabel (1,663) sehingga variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Gianyar. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Anastia (2014) yang berjudul Kontribusi Pendapatan Pedagang Buah Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga (Studi Kasus: Pedagang Buah di Pasar Badung Kota Denpasar). Tujuan dari penelitian tersebut adalah seberapa besar kontribusi pendapatan pedagang buah dan bagaimana pengaruhnya pendapatan pedagang buah, pendapatan suami, jumlah anggota keluarga terhadap pengeluaran rumah tangga pedagang buah di Pasar Badung. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui persentase kontribusi pendapatan pedagang buah terhadap pengeluaran rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, deteksi multikolinieritas, deteksi heteroskedastisitas, deteksi normalitas, uji t, uji F dan uji R 2. Hasil dari pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 5 persen menunjukkan bahwa pendapatan pedagang buah, pendapatan suami dan jumlah anggota keluarga berpengaruh serempak terhadap pengeluaran rumah tangga pedagang buah. Hal ini terbukti dari nilai F-hitung (24,636) lebih besar dari F tabel (2,75). Besarnya pengaruh ketiga variabel terhadap pengeluaran rumah 15

16 tangga ditunjukkan dengan R Square = 0,53 yang berarti bahwa pengeluaran rumah pedagang buah di Pasar Badung dipengaruhi oleh pendapatan pedagang buah, pendapatan suami dan jumlah anggota keluarga sebesar 53 persen dan sisanya 47 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan pedagang buah, pendapatan suami dan jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran rumah pedagang buah. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan pedagang buah (4,535), t- hitung pendapatan suami (3,610), dan t-hitung jumlah anggota keluarga (4,097) lebih besar dari t-tabel (1,671) sehingga variabel pendapatan pedagang, pendapatan suami dan jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran rumah tangga pedagang buah di Pasar Badung. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdiani (2015) mengenai Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan Terhadap Konsumsi Ikan di Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji karakteristik sosial ekonomi dan menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi (pendapatan rumah tangga, harga ikan, harga barang lain, tingkat pendidikan ibu, jumlah tanggungan keluarga dan umur) keluarga nelayan terhadap konsumsi ikan di Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda, dan uji asumsi klasik. Hasil dari 16

17 pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 10 persen menunjukkan bahwa variabel independen (pendpatan rumah tangga, harga ikan, harga ayam, harga telur, umur, dan jumlah tanggungan keluarga) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (konsumsi ikan). Hal ini terbukti dari nilai F-hitung (12,041) lebih besar dari F tabel (3,01). Besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ditunjukkan dengan R Square = 0,629 yang berarti bahwa konsumsi ikan di Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara sebesar 62,9 persen dan sisanya 37,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan rumah tangga, harga ikan, harga ayam, harga telur, umur dan jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi sedangkan variabel harga daging dan pendidikan ibu tiak berpengaruh signifikan. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan rumah tangga (2,926), t-hitung harga ikan (4,941) dan t-hitung harga telur (2,704) lebih besar dari t-tabel (2,648) dengan taraf nyata (α) = 1 persen. Pada variabel jumlah anggota dengan taraf nyata (α) = 5 persen, diperoleh hasil t-hitung (2,535) lebih besar dari t-tabel (1,994) berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi ikan. Pada variabel harga ayam dan umur dengan taraf nyata (α) = 10 persen, diperoleh hasil t- hitung harga ayam (2,704) dan t-hitung umur (0,084) lebih besar dari t- 17

18 tabel (1,667), berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi ikan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nababan (2013) mengenai Pendapatan dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependidikan Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan anggota keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika dan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square). Selain itu juga menggunakan deteksi multikolinieritas, deteksi heteroskedastisitas, deteksi autokorelasi, uji t, uji F dan uji R 2. Hasil dari pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 1 persen menunjukkan bahwa pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh serempak terhadap pola konsumsi. Hal ini terbukti dari nilai F-hitung (779,8167) lebih besar dari F tabel (2,60). Besarnya pengaruh kedua variabel terhadap pola konsumsi ditunjukkan dengan R Square = 0, yang berarti bahwa pola konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado dipengaruhi oleh pendapatan dan jumlah tanggungan sebesar 96,4 persen dan sisanya 3,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak 18

19 dimasukkan dalam model. Dari hasil pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan dan jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pola konsumsi. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan (35,85195) dan t-hitung jumlah tanggungan (2,814236) lebih besar dari t-tabel (2,39357) sehingga variabel pendapatan dan jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pola konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Rinawati (2014) mengenai Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Masyarakat Tani Padi Sawah di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbandingan tingkat konsumsi dan pendapatan dan Mengkaji kecenderungan tingkat mengkonsumsi Masyarakat Tani Padi Sawah Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, uji t, uji F dan uji R 2. Hasil dari pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 5 persen menunjukkan bahwa pendapatan berpengaruh serempak terhadap konsumsi masyarakat tani. Hal ini terbukti dari nilai F- hitung (353,47) lebih besar dari F tabel (4,20). Besarnya pengaruh variabel terhadap konsumsi masyarakat ditunjukkan dengan R Square = 0,924 yang berarti bahwa konsumsi masyarakat tani di Desa Karawana dipengaruhi oleh pendapatan sebesar 92,4 persen dan sisanya 7,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Dari hasil 19

20 pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat. Hal ini terbukti dari t-hitung pendapatan lebih besar dari t-tabel sehingga variabel pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat tani padi sawah di Desa Karawana Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. 2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya, maka dapa diajukan hipotesis sebagai berikut. 1. Tingkat pendidikan, pendapatan suami, umur, jumlah tanggungan, dan jumlah produksi secara simultan berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi pedagang canang di pasar tradisional Kecamatan Denpasar Barat. 2. Tingkat pendidikan, pendapatan suami, umur, jumlah tanggungan, dan jumlah produksi secara parsial berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi pedagang canang di pasar tradisional Kecamatan Denpasar Barat. 20

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak BAB II y TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak melainkan pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu keluarga. Keluarga-keluarga

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi

Lebih terperinci

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA Abstract This study aims at analysing what factors determine consumption pattern in Nagan Raya. Secondary data used in the study

Lebih terperinci

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak Judul :Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli (Studi Kasus di Pasar Kidul Kecamatan Bangli) Nama : I Gusti Ayu Made

Lebih terperinci

Consumption - Saving - Investment

Consumption - Saving - Investment Consumption - Saving - Investment 1 Unsur yang mempengaruhi turun naiknya tingkat pendapatan nasional : Consumption atau Konsumsi (C) Saving atau Tabungan (S) Investment atau Investasi (I) 2 Pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1986-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NIKEN AMBARWATI B300100040 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sebagian besar masih berdomisili di daerah pedesaan, dan sebagian lagi didaerah perkotaan. Di daerah perkotaan biasanya banyak diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Inggris (consumption), berarti pembelanjaan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Inggris (consumption), berarti pembelanjaan yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang diindonesiakan dari bahasa Inggris (consumption), berarti pembelanjaan yang dilakukan untuk rumah tangga ke atas barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TEORI KONSUMSI BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan Hubungan antara konsumsi dan pendapatan Pada saat pendapatan rendah, rumah tangga mengorek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) BAB 2 Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana) Perekonomian tertutup merupakan perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan negara lain (seperti ekspor, transaksi impor, transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah

Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah 5. Model Keseimbangan Pengeluaran dengan Campur Tangan Pemerintah Mengapa Anda Perlu Tahu Kita tulis kembali krisis yang melanda Indonesia tahun 1997 sebagai momentum memasukkan peran pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategis karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1995-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN 2001 2015 Oleh: Lastri Apriani Nurjannah 133401016 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi (Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009

ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 ANALISIS PENGELUARAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008 DAN 2009 Taryono dan Hendro Ekwarso Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU Nursiah Chalid Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru - Pekanbaru 28293 ABSTRAKSI Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian tiga sektor, campur tangan pemerintah tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga

Lebih terperinci

Andri Wijanarko,SE,ME

Andri Wijanarko,SE,ME Andri Wijanarko,SE,ME Andri_wijanarko@yahoo.com 2 A.Pengeluaran Pemerintah B. Pengeluaran Rumah tangga 3 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Konsumsi 210,260,292 223,820,060 235,432,864 254,791,295

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran, variabel ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Industri Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua kegiatan produksi yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota 41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum dari variabel penelitian yang digunakan Analisis diskriptif bersifat pemaparan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI SERTIFIKASI PADA TINGKAT KONSUMTIF GURU RA DI KECAMATAN GAMPENGREJO

BAB IV ANALISIS IMPLIKASI SERTIFIKASI PADA TINGKAT KONSUMTIF GURU RA DI KECAMATAN GAMPENGREJO BAB IV ANALISIS IMPLIKASI SERTIFIKASI PADA TINGKAT KONSUMTIF GURU RA DI KECAMATAN GAMPENGREJO A. Analisis Pendapat Informan Mengenai Adanya Sertifikasi Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1980-2006 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, oleh karena itu harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dapat di artikan sebagai proses transpormasi ekonomi, ketenagakerjaan, sosial, budaya dan politik masyarakat tradisional ke arah struktur ekonomi modern

Lebih terperinci

Analisis Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Jawa Timur

Analisis Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Jawa Timur Analisis Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Jawa Timur Rohmaniyah dan Slamet Subari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan luar negeri, karena perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci