Ekonomi Penggunakan A7at Pengering Tipe Sirkular di Perkebunan RajamandaTa, PTP XI1 Bandung. Dibawah bimbingan Ir. A Kohar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ekonomi Penggunakan A7at Pengering Tipe Sirkular di Perkebunan RajamandaTa, PTP XI1 Bandung. Dibawah bimbingan Ir. A Kohar"

Transkripsi

1

2 Erniaty Herlinda. F Studi Konsumsi Energi dan Ke7ayakan Ekonomi Penggunakan A7at Pengering Tipe Sirkular di Perkebunan RajamandaTa, PTP XI1 Bandung. Dibawah bimbingan Ir. A Kohar Irwanto,MSc dan Dr.Ir. Armansyah H. Tambunan. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi ekspor perkebunan Indonesia yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu cara untuk meningkatkan ekspor adalah meningkatkan mutu kakao. Di Perkebunan Rajamandala, pengeringan sebagian besar dilakukan dengan alat pengering sirkular. Penggunaan e- nergi terbesar pada alat pengering sirkular adalah untuk pemanasan. Sumber energinya adalah kayu bakar yang perse- diaannya terbatas. Untuk itu perlu dipikirkan usaha- usaha penghematan energi. Tujuan dari percobaan ini adalah: untuk menghitung konsumsi energi, kehilangan panas dan efisiensi alat serta mencari biaya pokok pengeringan dan menganalisa kelayakan ekonomi. Konsumsi energi dihitung dari jumlah energi yang terpakai oleh input energi lalu dikonversikan menjadi kilojoule perjam menggunakan nilai kalornya. Beban pemanasan adalah banyaknya panas yang pindah ke lingkungan. Efisiensi energi didapat dari perbandingan antara output energi dengan input energi. Efisiensi akan diukur

3 pada tiga bagian alat pengering sirkular yaitu tungku, pipa penyalur dan bak pengering secara terpisah kemudian dicari efisiensi total dari sistem pengering. Untuk mencari biaya pokok pengeringan, dicari biaya tetap, biaya tidak tetap dan kapasitas alat. Analisa kelayakan menggunakan metode NPV, B/C Ratio dan IRR. Pengujian proses pengeringan biji kakao dilakukan sebanyak tiga kali yaitu: uji 1 dilakukan pada proses pengeringan 7073 kg kakao basah pada satu bak pengering dengan waktu pengeringan 29 jam dan diperoleh 2530 kg kakao kering, uji 2 dilakukan pada proses pengeringan 8757 kg kakao basah pada dua bak pengering dengan waktu pengeringan 28 jam dan dipoleh hasil 3294 kg kakao kering, dan uji 3 dilakukan pada proses pengeringan kg kakao basah pada dua bak pengering dengan waktu pengeringan 36 jam dan diperoleh 4160 kg kakao kering. Jumlah energi kayu balcar adalah: 29933,965 kj/kg atau ,41 kj/jam(uji I), 22991,175 kj/kg atau ,SG kj/jam (uji 2) dan 22903,07 kj/kg atau ,56 kj/jam (uji 3). Jumlah energi listrik adalah: 62,6 kj/kg atau 5462 kj/jam (uji I), 48,l kj/kg atau 5657 kj/jam (uji 2) dan 60,6 kj/kg atau 7000 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas pada tungku rata-rata adalah: 27111,22 kj/jam (uji l), 27192,37 kj/jam (uji 2) dan 32911,08 kj/jam (uji 3).

4 Kehilangan panas infiltrasi 1 rata-rata adalah: ,39 kj/jam (uji I), ,631 kj/jam (uji 2) dan ,123 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas infiltrasi 2 rata-rata adalah: 16954,481 kj/jam (uji I), 10071,972 kj/jam (uji 2) dan 20177,844 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada pipa penyalur A adalah: 336,574 kj/jam (uji 1), 366,637 kj/jam (uji 2) dan 364,2 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada pipa penyalur B adalah 360,454 kj/jam (uji 2) dan 370,418 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas rata-rata pada bak pengering A adalah: 841,373 kj/jam (uji I), 611,837 kj/jam (uji 2) dan 884,81 kj/jam (uji 3). Kehilangan panas pada bak pengering B adalah 561,856 kj/jam (uji 2) dan 601,587 kj/jam (uji 3). Efisiensi rata-rata pada tungku adalah: 75,87% (uji I), 66,63% (uji 2) dan 66,08% (uji 3). Hasil uji statis- tik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pada pipa penyalur A adalah: 55,01% (uji I), 65,99% (uji 2) dan 62,75% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata- rata pada pipa penyalur B adalah: 67,36% (uji 2) dan 62,75% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pemanasan udara pengering pada bak pengering A adalah: 76,47% (uji 1), 51,68% (uji 2)

5 dan 63,012 (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda nya- ta pada taraf alpha 5%. Efisiensi rata-rata pemanasan udara pengering pada bak pengering B adalah: 49,73% (uji 2) dan 57,98% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata penggunaan panas untuk menguapkan air pada bak pengering A adalah: 73,95% (uji I), 72,03% (uji 2) dan 74,86% (uji 3). Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi rata-rata pengqunaan panas untuk menguapkan air pada bak pengering B adalah: 67,49% (uji 2) dan 69,35% (uji 3 Hasil uji statistik adalah beda tidak nyata. Efisiensi total dari sistem pengering sirkular ada- lah: 11% (uji I), 13,2% (uji 2) dan!5,16% (uji 3). sil uji statistik adalah beda nyata. Ha- Biaya pokok pengeringan (Rp/kg kakao kering) adalah: 232,67 (tahun ke O), 140,72 (tahun k.2 l), 133,12 (tahun ke 2), 136,39 (tahun ke 3), 142,951 (tahun ke 4) dan 128,83 (tahun ke 5-10). Nilai NPV adalah Nilai nett B/C ratio adalah 2,2. IRR 64,76%. Berlaku untuk pengeringan ratarata 12 ton dengan waktu pengeringan rat:a-rata 35 jam.

6 STUD1 KONSUMSI ENERGI DAN KELAYAKAN EKONOMI PENGGUNAAN ALAT PENGERING TIPE SIRKULAR DI PERKEBUNAN RAJAMANDALA, PTP XI1 BANDUNG SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor oleh : Erniaty Herlinda F JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: VONNY SETIARIES JOHAN F 31.0208 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208.

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PTP NUSANTARA VIII PERKEBUNAN BATULAWANG CIAMIS, JAWA BARAT. Oleh : RANING MASADA F

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PTP NUSANTARA VIII PERKEBUNAN BATULAWANG CIAMIS, JAWA BARAT. Oleh : RANING MASADA F AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PTP NUSANTARA VIII PERKEBUNAN BATULAWANG CIAMIS, JAWA BARAT Oleh : RANING MASADA F14103015 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN 64 BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN a. Beban Pengeringan Dari hasil perhitungan rancangan alat pengering ikan dengan pengurangan kadar air dari 7% menjadi 1% dari 6 kg bahan berupa jahe dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.)

ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT / MESIN UNTUK PENGOLAHAN BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) Oleh : Dr. Ir. Santosa, MP Lektor Kepala pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang 2008 Beberapa

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KINERJA PENGERING KOPI TIPE VIS. Oleh : DONNY HAMONANGAN SINAGA F

KINERJA PENGERING KOPI TIPE VIS. Oleh : DONNY HAMONANGAN SINAGA F KINERJA PENGERING KOPI TIPE VIS Oleh : DONNY HAMONANGAN SINAGA F 31.0068 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Donny Hamonangan Sinaga, F31.0068. Kinerja Pengering Kopi Tipe

Lebih terperinci

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna RBHGANGAH DAM UBI TEKNIS RUAWG PEHGERING eabkb YlPE BAK VERTIKAL BERKISI -KI%I GARDA "193 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAM BOGOR

Lebih terperinci

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna

For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna For my parents, my brother and sisters, and Jovi ta Sutrisna RBHGANGAH DAM UBI TEKNIS RUAWG PEHGERING eabkb YlPE BAK VERTIKAL BERKISI -KI%I GARDA "193 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAM BOGOR

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Technical Paper Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Performance of Cassava Chip Drying Sandi Asmara 1 dan Warji 2 Abstract Lampung Province is the largest producer of cassava in Indonesia. Cassava has a

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANS! ALAT PENGERING TlPE BAK UNTUK PENGERIHGAH PAPAIN

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANS! ALAT PENGERING TlPE BAK UNTUK PENGERIHGAH PAPAIN MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANS! ALAT PENGERING TlPE BAK UNTUK PENGERIHGAH PAPAIN Oleh 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN IHSTITUT PERTANIAN BOGOR BO'GOR KIKIN IS SUGIARNO. F25. 1233. Modifikasi dan Uji Performansi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ELWINSYAH SITOMPUL

Lebih terperinci

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH OJeh BAMBANG OWl ARGO F 17. 0721 1984 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG 0 R Bambang Dlli Argo. F 17.0721.

Lebih terperinci

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH OJeh BAMBANG OWl ARGO F 17. 0721 1984 FAKUL TAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG 0 R Bambang Dlli Argo. F 17.0721.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi yang cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, diantaranya sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT Oleh : M. Yahya Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak Provinsi Sumatera Barat memiliki luas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)

RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) RANCANG BANGUN DAN KAJIAN SISTEM PEMBUANGAN PANAS DARI RUANG PENDINGIN SISTEM TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGINAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh : PERI PERMANA F14102083 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta Kupersembahkan kepada ayah bunda tercinta WAMCANGRN DAN UJi TEMNIS RUANG PENGEWlMG GABAH TBPf 5Alb VERTigAL PADA MAT PENGEWlMG GABAH BENGAN S PAWAS SEKAM DAN KIPAS PENGH oleh EDDY KUSIFdlAbViJAYA F. 15

Lebih terperinci

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta

Kupersembahkan kepada. ayah bunda tercinta Kupersembahkan kepada ayah bunda tercinta WAMCANGRN DAN UJi TEMNIS RUANG PENGEWlMG GABAH TBPf 5Alb VERTigAL PADA MAT PENGEWlMG GABAH BENGAN S PAWAS SEKAM DAN KIPAS PENGH oleh EDDY KUSIFdlAbViJAYA F. 15

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS Tugas Akhir Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD QURTHUBI ASHSHIDDIEQY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN ENERGI

KESETIMBANGAN ENERGI KESETIMBANGAN ENERGI Soal 1 Tentukan panas spesifik dengan persamaan Siebel dari sari buah dengan jumlah padatan 45%. Jawaban : 2679,5 J / (kg.k) c avg = 837,36 (0,45) + 4186,8 (0,55) Soal 2 Lima kg es

Lebih terperinci

Oleh AT0 SUNARTO F

Oleh AT0 SUNARTO F Oleh AT0 SUNARTO F 24. 0067 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PEHTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ato Sunarto. F 240067. Uji Performansi Aiat Penyuling Minyak Atsiri dengan Menggunakan Metode Uap Langsung pada

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BlJl KAKAO KERING Dl KEBUN RAJAMANDALA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA Vlll BANDUNG, JAWA BARAT OLEH :

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BlJl KAKAO KERING Dl KEBUN RAJAMANDALA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA Vlll BANDUNG, JAWA BARAT OLEH : I-. d AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI BlJl KAKAO KERING Dl KEBUN RAJAMANDALA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA Vlll BANDUNG, JAWA BARAT OLEH : IRWAN SYARANI F 29.0017 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

Bunda, Fatia, Mas Hamid dan ayah (almarhum)

Bunda, Fatia, Mas Hamid dan ayah (almarhum) Barang siapa bertakwa kepada ALLAH niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Yaa Allah, masukkanlah aku secara benar dan keluarkanlah (pula) aku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembangunan pertanian dari segi komoditi terutama bersumber pada kenyataan peranan yang besar dari komoditi itu secara nasional atau bagi satu daerah tertentu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Anonim. 2002a. Rekayasa Alat dan Mesin Pemasta Coklat Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Kakao. Laporan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DATA

BAB IV PERHITUNGAN DATA BAB IV PERHITUNGAN DATA 4.1. Perhitungan Metode Masukan-Keluaran 4.1.1. Entalpi uap keluar ketel Beban 50 MW Entalpi dari uap memiliki tekanan sebesar 1,2 Mpa berdasarkan data yang diketahui, maka harga

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis dan Klasifikasi Ketel Uap Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada ujung pangkalnya seperti pada gambar 2.1 dan dalam perkembangannya dilengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT

ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT ANALISIS KONSUMSO ENERGI PADA PROSES PENGOLAMAN KELAPA SAWIT Di PABWIK KELAPA SAWtT (Pf(S1 KERTAJAYAr PTP. XI, BANTEN SELATAN Oleh IKA SAPTO MUSTII

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metodologi Penelitian Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di kawasan Kabupaten Bangli, belum terintegrasi dan tersinkroninasi antar subsistem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM Oleh : SAMcrRI F01495005 1999 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FAICULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM. Oleh : SAMcrRI F ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PENGERJNG TEROWONGAN ENERGI SURYA RANCANGAN HOHENHEJM Oleh : SAMcrRI F01495005 1999 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FAICULTAS

Lebih terperinci

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur)

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur) ANALISA KELAYAKAN PELAKSANAAN * PEREMAJAAN KARET (Studi Kasus di Kebun Sumber Tengah-PTP XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur) Oleh ROSYIDA A 23. 0349 PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN

Lebih terperinci

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu .(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana, '' Haha Suei Allah Yang di tangan-nyalah segala kerajaan, dan Dia Haha Kuasa atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku - kepada Ayahanda tercinta yang telah jauh di alam sana,

Lebih terperinci

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana,

segala kerajaan, dan Dia Haha atas segala sesuatu .(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku kepada Ayahanda tercinta telah jauh di alam sana, '' Haha Suei Allah Yang di tangan-nyalah segala kerajaan, dan Dia Haha Kuasa atas segala sesuatu ".(QS A1 Hulk :1) Kupersemhahkan sebagai baktiku - kepada Ayahanda tercinta yang telah jauh di alam sana,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi TURBO Vol. 5 No. 2. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan dengan Hotpress

Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan dengan Hotpress LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan dengan Hotpress 1. Data Neraca Massa Proses Penggilingan Ulangan massa awal massa akhir massa yang hilang 1 2.10 2.10 0

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1*

PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO. M Denny Surindra 1* Prosiding SNATIF Ke- Tahun 0 4 ISBN: 978-60-80-04-4 PEMBUATAN BOILER BERBAHAN BAKAR SERBUK BATU BARA MENGGUNAKAN PROSES PEMBAKARAN CYCLO M Denny Surindra * Program Studi Teknik Konversi Energi, Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bahan Eksperimen Dalam penelitian ini yang menjadi sampel eksperimen atau bahan penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang merupakan ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur)

XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur) ANALISA KELAYAKAN PELAKSANAAN * PEREMAJAAN KARET (Studi Kasus di Kebun Sumber Tengah-PTP XXlX Kabupaten Jember- Jawa Timur) Oleh ROSYIDA A 23. 0349 PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Faisal Amir 1, Jumadi 2 Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Tabel 33. Pengawasan proses dan kontrol mutu pengolahan biji kakao Tahapan proses Proses kontrol Nilai Kontrol mutu Bahan baku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FANNYTA YUDHISTIRA A

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FANNYTA YUDHISTIRA A !. KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI KAKAO (Kasus di Perkebunan Rajamandala, P1P X1~ Kabupaten 8andung, Jawa Barat) FANNYTA YUDHISTIRA A 29.1599 JURUSAN ILMU-ILMU

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1) Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101) Tabel 4.1 Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101)

1) Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101) Tabel 4.1 Neraca Massa di sekitar Nanofiltration Membran (NF-101) IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI Perhitungan neraca massa dan energi dilakukan dengan basis perhitungan dan data konversi seperti dibawah ini : Kapasitas Operasi Proses Basis Bahan baku Produk : 30.000

Lebih terperinci

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam

IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI. = 6.313,13 kg/jam IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI Perhitungan neraca massa dan energi dilakukan dengan basis perhitungan dan data konversi seperti dibawah ini : Kapasitas Operasi Proses Basis Bahan baku Produk : 50.000

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM. UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI Oleh SITI AZIZAH NIM. 001710201023 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN DAN UJI PERFORMANSI UNIT VHT (VAPOR HEAT TREATMENT) UNTUK PENANGANAN PASCAPANEN PEPAYA

RANCANGBANGUN DAN UJI PERFORMANSI UNIT VHT (VAPOR HEAT TREATMENT) UNTUK PENANGANAN PASCAPANEN PEPAYA RANCANGBANGUN DAN UJI PERFORMANSI UNIT VHT (VAPOR HEAT TREATMENT) UNTUK PENANGANAN PASCAPANEN PEPAYA Oleh : ARIS SETYAWAN F14104108 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RANCANGBANGUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan April - Oktober 2010. Tempat penelitian ini adalah Laboratorium Energi (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku utama pembuatan produk cokelat, dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai daerah beriklim tropis. Kakao

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini

Lebih terperinci

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maha suci Allah yang telah menjadikan dalam alam ini gugusan bintang (galaksi) dan Dia jadikan pula padanya siraaja (Matahari) dan bulan yang bercahaya. (QS. Al-Furqan

Lebih terperinci

ANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN. Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F

ANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN. Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F :' /-rc-f' I ti)c) 0 U'J 1-0] ANALISIS KELA Y AKAN PENGGUNAAN LEMARI PENGASAP TIPE BEELONIA UNTUK PRODUK PANGAN Oleh BINTAR NURCAHYO ADI F01495087 JURUSAN TEKNIK PERT ANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING ENERGI SURYA EFEK RUMAH KACA (ERK) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI KAKAO.

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING ENERGI SURYA EFEK RUMAH KACA (ERK) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI KAKAO. UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING ENERGI SURYA EFEK RUMAH KACA (ERK) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI KAKAO Oleh SYAMSUALAM F.291003 1999 JURUSAN KETEKNlKAN PERTANIAN FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

HEAT EXCHANGER SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL

HEAT EXCHANGER SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL HEAT EXCHANGER SEBAGAI ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL HEAT EXCHANGERS AS EQUIPMENT DRYER WITH HEAT UTILIZING DIESEL ENGINE EXHAUST Muardi,Duma Hasan,Wahyu H. Piarah

Lebih terperinci