TEKNIK PEMBUATAN LEMBARAN POLIMER PADA PROSES EKSTRUSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK PEMBUATAN LEMBARAN POLIMER PADA PROSES EKSTRUSI"

Transkripsi

1 TEKNIK PEMBUATAN LEMBARAN POLIMER PADA PROSES EKSTRUSI Abstrak Proses ekstrusi kini dapat diterapkan pada bahan teknik jenis termoplastik/ bahan polimer, dimana produk yang dihasilkan cukup beraneka ragam seperti halnya produk ekstrusi logam. Prinsip proses ekstrusi polimer hampir mirip dengan esktrusi logam hanya saja terdapat perbedaan dalam konstruksi mesin yang digunakan dimana pemakaian sebuah ram diganti dengan sebuah screw pada ekstrusi polimer. Produk dari ekstrusi polimer yang banyak diminati adalah lembaran/ film dan hasil ini selanjutnya dapat diolah menjadi sebuah kantongan atau benang plastik untuk berbagai keperluan. Pada tulisan ini akan dijelaskan teknik pembuatan lembaran polimer hasil dari mesin ekstrusi yang telah dikembangkan. 1. EKSTRUSI Proses Ekstrusi yang diperkenalkan sekitar tahun 1700 bermula dengan memperkenalkan ekstrusi bahan logam, dengan mengekstrusi pipa lead. Dalam prosesnya sebuah billet bulat di tempatkan dalam sebuah chamber dan didorong melalui sebuah cetakan terbuka dengan menggunakan sebuah ram. Hasil produk, keluar dari die dengan pengurangan penampang permukaan. Proses ekstrusi sederhana ditunjukkan pada gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Ekstrusi logam

2 Proses ekstrusi dapat diperlakukan dalam bentuk kerja panas maupun dingin, walaupun demikian, proses kerja panas lebih banyak dipraktekkan untuk berbagai jenis metal karena mengurangi gaya dorong yang diperlukan. Logam-logam seperti lead, copper, aluminium, magnesium dan paduan dari logam ini umumnya mudah dilakukan proses ektrusi karena logam ini memiliki kekuatan luluh yang rendah dan begitu juga dengan suhu ekstrusinya. Ekstrusi untuk bahan logam dibagi atas empat jenis tipe yaitu ekstrusi langsung (direct); ekstrusi tidak langsung (indirect), ekstrusi hidrostatis dan ekstrusi impak Ekstrusi langsung Proses ekstrusi ini merupakan proses ekstrusi yang paling sederhana. Dalam pengerjaannya sebuah material dasar ditempatkan pada chamber yang berbentuk silinder kemudian sebuah dammy blok ditempatkan dibelakang - nya. kemudian gaya dorong diberikan melalui sebuah ram mendorong material melalui cetakan (die) pada ujung silinder. Die ini dapat didesain sesuai dengan bentuk geometri yang diinginkan misalnya bentuk bulat, persesi, persegi panjang dan bentul: lain yang lebih kompleks seperti bentuk Z, bentuk H dan bentuk U. Lihat gambar 2a Ekstrusi tidak langsung Dalam prosesnya, sebuah die digerakkan kearah material sedangkan material tidak bergerak lagi dalam chamber. Teknik ini adalah kebalikan dari proses ekstrusi langsung. Proses ini memerlukan gaya yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstrusi langsung karena lebih sedikit gesekan yang terjadi. Lihat gambar 2b Ekstrusi hidrostatik Pada prosesnya, ruang chamber diisi dengan fluida yang mentransmisikan tekanan ke billet, yang kemudian di ekstrusikan melalui cetakan. Dalam proses ini, tidak ada gesekan sepanjang dinding silinder. Lihat gambar 2c.

3 1.4. Ekstrusi Impak Proses ini adalah salah satu bentuk ekstrusi tak langsung. Pada prosesnya, sebuah punch dijatuhkan kearah material. Proses ini digunakan untuk menghasilkan bentuk berongga. Bahan - bahan material lunak seperti zink, lead dan tin cocok untuk proses ekstrusi jenis ini. Lihat gambar 2d. Keempat jenis ekstrusi logam diberikan pada gambar 2 dibawah ini. Gambar2. Jenis Ekstrusi logam Pada saat ini, proses ekstrusi bukan hanya sekedar pada bahan logam saja tetapi juga telah dikembangkan untuk bahan polimer (tennoplastik) Dalam prosesnya, gaya dorong bukan lagi dihasilkan melalui sebuah ram, melainkan sebuah poros berulir (screw) yang bertugas seperti ram yaitu mendorong bahan polimer hingga keluar dari die.

4 2. EKSTRUSI BAHAN TERMOPLASTIK Proses ekstrusi bahan termoplastik mempunyai prinsip yang hampir sama untuk ekstrusi logam hanya saja dalam mengekstrusi bahan polimer tidak lagi menggunakan ram seperti halnya ekstrusi logam, tetapi menggunakan sebuah screw. Bahan baku yang digunakan dalam proses ekstrusi termoplastik ini juga berbeda dengan ekstrusi bahan logam. Jika pada ekstrusi logam bahan baku yang dimasukkan dalam bentuk batangan, plat ataupun lembaran. Pada ekstrusi polimer bahan baku yang digunakan adalah dalam bentuk biji plastik (pellet). Hasil produk dari proses ekstrusi termoplastik juga beraneka ragam, seperti halnya pada ekstrusi logam. Tetapi salah satu bentuk produk yang paling muktahir adalah hasil produk yang berbentuk kain (sheet) atau bentuk film. Dan hasil keluaran dari mesin ekstrusi ini dapat diolah menjadi berbagai kegunaan lain seperti kantongan ataupun benang yang digunakan dalam menganyam karung beras. Mesin ekstrusi untuk termoplastik umumnya terdiri dari sebuah screw tunggal (single screw) namun pada saat ini telah dikembangkan juga mesin ekstrusi termoplastik dengan menggunakan screw double dan multi. Dibawah ini akan dibahas tentang proses ekstrusi dari mesin ekstrusi ulir tunggal. 3. MESIN EKSTRUSI ULIR TUNGGAL Mesin ektrusi ini mempunyai bagian utama berupa sebuah poros berulir (screw) yang berfungsi untuk mendorong dan menekan bahan pellet hinnga keluar dari die. Bagan utama alat ekstruder ini adalah seperti pada gambar 4 dibawah ini : Gambar 4. Mesin Ekstrusi ulir tunggal

5 Dalam prosesnya bahan baku polimer berbentuk pellet dimasukkan kedalam hopper dan digerakkan melalui barrel dengan menggunakan sebuah poros berulir yang berbentuk helical (screw conveyor) dan kemudian dihantarkan hingga ke cetakan (die). Poros berulir seperti pada gambar 4 terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : a. Bagian masuk (feeding section) Adalah bagian yang mempunyai diameter ulir yang konstan dan daerah tempat bahan mengalir tentu saja juga konstan, yang membawa bahan baku menuju bagian kompresi (bagian pelumatan/ pengliatan). b. Bagian kompresi (compression section) Pada bagian kompresi ini, diameter poros screw meningkat secara kontiniu sedangkan sebaliknya daerah bebas alir dari bahan makin mengecil, disini bahan polimer dilunakan/ diliatkan. Pada daerah ini juga bahan polimer dipanaskan hingga suhu tertentu agar bahan poilimer dapat mengalir dengan lancar, Sedangkan untuk menjaga agar barrel tidak kelebihan panas, maka dipasang blower untuk mengatur suhu barrel agar bertahan pada suhu tertentu. Setelah melewati bagian kompresi, bahan kemudian dibawa pada bagian akhir. c. Bagian akhir (metering section) Bagian ini sama dengan daerah pemasukan yang mempunyai daerah bebas alir yang konstan, namun daerah bebas alirnya lebih kecil. Di sini bahan akan mengalami kenaikkan suhu lagi karena tekanan geser clan gesekan pada daerah ini cukup besar. Perancangan untuk poros berulir ini sangat penting untuk diperhatikan karena hasil ekstrusi sangat dipengaruhi oleh bentuk poros ulirnya. Sudut pitch yang umum untuk bahan plastik adalah berkisar 17,5 tetapi dapat lebih tinggi untuk beberapa jenis plastik tertentu. Sedangkan rasio kompresi (rasio daerah bebas alir bahan untuk bagian awal dan akhir dari ulir adalah berkisar mulai dari 2: 1 hingga 4 : 1) dan perbandingan panjang (atau lebih umum disebut rasio panjang dengan diameter poros umumnya berkisar antara 16 : 1 hingga 32 : 1).

6 Polimer yang sensitive terhadap panas (seperti PVC) diekstrusi dengan tegangan geser yang lebih kecil sedangkan bahan polimer yang mempunyai titik leleh yang lebih tinggi (seperti nilon) membutuhkan bagian akhir (metering section) yang lebih panjang dan bagian kompresi (compression section) yang lebih pendek. Untuk proses yang lebih balk, suhu (baik pemanasan maupun pendinginan), tekanan balik, kecepatan dari poros berulir, laju injeksi dan lainnya harus dill-control dengan ketat sekali. Pengendalian suhu sepanjang barrel menjadi lebih kritis jika diaplikasinya bentuk ulir yang sesuai untuk segala jenis plastik. Untuk menghindari bahan polimer yang tidak meleleh dengan sempurna atau menyaring kotoran yang memasuki mesin ekstrusi, maka satu atau beberapa saringan dipasang pada garis alir polimer. Saringan ini terbuat dari sebuah plat yang terdiri dari banyak sejumlah lubang - lubang kecil dan berdiameter sekitar 3 mm. Poros berulir kembar dan poros multi dalam proses ekstrusi cocok untuk material yang sensitive terhadap panas seperti PVC pejal karena lebih kecil dalam menghasilkan tegangan geser dan gesekan pada saat material bergerak sepanjang barrel Kapasitas Output Dari Poros Berulir Aliran yang mengalir merata antara dua permukaan dapat menghasilkan tegangan geser, ini juga terjadi ketika aliran plastik yang bergerak diantara pennukaan barrel dan permukaan poros. Tegangan geser ini akan menghasilkan aliran bergesekan yang melalui barrel pada saat diekstrusi dengan laju sebagai qdr qdr = 0.5π 2 D 2 Nhsinφcosφ...(1) persamaan diatas adalah merupakan hasil maksimum yang dapat diberikan oleh ekstruder. Mengangkut plastik melalui daerah alir yang makin mengecil dan hambatan dari saringan meningkatkan tekanan balik yang akhirnya akan menurunkan laju aliran dengan aliran tekanan balik (q bp ): pπdh 3 sin 2 φ q bp =...( 2 ) 12 η L

7 Sehingga output dari ekstruder menjadi q e = q dr - q bp... (3) dimana : D = diameter poros berulir (barrel) (m) h = kedalaman saluran alir (m) L = panjang barrel (m) N = putaran poros ulir per detik P = tekanan head pada barrel φ= sudut pitch ulir (derajat) η = viskositas (N.s/m 2 ) Seperti proses kerja dari mesin mesin lain yang dapat mengalami kehilangan (loses), mesin ekstrusi juga demikian. Kehilangan dalam mesin ekstrusi umumnya kecil dan nilainya dapat diabaikan. Kehilangan ini biasanya terjadi pada celah antara poros dan barrel. Sebagai batasannya, tekanan balik akan menjadi lebih tinggi dan menurunkan nilai output hingga ke nol, pada saat ini, q dr = q bp karenanya, tekanan maksimum adalah : p max 6πDNLη cotφ =...(4) 2 h Dari keempat persamaan diatas maka dapat digambarkan suatu kurva karakteristik untuk mesin ekstrusi seperti pada gambar 5 dibawah ini.

8 Gambar 5. karakteristik output dari mesin ekstrusi yang diberikan Untuk suatu mesin ekstrusi, bentuk geometri pada persamaan (1) dan (2) adalah konstan dan persamaan (3) dapat disederhanakan menjadi: βp q e = αn...(5) η sebuah bentuk persaman untuk output utnuk tipe mesin ekstrusi poros berulir tunggal untuk L/D =24 dapat dirumuskan secara sederhana dengan : q e = C e D sct dimana Ce dan eksponen scr adalah konstanta empiris. Nilai dari konstanta ini diberikan pada table 1 dibawah ini: Tabel 1 : nilai Ce dan scr. Usual Recommended Ce scr Ce scr Untuk output dalam kg/h 0,006 2,2 0,006 2,3 Untuk output dalam lb/h 16 2,2 20 2,35

9 Jika dibandingkan dengan nilai secara teory, nilai output yang sebenarnya mempunyai perbedaan sebesar ± 20% dan dapat menjadi lebih tinggi dengan desain yang menggunakan poros berulir yang lebih khusus Cetakan (Die) Aliran bahan polimer yang melewati cetakan selalu akan menimbulkan tekanan balik (back pressure) dan ini tentu saja harus diperhitungkan jika ingin menghitung output dari sebuah ekstruder. Untuk bentuk aliran dalam saluran silinder sederhana, laju aliran diberikan oleh persamaan poiseuille : q c 4 pπdd = 128η Ll a dimana : Dd = diameter cetakan L1= panjang daerah cetakan η a = viskositas apparensi Karena laju aliran berbanding linear dengan tekanan, maka akan dihasilkan suatu kurva karakteristik cetakan (die) seperti pada gambar 5 diatas. Ada beberapa kesamaan dengan mesin ekstrusi logam dengan mesin ekstrusi polimer dalam hal daerah mati material (dead material zone) yang mempunyai cetakan berbentuk plat. (perhatikan gambar 6). Dengan bentuk cetakan demikian maka akan menyebabkan timbulnya kerutan dan menghasilkan aliran yang turbulen dan akan menyebabkan terpecahnya permukaan vang keluar dari die. Tetapi dengan mengubah sudut die menjadi sebesar 60 (gambar 6a) akan memperbaiki keadaan dimana akan menghasilkan bentuk aliran yang lebih lancar serta memberikan bentuk aliran yang optimum. Dengan mengubah sudut dari cetakan tentu saja akan memperpanjang daerah aliran dari bahan. Pada saat keluar dari cetakan, tekanan internal akan dibebaskan dan molekul kembali kebentuk semula dan akan meningkatkan dimensi dari outputnya. Perhatikan gambar 6 berikut.

10 Gambar 6. (a) jenis cetakan dengan daerah yang memanjang untuk mengurangi gelombang. (b) bentuk cetakan datar menghasilkerr dead zone material dan aliran turbulen. Bentuk dari die haruslah juga disesuaikan dengan hasil produk yang ingin dihasilkan. Produk berbentuk persegi misalnya, sudut dari bentuk persegi. Umumnya dapat memperbesar gesekan, menurunkan laju alir dan menghasilkan bentuk sudut yang bulat. Untuk mendapatkan produk dengan sudut yang benar benar siku, material tambahan dibutuhkan untuk mengubah bentuk die ataupun gesekan aliran plastik ketika keluar dari die mesti dikurangi dengan cara mengurangi panjang daerah die pada sudutnya. Perhitungan - perhitungan tertentu juga diperlukan pada saat mengekstrusi penampang yang ketebalannya beda. Seperti halnya pada ekstrusi logam, penampang untuk daerah yang lebih tebal dilaku k an lebih lambat alirannya dengan meningkatkan panjang daerah kontak. Beberapa ukuran cetakan (die) dan hasil produk yang diinginkan diperlihatkan pada gambar 7 berikut ini.

11 Gambar 7. (a) Gesekan yang lebih besar pada daerah sudut cetakan menghasilkan produk dengan sudut bulat. (b) Cetakan dengan sudut yang tajam dapat mengatasi gesekan yang besar. Untuk produksi kabel, tekanan yang lebih baser dihasilkan hanva pada daerah depan cetakan (die), karena alirannya terpisah digabungkan kemudian baru diekstrusi. Jenis cetakan dengan daerah yang panjang dapat meminimalkan waktu pengliatan dari bahan yang akan diekstrusi. Saat proses berlangsung, selimut dan kabel diekstrusi dengan memasukkan kawat pada cetakan bawah kemudian diselimuti pada waktu ekstrusi seperti pada gambar 8 dibawah ini. Gambar 8. Aliran yang keluar dari die langsung membungkus kawat kabel

12 Bentuk yang paling unik dari semua bentuk vang dapat dihasilkan dalam proses ekstrusi adalah ekstrusi polimer dengan hasil produk berbentuk lembaran atau film. Dalam hal ini bentuk produk dengan ukuran yang lebih lebar dapat diproduksi tanpa harus mengubah ukuran dari barrel. Distribusi bentuk penampang yang melebar membentuk lembaran (lebih menyerupai kain) dapat dihasilkan karena dalam alirannya terdapat sebuah pipa manipol yang dapat mengatur distribusi bentuk yang melebar. Tetapi dengan adanya konstruksi seperti ini, akan terjadi perbedaan tekanan anatara pusat dari barrel dan ujungnya, karena tekanan akan menurun mulai dari pusat hingga keujung barrel ini tentu saja akan mengurangi tekanan yang mendorong bahan keluar dari die dan yang paling tidak diinginkan terjadi adalah dapat menyebabkan distribusi bahan yang merata (material tidak mencapai homogen). Untuk mengatasi ini maka dibuatlah suatu struktur yang disebut `coat hanger die' sang berfungsi untuk, memperlambat aliran material sehingga jalan alirannya menjadi stabil dan meratakan distribusi pelebaran bahan polimer sebelum keluar dari cetakan. Sebagai tambahannya aliran juga dapat diatur dengan memasang sebuah choke bar ataupun juga dengan memasang sebuah mur yang dapat mengatur lebar bibir cetakan. Gambar 9 dibawah ini menjelaskan prinsip dari cetakan ekstrusi lembaran. Gambar 9. (a) Bentuk lembaran dapat diekstrusi dengan struktur `coat hanger die' yang dapat meratakan laju aliran. (b) sebuah choke bar dan mur (adjusting screw) yang dapat membantu kerja pendistribusian.

13 Lembaran (kain) hasil keluaran dari die kemudian akan dilakukan perlakuan lanjutan untuk menjaga agar kain tidak menjadi mengkerut. Untuk mengatasi ini maka hasil ekstrusi yang keluar dari die (masih dalam bentuk lunak) dan suhu yang relatif lebih tinggi itu kemudian dilakukan proses pendinginan sehingga diperoleh lembaran yang kokoh dan merata. Untuk mendapatkan bentuk seperti maka kain yang keluar dari die terlebih dahulu didinginkan dengan manggunakan chill roller. Dalam chill roller ini, kain yang masih lunak didinginkan dengan menggunakan air (juga dapat digunakan hembusan udara). Pekerjaan lain yang dilakukan pada produksi polimer lembaran film ini adalah melewatkannya pada beberapa susunan roller yang berfungsi untuk menarik lembaran yang keluar dari die dan chill roller. Selain berfungsi menarik bahan lembaran plastik, roller (umunya dinamakan roller penarik) juga dapat membantu memperbaiki tegangan dalam lembaran (kain) polimer ini. Sebuah alat pemanas (oven) juga dapat ditambahkan dalam proses produksinya. Dalam hal ini oven yang mempunyai temperatur tertentu dapat memanaskan bahan lembaran hingga pada suhu dimana struktur internal dari kain berubah apalagi dengan mengaplikasikan rooler penarik yang lebih cepat setelah keluar dari oven, akan sangat memperbaiki kekuatan dari lembaran plastik tersebut Proses Calendaring Proses calendaring merupakan salah satu aplikasi (perlakuan) terhadap hasil produksi dari die. Dalam hal ini hasil ekstrusi yang berupa lembaran yang baru keluar dari die dilewatkan pada banyak roll. Dalam prosesnya, lembaran yang masih tebal yang melewati rol pertama akan dilakukan pelebaran ukuran, rol yang kedua bekerja sebagai peralatan pengukur dan rol yang ketiga mengeset dan mengatur agar bahan polimer didinginkan yang kemudian diberikan hembusan udara melalui blower dan juga disini dilakukan kontrol ketika akan dililitkan ke drum.

14 Bentuk dari proses calendaring diberikan pada gambar 10 berikut : Gambar 10. Lembaran yang lebar dapat diproduksi dengan proses calendaring Dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan laju produksi ekstrusi (umumnya 100 m/min) dalam prosesnya dan dapat menghasilkan lembaran dengan lebar yang lebih dari 3 m. Dengan proses ini juga akan meti - ebabkan tegangan geser yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstrusi lembaran secara langsung. 4. BEBERAPA TIPE MESIN EKSTRUSI TERMOPLASTIK Beberapa jenis tipe dari mesin ekstrusi termoplastik serta karakteristiknya dilampirkan dibawah ini., 4.1. Seri delta ukuran besar

15 Features : Bimetallic Lined Barrels Solid Cast Aluminum Heat/Cool Elements Solid State or Mercury Relays Air or Liquid Cooled Ideal untuk jenis industri : Profil Pipa Compounding Reclaim Kawat dan Kabel Berikut ini adalah data - data tentang tipe seri delta. SIZE RATIO APPROX WEIGHT A AB C C/L 2-1/2 in 65 mm 24: lbs kg 102 in 2590 mm 80in 2035 mm 2-1/2 in 65 mm 30: lbs kg. 117 in 2975 mm 80 in 2035 mm 3 in 75 mm 30: lbs 3865 kg.. 3-1/2 in 9800 lbs 90 mm 30: kg.. 4-1/2 in 24: lbs 120 mm 6910 kg.. 4-1/2 in 120 mm 30: bs kg. 6 in 24: lbs. 150mm 6 in 150mm 30: kg lbs kg mm 157 in 3990 mm 174 in 4420 mm 201 in 5105 mm 225 in 5715 mm 261 in 6630 mm 84 in 2135 mm 84 in 2135 mm 88 in 2235 mm 88 in 2235 mm 97 in 2465 mm 97 in 2465 mm 48 in 1220 mm 48 in 1220 mm 78 in 1980 mm 78 in 1980 mm 90 in 2285 mm 90 in 2285 mm

16 SIZE L/D RATIO STD. DRIVE HP REDUCTION RATIO AGMA HP RATING THRUST BEARING AVG. B10 LIFE HOURS # OF ZONES TOTAL KW CFM 2-1/2 in 65 mm 2-1/2 in 65 mm 3 in 75 mm 3 in 75 mm 24: : , : : , : : , : : , /2 in 90 mm 24: : , /2 in 90 mm 30: : , /2in 120 mm 24: : , /2in 30: : , mm ' 6in 24: : , Omm 6 in 150mm 30: : , Seri Wyne untuk poros berulir ganda

17 Referensi : 1. James F. Shackelford, Introduction of Material Science for Engineer, Fourth Edition, University of California, Darvis, Little, Richard, Metal Working Technology, McGraw Hill, EC. Rollason. Metallurgy For Engineer, Fourth Edition, London, Lawrence E. Dovle, Manufacturing Process and Material for Engineer, New Delhi, Prentice Hall, C.M Srivastav a, C. Srinivasan, Science of Engineering Materials, Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1987.

BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA

BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA Dalam membuat atau memproduksi kabel listrik memerlukan suatu langkah langkah yang menggunakan alat alat / mesin mesin untuk mendukung, adapun urutan

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

Gambar 9. Macam Proses Ekstrusi: a. Ekstrusi langsung, b. Ekstrusi tidak langsung.

Gambar 9. Macam Proses Ekstrusi: a. Ekstrusi langsung, b. Ekstrusi tidak langsung. BAB 4. EKSTRUSI Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pembentukan material melalui proses ekstrusi. Sub Kompetensi : Menguasai cara pembentukan plastik melalui ekstrusi langsung. DASAR

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM Materi ini membahas tentang proses pembuatan logam bukan besi. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan perbedaan antara proes pengerjaan secara

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

11.1 Pemrosesan Material Plastik

11.1 Pemrosesan Material Plastik 11.1 Pemrosesan Material Plastik Banyak proses yang digunakan untuk mengubah granula, pelet plastik menjadi bentuk produk seperti lembaran, batang, bagian terekstrusi, pipa atau bagian cetakan yang terselesaikan.

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING.

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING. PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING. Nama : Yonathan Yosep ST. NPM : 27411567 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Pembuatan Mesin Produksi Senar (Benang Monofilamen) dalam Pemberdayaan UKM Kain Kasa di Kota Malang

Pembuatan Mesin Produksi Senar (Benang Monofilamen) dalam Pemberdayaan UKM Kain Kasa di Kota Malang Petunjuk Sitasi: Hariyanto, Samsudin, Yuniawan, Dani, & Putra, Aang Fajar Pasha. (2017). Pembuatan Mesin Produksi Senar (Benang Monofilamen) dalam Pemberdayaan UKM Kain Kasa di Kota Malang. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S. PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : - Desain dan hasil perancangan alat :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW Sumardi dan Indra Mawardi Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT Penelitian ini dilakukan dimulai dari desain sampai mesin

Lebih terperinci

T E K N O S I M 2009 Yogyakarta, 12 November 2009

T E K N O S I M 2009 Yogyakarta, 12 November 2009 Yogyakarta, 12 November 2009 Sustainable Product Development Mesin Kantong Plastik dengan Aplikasi Tali Pengikat dengan Menggunakan 3D Modelling Product Innovation and Development Centre Petra Christian

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR Heri Susanto ABSTRAK Keinginan untuk membuat sesuatu hal yang baru serta memperbaiki atau mengoptimalkan yang sudah ada adalah latar belakang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

SIFAT MAMPU BENTUK LEMBARAN PLAT BAJA KARBON RENDAH PADA PROSES TARIK DALAM

SIFAT MAMPU BENTUK LEMBARAN PLAT BAJA KARBON RENDAH PADA PROSES TARIK DALAM SIFAT MAMPU BENTUK LEMBARAN PLAT BAJA KARBON RENDAH PADA PROSES TARIK DALAM Sudjito Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH., Tembalang, Kotak Pos 6199, Semarang 50329

Lebih terperinci

MAKALAH MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN (Ekstruder)

MAKALAH MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN (Ekstruder) MAKALAH MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN (Ekstruder) Oleh: Kelompok II Ahyat Hartono (240110100032) Tina Sartika (240110100020) Dudin Zaenudin (240110100105) JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 MESIN SILENT CUTTER TYPE SCR-250S Mesin cutter ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak utama dan V-belt untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 30 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Ekstrusi Cetak Pellet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknologi fabrikasi modern, kecenderungan miniaturisasi semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan produk-produk, alat dan instrumen yang diproduksi saat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL Oleh : Satya Adhi Pradhana 2108030012 Dosen Pembimbing : Ir.H.Mahirul Mursid Msc ABSTRAK Di jaman yang serba modern ini, dimana

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET

PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET C.3. Pengaruh bending radius pada lightening holes process PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET *1 Yurianto, 1 Ardian Budi W, 2 Eko Boedisoesetyo 1

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROSEDUR PENGARANGAN DAN RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA

PENGUJIAN PROSEDUR PENGARANGAN DAN RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA PENGUJIAN PROSEDUR PENGARANGAN DAN RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA Rachmat Gobel 6095004 Program Studi Teknik Manufaktur Universitas Surabaya Dondigobel@gmail.com Abstract Arang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

PERALATAN KERJA PEMIPAAN

PERALATAN KERJA PEMIPAAN M O D U L PERALATAN KERJA PEMIPAAN Oleh: Drs. Ricky Gunawan, MT. Ega T. Berman, S.Pd., M.Eng. BIDANG KEAHLIAN TEKNIK REFRIGERASI DAN TATA UDARA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Mengenal Proses Deep Drawing

Mengenal Proses Deep Drawing Definisi Drawing Mengenal Proses Deep Drawing Deep Drawing atau biasa disebut drawing adalah salah satu jenis proses pembentukan logam, dimana bentuk pada umumnya berupa silinder dan selalu mempunyai kedalaman

Lebih terperinci

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuiuan Menurut Nawi, (1990) kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok, kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH BAB IV ANALISA / PEMECAHAN MASALAH 4.1 Perhitungan Gaya 4.1.1 Perhitungan Gaya Silinder A Untuk Pemadatan Produk Gaya yang membebani silinder A adalah gaya pegas, berat beban total dan gaya gesek. Silinder

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam berbagai sektor salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB III SET-UP ALAT UJI BAB III SET-UP ALAT UJI Rangkaian alat penelitian MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida. Pengamatan pembentukan micro bubble yang terjadi di daerah

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH 23411140 Latar Belakang Pemisahan biji jagung yang masih tradisional Kurangnya pemanfaatan bonggol jagung sebagai pakan ternak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito Oleh : Endiarto Satriyo Laksono 2108039006 Maryanto Sasmito 2108039014 Dosen Pembimbing : Ir. Syamsul Hadi, MT Instruktur Pembimbing Menot Suharsono, S.Pd ABSTRAK Dalam industri rumah untuk membuat peralatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan BAB II TEORI DASAR 2.1. Sejarah Mesin Diesel Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Rudolf Diesel. Mesin diesel sering juga disebut sebagai motor

Lebih terperinci

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC)

PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) PENGARUH PEMANASAN DAN PERUBAHAN BENTUK PADA KEKUATAN TARIK POLYVINYL CHLORIDE (PVC) Oleh Instansi e-mail : Ir. Muhammad Khotibul Umam Hs, MT : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY : umamhasan@lycos.com

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Proses Lengkung (Bend Process)

Proses Lengkung (Bend Process) Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Tentang Alat/Mesin Pengerol Pipa Alat/mesin pengerol pipa merupakan salah satu alat/mesin tepat guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

Gambar 1 Sistem Saluran

Gambar 1 Sistem Saluran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen gating system! Sistem saluran (gating system) didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm Ayi Ruswandi 1, Mochammad Arsyad Fauzan 2 (1) Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2005

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2005 Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2005 EBTA-SMK-05-01 Bahan dimana satu arah berfungsi sebagai konduktor dan pada arah yang lain berfungsi sebagai isolator A. konduktor B. isolator C. semi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL Tri Tjahjono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Pabelan Tromol Pos Kartasura Surakarta 57102 Email : ttjahjono@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi satu ke lokasi yang lainnya, misalnya

Lebih terperinci