PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU"

Transkripsi

1 PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU KARYA ILMIAH SUSI MESTIKA SAMOSIR PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mendapatkan ijazah Ahli Madya pada program Diploma 3 Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Sumatera Utara SUSI MESTIKA SAMOSIR PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 PERSETUJUAN Judul : PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV ) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU Kategori : KARYA ILMIAH Nama : SUSI MESTIKA SAMOSIR Nomor Induk Mahasiswa : Program Studi : D -3 KIMIA INDUSTRI Departemen Fakultas : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Juni 2009 Departemen Kimia FMIPA USU Ketua Pembimbing Dr.Rumondang Bulan,M.S Drs.Firman Sebayang M.S NIP NIP

4 PERNYATAAN PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU KARYA ILMIAH Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2009 SUSI MESTIKA SAMOSIR

5 PENGHARGAAN Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena atas rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktek lapangan di PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU dan disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Ahli Madya D -3 untuk program studi Kimia Industri di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Keluarga tercinta, Ibunda, kakak dan adekku yang telah membantu dalam doa, dukungan dan materi. 2. Bapak Drs.Firman Sebayang M.S selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Ibu DR.Rumondang Bulan M.Si selaku ketua Departemen KIMIA Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Happy Marbun, selaku pembimbing laboratorium yang dengan tulus membimbing dan mengarahkan saya pada saat PKL. 5. Bapak Drs.Eddy Marlianto M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh staff dan Karyawan laboratorium PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. 7. Staff dan Karyawan Program Studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 8. Teman teman separtner PKL, Dewi Sartika, Widya dan Jefry. 9. Teman teman KIN 06, LPMI yang telah membantu dalam doa dan dukungan.

6 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan penulis dalam memperbaiki kekurangan dan kesalahan penulisan karya ilmiah ini. Medan, Juni 2009 Penulis

7 PENGARUH SPESIFIK GRAFITY (SG), GROSS HEATING VALUE (GHV) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU ABSTRAK Komponen gas alam pada umumnya terdiri dari hidrokarbon seperti metana, etana, propana, butana, pentana dan C 6 atau heksana. Secara umum kualitas gas alam dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan komponen hidrokarbon C 6. Besarnya pengaruh faktor faktor tersebut terhadap mutu gas alam bergantung pada sumber sumur gas alam tersebut. Dengan analisa Kromatografi Gas, diperoleh komposisi hidrokarbon dan besarnya Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 dalam gas alam tersebut. Semakin tinggi harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), maka mutu gas alam tersebut akan semakin baik. Sementara harga C 6 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung sebagian kecil saja di dalam gas alam. Nilai Gross Heating Value ( GHV) secara umum dalam gas alam adalah BTU cft, C 6 adalah 0,07 %.

8 INFLUENCES OF SPESIFIC GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE (GHV ) AND C 6 CONTENT OF NATURAL GAS QUALITY IN PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU ABSTRACT The component of Natural gas commonly consisted of hidrocarbon like metane, etane, propane, butane, pentane, and C 6 or Heksane.Commomly, the quality of natural gas was influenced by many factor. Some of them were Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C 6 ). The Advantage of these factor depending on the locations of gas fields. With the Analysis by Gas Chromatography, we can determine Spesific Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C 6 ). The increase of Spesific Gravity ( SG ) and Gross Heating Value ( GHV ) value, the quality of natural gas also increase. Hidrocarbon content ( C 6 ) caused the significant influence because there was only a few in the natural gas. Commonly, value of Gross Heating Value ( GHV ), and hydrocarbon content ( C 6 ) in natural gas each BTU cft, C 6 adalah 0,07 %.

9 DAFTAR ISI Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Halaman iii iv v vii viii ix Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat 4 Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 3 Bahan Dan Metode 3.1. Alat dan Bahan Alat alat Bahan bahan Metode Perhitungan 23 Bab 4 Data dan Pembahasan 4.1. Data Pembahasan 29 Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Saran 32 Daftar Pustaka 33 Daftar Gambar 1. Gambar Komatogram GC Hewlett Packard Sampel Booster

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar pengeboran minyak bumi pada sumur sumur pengeboran minyak menghasilkan produk produk lain salah satunya adalah gas alam. Selain minyak bumi, gas alam juga banyak digunakan sebagai bahan bakar. Mutu gas alam yang dihasilkan dari minyak bumi sangat dipengaruhi oleh sumber sumur pengeboran, bahan bahan kimia baik hidrokarbon maupun yang non hidrokarbon. Mutu gas alam sebagai salah satu sumber energi bahan bakar tentu saja sangat penting untuk diperhatikan karena berhubungan langsung dengan nilai jual dari gas alam tersebut. Banyak senyawa senyawa kimia yang dapat menurunkan mutu dari gas alam seperti komponen inert H 2 S, H 2 O, C0 2 dan senyawa senyawa kimia yang lainnya. Sementara ada juga beberapa faktor yang dapat menaikkan mutu gas alam tersebut. Faktor faktor seperti Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Semakin tinggi nilai Gross Heating Value ( GHV ), maka nilai jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai Gross Heating Value ( GHV ), maka nilai jual dari gas alam tersebut juga akan semakin rendah. Sementara harga Spesifik Gravity ( SG ) berbanding lurus dengan nilai Gross Heating Value ( GHV ). Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin besar, maka mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik. Dengan

11 demikian akan meningkatkan nilai jual dari gas alam tersebut, sebaliknya nilai Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka mutu gas alam juga semakin rendah karena mengurangi harga dari Gross Heating Value ( GHV ), sehingga mengurangi harga jual gas alam tersebut. Harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) sendiri juga sangat bergantung pada sumber sumur pengeboran minyak bumi. Analisa Harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual dan dengan menggunakan analisa dengan metode Kromatografi Gas. Pada PT PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU digunakan metode Kromatografi Gas dengan cara kerja yang singkat, cepat dan telah sesuai dengan ASTM ( American Society For Testing Materials ). Sementara C 6 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap mutu gas alam karena hanya terkandung sebagian kecil saja dalam komposisi gas alam. Oleh karena Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 sangat berpengaruh terhadap mutu gas alam, maka dalam karya ilmiah dengan judul PENGARUH SPESIFIK GRAFITY ( SG ), GROSS HEATING VALUE ( GHV) DAN C 6 TERHADAP MUTU GAS ALAM DI PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU akan dibahas besarnya pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value( GHV ) dan C 6 terhadap mutu gas alam.

12 1.2. Permasalahan Nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin kecil akan menyebabkan mutu gas alam yang semakin rendah yang berarti nilai jual dipasaran juga akan rendah, serta pengaruh letak sumur pengeboran minyak dan gas alam yang turut mempengaruhi besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah : - Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 terhadap mutu dan nilai jual gas alam - Untuk mengetahui besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 yang terdapat dalam sampel gas alam. - Untuk mengetahui hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating Value ( GHV ).

13 1.4. Manfaat Karya ilmiah ini dibuat sebagai salah satu sumber untuk mengetahui pengaruh besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 dilihat dari sudut pandang secara kimia dan ekonomi terhadap mutu dan harga jual gas bumi.

14 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi gas alam Komponen terbesar di dalam gas dan minyak mengandung senyawa hidrokarbon seperti metana ( CH 4 ) dengan rumus homolognya ( C n H 2n 2 ), etana ( C 2 H 6 ), propana ( C 3 H 8 ), butana ( C 4 H 8 ), pentana ( C 5 H 12 ) dan senyawa senyawa hidrokarbon diatas pentana. Gas juga sering mengandung sejumlah kecil karbondioksida ( CO 2 ), hidrogen sulfida ( H 2 S ) dan nitrogen ( N 2 ) pada suhu dan temperatur normal ( 76 mmhg dan 0 ). Hidrokarbon dari metana sampai butana berada dalam fase gas. Sisa dari cairan hidrokarbon yang berubah menjadi gasolin alami. Komposisi gas kemungkinan dapat dinyatakan dengan persentasi dari berat per volume atau sebagai fraksi mol. Densitas dari gas menunjukkan sejumlah dimana diindikasikan seberapa lama dari massa yang diberikan kandungan gas dalam volume yang diberikan pada suhu dan tekanan yang lebih besar atau lebih kecil daripada massa udara kering yang di kandung dalam volume yang sama dalam keadaan suhu dan tekanan yang normal. Gas yang kaya ( yang mengandung sebagian besar hidrokarbon yang ringan ) juga memiliki densitas yang

15 lebih besar. Densitas relatif dari gas yang sesungguhnya pada suhu dan tekanan yang normal adalah sebagai berikut : Gas Densitas relative Nitrogen ( N 2 ) 0,9673 Karbondioksida ( CO 2 ) 1,5291 Hidrogen sulfida ( H 2 S ) 1,1906 Metana ( CH 4 ) 0,553 Etana ( C 2 H 6 ) 1,038 Propana ( C 3 H 8 ) 1,523 Butana ( C 4 H 10 ) 2,007 Gas alam yang utama digunakan sebagai bahan bakar industri dan domestik. Sebelum digunakan, gas tersebut harus dibersihkan lebih dahulu dari pengotor pengotor padat dan cairan. Kotoran dan air digunakan untuk tekanan pengujian yang biasa dilakukan di dalam sebuah pipa gas yang baru. Permukaan inert dari pipa akan dimakan karat dan menghasilkan produk korosi padatan, seperti karat besi ditemukan sejak operasi dari pipa pipa gas dalam cara asing dimasukkan dan dijalankan dengan

16 gas yang rendah pada kecepatan yang tinggi. Kerusakan yang total adalah terjadinya pembengkokan. Memasukkan pipa piston kompressor silinder, tongkatnya lebih dahulu dilumuri permukaannya. Hal ini untuk mengurangi kerusakan. Kumpulan debu kering dari gas ( fraksi gasoline ) juga digunakan sebagai penyerap dari kumpulan debu. Kumpulan debu diisikan dengan solar atau minyak untuk keperluan industri. Gas dapat juga dibersihkan di dalam tangki operasi dengan gaya berat. Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung sejumlah kecil senyawa belerang. Belerang terdapat dalam gas alam dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2 S ) yaitu gas dengan berat lebih ringan dari udara ( dimana spesifik gravity relatif dari udara adalah 1,176 ) dan memiliki bau yang khas. Bau ini dapat diidentifikasi ketika konsentrasi dengan volume dari hidrogen sulfida ( H 2 S ) dalam udara adalah 0,002 %. Dalam standard kesehatan konsentrasi maksimum yang diijinkan dari hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mg/l. Produk pembakaran dari hidrogen sulfida sebagian besar yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida ( SO 3 ), dengan konsentrasi yang diijinkan dalam udara adalah 0,02 mg/l. Hidrogen sulfida di dapat dalam gas dan dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga mengandung oksigen, karbondioksida atau campuran. Panas besi belerang juga dihasilkan dari proses ini. Jika dalam gas pembawa banyak hidrogen Sulfida, itu dapat ditoleransi untuk menutupinya untuk menghasilkan produk belerang komersil dan asam sulfur. Oleh karena itu, pengolahan hidrogen sulfida dari gas sangat penting untuk mencegah pengotoran, perkaratan peralatan, kelayakan dari hasil akhir dan juga untuk menutupi sulfur yang terdapat pada material yang berharga. Gas domestik seharusnya tidak mengandung lebih dari 2 gram hidrogen sulfida per 100 m 3 gas pada suhu dan tekanan

17 normal. Gas yang digunakan sebagai bahan baku kimia seharusnya mengandung tidak lebih dari 0,06 mg/m 3 hidrogen sulfida pada keadaan suhu dan temperatur yang normal. Biasanya gas dibersihkan lebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kompressor, sebelum dialirkan ke dalam pipa gas dan sebelum digunakan. Tujuan utama adalah untuk melindungi terhadap perkaratan. Efisiensi dari proses desulfurisasi diteliti dengan menganalisa gas sampel sebelum dan sesudah pemurnian. Komponen uap air dalam gas alam dikarakterisasikan dengan kelembaban absolut dan relatif. Kelembaban relatif adalah perbandingan dari jumlah sesungguhnya dari uap air di dalam gas terhadap jumlah kemungkinan maksimumnya dalam kondisi rendah yang diberikan. Kelembaban absolut dapat diartikan dari kondisi dimana tekanan parsial dari uap air di dalam gas dan secara rata rata persamaan itu diberikan pada temperatur yang diberikan. Dehidrasi dari gas sangat penting sekali untuk mencegah pengendapan kondensat, formasi dari es dan penyumbatan dari hidrat di dalam jalur gas dan juga korosi pada peralatan. Pemompaan gas kering biasanya dengan menggunakan tenaga yang rendah, meningkat seiring dengan kapasitasnya, dan pembuangan diperlukan untuk menjerat air, dan diijinkan pada pipa gas dengan kedalaman yang rendah. Keuntungan kalori dari gas kering adalah lebih tinggi dan hal itu akan membuatnya lebih baik digunakan sebagai bahan bakar. Proses dehidrasi pada gas dengan adsorpsi ( gas kering ) dan absorpsi ( gas basah ). Metode ini dilakukan dengan menggunakan pendingin. Adsorben padat yang biasa digunakan adalah campuran dari kalsium klorida ( CaCl 2 ), sodium hidroksida, silika gel dan aluminium oksida aktif. ( Muravyov, R.Andriasov, 1987 )

18 Gas yang dihasilkan secara umum dalam waktu yang diberikan menjadi sebuah gas dengan daya kalor yang relatif rendah ditunjukkan oleh rekasi dari air dengan uap air dengan bahan bakar organik padat. Dalam teori penghasil gas yang konvensional, reaksinya dilakukan dalam 3 zona dari tempat yang paling bawah bahan bakar atau tempat oksidasi, reduksi dan zona destilasi. Didalam zona oksidasi, oksigen di dalam udara uap pengering bereaksi dengan karbon di dalam bahan bakar untuk menghasilkan karbondioksida. Di dalam zona reduksi, uap air akan bereaksi dengan karbon menjadi bentuk hidrogen dan karbonmonoksida. Karbondioksida berasal dari zona oksidasi yang juga direduksi menjadi karbonmonoksida di dalam zona reduksi. Komposisi gas akhir yang dihasilkan masih rawan terhadap air dan hal itu dapat mengubah reaksi gas. Mendeteksi kesetimbangan kimia pada hasil diluar temperature gas. Dalam zona destilasi, bahan bakar mentah akan dibakar kembali dan dekarbonisasi mengeluarkan gas yang padat dan gas yang kurang padat. Salah satu gas padat yang berasal dari zona destilasi yang dikombinasikan dengan air, produknya seperti komponen hidrogen dan oksigen pada bahan bakar padat. Dalam kasus ini terdapat sisa buangan berupa padatan, hidrogen dan oksigen yang dikombinasikan ke dalam bentuk air dianggap sekitar 50 % dari berat bahan bakar. Hal ini sering disebut dengan berat hidrogen yang diperoleh setelah formasi dan kombinasi air. Di dalam proses pengolahan gas, diijinkan susutan atau penurunan kombinasi air kembali ke bentuk hidrogen dan karbon monoksida dengan reaksi menggunakan karbon di dalam fase bahan bakar. Salah satu objektifnya adalah dekomposisi maksimum dari kombinasi air untuk menghasilkan lebih banyak gas kering dan lebih sedikit kondensat.

19 Dalam prakteknya, persentasi dekomposisi adalah lebih kecil dari 100 %. Dan banyak air dihasilkan dengan produk gas seperti uap yang dimasukkan ke dalam reactor sebagai uap air di dalam pengering. Efeknya, uap air di dalam pengering dikeluarkan dari reaksi yang tidak tersusun dan ketika meninggalkan zona bahan bakar akan meningkat dalam sejumlah besar menjadi kombinasi air yang tidak tersusun. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya untuk menambahkan uap air ke dalam air yang digunakan untuk proyek pertanian dengan memanfaatkan gas. Kombinasi air di dalam bahan bakar padat, jika komposisinya cukup untuk hidrogen dan karbon dengan menggunakan peralatan penghasil gas reaktor dengan pembakaran mesin. Reaksi dari kombinasi air dengan uap air menggunakan karbon di dalam bahan bakar padat menghasilkan gas cair. Dalam rekasi tersebut digunakan 1 pound karbon dan disuplay energi sekitar 4320 BTU untuk membakar karbon sehingga dihasilkan karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan kemudian diproses kembali sehingga tereduksi menjadi karbonmonoksida. Komposisi dari gas yang dihasilkan bervariasi. Ketika karbon diubah menjadi gas pada tekanan atmosfer dengan campuran yang berbeda dari udara dan uap air. Sejumlah uap air di udara dapat dinyatakan sebagai persentasi volume atau sebagai temperature larutan di dalam pengering. Jumlah uap air di udara dapat ditahan pada titik larutan dan meningkat dengan bertambahnya suhu larutan di dalam pengering. ( Ibarra.E.Cruz, 1985 ) Analisis gas dengan menggunakan kromatografi gas juga memiliki masalah tersendiri. Walaupun dalam keadaan sejumlah yang diijinkan dalam standard internal,

20 untuk sampel gas kemungkinan jauh dari kesederhanaan dan metode standard internal tidak digunakan. Daerah normalisasi juga memungkinkan, tetapi tidak dalam skala pabrik karena TCD ( Thermal Conductivity Detector ) atau katarometer yaitu detektor yang digunakan secara umum untuk analisis gas, memiliki banyak jenis jenis yang sensitif untuk gas gas yang bervariasi. Alternatif yang mungkin adalah kalibrasi sederhana dengan injeksi dalam volume yang berbeda dari campuran gas standard. Kita melihat dalam hal ini syringe tidak dapat dipisahkan ketika digunakan untuk injeksi gas dimana katup sampel gas yang dibuat disekitarnya untuk mencegah kesulitan ini. Sangat tepat menggunakan katup ini yang dapat membuat kalibrasi sederhana dari metode pemilihan untuk analisa gas. Seperti katup pada pengambilan gas, kalibrasi sederhana dipercaya mampu untuk campuran gas standard yang akurat dari gas yang akan dianalisa. Kebanyakan dari sini adalah gas gas komersil yang memiliki harga yang cukup tinggi. Bagaimanapun juga haruslah bijaksana untuk menganalisa gas gas yang dibutuhkan untuk mengetahui penggunaan dari rak vakum ( hampa udara ) untuk menjadikan gas standard. Kita juga harus memiliki pertimbangan bagaimana mengumpulkan dan mengalirkan sampel gas. Penggunaan pipi pipa gas dari kaca dan besi adalah solusi skala pabrik yang paling tepat. Tetapi dalam keadaan darurat haruslah menggunakan sebuah balon. Kelihatannya seperti sebuah balon kecil dan gas gas akan berdifusi kedua duanya di dalam dan diluar balon tersebut, diluar dari sebuah membran karet yang tipis, tetapi hasil yang diinginkan dapat ditambah jika tidak terdapat waktu perhentian yang cukup lama. Biasanya dapat juga digunakan sebuah botol bir untuk sampel atmosfer di dalam sebuah gudang dimana ada sejumlah kecil dari gas gas hidrokarbon yang kuat. Salah satu cara untuk pencucian gas yang baik adalah mengisinya ke bagian pinggir dengan air dingin, menempatkannya di gudang, dimana uap air akan habis, kemudian menutupnya. Seperti halnya di dalam laboratorium, sampel haruslah

21 diperiksa dulu dengan menggunakan syringe dan mengalirkannya ke dalam katup sampel gas alam. ( J.E.Willet, 1987 ) Proses pembuatan gas alam murni secara umum adalah sebagai berikut: Gas hasil pengeboran diisikan ke dalam ruang masuk pembuatan gas tanpa ada persiapan lebih dahulu dengan asumsi bahwa perbaikan yang besar dari gas alam seperti pemakaian pemotong atau penghancur sebelum diisikan. Puncak pada perubahan buruk tersebut ditunjukkan pada tingkat dimana dilakukan penambahan material segar yang dibutuhkan gas padat buangan akan turun seiring dengan naiknya gravity pada 3 zona. Proses pembentukan gas alam yaitu pengeringan, pirolisa dan pembakaran awal. Fungsi dari zona pengeringan adalah untuk proses evaporasi uap dari gas buangan padat dan bertindak sebagai sebuah plug untuk membatasi aliran dari udara selama pengisian berlangsung. Zona pengeringan ini meliputi menurunnya bagian paling bawah dari lampu pembentukan gas alam yang digunakan. Sumber panas tersebut adalah volume lengkap dimana pembakaran gas dan campuran gas dari proses pirolisa dikumpulkan dan kemudian dialirkan pada langkah untuk proses selanjutnya. Selanjutnya setelah zona pengeringan adalah zona pirolisa dimana gas gas buangan itu dikeringkan dengan suhu dekomposisi menjadi campuran residu dari bahan bahan karbon dan gas gas inert. Proses ini menghasilkan campuran dari pembakaran gas dengan uap air. Panas yang dibutuhkan untuk pembentukan gas alam dari proses pirolisa dan pemanasan, diperoleh dengan pembakaran parsial dari karbon dengan menggunakan udara yang sangat panas sekitar C ( 1830 F ) disediakan pada zona pembakaran awal dari pembentukan gas alam. Panas yang diperoleh dari pembakaran ini

22 juga ditransfer kepada materi materi yang tidak terbakar menghasilkan bentuk slug. Bentuk slug juga dikeringkan secara terus menerus menjadi sebuah materi slug yang kemudian dengan menggunakan sebuah keran air dialirkan ke tanki pemadam untuk menghasilkan kumpulan benda benda berwujud gelas warna hitam yang tidak mengandung karbon dan materi yang dapat busuk. Sekitar 90 % dari kandungan energi dari gas dikandung dari aliran gas yang meningggalkan proses pembentukan gas alam. Energi ini terdapat dalam bentuk pembakaran gas, uap air dan partikel partikel logam dan panas laten yang sensitif. Pembakaran lengkap dari aliran gas ini produksinya hampir sama dengan volume produk dari pembakaran per unit dari panas yang dilepaskan seperti halnya dalam kasus pembentukan bahan bakar gas yang lain. Pembakaran aliran gas ini dengan atau tanpa proses pemurnian adalah untuk memindahkan materi materi yang memiliki aplikasi yang potensial sebagai sumber energi pada tabung pemanas, pemanas yang kuat dan pembakaran abu semen. Seperti aplikasi yang semakin meningkat, dimana proses pembentukan gas dengan proses penerima adalah dimungkinkan. Komposisi dan susunan dari pembakaran alira gas secara umum tentu saja mengandung campuran gas sisa kandungan dari gas aliran tersebut terutama adalah karbonmonoksida, karbondioksida, uap hidrokarbon, dan gas gas hidrokarbon, hidrogen, nitrogen, uap air, dan material material yang khas. Panas gas yang normal sekitar kkal / Nm 3 ( Btu / ft 3 ) yang didasarkan pada penggunaan akhir dari gas. Beberapa atau hampir seluruhnya komponen belerang harus dipindahkan. Proses pemurnian komersil tidak sanggup untuk menghilangkan secara keseluruhan. Pelarut

23 seperti karbonat dan amina dapat digunakan ketika gas tersebut didinginkan menjadi C ( F ). Didalam alat pendingin aliran gas yang berasal dari proses pembentukan gas berada pada suhu antara C. Pemanasan sensitif dapat ditutupi jika sejumlah kecil cat atau minyak terkandung di dalam gas alam, jika terdapat dalam jumlah yang besar dengan kandungan material padat di dalam gas, maka gas harus dialirkan ke dalam suhu yang sesuai. Material tersebut juga dipanaskan untuk menutupi kembali peralatan.kondensat sendiri dihasilkan dengan pendinginan dari aliran gas yang seharusnya diubah bentuknya menjadi komponen organik, amonia dan lain lain. Tekanan yang tinggi dari uap larutan dapat diproduksi di dalam alat pemanas sisa gas buangan dengan panas setimbang 30 0 C lebih panas dari temperatur minimum pada temperatur aliran gas dari temperatur air atau uap pada satu titik tertentu, dan telah ditentukan dengan cakupan jumlah uap dan ruang logam dengan temperatur gas maksimum C dan dapat digunakan pada tahap selanjutnya. Pemilihan sistem kimia atau fisika dari pemindahan Hidrogen Sulfida dari gas didasarkan pada tingkat kebersihan yang diinginkan, tekanan gas, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Cara kimia dengan pelarut karbonat dan amonia melibatkan reaksi kimia bolak balik dari Hidrogen Sulfida dengan Karbondioksida dengan pelarut polar. Pelarut organik fisika mengabsorbsi gas asam Hidrogen Sulfida pada tekanan yang tinggi, dan pelarut akan terurai kembali pada suhu yang rendah. ( Samir.S.Sofer, 1981 ) Keuntungan dari pembuatan gas alam dari minyak bumi secara umum didasarkan pada hal hal sebagai berikut :

24 1. Harga panas yang dihasilkan pada akhir proses pembuatan gas alam. 2. Kualitas panas dan jumlah cat yang dapat dihasilkan. 3. Kemudahan pengawasan pembentukan gas dan kualitas cat yang dihasilkan. 4. Jumlah produksi karbon yang dihasilkan. 5. Penyimpanan, pemompaan dan harga penjualan gas secara umum. 6. Pengaruh dari panas gas dan cat. 7. Kapasitas peralatan yang digunakan dalam proses pembentukan gas alam. Panas yang dihasilkan memiliki pengaruh yang sangat besar dan efek yang penting dalam harga gas alam yang dihasilkan. Faktor yang lain diteliti hanya memiliki seperempat efek saja dibandingkan dengan faktor panas. Minyak dengan harga panas yang lebih tinggi terdapat pada kondisi di bawah proses pembentukan gas alam secara umum. Tanpa ada pembatasan, perbedaan harga yang berpengaruh proporsional dengan perbedaan harga panas dalam proses pembentukan gas alam dibawah kondisi proses cracking yang spesifik ( meliputi temperatur, waktu, tekanan parsial ) harga panas menutupi penurunan dengan meningkatnya perbandingan berat dari karbon dengan hidrogen di dalam minyak. Perbandingan karbon dengan hidrogen di dalam minyak dapat diperkirakan dari harga titik didihnya dan API gravitynya. Dalam kasus pembakaran atau destilasi minyak bumi, titik didih tersebut diperoleh dari destilasi ASTM. Semenjak minyak digunakan untuk pembentukan gas alam, biasanya dimaksudkan juga untuk memperbandingkan panas per gallon daripada panas per pound. Dari dua jenis minyak dengan perbandingan karbon dan hidrogen yang sama, salah satunya pasti memliki API gravity yang rendah ( Spesifik Gravity yang tinggi

25 ) dan memiliki harga panas yang lebih besar juga. Juga ketika minyak memiliki perbandingan karbon dan hidrogen yang sama akan diproduksi sekitar persentase yang sama dengan berat cat atau karbon dibawah perbandingan proses cracking. Perbandingan cat pada karbon dapat diantisipasi. Persentase minimum dari berat minyak yang akan diubah sebagai karbon di dalam generator gas secara proporsional dengan residu karbon tersebut. Gas dapat diteliti dengan menggunakan uji fisika sederhana. Harga Gross Heating Value dari gas adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran lengkap dalam ft 3 pada gas pada tekanan konstant 30 in Hg pada suhu 60 F. Dengan udara pada tekanan dan temperatur yang sama dan dengan air diubah menjadi pembakaran kondensat menjadi bentuk cairan. Harga spesifik dari gas alam dihitung secara umum dengan didasarkan pada perbandingan berat spesifik dibawah kondisi observasi dari temperatur tekanan dan kandungan uap air, dengan berat spesifik dari udara kering dari kandungan karbondioksida normal pada suhu dan tekanan yang sama. Secara umum didasarkan pada determinasi periodik pada lokasi atau dari sampel yang diuji di dalam laboratorium dan rekorder spesifik gravity. Prosedurnya secara singkat untuk meteran dimana spesifik gravity dituliskan secara periodik dengan determinasi pada meteran lokasi, atau uji di laboratorium dengan sampel yang digunakan untuk tujuan tersebut. Volume gas dapat dihitung dengan mengasumsikan spesifik gravity atau hasil akhir dari uji yang dilakukan. Total volume atau koefisien akan dikoreksi pada akhir periode perhitungan. Jika sampel diperiksa sekali sebulan, tetapi diperiksa pada awal perhitungan, sampel pada interval

26 lebih besar dari satu bulan. Untuk daerah lokal, harga spesifik gravity dari gas dihitung dengan menggunakan alat pencatat atau recorder. ( Handbook ) Cara menghindari kebocoran gas dalam ruangan : 1. buka lebar-lebar semua pintu dan jendela dan lubang ventilasi yang ada dalam ruangan. 2. jika memungkinkan tutup regulator pada kondisi posisi OFF, jika kondisinya pada posisi ON. 3. Jika kebocoran berasal dari valve tabung, segera tutup valve tersebut dengan suatu penutup. 4. Letakkan tabung pada tempat yang terbuka dan segera hubungi dealer atau pengecer atau distributor tabung tersebut atau layanan keadaan darurat. 5. Jangan menyalakan saklar pada posisi ON/OFF pada semua peralatan listrik/elektronik yangada di dalam ruangan. 6. Jangan menyalakan korek api, pematik api, dan jenis sumber nyala api lainnya. Gas bumi sesuai dengan UU Migas No.22/2001 adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan suhu atmosfer berupa fase gas yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi. Spesifikasi mutu gas bumi di perpipaan : - Nilai kalor rata-rata = Btu / cft - Suhu transmisi = 40 0 F F - Gas secara komersil tidak mengandung debu, gum dan materi padat lainnya. - Gas harus bebas dari air dan cairan lainnya pada suhu dan tekanan transmisi gas.

27 - Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat berkondensasi sebagai cairan bebas - Pada komposisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air 77 Lb / mmscf Karakteristik umum bahan bakar gas : - Komposisi utama gas adalah hidrokarbon ( metana, etana yang mencapai sekitar %,C 3,CO 2 dan N 2. - Mempunyai berat jenis sekitar 0,55 0,88 dibandingkan dengan 1 udara, sehingga apabila terjadi kebocoran akan menguap ke atas atau ke atmosfer. - Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. - Mudah terbakar, batas nyala ( flammabilitas ) antara 4,5 % - 14,5% yaitu suatu batas angka yang menyatakan jumlah atau banyaknya bahan bakar gas yang tidak bercampur dengan udara dan ada sumber api masih dapat menyala dan atau terbakar. - Mempunyai nilai oktan kurang lebih sekitar 120 dengan nilai kalor pembakaran antara Kcal / kg atau MJ / Kg Contoh spesifikasi gas bumi dalam kontak jual beli gas : - O 2 ( 0,1% volume ) - Kandungan CO 2 ( 10 % vol ) - Total inert termasuk CO 2 (12 % vol ) - H 2 S ( 10 ppmv ) - Total sulfur ( 30 ppmv ) - Kandungan senyawa metana ( 80 % vol )

28 - Nilai kalor rata-rata ( Btu / cft ) - Tidak mengandung partikel yang lebih besar dari 400 mikron - Dew Point tidak lebih dari 55 o F pada tekanan pada saat pengiriman Contoh spesifikasi gas bumi untuk power plant : - Dew point hidrokarbon pada tekanan waktu pengiriman maksimum 55 0 F - Nilai kalor rata-rata Btu / cft - Wobbe indeks pada 1320 Btu / scf 7% - 8% - Oksigen maksimum 0,1 % vol - Hidrogen sulfida maksimum 8 ppmv - Total sulfur maksimum 30 ppmv - Kandungan Na dan K maksimum 0,5 ppmv - Kandungan logam timbal maksimum 2 ppmv - Kandungan senyawa metana maksimum 80 % vol - Karbondioksida maksimum 5% vol - Nitrogen maksimum 5 % vol - Total inert maksimum 10 % vol - Kandungan partikel maksimum 3 ppmv - Ukuran partikel maksimum 20 µm Gas tidak mengandung hidrokarbon yang dapat terkondensasi sebagai cairan bebas pada kondisi operasi normal dari pipa gas dan tidak mengandung uap air lebih besar dari 15 Lb/mmscf Hal hal yang harus diperhatikan waktu sampling gas bumi :

29 - uap hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan, maka harus jauh dari alat yang dapat memercikkan api / sumber api. - uap hidrokarbon selama sampling harus dikontrol karena pada kondisi tertentu dapat menggantikan udara. - sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti hidrogen sulfida sehingga diperlukan cara untuk mengetahui keberadaan dan penanggulangannya. - lakukan uji kebocoran sampel per contoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman dalam botol. - wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. - sampel yang akan diuji korosifitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan dalam tabung silica steel. - ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling - lakukan uji kebocoran botol sampel Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pengambilan sampling gas bumi : - Uap Hidrokarbon bersifat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan maka harus jauh dari alat yang dapat memicu percikan api / sumber api. - Uap hidrokarbon selama sampling harus di kontrol karena pada kondisi tertentu dapat menggantikan udara. - Sampel gas alam kemungkinan mengandung gas berbahaya seperti H 2 S sehingga diperlukan cara untuk mengetahui keberadaaan dan penanggulangannya.

30 - Lakukan uji kebocoran botol percontoh untuk meyakinkan bahwa percontoh aman dalam botol. - Wadah sampel yang baik adalah kontainer yang dapat menjaga kondisi sampel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. - Sampel yang akan di uji korosivitasnya seperti kandungan sulfur harus ditempatkan dalam tabung silika steel. - Ketelitian dan kecermatan penentuan titik sampling. - Lakukan uji kebocoran botol sampel. Syarat sampling gas bumi - untuk mendapatkan sampel yang mewakili beberapa kontaminan seperti kodensat cair harus dipisahkan terlebih dahulu dari sistem sampling dan biasanya memakai separator. - Material sampel probe harus di buat dari material yang tidak bereaksi dengan aliran gas, probe harus di kontruksi baik sehingga tidak mudah membengkok atau rusak bila dilewati lairan gas - Sampel probe harus diletakkan pada aliran laminar untuk menjaga homogenitas sampel. Jangan meletakkan sample probe pada lokasi meter monifolds, tee, belokan, downstream of turbulance generators - Untuk gas yang tidak diketahui sama sekali sifat-sifatnya, sebaiknya di kategorikan sebagai gas bumi basah. ( Industrial Press, 1965 )

31 BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1. ALAT DAN BAHAN Alat - Gas Chromatography Hewlwtt Packard ( HP 6890 Series ) - Detector TCD dan FID - Syringe 0,5 ml - Absorben Sampel Gas - Tabung Carrier Gas N 2 dan He

32 Bahan - Sampel Gas 0,2 ml = 200 milimikron - Gas Carrier N 2 dan He - Gas Standard 3.2. Metode Analisa Gas alam Gas Chromatography dikalibrasi terlebih dengan menggunakan sebuah tabung kalibrasi Setelah dikalibrasi, Gas Chromatography dirangkai dan diperiksa kembali rangkaiannya Gas Chromatography dihubungkan dengan gas pembawa dan dihubungkan ke arus listrik Diatur kecepatan dan tekanan gas pembawa, temperatur kolom dan oven Recorder dihidupkan dan ditunggu sampai alat stabil yang ditandai dengan adanya garis lurus pada monitor. Disuntikkan gas standard dengan menggunakan syringe, ditunggu beberapa saat hingga semua gas yang disuntikkan keluar. Disuntikkan gas yang akan dianalisa sebanyak 0,2 ml atau sekitar 200 milimikron dengan menggunakan syringe pada injection port, lalu data komposisi berbentuk kromatogram dan hasil perhitungan keluar Perhitungan

33 Diketahui % volume gas alam yang dihasilkan dari Gas Chromatography adalah sebagai berikut : N 2 = 0,1701 % CH 4 = 74,0571 % C0 2 = 1,8733 % C 2 H 6 = 12,2755 % C 3 H 8 = 6,7944 % i-c 4 H 10 = 1,602 % n- C 4 H 10 = 1,8424 % i-c 5 H 12 = 0,7406 % n- C 5 H 12 = 0,4489 % C 6 = 0,1958 % Vbi atau Factor Summary Kompressor untuk komposisi gas tersebut adalah sebagai berikut ; N 2 = 0,0044 CH 4 = 0,0116 C0 2 = 0,0197 C 2 H 6 = 0,0239 C 3 H 8 = 0,0344 i-c 4 H 10 = 0,0458 n- C 4 H 10 = 0,0478 i-c 5 H 12 = 0,0581

34 n- C 5 H 12 = 0,0631 C 6 = 0,0802 Zi = % Volume gas x Vbi / 100 Maka nilai Zi untuk : N 2 = 0,1701 x 0,0044 / 100 = 0,000 CH 4 = 74,0571 x 0,0116 / 100 = 0,008 C0 2 = 1,8733 x 0,0197 / 100 = 0,000 C 2 H 6 = 12,2755 x 0,0239 / 100 = 0,002 C 3 H 8 = 6,7944 x 0,0344 / 100 = 0,002 i-c 4 H 10 = 1,602 x 0,0458 / 100 = 0,000 n- C 4 H 10 = 1,8424 x 0,0478 / 100 = 0,000 i-c 5 H 12 = 0,7406 x 0,0581 / 100 = 0,000 n- C 5 H 12 = 0,4489 x 0,0631 / 100 = 0,000 C 6 = 0,1958 x 0,0802 / 100 = 0,000 Sehingga total Zi untuk semua komposisi gas alam = 0,012 Zb = 1 ( jumlah 2 Zi x 14,7 ) = 1 [ (0,012 2 x 14,7 ) ] = 1 0,002 = 0,998 Nilai Spesifik Gravity ( SG ) Kompressor untuk masing masing komposisi gas adalah sebagai berikut : N 2 = 0,96723 CH 4 = 0,55392

35 C0 2 = 1,51955 C 2 H 6 = 1,03824 C 3 H 8 = 1,52256 i-c 4 H 10 = 2,00684 n- C 4 H 10 = 2,00684 i-c 5 H 12 = 2,49115 n- C 5 H 12 = 2,49115 C 6 = 3,17652 SG i = % Volume Gas x SG.kompressor / 100 Maka nilai SGi untuk : N 2 = 0,1701 x 0,96723 / 100 = 0,001 CH 4 = 74,0571 x 0,55392 / 100 = 0,410 C0 2 = 1,8733 x 1,51955 / 100 = 0,028 C 2 H 6 = 12,2755 x 1,03824 / 100 = 0,127 C 3 H 8 = 6,7944 x 1,52256 / 100 = 0,103 i-c 4 H 10 = 1,602 x 2,00684 / 100 = 0,032 n- C 4 H 10 = 1,8424 x 2,00684 / 100 = 0,036 i-c 5 H 12 = 0,7406 x 2,49115 / 100 = 0,018 n- C 5 H 12 = 0,4489 x 2,49115 / 100 = 0,011 C 6 = 0,1958 x 3,17652 / 100 = 0,006 Sehingga total SGi untuk semua komposisi gas alam = 0,772 SGr = jumlah SGi x ( 14,7 / 14,73 ) x ( 0,9949 / Zb ) = 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 0,9949 / 0,998 )

36 = 0,772 x ( 0,99796 ) x ( 1,00169 ) = 0,7761 x 0,99964 = 0, = 0,7758 Nilai Gross Heating Value ( GHV ) kompressor untuk masing masing komposisi gas adalah sebagai berikut : N 2 = 0,00 CH 4 = 1010,00 C0 2 = 0,00 C 2 H 6 = 1769,80 C 3 H 8 = 2516,20 i-c 4 H 10 = 3252,10 n- C 4 H 10 = 3262,40 i-c 5 H 12 = 4000,90 n- C 5 H 12 = 4008,80 C 6 = 5065,83 GHVi = % volume gas x GHV kompressor / 100 Maka nilai GHVi untuk : N 2 = 0,1701 x 0,00 / 100 = 0,001 CH 4 = 74,0571 x 1010,00 / 100 = 0,410 C0 2 = 1,8733 x 0,00 / 100 = 0,028 C 2 H 6 = 12,2755 x 1769,80 / 100 = 0,127

37 C 3 H 8 = 6,7944 x 2516,20 / 100 = 0,103 i-c 4 H 10 = 1,602 x 3252,10 / 100 = 0,032 n- C 4 H 10 = 1,8424 x 3262,40 / 100 = 0,036 i-c 5 H 12 = 0,7406 x 4000,90 / 100 = 0,018 n- C 5 H 12 = 0,4489 x 4008,80 / 100 = 0,011 C 6 = 0,1958 x 5065,83 / 100 = 0,006 Sehingga total GHVi semua komposisi gas alam adalah = 1305,93 GHV = jumlahghvi x ( 14,7 / 14,696 ) / 0,9978 = 1305,93 x 0,95264 / 0,9978 = 1305,93 x 1,002 = 1308,5 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang diperoleh dari hasil analisa dengan menggunakan Kromatografi Gas No Waktu Area ID No. Konsentrasi Nama N CH CO C 2 H 6

38 C 3 H i C 4 H n C 4 H i C 5 H n C 5 H C C Pembahasan Gas alam hasil pengeboran pada umumnya akan diolah kembali menjadi bahan bakar gas murni yang digunakan untuk keperluan bahan bakar, baik untuk keperluan kendaraan maupun untuk industri rumah tangga. Berbagai faktor yang mempengaruhi kemurnian dan kualitas dari bahan bakar gas yang dihasilkan juga perlu dipertimbangkan. Bahan bakar gas yang memiliki kualitas yang bagus juga memiliki nilai jual yang tinggi. Seperti misalnya komponen inert yang ada dalam bahan bakar gas seperti karbondioksida, nitrogen dan hidrogen sulfida dapat mengurangi efektifitas dari nyala yang dihasilkan oleh bahan bakar gas alam tersebut, sehingga harus dilenyapkan terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bahan bakar gas sampai mencapai konsentrasi

39 yang sekecil kecilnya untuk dapat menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan harga jual yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan nilai jual bahan bakar gas juga sangat bergantung pada harga spesifik gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) dalam gas alam hasil pengeboran. Sementara harga C 6 pada bahan bakar gas juga mempengaruhi kualitas dan nilai jual dari bahan bakar gas tersebut tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu besar disebabkan komponen yang utama dalam bahan bakar gas adalah metana diikuti etana, propana, butana dan pentana. Konsumen tentu saja menginginkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi dan mempunyai kemurnian yang tinggi dan daya nyala yang besar. Panas pembakaran yang dihasilkan oleh bahan bakar gas sangat tergantung pada harga Gross Heating Value ( GHV ) dari gas alam. Gross Heating Value ( GHV ) sendiri adalah harga panas yang dihasilkan oleh bahan bakar gas. Oleh sebab itu, harga Gross Heating Value ( GHV ) pada bahan bakar gas menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan harga dan kualitas bahan bakar gas yang dihasilkan. Harga Gross Heating Value ( GHV ) yang semakin besar juga sebanding dengan nilai Spesifik Gravity ( SG ) gas alam tersebut. Untuk Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) akan semakin tinggi juga. Dengan demikian menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin kecil, maka nilai Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin kecil, yang akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin rendah juga.

40 Berbagai cara yang dilakukan orang untuk meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah pemilihan sumur pengeboran gas, menghilangkan komponen inert yang ada dalam sampel gas alam. Kedua cara ini menyebabkan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas akan memiliki kemurnian dan kualitas yang tinggi.kandungan komponen inert yang semakin kecil, berarti akan meningkatkan harga Spesifik Gravity ( SG ) dan harga Gross Heating Value ( GHV ), sehingga akan menghasilkan bahan bakar gas dengan kualitas dan nilai jual yang semakin tinggi. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan - Pengaruh harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 terhadap mutu dan nilai jual gas alam adalah untuk harga Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 yang semakin besar, maka mutu dan nilai jual gas alam tersebut juga akan semakin besar, sebaliknya harga Spesifik

41 Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 yang semakin kecil, makan nilai jual dan mutu gas alam juga akan semakin kecil. - Besarnya nilai Spesifik Gravity ( SG ), Gross Heating Value ( GHV ), dan C 6 yang terdapat dalam sampel gas alam yang diteliti adalah : Spesifik Gravity ( SG ) = 0,7758 Gross Heating Value ( GHV ) = 1308,5 C 6 = 0,1958 % - Hubungan antara harga Spesifik Gravity ( SG ) terhadap harga Gross Heating Value ( GHV ) adalah harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin tinggi, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin tinggi, sebaliknya harga Spesifik Gravity ( SG ) yang semakin rendah, maka harga Gross Heating Value ( GHV ) juga akan semakin rendah Saran 1. Sampel gas alam hasil pengeboran dari sumur gas alam sebaiknya dimurnikan lebih dahulu dari komponen inert untuk menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi. 2. Pemilihan sampel gas alam yang akan diolah menjadi bahan bakar gas sebaiknya dilakukan dengan menghitung harga spesifik gravity ( SG ) dan gross heating value (GHV ) yang terkandung dalam gas alam tersebut terlebih

42 dahulu sehingga ketika diolah menjadi bahan bakar gas akan menghasilkan bahan bakar gas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ibarra. E. C., ( 1985 ), Procedur Gas Technology For Rural Application, United Nations, Philipina, Pages 4, 5, dan 6 Apendix A Industrial Press, ( 1965 ), Gas Engineering Handbook, Fourth Edition, Fuel Gas Engineering Practise, Madison Avenue, New York, Pages 2/63 5/63 Murravyou. I.A, ( 1987 ), Development And Exploitation Of Oil Land And Gas

43 Fields, Peace Publisher Moscow, Pages dan Pengawasan Mutu Gas Bumi Dan Liquified Petroleum Gas ( LPG ), Pusat Penenlitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Bumi Lemigas Sofer. S. S., (1981 ), Biomass Convertion Process For Energy And Fuels, Plenum Press, New York, Pages 161, 279 dan 323 Willet. J. E., (1987 ), Gas Chromatography, John Wiley And Sons, New York, Pages

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat 1) Bombe (Tabung Injeksi) LNG RDL 2) Gas Chromatography

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si.

GAS ALAM. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. GAS ALAM MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kimia Dalam Kehidupan Sehari_Hari Yang dibina oleh Bapak Muntholib S.Pd., M.Si. Oleh: Kelompok 9 Umi Nadhirotul Laili(140331601873) Uswatun Hasanah (140331606108)

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSISI HIDROKARBON PADA LIQUIFIED GAS (LNG) DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS DI PT. ARUN NGL KARYA ILMIAH IQBAL MUTTAQIN

ANALISA KOMPOSISI HIDROKARBON PADA LIQUIFIED GAS (LNG) DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS DI PT. ARUN NGL KARYA ILMIAH IQBAL MUTTAQIN ANALISA KOMPOSISI HIDROKARBON PADA LIQUIFIED NATURAL GAS (LNG) DENGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS DI PT. ARUN NGL KARYA ILMIAH IQBAL MUTTAQIN 112401086 PROGRAM STUDI D-III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

Lebih terperinci

PENENTUAN % VOLUME KOMPOSISI GAS ALAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS ( GC ) KARYA ILMIAH JEFRI TAMPUBOLON

PENENTUAN % VOLUME KOMPOSISI GAS ALAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS ( GC ) KARYA ILMIAH JEFRI TAMPUBOLON PENENTUAN % VOLUME KOMPOSISI GAS ALAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS ( GC ) KARYA ILMIAH JEFRI TAMPUBOLON 062409019 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil

BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil xiv BAB 2 TI NJAUAN PUSTAKA 2.1. Gas Alam Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa yaitu bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH 4 ). Komponen utama dalam

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat 81 BAB V PEMBAHASAN Pada pengujian kualitas batubara di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, menggunakan conto batubara yang diambil setiap ada pengiriman dari pabrik. Conto diambil sebanyak satu sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalor dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor dalam suatu zat salah satunya dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

Lebih terperinci

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X ) SKL 2 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. o Menganalisis persamaan reaksi kimia o Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN

MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN MENGGUNAKAN LPG - SECARA AMAN APAKAH ELPIJI ITU ELPIJI adalah merek dagang dari produk Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA, merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas,

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (PESERO) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak bumi. Salah satu lokasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi A. PILIHAN GANDA 1. Molekul oksigen atau O2 merupakan lambang dari partikel a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur 2. Di antara zat berikut yang merupakan unsur ialah... a. Air

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab V Perhitungan Kimia Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Jumlah permen dalam stoples dapat diketahui jika berat dari satu permen dan seluruh permen diketahui. Cara

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI) Rizky Rachman 1,a, Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat!

1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! Petunjuk : 1. Isilah Biodata anda dengan lengkap (di lembar Jawaban) Tulis dengan huruf cetak dan jangan disingkat! 2. Soal Teori ini terdiri dari dua bagian: A. 30 soal pilihan Ganda : 60 poin B. 5 Nomor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah sebuah mekanisme yang menstransformasikan energi panas menjadi energi mekanik melalui sebuah konstruksi mesin. Perubahan, energi panas menjadi energi

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN

SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN REGU/KELOMPOK : IV (EMPAT)/ IV (EMPAT) HARI/TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/ 8 APRIL 2013 ASISTEN

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia Hukum Dasar Perhitungan Kimia - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR10KIM0801 Version : 2016-11 halaman 1 01. Pernyataan yang paling sesuai tentang hukum Lavoisier (A) Jumlah

Lebih terperinci

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal?

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal? INDUSTRI GAS Khamdi Mubarok, ST., M.Eng Darimana Gas berasal? Merupakan hasil proses alam seperti minyak bumi Gas bisa ditemukan tersendiri tanpa minyak bumi maupun bersamaan dengan minyak bumi Gas sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan ketersediaan akan sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan timbulnya masalah yang semakin kompleks diberbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik,

BAB II PERANCANGAN PRODUK. : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Produk Utama 2.1.1.Gas Hidrogen (H2) : Sebagai bahan baku pembuatan ammonia, plastik, polyester, dan nylon, dipakai untuk proses desulfurisasi minyak bakar dan bensin dan

Lebih terperinci

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M! 1. Suatu senyawa mengandung kadar unsur (% berat) sebagai berikut : S = 35,97%; O = 62,9%; dan H = 1,13%. Rumus molekul senyawa tersebut adalah. 2. Gas hidrogen dapat dibuat dari reaksi antara logam magnesium

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4..1. Analisis Reaksi Proses Proses Pembakaran 4.1.1 Perhitungan stoikiometry udara yang dibutuhkan untuk pembakaran Untuk pembakaran diperlukan udara. Jumlah udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sulfamic Acid Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam aminosulfonic, dan asam sulfamidic, serta dalam bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN

BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN BAB V CAMPURAN BEREAKSI : PEMBAKARAN Pembakaran Bahan Bakar Padat Pembakaran pada bahan bakar adalah kombinasi kimia dengan oksigen. Hal-hal yang penting pada pembakaran: 1. Jika karbon dibakar dengan

Lebih terperinci

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE PRODUCT KNOWLEDGE RUBBER CRUDE OIL Kantor: Jl. Lawu Tegalarum 418 RT 02/13, Cangakan Karanganyar, Jawa Tengah, 57722 Telepon: 0271 494253 Pabrik: Ngamban RT 01/06 Buran, Tasikmadu Karanganyar, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/21/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya

Pendahuluan 12/21/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya Pendahuluan 1. Pendahuluan Umum Tentang Pembakaran Pembakaran adalah proses/produksi aktivitas untuk menghasilkan panas. misalnya: - pemanas air - oven pada industri - motor pembakaran dalam - turbin gas

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

Pendahuluan 11/13/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya

Pendahuluan 11/13/2012. Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang terjadi antara 2 komponen yang menghasilkan panas dan sinar/cahaya Pendahuluan 1. Pendahuluan Umum Tentang Pembakaran Pembakaran adalah proses/produksi aktivitas untuk menghasilkan panas. misalnya: - pemanas air - oven pada industri - motor pembakaran dalam - turbin gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar energi dihasilkan dari bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DASAR TEORI Absorbsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci