Menteri Koordinator Bidang Perekonomian PENJELASAN TENTANG MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
|
|
- Herman Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian PENJELASAN TENTANG MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Disampaikan Pada acara: MUSRENBANGNAS 2011 Jakarta, 28 April 2011
2 Slide 1 OUTLINE PAPARAN 1. PENDAHULUAN 2. KERANGKA DESAIN MASTER PLAN P3EI Pengembangan potensi daerah melalui 6 Koridor Ekonomi Pengembangan konektivitas intra dan inter koridor serta internasional Peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK di dalam koridor 3. REKAPITULASI INDIKASI INVESTASI MP3EI SAMPAI DENGAN PETA INDIKASI INVESTASI 5. DAFTAR DEBOTTLENECKING YANG TERINDIKASI
3 PENDAHULUAN Beberapa Pemahaman Dasar Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
4 VISI 2025 Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan PDB: US$ ~ 1,2 triliun Pendapatan/kap: US$ ~ Kekuatan ekonomi 14 besar dunia PDB: US$ 3,8 4,5 Trilyun Pendapatan/kap: US$ (high income country) Terbesar ke-12 dunia PDB ~ US$ 700 Milyar Pendapatan/kap US$ 3,005 Terbesar ke-17 besar dunia Catatan: Proyeksi 2014 sesuai dengan proyeksi RPJMN Proyeksi 2025, angka tidak resmi pemerintah Slide 3
5 MP3EI HARUS MENJADI BAGIAN INTEGRAL DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Slide 4 Dokumen MP3EI tidak menggantikan RPJMN melainkan menjadi dokumen kerja yang komplementer terhadap RPJPN (UU No. 17 Tahun 2007) dan RPJMN (Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010). Seluruh program reguler pemerintah yang tidak dicakup dalam MP3EI berjalan seperti biasa sesuai dengan perencanaan. Program pengembangan MP3EI mencakup pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
6 Slide 5 RPJMN PRIORITAS NASIONAL RPJM 1 ( ) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJM 2 ( ) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualias SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. RPJM 3 ( ) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kom-petitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek RPJM 4 ( ) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
7 Slide 6 MASTERPLAN MERUPAKAN KOMPLEMENTER DARI DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RKP
8 Slide 7 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (1) DI DALAM PROSES PENYUSUNAN: MP3EI mengedepankan terobosan strategi dan kebijakan: Thinking out of the box!! oleh karenanya membutuhkan perubahan mindset. Menitikberatkan pada PENDEKATAN SOLUSI, bukan pada PENDEKATAN MASALAH YANG DIHADAPI agar diperoleh rumusan strategi dan kebijakan tidak hanya incremental, tetapi struktural PENDEKATAN MASALAH PENDEKATAN SOLUSI
9 Slide 8 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (2) DI DALAM PROSES PENYUSUNAN: MP3EI menitikberatkan pada percepatan transformasi ekonomi dengan pendekatan: Peningkatan Value Added Mendorong Inovasi Mengintegrasikan pendekatan sektoral dan Regional Memfasilitasi percepatan investasi swasta sesuai kebutuhannya Business as Usual waktu Pemerintah berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator
10 Slide 9 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (3) MP3EI mendengarkan masukan dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan: Pemerintah Daerah BUMN terutama dalam rangka memanfaatkan kekuatan sumber pendanaan di luar APBN Pelaku Usaha (KADIN, Asosiasi Usaha/Profesi) Pakar dan Akademisi
11 KERANGKA DESAIN MP3EI
12 Slide 11 TUJUAN STRATEGI UTAMA PRASYARAT Menuju negara maju yang lebih sejahtera Melalui percepatan dan perluasan pembangunan Ekonomi Indonesia di seluruh Tanah Air ( ) PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI Pengembangan (dan revitalisasi) pusat-pusat pertumbuhan Luar Jawa PERKUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL Sinergi antar-pusat pertumbuhan dan pemerataan infrastruktur dasar MEMPERCEPAT KEMAMPUAN SDM DAN IPTEK NASIONAL Mendorong ke arah innovation driven economy 1. Mengubah mindset 2. Pengembangan Mutu Modal Manusia 3. Pemanfaatan seluruh sumber Pembiayaan Pembangunan 4. Pola pengelolaan Anggaran & Kekayaan Negara yang lebih baik. 5. Konsistensi kebijakan yang mendorong transformasi sektoral 6. Keberlanjutan Jaminan Sosial & Penanggulangan Kemiskinan 7. Ketahanan Pangan & Air. 8. Ketahanan Energi 9. Reformasi Birokrasi
13 STRATEGI UTAMA INISIATIF STRATEGIK Strategi utama dioperasionalisasikan dalam inisiatif strategik Pengembangan potensi melalui Koridor Ekonomi Mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI dlm skala besar di 22 Kegiatan Ekonomi Utama (mendorong realisasi investasi melalui percepatan terselesainya hambatan yang dihadapi pelaku) Memperkuat konektivitas nasional Mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK Nasional Sinkronisasi rencana aksi nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor riil (penetapan jadwal penyelesaian masalah peraturan nasional dan infrastruktur utama nasional) Pengembangan Center of Excellence di Setiap Koridor Ekonomi (mendorong pengembangan SDM dan IPTEK sesuai kebutuhan peningkatan daya saing) Inisiatif Strategik adalah sebagai katalis terjadinya percepatan. Hal ini juga bisa memberikan dampak keyakinan para pengusaha atas upaya pemerintah Slide 12
14 STRATEGI 1: PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH MELALUI 6 KORIDOR EKONOMI Banda Aceh Medan Batam Pekanbaru Pontianak Samarinda Palu Jambi Padang Palangkaraya Mamuju Palembang Pangkal Pinang Bengkulu Banjarmasin Lampung Makassar Jakarta Semarang Surabaya Serang Mataram Jogjakarta Denpasar Manado Gorontalo Kendari Kupang Ternate Manokwari Sorong Ambon Jayapura Wamena Merauke
15 Slide 14 Dalam rangka merumuskan strategi dan kebijakan, MP3EI mempertimbangkan posisi geo-strategis Indonesia dalam skala regional maupun global. Posisi geo-strategis tersebut membentuk keunggulan dan keunikan masing-masing pulau besar yang akan menjadi pilar utama dalam rangka mencapai visi POSISI STRATEGIS INDONESIA DAN PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI Perwujudannya dapat dimaknai dengan pendefinisian peran strategis masing-masing pulau besar yang nantinya membentuk 6 koridor ekonomi. Dengan demikian, pengembangan 6 koridor ekonomi harus diselenggarakan secara terintegrasi, tidak terpisah-pisah untuk memaksimalkan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di seluruh tanah air.
16 Slide 15 Banda Aceh 1 KE Sumatera 2 KE Jawa Medan Batam Pekanbaru Pontianak Samarinda Palu Jambi Padang Palangkaraya Mamuju Palembang Pangkal Pinang Bengkulu Banjarmasin Lampung Makassar Jakarta Semarang Surabaya Serang Mataram Jogjakarta Denpasar 3 KE Kalimantan 6 KORIDOR EKONOMI INDONESIA Gorontalo Kendari Manado Kupang Ternate Ambon Sorong 6 Manokwari Pusat ekonomi mega Pusat ekonomi Jayapura Wamena Merauke 4 KE Sulawesi 5 KE Bali Nusa Tenggara 6 KE Papua Kep. Maluku Maluku Utara diintegrasikan ke dalam Koridor Ekonomi Papua - Maluku, sehingga menjadi Koridor Ekonomi Papua Kep. Maluku. Mempertimbangkan keterikatan sosial-budaya masyarakat Maluku Utara dengan Maluku Mempertimbangkan masukan KADIN 15 Maret 2011 dan usulan Pemerintah Daerah 22 Maret 2011
17 Slide 16 TEMA PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI Berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-masing Wilayah Koridor Sumatera "Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional" Koridor Jawa "Pendorong Industri dan Jasa Nasional" Koridor Kalimantan "Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional" Koridor Bali - Nusa Tenggara Koridor Sulawesi ''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebun an, dan Perikanan serta Pertambangan Nikel Nasional'' ''Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional'' Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi dan Pertambangan Nasional Koridor Papua Kep. Maluku
18 Slide 17 Untuk mempercepat Transformasi Ekonomi, Masterplan perlu fokus pada Program Utama Penetapan Program Utama & kegiatan ekonomi utama Menyusun langkah-langkah spesifik dan nyata, bukan pada tataran konsep dan umum sehingga dapat memberikan kontribusi secara langsung dan signifikan bagi pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Mempertajam perumusan kebijakan serta reformasi peraturan yang menghambat pertumbuhan. Mempermudah dan meningkatkan kualitas pelaksanaan monitoringevaluasi dari kinerja pelaksanaan
19 Slide 18 PENETAPAN KEGIATAN UTAMA Telah diidentifikasi 8 program utama yang meliputi 18 bidang kegiatan ekonomi Namun dari proses aspirasi sektor terdapat tambahan kegiatan-kegiatan utama. Oleh karena itu, Tim Pengarah telah menyepakati 8 program yang meliputi 22 bidang kegiatan utama (+ perkayuan, kakao, pertahanan/alutsista, peternakan).
20 Slide 19 SEBARAN KEGIATAN UTAMA BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI Sumatera Jawa Kalimantan Kelapa Sawit, Karet, Batubara, Besi-Baja, JSS Industri Man-Min, Tekstil, Permesinan Transportasi, Perkapalan, Alutsista, Telematika, Metropolitan Jadebotabek Kelapa Sawit, Batubara, Alumina/Bauksit, Migas, Perkayuan, Besi-Baja Sulawesi Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Nikel, Migas Bali NT Papua Kep. Maluku Pariwisata, Peternakan, Perikanan Food estate, Tembaga, Peternakan, Perikanan, Migas, Nikel
21 Slide 20 BERDASARKAN DISKUSI, DISUARAKAN BEBERAPA REGULASI DAN PERIJINAN YANG MEMERLUKAN DEBOTTLENECKING, YAITU: 1 Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang 2 Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga 3 Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung strategi MP3EI (seperti Bea keluar beberapa komoditi). 4 Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan utama yang sesuai dengan strategi MP3EI 5 Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perijinan
22 STRATEGI 2: PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS INTRA DAN INTER KORIDOR SERTA INTERNASIONAL
23 Slide 22 MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL: UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN TINGGI YANG INKLUSIF Locally integrated and globally connected ELEMEN UTAMA Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui inter-modal supply chain systems. Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas. (pertumbuhan yang inklusif) Integrasi ekonomi untuk penyebaran manfaat dan konvergensi standar hidup
24 Slide 23 PENETAPAN GERBANG PELABUHAN DAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (1/2) Latar Belakang Lemahnya sistem logistik nasional, terutama yang terkait dengan pola logistik ekspor impor Pelabuhan Batam yang belum berfungsi secara optimal Dari 25 pelabuhan utama nasional, tidak satu pun mempunyai kemampuan sebagai global hub port Pelabuhan Laut Tanjung Priok dan Tanjung Perak serta Bandar Udara Soekarno-Hatta sudah mengalami over-capacity Tujuan Pencapaian Menurunkan beban logistik yang selama ini terpusat di Pulau Jawa (inner island) Mendistribusikan secara merata ke pusat-pusat hub internasional Mempercepat pemerataan (perluasan pembangunan ekonomi) Penerapan asas cabotage dengan lebih optimal Pemanfaatan ekonomis Selat Malaka & tiga Arus Laut Kepulauan Indonesia secara lebih optimal Konsep & Lokasi global hub di Barat & Timur Indonesia Penetapan dua pelabuhan hub internasional sebagai pintu gerbang laut, satu di bagian barat Indonesia, satu di bagian Timur Indonesia Penetapan dua bandar udara hub internasional sebagai pintu gerbang udara satu di bagian barat Indonesia, satu di bagian Timur Indonesia Kuala Namu di bagian Barat Indonesia, Hasanuddin di Bagian Timur Indonesia
25 Slide 24 PENETAPAN KONSEP GERBANG PELABUHAN DAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (2/2) SLOC MALACA K Tanjung Bitung PANJANG CILAMAYA MAKASAR ALKI-I RD. INTAN CILACAP TL. LEMBAR ALKI-II ALKI-III ALKI-III B ALKI-III C Sea Line Of Communication (SLOC) and ALKI Jalur Laut Nasional Primer Pelabuhan Hub Global Jalur Laut Nasional Sekunder Jalur Utama Darat (Jalan dan / atau KA) Pelabuhan Primer MAIN INT. AIRPORT
26 STRATEGI 3: PENINGKATAN KAPASITAS SDM DAN IPTEK DI DALAM KORIDOR
27 INOVASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Slide 26 Pendapatan per kapita (US$) Kita harus menuju ke ke tahap untuk bisa berdaya saing Innovation Driven Economy Efficiency Driven Economy
28 Slide 27 PERCEPATAN TRANSFORMASI INOVASI DALAM EKONOMI Pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis Memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dan berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi ROAD MAP: MASTER PLAN (MP)-2025 Road Map Transformasi Inovasi Ekonomi Inisiatif Strategik: 1. Revitalisasi Puspitek sebagai science and technology park 2. Pengembangan industrial park 3. Pembentukan klaster inovasi daerah untuk pemerataan pertumbuhan 4. Pengembangan industri strategis pendukung konektivitas 5. Penguatan aktor inovasi (SDM dan inovasi)
29 REKAPITULASI INDIKASI INVESTASI MP3EI SAMPAI DENGAN 2014
30 Slide 29 TOTAL INDIKASI INVESTASI YANG TERIDENTIFIKASI ~3.350 TRILIUN RUPIAH 3,000 Indikasi Investasi 6 koridor Triliun Rupiah ,348 Nilai Investasi menurut sumber pembiayaan 295 2, % Swasta 1,000 1,079 20% BUMN % Pemerintah % investasi per koridor Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua - Kep Maluku 16% 32% 21% 9% 4% 18% Total 27% Campuran
31 INDIKASI INVESTASI KEGIATAN UTAMA KORIDOR Slide 30 Indikasi investasi pada kegiatan utama koridor Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor (IDR Tn) 1 Besi baja Makanan minuman Tekstil Peralatan transportasi Perkapalan Nikel Tembaga Bauksit Kelapa sawit Karet Pertanian pangan Pariwisata Telematika Batubara Migas Jabodetabek Area JSS Pertahanan/alutsista Peternakan Perkayuan Kakao Perikanan Investasi kegiatan utama koridor ,797.1 Investasi infrastruktur ,550.9 Total keg. utama & infrastruktur , ,348.0
32 Slide 31 RINCIAN INVESTASI INFRASTRUKTUR (dalam trilyun Rupiah) Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor 1 Infrastruktur Jalan Infrastruktur Pelabuhan Infras. Power & Energi Infrastruktur Bandara Infrastruktur Rel Kereta Utilitas Air Telematika Infrastruktur lainnya Total infrastruktur ,550.9
33 Slide 32 INVESTASI INFRASTRUKTUR DAN KEGIATAN UTAMA BERDASARKAN ENTITAS PELAKSANA PROYEK INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG 22 KEGIATAN EKONOMI UTAMA (Triliun Rp) Entitas pelaksana Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total nilai proyek % % % % % % 1, % Swasta % % % % % % % Pemerintah % % % % % % % BUMN % % % % % % % Campuran % % % % - 0% % % PROYEK DI 22 KEGIATAN EKONOMI UTAMA (Triliun Rp) Entitas pelaksana Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total nilai proyek % % % % % % 1, % Swasta % % % % % % 1, % Pemerintah - 0% % - 0% % % % % BUMN % % % % % % % Campuran % % % % % % %
34 KONTRIBUSI INVESTASI DAN SERAPAN TENAGA KERJA BUMN DALAM MP3EI Hampir semua BUMN turut mendukung MP3EI, baik dari sisi produksi, dukungan infrastruktur, maupun dari pembiayaan KE 1: Sumatera, KE 2: Jawa, KE 3: Kalimantan, KE 4 : Sulawesi, KE 5: Bali-Nusa Tenggara, KE 6: Papua Kep. Maluku, JKT : Ibu Kota Slide 33
35 PETA INDIKASI INVESTASI
36 KORIDOR SUMATERA K1-(9)-1 Kawasan Sei Mangke- Kelapa Sawit 1 Banda Aceh Pelabuhan Utama - Hub International K. Tanjung K1-(9,16)-2 Kawasan Sawit Dumai Kelapa Sawit 2 IDR 2,50 T 1 IDR 5,36 T PEMERINTAH BUMN SWASTA Medan Sibolga Dumai Pekan Baru 2 Pelabuhan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Ke Pontianak K1-(15)-3 Tanjung Api-Api, Tanjung Carat - Batubara IDR 1,8 T K1-(9) Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Perkebunan Karet Simpul Perkebunan Sawit Kawasan/Klaster Industri Simpul Pertamb. Batubara Jalur Penghubung Koridor Jaringan Pelayaran Domestik Jalan Kereta Api Jalur Utama Keluar Koridor K2-(2,4)-1 Banten - Makanan Minuman, Peralatan Transportasi IDR 6,17 T K1-(26)-6 Cilegon Besi Baja IDR 57,90 T 7 6 Padang Bengkulu Jambi 4 Bandar Lampung Serang 3 Palembang Pangkal Pinang Jakarta Muara Enim, Pendopo Kelapa Sawit, Batubara IDR T K1-(18,26)-5 Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda Jembatan Selat Sunda IDR 100 T 5
37 KORIDOR JAWA Ke Batam Ke Pontianak K2-(16)-2 Jabodetabek Area IDR 221,30 T K2-(3,5)-7 Metropolitan Gerbang Kertosusila- Makanan Minuman, Perkapalan IDR 12,78 T Ke Kalimantan & Sulawesi 1 K2-(4)-3 6 Bogor - Peralatan Transportasi IDR 1,35 T K2-(2,3)-6 Selatan Jawa Tengah Makanan Minuman, Tekstil IDR 4,69 T 2 K2-(4,2)-4 5 Ke Balikpapan dan Samarinda Bekasi dan sekitarnya - Peralatan Transportasi, Makanan Minuman IDR 16,78 T K2-(18,3)-5 Bandung dan sekitarnya Alutsista, Tekstil IDR 1,4 T Ke Sulawesi 3 4 Serang Ke Banjarmasin Ke Indonesia Timur Ke Bagian Barat Sumatera Simpul Industri makanan Simpul Industri Tekstil Jakarta 2 Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Manufaktur Mesin dan Alat Angkut 1 3 Bandung PEMERINTAH SWASTA 9 Semarang 8 9 Surabaya Yogyakarta Ke Bali & N. Tenggara Kawasan/Klaster Industri Jaringan Pelayaran Domestik Jalur Utama Keluar Koridor Jalur Penghubung Koridor Jalan Kereta Api BUMN K2-(23)-9 9 Jawa - Rel Kereta Api dan Kereta Api Cepat IDR 222,21 T K2-(23)-9 Jawa Tol Trans Jawa IDR 49,60 T 8 K2-(2)-8 Pasuruan-Malang Makanan Minuman IDR 2,06 T 7 Slide 36
38 KORIDOR KALIMANTAN Ke Batam K3-(8,9,14,20) -1 Kutai Timur, Maloy Tembaga,Bauksit/Alumina, Kelapa Sawit, Batubara, Perkayuan IDR 110,19 T Pel. Pontianak Pontianak 6 1 K3-(14,15,20) -2 2 K3-(15) -3 3 K3-(1,9,14,20) -4 4 Balikpapan, dsk Migas, Batubara, Perkayuan IDR 161,60 T Palangkaraya 5 Rapak dan Ganal Kaltim Migas IDR 70,00 T 7 8 Samarinda 2 1 Maloy Ke Bitung Pel. Maloy Pel. Balikpapan Ke Surabaya Kotabaru, Tanah Bambu, dsk Besi Baja,Kelapa Sawit, Batubara, Perkayuan 3 IDR 17,85 T K3-(1,9,21) -5 Lokus Barito, dsk Besi Baja,Kelapa Sawit, Perkayuan IDR 46,30 T K3-(8,9,20) -6 Pontianak, Mempawah, dsk Bauksit/Alumina,Kelapa Sawit, Perkayuan IDR 94,28 T K3-(23) -7 Kereta Api Batubara Kalimantan IDR 57,30T Ke Bojonegoro Ke Semarang Banjarmasin Ke Semarang dan Surabaya 4 Ke Surabaya Ibu Kota Provinsi/ Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan migas Simpul Batubara Simpul Perkayuan Simpul Kelapa Sawit Simpul Besi Baja Simpul Bauksit/Alumina Jalur Penghubung Koridor/ Trans Kalimantan Jalur Eksisting Jalan Kereta Api PEMERINTAH SWASTA BUMN Slide 37
39 KORIDOR SULAWESI Slide 38 K4-(11,15,22)-2 Makasar & sekitarnya Pertanian Pangan, Perikanan, Migas IDR 14,72 T K4-(6)-1 Mandiodo, Konawe, Kolaka - Nikel IDR 48,55 T 2 K4-(6)-3 Luwu - Nikel 1 IDR 23,10 T 3 K4-(15,21)-4 4 K4-(6,15)-5 K4-(15)-6 6 Mamuju Kakao, Migas Morowali Nikel, Migas Luwuk & Banggal - Migas IDR 14,73 T 7 IDR 40,30 T 5 IDR 55,10 T K4-(22)-7 Manado & sekitarnya Perikanan IDR 0,90 T 7 Ibu Kota Provinsi / Pusat Ekonomi 5 6 Simpul Pengolahan Nikel Simpul Pertanian Pangan Simpul Perkebunan Kakao Komplek LNG Kawasan EBT Pemerintah BUMN Swasta Kawasan Industri Simpul Perikanan Jalur Eksisting Jaringan Pelayaran Domestik 2 Jalur Penghubung Koridor
40 KORIDOR BALI-NUSA TENGGARA Slide 39 K5 - (12, 22) -1 1 K5 - (12, 19) -2 2 K5 - (19, 22) -4 3 K5 - (19) -5 4 K5 - (22) -6 5 Denpasar Pariwisata, Perikanan Lombok Pariwisata, Peternakan Nagakeo Peternakan, Perikanan Flores Timur Peternakan Kupang Perikanan IDR 10,28 T IDR 30,30 T IDR 5,74 T IDR 1,00 T IDR 0,31 T Surabaya Ke Maluku & Papua 1 Denpasar Lombok Nagekeo Flores Sumbawa Timur Kupang 5 Ibukota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan Peternakan Simpul Kegiatan Pariwisata Simpul Kegiatan Perikanan Jalur Penghubung Koridor Jalur Eksisting Jaringan pelayaran domestik PEMERINTAH BUMN SWASTA
41 KORIDOR KORIDOR PAPUA - MALUKU PAPUA KEP. MALUKU 1 K4-(12)-1 1 K4-(6)-2 2 K6-(12)-3 3 Morotai - Perikanan Halmahera Nikel Ambon Perikanan Sofifi 2 IDR 30,54 T IDR 83,00 T IDR 0,15 T 4 Sorong 7 Manokwari 4 K6-(16)-4 Sorong & Teluk Bintuni - Migas IDR 50,00 T 4 Ambon 3 Teluk Bintuni 5 7 Jayapura K6-(7)-5 Timika - Tembaga IDR 197,20 T 5 Ke Makassar & Surabaya Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan Pertanian Simpul Kegiatan Perikanan Simpul Kegiatan Pertambangan Tembaga Simpul Kegiatan Migas Simpul Pengolahan Nikel Kawasan Industri Ke Makassar & Surabaya Jalur Penghubung Poridor Jaringan Pelayaran Domestik Jalur Trans Papua Jalur Eksisting Timika PEMERINTAH BUMN SWASTA 7 6 Merauke K6-(11)-6 Merauke Pertanian Pangan IDR 80,00 T K6-(26)-7 Trans Papua IDR 50,00 T 6 7 Slide 40
42 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI
43 Slide 42 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (1/3) NO REGULASI PENANGGUNG JAWAB USULAN WAKTU 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terkait dengan pasal-pasal kontrak kerja, outsourcing, dan pesangon (hanya 5 pasal) 2 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengenai ketidakpastian usaha masa ijin usaha tahun, Mekanisme pengubahan dari Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dan KK menjadi ijin usaha 3 Peninjauan Kembali UU No 22/2001 tentang Migas Penyederhanaan pola bisnis, mekanisme lex specialist penerapan perpajakan, kejelasan pengelola aset cadangan minyak nasional. 4 Percepatan penetapan RTRW Provinsi Konflik penggunaan lahan antara kawasan hutan, perkebunan dan pertambangan Kemennakertrans Kemen ESDM Kemen ESDM Kemen PU Kehutanan Pemda Des.2011 Des.2011 Des.2011 Des Percepatan pengesahan RUU Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Pembangunan BPN Juli 2011
44 Slide 43 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (2/3) NO REGULASI 6 Pelaksanaan PP No. 94/2010 tentang penghitungan penghasilan kena pajak dan pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan Perlu PMK tentang jenis-jenis industri yang layak menerima pembebasan pajak (tax holiday) PENANGGUNG JAWAB Kemenkeu USULAN WAKTU Des Revisi PP No. 62/2008 tentang Perubahan atas PP No.1/2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal "di bidang tertentu dan atau di daerah tertentu" penetapan sub sektor baru sesuai prioritas MP3EI yang layak untuk menerima tax allowance (seperti untuk pajak gas Coal Bed Methane yang IRRnya kurang menarik jika tanpa insentif) Kemenkeu Juli Peninjauan kembali PMK 67/10 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar (BK) dan tarif BK dan mekanisme pengembalian dana BK untuk pengembangan sektor ybs melalui mekanisme DIPA Penerapan BK progresif untuk Kelapa Sawit, Karet, Kakao, termasuk industri turunannya (contohnya industri biodiesel) Kemenkeu Des.2011
45 Slide 44 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (3/3) NO REGULASI PENANGGUNG JAWAB USULAN WAKTU 9 Penetapan jaminan energi (migas & batubara) dan bahan baku (kelapa sawit, karet & kakao) untuk pengembangan industri hilir Penerapan DMO untuk Migas, Batubara, maupun Karet dan Kelapa Sawit 10 Percepatan pemisahan antara fungsi regulator (Otoritas Bandara/Pelabuhan) dan operator (Badan Usaha) untuk pelaksanaan: UU No. 1 Tahun 2008 Tentang Penerbangan, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; khusus UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, pemisahan Badan Penyelenggara Prasarana dan Badan Penyelenggara Sarana. Des Kemenhub Des Revisi Perpres No 13/2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Kemenko, Kemenkeu Juni 2011
46 PENUTUP Kondisi perekonomian kita saat ini semakin membaik, dengan laju pertumbuhan yang semakin cepat. Hal ini menunjukkan program pembangunan kita sudah berada dalam arah yang benar. Namun demikian, masih ada hal-hal yang harus kita perbaiki agar program pembangunan kita dapat memberikan dampak yang lebih optimal terhadap perekonomian kita. Musrenbangnas adalah forum yang amat penting guna meningkatkan koordinasi dan dan sinkronisasi, baik dalam konteks lintaskementerian, lintas-daerah, maupun antara pusat dan daerah, sehingga dapat dilahirkan rumusan kebijakan yang memberi dampak yang lebih optimal terhadap perekonomian. Pengertian terhadap langkah-langkah kebijakan yang telah diambil dan pemahaman terhadap isu-isu strategis yang kita hadapi akan membantu kita dalam memformulasikan kebijakan ekonomi yang baik dan tepat.
47
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,
Lebih terperinciJakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS
Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciPengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa
Pertumbuhan. Sumatera Sei Mangke, Sumatera Utara (Kelapa Sawit) Dumai, Riau (Kelapa Sawit) Muara Enim, Sumatera Selatan (Batubara) Sei Bamban, Sumatera Utara (Karet) Karimun, Kepulauan Riau (Perkapalan).
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap
Lebih terperinciPANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)
PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciPROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciBAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR
BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR Pelaksanaan MP3EI memerlukan dukungan pelayanan infrastruktur yang handal. Terkait dengan pengembangan 8 program utama dan 22 kegiatan ekonomi utama, telah diidentifikasi
Lebih terperinciBAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI A. Tahapan Pelaksanaan MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun
Lebih terperinciREINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI
Lebih terperinciPROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI 28 Februari 2011 Indonesia memiliki keunggulan komparatif
Lebih terperinciPERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010
Sosialisasi Rencana Induk Pelabuhan Nasional I Hotel, Batam 26 Januari 2012 ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM PP NO 10/2010 JO PP NO
Lebih terperinciPELUANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN
PELUANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada Acara Forum Bisnis Kadin Indonesia Kupang, 26 Juni 2013 MARI ELKA PANGESTU
Lebih terperinciBAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati
BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Potensi Sumberdaya Manusia dan Alam Indonesia Sumberdaya alam Indonesia berasal dari
Lebih terperinciLAPORAN HASIL RAPAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN BUMN. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Bogor, 22 Februari 2011
LAPORAN HASIL RAPAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN BUMN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Bogor, 22 Februari 2011 Yang terhormat : LAPORAN HASIL DISKUSI Bapak Presiden RI, Bapak Wakil Presiden RI,
Lebih terperinciDUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA
DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau
Lebih terperinciMP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan
Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.
Lebih terperinciUANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH
LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit
Lebih terperinciKORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF
KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor ekonomi?, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko Perekonomian dalam rapat
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI GROUNDBREAKING PROYEK JALAN
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinci2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBuku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.
1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Lebih terperinciProspek Pengembangan KEK di Sulawesi Selatan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Dipaparkan dalam: Workshop Pengembangan Kawasan Ekonomi di sulawesi Selatan Makassar ǀ November 2013 Prospek
Lebih terperinciSATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA
LAMPIRAN I BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM DAERAH DAN LUAR DAERAH UNTUK GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, PIMPINAN/ANGGOTA DPRD/PNS/TOKOH MASYARAKAT/ANGGOTA MASYARAKAT DAN PEGAWAI TIDAK TETAP SATUAN BIAYA UANG HARIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 6170-4200-6854-7766 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2016
Lebih terperinciIndeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),
Umum Banda Aceh 216,59 246,43 278,90 295,67 112,07 139,01 172,41 190,86 109,37 115,47 119,06 124,90 127,19 Lhokseumawe 217,73 242,90 273,06 295,55 111,38 124,28 143,10 154,71 108,33 116,24 121,61 130,52
Lebih terperinciDUKUNGAN POLITIK ANGGARAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN 2013
DUKUNGAN POLITIK ANGGARAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN 2013 PADA RAPAT KONSULTASI REGIONAL (KONREG) WILAYAH TIMUR BIDANG PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012 oleh: Dra.
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2016
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciMASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BAB 1: PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 20 MEI 2011 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 BAB 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang sejarah kemerdekaan
Lebih terperinciDRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013
DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN Nomor SE- 7 /PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
-1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI
Lebih terperinciNOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENYELENGGARA SELEKSI CALON DAN PENILAIAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 36 TAHUN 2015
Lebih terperinci68 LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN MP3EI
8 68 LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN MP3EI Dalam rangka pelaksanaan MP3EI, perlu dukungan perbaikan berbagai regulasi agar percepatan pelaksanaan proyek-proyek MP3EI dapat dilaksanakan tanpa ada hambatan.
Lebih terperinciDialog Dengan Dunia Usaha Dalam Rangka Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
KADIN INDONESIA Dialog Dengan Dunia Usaha Dalam Rangka Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 KADIN INDONESIA 1. Forum dialog strategis integrasi
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH
PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),
Lebih terperinci1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana &
1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana & prasarana pendukung investasi; 4. Produktifitas masih rendah
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM
ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM (dalam ribuan rupiah) RUPIAH MURNI NO. SATUAN KERJA NON PENDAMPING PNBP PINJAMAN
Lebih terperinciREPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN NomorSE- 2./PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciLampiran Surat No. : Kepada Yth.
Lampiran Surat No. : Kepada Yth. I. Kementerian / Lembaga : 1. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol, Biro Umum, Kementerian Perumahan Rakyat 2. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Biro Humas dan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN Nomor SE- /PB/0 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciMenteri Koordinator Bidang Perekonomian
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 2025 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Istana Bogor, 11 Februari 2011 Konsep awal Masterplan dipresentasikan Menko Perekonomian
Lebih terperinciPerkembangan Jumlah Penelitian Tahun
Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai
Lebih terperinciDAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA
DAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA JABODETABEK BANTEN (Jakarta, Bogor, Sukabumi, Karawang, Serang) TELKOMSEL 0811 - (Kartu Halo 10, 11 08111,08118,08119 0812 - (Kartu Halo, simpati 11, 12 081210,081211,081212,081213,081218,081219,08128,0
Lebih terperinciGERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI. Jakarta, 28 September 2016
GERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI Jakarta, 28 September 2016 ARAH KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK Kondisi Saat Ini UU 25/2009 ttg
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I
No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA : 24/M-DAG/PER/5/2010 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I : INSTANSI PENERBIT SKA LAMPIRAN II : INSTANSI PENERBIT SKA YANG MELAKSANAKAN PENERBITAN SKA DENGAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciTUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN
Lebih terperinciKebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 18/04/82/Th XVI, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Maret 2017, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,31 PERSEN Pada Maret 2017, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,31 persen dengan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciMULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral
Lebih terperinciIndustri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.
Jakarta, 28 Februari 1 Maret 2011 Rapat Kerja dengan tema Reindustrialisasi Dalam Rangka Mendukung Transformasi Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, Pejabat Eselon II, Kepala Balai Besar,
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016 Jakarta, Maret 2016 DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,
Lebih terperinciLaporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015
Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:
KEMENTERIAN PERINDUSTRI Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telepon: 021-525 6548 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN 3 2 KINERJA SEKTOR INDUSTRI 7 3 PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 13 4 KEBUTUHAN LAHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.22/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.538,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011
Lebih terperinciDIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
INFORMASI PENELITIAN MP3EI DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 2013 *) Disampaikan pada Workshop MP3EI
Lebih terperinciJAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t
JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan
Lebih terperinciBerikut tempat uji kompetensi pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tabel Wilayah Tempat Uji Kompetensi Berikut tempat uji kompetensi pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Wila yah Unit Kerja TUK Provinsi Kabupaten/Kota
Lebih terperinciNAMA DAN ALAMAT DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Nama Dinas. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NAD. Alamat Kantor
NAMA DAN ALAMAT DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. PROVINSI NANGRO Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NAD Jl. T Nyak Arief 105 Banda Aceh 23114 0651-7551773 1 / 42 0651-7553080 2. PROVINSI SUMATE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciPATRANS CARGO PATRANS CARGO
FREIGHT FORWADING, LAND TRUCKING, AIR CARGO SERVICE PT. PELITA ABADI TRANS Profil PT. PELITA ABADI TRANS didirikan pada tanggal, 20 April 2012 dengan nama PT. PELITA ABADI TRANS sesuai dengan akte notaris
Lebih terperinciSosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
No. 23/05/82/Th XVI, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI April 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,36 PERSEN Pada April 2017, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6188/KPTS-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA. Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011
SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Jambi, 6 April 2011 Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri, Yang terhormat
Lebih terperinciHasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018
Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Jakarta 24 Januari 2018 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 ASPEK KEMENTERIAN Evaluasi
Lebih terperinciMenjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota. Rujak Center for Urban Studies
Menjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota Rujak Center for Urban Studies Pertumbuhan Penduduk Dunia Tahun 2008, : lebih dari separuh penduduk dunia (3,3 milyar orang), bertempat tinggal di kota Tahun 2009
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/04/Th. XIX, 01 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2016 INFLASI 0,19 PERSEN Pada terjadi inflasi sebesar 0,19 persen dengan Indeks Harga Konsumen ()
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI
BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/03/Th. XIX, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,09 PERSEN Pada 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen
Lebih terperinci