EVALUASI PRIORITAS STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL JAKARTA-TANGERANG MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PRIORITAS STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL JAKARTA-TANGERANG MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS"

Transkripsi

1 EVALUASI PRIORITAS STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL JAKARTA-TANGERANG MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Steven Roseily, Amelia Makmur Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Bina Nusantara University Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat Tlp: (021) stevenroseily@gmail.com ABSTRACT Assessment of people a toll road users especially in Jakarta-Tangerang can generate priorities of SPM (minimum standard) toll road fulfillment by BUJT (Highway Enterprises). Review and field observations which are supported by secondary data may be evaluation material and assessment of SPM fulfillment as an attempt to overcome the problems on the highway. SPM scoring is done by collecting the questionnaire data and analyzed using Analytical Hierarchy Process (AHP)method with the help of a computer program Expert Choice. Analysis focused on the content of the service and the criterias in SPM. From the analysis of the data, the order of priority substances based on assessment of highway users is the traffic safety (26,88%); road conditions (21,0%); help unit, rescue, and services assistance (16,9%); mobility (16,0%), accessibility (10,7%), and average travel speed (8,5%). Based on the evaluation of recapitulation data of BPJT (Toll Road Regulator) and the review on the field found that most of the criteria in the substance of the service is 100% fulfill the SPM except street lighting (PJU), road fences, and road conditions that still need improvements because they are still not 100% fulfill the SPM yet. (SR) Keywords : priorities, SPM, highway, Analytical Hierarchy Process. ABSTRAK Penilaian masyarakat selaku pengguna jalan tol khususnya di ruas Jakarta-Tangerang dapat menghasilkan prioritas pemenuhan SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol yang dilakukan oleh BUJT (Badan Usaha Jalan Tol). Peninjauan dan pengamatan di lapangan didukung dengan data-data sekunder dapat menjadi bahan evaluasi dan penilaian kesesuaian pemenuhan SPM sebagai upaya mengatasi permasalahan di jalan tol. Pembobotan SPM dilakukan dengan pengambilan data kuesioner dan dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program komputer Expert Choice. Analisis difokuskan pada setiap substansi pelayanan dan kriteria-kriterianya yang ada di dalam SPM. Dari hasil analisis data, urutan prioritas substansi pelayanan berdasarkan penilaian pengguna jalan tol adalah keselamatan lalu lintas (26,88%); kondisi jalan tol (21,0%); unit pertolongan, penyelamatan, dan bantuan pelayanan (16,9%); mobilitas (16,0%); aksesibilitas (10,7%); dan kecepatan tempuh rata-rata (8,5%). Berdasarkan hasil evaluasi dari data rekapitulasi BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) dan peninjauan di lapangan dan ditemukan bahwa sebagian besar kriteria dalam substansi pelayanan sudah 100% memenuhi SPM kecuali penerangan jalan umum (PJU), pagar rumija, dan kondisi jalan yang masih memerlukan perbaikan karena belum 100% memenuhi SPM. (SR) Kata Kunci : prioritas, SPM, jalan tol, Analytical Hierarchy Process. PENDAHULUAN Sebagai jalur perhubungan utama antara Jakarta dengan Tangerang dan sekitarnya, jalan tol Jakarta- Tangerang merupakan salah satu jalan tol tersibuk di samping jalan tol Jabodetabek lainnya. Dengan 1

2 lintas harian rata-rata (LHR) yang tinggi yaitu kendaraan/hari, (berdasarkan data rekapitulasi BPJT, 2012), kemacetan kerap terjadi pada jam-jam sibuk di hari-hari kerja. Kondisi lalu lintas ini perlu diantisipasi oleh operator jalan tol sebagai pihak pengelola dengan memenuhi segala persyaratan aspek dan prasarana yang berkaitan dengan jalan tol agar dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan terjadinya ketidaknyamanan seperti kemacetan atau bahkan hal-hal fatal seperti kecelakaan lalu lintas. Hal ini sudah diatur di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol. Dengan demikian, pihak operator sebagai pengelola jalan tol memiliki parameter yang jelas yang harus dicapai untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol meliputi substansi pelayanan berikut : a) Kondisi Jalan Tol; b) Kecepatan Tempuh Rata-rata; c) Aksesibilitas; d) Mobilitas; e) Keselamatan Lalu Lintas; dan f) Unit Pertolongan, Penyelamatan dan Bantuan Pelayanan. Tabel 1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol SUBSTANSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL NO INDIKATOR PELAYANAN CAKUPAN / LINGKUP TOLOK UKUR 1 Kondisi Jalan Tol Kekesatan Seluruh Ruas Jalan Tol > 0,33 µm 2 Kecepatan Tempuh Rata-rata 3 Aksesibilitas Kecepatan Transaksi Rata-rata Ketidakrataan Seluruh Ruas Jalan Tol IRI 4 m/km Tidak ada Lubang Seluruh Ruas Jalan Tol 100% Kecepatan Tempuh Jalan Tol Dalam Kota 1,6 kali kecepatan Rata-rata tempuh rata-rata Jalan Non Tol Jalan Tol Luar Kota 1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol Gerbang Tol sistem 8 detik setiap Terbuka kendaraan Gerbang Tol sistem Tertutup : - Gardu masuk 7 detik setiap kendaraan - Gardu Keluar 11 detik setiap kendaraan Jumlah Gardu Tol Kapasitas Sistem Terbuka 450 kendaraan per jam per Gardu 4 Mobilitas Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas Kapasitas Sistem Tertutup : - Gardu Masuk 500 kendaraan per jam - Gardu Keluar 300 kendaraan per jam Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli Mulai Informasi diterima sampai ke tempat kejadian : 30 menit per siklus pengamatan 30 menit Penanganan Akibat Kendaraan Mogok Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis) Patroli Kendaraan Derek Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/ menit per siklus pengamatan 2

3 Tabel 2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan Tol (lanjutan) NO SUBSTANSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL INDIKATOR PELAYANAN CAKUPAN / LINGKUP TOLOK UKUR 5 Keselamatan Sarana Pengaturan Lalin : Perambuan Kelengkapan dan Kejelasan Perintah dan Larangan serta Petunjuk 100% Marka Jalan Fungsi dan Manfaat Jumlah 100 % dan Reflektifitas 80 % Guide Post/ Reflektor Fungsi dan Manfaat Patok Kilometer Fungsi dan Manfaat 100% Penerangan Jalan Umum (PJU) Wilayah Perkotaan Jumlah 100 % dan Reflektifitas 80 % Fungsi dan Manfaat Lampu Menyala 100% Pagar Rumija Fungsi dan Manfaat 100% Penanganan Korban Kecelakaan Dievakuasi gratis ke Kecelakaan rumah sakit rujukan Kendaraan Kecelakaan Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol) 6 Unit Pertolongan/ Penyelamatan dan Bantuan Pelayanan Pengamanan dan Penegakan Hukum Ruas Jalan Tol Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam Ambulans Ruas Jalan Tol 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis) Kendaraan Derek Ruas Jalan Tol : - LHR > kend/hari 1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) Patroli Jalan Tol (Operator) Kendaraan Rescue - LHR < kend/hari 1 Unit per 10 km atau minimum 1 unit Ruas Jalan Tol : - LHR > kend/hari 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit - LHR < kend/hari 1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit Ruas Jalan Tol Ruas Jalan Tol 1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit 1 Unit per ruas Jalan Tol (dilengkapi dengan peralatan penyelamatan) Sistem Informasi Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 Setiap Gerbang masuk 3

4 Masalah-masalah yang menjadi pendorong dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : a) peningkatan volume kendaraan khususnya pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari secara rutin mengakibatkan antrean panjang di gerbang-gerbang tol sepanjang ruas tol Jakarta-Tangerang; b) penumpukan kendaraan juga sering terjadi menjelang area peristirahatan di sepanjang ruas tol Jakarta- Tangerang, khususnya pada jam-jam sibuk di hari kerja; c) banyaknya kendaraan bermuatan barang dengan ukuran besar yang melintasi jalan tol Jakarta-Tangerang mengakibatkan kondisi perkerasan jalan mengalami banyak kerusakan di beberapa segmen tertentu dan membahayakan pengemudi kendaraan penumpang; d) peningkatan volume kendaraan yang terjadi setiap tahun juga diiringi dengan peningkatan frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas di ruas tol Jakarta-Tangerang yang mengakibatkan kerugian mulai dari materi hingga korban jiwa; e) kondisi permukaan jalan di beberapa titik di sepanjang ruas tol tidak rata dan berlubang, prasarana keselamatan lalu lintas seperti penerangan jalan dan pagar rumija belum tersedia di beberapa segmen jalan, dan waktu transaksi di gerbang tertentu menyebabkan antrean kendaraan panjang yang menjadi dasar pertimbangan untuk mengevaluasi pemenuhan SPM oleh pihak operator/bujt di ruas tol Jakarta-Tangerang. Penentuan urutan prioritas substansi pelayanan dilakukan dengan menganalisis data penilaian pengguna jalan tol menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode AHP ini dikembangkan oleh seorang ahli matematika, Thomas L. Saaty sejak tahun Dengan metode ini, pengambilan keputusan atas permasalahan yang kompleks akan disederhanakan dengan memecah-mecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya, lalu disusun menurut tingkatannya (hierarki), kemudian dinilai atau diberi bobot secara numerik (berskala) mengenai tingkat kepentingan (importance) dari setiap kriteria, sehingga diperoleh hasil berupa kriteria yang menjadi prioritas tertinggi dan memiliki pengaruh lebih besar pada kondisi tersebut. Dengan demikian, suatu keputusan (khususnya yang bersifat multikriteria dan perlu dinilai oleh banyak pihak) akan menjadi lebih efektif dengan didasari metode ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) di ruas jalan tol Jakarta-Tangerang berdasarkan penilaian masyarakat selaku pengguna jalan tol yang bersangkutan dan mengevaluasi pemenuhan substansi pelayanan di lapangan (jalan tol) dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebagai upaya mengatasi berbagai masalah yang terjadi di ruas tol Jakarta-Tangerang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat bagi operator dan regulator yaitu sebagai bahan evaluasi dalam memenuhi SPM jalan tol. Di sisi lain, bagi para pengguna jalan tol juga akan memberikan manfaat selain sebagai sosialisasi mengenai SPM jalan tol, juga dapat menilai dan memberikan masukan kepada pihak operator (dalam hal ini PT Jasa Marga) dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada ruas jalan tol Jakarta-Tangerang. METODE PENELITIAN Untuk menentukan prioritas dalam pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) jalan tol, diperlukan adanya penilaian atau pembobotan dari setiap substansi pelayanan oleh masyarakat selaku pengguna jalan tol. Hal ini dilakukan untuk memperkuat suatu penilaian berdasarkan pilihan masyarakat dengan perolehan skala tertinggi dari masing-masing aspek yang dinilai. Untuk itu, dilakukan penyebaran kuesioner kepada pengguna jalan tol, khususnya ruas tol Jakarta-Tangerang, yang berisi mengenai penilaian kriteria-kriteria dalam SPM. Responden akan menilai kriteria mana yang paling penting di setiap substansi pelayanan melalui perbandingan berpasangan (Parwise Comparison) dari setiap kriteria di dalamnya. Dari sinilah penulis akan memperoleh pembobotan SPM tertinggi berdasarkan penilaian masyarakat setelah pengolahan data secara komputerisasi menggunakan program Expert Choice yang berbasis Analytic Hierarchy Process (AHP) yaitu suatu metode pengambilan keputusan secara matematis. Setelah didapatkan hasil berupa prioritas pemenuhan SPM, maka selanjutnya dilakukan evaluasi pemenuhan SPM berdasarkan data rekapitulasi periode dari BPJT dan survei ke lapangan (di ruas tol Jakarta-Tangerang) untuk meninjau secara langsung pemenuhan kriteria SPM tersebut, yakni apakah sudah sesuai dengan standar atau belum. Apabila belum, maka perlu dicarikan solusi atau saran yang tepat untuk memenuhi kriteria SPM tersebut. HASIL DAN BAHASAN Dari hasil pengumpulan data melalui pembagian kuesioner kepada responden yakni pengguna jalan tol Jakarta-Tangerang, diperoleh 136 data yang dihimpun secara acak. Masing-masing responden mengisi kuesioner mengenai pembobotan SPM (Standar Pelayanan Minimal) jalan tol di waktu dan tempat yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan dalam menentukan responden adalah simple random sampling, yaitu menentukan responden secara acak sehingga setiap orang (populasi) memiliki peluang yang sama untuk dapat dipilih menjadi responden. Untuk menentukan kecukupan data dan tingkat kepercayaan 4

5 sampel, dapat menggunakan rumus Slovin berikut dengan mengacu kepada LHR tol Jakarta-Tangerang tahun 2012 yaitu kendaraan/hari sebagai jumlah populasi : dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan e adalah toleransi kesalahan, sehingga didapat toleransi kesalahan sebagai berikut : e = 0,085 atau 8,5% Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, toleransi kesalahan dari jumlah sampel adalah 8,5%. Dengan demikian, tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi (100% - e) adalah 91,5%. Hasil analisis data dan perhitungan penilaian responden mengenai SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol Jakarta-Tangerang secara komputerisasi menggunakan program berbasis AHP Expert Choice, adalah sebagai berikut : a. Untuk penilaian substansi pelayanan yang ada di dalam SPM Jalan Tol, khususnya ruas tol Jakarta- Tangerang, Keselamatan Lalu Lintas dinilai sebagai prioritas tertinggi yang harus dipenuhi dengan nilai 26,8%; prioritas kedua adalah Kondisi Jalan Tol dengan nilai 21,0%; prioritas ketiga adalah Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan dengan nilai 16,9%; prioritas berikutnya adalah Mobilitas dengan 16,0%; Aksesibilitas dengan 10,7%; dan yang terakhir adalah Kecepatan Tempuh Rata-rata dengan nilai 8,5%. Seluruh penilaian memiliki tingkat inkonsistensi sebesar 0,00613 atau 0,613% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, hasil penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil perhitungan disajikan dalam diagram pada Gambar 1 berikut. Gambar 1 Diagram Prioritas Substansi Pelayanan SPM b. Pada substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol, kriteria dengan prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Tidak Ada Lubang dengan nilai 59,4%; prioritas kedua adalah Kekesatan dengan nilai 21,0%; dan yang terakhir adalah Ketidakrataan dengan nilai 19,7%.Tingkat inkonsistensi dari penilaian pada kriteria ini adalah 0,00376 atau 0,376% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty) sehingga dikatakan valid dan dapat diterima. Penyajian hasil perhitungan di atas terlihat pada Gambar 2. Gambar 2 Diagram Prioritas Kriteria Kondisi Jalan Tol c. Kriteria pada substansi pelayanan Kecepatan Tempuh Rata-rata yang memiliki prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Kecepatan Tempuh Luar Kota dengan nilai 65,2% sedangkan Kecepatan Tempuh Dalam Kota dengan nilai 34,8%. Tingkat inkonsistensi dari penilaian ini adalah 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Hasil perhitungan di atas disajikan pada Gambar 3. 5

6 Gambar 3 Diagram Prioritas Kriteria Kecepatan Tempuh Rata-rata d. Pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, kriteria Penanganan Kecelakaan dinilai memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 28,9%; prioritas kedua adalah Penerangan Jalan Umum dengan nilai 21,5%; prioritas ketiga adalah Sarana Pengaturan Lalu Lintas dengan nilai 19,5%; Pagar Rumija serta Pengamanan dan Penegakan Hukum di peringkat terakhir dengan nilai masing-masing 15,3% dan 14,8%. Hasil penilaian ini memiliki tingkat inkonsistensi sebesar 0,00193 atau 0,193% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, hasil penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Penyajiannya dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Diagram Prioritas Kriteria Keselamatan Lalu Lintas e. Penilaian sub kriteria dari kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, Marka Jalan dinilai memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 30,9%; Perambuan dinilai sebagai prioritas kedua dengan nilai 28,4%; Patok km sebagai prioritas ketiga dengan nilai 21,6%; dan terakhir Guide Post/Reflektor dengan nilai 19,0%. Inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00184 atau 0,184% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty), sehingga perhitungan dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil perhitungan disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Diagram Prioritas Sub Kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas f. Untuk sub kriteria dari kriteria Penanganan Kecelakaan, prioritas tertinggi menurut penilaian responden adalah Korban Kecelakaan dengan nilai 80,9% sedangkan Kendaraan Kecelakaan dengan nilai 19,1 %. Penilaian sub kriteria ini memiliki tingkat inkonsistensi 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Penyajian hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Diagram Prioritas Sub Kriteria Penanganan Kecelakaan 6

7 g. Pada substansi pelayanan Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, prioritas tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah Sistem Informasi Kondisi Lalu Lintas dengan nilai 22,7%; prioritas kedua adalah Ambulans dengan nilai 19,7%; prioritas ketiga adalah Kendaraan Derek dengan nilai 18,4 %; prioritas keempat adalah Kendaraan Rescue dengan nilai 17,2%; prioritas berikutnya adalah Patroli Jalan Raya dengan nilai 12,1%; dan terakhir Patroli Jalan Tol dengan nilai 9,9%. Tingkat inkonsistensi dari penilaian ini adalah 0,00439 atau 0,439% yaitu masih di bawah 10% (standar maksimal inkonsistensi menurut Saaty). Dengan demikian, penilaian tersebut dikatakan valid dan dapat diterima. Hasil penilaian disajikan dalam diagram pada Gambar 7. Gambar 7 Diagram Prioritas Kriteria Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan h. Penilaian sub kriteria dari kriteria Kendaraan Derek pada substansi pelayanan Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, LHR< kendaraan/hari memiliki prioritas tertinggi dengan nilai 55,9% sedangkan LHR> kendaraan/hari dengan nilai 44,1%. Tingkat inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Hasilnya disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Prioritas Sub Kriteria Kendaraan Derek i. Untuk sub kriteria dari kriteria Patroli Jalan Raya, responden menilai LHR< kendaraan/hari sebagai prioritas tertinggi dengan nilai 52,4% sedangkan LHR> kendaraan/hari dengan nilai 47,6%. Inkonsistensi dalam penilaian ini sebesar 0,00 atau 0,00% yang artinya konsisten sempurna. Penyajian hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Diagram Prioritas Sub Kriteria Patroli Jalan Raya Di dalam substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas terdapat 5 (lima) kriteria yaitu Sarana Pengaturan Lalu Lintas, Penerangan Jalan Umum Wilayah Perkotaan, Pagar Rumija, Penanganan Kecelakaan, serta Pengamanan dan Penegakan Hukum. Hasil evaluasi dan peninjauan terhadap masing-masing kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Pada kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas, terdapat 4 (empat) unsur penting yang menjadi acuan untuk dinilai atau dievaluasi, yaitu Perambuan, Marka Jalan, Guide Post/Reflektor, dan Patok km. Berdasarkan hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT, seluruh elemen dalam kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas ini sudah 100% memenuhi SPM seperti ditampilkan pada Tabel 3 berikut. 7

8 Tahun Tabel 3 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Kriteria Sarana Pengaturan Lalin Keselamatan Lalu Lintas Semester Perambuan Sarana Pengaturan Lalin Marka Guide Post/ Jalan Reflektor Patok km Sumber : Data Rekapitulasi BPJT Kriteria lainnya yang ada di dalam substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas yakni Penerangan Jalan Umum, Pagar Rumija, Penanganan Kecelakaan, serta Pengamanan dan Penegakan Hukum. Hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT menilai keseluruhan kriteria ini sudah 100% memenuhi SPM dalam 3 tahun terakhir, kecuali Pagar Rumija yang di semester pertama tahun 2010 masih belum 100% memenuhi. Data tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tahun Tabel 4 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Substansi Keselamatan Lalu Lintas Semester PJU Pagar Rumija Keselamatan Lalu Lintas Penanganan Kecelakaan Korban Kecelakaan Kendaraan Kecelakaan Pengamanan dan Penegakan Hukum Sumber : Data Rekapitulasi BPJT b. Di dalam substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol terdapat 3 (tiga) kriteria yaitu Kekesatan, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang. Berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM di jalan tol Jakarta-Tangerang dari BPJT, didapat hasil yaitu Kekesatan jalan dari tahun sudah berada pada tingkat yang sesuai dengan yang disyaratkan di dalam SPM yaitu di atas 0,33 µm. Pencapaian Kekesatan jalan dari periode 2010 hingga 2012 dapat dilihat di grafik pada Gambar 10 berikut. Gambar 10 Grafik Pencapaian Kekesatan Jalan Periode

9 Pencapaian Ketidakrataan jalan dari periode 2010 hingga 2012 sudah sesuai dengan yang disyaratkan SPM yaitu memiliki nilai IRI < 4 m/km. Hasil rekapitulasi data pemenuhan Ketidakrataan jalan tersebut disajikan dalam grafik pada Gambar 11 berikut. Gambar 11 Grafik Pencapaian Ketidakrataan Jalan Periode Ketidakadaan lubang di sepanjang ruas tol Jakarta-Tangerang mengalami progress dari periode 2010 hingga 2012 dan dinilai sudah mencapai 100% sesuai SPM. Hasil rekapitulasi data pemenuhan Ketidakadaan lubang tersebut disajikan dalam grafik pada Gambar 12 berikut. Gambar 12 Grafik Pencapaian Tidak Ada Lubang Periode c. Pemenuhan SPM dalam kriteria Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan di jalan tol Jakarta-Tangerang dengan panjang jalan 33 km dan LHR > kendaraan/hari berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dapat dilihat pada grafik pada Gambar 13 berikut. Gambar 13 Grafik Pencapaian Jumlah Unit Pertolongan 9

10 d. Mobilitas atau kecepatan penanganan hambatan lalu lintas di jalan tol Jakarta-Tangerang memiliki 4 (empat) kriteria berdasarkan SPM, yaitu wilayah pengamatan/observasi patroli, waktu antara informasi mulai diterima sampai ke tempat kejadian, penanganan akibat kendaraan mogok, dan patroli kendaraan derek. Pemenuhan setiap kriteria di atas berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dalam periode dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tahun Tabel 14 Rekapitulasi Pemenuhan SPM Substansi Pelayanan Mobilitas Semester Wilayah Pengamatan Mulai Informasi Diterima sampai TKP Mobilitas Penanganan Kendaraan Mogok Patroli Derek Sumber : Data Rekapitulasi BPJT e. Pada substansi pelayanan Aksesibilitas, ada 2 (dua) indikator yang dinilai yaitu kecepatan transaksi rata-rata di gerbang tol dan kapasitas kendaraan di setiap gardu tol. Dari data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM yang dilaporkan oleh BPJT, pemenuhan tingkat Aksesibilitas di jalan tol Jakarta Tangerang diuraikan dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 14 Grafik Pencapaian Kecepatan Transaksi Rata-rata Gambar 15 Grafik Pencapaian Jumlah/Kapasitas Gardu 10

11 f. Berdasarkan data rekapitulasi pemenuhan SPM ruas tol Jakarta-Tangerang dari BPJT, kecepatan tempuh rata-rata sudah sesuai dengan SPM yang mensyaratkan kecepatan tempuh rata-rata untuk jalan tol luar kota harus lebih besar atau sama dengan 1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata jalan non tol. Pencapaian selama periode dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 16 berikut. Gambar 16 Grafik Pencapaian Kecepatan Tempuh Rata-rata SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai pembobotan SPM (standar pelayanan minimal) jalan tol di ruas tol Jakarta-Tangerang dan peninjauan di lapangan terkait pemenuhan SPM oleh BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) yakni PT Jasa Marga (Persero), didapatkan hasil dan kesimpulan sebagai berikut : a. Urutan prioritas pemenuhan substansi pelayanan SPM dari yang tertinggi sampai terendah menurut penilaian responden adalah : Keselamatan Lalu Lintas (26,88%); Kondisi Jalan Tol (21,0%); Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan (16,9%); Mobilitas (16,0%); Aksesibilitas (10,7%); dan Kecepatan Tempuh Rata-rata (8,5%). b. Sebagai prioritas pemenuhan SPM menurut penilaian pengguna jalan tol, pada substansi pelayanan Keselamatan Lalu Lintas, kriteria Sarana Pengaturan Lalu Lintas yang meliputi Perambuan, Marka Jalan, Guide Post/Reflektor, dan Patok km dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT periode Namun, berdasarkan peninjauan di lapangan, kriteria Penerangan Jalan Umum (PJU) dinilai masih belum 100% memenuhi SPM karena ada beberapa segmen yang tidak memiliki PJU, seperti di kilometer 8 dan 14. Selain itu kriteria Pagar Rumija juga dinilai masih belum 100% memenuhi SPM karena di beberapa segmen masih belum tersedia. Kriteria lainnya yaitu Penanganan Kecelakaan, dan Pengamanan dan Penegakan Hukum dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT. Pada substansi pelayanan Kondisi Jalan Tol, kriteria Kekesatan, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT periode Meskipun demikian, dari hasil peninjauan di lapangan, ada beberapa titik tertentu di permukaan jalan sepanjang russ tol Jakarta-Tangerang yang masih terdapat lubang dan tidak rata. Substansi pelayanan lainnya sesuai urutan prioritas yaitu Unit Pertolongan, Penyelamatan, dan Bantuan Pelayanan, Mobilitas, Aksesibilitas, Kecepatan Tempuh Rata-rata dinilai sudah 100% memenuhi SPM berdasarkan data hasil rekapitulasi pemenuhan SPM dari BPJT dan berdasarkan hasil peninjauan di lapangan. Dari uraian hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan BUJT atau operator ruas tol Jakarta-Tangerang (PT Jasa Marga) sudah memenuhi persyaratan dan menunjukkan progress dalam perbaikan dan pemeliharaan setiap substansi pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir yaitu Pencapaian dari beberapa kriteria sudah dilakukan sesuai standar walaupun ada beberapa kriteria lainnya yang dinilai masih belum 100% memenuhi SPM, yaitu PJU, Pagar Rumija, Ketidakrataan, dan Tidak Ada Lubang. Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat pengguna jalan tol agar mereka dapat memahami setiap prosedur pelayanan dan mendukung pencapaian pemenuhan SPM yang dilakukan oleh BUJT melalui penilaian pengguna jalan tersebut. Selain itu, penilaian pengguna jalan tol dapat menjadi acuan evaluasi untuk pengembangan jalan tol di waktu mendatang. 11

12 Di masa mendatang, penelitian ini dapat dikembangkan dengan melakukan survei secara rutin atau berkala yaitu setiap bulan untuk memantau setiap aktivitas dari masing-masing substansi pelayanan yang ada di dalam SPM sehingga progress yang dilakukan dapat lebih terlihat. Selain itu, dengan survei berkala dapat mengetahui permasalahan-permasalahan di jalan tol secara lebih terperinci untuk mengetahui substansi pelayanan mana yang memiliki pengaruh besar terhadap permasalahan tersebut. Dengan demikian, solusi yang sesuai akan lebih mudah diputuskan dan tepat sasaran. Penelitian ini juga dapat dikembangkan lagi dengan mengadakan penilaian terhadap pemenuhan SPM di seluruh jalan tol di Indonesia. Penilaian ini akan lebih mewakilkan prioritas pemenuhan SPM secara global sehingga kinerja operator dari masing-masing jalan tol dapat lebih dikonsentrasikan pada substansi pelayanan yang memiliki bobot lebih tinggi. Dengan demikian, pencapaian untuk memenuhi SPM dapat lebih efektif dan efisien. Dari hasil penilaian masyarakat tersebut dapat dijadikan acuan dalam menyusun urutan peringkat jalan tol terbaik berdasarkan pemenuhan substansi pelayanan di dalam SPM. Ini bermanfaat bagi BPJT untuk menindak operator yang tidak memenuhi SPM dalam pelayanannya serta bagi para BUJT agar terus meningkatkan kualitas pelayanan mereka demi terciptanya kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas di jalan tol. REFERENSI Haas, R. dan Meixner, O. (2004). An Illustrated Guide to the Analytic Hierarchy Process. Vienna : University of Natural Resources and Applied Life Sciences. Kastowo, B. (2008). Penentuan Bobot Pada Metode Seleksi Calon Perawat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Jakarta : IT Telkom. Marimin (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo. Menteri Pekerjaan Umum. (2005). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 Tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol. Jakarta : Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol. Jakarta. PT Citra Murni Semesta. (2011). Laporan Akhir Monitoring Pengusahaan Jalan Tol Operasi. Jakarta : PT Citra Murni Semesta. Saaty, Thomas L. (1990). European Journal of Operational Research 48 : How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process. North Holland : Elsevier Science Publishers B.V., p9-26 Saaty, Thomas L., dan Luis G. Yargas. (1994). Decision Making in Economic, Political, Social, Technological Environments, The Analytical Hierarchy Process Vol. VII 1st Edition. Pittsburgh : RWS Publications, p.9. Saptadi, T. S. (2007). MEDIATEK, Jurnal Teknik Elektro, Informatika, Mesin dan Sipil Vol. 2, No. 1, Nov : Expert Choice Sebagai Software Pendukung Pengambilan Keputusan. Makassar : Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar. p Stephanie, Ellen (2011). Slovin s Formula Sampling Techniques. New York : Houghton-Mifflin. RIWAYAT PENULIS Steven Roseily lahir di kota Jakarta pada 4 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada tahun

STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL PERATURAN NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL MENIMBANG : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tangerang sebagai salah satu wilayah satelit dari ibukota Jakarta mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor khususnya dari sektor pertumbuhan penduduk,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN NOMOR 392/PRT/M/2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL MENIMBANG: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 Tentang Jalan perlu menetapkan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA Amelia Makmur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Tanjung Duren Raya 4, Jakarta Barat 11470

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. secara acak. Masing-masing responden mengisi kuesioner mengenai

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. secara acak. Masing-masing responden mengisi kuesioner mengenai BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data melalui pembagian kuesioner kepada responden yakni pengguna jalan tol Jakarta-Tangerang, diperoleh 136 data yang dihimpun

Lebih terperinci

Kuisioner PERHITUNGAN PEMBOBOTAN/SKORING UNTUK DATA SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL) JALAN TOL JAKARTA-BOGOR TAHUN 2014

Kuisioner PERHITUNGAN PEMBOBOTAN/SKORING UNTUK DATA SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL) JALAN TOL JAKARTA-BOGOR TAHUN 2014 Kuisioner PERHITUNGAN PEMBOBOTAN/SKORING UNTUK DATA SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMAL) JALAN TOL JAKARTA-BOGOR TAHUN 2014 1. Identitas dan jawaban dari setiap responden akan di jamin ke rahasiaannya dan tidak

Lebih terperinci

TATA CARA PENGUKURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL

TATA CARA PENGUKURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16 /PRT/M/2014 TENTANG STANDAR MINIMAL TATA CARA PENGUKURAN STANDAR MINIMAL STANDAR MINIMAL CARA ALAT YANG DIGUNAKAN Perkerasan Jalur 1. Kondisi Jalan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA Amelia Makmur Fakultas Teknik & Ilmu Komputer Univ. Kristen Krida Wacana Jln. Tanjung Duren Raya 4, Jakarta Barat, 11470 Telp:

Lebih terperinci

Gambar 1 Struktur Hierarki

Gambar 1 Struktur Hierarki EVALUASI PRIORITAS SPM (STANDAR PELAYANAN MINIMUM) JALAN TOL JAGORAWI DARI SISI PENGGUNA, PENGELOLA JALAN TOL DAN AHLI TRANSPORTASI MELALUI PEMBOBOTAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS* Alexsander

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol Menurut BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol)

BAB III LANDASAN TEORI Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol Menurut BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol Menurut BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) Kondisi Jalan Tol No Indikator Tolok Ukur 1 Kekesatan > 0,33 µm 2 Kerataan IRI < 4 m/km 3 Lubang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Tol 2.1.1 Definisi Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol, sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian negara harus ditingkatkan agar tidak terpuruk karena adanya perdagangan bebas, cara untuk memperkuat perekonomian Negara adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN 2005 A. Analisis Implementasi Hak Keamanan Konsumen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Jalan Tol Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005, yang dimaksud dengan jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian maka perlu dibuat suatu metodologi penelitian yang dapat dilihat melalui flow chart berikut : Mulai Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur jalan khususnya jalan bebas hambatan atau jalan tol menjadi faktor yang menentukan dalam perkembangan ekonomi wilayah serta peningkatan

Lebih terperinci

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG Lisa Ramayanti Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung, Indonesia, 40141 Telp.

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik

Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik D. Hari Pratama Divisi IT JSMR Bandung, 26 September 2014 Daftar Isi Sekilas Jasa Marga 2 Regulasi Saat Ini 3 Track Record pada Industri Jalan Tol di Indonesia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan jalan bebas hambatan dan menjadi bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor transportasi sangat mempengaruhi lajunya pembangunan. Transportasi dengan bermacam jenis dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jalan Tol Jalan tol merupakan suatu sarana berbayar yang ditujukan bagi setiap pengguna kendaraan yang ingin melakukan perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh, agar mendapatkan

Lebih terperinci

PENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC)

PENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC) PENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC) Safrizal1) 1) Manajemen Informatika Universitas Potensi Utama Jl K.L Yos Sudarso

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jalan Tol dan Pintu Tol Jalan tol merupakan suatu lintasan jalan yang memberikan alternatif pergerakan kendaraan dan barang intra maupun antar kota secara lebih cepat

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA JALAN TOL JAGORAWI PADA PT. JASA MARGA (PERSERO) Oleh I MADE ARDHIKA H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA JALAN TOL JAGORAWI PADA PT. JASA MARGA (PERSERO) Oleh I MADE ARDHIKA H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA JALAN TOL JAGORAWI PADA PT. JASA MARGA (PERSERO) Oleh I MADE ARDHIKA H24103100 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Kata kunci : gerbang tol, antrian, tingkat pelayanan

Kata kunci : gerbang tol, antrian, tingkat pelayanan ABSTRAK Judul : Analisis Kapasitas, Antrian Dan Tingkat Pelayanan Pada Gerbang Tol Karawang Barat, Nama : Arendy Januar Pramudianto, NIM : 41115120046, Dosen Pembimbing : Ir. Alizar, MT., 2017 Jalan tol

Lebih terperinci

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi 244 ISSN: 2354-5771 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Berprestasi Lili Tanti Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama, Medan E-mail: lili@potensi-utama.ac.id Abstrak Proses

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, Cabang Belmera adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan di Jakarta berdasarkan akte Notaris Kartini Muljadi,

Lebih terperinci

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37(2), 2016, 72-77 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian PT Jasa Marga (Persero) merupakan sektor transportasi, khususnya di transportasi darat, dan salah satu pelopor penyelenggara jalan bebas hambatan. Jalan bebas

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung I - 1

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung I - 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jalan tol Padaleunyi yang dikelola oleh PT. Jasa Marga adalah jalan tol yang menghubungkan jalan tol Cipularang. Jalan tol ini selain menghubungkan Jakarta dengan Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN

ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN 1 Dina Agusten. 2 Jamilah. 1 Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI Rahmad Syah Jurusan Teknik Informatika, sekolah tinggi teknik harapan Jln. H.M Joni, Sumatera Utara,

Lebih terperinci

ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN

ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN ANALISIS PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT TINGGAL IDAMAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SECARA ONLINE BERDASARKAN JENIS KELAMIN 1 Dina Agusten, Jamilah. 1 Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL J U D U L : ANALISA KINERJA RUAS JALAN PADA JALAN RAYA PATTIMURA SAMARINDA S A M A R I N D A Nama : INDAH MAYANGSARI NPM : 06.11.1001.7311.066

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kawasan Kota Industri, wilayah Kabupaten Tangerang khususnya wilayah Balaraja Barat juga tidak lepas dari masalah kemacetan yang merupakan masalah umum yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 9 NO. 1 April 2016

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 9 NO. 1 April 2016 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN TIPE RUMAH IDAMAN SESUAI KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN SOFTWARE SUPER DECISION Sri Nadriati 1 ABSTRACT The

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan berkendara merupakan salah satu masalah yang selalu mendapatkan perhatian serius di setiap negara. Pencanangan Hari Keselamatan Dunia oleh WHO (World Health

Lebih terperinci

KAJIAN LAIK FUNGSI JALAN (Studi Kasus pada Jalan Provinsi Nomor Ruas 171 Pare - Kediri Km 8 - Km 22)

KAJIAN LAIK FUNGSI JALAN (Studi Kasus pada Jalan Provinsi Nomor Ruas 171 Pare - Kediri Km 8 - Km 22) KAJIAN LAIK FUNGSI JALAN (Studi Kasus pada Jalan Provinsi Nomor Ruas 171 Pare - Kediri Km 8 - Km 22) Jundina Syifa ul M., Bestananda F., Hendi Bowoputro, Ludfi Djakfar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera. 12 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera. PT. Jasa Marga (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan didirikan di Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen RI No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN JALAN TOL BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SURABAYA GRESIK)

ANALISIS LAYANAN JALAN TOL BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SURABAYA GRESIK) ANALISIS LAYANAN JALAN TOL BERDASARKAN KEBUTUHAN PENGGUNA (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SURABAYA GRESIK) Elis Pancawati. 1) dan A. A. Gde Kartika. 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Hak Keamanan Pengguna Jalan Tol dari Kabut Asap Dilihat dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembahasan pada Bab II mengenai kajian pustaka yang diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan serta dapat menunjang pembahasan dan penguatan pendapat dalam pembuatan Tugas Akhir. Kajian

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 24 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Antono Adhi Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 8 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Jalan dan Arus Lalu Lintas Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO Febri Zukhruf Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Telp: +62-22-2502350

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 147 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif dimaksudkan untuk menilai fungsi suatu ruas jalan ditinjau dari segi teknis.

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antar suatu daerah dengan daerah lainnya, baik itu barang maupun manusia. Seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh : Nurul Fajrin, Kismartini, Aloysius Rengga

ARTIKEL. Oleh : Nurul Fajrin, Kismartini, Aloysius Rengga ARTIKEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL MENURUT PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 392/PRT/M TAHUN 2005 DI KOTA SEMARANG Oleh : Nurul Fajrin, Kismartini, Aloysius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan tol adalah jalan yang memiliki standar yang lebih tinggi dari kelas jalan dibawahnya. Jalan tol dibangun untuk mengatasi masalah lalu lintas pada jalan non-tol.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi Citec Journal, Vol. 2, No. 1, November 2014 Januari 2015 ISSN: 2354-5771 Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi 65 Safrizal Instansi Jurusan Manajemen Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang; Jl.Jend. Sudirman Selindung Lama - Pangkalpinang Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBERDAYAAN DI BIDANG JALAN TOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN onferensi Nasional Teknik Sipil 4 (onteks 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PENILAIAN MASYARAAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGUTAN PEROTAAN Imam Basuki 1, Siti Malkhamah 2, Ahmad Munawar 3 dan Danang Parikesit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

Perbandingan Panjang Antrian Dan Waktu Pelayanan Pada Sistem Pengumpulan Tol Konvensional Terhadap Sistem Pengumpulan Tol Elektronik

Perbandingan Panjang Antrian Dan Waktu Pelayanan Pada Sistem Pengumpulan Tol Konvensional Terhadap Sistem Pengumpulan Tol Elektronik Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Perbandingan Panjang Antrian Dan Waktu Pelayanan Pada Sistem Pengumpulan Tol Konvensional Terhadap Sistem

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Wiwik Suharso Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Menurut Sugiyono (2009:2) mengemukakan Objek penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS GARDU TOL OTOMATIS (GTO) BUAH BATU DITINJAU DARI KECEPATAN TRANSAKSI RATA-RATA

EFEKTIVITAS GARDU TOL OTOMATIS (GTO) BUAH BATU DITINJAU DARI KECEPATAN TRANSAKSI RATA-RATA EFEKTIVITAS GARDU TOL OTOMATIS (GTO) BUAH BATU DITINJAU DARI KECEPATAN TRANSAKSI RATA-RATA Angga Marditama Sultan Sufanir 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung E-mail: angga.mss@polban.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan (movement).

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ABSTRAK

IMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ABSTRAK IMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Dimas F Putranto 5108 100 601 Jurusan Teknik Informatika Bidang Studi Intelligent Business System-FTIf, Institut

Lebih terperinci

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketidakpuasan terhadap kualitas layanan jalan sering dikeluhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan pengelolaan pemeliharaan jalan, baik yang berakar

Lebih terperinci

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENENTUAN PESERTA TIM ROBOT MENGGUNAKAN PERSPEKTIF KNOWLEDGE MANAGEMENT DAN PENDEKATAN METODE AHP (Studi Kasus : Laboratorium Robotika Universitas XYZ) 1 Terdy Kistofer; 2 Syamsuri; 3 Rony Prabowo 1 Mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar untuk melewati jalan yang dilalui dan merupakan jalan alternatif lintas

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND. By Yuniva Eka Nugroho

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND. By Yuniva Eka Nugroho ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD IN DECISION MAKING SHIPYARD ELECTION TO NEW TANKER SHIPBUILDING IN BATAM ISLAND By Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Abstract Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sarana transportasi menjadi salah satu komponen pokok dalam kegiatan transportasi untuk memenuhi kebutuhan perjalanan manusia atau barang dari satu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1) ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN Andytia Pratiwi 1) Abstract This study aims to identify patterns of movement in Pringsewu District

Lebih terperinci

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process

MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process Chandra Kusuma Dewa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Pratiwi Andiningsari, FKM UI, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan jalan bebas hambatan (jalan Tol) Cipularang (Cikampek- Purwakarta-Padalarang) pada tahun 2005 merupakan salah satu bentuk perkembangan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN TOL BERBASIS MANAJEMEN PROYEK (STUDI KASUS: TOL X) SKRIPSI

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN TOL BERBASIS MANAJEMEN PROYEK (STUDI KASUS: TOL X) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN TOL BERBASIS MANAJEMEN PROYEK (STUDI KASUS: TOL X) SKRIPSI DYAH OKTY MOERPRATIWI 0706266235 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2011 1040/FT/01/SKRIP/07/2011

Lebih terperinci

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl.Raya Selindung Baru Pangkalpinang

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA

EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA EVALUASI KINERJA JALAN SEBAGAI PARAMETER KEMACETAN SIMPANG EMPAT PINGIT YOGYAKARTA Poegoeh Soedjito (Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil, UNIBA Balikpapan) ABSTRAK Dalam mewujudkan sarana prasarana trasnportasi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR Nur Ali & David Ferdi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

Keselamatan Jalan Raya

Keselamatan Jalan Raya Keselamatan Jalan Raya Achri Taufiqurrohman 101910301061 Penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas berdasarkan peraturan PU STRATEGI PENINGKATAN KESELAMATAN JALAN a. pencegahan kecelakaan b. pengurangan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Operasional Jalan Tol Jagorawi PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Analisis Risiko Operasional Jalan Tol Jagorawi PT Jasa Marga (Persero) Tbk 258 Satriaputri, Cahyadi Analisis Risiko Operasional Jalan Tol Jagorawi PT Jasa Marga Analisis Risiko Operasional Jalan Tol Jagorawi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Dwinapriyanti Satriaputri Departemen Manajemen,

Lebih terperinci