Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar"

Transkripsi

1 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar Ade Momon S., Ir, MT dan Ana Ahdiat, ST Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, 2012 RINGKASAN Tingkat pelayanan Puskesmas Mulya Mekar yang berada di Kecamatan Babakan Cikao perlu dianalisis karena untuk saat ini dirasakan pelayanan pada pengobatan bagian umum sudah tidak maksimal melayani pasien yang datang untuk berobat dikarnakan kedatangan pasien cukup tinggi sehingga terjadi antrian yang cukup panjang. Permasalahan ini dapat dicari solusinya dengan melakukan analisa simulasi sistem antrian dimana salah satu model antrian tersebut adalah model yang mengasumsikan bahwa kedatangan terjadi berdasarkan distribusi poisson dan pelayanan berdistribusi eksponensial. Karena hanya satu pelayanan maka model antrian yang digunakan adalah model (M/M/1) : (FIFO / / ). Dari hasil penelitian analisis dan simulasi maka di dapat dari data existing adalah (λ) = 0,215 pasien per menit, (µ) = 0,237 pasien per menit, (ρ) = 0,907, (P0) = 0,093, (Lq) = 8,66 pasien per menit, (L) = 9,773 pasien per menit, (W) = 45,45 menit, (Wq) = 41,24 menit dan dari data simulasi adalah (λ) = 0,184 pasien per menit, (µ) = 0,228 pasien per menit, (ρ) = 0,807, (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 3,375 pasien per menit, (L) = 4,182 pasien per menit, (W) = 22,73 menit, (Wq) = 18,34 menit. Kata kunci : waktu pelayanan, tingkat kedatangan, simulasi antrian 1. Pendahuluan Sistem antrian dapat terlihat setiap hari, seperti deretan mobil yang berhenti karena lampu merah, antrian dari permintaan telepon pada suatu switchboard, penonton pada gedung teater pada box office atau pada restauran menunggu pesanan. Sebagian besar orang sadar atau tidak sadar paling tidak pernah sekali mengalami sistem antrian, misal pembayaran SPP yang melelahkan bagi mahasiswa-mahasiswa suatu universitas, antri untuk membeli bahan bakar dan sebagainya (Pangestu,1988). Sebenarnya fenomena tersebut merupakan suatu proses antrian (queueing process) yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu pasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayanan sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut. Teori antrian sendiri pertama kali dikemukakan oleh A.K. Erlang, seorang ahli matematika bangsa Denmark pada Tahun 1913 dalam bukunya Solution Of Some Problem In The Theory Of Probability Of Significance In Automatic Telephone Exchange. Penggunaan istilah sistem antrian (queueing system) dijumpai pertama kali pada tahun 1951 didalam Journal Royal Ststistical Sosiety, sedangkan masalah antrian itu sendiri sudah di jumpai sejak zaman Moses atau Noah. Namun dalam kesempatan ini implementasi masalah antrian secara khusus akan dirancang dan diimplementasikan oleh penulis pada Puskesmas Mulya Mekar yang bertempat di Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakarta. Berdasarkan pertimbangan hampir setiap hari pasien banyak yang datang untuk berobat, dimana dengan banyaknya pasien berdatangan tersebut maka terjadi kesibukan pelayanan 1

2 sehingga terjadinya antrian. Sebagai akibat tidak seimbangnya antara tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan, kondisi ini sudah menjadi biasa terjadi di puskemas yang bersangkutan. Puskesmas Mulya Mekar yang bertempat di Kecamatan Babakan Cikao Kabupaten Purwakatra sebenarnya, selalu berinvestasi terhadap pengembangan karyawan-karyawati menjadi pribadi-pribadi ramah dan santun dalam melayanai masyarakat. Pelayanan yang ramah dan santun merupakan nilai kultur utama dari Puskesmas Mulya Mekar, sehingga melahirkan layanan Puskesmas Mulya Mekar setara dengan layanan oleh pihak swasta yang sudah menjadikan keharusan dalam membuat pasien terpuaskan. Masyarakat Kecamatan Babakan Cikao khususnya Kelurahan Mulya Mekar lebih memilih pergi ke Puskesmas dibandingkan pergi ke Rumah Sakit atau Klinik untuk mengobati sakitnya, dikarenakan selain biaya dan obatnya gratis kualitas obat yang diberikan juga tidak kalah bagus, sehingga banyak masyarakat yang sakit datang untuk berobat ke Puskesmas, dan akhirnya mengakibatkan jumlah kedatangan pasien lebih besar dibandingkan jumlah pasien yang dilayani oleh dokter persatuan waktu, sehingga muncul masalah antrian khususnya di bagian pengobatan umum Masalah utama yang sering dihadapi oleh Puskesmas Mulya Mekar dalam melayani pasiennya adalah seringkali terjadi antrian yang panjang, dimana menyebabkan pasien mengalami waktu tunggu yang cukup lama. Dengan demikian berdasarkan kondisi permasalahan tersebut dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut a. Bagaimana model antrian pasien di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum? b. Bagaimana sistem antrian yang terjadi di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum menurut hasil existing? c. Bagaimana sistem antrian yang terjadi di Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum menurut hasil simulasi? Sasaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan hasil rancangan sistem model antrian yang dapat diimplementasikan di puskemas. Adapun lokasi kegiatan adalah Dinas Kesehatan Puskesmas Mulya Mekar. Jl. Veteran No. 246 Purwakarta 2. Kerangka Pemecahan Masalah a. Kerangka Berfikir Tingkat pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar yang berada di Purwakarta perlu dianalisis karena untuk saat ini dirasakan pelayanan pada bagian umum sudah tidak maksimal melayani pasien yang datang untuk berobat dikarenakan jumlah pengantri yang cukup banyak sehingga mencapai rata-rata 73 pasien perhari. Secara garis besar pemecahan masalah dalam pengabdian ini diantaranya, yaitu : (a) Menganalisis kondisi Puskesmas Mulya Mekar bagian pengobatan umum saat ini apakah mampu melayani permintaan pasien dengan teori antrian. (b) Dapat memberikan usulan pemecahan masalah atas masalah yang terjadi pada pasian yang akan berobat ke bagian umum di Puskesmas Mulya Mekar. (c) Mengimplementasikan hasil perancangan dari sistem antrian yang dihasilkan. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini antara lain: (a) Jumlah kedatangan pasien yang berobat ke bagian umum. (b) Waktu pelayanan pelayanan dokter terhadap pasien. Dalam metode pemecahan masalah diperlihatkan secara normatif tahap-tahap yang harus dilakukan dalam suatu rangkaian proses perancangan dimulai dari survei pendahuluan, studi pustaka, identifikasi, pengumpulan data baik data primer maupun sekunder, serta pada tahap akhir berupa rekomendasi. Dalam perancangan model sistem antrian ini jumlah kedatangan pasien puskesmas berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi eksponensial. Untuk menguji kebenaran dilakukan uji kebaikansuai chi kuadrat. b. Survey Pendahuluan Pada tahapan ini dijelaskan mengenai kondisi tempat survey dilakukan. Dalam hal ini menjelaskan terkait kondisi perkembangan puskemas di wilayah studi yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala yang saat ini terjadi di Puskesmas Mulya Mekar. 2

3 c. Survey Pada tahapan ini dijelaskan mengenai bagaimana kondisi dan kemungkinan yang akan terjadi dengan mencari keterangan secara faktual dari Puskesmas Mulya Mekar, dan melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap sistem antrian yang selama ini berjalan di puskesmas. Selanjutnya melakukan pengambilan data secara sampel terhadap jumlah pasien dan lamanya pelayanan yang diberikan oleh puskesmas. Atas dasar dari hasil survey tersebut berikutnya dilakukan penelitian pengembangan sistem antrian berdasarkan hasil data yang telah disurvey. d. Tahap Perancangan Sistem Antrian (1) Pengolahan data Hasil Survey 1) Pengujian Distribusi Antar Kedatangan dan Waktu Pelayanan (a) (b) (c) Uji Kesesuaian Poisson Ho : Waktu antar kedatangan pasien berdistribusi poisson H 1 : Waktu antar kedatangan pasien tidak berdistribusi poisson (1) Tentukan taraf kenyataan alpha (2) Hitung distribusi frekwensi distribusi chi square (3) Keputusan dengan menerima atau menolak hipotesis Uji Kesuaian Eksponensial (1) Tentukan Range (R) = Xmaksimum - Xminimum (2) Tentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus : K = 1 + 3,3 Log. N (3) Tentukan lebar kelas interval (I) = R/K Pengujian Hipotesis Untuk Distribusi Pelayanan (Eksponensial) (1) Ho : Waktu pelayanan pasien Eksponensial H1 : Waktu pelayanan pasien tidak Eksponensial (2) Tentukan taraf kenyataan alpha (3) Pengujian Statistik = t1,t2 = batas kelas interval = = harga rata-rata waktu pelayanan e = 2, 7183 (4) Hitung frekwensi harapan : = = (5) Perhitungan Distribusi Chi Square : = (6) Pengambilan Keputusan Menerima hipotesis nol (Ho), bila h< dan menolak hipotesis nol bila kondisi sebaliknya. (2) Tahapan Pembangkitan Bilangan Random Bilangan random digunakan untuk menentukan berapa lama waktu yang digunakan sesuai dengan jenis distribusinya 1) Algoritma untuk menentukan nilai x Diketahui jenis distribusi eksponensial dengan rata-rata waktu kedatangan µ dan bilangan random u. Algoritma: 3

4 (1) Bangkitkan Bilangan Random (0-1). (2) x = - µ ln (u). (3) Diperoleh x Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei ) Menentukan Peluang Masa Sibuk Ketika λ menandai tingkat kedatangan dan µmenandai tingkat pelayanan dimana λ > µ menyertai sebagai asumsi maka tingkat kesibukan sistem dapat dinyatakan. = 3) Menentukan Peluang Semua Pelayanan Menganggur Tingkat kesibukan sistem adalah 100% dan jika tingkat kedatangan λ semakin kecil dan tingkat pelayanan µ yang tidak berubah maka tingkat kesibukan akan menurun. Dengan demikian, probabilitas dengan sistem yang sedang kosong dihitung :! = Secara umum Po merupakan peluang waktu menganggur berlaku untuk semua sistem pelayanan baik sistem pelayanan tunggal ataupun sistem pelayanan ganada. Bila yang berada dalam sistem, maka pelayanan akan sibuk dan c-1 pelayan akan menganggur. Maka dinyatakan dengan pormula :! =" # $"1 # 4) Menentukan Jumlah Pasien Dalam Antrian (Lq) Untuk sistem saluran tunggal jumlah pasien dinyatakan : &' = 5) Menentukan Jumlah Pasien Dalam Sistem (Ls) Untuk sistem saluran tunggal jumlah pasien dinyatakan : &= 6) Menentukan Lamanya Pasien Dalam Antrian (Wq) (' = λ λ 7) Menentukan Lamanya Pasien Dalam Sistem (Ws) ( = 1 λ 8) Penentuan Tingkat Pelayanan Optimal : Dimana: C1 = Ongkos Tenaga Kerja Per Jam C2 = Ongkos Mesin Menganggur Per Jam λ = Rata-rata waktu antar kedatangan µ = Rata-rata waktu pelayanan. =+* + + 4

5 3. Hasil Dan Pembahasan a. Data Kedatangan Pasien yang Berobat Ke Puskesmas Tabel Data Jumlah Kedatangan Pasien Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Hari/Tanggal Jam Jumlah Kedatangan Pasien Senin, 13 Juni 2011 Selasa,14 Juni 2011 Rabu, 15 Juni 2011 Kamis, 16 Juni 2011 Jumat, 17 Juni 2011 Sabtu, 18 Juni 2011 Senin, 20 Juni 2011 Selasa, 21 Juni 2011 Rabu, 22 Juni 2011 Kamis, 23 Juni 2011 Jumat, 24 Juni 2011 Sabtu, 25 Juni 2011 Sumber : Hasil Observasi

6 b. Data Waktu Pelayanan Data pelayanan pasien lama dan baru, dimana data yang diperoleh di jam-jam sibuk dalam satuan menit, yaitu : Tabel 4.2 Data Waktu Pelayanan Bagian Umum ari/tanggal Jam Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien Senin, 13 Juni 2011 Selasa,14 Juni 2011 Rabu, 15 Juni 2011 Kamis, 16 Juni 2011 Jumat, 17 Juni 2011 Sabtu, 18 Juni 2011 Senin, 20 Juni 2011 Selasa, 21 Juni 2011 Rabu, 22 Juni 2011 Kamis, 23 Juni 2011 Jumat, 24 Juni 2011 Sabtu, 25 Juni 2011 Sumber : Hasil Observasi

7 c. Pembahasan Berdasarkan data yang terkumpul dan telah diklarifikasikan maka untuk mengetahui rata-rata kedatangan dan rata-rata pelayanan harus dilakukan uji data sebelum digunakan terhadap data yang diperlukan, dengan proses sbb. : a. Pengujian Hipotesis (1) Pengujian Distribusi Waktu Kedatangan Pasien = Kedatangann pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar berdistribusi Poisson, = Kedatangan pasien lama / pasien baru bagian poli umum di Puskesmas Mulya Mekar tidak berdistribusi Poisson. (a) Tarap kenyataan (α) = 0,05 (b) Menghitungg rata-rata waktu kedatangan pasien lama yang akan dilayani (λ) Dari tabel sebelumnya didapat nilai rata-rata kedatangan = -.h 0= >? /0 >. = = 14,03 Menghitungg Distribusi Probabilitas Poisson (c) (d) A =! =..C;< DEF,GH.:,I< EG I! = 0,1024 Menghitungg frekwensi yang diharapkan : =. 18 0,1024 1,8432 Menghitungg Chi Square ( )! :,; ;:< J 2,523756,;: :< Perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Perhitungan Chi Square Distribusi Kedatangan Pasien ei Oi i xi Oi pi(x) ei [rev] [rev] lanjutan Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 x

8 (f) 13 > jumlah Pengambilan Keputusan Dari tabel chi square dengan alpha 0,05 dan v = (5-1) = 4 Didapat nilai tabel (Chi Square, tabel) = 9,488 Sedangkan dari perhitungan chi square, didapat nilai perhitungan chi square ( ) x² hitung = 5,038 Karena X² hitung X² tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima, Artinya data waktu kedatangan pasien berdistribusi Poisson. Berikut tabel chi square sesuai data diatas. (2) Pengujian Distribusi Waktu Pemeriksaan Pasien = Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar berdistribusii eksponensial., = Pelayanan kepada pasien lama/pasien baru bagian poli umumdi puskesmas mulya mekar tidak berdistribusi eksponensial. Hasil pengamatan waktu pelayanan pasien lama setelah data diurutkan, didapat parameter sbb: (a) Range (R) = Xmaks - Xmin atau = 5,75 2,86 = 2,89 Banyak kelas interval (b) (c) (d) (e) (f) K = 1 + 3,3 Log.18 => (Log 36 = 1, 556) = 6,136 Panjang atau lebar kelas interval I = R/K = 0,471 Catatan : Banyak kelas (K) diambil 6 dan lebar kelas (I) = 0,471 Perhitungan berikutnya sbb: - menghitung frekwensi waktu pelayanan setiap kelas (fi) - menghitung besarnya probabilitas eksponensial untuk masingmasing kelas interval Menghitungg Distribusi Probabilitas Eksponensial. Dimana 0,273 <,PPC Y rata-rata < 3,667 :<P 2,7183 I,C<.,;P.2,7183 I,C<.<,<< 0,201 Menghitungg frekwensi harapan: ei. ΣQ 0, ,253 Jika suatu sel-sel yang frekuensi harapanya kurang dari 5 makaa di gabungkan dengan sel-sel berdekatan. Menghitungg Nilai Chi Square. NO O J 1,04 O IC,R<J C,R< Perhitungan secara lengkap untuk tabel distribusi eksponensial, Tabel Hasil Perhitungan Waktu Pelayanan Pasien Bagian Umum Kelas Oi pi(x) ei ei [rev] Oi [rev] x 2 8

9 (g) > Jumlah Pengambilan Keputusan Dari hasil perhitungan Chi Square, didapat nilai dari X² tabel (0,05) dan v = (4-1) = 7,815 karena X² hitung X² tabel = ,815, maka Ho diterima, artinya data waktu pemeriksaan berdistribusi eksponensial. b. Pembangkit Bilangan Random 1) Waktu Antar Kedatangan Pasien Distribusi tingkat kedatangan pasien mengikuti distribusi Poisson, sehingga waktu antar kedatangan pasien mengikuti distribusi eksponensial. Diketahui waktu rata-rata antar kedatangan 0,215 pasien/menit. Algoritma untuk menentukan nilai x: (1) Hitung e -λ, a = 1 dan i =0 (2) Bangkitkan Bilangan Random U i+1 = U(0,1). (3) Jika e -λ < a maka didapat x =1, jika e -λ > a lanjut ke nomor 4. (4) Ganti i = i + 1 Diketahui : λ 1 =17 Langkah 1: e -λ = E-08, a = 1 dan i = 0, Langkah 2 : U 1 = 0,00155 Langkah 3 : a = au 1 = (1)(0,00155) a = 0,00155 > e -λ = E-08 i = i + 1 = = 1 Langkah 2 : U 2 = Langkah 3 : a = au 2 = (0,00155) ( ) = a = 0,00155 > e -λ = E-08 i = i + 1 = = 2 Seterusnya seperti langkah di atas sampai a < e -λ Langkah 2 : U 13 = Langkah 3 : a = au 13 = (3.1E-08) ( ) = 4.3E-09 a = 4.3E-09 > e -λ = E-08 i = i + 1 = = 14 dan seterusnya λ 1, λ 2, λ 3. λ 14. Dari perhitungan di atas maka didapat seperti tabel di bawah ini : Hasil Simulasi Jumlah Kedatangan Pasien λ ke- X λ ke- X λ ke- X

10 Jumlah 398 2) Waktu Pemeriksaan Pasien Dari uji distribusi diketahui waktu pemeriksaan berdistribusi Eksponensial. Diketahui waktu rata-rata pemeriksaan 0,237 pasien/menit. Algoritma untuk menentukan nilai x: (1) Bangkitkan Bilangan Random U=U(0,1). (2) Variable Random Distribusi Eksponensial x = µ ln (u) (3) diperoleh x Tabel Hasil Simulasi Waktu Pemeriksaan Pasien Kedatangan Pasien Baru Bilangan Random (u) Rata-rata waktu pemeriksaan x x = lan (u). 10

11 Lanjutan Jumlah 8, Rara-rata c. Menentukan Model Antrian Berdasarkan kondisi tersebut, maka model antrian yang digunakan dinotasikan sebagai (M/M/1) : (GD/ / ) yang mana model ini mengasumsikan bahwa kedatangan terjadi menurut Poisson sedangkan waktu pelayanannya berdistribusi eksponensial dengan parameter rata-rata adalah Dengan menggunakan model antrian tersebut. d. Hasil Uji Data Berdasarkan data yang dilakukan dapat diperoleh data untuk melakukan pengolahan data selanjutnya. Dapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Menentukan Rata Rata Waktu Antar Kedatangan -. >??. >. /0 >. = =12,889 pasien/jam =0.215 pasien/menit 2) Menentukan Rata-rata Waktu Pelayanan 11

12 Dari data diketahui bahwa rata-rata pelayanan pasien adalah 4,228 menit 1 \ \ >] >? = 1 4,228 = ) Peluang Masa Sibuk (ρ) = = =0,907 4) Proporsi Waktu Ngangur Pelayan Po atau I = 1 dimana = λ/ µ Po = 1 0,907 = 0,093 5) Rata-rata Banyaknya Pengantri yang Sedang Antri Lq= &'= = 0, = 8,66 &'=8,66 pasien yang sedang antri 6) Rata-rata Banyaknya Pengantri Dalam Sistem. &?= &?= =9,773 &?=9,773 pasien mengantri dalam sistem. 7) Rata-rata Waktu Antri λ ('= λ ('= =41,24 ('=41,24 menit waktu antri 8) Rata-rata Waktu Menunggu dalam Sistem (?= 1 λ 1 (?= =45,45 (?=45,45 menit menunggu dalam sistem. e. Hasil Perhitungan Simulasi dengan Menggunakan Teori Antrian Berdasarkan analisa tingkat kedatangan, waktu pelayanan model antrian dipuskesmas mulya mekar bagian poli umum adalah dengan pola kedatangan Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi eksponensial sesudah melakukan simulasi. 1) Menentukan Rata-rata Waktu Antar Kedatangan Dari hasil data simulasi di dapat : =0,184 pasien/menit 12

13 2) Menentukan Rata-rata Waktu Pelayanan Dari hasil data simulasi di dapat : 0,228 pasien/menit 3) Peluang Masa Sibuk (ρ) = =0,184 0,228 =0,807 4) Proporsi Waktu Ngangur Pelayan Po atau I = 1 dimana = λ/ µ Po = 1 0,807 = 0,193 5) Rata-rata Banyaknya Pengantri yang Sedang Antri &'= 0,184 &'= 0,228 0,228 0,184 =3,375 &'=3,375 pasien yang sedang antri 6) Rata rata Banyaknya Pengantri Dalam Sistem &?= 0,184 &?= =4,182 0,228 0,184 &?=4,182 pasien mengantri dalam sistem. 7) Rata rata Waktu Antri λ ('= λ 0,184 ('= 0,228 0,228 0,184 =18,34 ('=18,34 menit waktu antri 8) Rata-rata Waktu Menunggu Dalam Sistem (?= 1 λ 1 (?= =22,73 0,228 0,184 (?=22,73 menit menunggu dalam sistem Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 f. Menentukan Pelayanan Optimal (a bcdefgh ) 1) Menentukan Pelayanan Optimal Data Existing ij klm =+* + + ij klm =0,215+* , ,23 13

14 ij klm 0,234+n0,1398 ij klm =0,234+0,37 ij klm =0,604 2) Menentukan Pelayanan Optimal Data Simulasi ij klm =+* + + ij klm =0,184+* , ,23 ij klm =0,234+n0,1196 ij klm =0,234+0,35 ij klm =0,584 Tabel Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Parameter Hasil Existing Hasil Simulasi λ 0,215 0,184 µ 0,237 0,228 0,907 0,807 Po 0,093 0,193 &' 8,66 3,375 &? 9,773 4,182 (' 41,24 18,34 (? 45,45 22,73 ij klm 0,604 0,584 Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 g. Analisa Berdasarkan pengamatan tingkat kedatangan pasien setiap hari dari tanggal 13 s/d 19 Juni 2011 dan 20 s/d 26 Juni 2011 tingkat kedatangan pasien tinggi pada jam-jam tertentu setiap hari yaitu pukul WIB dengan rata-rata kedatangan 39 pasien perhari. Tingginya kedatangan pasien dikarenakan pasien lebih memilih pergi berobat pada Puskesmas dibandingkan pergi ke Rumah Sakit atau Klinik, dikarenakan selain biaya dan obatnya gratis kualitas obat yang diberikan pun tidak kalah bagus. Kedatangan pasien rata-rata 39 pasien perhari. Waktu antar kedatangan pasien dijumlahkan, kemudian dihitung rata-rata waktu antar kedatangan pasien sebesar 0,215 pasien per menit. Distribusi waktu kedatangan pasien mengikuti distribusi eksponensial, sehingga tingkat kedatangan pasien mengikuti distribusi poisson. Rata-rata waktu pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah 0,237 pasien per menit. Berdasarkan kondisi yang sudah teramati tersebut dalam lokasi penelitian maka model antrian yang di gunakan di notasikan (M/M/1) : (FIFO/ / ) yang mana model ini mengasumsikan bahwa kedatangngan terjadi menurut poisson dengan parameter sebagai nilai rata-ratanya dan sedangkan waktu pelayanannya berdistribusi eksponensial. Dalam penelitian ini menggunakan parameter untuk identifikasi dalam mempelajari dan menjelaskan dalam sistem antrian. Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Waktu sibuk dokter b. Lq : jumlah pasien yang menunggu dalam antrian. c. Ls : jumlah pasien yang menunggu dalam sistem. 14

15 d. Wq : waktu yang dihabiskan pasien untuk menunggu dalam antrian. e. Ws : waktu yang dihabiskan pasien untuk menunggu dalam sistem. Dari hasil analisis data pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,215 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,237 pasien per menit, peluang masa sibuk (ρ) = 0,907, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,093, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 8,66 pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 9,773 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam system (W) = 45,45 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 41,24 menit. Dari simulasi yang dilakukan pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,184 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,228 pasien per menit, peluang masa sibuk = 0,807, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 3,375 pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 4,182 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam sistem (W) = 22,73 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 18,34 menit 4. Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan (a) (b) (c) Dari hasil pembahasan yang telah disajikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Model antrian yang diperoleh adalah model (M/M/1) : (FIFO / / ), dengan tingkat kedatangan berdistribusi poisson, waktu pelayanan berdistribusi eksponensial, dengan jumlah pelayanan adalah seorang dokter, disiplin antrian yang digunakan adalah pasien yang pertama datang yang pertama dilayani, jumlah pelanggan dalam sistem antrian dan ukuran populasi pada sumber masukan adalah tak terhingga. Dari hasil analisis data pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,215 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,237 pasien per menit, peluang masa sibuk (ρ) = 0,907, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,093, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 8,66 pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 9,773 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam system (W) = 45,45 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 41,24 menit. Dari simulasi yang dilakukan pada waktu kedatangan pasien dan waktu pelayanan pasien diperoleh nilai: ekspektasi kecepatan pertibaan rata-rata (λ) = 0,184 pasien per menit, ekspektasi kecepatan pelayanan rata-rata (µ) = 0,228 pasien per menit, peluang masa sibuk = 0,807, probabilitas semua pelayanan menganggur atau tidak ada pasien dalam sistem (P0) = 0,193, ekspektasi panjang antrian (Lq) = 3,375 pasien per menit, ekspektasi panjang garis (L) = 4,182 pasien per menit, ekspektasi waktu menunggu dalam sistem (W) = 22,73 menit, ekspektasi waktu menunggu dalam antrian (Wq) = 18,34 menit b. Saran Untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan, sebaiknya suatu sistem pelayanan memberikan fasilitas pelayanan optimal. Fasilitas pelayanan perlu diusahakan agar mendekati optimal karena apabila suatu sistem fasilitasnya kurang optimal maka akan berakibat adanya pasien yang tidak terlayani Tingkat kedatangan pasien dan kecepatan pelayanan untuk selalu di analisa, sehingga dapat ditentukan kebijakan untuk mengantisipasi antrian yang terjadi demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Pelayanan kesehatan tidak ada tawar menawar, karena menyangkut masalah nyawa manusia. Dengan demikian pelayanan pasien yang terbaik akan sangat bermanfaat demi tertolongnya pasien. 15

16 Daftar Pustaka Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Asmugi, 2004, Simulasi Komputer Sistem Diskrit, Penerbit Andi, Yogyakarta Matthias, Aruf, 1997, Statistika Bisnis, Penerbit ITB Sugiyono ; 2002, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Keempat, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sumardjono, Maria SW, 1996, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suseno, Agustian, 2004, Diktat Kuliah Penelitian Operasional Industri Unsika II, Jurusan Teknik Soepono, Soeparlan, 1999, Pengantar Simulasi, Seri Diktat Kuliah Universitas Guna Darma Tarliah, Tjutju 1994, Operation Research : Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, Bandung Walpole Ronald E : 1984, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan Edisi Keempat, Penerbit ITB Bandung 16

17 MAKALAH : DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR: MERAJUT TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI FONDASI INTEGRITAS BANGSA Tanggal 29 Maret 2009 di Klari Kab, Karawang Atas Kerjsama Ditjen Kesbangpol Kemendagri dengan Lembaga Analisa Pengembangan Demokrasi ETIKA KEBEBASAN MENJALANKAN AGAMA OLEH H.E. TAJUDDIN NOOR DOSEN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG KETUA FKUB KABUPATEN KARAWANG A. PENDAHULUAN Agama pada dasarnya hadir dengan misi kebaikan. Semua orang mengetahui bahwa agama sakral dan sarat dengan nilai-nilai universal. Tujuannya satu agar manusia hidup damai, harmoni dengan lingkungan, taat pada aturan, dan patuh pada ajaran Tuhan. Namun ketika ajaran agama harus diwujudkan oleh para pemeluknya, ia harus bersentuhan dengan kehidupan sosial budaya. pertama, ajaran itu akan difahami oleh para pemeluknya sesuai daya nalar, tingkat pengalaman, pengaruh lingkungan. Dalam konteks ini ajaran agama masuk dalam ranah persepsi para pemeluknya. Tidak aneh akan muncul beragam mazhab dan aliran, walau esensinya sama. Dan hal ini potensial menimbulkan masalah internal. Kedua, ketika para pemeluk ajaran agama secara konsekwen harus mengamalkan ajaran agama yang diyakininya, akan bersentuhan dengan para pemeluk ajaran agama lain. Disini agama masuk dalam ranah sosial kehidupan beragama, dan hal ini potensial menimbulkan masalah eksternal. Dan dalam menjamin kebebasan menjalankan agama bagi para pemeluknya, negara telah menjamin dan mengaturnya dengan berbagai payung hukum, namun dalam implementasinya terkadang tidak semudah yang kita perkirakan. Atas dasar itulah perlu kiranya ada etika yang harus menjadi acuan bersama bagi para pemeluk agama, untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya konflik yang sering merugikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. B. AGAMA Ada dua sisi dalam memandang pengertian Agama; agama sebagai 17

18 ajaran yang memiliki kebenaran mutlak (terutama bagi yang meyakininya) dan agama dalam pengertian pemeluk yang melaksanakan agama. Dalam pengertian ajaran, agama tidak banyak mengundang masalah karena didalamnya mengandung nilai-nilai yang uneversal dan baik bagi manusia. Dalam kata lain semua agama mengajarkan kebaikan bagi semua manusia. Dalam kajian perbandingan agama, ada dua kategori, ada agama samawi yang diturunkan melalui wahyu kepada para nabi/utusan Alloh seperti Yahudi, Kristen, dan Islam. Ada agama ardy, atau hasil budaya manusia seperti Hindu, Budha, dan Konghuchu. Baik agama samawi maupun agama ardy keduanya membawa misi agar manusia hidup baik dan benar. Namun dalam pengertian yang melaksanakan agama (pemeluk agama), agama sudah berada pada wilayah persepsi atau pemahaman para pemeluknya. Nah dalam konteks yang terakhir inilah sering terjadi ketegangan-ketegangan, karena dalam pengertian ini, agama bersentuhan dengan berbagai kepentingan hidup manusia seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dan dalam konteks ini pula, agar supaya semua pemeluk agama dapat dengan tenang menjalankan kewajiban agama yang diyakininya, diperlukan etika bergaul yang kemudian dikenal dengan toleransi sosial beragama. Sebagaimana agama-agama lain, Islam secara jelas mengandung klaim klaim eksklusif. Bahkan tergolong sangat ketat. Hal ini nampak dalam dua kalimah syahadah yang merupakan kesaksian kemahamutlakan Alloh sebagai satu-satunya Tuhan, dan kerasulan Muhammad SAW sebagi Nabi dan Rasul terakhir yang kemudian disebut sebagai Doktrin Tauhid. Namun demikian dalam Islam, toleransi agama memiliki dasar pijak yang kuat. Antara lain dalam ayat alhujurot 13, Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Alloh maha Mengetahui lagi maha Mengenal yunus 99. Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang 18

19 yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriaman semuanya? Demikian pula dasar historis tentang toleransi beragama dapat dijumpai antara lain piagam madinah di zaman Rasululloh, perjanjian Aeliya di zaman khalifah Umar Bin Khattab, dan banyaknya para penganut non muslim yang menjadi pejabat dalam pemerintahan Khalifah Abbasyah yang berlansung selama 500 tahun ( M). Baik secara pengertian teologis, maupun secara historis, jelas Islam merupakan agama yang sangat mengembangkan arti toleransi yang sebenarnya sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam arti Islam tumbuh dan berkembang menjadi besar seperti sekarang ini bersama dengan pengakuannya akan hak hidup agama-agama lain yang malah hidup saling berdampingan secara harmonis. Secara teologis, Islam memandang bahwa doktrin tauhid tidak hanya milik Islam seperti yang umum difahami selama ini, namun juga sebagai inti dari semua agama terutama agama samawi. Karena misi Islam satu yaitu menyembah Tuhan Yang Satu dengan risalah yang sama melalui rangkaian nabi-nabi hingga Nabi terakhir Muhammad SAW. Lihat surah annisa 163 : Sungguh Kami telah mewahyukan kepadamu seperti juga kami wahyukan kepada Nuh dan Nabi-nabi sesudahnya, dan kami wahyukan juga kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya kub dan anak turunannya, dan kepada Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Sungguh Kami kisahkan kepadamu(muhammad) beberapa rasul sebelum kamu, dan beberapa rasul belum kami kisahkan kepadamu, dan Alloh benar-benar telah berbicara kepada Musa.( Itulah ) para rasul pembawa berita gembira dan pembawa peringatan (yang sama dari Alloh) agar bagai manusia tidak ada bantahan setelah diutusnya para Rasul, dan Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Bahkan Nabi Muhammad sendiri menegaskan bahwa dia datang hanya sebagai penyempurna dari misi kenabian para rasul terdahulu. Yaitu misi ketauhidan. Dengan penegasan di atas, Islam mengklaim bahwa ia agama yang pertama dan sekaligus agama yang terakhir. 19

20 Dalam pandangan Islam, konsep tauhid bukan hanya terletak pada pengakuan adanya Tuhan Yang Esa saja, tetapi yang lebih pokok adalah penerimaan dan respon cinta kasih dan kehendak Tuhan yang dialamatkan kepada Manusia. (Asep Syaefulloh: 2007). Dan hal yang penting dalam Islam dipesankan bahwa mengekspresikan ketauhidan dan ajaran agama itu tidak boleh disertasi berbantah-bantahan, melainkan harus dengan cara-cara yang sebaik-baiknya, termasuk menjaga etika, kesopanan dan tenggang rasa dalam kehidupan sosial beragama, kecuali terhadap mereka yang berbuat zalim seperti menghalangi da wah, bermain main dengan aturan, memanipulasi data dsb. dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, malainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang orang zalim diantara mereka, dan katakanlah : Kami telah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu: Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu: dan kami hanya berserah diri kepada Nya. (al Ankabuut:46) Ayat ini juga memerintahkan kepada umat islam untuk senantiasa menegaskan bahwa para penganut kitab suci yang berbeda beda, sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dan sama-sama pasrah kepadanya. Bahkan, biarpun sekiranya mengetahui dengan pasti bahwa orang lain menyembah suatu obyek sembahan yang bukan Alloh yang Maha Esa, Umat Islam tetap dilarang berlaku tidak sopan terhadap mereka. (Asep Syaefulloh:2007). Sebab menurut al Quran sikap tidak sopan dengan mencaci dan merendahkan terhadap pihak lain yang berbeda keyakinan dengan kaum muslim, akan menimbulkan sikap balik dari mereka yang dicaci itu menyerang dengan melakukan ketidak sopanan yang sama terhadap Alloh dan RasulNya. Ungkapan-ungkapan diatas memesankan bahwa ajakan kepada kebenaran yang diyakini harus disertai dengan cara-cara penuh kearifan, kesopanan, tuturkata yang baik dan tentu dengan argumen yang masuk akal. C. Toleransi di Indonesia Indonesia menjadi contoh yang baik bagi pemecahan persoalan toleransi antar umat beragama, sebab meskipun mayoritas penduduknya Muslim, 20

21 Indonesia tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara, tetapi berdasar pancasila yang mengakomodasi kepentingan semua lapisan masyarakat termasuk umat beragama yang berbeda-beda. Berbagai payung hukum yang mengatur kehidupan sosial umat beragama telah dikeluarkan pemerintah seperti Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri no 1 tahun 1969 tentang pelaksanaan tugas Aparatur Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pengembangan dan ibadat agama oleh para pemeluknya yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri no 9 dan 8 tahun Tentang pedoman pelaksanaan Kepala Daerah dalam pemeliharaan Kerukunan Umat beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat beragama, dan pendirian rumah Ibadat. Namun dilapangan dalam implementasinya sering terjadi konflik, hal ini disebabkan beberapa faktor seperti diidentifikasi oleh (Setda Jabar, 2006) antara lain: a. Faktor keagamaan 1) Pendirian Rumah Ibadah Pendirian rumah ibadah merupakan sesuatu yang sangat hakiki bagi setiap pemeluk agama manapun, karena rumah ibadah selain berfungsi sebagai simbol kesatuan dan pertautan rasa emosi keagamaan dalam satu barisan agama, juga menjadi rumah suci untuk menjalankan dan membaktikan diri dalam kegiatan ibadah-ibadah ritual bagi pemeluk-pemeluknya. Hanya saja permasalahannya, ketika penganut agama minoritas mendirikan rumah ibadah ditengah masyarakat penganut agama mayoritas, akan menimbulkan ketegangan dan penggelembungan potensi konflik laten. 2) Penyiaran agama Penyiaran agama minoritas yang bertujuan mengajak penganut agama mayoritas untuk konversi kepada agama minoritas, akan memunculkan reaksi spontan dari penganut agama mayoritas, 21

22 karena hal itu menyinggunggung pihak yang merasa di rugikan. 3) Bantuan keagamaan dari luar negeri Bantuan keagamaan dari luar negeri yang sebenarnya sangat berguna, namun jika kemudian diketahui dipergunakan secara keliru umpama dipergunakan penyiaran agama pihak minoritas mengajak umat mayoritas, akan menimbulkan kecemburuan. 4) Perkawinan beda agama Perkawinan merupakan komitmen penyatuan dua individu yang berbeda jenis kelamin dengan dasar kasih dan cinta. Tetapi perkawinan bagi individu-individu yang berbeda akan banyak menimbulkan masalah; dari mulai problem pelecehan agama, prinsif agama yang dianut anak-anak, hak-hak warisan dan hak kewalian dan lain-lain. Dan jika terjadi perceraian atau kematian akan melibatkan simbol-simbol agama. 5) Perayaan hari besar keagamaan Perayaan hari besar keagamaan sudah menjadi seremonial yang membudaya dalam masyarakat Indonesia. Permasalahan akan timbul, bukan karena peryaannya, tapi ketika harus ada pemahaman yang tegas mana yang termasuk acara seremonial dan mana yang ritual. Sebab namanya perayaan mesti akan mengundang banyak orang termasuk orang yang mungkin beda keyakinan untuk hadir dalam upacara itu. dizaman menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara, telah diatur melalui edaran menteri agama tentang tata cara pelaksanaan hari-hari besar keagamaan. 6) Penodaan Agama Setiap agama mempunyai simbol-simbol tertentu yang disakralkan oleh para pemeluknya. Penodaan terhadap simbosimbol tersebut oleh pihak lain akan menimbulkan emosi massa agama yang merasa ternodai. Oleh karena itu pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang penetapan presiden no 1 tahun 22

23 1965 tentang pencegahan penyalah gunaan dan/atau penodaan agama. b. Faktor non agama 1) Kesenjangan ekonomi Sering kali konflik terjadi mengatasnamakan agama, padahal seseungguhnya berawal dari masalah ekonomi. Seperti ketersinggungan tidak dilibatkan dalam perparkiran, membangun tanpa melibatkan tenaga setempat, terlalu mencolok dalam hal berpakaian dll. Semua itu akan memicu kecemberuan sosial yang seringkali menggunakan simbolsimbol agama yang disakralkan sehingga mengundang massa keagamaan. 2) Kepentingan politik Sebenarnya kehidupan politik dan kegamaan merupakan dua hal yang saling melengkapi jika masing masing pelakunya memandang dengan pandangan yang proporsional. Namun seringkali yang terjadi saat pelaku politik ingin mencapai tujuannya menggunakan simbo-simbol keagamaan. Dan hal itu sering menjadi pemicu konflik, karena agama telah disalah gunakan dengan tidak proporsional. Mestinya, karena agama mengandung nilai-nilai kesucian ruhani, harus dijadikan sumber inspirasi bagi para pelaku politik untuk membangun kesadaran politik yang etis, bukan dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat sementara. 3) Provokator Masyarakat kita sangat rentan terhadap menyusupnya Provokator yang memprovokasi massa demi kepentingan tertentu. Hal ini sering kali menjadi sumber masalah yang menimbulkan konflik dimasyarakat kita. Karenanya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan, harus memposisikan diri sebagai pencerah bagi masyarakat yang 23

24 sudah terprovokasi tadi dengan kewibaannya. D. Solusi Dalam mengatasi kecenderungan konflik yang melibatkan massa keagamaan, perlu berbagai pendekatan. Inilah tugas mulia yang harus menjadi pemikiran pemerintah, Organisasi dan Lembaga kemasyarakatan yang peduli akan kehidupan yang rukun dan damai, dengan membangun kesadaran masyarakat tentang etika kehidupan sosial beragama. Menurut Syamsu Rizal (1999), setiap inisiatif pemecahan masalah keagamaan harus mencakup tiga hal. Pertama, perhatian pihak ketiga terhadap kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu pertikaian atau konflik; jika yang diperhatikan adalah kepentingan salah satu pihak, yang terjadi adalah pembentukan aliansi dan itu berarti eskalasi konflik. Kedua, menempatkan pihak-pihak yang berkonflik dalam situasi yang memungkinkan mereka menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru dengan maksud mencapai solusi yang dapat mereka terima. Ketiga, tugas pihak ketiga menyediakan rasa aman bagi pelaksanaan diskusi yang proaktif yang memperbesar peluang tukar menukar ide dan ekplorasi pilihan-pilihan tidak mengikat. Jadi, merawat kerukunan ditengah-tengah begitu banyak perbedaan butuh keterbukaan, kebesaran jiwa, kesabaran, aturan dan tentu etika. 24

25 PENGARUH MIKORIZA DAN UMUR BENIH TERHADAP DERAJAT INFEKSI, SERAPAN P, PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) DENGAN METODA SRI (System of Rice Intensification) Endah Fitriyah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang ABSTRACT This objective of this experiment was to study the effect of Arbuscular Mycorrhizal Fungi inoculant interaction and age of seeds to increase the degree of AMF infection in roots of plants, P uptake, growth and yield of Rice (Oryza sativa L.) using the method of SRI (System of Rice Intensification). Experiments carried out in the garden experiment Rice Research Institute Sukamandi Subdistrict Subang, District West Java, from March 2009 until August The design environment used in this study were randomized block design with factorial pattern. The first factor was the inoculation of mycorrhizal (M) with two levels: without inoculation of AMF (m 0 ) and AMF inoculant 100 g kg -1 soil (m 1 ). The second factor is the age of rice seed (U) consisting of tree levels: the age of 5 days after seeding (u 1 ), age 10 days after seeding (u 2 ), age 15 days after seeding (u 3 ). The results showed that there was interactions between Arbuscular Mycorrhizal Fungi inoculants and seed age in the plant height 28 days after seedling (DAS) and DAS 42, Leaf Area Indeks (LAI) DAS 42 and DAS 49, Shout Root Ratio (SRR) DAS 35 and DAS 42, the number of tiller DAS 28, DAS 42 and DAS 56, and grain yield dry yield rice (Oryza sativa L.). There was no interaction between the effect of AMF inoculant and seed age on the degree of AMF infection and P uptake, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56. Mycorrhizal inoculation of 100 g kg -1 soil can increase the degree of AMF infection on the roots, but no significant effect on uptake of P, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56. Seed age did not significantly effect on the degree of AMF infection but the effect on P uptake, plant height DAS 56 and DAS 70, LAI 35 and DAS 56, SRR DAS 49 and DAS 56. PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan arah dari pembangunan pertanian dimasa mendatang, dimana pengelolaannya harus berdampak positif bagi lingkungan serta efisiensi merupakan titik tolak sistem usahataninya. Dengan lahan yang relatif terbatas sedang jumlah penduduk semakin banyak memaksa para ahli di bidang pertanian mengejar produktivitas dengan mengarah pada berbagai metoda intensifikasi dan ramah lingkungan. Saat ini istilah pertanian alami (back to nature farming) banyak dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik juga untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman, diantaranya dengan pemanfaatan pupuk hayati. Aplikasi bioteknologi dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai pupuk hayati merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan produktivitas lahan, mempertahankan serta meningkatkan produksi tanaman. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis diantaranya yaitu FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular). FMA digolongkan ke dalam endomikoriza yaitu mikoriza yang sebagian hifanya berada dalam akar dan bercabang-cabang diantara sel-sel akar (Foth, 1991). Jamur Mikoriza ini dapat menambah luas permukaan akar sehingga penyerapan unsur hara akan lebih tinggi. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa derajat infeksi akar dan penyerapan unsur hara terutama unsur P oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan adanya infeksi mikoriza pada akar tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal diawali pada sejauh mana tanaman tersebut tidak mengalami gangguan akar. Pertumbuhan dan penyebaran akar tergantung pada ketersediaan udara dalam tanah, nutrisi dan varietas tanaman. Sinwin, dkk (2007) menyatakan bahwa tanaman yang diinfeksi dengan FMA menunjukkan pertumbuhan yang lebih 25

26 tinggi dengan perakaran yang lebih baik dan batang yang lebih gemuk dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinfeksi cendawan tersebut. Metoda SRI (System of Rice Intensification) merupakan cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air menuju ke pertanian ramah lingkungan yang berkelanjutan. Prinsip dari metoda SRI yaitu tanah sehat dengan bahan organik, benih sehat bermutu dan bernas, benih tanam muda, benih ditanam tunggal, benih ditanam dangkal, hemat air, jarak tanam lebar, pengendalian OPT dengan penerapan PHT secara utuh serta menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan (Sutaryat, 2007). Namun belum ada hasil penelitian yang mengungkapkan kira-kira pada umur muda berapakah benih padi yang ditanam dapat memberikan hasil yang terbaik. Budidaya padi metode SRI tidak saja dapat menghemat penggunaan air irigasi tapi menghemat penggunaan input produksi yang berarti lebih hemat biaya tetapi juga menghasilkan yang lebih tinggi dan berkualitas karena terhindarnya penggunaan input kimia sintetis. Pada budidaya padi secara konvensional, teknik penanaman padi dari persemaian ke lahan sawah dilakukan pada umur hari, sedangkan budidaya padi dengan metoda SRI benih ditanam ke lahan sawah pada umur 5 10 hari setelah berkecambah di persemaian artinya tanam muda. Menurut Sutaryat (2007) benih ditanam muda dimaksudkan agar pada saat benih dipindahtanamkan, tanaman masih cukup mempunyai cadangan makanan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan untuk pertumbuhan selanjutnya. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi inokulan jamur mikoriza dan umur benih terhadap peningkatan derajat Infeksi FMA pada akar tanaman, serapan P, pertumbuhan dan hasil padi (Oryiza sativa L.) dengan menggunakan metoda SRI (System of Rice Intensification). METODE PENELITIAN Percobaan telah dilaksanakan di kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Kab. Subang Propinsi Jawa Barat, dari bulan Maret 2009 sampai dengan Agustus Lokasi percobaan terletak pada ketinggian + 15 m di atas permukaan laut, dengan ordo tanah Ultisol. Tipe curah hujan menurut Schmidt-Ferguson (1951), termasuk type D dengan kategori sedang. Penghitungan jumlah spora mikoriza pada inokulan dan tanah sebelum percobaan dilaksanakan di Laborotarium Biologi dan Bioteknologi Tanah Fakultas Pertanian Unpad, sedangkan analisis tanah sebelum percobaan, sifat fisik dan kimia tanah serta analisis tanaman dilaksanakan di Laborotarium Pengujian BBPT Padi Sukamandi Subang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah inokulan campuran Mikoriza asal PAU IPB, benih padi varietas Ciherang asal BBPT Padi Sukamandi, tanah, pupuk organik padat (campuran kotoran sapi, jerami dan sekam), daun pisang, pupuk organik cair (Tien Golden Harvest), larutan sukrosa 70%, KOH 10%, H 2 O 2 alkalin, fuchsin yang dilarutkan dalam asam laktat 0,01%, HCl 10%, gliserin, molybdate-vanadate, air gula 70% dan aquadest steril. Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk penanaman benih yaitu tampah, daun pisang; alat untuk pengolahan tanah seperti cangkul, sekop, garu ; sprayer untuk pupuk cair; penggaris dan Leaf area meter; Oven; timbangan; bambu dan papan nama; peralatan untuk menghitung populasi spora dan analisis konsentrasi P meliputi saringan, botol sentrifuge, cawan petridish, tabung destruksi, corong, labu volumetric, spektrofotometer, objek glass serta mikroskop untuk mengamati derajat infeksi akar. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama inokulan FMA terdiri dari dua taraf yaitu ; m 0 = tanpa inokulan FMA dan m 1 = diberi inokulan FMA (100 g kg -1 tanah) dan faktor kedua umur benih padi terdiri dari tiga taraf yaitu; u 1 = umur 5 hari setelah semai (HSS), u 2 = umur 10 hari setelah semai (HSS) dan u 3 = umur 15 hari setelah semai (HSS). Percobaan ini terdiri dari enam kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali, sehingga seluruhnya terdapat 24 plot percobaan. Variabel respon meliputi pengamatan utama dan penunjang. Pengamatan utama diuji dengan analisis statistik pada penelitian ini yaitu : a) Derajat infeksi FMA (%) pada akar padi. b) Serapan P pada tanaman (mg tanaman -1 ). c) Analisis tumbuh tanaman terhadap indikator pertumbuhan tanaman terdiri dari komponen pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, Indeks Luas Daun, Nisbah Pupus Akar, Jumlah anakan perumpun. d) Hasil gabah kering. Pengamatan penunjang yang dilakukan meliputi : Penghitungan spora mikoriza pada inokulan dan tanah sebelum percobaan, analisis tanah sebelum percobaan, dan identifikasi hama dan penyakit serta gulma selama percobaan. Pada penelitian ini sumber dan cara penentuan data/informasi didapat dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari objek penelitian dan pengamatannya dilakukan terhadap tanaman 26

Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar

Solusi, Vol. 10, No. 22 Maret 2012 Mei 2012 Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar Ade Momon S., Ir, MT dan Ana Ahdiat, ST Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, 2012 RINGKASAN Tingkat

Lebih terperinci

MAKALAH : ETIKA KEBEBASAN MENJALANKAN AGAMA

MAKALAH : ETIKA KEBEBASAN MENJALANKAN AGAMA 1 MAKALAH : DISAMPAIKAN DALAM ACARA SEMINAR: MERAJUT TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI FONDASI INTEGRITAS BANGSA Tanggal 29 Maret 2009 di Klari Kab, Karawang Atas Kerjsama Ditjen Kesbangpol Kemendagri

Lebih terperinci

Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar

Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar Perancangan Dan Implementasi Model Sistem Antrian Pelayanan di Puskesmas Mulya Mekar Ade Momon S., Ir, MT dan Ana Ahdiat, ST Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang, 2012 RINGKASAN Tingkat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan BAB 3 PEMBAHASAN 3.1. Uji Kesesuaian Distribusi Dalam penelitian ini kedatangan pasien diasumsikan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan diasumsikan berdistribusi Eksponensial. Untuk menguji kebenarannya

Lebih terperinci

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Zarah Ayu Annisa 1308030058 Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni R., MT PENDAHULUAN Antrian Meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS. 4.4 Analisis Tingkat Kedatangan Nasabah

ANALISIS. 4.4 Analisis Tingkat Kedatangan Nasabah ANALISIS Pada bab ini akan dikemukakan analisa terhadap pemecahan masalah yang dihadapi dan diperoleh dari pengolahan data serta pembahasan yang ada berdasarkan alternatif yang ada. 4.4 Analisis Tingkat

Lebih terperinci

Endah Fitriyah. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang ABSTRACT

Endah Fitriyah. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang ABSTRACT Telah Dipublikasikan di Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 22 Ed. Mar - Mei 2012 PENGRUH MIKORIZ DN UMUR ENIH TERHDP DERJT INFEKSI, SERPN P, PERTUMUHN DN HSIL PDI (Oryza sativa L.)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 1 Hal. 45 49 (2014) ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon SALMON NOTJE AULELE Staf Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Mathematics

Unnes Journal of Mathematics UJM 3 (1) (2014) Unnes Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm ANALISIS PROSES ANTRIAN MULTIPLE CHANNEL SINGLE PHASE DI LOKET ADMINISTRASI DAN RAWAT JALAN RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Antrian 2.1.1 Definisi Antrian Antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L. Jurnal AGRIFOR Volume XVI Nomor 1, Maret 2017 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi adalah fenomena penungguan. Fenomena ini biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung pada PT. Bank BRI Cabang Medan Putri Unit Medan Labuhan. Pengamatan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH 1 PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI OLEH : STEPHANIE C.C. TAMBUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Antrian 2.1.1. Sejarah Teori Antrian. Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

MODEL ANTRIAN KENDALL-LEE M/M/1

MODEL ANTRIAN KENDALL-LEE M/M/1 MODEL ANTRIAN KENDALL-LEE M/M/1 (Studi Kasus: Antrian Pembelian Tiket Kereta Kaligung Jurusan Semarang-Tegal di Stasiun Poncol Semarang) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Pengambilan Sampling 2.1.1. Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI 110301232 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di PT Plaza Toyota Green Garden yang berlokasi di Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian pertama kali disusun oleh Agner Krarup Erlang yang hidup pada periode 1878-1929. Dia merupakan seorang insinyur Demark yang bekerja di industri telepon.

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Pendahuluan Analisis antrian pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1913) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi Menurut Heinzer dan Render (2011;4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 13. PENELITIAN OPERASIONAL TEORI ANTRIAN. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 13. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 1. PENGANTAR Antri adalah kejadian yang biasa dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Penjualan Senayan City PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berlokasi di Senayan City, Jakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISTEM ANTRIAN

KARAKTERISTIK SISTEM ANTRIAN KARAKTERISTIK SISTEM ANTRIAN Terdapat tiga komponen dalam sebuah sistem antrian : 1. Kedatangan. Kedatangan memiliki karakteristik seperti ukuran populasi, perilaku dan sebuah distribusi statistik 2. Disiplin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Siloam Hospitals Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI (System of Rice Intensification) SKRIPSI Oleh : SRY MALYANA

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG ABSTRACT

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 741-749 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Antrian adalah kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan loket untuk mendapatakan tiket kereta api, menunggu pengisian bahan bakar,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BAGIAN TELLER DI PT. BPD ACEH CABANG MEDAN. Oleh WANA SANTINI

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BAGIAN TELLER DI PT. BPD ACEH CABANG MEDAN. Oleh WANA SANTINI ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BAGIAN TELLER DI PT. BPD ACEH CABANG MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh WANA SANTINI 080423070 P R

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan Media Peternakan, Agustus 24, hlm. 63-68 ISSN 126-472 Vol. 27 N. 2 Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN Evi Shofiyatin 1), Ika Nur Oktaviani 1), Khusnul Khanifah Kalana

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil PITSTOP Autowash & SPA PT Garda Bangun Nusa berdiri berdasarkan akte notaris nomor 16,tanggal 14 Juli 2010 dengan notaris R.Suryawan Budi Prasetiyanto, SH, MKn. /

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Manajemen Operasional Krajewski dan Ritzman (2002:6) mengemukakan bahwa manajemen operasional adalah the term operation management refers to the direction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tahapan penelitian serta penentuan variabel. Diharapkan bab ini dapat memberikan gambaran bagaimana penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui, misalnya antrian di

BAB I PENDAHULUAN. Antrian dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui, misalnya antrian di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antrian dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui, misalnya antrian di kasir supermarket, antrian di pom bensin, antrian saat bayar parkir, antrian pasien

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA) VARIETAS IMPERIAL

PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA) VARIETAS IMPERIAL PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA (LACTUCA SATIVA) VARIETAS IMPERIAL THE EFFECT OF ANORGANIC AND ORGANIC FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF IMPERIAL VARIETY

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP PEMBERIAN MIKORIZA DAN PENAMBAHAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP PEMBERIAN MIKORIZA DAN PENAMBAHAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO TERHADAP PEMBERIAN MIKORIZA DAN PENAMBAHAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SKRIPSI OLEH : TRI AGUS KURNIAWAN 040301005 / BDP - AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM S K R I P S I IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI / 090301081

Lebih terperinci

ANTRIAN. pelayanan. Gambar 1 : sebuah sistem antrian

ANTRIAN. pelayanan. Gambar 1 : sebuah sistem antrian ANTRIAN Jika permintaan terhadap suatu jasa melebihi suplai, akan mengakibatkan terjadi antrian. Masalah tersebut dapat terjadi pada berbagai keadaan. Sebagai contoh Kendaraan menunggu lampu lalu lintas,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH :

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : 1 PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : EKA SETYA W. / 120301162 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X *

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X * RIKA KARTIKA, SUSY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bank Permata cabang Citra Raya. Berlokasi di Ruko Taman Raya Jl. Raya Boulevard Blok K 01

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO. Fajar Etri Lianti ABSTRACT

ANALISIS ANTRIAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO. Fajar Etri Lianti ABSTRACT ANALISIS ANTRIAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO Fajar Etri Lianti Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

Tujuan penggunaan teori antrian

Tujuan penggunaan teori antrian SISTEM ANTRIAN Antri (queue)adalah kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket kereta api, menunggu pada SPBU, pada pintu jalan tol, ketika akan keluar

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI MASTOR PALAN SITORUS 100301028 AGRROEKOTEKNOLOGI-BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

Model Antrian Pengangkutan Slag dengan Pendekatan Matematis: Studi Kasus pada PT. Inco Sorowako

Model Antrian Pengangkutan Slag dengan Pendekatan Matematis: Studi Kasus pada PT. Inco Sorowako Vol. 5 No. 99-07 Januari 009 Model Antrian Pengangkutan Slag dengan Pendekatan Matematis: Studi Kasus pada PT. Inco Sorowako Muhammad Rusman Abstrak Pengangkutan slag merupakan bagian penting dari sistem

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang penulis lakukan di PT Plaza Toyota Green Garden dapat disimpulkan kebijakan pengelolaan antrian pelanggan secara kualitatif

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN 1 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN SKRIPSI Oleh: RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Proses Antrian Suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA SKRIPSI Oleh : ROMMEL PARDOSI 041202018/BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA KLINIK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA KLINIK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA KLINIK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM Deiby T. Salaki 1) 1) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Jl. Kampus Unsrat Manado, 95115 e-mail: deibytineke@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model Sistem Antrian Bank Mega Cabang Puri Indah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model Sistem Antrian Bank Mega Cabang Puri Indah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model Sistem Antrian Bank Mega Cabang Puri Indah Bank Mega cabang Puri Indah beroperasi dari hari Senin hingga Jumat. Bank Mega cabang Puri Indah mulai beroperasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009 Metode Kuantitatif Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 3 April 009. Pendahuluan. Struktur Model Antrian (The Structure of Queuing Model) 3. Single-Channel Model 4. Multiple-Channel

Lebih terperinci

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) SKRIPSI PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) Oleh: Siti Rosmiati 10982008360 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY)

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) Analisis pertama kali diperkenalkan oleh A.K. Erlang (93) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan annya. Saat ini analisis banyak

Lebih terperinci

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) MENGGUNAKAN SISTEM SRI DENGAN PENGATURAN JARAK TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Oleh: ARI HIDAYAT 10982005500 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan tentang toleransi antar umat beragama dalam Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan beberapa kesimpulan, diantaranya mengenai

Lebih terperinci

Aplikasi Matrix Labolatory untuk Perhitungan Sistem Antrian dengan Server Tunggal dan Majemuk

Aplikasi Matrix Labolatory untuk Perhitungan Sistem Antrian dengan Server Tunggal dan Majemuk Scientific Journal of Informatics, Vol. 1, No. 1, Mei 2014 ISSN 2407-7658 Aplikasi Matrix Labolatory untuk Perhitungan Sistem Antrian dengan Server Tunggal dan Majemuk Nafiul Anam 1 & Putriaji Hendikawati

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( ) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 127-134 ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):(

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian yang sering disebut dengan teori antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang sangat berharga

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan PITSTOP Autowash & SPA pada saat ini perusahaan PITSTOP Autowash & SPA memiliki 1

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS A. Setiawan, J. Moenandir dan A. Nugroho Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 65145 ABSTRACT Experiments to

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TELLER YANG OPTIMAL DENGAN METODE ANTRIAN DI PT BANK HAGA

PENENTUAN JUMLAH TELLER YANG OPTIMAL DENGAN METODE ANTRIAN DI PT BANK HAGA PENENTUAN JUMLAH TELLER YANG OPTIMAL DENGAN METODE ANTRIAN DI PT BANK HAGA Bahtiar S. Abbas 1 ; Raymond 2 ABSTRACT This article presents the optimization of the number of tellers at the service counter

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR

RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR SKRIPSI RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR Oleh: Darniati 10982005491 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK UJI EFEKTIFITAS Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK (Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK 050302018

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam sebuah sistem pelayanan tertentu. Dalam pelaksanaan pelayanan pelaku utama dalam

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI SKRIPSI PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI UIN SUSKA RIAU Oleh: Heri Kiswanto 10982005520 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG Jurnal Matematika UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 44 51 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG ZUL AHMAD ERSYAD, DODI DEVIANTO

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Sistem Antrian Populasi pasien merupakan sumber masukan dari suatu sistem antrian, dalam hal ini pasien yang datang pada sistem antrian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X *

Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2014 Optimisasi Kebutuhan Terminal Loading Point di PT X * RIKA KARTIKA, SUSY SUSANTY,

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

SIMULASI ANTRIAN DI BENGKEL RESMI YAMAHA HARPINDO JAYA GOMBONG DAN SUMBER BARU GOMBONG

SIMULASI ANTRIAN DI BENGKEL RESMI YAMAHA HARPINDO JAYA GOMBONG DAN SUMBER BARU GOMBONG SIMULASI ANTRIAN DI BENGKEL RESMI YAMAHA HARPINDO JAYA GOMBONG DAN SUMBER BARU GOMBONG SKRIPSI Disusun Oleh: Hikmah Siswanto J2E004227 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA SAMSAT KOTA BEKASI DAN SAMSAT JAKARTA TIMUR

ANALISIS ANTRIAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA SAMSAT KOTA BEKASI DAN SAMSAT JAKARTA TIMUR ANALISIS ANTRIAN PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA SAMSAT KOTA BEKASI DAN SAMSAT JAKARTA TIMUR Muhammad Rizky Email : rizky_gokil76@yahoo.com Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON Oleh Usman Avandi H0709120 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB I PENDAHULUAN Antrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di super market saat

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM Model Antrian Teori antrian pertama kali diciptakan oleh A.K. Erlang seorang ahli matematik Denmark pada tahun 1909. Sejak itu penggunaan model antrian mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang meliputi kuratif, dan preventif melalui pelayanan medis, rawat inap, dan administratif.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Kinerja Sistem Antrian Pada supermarket saga swalayan Padang Pariaman Sumatera Barat terdapat 7 kasir yang bertugas melayani para konsumen

Lebih terperinci