BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara manusia dan masyarakatnya, dengan alam, dan dengan
|
|
- Benny Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara manusia dan masyarakatnya, dengan alam, dan dengan unsur-unsur buatan yang diolah dan dibuat dari alam sudah ada sejak lahirnya peradaban manusia. Dan salah satu yang menjadi indikator lahir dan meningkatnya peradaban manusia tersebut ialah pembangunan dari segala bidang yang semakin pesat seiring dengan perkembangan zaman. Pembangunan adalah upaya sadar atau terarah dan terkendali, untuk melakukan perubahan agar dapat dicapai suatu kondisi yang selalu menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu pembangunan merupakan upaya sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin sehingga penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan. Sehingga perlu adanya pola baru dalam pembangunan, sebagaimana sesuai dengan Deklarasi Rio dan Agenda 21 1
2 digilib.uns.ac.id 2 yang dihasilkan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro Brazilia 1992, seolah-olah telah tercapai kesepakatan dan komitmen politik untuk memadukan pengelolaan lingkungan dan pembangunan, yang diterapkan dalam konsep pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Pola pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan mengharuskan pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara rasional dan bijaksana di dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi mendatang. Dalam hubungan ini, keterkaitan manusia pribadi sebagai makhluk sosial dengan lingkungan sosialnya perlu diperhatikan pula. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya melihat manusia sebagai individu yang berdiri sendiri saja, tetapi juga memperhatikan dampak pembangunan terhadap kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Proses pembangunan seharusnya menempatkan manusia sebagai subjek sekaligus objek pembangunan itu (Misra, 1991). Manusia merupakan subjek pembangunan, karena ia merupakan pelaksana pembangunan. Dan manusia menjadi objek pembangunan, sebab sasaran hasil pembangunan pada hakikatnya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam melaksanakan kewenangannya diatur dengan Peraturan Pemerintah commit No to 25 user Tahun 2000 tentang Kewenangan
3 digilib.uns.ac.id 3 Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Keberhasilan perubahan menuju pembangunan berkelanjutan juga memerlukan perubahan yang nyata akan sikap masyarakat. Hal tersebut meliputi evaluasi kembali atas hunian manusia di dunia, dan mendefinisikan lagi apa yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Salah satu prinsip dalam perencanaan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan adalah bekerja dengan selalu peduli terhadap lingkungan. Hal ini penting, agar kondisi lingkungan dalam perencanaan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan menjadi sehat dan produktif, dengan demikian dapat memberi kualitas hidup yang baik bagi keseluruhan anggota masyarakat. Perencanaan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan merupakan pembangunan yang menjamin masa depan masyarakat yang menekankan pada potensi kreativitas dan potensi pikiran manusia serta saling memperhatikan, salah satunya ialah kondisi sosial dan lingkungan yang stabil. (Aca&Rustam, 2009: 23) Pembangunan berkelanjutan menuntut keterpaduan tujuan yang berkaitan dengan kondisi alam dan dinamika penduduk tersebut. Dalam halnya dengan dinamika penduduk, tujuan terkait adalah tujuan ekonomi dan sosial. Tujuan ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan diindikasikan dengan tingkat produksi, produktivitas dan pemerataan. Sedang dalam kaitannya dengan tujuan sosial, diindikasikan dengan terhapusnya kemiskinan, kondisi kesehatan dan pendidikan yang terus membaik, semakin meluasnya masyarakat yang berperan dalam pengambilan keputusan, dan terjaganya identitas budaya. Dalam kaitannya dengan alam, tujuan tersebut disebut sebagai tujuan ekologi. Tercapainya tujuan ini diindikasikan dari keutuhan ekosistem, produksi dan produktivitas siklus alam, daya dukung dan daya tampungnya, serta efeknya terhadap lingkungan global. (Tjuk, 2010 : 21-22).
4 digilib.uns.ac.id 4 Setiap keputusan pembangunan harus memasukkan berbagai pertimbangan yang menyangkut aspek lingkungan, di samping pengentasan kemiskinan dan pola konsumsi sehingga hasil pembangunan benar-benar akan memberikan hasil yang paling baik bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Pertimbangan lingkungan yang menyangkut ekonomi lingkungan, tata ruang, AMDAL, dan social cost harus diinternalisasi dalam setiap pembuatan keputusan pembangunan. Untuk mewujudkan hal ini, keterpaduan antarsektor, antarwilayah, dan daerah dengan melibatkan semua stakeholders, menjadi suatu keharusan sehingga diperlukan koordinasi yang mantap. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau masyarakatnya itu sendiri. Untuk itu, hal yang berkaitan dengan upaya pelayanan pada msayarakat dalam optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah harus dianalisis secara dinamis. Pembangunan yang dititikberatkan pada segi kebutuhan kualitas hidup manusia dalam pemanfaatan ruang wilayah, meliputi masalah pemenuhan kebutuhan dasar, pengentasan kemiskinan, perubahan pola konsumsi termasuk energi, dinamika kependudukan dan pertumbuhan wilayah, pengelolaan dan peningkatan kesehatan, serta
5 digilib.uns.ac.id 5 pengembangan perumahan dan permukiman harus benar-benar dikaji secara detail. Dan dari semua pembangunan yang ada di suatu wilayah tentu saja selalu mengacu pada otonomi daerah di mana sektor pembangunan tersebut berlanjut. Dalam konteks sosial kenegaraan, pembangunan merupakan upaya berkesinambungan untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang dinilai kurang baik menjadi lebih baik. Upaya pembangunan ini melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Sebagai dampak proses pembangunan sendiri masyarakat mengalami peningkatan dinamikanya dengan segala gejala yang menyertainya, seperti mobilitas penduduk bersama dengan komunikasi modern, membanjirnya komoditi sebagai hasil teknologi mutakhir, meningkatnya pelayan dan kemudahan, dan lain sebagainya. Semua itu, mau tidak mau menimbulkan perubahan lingkungan hidup sosial budaya serta pola diri nilai hidup yang mendasarinya. (Sartono, 1990 : 15) Dalam masa pembangunan di negara sedang berkembang ada kesan bahwa bertambahnya penduduk kota dengan pesat itu karena migrasi masuknya orang-orang dari desa. Hal itu memang benar, apalagi jika diingat bahwa urbanisasi yang bersifat liar atau tak terkendalikan disebabkan misalnya tidak amannya kawasan pedesaan. Selain itu penduduk kota sendiri juga mengalami pertumbuhan alami. Di samping itu, sementara tahap-tahap pembangunan berlangsung, kota telah mencaploki kawsan-kawasan desa yang ada di sekitarnya sehingga otomatis jumlah penduduk bertambah terus. Sementara itu muncul berbagai macam usulan seperti, pemboyongan industri ke pedalaman, meluaskan kota mengikuti rentangan jalan raya yang menghubungkan dengan kota tetangga,
6 digilib.uns.ac.id 6 memindahkan berbagai kompleks perkantoran, perdagangan, pendidikan dan kebudayaan ke daerah pinggiran kota, serta pendirian kota-kota satelit di luar kota. Dengan demikian, pembangunan kota membutuhkan desa sebagai hinterland yang mensuplai kebutuhannya, sebaliknya kota merupakan pusat pengembangan bagi daerah di sekitarnya. (Daldjoeni, 1998). Pembangunan yang berpusat di daerah perkotaan (urban centred development) memang memacu pertumbuhan semua sektor perkotaan, baik sektor sosial, ekonomi, budaya, demografi dan lainnya, semakin memperkuat daya tarik kota, akan tetapi pertumbuhan kota semakin meninggalkan pertumbuhan kawasan pedesaan. Apabila hal ini dibiarkan, lama-kelamaan akan terjadi ketimpangan pertumbuhan antara pedesaan dan perkotaan dan dapat menimbulkan masalah lain yang tidak sesuai dengan tujuan pembangunan yang diharapkan. Karena ketimpangan sosial cenderung menimbulkan kecemburuan sosial, dan kecemburuan sosial yang meluas dan meningkat pada puncaknya bisa menjadi gerakan massa yang memporak-porandakan hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, perlu ditempuh berbagai alternatif strategi untuk menghapus atau mengurangi ketimpangan tersebut. Migrasi ke kota dengan segala dampak sosial ekonominya masih dipahami sebagai simpul masalah perkotaan yang selalau ada. (Philip M.Hauser, 1989). Beberapa pendekatan untuk menanggulangi masalah perkotaan dicoba diterapkan. Salah satu diantaranya ialah mengubah konfigurasi persebaran penduduk perkotaan. Untuk mempengaruhi arus migrasi penduduk terdapat dua alternatif strategi yang dapat ditempuh. Pertama, strategi anti accomodationist,
7 digilib.uns.ac.id 7 diharapkan dapat mempengaruhi arah dan laju migrasi ke kota-kota besar. Strategi ini direalisir dalam bentuk pengembangan kota-kota berukuran menengah dan kecil (kota satelit, kota tempat tinggal), dan kebijaksanaan kota tertutup (dianut oleh pemerintah DKI Jakarta pada awal tahun 1970-an). Kedua, strategi accomodationist, difokuskan pada perbaikan kualitas lingkungan permukiman dalam kota yang direalisir dalam Program Perbaikan Kampung (KIP) dan pembangunan perumahan murah. Pembangunan perumahan oleh pemerintah ternyata masih jauh daripada mencukupi kebutuhan, terutama dalam menanggulangi masalah perumahan di dalam kota. Proyek-proyek Perumnas umumnya dilakukan di pinggir kota di mana harga lahan masih murah, tetapi kegiatan demikian masih membebani kotakota karena umumnya mereka masih bekerja di dalam kota, akibatnya kondisi perumahan kota makin hari makin sulit untuk diatasi. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan desentralisasi pembangunan melalui pembangunan kota-kota baru. Pembangunan kota-kota baru (New Towns Development) merupakan usaha pemerintah untuk mencoba menarik orang-orang untuk tidak berduyun-duyun dan memadati kota-kota besar yang sudah semakin lama semakin kekurangan daya dukung lingkungannya untuk dapat menampung penduduk yang makin banyak. (Herlianto, 1986 : 73). Strategi pengembangan kota-kota baru atau ada pula yang menyebutnya kota pembangunan, juga ditempuh pemerintah dengan tujuan untuk menghadapi perkembangan kota-kota besar khususnya di Jawa dalam dasawarsa 1980-an. Kota baru tersebut antara lain kota satelit Kebayoran Baru dan kota baru Depok sebagai
8 digilib.uns.ac.id 8 kota mandiri. Ada juga kota-kota baru yang dikembangkan oleh swasta, diantaranya salah satunya ialah kota satelit Solo Baru (Sukoharjo). Kota-kota tersebut muncul setelah adanya swastanisasi pembangunan kota baru tahun an. Dasawarsa 1980-an merupakan tahun-tahun bisnis. Perencanaan kota semakin melibatkan program intensif (perangsang) bagi pengembangan swasta di kotakota. Perkembangan permukiman di perkotaan merupakan bagian dari perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti ekonomi, sosial, budaya, bioteknologi dan keadaan alam (Yudohusodo, 1991:299). Dengan semakin tingginya tingkat perkembangan/pertumbuhan permukiman kota, maka tingkat pemenuhan akan kebutuhan fisik maupun non fisik kota akan semakin meningkat. Pemenuhan-pemenuhan ini akan membutuhkan dukungan sumber daya-sumber daya yang ada pada kota untuk memenuhinya, terutama sumber daya lahan. Di lain pihak, pertumbuhan dan perkembangan ini tidak diimbangi oleh kesiapan kota untuk menampung aktivitas dan menanggung segala dampak dari perkembangan kota. Hal tersebut didukung pula oleh semakin terbatasnya ketersediaan lahan kota untuk menampung perkembangan aktivitas tersebut. Kondisi di atas sering kita jumpai, terutama di beberapa kota di Indonesia. Jakarta, Surabaya, Semarang, Surakarta merupakan kota-kota yang telah dan akan mengarah ke fenomena tersebut. Salah satu akibat dari munculnya fenomena tersebut adalah semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan ruang untuk beraktivitas khususnya yang bersifat non komersial (permukiman), sedangkan pemanfaatan kawasan pusat kota mulai bergeser pada pemanfaatan untuk guna lahan yang sifatnya komersial (perkantoran, perdagangan commit dan to jasa). user (Koestoer, 1997:11).
9 digilib.uns.ac.id 9 Kondisi inilah yang menjadi beban bagi kota metropolitan, di satu pihak pertumbuhan kota metropolitan yang sangat pesat menimbulkan peningkatan kebutuhan lahan untuk aktivitas kota, tetapi di lain pihak kota metropolitan mempunyai keterbatasan dalam hal penyediaan lahan. Sebagai akibatnya adalah adanya penyebaran, ekstensifikasi ruang/lahan atau ekspansi luas kota ke daerah sekitarnya (urban sprawl). Pembangunan permukiman (biasanya) sebagai pioneer/pemicu aktivitas yang akan diikuti pergerakan aktivitas penunjang lain kearahnya (sekolah, pasar, industri, hiburan). (Koestoer, 1997:21) Pembangunan kawasan permukiman baru berskala besar merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah, yang akhir-akhir ini coba ditawarkan oleh para investor. Keterbatasan dana dan tenaga pemerintah maupun masyarakat dalam pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana perumahan memberikan peluang bagi pemilik modal besar menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan permukiman berskala besar ini. Secara umum konsep pembangunan kawasan permukiman baru berskala besar adalah konsep pembangunan lingkungan perumahan dalam skala luas/besar yang mampu menyediakan unsur-unsur perkotaan secara lengkap dan utuh dengan tujuan utama untuk mengurangi konsentrasi kegiatan di pusat kota (Sujarto,1997:17). Sehingga diharapkan keberadaan kawasan permukiman baru ini nantinya (dalam jangka panjang) akan dapat menjadi kota mandiri yang keberadaannya tidak menjadi beban tambahan bagi pusat kota terutama dalam hal penyediaan sarana dan prasarana perkotaan.
10 digilib.uns.ac.id 10 Selama ini pembangunan permukiman berskala besar di Indonesia selalu dikaitkan dengan permasalahan urbanisasi, industrialisasi serta pemerataan pembangunan. Hal ini memang sesuai dengan kondisi yang terjadi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Pembangunan yang terpusat di kota-kota besar sering menimbulkan ketidakmerataan atau ketimpangan dengan daerahdaerah pinggiran, yang pada akhirnya juga akan berdampak pada semakin banyaknya masalah yang muncul di pusat kota. Secara umum pembangunan permukiman baru berskala besar akan memberikan pengaruh baik positif maupun negatif bagi pemerintah dan masyarakat. Pemerataan penduduk, peningkatan pendapatan pemerintah daerah melalui pajak dan retribusi daerah, perluasan lapangan usaha dan kerja merupakan beberapa dampak positif dari keberadaannya. Selain itu juga penyediaan sarana dan prasarana perkotaan akan dapat mengurangi beban pemerintah daerah. Seperti kita ketahui bahwa kemampuan pemerintah daerah dalam usaha penyediaan sarana dan prasarana umum sangatlah rendah, dari dampak positif tersebut diharapkan bahwa nantinya kawasan permukiman baru tersebut akan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru sehingga dapat memberikan multiplier effect yang positif bagi daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu dampak negatif yang ditimbulkan juga cukup banyak antara lain masalah konversi lahan (pertanian menjadi non pertanian), transportasi (kemacetan dan ketidakteraturan), pelayanan sarana dan prasarana. Sejak terbukanya peluang bagi pihak swasta untuk berpartisipasi di dalam pembangunan permukiman skala besar, maka mulai bermunculanlah permukiman-permukiman baru berskala besar didirikan terutama
11 digilib.uns.ac.id 11 di sekitar kota-kota besar yang sedang berkembang seperti di Surakarta, antara lain Solo Baru. Secara fisik administratif, Solo Baru terletak di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, tetapi secara fungsional keberadaan Solo Baru tidak bisa terlepas dari keberadaan Surakarta (berbatasan langsung). Munculnya kawasan Solo Baru di sekitar Surakarta ini merupakan langkah antisipatif dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo serta pengembang PT. Pondok Solo Permai untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Surakarta (penyangga Surakarta), yang selanjutnya berkembang menjadi pusat pertumbuhan bagi Kabupaten Sukoharjo (Tedjosuminto, 1996:19). Selain itu pertumbuhan Kota Surakarta yang sedemikian pesat baik dari segi ekonomi dan fisik juga mendorong pertumbuhan daerah-daerah di sekitar Surakarta, salah satunya adalah Solo Baru. Kondisi pertumbuhan ekonomi dan fisik Surakarta yang cukup tinggi dapat terlihat dari semakin tingginya intensitas perubahan guna lahan non terbangun menjadi lahan terbangun di pusat kota serta lahan produktif menjadi non produktif di pinggiran kota. Tentu saja, jika melihat judul yang diajukan di atas ialah bahwa maksud dari peneliti ialah peneliti ingin mengkaji secara lebih dalam dengan metode deskripsi kualitatif tentang dampak yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan pembangunan di kawasan Solo Baru, kabupaten Sukoharjo yang dilihat dari kacamata sosio-ekologi. Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan kawasan Solo Baru terus mengalami perkembangan yang semakin pesat dan cepat. Kawasan Solo Baru dengan luas lahan ha, menghadirkan konsep kota dalam kota, yang telah dilakukan sejumlah pengembang belakangan ini. Keberadaan jenis kawasan hunian dengan konsep seperti ini sudah mulai
12 digilib.uns.ac.id 12 menyebar ke sejumlah kota di Indonesia. Kawasan hunian yang tertata apik, lengkap fasilitasnya sehingga kerap disebut kota satelit. Selain itu beberapa hal yang dianggap menarik dari Solo Baru adalah adanya rencana pengembangan Solo Raya yang akan menyambungkan Kota Solo dengan kota sekelilingnya dalam satu kesatuan. Lagi pula telah dikalkulasi secara matang mengenai tingkat penyerapan masyarakat Solo terhadap produk hunian maupun yang komersial yang juga dilengkapi dengan fasilitas hiburan (waterpark) & pusat belanja (mall), dan sebagainya. Pembangunan Solo Baru di kawasan Sukoharjo Utara yang dilaksanakan oleh developer (pengembang) swasta, yaitu PT. Pondok Solo Permai (PT. PSP), diharapkan dapat berfungsi sebagai pendukung pemekaran kota Sukoharjo Utara yang bersinggungan langsung (linkage) dengan kawasan kota Solo Selatan. Namun baru-baru saja ini secara resmi kawasan Solo Baru berada di bawah Pemerintah Kabupaten (PemKab). Keberadaan Solo Baru sebagai kota baru mandiri atau kota satelit di kawasan tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar, baik bagi kabupaten Sukoharjo maupun kota Surakarta, dalam menggagas konsep pemekaran kota. Selain itu, kabupaten Sukoharjo akan mengalami peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak dan sebagainya. Walaupun demikian, perencanaan kota mandiri di kawasan pedesaan Grogol tersebut sudah selayaknya dikaji secara sosiologis dan ekologisnya baik mengenai dampak sosial- ekologi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Kecenderungan lahirnya kota baru yang gagal mereduksi lingkungan sosial pedesaan akan melahirkan ketimpangan sosial sehingga lahirlah wajah baru yang
13 digilib.uns.ac.id 13 disebut potret rurban community (masyarakat rural-urban). Dalam referensi studi perkotaan, lahirnya komunitas baru seperti di atas biasa disebut lahirnya masyarakat marginal atau masyarakat yang teralienasikan. Dalam kasus Solo Baru, keberadaan masyarakat di pemukiman elit serta pembangunan saranaprasarana yang megah dan kompleks hidup berdampingan dengan masyarakat korban pembangunan kawasan sebagai kelompok pinggiran kota yang notabene merupakan penduduk lokal yang lebih dahulu telah lama tinggal dan hidup di wilayah tersebut. Maka berawal dari sinilah, tujuan terakhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan wilayah kawasan Solo Baru secara sosial dan ekologi masyarakatnya (penduduk asli) sekitar kawasan Solo Baru tersebut (masyarakat dukuh Madegondo). 1.2 Batasan Masalah Agar topik penelitian ini tidak meluas ke mana-mana dan tetap fokus pada permasalahan yang diangkat dalam penelitian yang berjudul Transformasi Sosial Ekologi Masyarakat Lokal Kawasan Solo Baru, maka penulis memfokuskan pokok rumusan permasalahan penelitian ini pada bagaimanakah transformasi atau perubahan keadaan sosio-ekologi masyarakat asli kawasan Solo Baru (masyarakat dukuh Madegondo) yang terjadi dengan adanya perkembangan wilayah kawasan Solo Baru yang terus berkembang di tengah-tengah kearifan masyarakat dan lingkungan yang telah lama mereka tempati.
14 digilib.uns.ac.id Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis mencoba untuk merumuskan pokok masalah yang nantinya akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana transformasi sosial dan ekologi yang terjadi pada masyarakat Madegondo dengan adanya pengembangan wilayah kawasan Solo Baru? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain ialah : Tujuan Umum : 1. Untuk mengetahui laju pengembangan pembangunan wilayah kawasan Solo Baru. 2. Untuk mengetahui transformasi sosial-ekologi yang terjadi oleh adanya pengembangan pembangunan wilayah kawasan Solo Baru terhadap masyarakat (penduduk asli) dan lingkungan sekitarnya. Tujuan Khusus : 1. Untuk menambah pengetahuan / wawasan kita ( khususnya penulis), tentang perkembangan pembangunan suatu wilayah (Solo Baru) yang terus berkembang menjadi suatu kota yang disebut kota satelit atau kota mandiri. 2. Untuk memahami atau menganalisis suatu gejala dengan gejala lain (sebabakibat), dalam hal ini perkembangan pembangunan wilayah kawasan Solo Baru
15 digilib.uns.ac.id 15 dengan perubahan atau transformasi sosial-ekologinya bagi masyarakat kawasan tersebut (penduduk asli) Solo Baru. 3. Penelitian ini dipilih dan dilakukan, karena atas rasa ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang perkembangan wilayah kawasan Solo Baru yang tentunya membawa dampak ataupun perubahan pada masyarakat (penduduk asli) dan lingkungannya di sekitar kawasan Solo Baru. 1.5 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi peneliti sendiri khususnya maupun orang lain pada umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk membuka wawasan pengetahuan kita tentang perkembangan pembangunan yang berwawasan kondisi sosial-ekological, khususnya dalam penelitian ini yaitu pembangunan kawasan Solo Baru. 2. Mengetahui dampak pengembangan pembangunan suatu wilayah atau kawasan kota baru, khususnya dalam penelitian ini kawasan Solo Baru, baik dari segi sosial dan lingkungannya, serta dari segi lain yang mempengaruhinya. 3. Mengetahui pertumbuhan tata permukiman perkotaan dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat bersama, tanpa mengesampingkan kepentingan lingkungan hidup.
DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA
DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA TUGAS AKHIR Oleh : Hari Adi Agus Setyawan L2D 098 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR
PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: NUR ASTITI FAHMI HIDAYATI L2D 303 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciKAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : YUSUP SETIADI L2D 002 447 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan suatu daerah terkait dengan interaksi yang terjadi dengan daerah-daerah sekitarnya. Interaksi tersebut membentuk tatanan yang utuh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara permukiman
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciSTUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR
STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR Oleh: DIAN RETNO ASTUTI L2D 004 306 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciMakalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN
Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah terutama wilayah perkotaan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan pertumbuhan penduduk. Seiring berkembangnya suatu wilayah, jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak daerah adalah salah satu penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka setiap daerah harus
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan
Lebih terperinciAPLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1
APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH Budiman Arif 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada
Lebih terperinciVII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK
VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud terlihat pada aspek ekonomi dan sosial
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian utama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta pertahun untuk
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menjadi potensi sekaligus permasalahan dalam pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan ruang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri
BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya
Lebih terperinciKAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG
KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: FERI SETIYOKO L2D 002 407 JURUSAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
Studi Sosiaf'Elipiiomi Masyara^l Lingfiungan %iimufi di%pta (Peli^nbaru - BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sasaran pokok dalam kebijaksanaan pembangunan adalah mewujudkan perubahan struktural dibidang ekonomis-sosiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SRI HAYATI
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SRI HAYATI DEFINISI PEMBANGUNAN pembangunan adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah untuk menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciISSN DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN
ISSN 0216-8138 52 DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN Oleh I Ketut Suratha Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali Abstrak
Lebih terperinciPermasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi
BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan sebagai kawasan yang paling dinamis merupakan denyut nadi perkembangan wilayah serta memiliki kecenderungan untuk menjadi besar dan berkembang dengan dukungan
Lebih terperinciBAB 2 KETENTUAN UMUM
BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang,
Lebih terperinciASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana
Lebih terperinciKELEMBAGAAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN SUKOHARJO-KOTA SURAKARTA (Studi Kasus: Ruas Jalan Raya Grogol) TUGAS AKHIR
KELEMBAGAAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN SUKOHARJO-KOTA SURAKARTA (Studi Kasus: Ruas Jalan Raya Grogol) TUGAS AKHIR Oleh: MOHAMAD ARIEF ANCONANDHY L2D 002 420 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai
Lebih terperinciFENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN
FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus: Pengelolaan Persampahan di Perumnas Pucang Gading, Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh: L. VENARIO AGIASTO L2D
Lebih terperinciKAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris dengan berbagai produk unggulan di setiap daerah, maka pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan di Indonesia harus berorientasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan, sebagai subjek pembangunan penduduk perlu ditingkatkan kualitasnya dan sebagai objek pembangunan penduduk
Lebih terperinciMakalah Kunci. Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder.
Makalah Kunci Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder Disampaikan oleh: Soenarno Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Acara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang
PENDAHULUAN Latar belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di ibukota berdampak pada peningkatan jumlah penduduk dan dinamika penggunaan lahan. Pertumbuhan sektor perdagangan, jasa dan industri mendominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN
IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN (Studi Kasus : Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh : LULUT INDRIANINGRUM
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG
ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : PRIHARTANTO AGUNG P L2D 399 245 JURUSAN
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : ROSITA VITRI ARYANI L2D 099 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005 ABSTRAKSI
Lebih terperinciKONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR
KONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR Oleh: ADHITA KUSUMA DWI CAHYANI L 2D 098 402 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kegiatan pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada kota-kota metropolitan, perkembangan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meluasnya kegiatan ekonomi perkotaan. Tingginya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciGambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar kota di Negara Indonesia tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir. Setiap fenomena kekotaan yang berkembang pada kawasan ini memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.
356 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, beberapa rekomendasi, serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. A. Kesimpulan
Lebih terperinciPembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan. Negara adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004 adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan telcnologi
Lebih terperinciRUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS (direncanakan tahun 2020) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota senantiasa mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pada perkembangannya, kota dapat mengalami perubahan baik dalam segi fungsi maupun spasial. Transformasi
Lebih terperinciPENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D
PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR Oleh : Lisa Masitoh L2D 097 452 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan
102 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup dalam aspek-aspek
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi seluruh umat manusia. Sebagai anugerah, hutan mempunyai nilai filosofi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh banyak pihak adalah tersedianya rumah tinggal yang layak bagi semua orang. Rumah tinggal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang mengandung pengertian sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi dewasa ini tidak hanya dipandang sebagai suatu proses perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanisasi sebenarnya menggambarkan tingkat keurbanan atau
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat
Lebih terperinciMODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR
MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR Oleh: Moch. Yusup L2D003359 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciKOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP
Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP DISAMPAIKAN OLEH: DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH BAPPENAS PADA:
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Keadaan ini mendapat tanggapan reaktif dari masyarakat, sehingga
Lebih terperincimencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan antarnegara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi mencerminkan tantangan sekaligus
Lebih terperinciPELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR
PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : ANJAR UTOMO BRAHMANTIYO L2D 002 386 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Suatu metode ilmiah dapat dipercaya apabila disusun dengan mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami
Lebih terperinci