Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
|
|
- Harjanti Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga pada tahun 1980 menjadi 4,5 jiwa/keluarga pada tahun 1990, merupakan masalah pokok dalam pembangunan perumahan. Masalah ini mengakibatkan kebutuhan rumah selalu meningkat. Selain pertumbuhan penduduk juga ditemui masalah kualitas rumah dan lingkungan yang tidak memadai sehingga memerlukan perbaikan atau pemugaran. B. Keterjangkauan Daya Beli Terjadi pada pengadaan rumah untuk kelompok penghasilan rendah, karena perbedaan kenaikan pendapatan masyarakat dengan kenaikan harga rumah. Program pemerintah dengan kredit kepemilikan rumah yang baru menjangkau 15% dari kebutuhan rumah setiap tahunnya. Pengurangan ukuran rumah dan kualitas rumah sebagai upaya menekan harga rumah.
3 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia C. Perkembangan Teknologi Industri jasa konstruksi bahan bangunan belum mampu mendukung pembangunan perumahan dalam skala besar. Pembangunan perumahan untuk golongan penghasilan rendah dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, tetapi harus didukung oleh industri kecil yang menghasilkan bahan bangunan. Harga bahan bangunan yang masih belum terjangkau, penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar, ketepatan waktu penyediaan, penetapan standar mutu merupakan masalah besar dalam penyediaan bahan bangunan di Indonesia. Keterbatasan sistem transportasi dan distribusi dari produsen ke konsumen berpengaruh terhadap harga bahan bangunan dan kelancaran pembangunan perumahan. Pengembangan sistem modular dan peningkatan manajemen konstruksi akan dapat menunjang pembangunan perumahan.
4 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia D. Pembiayaan Sumber pembiayaan pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah berasal dari pemerintah, tetapi kemampuan pemerintah terbatas sedangkan target pembangunan selalu meningkat. Perlu dirancang suatu sistem pembiayaan yang menyeluruh dan terpadu untuk mendorong terhimpunnya modal dari masyarakat bagi pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman. E. Pengadaan Tanah Permasalahan ini lebih banyak ditemukan pada perumahan dan permukiman di kota. Semakin langkanya tanah membuat melambungnya harga tanah yang menyebabkan semakin mahalnya harga rumah. Keterbatasan tanah menyebabkan munculnya permukiman kumuh karena kebutuhan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. Pembangunan di wilayah pinggiran kota menyebabkan hilangnya daerah subur untuk pertanian dan semakin panjangnya sarana dan prasarana lingkungan kota.
5 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia F. Kelembagaan Belum terpadunya sistem kelembagaan dari pemegang kebijaksanaan, pembinaan dan pelaksanaan di sektor pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. G. Landasan Hukum Merupakan faktor penunjang kelembagaan karena peraturan merupakan landasan hukum bagi penerapan kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan. Perijinan dalam proses pembangunan sering jadi penghambat mata rantai karena proses yang panjang, rumit, dan memakan waktu dan biaya pengurusannya. Usaha penertiban mata rantai proses perijinan tidak hanya didasarkan pengurangan jumlah mata rantai tetapi juga dengan mempersingkat proses, efisiensi kerja aparatur, peningkatan pelayanan. Pengawasan pembangunan sebagai upaya pengendalian belum tegas sehingga masih banyak terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang ada.
6 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia H. Pusat Data dan Informasi Belum tersedianya pusat data dan informasi terpadu yang dapat memberikan masukan yang menyangkut bidang perumahan antara lain jumlah rumah dan kekurangannya, kependudukan, pertanahan, tingkat pendapatan masyarakat dan keterjangkauannya, ketersediaan bahan bangunan dan lain-lain. I. Penyerahan Lingkungan kepada Pemerintah Daerah Kemampuan pemerintah daerah yang terbatas maka pengelolaan lingkungan diserahkan kepada pengembang dan penghuni. Hal yang ideal pengelolaan prasarana lingkungan dilakukan oleh pemerintah daerah. J. Kemampuan Perusahaan Pembangun Perumahan Pada umumnya perusahaan pembangun perumahan kurang pengalaman perlu adanya pengembangan sistem pengelolaan melalui kerja sama, pendidikan dan pelatihan. Kurang tegasnya hukum yang mengatur perusahaan pembangun perumahan yang menelantarkan konsumen.
7 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia K. Pemahaman dan Pengetahuan tentang Rumah di Desa Sebagian besar ruamh di pedesaan kurang memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat desa mengenai arti dan fungsi rumah, pendapatan yang rendah. Perlu dikembangkan swadaya masyarakat desa agar mengerti tentang fungsi rumah dalam lingkungan yang sehat. L. Peran Serta Masyarakat Sistem pembangunan perumahan secara formal belum menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah sehingga dikembangkan pembangunan perumahan swadaya masyarakat yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah (NGO) Belum besarnya perhatian masyarakat untuk memelihara lingkungan permukiman.
8 PENDEKATAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN A. Pendekatan Manajemen Pembangunan Perumusan kebijaksanaan perumahan secara menyeluruh dan terpadu. Perencanaan yang matang dan realistis dalam jangka panjang. Peningkatan peran serta masyarakat melalui dorongan, bimbingan, penyuluhan, pembinaan dan pengaturan dari pihak pemerintah sehingga pelaksanaan pembangunan perumahan merupakan suatu usaha semua warga masyarakat bersama pemerintah. B. Pendekatan Etis Pembangunan Asas keterjangkauan : penyediaan dan pembangunan harus dapat dijangkau oleh daya beli sebagian besar masyarakat yang berpenghasilan rendah. Diferensiasi subsidi sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan berbagai keringanan dalam bentuk subsidi yang cara dan besarnya berbeda-beda sesuai dengan pendapatan calon penghuni. Diferensiasi program sesuai dengan permintaan dan kemampuan, program perumahan harus sesuai dengan kemampuan dan daya beli masyarakat, namun memenuhi persyaratan standard teknis sebagai tempat hunian yang sehat, kuat dan serasi. Asas pemerataan : setiap kelompok pendapatan perlu memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh rumah. Penyebaran secara regional di kota dan desa harus lebih merata.
9 PENDEKATAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN C. Pendekatan Teknis Pengadaan perumahan dilakukan secara bertahap, terusmenerus dan meningkat, menggunakan standarisasi serta teknologi tepat guna dalam usaha mempercepat pencapaian dan tujuan pembangunan rumah. Salah satu kuncinya adalah pengerahan dana dan peningkatan swadaya masyarakat. D.Pendekatan Sosiologis Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak dibutuhkan. Tanggung jawab individu dan warga masyarakat untuk menyediakan perumahan yang layak dan sehat bagi dirinya, sedangkan pemerintah memberikan dorongan dan bimbingan.
10 PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA A. Masa Pra Kemerdekaan ( Sebelum 1945 ) Kondisi awal dari perkembangan kebijaksanaan perumahan dan permukiman di Indonesia. Masalah perumahan dan permukiman masih dipegang oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebijaksanaan terbatas untuk pegawai negeri dan rumah sewa serta perbaikan lingkungan permukiman untuk kesehatan. B. Masa Awal Kemerdekaan ( ) Perhatian pemerintah mulai dengan diadakan Kongres Perumahan Rakyat (1950). Pembentukan lembaga pengadaan perumahan dan Bank Perumahan. Pemerintah membuat UU Perumahan No. 1 tahun 1954 dan UU Agraria (1960). Pembangunan perumahan selain rumah pegawai negeri juga dibangun rumah untuk rakyat. Pedesaan tidak lepas perhatian pemerintah dengan adanya penyuluhan.
11 PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA C. Repelita I ( ) Masa Persiapan Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia Pembentukan REI (1972) sebagai lembaga pengadaan perumahan swasta. Uji Coba pembangunan rumah massal dikenal dengan program P Bimbingan dan penyuluhan pembangunan percontohan inovasi bahan bangunan. D. Repelita II ( ) Masa pengembangan program pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Berdirinya Badan Kebijaksanaan Perumahan (1974) Berdirinya Perum Perumnas dan KPR BTN (1974) Pertemuan Internasional Habitat I di Vancouver Program Perbaikan kampung Kota Penyediaan rumah sederhana unit dengan KPR Penyuluhan Perumahan dan Stimulan di 1000 desa.
12 PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA D. Repelita III ( ) Masa peningkatan program dan koordinasi pembangunan Perumahan dan permukiman menjadi masalah yang penting dengan adanya Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat Perintisan peremajaan lingkungan perumahan kota dengan rumah susun Pengadaan rumah sederhana dengan KPR oleh Perum Perumnas sebanyak dan Pengembang swasta sebanyak unit Pembangunan dan penyuluhan dengan Program Pengadaan Perumahan Desa di desa dan Program KIP di 200 kota. E. Repelita IV ( ) Persiapan Landasan PJP II Menteri negara perumahan rakyat. Peningkatan keterpaduan yang menyeluruh dalam pembangunan perumahan dan perkotaan. Perluasan jangkauan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Perintisan Peremajaan kota dengan sistem pembangunan rumah sewa Pembangunan perumahan skala besar, Perum Perumnas sebanyak unit, pengembangan swasta unit. Peningkatan jangkauan program perbaikan rumah kota dan desa.
13 PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA D. Repelita III ( ) Masa peningkatan program dan koordinasi pembangunan Perumahan dan permukiman menjadi masalah yang penting dengan adanya Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat Perintisan peremajaan lingkungan perumahan kota dengan rumah susun Pengadaan rumah sederhana dengan KPR oleh Perum Perumnas sebanyak dan Pengembang swasta sebanyak unit Pembangunan dan penyuluhan dengan Program Pengadaan Perumahan Desa di desa dan Program KIP di 200 kota. E. Repelita IV ( ) Persiapan Landasan PJP II Menteri negara perumahan rakyat. Peningkatan keterpaduan yang menyeluruh dalam pembangunan perumahan dan perkotaan. Perluasan jangkauan pada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Perintisan Peremajaan kota dengan sistem pembangunan rumah sewa Pembangunan perumahan skala besar, Perum Perumnas sebanyak unit, pengembangan swasta unit. Peningkatan jangkauan program perbaikan rumah kota dan desa.
14 PERKEMBANGAN KEBIJAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA F. Repelita IV ( ) Pemantapan Landasan PJP II UU Perumahan dan Permukiman Pembangunan berkelanjutan dan pencanangan gerakan Nasional perumahan sehat Pembangunan Perumahan skala besar sebanyak unit Peremajaan kota dan peningkatan program perbaikan dan pengadaan rumah di desa. G. Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Pembangunan Perumahan yang berwawasan tata ruang dan lingkungan. Penyediaan tanah matang dalam skala besar dengan prasarana dan sarana primer. Desentralisasi peran Pemda yang meningkat dan pengembangan sumber daya dan dana masyarakat. Peran swasta yang meningkat dan terkendali Penanggulangan kemiskinan melalui perumahan dan pemukiman. Memberdayakan masyarakat dalam pembangunan Perumahan dan Permukiman yang berkelanjutan melalui gerakan dari dan untuk masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar pada negara yang sedang berkembang. Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh banyak pihak adalah tersedianya rumah tinggal yang layak bagi semua orang. Rumah tinggal adalah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia disamping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia disamping pendidikan dan kesehatan. Rumah merupakan hal yang sangat diperlukan oleh manusia sehingga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NOMOR : 04/KPTS/M/1999 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NOMOR : 04/KPTS/M/1999 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia Menimbang: a. Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciPEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA. Pasal 0
5 1990 PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA Pasal 0 PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA Instruksi Presiden (INPRES) Nomor: 5 Tahun 1990 Tanggal: 26 September
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. a. bahwa dalam pembangunan nasional yang
Lebih terperinciKebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN RP09-1304 Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia Oleh: Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. RPS 2014 PAYUNG HUKUM PENYEDIAAN PERUMAHAN GLOBAL Uraian tentang deklarasi internasional
Lebih terperincie. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan
SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, DAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 648-384 TAHUN 1992 NOMOR : 739/KPTS/1992 NOMOR : 09/KPTS/1992 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D
PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: IKE ISNAWATI L2D 001 431 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 ABSTRAK
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL NOMOR 01 /KPTS/BKP4N/1994 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TUGAS TUGAS
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Lebih terperinciUndang Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang : Perumahan dan Pemukiman
Undang Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang : Perumahan dan Pemukiman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 4 TAHUN 1992 (4/1992) Tanggal : 10 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber : LN 1992/23; TLN NO. 3469 DENGAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MENIMBANG : a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakikatnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 1974 pemerintah telah melaksanakan pembangunan perumahan secara massal dan terjangkau melalui Perumnas yang merupakan badan usaha milik negara yang dibentuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu hak yang mendasar bagi manusia dalam mencapai kehidupan yang lebih layak selain kebutuhan sandang dan pangan. Rumah atau tempat tinggal berfungsi
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya
1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim
Lebih terperinciKEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA
KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Selain itu, kebutuhan
Lebih terperinciBastary Pandji Indra Asdep Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SEMINAR HASIL KAJIAN Penyiapan Kebijakan Pembangunan Perumahan MBR dan Land Consolidation Perkotaan Bastary Pandji Indra Asdep Perumahan,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperincipengadaan perumahan informal
pengadaan perumahan informal di Indonesia AR5151 Sosio Teknologi Perancangan Lingkungan Binaan pengadaan perumahan informal di Indonesia Hak Merumah? SIAPA? Bagaimana? UU No 4/1992 pasal 5 1) Setiap warga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN
IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN (Studi Kasus : Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh : LULUT INDRIANINGRUM
Lebih terperinciPROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) Prasarana, Sarana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 BAB XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami peningkatan. Khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang, di mana segala upaya dilakukan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 1985 AGRARIA. HAK MILIK. Bangunan. Kesejahteraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,
Lebih terperinciUndang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun
Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG
STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Perumnas Banyumanik dan Perumahan Bukit Kencana Jaya) TUGAS AKHIR Oleh: ARIEF WIBOWO
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berhubung dengan akan diselenggarakannya Konferensi HABITAT di Vancouver, Kanada pada tanggal 31
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinciG. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru
G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru 1. Penetapan kebijakan, strategi, dan program di bidang pembiayaan 2. Penyusunan norma, standar, pedoman, dan
Lebih terperinciNO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB-SUB BIDANG PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar (basic needs) dan pokok manusia selain sandang dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciBAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH A. VISI DAN MISI Legalitas perencanaan jangka menengah Kabupaten Bangka pada tahun 2008 masih menggunakan Rencana Strategis Tahun 2004-2008. Sedangkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
Lebih terperinciAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PRODUK UNDANG-UNDANG YANG BERPIHAK PADA PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Makalah disampaikan pada Musyawarah Nasional Real
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Lingga mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal. Dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun
Lebih terperinciRANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA
RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kegiatan pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciUU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)
UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut, kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan, serta pendidikan menjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 110 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 110 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5863 KEUANGAN. Perumahan Rakyat. Tabungan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 55) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciTerwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.
Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai dengan saat ini masalah kemiskinan masih menjadi persoalan yang belum tertuntaskan bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang berpenghasilan
Lebih terperinciWALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 95TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori RUSUN (rumah susun) merupakan model yang tepat dengan filosofi dasar untuk meningkatkan martabat masyarakat berpenghasilan rendah dengan penyediaan fasilitas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.
Lebih terperinciPermasalahan Mendasar Daerah
VISI, MISI DAN AGENDA PEMBANGUNAN SERTA KEBIJAKAN STRATEGIS Permasalahan Mendasar Daerah 1. Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan daya saing yang
Lebih terperinciSub Tema: KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Sub Tema: KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH AFRIADI S. HASIBUAN S t a f a h l i m e n t e r i b i d a n g p e m b a n g u n a n d a n k e m a s y a r a k a a t a n K E M E N T
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar manusia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian pula dari lingkungan hidup. Menyadari adanya hubungan timbal balik antara permukiman
Lebih terperinciGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI
Lebih terperinci*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN *9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) Prasarana, Sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang dengan kondisi kependudukan yang tidak stabil tercermin pada angka pertumbuhan penduduk yang tak terkendali. Hal tersebut tampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta pribadi bangsa. Dan perlu dibina
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NANCY ROSMA RINI L2D 300 370 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PROGRAM KREDIT PERUMAHAN RAKYAT (KPR) BERSUBSIDI
EFEKTIFITAS PROGRAM KREDIT PERUMAHAN RAKYAT (KPR) BERSUBSIDI DALAM PENYEDIAAN HUNIAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI PERUMAHAN BUMI REJO DAMAI PEKALONGAN ARUM NOVIA WIJAYANTI PROGRAM STUDI PERENCANAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
Lebih terperinci