ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H"

Transkripsi

1 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN SARI SAFITRI. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia (dibimbing oleh IDQAN FAHMI). Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 2000). Pada tahun 2004, sektor industri pengolahan merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia (BPS,2004). Salah satu industri pengolahan yang perlu mendapatkan perhatian adalah industri logam, khususnya industri besi baja. Industri besi baja merupakan industri strategis karena merupakan salah satu penggerak utama pembangunan suatu negara. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Pentingnya peranan industri besi baja dalam pembangunan suatu negara dan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya kinerja yang baik pada industri ini. Jumlah perusahaan pada industri baja dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, jumlahnya mencapai 109 buah perusahaan pada tahun 2003 (BPS, 2003). Namun demikian, meningkatnya jumlah perusahaan besi baja tidak menunjukkan adanya persaingan yang tinggi. Pada industri besi baja, pasar didominasi oleh satu perusahaan yakni PT Krakatau Steel yang telah mampu berproduksi dalam jumlah cukup besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan besi baja dalam negeri, bahkan sampai ekspor. Adanya dominasi pasar oleh satu perusahaan diduga dapat menimbulkan perilaku yang menggambarkan persaingan tidak sempurna pada industri ini, sehingga penting untuk menganalisa struktur, perilaku dan kinerja pada industri besi baja ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa struktur pasar dan kinerja pada industri besi baja di Indonesia, kemudian menganalisa hubungan struktur pasar dengan kinerja yang ada dan menganalisa perilaku pasar yang terjadi pada industri besi baja di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, Departemen Perindustrian serta instansi terkait lainnya. Semua data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan software Eviews 4.1. Metode analisis yang digunakan yaitu Metode Kuadrat Terkecil Biasa atau Ordinary Least Square (OLS) untuk mengetahui hubungan struktur pasar dengan kinerja pada industri besi baja di Indonesia dan analisis deskriptif dilakukan untuk melihat perilakuperilaku yang terjadi pada industri ini.

3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi baja adalah oligopoli ketat. Meskipun struktur pasar berbentuk oligopoli ketat dan ada persaingan dalam merebut pangsa pasar antara perusahaan, tetapi merupakan kondisi nyata bahwa memang ada perusahaan yang mendominasi pasar. Dilihat dari segi kinerja, industri besi baja menerima margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) rata-rata sebesar persen sedangkan efisiensi-x yang dicapai (XEF) rata-rata adalah persen. Hubungan antara struktur pasar (CR 4 dan MES) dengan tingkat keuntungan yang diproksi oleh PCM adalah adanya pengaruh yang nyata pada taraf 10 persen dari struktur pasar terhadap kinerja, begitu pula dengan faktor lain yaitu XEF, GROWTH dan DUMMY. Variabel CR 4 dan XEF berpengaruh positif terhadap PCM, sedangkan variabel yang lain (MES, GROWTH dan DUMMY) berpengaruh negatif terhadap PCM. Pengaruh negatif dari hambatan masuk pasar (MES) dan pertumbuhan produksi (GROWTH) tidak sesuai dengan hipotesis. Ketidaksesuaian hubungan antara MES dengan PCM diduga terjadi karena nilai MES ini tidak tepat untuk dijadikan proksi dari hambatan masuk pasar pada industri besi baja di Indonesia. Pengaruh negatif dari GROWTH diduga terjadi karena rata-rata pertumbuhan nilai produksi lebih kecil dari pada rata-rata pertumbuhan nilai biaya input, sehingga dengan meningkatnya GROWTH, maka keuntungan yang dihasilkan justru akan menurun. Berdasarkan analisis perilaku perusahaan pada industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari perusahaan dominan yang dapat menjelaskan pengaruh positif dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga, produk, promosi dan distribusi. Dari hasil penelitian tersebut maka diajukan beberapa masukan bagi produsen besi baja dan penelitian lebih lanjut, yakni: Pertama, produsen besi baja di Indonesia harus dapat meningkatkan efisiensi untuk meningkatkan keuntungan industri, karena berdasarkan penelitian ini variabel tersebut memiliki pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan keuntungan (PCM). Kedua, penelitian lebih lanjut disarankan untuk menganalisa lebih mendalam (dilakukan studi kasus) mengenai perilaku-perilaku oleh perusahaan dominan dalam industri besi baja di Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja pada industri ini.

4 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA Oleh SARI SAFITRI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sari Safitri Nomor Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Tanggal Kelulusan : Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2006 Sari Safitri H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama Sari Safitri lahir di Serang pada tanggal 10 Juli Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Iton Ace Ahmad dan Juarni. Pendidikan penulis dari SD hingga SMU dilalui di Kota Cilegon. Penulis mengawali pendidikan di SDN Krenceng II dan tamat pada tahun 1996, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah ke SLTPN I Cilegon dan tamat pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN I Cilegon dan tamat pada tahun Pada tahun 2002, penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah aktif di beberapa organisasi, seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat FEM dan Formasi FEM.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Industri besi baja merupakan industri strategis karena merupakan salah satu penggerak utama pembangunan suatu negara. Pentingnya peranan industri besi baja dalam pembangunan suatu negara dan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya kinerja yang baik pada industri ini. Berdasarkan hal itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai struktur, perilaku dan kinerja pada industri ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Sri Mulatsih selaku penguji utama atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini. 3. Tanti Novianti M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Ilmu Ekonomi atas saran dan kritinya demi perbaikan skripsi ini. 4. Pak Agus dan Pak Kurnia yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di BPS dan GAPBESI. 5. Teman satu bimbingan skripsi, Mike dan Rona yang bersama-sama berjuang untuk saling memperbaiki dan menasehati dalam penulisan skripsi. 6. Kedua orang tua (Mama dan Bapak), kakak, adik dan keponakanku (Teh amel, Teh Ira, Mia, Martin dan Kiran) serta keluarga besar penulis atas kasih sayang, doa serta dorongan motivasi yang sangat besar artinya bagi penulis. 7. Sahabatku Ipa, Aan, Jun, Hasni dan May (F2NE) atas motivasi, doa, keceriaan dan persahabatan. Teman-teman kos, Ati, Ruth, Rheny, Viena, Diana, Widi,

9 Irma, Indah, Uwie, Nana dan Erna dan teman-teman di Pondok Rizqi atas motivasi dan kenangan yang diberikan selama tinggal bersama. 8. Teman-teman IE 39 atas kebersamaan selama di IPB serta orang-orang terdekat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Hanya الله semata yang dapat membalas kebaikan mereka semua. Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membaca atau memerlukannya. Bogor, September 2006 Sari Safitri H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pengertian Industri Klasifikasi Industri Struktur Pasar Perilaku Pasar Kinerja Pasar Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Struktur Pasar Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Perilaku Pasar pada Industri Besi Baja di Indonesia Spesifikasi Data... 31

11 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI Sejarah Industri Besi Baja di Indonesia Perkembangan Jumlah Produksi dan Utilitas Kapasitas Produksi Besi Baja di Indonesia Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Besi Baja di Indonesia. 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Rasio Konsentrasi (CR 4 ) Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Hambatan Masuk Pasar pada Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Kinerja Industri Besi Baja Indonesia Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia Validitas Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja pada Industri Besi Baja di Indonesia Analisis Perilaku Perusahaan pada Industri Besi Baja di Indonesia Strategi Harga Strategi Produk Strategi Promosi Strategi Distribusi VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun Persebaran Industri Besi Baja, Non Ferro dan Logam Hilir di Indonesia Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Perkembangan Volume Produksi Beberapa Produk Besi Baja Tahun Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Besi Baja tahun Perkembangan Ekspor Beberapa Produk Besi Baja Indonesia Tahun CR4 dan CR1 Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Price Cost Margin (PCM) Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Hasil Estimasi Model PCM Industri Besi Baja di Indonesia Periode Pertumbuhan Nilai Produksi dan Pertumbuan Biaya Input Taun

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Perkembangan Nilai MES Perkembangan Nilai XEF... 39

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan dalam Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Indonesia dengan Tahun Dasar 1993 (1993=100) Price Cost Margin (PCM) Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Rasio Konsentrasi (CR 4 dan CR 1 ) Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Nilai Efisiensi-X Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Tingkat Pertumbuhan Produksi (GROWTH) Industri Besi Baja di Indonesia Tahun Hasil Estimasi Model PCM Hasil Uji Multikolinear Variabel Bebas pada Model PCM Hasil Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas pada Model PCM Hasil Uji Normalitas... 63

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industrialisasi merupakan proses yang tak terelakkan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu masyarakat dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu (Basri, 2002). Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industrial selalu memiliki dasar tukar (terms of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 2000). Pada saat Indonesia mulai membangun (tahun 1969), peran sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) secara persentase adalah 49,3 persen sedangkan sektor-sektor di luar sektor pertanian memiliki persentase yang lebih rendah, yakni sektor industri pengolahan 4,7 persen, bangunan 2,8 persen, perdagangan dan jasa 30,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum Indonesia melaksanakan pembangunan melalui Repelita, struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian. Melalui tahapan pembangunan (Repelita) terlihat bahwa tahun demi tahun, peran sektor pertanian semakin menurun. Sebaliknya sektor-sektor di luar sektor pertanian (non pertanian) menunjukkan peningkatan peranannya terhadap PDB (Djamin, 1995).

16 2 Selama tahun 1994 sampai 2004, sektor industri pengolahan adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia. Pada tahun 2004, sektor ini merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2004 peran sektor industri pengolahan mencapai lebih dari seperempat, yaitu 28,34 persen dari komponen pembentukan PDB (atas dasar harga berlaku), sementara sektor pertanian memberi andil sekitar 15,38 persen (BPS, 2004). Artinya secara tidak langsung perekonomian akan terganggu apabila kinerja industri pengolahan terganggu. Sektor industri pengolahan turut berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui bahwa sektor industri pengolahan pada tahun menyerap tenaga kerja terbanyak ketiga setelah sektor pertanian dan perdagangan, walaupun pertumbuhan tenaga kerja yang terserap belum seperti yang diharapkan. Tabel 1.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun Lapangan Usaha Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Lainnya Jumlah Sumber : BPS, Sakernas ( ) Salah satu industri pengolahan yang perlu mendapatkan perhatian adalah industri logam, khususnya industri besi baja. Industri besi baja seperti industri logam lainnya merupakan industri yang memiliki keterkaitan yang sangat erat

17 3 antar sektor industrinya baik secara horizontal (variasi produk) maupun vertikal (inovasi produk). Sebagaimana industri manufaktur (pengolahan) hulu lainnya, industri ini umumnya memiliki karakter padat modal, padat karya, padat teknologi serta pemakaian energi yang relatif tinggi. Namun karena sifat produknya yang berkaitan erat dengan industri lain dan bahan baku yang digunakan juga tersedia dalam jumlah relatif banyak, maka pengembangan industri ini dirasakan perlu mendapat perhatian khusus (Fitri, 2000). Industri besi baja merupakan industri strategis karena merupakan salah satu penggerak utama pembangunan suatu negara. Keberadaan baja dalam kehidupan sehari-hari, sering diabaikan karena kebanyakan dilapisi bahan lain. Pada bidang konstruksi dan tata kota, kekuatan baja yang dapat menyangga beban berat digunakan untuk kerangka bangunan pencakar langit sampai ketinggian 450 meter, seperti Petronas Twin Towers di Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga dapat melindungi dari gangguan gempa. Ratusan ton baja juga digunakan untuk pembangunan jembatan antarpulau sampai berjarak lebih dari satu kilometer seperti jembatan Kanmonbashi di Jepang. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Jadi, baja telah menyatu dalam kehidupan manusia dan menjadi penopang utama seluruh aktivitas dalam proses produksi sehingga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat industri. Suatu bangsa tidak akan dapat membangun kekuatan industri tanpa memiliki industri baja dan teknologinya (Rochman, 2003).

18 4 Permintaan produk besi baja makin meningkat seiring dengan makin meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat. Kebutuhan akan baja yang besar membuat keberadaan industri baja di Indonesia cukup tersebar. Jawa Barat merupakan proponsi yang memiliki perusahaan baja terbanyak yakni 74 buah. Penyebaran industri logam termasuk besi baja dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Persebaran Industri Besi Baja, Non Ferro dan Logam Hilir di Indonesia Propinsi Besi Baja Non Ferro Logam Hilir Bali Banten Bangka Belitung D.I. Yogyakarta D.K.I. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat 1-1 Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kepulauan Riau Lampung 1-3 Riau 9-6 Sulawesi Selatan 5-3 Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara 1-1 Sumatera Selatan Sumatera Utara Total Sumber : Departemen Perindustrian (2005) Permintaan produk besi baja dapat ditunjukkan oleh jumlah konsumsi produk ini. Pada tahun 1996 konsumsi besi baja mencapai 4,42 juta metrik ton (MT) dan tahun 1997 mencapai 3,94 juta MT, tahun 1998, konsumsi besi baja pun turun menjadi hanya 2,42 juta MT dan mencapai titik terendah tahun 1999

19 5 sebesar 2,04 juta MT. Potensi pasar produk baja sebenarnya cukup besar. Hal itu terlihat dari berbagai proyek pembangunan yang mulai berjalan. Dari proyek jalan tol, proyek instalasi minyak dan gas bumi, jembatan, apartemen, pusat perbelanjaan, maupun permintaan industri lain pengguna bahan baku produk baja. Tingkat konsumsi sebesar 2,70 juta MT tahun 2000, industri baja dapat dikatakan mulai bergerak kembali (rebound). Pada tahun 2002, industri besi baja dapat dikatakan mulai mengarah pada pemulihan (Kompas, 2003). Baja dengan nilai ekonomi tinggi dan berfungsi vital masih belum mendapat perhatian dengan baik oleh pemerintah sehingga daya dukung baja terhadap kinerja proses produksi menjadi sangat lemah. Dampaknya, produkproduk Indonesia belum bisa berkompetisi dengan produk dari negara lain baik dalam jumlah produksi, kualitas, dan ketepatan waktu penyebarannya (Rochman, 2003). Pentingnya peranan industri besi baja dalam pembangunan suatu negara dan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat menyebabkan perlunya kinerja yang baik pada industri ini. 1.2 Perumusan Masalah Pada model kerangka analisis Structure-Conduct-Performance (SCP) dikatakan bahwa struktur pasar (structure) suatu industri mempengaruhi perilaku (conduct) perusahaan yang ada di dalamnya, kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja (performance) dari industri tersebut. Jumlah perusahaan pada industri baja dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, misalnya pada periode jumlah perusahaan meningkat dari 22

20 6 perusahaan pada tahun 1981 menjadi 74 perusahaan pada tahun 1991 dan jumlah ini mencapai 109 buah perusahaan pada tahun 2003 (BPS, 2003). Namun demikian, meningkatnya jumlah perusahaan besi baja tidak menunjukkan adanya persaingan yang tinggi. Pada industri besi baja, pasar didominasi oleh satu perusahaan besi baja yakni PT Krakatau Steel yang mampu berproduksi dalam jumlah cukup besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan besi baja dalam negeri, bahkan sampai ekspor. Adanya dominasi pasar oleh satu perusahaan diduga dapat menimbulkan perilaku yang menggambarkan persaingan tidak sempurna pada industri ini, sehingga penting untuk menganalisa struktur, perilaku dan kinerja pada industri besi baja ini. Beberapa masalah yang akan diuraikan sehubungan dengan judul, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur pasar dan kinerja pada industri besi baja di Indonesia? 2. Bagaimana hubungan struktur pasar dengan kinerja industri besi baja di Indonesia? 3. Bagaimana perilaku pasar yang terjadi pada industri besi baja di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisa struktur pasar dan kinerja pada industri besi baja di Indonesia. 2. Menganalisa hubungan struktur pasar dengan kinerja industri besi baja di Indonesia. 3. Menganalisa perilaku pasar yang terjadi pada industri besi baja di Indonesia.

21 7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1. Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang struktur pasar, perilaku dan kinerja industri besi baja di Indonesia. 2. Dapat menjadi dasar pertimbangan dan bahan masukan bagi perusahaan maupun pemerintah dalam pengambilan kebijakan sebagai upaya pengembangan industri besi baja nasional. 3. Dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian lebih lanjut yang tertarik dalam masalah yang sama, yaitu terkait dalam industri besi baja.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Industri Kumpulan perusahaan sejenis disebut industri. Perusahaan (firm) adalah unit produksi yang bergerak dalam bidang tertentu. Bidang ini dapat merupakan bidang pertanian, bidang pengolahan dan bidang jasa (Djojodipuro, 1994). Perusahaan industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar menjadi barang jadi atau barang setengah jadi atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya yang terletak di suatu bangunan atau pada lokasi tertentu yang mempunyai catatan administrasi sendiri mengenai produksi dan struktur biaya, serta ada orang yang bertanggung jawab terhadap resiko usaha (BPS, 1990). Hasibuan (1993) mengungkapkan bahwa pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro, sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang menpunyai sifat saling menggantikan secara erat. Namun demikian, dari segi pembentukkan pendapatan, yakni cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Istilah industri memiliki dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri kosmetika, misalnya, berarti himpunan perusahaan penghasil produk-produk kosmetik.

23 9 Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, bahkan manual (Dumairy, 2000) Klasifikasi Industri Dumairy (2000) mengungkapkan bahwa untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga sub sektor. Pertama, subsektor industri pengolahan nonmigas. Kedua, subsektor pengilangan minyak bumi dan Ketiga, subsektor pengolahan gas alam cair. Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri sendiri (industrialisasi), serta berkaitan dengan administrasi departemen perindustrian dan perdagangan, industri di Indonesia digolongkan berdasarkan hubungan arus produknya menjadi industri hulu dan industri hilir. Industri hulu terdiri atas industri kimia dasar dan industri mesin, logam dasar serta elektronika. Industri hilir terdiri atas aneka industri dan industri kecil. BPS (1990) menggolongkan sektor industri ke dalam empat golongan berdasarkan banyaknya pekerja, yaitu : 1. Industri besar, dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang, dengan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 3. Industri kecil, dengan tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 4. Industri rumah tangga, dengan tenaga kerja satu sampai empat orang. BPS mengembangkan sistematik klasifikasi kelompok industri yang dikenal dengan nama Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia atau disingkat KLUI.

24 10 KLUI mempergunakan sistem lima digit. Digit pertama menunjukkan sektor, kedua subsektor, ketiga golongan pokok, keempat golongan dan kelima subgolongan. Sektor yang dicakup sebanyak sepuluh, antara lain: (1) sektor pertanian dalam arti luas (2) sektor pertambangan dan galian (3) sektor industri pengolahan (4) sektor gas, listrik dan air minum (5) sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (6) sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Keuntungan penggunaan KLUI adalah tidak memungkinkan interpretasi yang berbeda dan uraian tidak makan tempat yang banyak (Djojodipuro, 1994) Struktur Pasar Menurut Hasibuan (1993) Struktur pasar menjadi ukuran penting dalam mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Terdapat tiga elemen pokok dalam struktur pasar yaitu : pangsa pasar (market share), pemusatan (concentration), hambatan masuk (barrier to entry). 1. Pangsa Pasar Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri dan berkisar antara nol hingga seratus persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar dalam praktik bisnis merupakan tujuan atau motivasi perusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya. Peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan. Hipotesa umum menyatakan adanya hubungan

25 11 antara tiap pangsa pasar perusahaan dengan tingkat keuntungannya, dituliskan dalam bentuk rumus sederhana: Rate of Capital = a + bm = π (1) Dimana M adalah pangsa pasar, π merupakan return perusahaan atas modal yang ditanamkannya dan a adalah rate of return yang bersaing, serta b merupakan sudut atau kemiringan garis. Nilai a sesungguhnya merupakan biaya modal bagi perusahaan (Jaya, 2001). Pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar, sedangkan jika pangsanya rendah maka kekuasaan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Shepherd, 1990). 2. Konsentrasi Shepherd (1990) mengemukakan bahwa concentration (pemusatan) merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan utama, dimana jumlahnya paling sedikit dua perusahaan dan paling banyak delapan perusahaan. Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Penerimaan (return) rata-rata industri yang terkonsentrasi adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri yang kurang terkonsentrasi.

26 12 Pemusatan merupakan tingkat oligopoli. Para oligopolis dapat merupakan koordinasi secara ketat seakan-akan mereka monopolis sejati, sehingga persaingan hebat bisa terjadi diantara mereka atau mungkin mengikuti pola lebih lanjut. Kombinasi kekuatan pasar mereka perlahan mengurangi pengaruh perusahaan yang mempunyai pangsa pasar utama. Pemusatan dapat menghasilkan suatu bentuk industri yang secara rasio dapat diterima (Jaya, 2001). 3. Hambatan Masuk Menurut Jaya (2001) segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sah (seperti paten, hak mineral dan franchise), seperti hambatan-hambatan ekonomi yang umum lainnya. Shepherd (1990) mengungkapkan bahwa dengan adanya hambatan masuk akan menghalangi pesaing yang potensial untuk memasuki pasar dan menjadi pesaing yang sesungguhnya. Apapun yang mengurangi kemungkinan skala atau kecepatan dari masuknya perusahaan disebut sebagai hambatan masuk Perilaku Pasar Hasibuan (1993) menyatakan bahwa dalam menilai derajat persaingan suatu pasar perlu diperhatikan perilaku dari perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Suatu industri melakukan penyesuaian untuk melakukan peranannya di dalam pasar sehingga tercapai tujuannya. Perilaku ini jelas terlihat pada penentuan harga,

27 13 promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian koordinasi terjadi sangat luas seperti kolusi. Perilaku merupakan tindakan apa yang perusahaan lakukan dengan harga produk, tingkat produksi, produk, promosi dan variabel kunci lainnya. Perilaku dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu harga dan non harga. Kategori non harga termasuk iklan, kemasan, kualitas produk dan sebagainya (Greer, 1992). Pada kondisi pasar oligopoli perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Berbeda halnya dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga. Pada kondisi pasar oligopoli yang dipimpin oleh beberapa perusahaan dominan, pada umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti halnya perusahaan monopoli yang akan menaikkan harga untuk memperoleh keuntungan lebih dan menggunakan diskriminasi harga. Sedangkan pada pasar oligopoli, tindakan yang mereka lakukan terkait oleh strategi dimana pilihan tindakannya seringkali tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pesaing terdekat (Jaya, 2001) Kinerja Pasar Kinerja (performance) didefinisikan dan diakibatkan dari nilai yang dihasilkan oleh perilaku pasar. Kinerja berhubungan dengan pencapaian atau hasil akhir dari fungsi pasar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa struktur dan perilaku berhubungan dengan bagaimana (how) suatu pasar berfungsi dalam batasan kondisi pasar, sementara kinerja berhubungan dengan seberapa baik (how

28 14 well) pasar berfungsi. Komponen-komponen dalam kinerja adalah efisiensi, keadilan, dan kemajuan (Shepherd, 1990). Menurut Jaya (2001), kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun pemusatan hanya pada tiga aspek pokok yaitu: 1. Efisiensi Secara sederhana, pengertian efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai ouput yang maksimum dengan menggunakan sejumlah output tertentu. Baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis (harga). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah input yang sifatnya boros dihindarkan, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. 2. Kemajuan teknologi Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Proses pembaharuan tidak dapat menghindari masalah ketidakpastian. Karena itu ide-ide yang baru membutuhkan suatu penelitian dan percobaan terlebih dahulu. 3. Keseimbangan dalam distribusi Menurut istilah ekonomi, keseimbangan dalam distribusi disebut dengan keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dilakukan dalam ekonomi industri membahas tentang struktur perilaku dan kinerja suatu industri. Putri (2004) melakukan

29 15 penelitian pada Industri Rokok Kretek dengan judul Analisis Struktur-Perilaku- Kinerja Industri Rokok Kretek di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur pasar industri rokok kretek adalah oligopoli ketat dan tidak memiliki hambatan masuk bagi perusahaan baru untuk masuk pasar. Dalam menganalisa hubungan struktur dan kinerja industri rokok kretek di Indonesia diperlihatkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat keuntungan (PCM) yang diperoleh industri rokok kretek adalah CR 4, MES dan X-Eff, sedangkan CU tidak memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan. Perilaku yang terjadi pada industri rokok kretek menggambarkan adanya peran pemerintah dalam penerapan harga dan promosi. Penelitian lain dilakukan oleh Sentosa (2005) mengenai Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja pada Industri Elektronik Indonesia Pasca Deregulasi Penanaman Modal Asing. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri elektronik Indonesia pra dan pasca deregulasi Penanaman Modal Asing (PMA) memiliki struktur pasar oligopoli yang menyebabkan perusahaan-perusahaan dominan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dengan menerapkan berbagai strategi seperti: strategi produk, kebijakan harga dan tempat serta menggencarkan jaringan distribusi dan promosi. Variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitiannya adalah PCM sebagai variabel terikat sedangkan CR 4, Efisiensi Internal (X-Eff), produktivitas industri, PMA dan teknologi sebagai variabel bebas. Penelitiannya menyimpulkan bahwa CR 4, PMA dan teknologi menunjukkan hubungan yang negatif terhadap kinerja, sedangkan

30 16 variabel X-Eff dan produktivitas menunjukkan hubungan yang positif terhadap kinerja yang diproksi melalui PCM. Ada pula penelitian oleh Puspitasari (2005) mengenai keragaan industri susu olahan di Indonesia. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa struktur pasar pada industri susu olahan di Indonesia adalah oligopoli dan menguji hubungan antara tingkat keuntungan (PCM) dengan variabel-variabel independen yang terdiri dari rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR 4 ), produktivitas dan utilitas kapasitas produksi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh produktivitas dan utilitas kapasitas produksi pada industri susu olahan terhadap tingkat keuntungan industri adalah positif dan secara statistik signifikan. Sedangkan pengaruh rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar berpengaruh negatif dan secara statistik signifikan terhadap tingkat keuntungan pada industri susu olahan. Pada penelitian kali ini, digunakan beberapa variabel bebas yang juga digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu. Variabel terikat digunakan Price Cost Margin (PCM) sebagai proksi dari tingkat keuntungan industri, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah rasio konsentrasi empat perusahaan (CR 4 ) dan hambatan masuk (MES) yang menggambarkan struktur pasar, efisiensi (XEF), pertumbuhan produksi (GROWTH) dan pengaruh krisis tahun 1997 (DUMMY). 2.3 Kerangka Pemikiran Industri baja merupakan industri strategis karena merupakan salah satu penggerak utama pembangunan suatu negara dan tanpa industri baja industri lain

31 17 sulit untuk berjalan. Kinerja industri ini harus mendapat perhatian agar pembangunan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja suatu industri adalah struktur pasar. Jumlah industri baja dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, misalnya pada periode jumlah perusahaan meningkat dari 22 perusahaan pada tahun 1981 menjadi 74 perusahaan pada tahun 1991 dan jumlah ini mencapai 109 buah perusahaan pada tahun 2003 (BPS, 2003). Namun demikian, meningkatnya jumlah perusahaan pada industri tidak membuat tingkat persaingan menjadi tinggi dalam industri ini. Berdasarkan latar belakang itulah menarik untuk menganalisa struktur pasar yang ada dalam industri besi baja di Indonesia yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja industri melalui perilaku perusahaan pada industri tersebut. Hal pertama yang akan dilakukan adalah menganalisa struktur pasar yang ada pada industri baja, dengan melihat rasio konsentrasi (CR4) dan hambatan masuk pasar (MES). Kemudian akan dianalisa kinerja industri besi baja di Indonesia. Kinerja Industri yang dianalisa adalah tingkat keuntungan atau Price-Cost Margin (PCM) dan Efficiency (XEF), selanjutnya akan dilihat hubungan antara struktur pasar (CR4 dan MES) dan faktor lain (XEF, GROWTH dan DUMMY) dengan kinerja pada industri ini. Terakhir, akan dianalisa perilaku pasar yang terjadi, terkait hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri besi baja di Indonesia. Kerangka konseptual penelitian (Gambar 2.1) merupakan gambaran pemikiran

32 18 dari masalah yang akan dibahas, yakni struktur, perilaku dan kinerja pada industri besi baja di Indonesia. Industri Besi Baja Struktur Pasar Rasio Konsenterasi (CR4) Hambatan Masuk (MES) Kinerja Price-Cost Margin (PCM) Efficiency (XEF) Faktor Lain GROWTH dan DUMMY Perilaku Pasar Strategi Harga Strategi Produk Strategi Promosi Strategi Distribusi Analisis Hubungan CR4, MES, XEF, GROWTH dan DUMMY dengan PCM Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian dari kerangka analisis adalah sebagai berikut: 1. Struktur pasar yang ada pada Industri besi baja Indonesia diduga berbentuk perusahaan dominan dan diduga pula bahwa kinerja industri besi baja memiliki efisiensi serta perolehan tingkat keuntungan yang cukup tinggi. 2. Mengenai hubungan antara struktur pasar dengan kinerja industri besi baja diduga variabel struktur pasar (CR4 dan MES) berpengaruh positif terhadap PCM. Faktor lain yang mempengaruhi keuntungan (PCM) yakni XEF dan

33 19 GROWTH diduga berpengaruh positif terhadap PCM, sedangkan krisis tahun 1997 diduga berpengaruh negatif terhadap PCM. 3. Diduga ada perilaku-perilaku dari perusahaan dalam industri besi baja baik dalam strategi harga, produk, promosi dan distribusi yang menjelaskan hubungan yang terjadi antara struktur pasar dan kinerja.

34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dari industri besi baja di Indonesia. Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan industri baja seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Gabungan Asosiasi Produsen Besi Baja Indonesia (GAPBESI), Perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Perpustakaan Universitas Indonesia (UI). Data yang digunakan merupakan data time series tahunan dari tahun 1981 sampai dengan Metode Analisis Analisis dilakukan dengan menggunakan kerangka analisis Structure- Conduct-Performance (SCP) untuk meneliti struktur, perilaku dan kinerja industri baja di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif (deskriptif). Analisis kuantitatif digunakan Microsoft Office Excel dan perangkat lunak (software) Eviews 4.1, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan didukung oleh fakta yang diperoleh dari data sekunder yang didapat dari sejumlah literatur pustaka dan lembaga terkait. Data statistik yang diperoleh harus disesuaikan dalam bentuk riil agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat ini, yaitu dengan cara membagi data nominal dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Nilai riil = x 100% (2) Nilai Nominal IHPB

35 21 IHPB adalah angka indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga perdagangan besar atau harga grosir dari komoditas-komoditas yang diperdagangkan di suatu negara atau daerah (BPS, 2003). IHPB yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHPB Indonesia dengan tahun dasar 1993 (1993=100) yang diperoleh dari BPS (Lampiran 2) Analisis Struktur Pasar Industri Besi Baja di Indonesia Struktur pasar pada industri baja dapat diketahui dengan melakukan analisis deskriptif kuantitatif. Struktur pasar industri besi baja dapat dilihat dengan menghitung rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR 4 ) dan hambatan masuk pasar (MES). CR 4 adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar dari suatu pasar atau industri tertentu. CR 4 dapat dirumuskan sebagai berikut : Jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar CR 4 = x 100% (3) Total Penjualan Industri Besarnya nilai CR 4 dapat menunjukkan bentuk struktur pasar industri besi baja di Indonesia. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100 %) maka struktur pasarnya monopoli, sedangkan jika nilainya mendekati lebih besar dari 60 persen, berarti industri tersebut merupakan pasar oligopoli. Namun, jika nilainya mendekati nol berarti struktur pasar industri tersebut persaingan sempurna. Melihat peluang masuknya perusahaan baru ke dalam pasar atau hambatan yang ada di dalam pasar, dapat pula dilakukan untuk mengukur struktur pasar industri. Hambatan masuk pasar dapat diproksi dari kekuatan perusahaan terbesar dalam menguasai pasar, sehingga menghalangi pesaing potensial yang

36 22 mempunyai kemungkinan untuk masuk pasar dan menjadi pesaing sebenarnya. Untuk mengukur hambatan masuk ini adalah dengan mengukur skala efisiensi minimum (MES) yang dirumuskan sebagai berikut: Output Perusahaan Terbesar MES = Total Output Industri x 100 % (4) Analisis Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia Untuk menjelaskan kinerja suatu industri, akan dilakukan secara kuantitatif dan deskriptif. Variabel yang digunakan dalam menganalisa kinerja industri adalah Price-Cost Margin (PCM) dan efisiensi (XEF). Variabel PCM digunakan sebagai indikator kinerja industri, yang merupakan perkiraan kasar dari keuntungan pada industri tersebut. Efisiensi menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam industri untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Baja di Indonesia Untuk melihat hubungan struktur pasar dengan kinerja industri baja di Indonesia dilakukan dengan analisis kuantitatif dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil Biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Variabel PCM digunakan sebagai variabel dependen karena lebih menggambarkan kinerja industri yaitu merupakan proksi dari tingkat keuntungan, sehingga lebih relevan untuk mewakili kinerja industri, sedangkan variabel kinerja yang lain dapat digunakan sebagai variabel independen yang memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan (PCM).

37 23 Selain variabel struktur pasar (CR 4 dan MES) sebagai variabel independen, variabel XEF digunakan dalam model persamaan karena kemampuan perusahaan dalam menekan biaya produksi, dapat menciptakan kontribusi terhadap nilai tambah yang diperoleh. Pada akhirnya, nilai tambah tersebut akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Variabel lain yang diduga mempengaruhi tingkat keuntungan industri adalah pertumbuhan produksi (GROWTH) karena variabel ini dapat menggambarkan permintaan pasar (market demand). Jika permintaan suatu barang meningkat, maka perusahaan akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Adanya peningkatan jumlah produksi akan berdampak terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 diduga berpengaruh juga terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh industri besi baja dalam negeri. Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya krisis akan menurunkan tingkat permintaan akan produk besi baja yang akhirnya akan mengurangi keuntungan industri besi baja itu sendiri. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut : PCM t = β 0 + β 1 CR 4t + β 2 MES t + β 3 XEF t + β 4 GROWTH + β 5 DUMMY + u t (5) Dimana : PCM = Proksi keuntungan total industri (%) CR 4 = Rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam industri (%) MES = Skala Efisiensi Minimum, proksi hambatan masuk pasar (%)

38 24 XEF = Efisiensi internal dalam industri besi baja di Indonesia (%) GROWTH = Pertumbuhan produksi, proksi dari permintaan pasar besi baja di Indonesia (%) DUMMY = Dummy krisis (D=0 sebelum krisis, tahun 1981 sampai 1996 dan D=1 setelah krisis, tahun 1997 sampai 2003) t = Tahun 1981 sampai 2003 u t β 0 β 1,β 2, β 3, β 4, β 5 = Unsur gangguan = Nilai konstanta = Nilai koefisien masing-masing variabel bebas Estimasi tanda dari koefisien bebas diduga adalah β 1,β 3, β 2 dan β 4 >0 yang artinya, masing-masing variabel bebas (CR4, MES, XEF dan GROWTH) memiliki hubungan positif terhadap PCM. Sedangkan β 5 <0 artinya DUMMY diduga memiliki hubungan negatif dengan PCM. PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. Pada model ini PCM ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai tambah Pengeluaran upah pekerja PCM = x 100 % (6) Nilai produksi industri Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukkan besarnya kontribusi nilai penjualan empat perusahaan terbesar terhadap total nilai penjualan industri. Formulasi dari rasio konsentrasi adalah: Jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar CR 4 = x 100 % (7) Total penjualan industri

39 25 Hambatan masuk pasar dapat diukur dengan skala efisiensi minimum (MES) yang menunjukkan penguasaan pasar oleh perusahaan terbesar dalam industri besi baja di Indonesia. Rumus dari MES adalah: Output Perusahaan Terbesar MES = Total Output Industri x 100 % (8) Variabel efisiensi dimasukkan ke dalam model PCM, karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya efisiensi. Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai tambah dan nilai input yang dapat diperoleh melalui rumus berikut: XEF = Nilai Tambah x 100 % (9) Biaya Input GROWTH menunjukkan nilai pertumbuhan produksi dari tahun ke tahun pada suatu industri yang dapat menggambarkan permintaan pasar. Pertumbuhan ini dapat dihitung dengan rumus berikut: Nilai produksi tahun t Nilai produksi tahun t-1 GROWTH = x 100 % (10) Nilai produksi tahun t-1 Pengujian Model Ekometrika Menurut Gujarati (1995), model ekonometrika yang baik harus memenuhi tiga kriteria yaitu kriteria ekonometrika, kriteria statistik dan kriteria ekonomi. Berdasarkan kriteria ekonometrika, model harus sesuai dengan asumsi klasik, artinya harus terbebas dari gejala multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Kesesuaian model dengan kriteria statistik dilihat dari hasil uji koefisien determinasi (R 2 ), uji F dan uji t. Berdasarkan kriteria ekonomi, tanda

40 26 dan besarnya parameter variabel-variabel bebas dalam model harus sesuai dengan hipotesis, kecuali pada kondisi-kondisi tertentu yang bisa dijelaskan. 1. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear diantara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya adalah: Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel. Standart error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang keyakinan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar. Jika multikolinearitasnya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif bila ada perubahan data. Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan (Gujarati, 1995). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinear, salah satunya adalah melalui correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari 0,80. Selain melalui correlation matrix, dapat pula digunakan Uji Klein dalam mendeteksi multikolinearitas (Gujarati, 1995). Apabila terjadi nilai korelasi yang lebih dari 0,80, maka

41 27 menurut Uji Klein multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tidak lebih dari nilai R-squared. 2. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autokorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat, mengakibatkan hasil dari uji-t, uji-f menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan (Gujarati, 1995). Pada penelitian ini digunakan uji Breusch and Godfrey Serial Correlation LM-Test untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala autokorelasi. Apabila nilai Probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari tarif nyata tertentu (yang digunakan), maka persamaan ini dinyatakan tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai Obs*R-squared yang diperoleh lebih kecil dari pada taraf nyata tertentu maka persamaan tersebut mengandung autokorelasi. 3. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik adalah bahwa varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabelvariabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ 2. Inilah yang disebut asumsi heteroskedasticity atau varian yang sama. E μ 2 i = σ 2 i = 1, 2, 3,..., N (11)

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING DI INDONESIA OLEH STEFHANY DHARMA PANNAADHY H14051912 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh ANDI ARDIANSYAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh ANDI ARDIANSYAH H14102053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA OLEH ELBY JULIAN PUTRA H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA OLEH ELBY JULIAN PUTRA H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA OLEH ELBY JULIAN PUTRA H14051824 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA: APLIKASI HUKUM OKUN OLEH REINHARD JANUAR SIMAREMARE H14102038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H14102007 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan industri rokok khususnya rokok kretek di Indonesia semakin menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang peranan dalam perekonomian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA INDONESIA PERIODE 1983-2006 OLEH: NUNGSRI TRI HAPSARI H 14102116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT INDONESIA OLEH RESTI ANDITYA H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT INDONESIA OLEH RESTI ANDITYA H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT INDONESIA OLEH RESTI ANDITYA H14070076 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN RESTI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Struktur Pasar Industri Minuman Ringan di Indonesia Analisis struktur industri minuman ringan di Indonesia dapat diketahui dengan melihat pangsa pasar dari perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H14104109 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP EFISIENSI INDUSTRI KECAP DI INDONESIA (ISIC 15493)

PENGARUH KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP EFISIENSI INDUSTRI KECAP DI INDONESIA (ISIC 15493) JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN Journal of Economic & Development HAL: 53-59 PENGARUH KONSENTRASI INDUSTRI TERHADAP EFISIENSI INDUSTRI KECAP DI INDONESIA (ISIC 15493) HASBULLAH FIRMANSYAH; BERNADETTE ROBIANI;

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1 Sampel, Sumber Data, dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data dari perusahaanperusahaan penggergajian kayu yang tersebar

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pemusatan pada kegiatan penelitian atau dengan kata lain segala sesuatu yang menjadi sasaran penelitian (Sugiyono,2002).

Lebih terperinci

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Dan Penanaman Modal Asing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH ETIKA LAYUNG PRASTIWI H14080034 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci