ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN RUTH BONGGASAU. Analisis Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia (dibimbing HENNY REINHARDT). Salah satu industri pengolahan yang berkembang di Indonesia yaitu industri minyak goreng, salah satunya adalah minyak goreng sawit yang merupakan produk hilir dari minyak kelapa sawit. Kebutuhan minyak goreng terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk sehingga mendorong bertambahnya produsen-produsen yang bergerak dalam bisnis ini untuk terus memasuki pasar. Minyak goreng juga merupakan salah satu dari sembilan bahan kebutuhan pokok masyarakat indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan minyak goreng dalam negeri mengharuskan pemerintah untuk menjaga kesediaan pasokan dalam negeri salah satunya dengan meningkatkan produksi. Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi CPO dan minyak gorengnya. Indonesia saat ini merupakan produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, setelah negeri jiran, Malaysia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. Kemudian penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh krisis ekonomi terhadap keuntungan total industri, pada industri minyak goreng sawit di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) dari tahun Data yang digunakan meliputi biaya input, nilai output industri, data produksi minyak sawit nasional, data konsumsi minyak sawit nasional, nilai tambah, data penjualan masing-masing perusahaan minyak sawit nasional dan sebagainya. Data diperoleh dari Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Biro Pusat Statistik (BPS), media elektronik yakni internet dan bukubuku yang berkaitan dengan penelitian. Analisis yang dilakukan untuk menguji pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit yaitu dengan menggunakan model persamaan regresi. Ordinary Least Square (OLS) adalah metode yang digunakan dalam menganalisis kuantitatif dalam penelitian yang dilakukan, metode ini diestimasi dengan menggunakan Microsoft Excel, dan kemudian diolah menggunakan program e-views 4.1. Hal yang mungkin terjadi dan perlu diperhatikan dalam menganalisis model persamaan regresi adalah masalah pelanggaran asumsi pada model. Pelanggaran asumsi yang harus dihindari dalam analisis ini ialah kemungkinan terjadinya multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Tetapi setelah melakukan pengujian pelanggaran asumsi yang ada diatas dapat dihindari atau model ini tidak mengandung multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil uji-f didapatkan bahwa variabelvariabel eksogen mampu menerangkan variabel endogen yang ditunjukkan oleh

3 nilai P-value = yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar sepuluh persen (α = 10%). Nilai ini menandakan bahwa persamaan diatas telah mendukung keabsahan model atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel penjelas terhadap variabel dependennya adalah baik. Dari uji-t menunjukkan ada empat variabel eksogen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya, pada taraf nyata sepuluh persen. Variabel-variabel tersebut adalah GROWTH, CR4, XEFF dan Dummy krisis ekonomi. Sedangkan variabel lainnya yakni MES tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya (PCM) pada taraf nyata sepuluh persen (α = 10%). Variabel respon model ini adalah Price Cost Margin (PCM) sebagai proksi keuntungan. Variabel bebas yang digunakan antara lain Concentration Ratio untuk empat perusahaan terbesar (CR4), Efisiensi internal (XEFF), Pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan (GROWTH), Skala Ekonomis Minimum (MES), serta Dummy krisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio konsentrasi (CR4) industri minyak goreng sawit secara signifikan mempengaruhi total keuntungan industri (PCM). Efisiensi internal berhubungan positif dengan total keuntungan industri (PCM) karena adanya biaya produksi yang ditekan oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan (GROWTH) yang turut menggambarkan kondisi permintaan dan kondisi perekonomian memiliki hubungan positif dengan total keuntungan industri (PCM). MES berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan industri minyak goreng sawit tetapi secara statistik tidak signifikan pada taraf nyata 10 persen (α = 10%). Pengaruh krisis akan menurunkan keuntungan total industri karena adanya peningkatan biaya produksi yang mengakibatkan peningkatan harga minyak goreng sawit hingga mengakibatkan turunnya konsumsi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikan penulis yaitu dalam penelitian selanjutnya, perlu ditambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja pada industri minyak goreng sawit, yang belum dijelaskan pada penelitian ini seperti strategi promosi misalnya iklan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan minyak goreng sawit dan utilitas kapasitas yang menggambarkan kondisi produksi minyak goreng sawit di Indonesia.

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2006 Ruth Bonggasau H

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ruth Bonggasau lahir pada tanggal 07 November 1983 di Mamasa, sebuah kota kecil yang berada di provinsi Sulawesi Barat. Penulis anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Markus Bonggasau dan Hermina Daniel. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa suatu hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN II Mamasa Kabupaten Mamasa. Kemudian melanjutkan ke SLTP Frater Mamasa dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I Mamasa dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penulis meninggalkan Kabupaten Mamasa untuk melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan terbaik. Penulis masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti organisasi Komkes PMK IPB dan Organisasi IKAMI SULSEL.

6 ANALISIS PENGARUH STRUKTUR PASAR TERHADAP KINERJA INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH RUTH BONGGASAU H SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat kasih karunia dan pertolongan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia. Topik penelitian ini dipilih karena perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi CPO dan minyak gorengnya. Indonesia saat ini merupakan produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, setelah negeri jiran, Malaysia. Berdasarkan fenomena tersebut, muncul keinginan penulis untuk meneliti bagaimana pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Ibu Henny Reinhardt, S.P., M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah membimbing dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini 2. Bapak Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberi banyak saran yang membangun demi kebaikan karya ini 3. Muhammad Findi A, S.E, M.Si selaku komosi pendidikan yang telah memberi saran mengenai tata cara penulisan yang baik 4. Kedua orang tua penulis Markus Bonggasau dan Hermina Daniel serta Adik penulis Janawati Bonggasau, Welyem Bonggasau dan Mega Sriani Bonggasau yang selalu setia memberikan doa, dukungan dan moril kepada penulis. 5. Teman-teman satu bimbingan dan sahabat penulis Novryanto RS, Granson TL Reinhard dan Sri Bahaduri yang selalu setia mendukung penulis dan tempat bertukar pikiran

8 6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2006 Ruth Bonggasau H

9 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan dunia, industri dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan keunggulan sesuai standar dan persyaratan internasional. Maka dalam hal ini unsur-unsur pokok dari keunggulan kompetitif, struktur, perilaku dan kinerja suatu industri harus diperhatikan. Struktur perekonomian yang sudah maju ditandai dengan peranan sektor industri pengolahan dan jasa yang semakin besar dalam menopang suatu sistem perekonomian. Sektor ini berangsur-angsur menggantikan peranan sektor tradisional (sektor pertanian) dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan negara. Sektor perekonomian yang tercakup dalam kategori sektor ini antara lain industri pengolahan, restoran dan hotel, lembaga keuangan, dan jasa. Di Indonesia industri pengolahan merupakan penggerak utama dalam pembangunan perekonomian. Ini terbukti sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang telah membawa perubahan yang fundamental dalam struktur perekonomian nasional dan sekaligus memberikan sumbangan yang besar terhadap perekonomian. Namun ketika krisis pada tahun 1997, sumbangan industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan, akan tetapi sumbangan industri pengolahan masih merupakan yang tertinggi dibanding sektor lainnya. Terbukti pada tahun 2000 sumbangan industri terhadap PDB sebesar persen dari total PDB ,8 milyar rupiah, persen pada tahun

10 dari total PDB sebesar dan persen pada tahun 2002 dari total PDB sebesar ,5 (BPS, 2002). Salah satu industri pengolahan yang berkembang di Indonesia yaitu industri minyak goreng, salah satunya adalah minyak goreng sawit yang merupakan produk hilir dari minyak kelapa sawit. Kebutuhan minyak goreng terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk sehingga mendorong bertambahnya produsen-produsen yang bergerak dalam bisnis ini untuk terus memasuki pasar. Minyak goreng juga merupakan salah satu dari sembilan bahan kebutuhan pokok masyarakat indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan minyak goreng dalam negeri mengharuskan pemerintah untuk menjaga kesediaan pasokan dalam negeri salah satunya dengan meningkatkan produksi. Secara keseluruhan, volume produksi minyak goreng di Indonesia pada 1998 mencapai 2.18 juta ton. Lima tahun kemudian, volume produksinya sudah meningkat menjadi 6.43 juta ton. Peningkatan produksi minyak goreng dapat dilihat pada Gambar Produksi Minyak Goreng Sumber : AIMMI, 2005 Gambar 1.1. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Indonesia (juta ton)

11 3 Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Ini tercermin dari pertumbuhan volume produksi CPO dan minyak gorengnya. Jika pada tahun 1998 volume produksi CPO baru mencapai juta ton, tahun 2004 meningkat signifikan menjadi juta ton. Indonesia saat ini merupakan produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, setelah negeri jiran, Malaysia. Tingkat konsumsi minyak goreng di Indonesia sejak tahun 1998 hingga tahun 2005 terus mengalami peningkatan. Ini tercermin dari tingkat konsumsi per kapita yang meningkat dari 10.7 kilogram per kapita pada tahun 1998 menjadi 16.5 kilogram pada tahun Peningkatan konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia dapat dilihat pada Gambar Konsumsi per Kapita Minyak Goreng Sumber : AIMMI, 2005 Gambar 1.2. Peningkatan Konsumsi per Kapita Minyak Goreng Indonesia (Kilogram)

12 4 Volume produksi minyak goreng di Indonesia boleh dikatakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini tampak dari tingkat konsumsinya. Pada tahun 1998 konsumsi minyak goreng di Indonesia mencapai 3.22 juta ton (produksinya cuma 2.18 juta ton), sementara pada tahun 2005 menjadi 6.04 juta ton (produksi 6.43 juta ton). Volume produksi yang terus meningkat menyebabkan Indonesia mampu mengekspor sebagian minyak goreng sawitnya. Maka, tak heran jika sejak tahun 1998 hingga tahun 2005 volume ekspornya terus meningkat dari 0.37 juta ton ke 1.58 juta ton. Semasa krisis ekonomi 1998, volume produksi minyak goreng sawit mencapai 2.07 juta ton. Namun, dalam waktu tujuh tahun kemudian, volume produksinya sudah meningkat cukup signifikan menjadi 5.39 juta ton. Pertumbuhan semacam ini tidak terjadi pada minyak goreng kelapa, yang pada 1998 volume produksinya baru mencapai 0.11 juta ton, tetapi lima tahun kemudian hanya menjadi 1.04 juta ton. Perkembangan produksi minyak goreng sawit dan kelapa dapat dilihat pada Gambar Minyak Goreng Sawit Minyak Goreng Kelapa Sumber : AIMMI, Gambar 1.3. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Sawit dan Kelapa Indonesia (juta ton)

13 Perumusan Masalah Masyarakat Indonesia secara umum mengkonsumsi dua jenis minyak goreng, yaitu minyak goreng nabati dan minyak goreng hewani. Angka-angka statistik menunjukkan bahwa tingkat konsumsi minyak goreng hewani sangat kecil dibanding minyak goreng nabati. Minyak goreng nabati dikelompokkan menjadi dua yakni minyak goreng kelapa dan minyak goreng sawit. Sebelum orde baru sampai pada awal pembangunan jangka panjang tahap I, minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat didominasi oleh minyak kelapa. Namun sejak tahun 1970-an bersamaan dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, minyak goreng kelapa mulai tergeser oleh minyak goreng sawit. Mulai akhir tahun 1970-an, konsumsi minyak goreng sawit pun terus mengalami peningkatan. Indonesia saat ini merupakan produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, setelah negeri jiran, Malaysia, dan ini memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian disamping sumbangannya terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak sawit di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh krisis ekonomi terhadap keuntungan total industri (PCM), pada industri minyak goreng sawit di Indonesia?

14 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap keuntungan total industri, pada industri minyak goreng sawit di Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: 1. Dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang analisis pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit di Indonesia. 2. Dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti lebih lanjut yang tertarik dalam masalah yang sama, yaitu terkait dalam industri minyak goreng sawit di Indonesia. 3. Dapat menjadi dasar pertimbangan dan bahan masukan bagi perusahaan dan pemerintah dalam pengambilan kebijakan sebagai upaya pengembangan industri minyak sawit di Indonesia.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Konsep Ekonomi Industri Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi ini membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Definisi ekonomi industri adalah bahwa pada dasarnya teori-teori yang terdapat dalam ekonomi industri menekankan pada ilmu ekonomi studi empiris dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja sehingga tercapai tingkat efisiensi bagi perusahaan, industri serta perekonomian secara keseluruhan (Jaya, 2001) Pengertian Industri Pengolahan Usaha industri pengolahan adalah usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih dekat kepada pemakai akhir untuk tujuan komersial, termasuk dalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan jasa industri, rancang bangun, perekayasaan serta pekerjaan perakitan (assembling) dari suatu barang. Suatu usaha yang melakukan sebagian proses industri demi suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa juga dimasukkan sebagai industri pengolahan (BPS, 2004).

16 Struktur Pasar Struktur pasar dapat dijelaskan sebagai lingkungan dimana perusahaan berada untuk melakukan operasinya dalam pasar tertentu (Jaya, 2001). Secara umum struktur pasar memiliki beberapa elemen yang menggambarkan ukuran perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam pangsa pasar diantaranya adalah : 1. Pangsa Pasar Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator tentang seberapa pentingnya suatu perusahaan di dalam pasar. Derajat kekuatan pasar umumnya akan muncul ketika pangsa pasar mencapai 15 persen, pada tingkat yang lebih tinggi yaitu persen derajat monopoli menjadi signifikan pada tingkat persen biasanya perusahaan mempunyai kekuatan pasar yang kuat. Kesuksesan suatu perusahaan biasanya selain digambarkan oleh profit dan harga saham juga ditentukan oleh besarnya pangsa pasar. 2. Konsentrasi Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaanperusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Penerimaan (return) rata-rata industri terkonsentrasi akan lebih tinggi daripada penghasilan dari jenis industri yang kurang terkonsentrasi. Pemusatan merupakan tingkat oligopoli. Para oligopolis dapat melakukan kordinasi secara ketat seakan-akan mereka merupakan monopolis sejati, persaingan hebat bisa terjadi diantara mereka atau mungkin mengikuti suatu pola

17 9 lebih lanjut. Kombinsi kekuatan pasar mereka perlahan-lahan mengurangi pengaruh perusahaan yang mempunyai pangsa pasar utama. Pemusatan dapat menghasilkan suatu bentuk industri yang secara rasio dapat diterima. Alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi perusahaan adalah Concentration Ratio (CR4), yaitu alat ukur paling sederhana untuk mengukur tingkat konsentrasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar. CR4 dirumuskan : CR 4 = Jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar Total penjualan industri X 100% (2.1) Nilai CR4 yang dihasilkan antara nol sampai satu. Semakin besar nilai CR4 yang dihasilkan maka struktur pasar semakin monopoli, sebaliknya jika nilainya semakin kecil (mendekati nol) maka persaingannya semakin sempurna. Hubungan antara konsentrasi rasio dengan pertumbuhan pasar itu sendiri mempunyai hubungan yang positif, yang berarti bahwa pada saat konsentrasi rasio turun pertumbuhan pendapatan cenderung turun. Peningkatan konsentrasi bisa disebabkan karena perluasan yang terjadi pada establishment dan berkurangnya jumlah perusahaan. Keuntungan dan tingkat konsentrasi berhubungan positif ini merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru. Karena dengan keuntungan yang mereka dapatkan perusahaan-perusahaan yang ada pada industri itu berusaha untuk meningkatkan lagi konsentrasinya. Semakin meningkatnya konsentrasi rasio tetapi jumlah perusahaan naik, berarti skala establishment yang masuk lebih banyak berskala sedang dan kecil (Jaya, 2001).

18 10 3. Kondisi entry Hambatan masuk ke dalam pasar merupakan unsur yang sangat penting dalam struktur pasar. Kondisi ini akan dihadapi pesaing potensial jika ingin berpartisipasi dalam pasar. Pesaing potensial adalah perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya (Jaya, 2001). Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Penghambat untuk masuk ke dalam industri dapat bersifat alami seperti biaya investasi yang tinggi, penguasaan teknologi baru, tingkat produksi minimal yang tinggi dan adanya peningkatan sunk cost. Hambatan masuk juga dapat bersifat legal berupa perangkat-perangkat peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Hal lain yang dapat dijadikan faktor hambatan masuk adalah dengan pengukuran Minimum Efficiency Scale (MES). Pesaing baru tidak akan masuk, kecuali yakin akan memperoleh keuntungan setelah masuk ke dalam pasar. Jika MES relatif besar terhadap pasar, perusahaan baru tidak akan dapat membuka pabrik yang beroperasi secara efisien tanpa meningkatkan output industri. Perusahaan yang memasuki pasar dengan kondisi di bawah MES tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang ada di pasar. Beberapa ukuran yang dapat dijadikan proksi bagi MES yaitu output dari pabrik terbesar, ukuran rata-rata dari seluruh pabrik yang berada pada kelas distribusi tinggi dan ukuran rata-rata dari beberapa pabrik yang terbesar yang menguasai 50 persen output industri. Adanya hubungan yang positif antara

19 11 keuntungan dan tingkat konsentrasi merupakan halangan masuk yang besar bagi perusahaan baru. Karena dengan keuntungan yang mereka dapatkan, perusahaanperusahaan yang ada pada industri itu berusaha untuk meningkatkan lagi konsentrasinya Kinerja Industri Kinerja pasar atau industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi (Jaya, 2001). Kinerja pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang disesuaikan dengan struktur dan perilaku pasar untuk tujuan akhir memperoleh keuntungan. Selain itu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam hal kinerja adalah efisiensi, inovasi atau kualitas produk yang lebih baik karena perkembangan teknologi, serta distribusi yang merata. Dalam hubungan dengan ekonomi organisasi industri istilah efisiensi berhubungan dengan cara yang paling efektif untuk memanfaatkan sumberdaya yang langkah. Efisiensi secara sederhana adalah nilai maksimum output yang dihasilkan dari input yang minimal. Efisiensi biasanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu efisiensi teknologi (teknik) dan efisiensi ekonomi (alokatif). Sebuah perusahaan mungkin secara teknologi lebih efisien dari yang lain kalau perusahaan itu memproduksi tingkat output yang sama dengan satu atau lebih

20 12 sedikit input fisik. Adanya proses produksi yang berbeda menyebabkan tingkat semua perusahaan dapat efisien secara teknologi. Efisiensi ekonomi timbul apabila input dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga suatu tingkat output diproduksi dengan biaya serendah mungkin. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya produksi, dapat menciptakan kontribusi terhadap nilai tambah yang diperoleh. Peningkatan dalam efisiensi terjadi bila output yang ada atau tingkat suatu output dihasilkan dengan biaya yang lebih rendah. Elemen-elemen yang terdapat di dalam kinerja pasar adalah sebagai berikut (Legowo, 1996) : 1. Efisiensi dalam produksi, artinya kemampuan berproduksi secara efisien dengan menggunakan sejumlah input tertentu untuk menghasilkan nilai output yang maksimum. 2. Efisiensi dalam penyaluran, artinya kemampuan mendistribusikan hasil produksi dengan biaya rendah. 3. Efisiensi dalam mengalokasikan sumberdaya sehingga harga yang dikenakan kepada pembeli bisa rendah sesuai dengan rendahnya biaya produksi termasuk keuntungan yang normal bagi produsen. 4. Kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi, sehingga dapat diperoleh biaya produksi yang rendah dan teknik distribusi yang lebih tepat. 5. Kinerja berupa mutu, harga dan jumlah (variasi produk) yang sesuai dan bisa memuaskan konsumen.

21 13 Konsumen atau masyarakat mengharapkan adanya kinerja yang bisa memberikan kesejahteraan kepada mereka antara lain dapat memperoleh harga yang murah, bermutu tinggi, jumlah yang cukup kesediaannya, serta mudah dan cepat diperoleh. Hal tersebut bisa diperoleh jika alokasi sumberdaya produksi (bahan input), distribusi hasil produksi, dan kemampuan kemajuan teknologi semuanya dilakukan secara efisien. Semua ini dapat diperoleh jika struktur dan perilaku pasar mendukung kinerja untuk memberikan kontribusi yang baik demi kesejahteraan masyarakat (Legowo, 1996). Pendekatan operasional yang sering dilakukan untuk menilai kinerja suatu industri adalah menggunakan tingkat keuntungan. Pada dasarnya tidak memungkinkan untuk mengukur besarnya pendapatan atau keuntungan perusahaan secara akurat. Banyak kendala yang dihadapi untuk mendapatkan ketepatan dalam pengukuran, karena data perusahaan tidak semuanya diduplikasikan, sehingga digunakanlah Price Cost Marginal (PCM) sebagai proksi dari tingkat keuntungan, maka tingkat PCM yang tinggi hanya akan tercipta apabila terdapat kekuatan monopoli atau rasio konsentrasi perusahaan yang tinggi. PCM didefinisikan sebagai suatu indikator kinerja yang merupakan perkiraan kasar dari keuntungan perusahaan. PCM dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah yang harus dibayarkan terhadap nilai pengiriman (Jaya, 2001). Nilai tambah adalah nilai total output dikurangi dengan nilai total input. Upah yang dibayarkan merupakan total pengeluaran perusahaan untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan nilai barang

22 14 yang dihasilkan adalah bagian dari nilai output perusahaan yang menunjukkan jumlah total dari hasil produksi. Pertumbuhan nilai produksi atau GROWTH diduga dapat mempengaruhi kinerja industri variabel ini dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar (market demand). Jika permintaan pasar terhadap suatu barang meningkat, maka perusahaan maka akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Adanya peningkatan dalam jumlah produksi akan berdampak terhadap meningkatnya keuntungan yang dialami perusahaan. Growth= NilaiBarang dihasilkan tahun t Nilai Barang dihasilkan tahun t 1 Nilai Barang dihasilkan tahun t 1 x100% (2.2) 2.5. Dummy Variabel Dummy menurut Gujarati (1997) merupakan variabel penjelas dalam analisis regresi yang digunakan untuk mewakili variabel kualitatif. Variabel ini sering disebut variabel binary atau variabel dikotomi (variabel yang membagi dua). Dalam penelitian ini, variabel dummy yang digunakan adalah variabel Dummy untuk kondisi perekonomian Indonesia, yaitu sebelum dan sesudah krisis. Biasanya variabel Dummy ini bernilai satu jika variabel kualitatifnya berpengaruh dan bernilai nol jika tidak berpengaruh.

23 Kerangka Hubungan Struktur- Perilaku-Kinerja Pada ilmu ekonomi industri merupakan ilmu ekonomi yang membantu menjelaskan pengorganisasian pasar yang mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ilmu ini menelaah struktur pasar perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, perilaku, dan kinerja pasar (Jaya, 2001). Pada gambar 2.4. terlihat bahwa terdapat saling keterkaitan antara masingmasing unsur yaitu struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat dengan efektif dan efisien. Keterkaitan itu dapat terlihat dari garis panah dan garis putus-putus yang menghubungkan antara unsur satu dengan unsur lainnya. Hubungan ini tidak hanya bersifat satu arah, tetapi dapat berhubungan timbal balik.

24 16 KONDISI DASAR Sisi Permintaan Elastisitas Tingkat pertumbuhan Strategi perusahaan Cara pembelian Sifat-sifat siklis dan musiman Substitusi Sisi Penawaran Bahan baku Teknologi Ketahanan produk Nilai atau berat Sikap bisnis Organisasi buruh Jumlah pembeli Skala pembeli Diferensiasi produk Kondisi entry Konglomerasi STRUKTUR PASAR Jumlah penjual Kondisi ongkos Integrasi vertikal Integrasi horizontal Organisasi buruh Strategi harga Strategi produk Strategi promosi PERILAKU Paksaan Taktik legal Advertensi Penelitian dan inovasi Efisiensi alokatif Efisiensi teknis Efek inflasi Pemerataan KINERJA Kemajuan teknologi Kualitas produk Kesempatan kerja Laba Sumber : Hasibuan, 1993 Gambar 2.4. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

25 Hasil Penelitian Terdahulu Busriawaty (2004), menganalisis hubungan struktur pasar dan kinerja industri pupuk di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel utama struktur pasar, yaitu CR2 dengan PCM sebagai variabel kinerja. Tingginya rasio konsentrasi yang ada pada industri pupuk telah mampu menciptakan kekuatan pasar sehingga berdampak terhadap perolehan keuntungan. Begitu pula dengan variabel struktur pasar yang lain. XEFF dan GROWTH juga memiliki hubungan positif dengan PCM. Perusahaan pada industri pupuk telah mampu menciptakan efisiensi internal dengan menekan biaya input dalam berproduksi. Keadaan ini membuat nilai tambah yang diperoleh menjadi besar sehingga keuntungan yang diperoleh pun akan meningkat. Dengan kata lain analisis yang dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa pada industri pupuk telah terjadi hubungan positif antara struktur pasar dengan kinerja yang tinggi, efisiensi internal dalam berproduksi, dan peningkatan pertumbuhan produksi pupuk, telah berpengaruh terhadap pencapaian keuntungan bagi industri pupuk. Penelitian lain mengenai analisis SCP dilakukan Putri (2004) mengenai bagaimana kondisi dasar, struktur dan kinerja, hubungan struktur dan kinerja, dan perilaku industri rokok kretek di Indonesia. Hasil penelitian mengenai kondisi dasar dari permintaan menunjukkan bahwa harga rokok kretek, harga rokok putih, jumlah penduduk dan permintaan tahun sebelumnya memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah permintaan rokok kretek, sedangkan pendapatan masyarakat tidak berpengaruh. Sedangkan struktur pasar industri rokok adalah oligopoli ketat

26 18 yang berdasarkan peraturan yang berlaku tidak memiliki hambatan masuk bagi perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Hasil analisis hubungan struktur dan kinerja, variabel bebas yang memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan (PCM) adalah tingkat konsentrasi (CR4), efisiensi internal (X-eff), dan skala ekonomis (MES). Variabel utilitas kapasitas produksi (CU) tidak berpengaruh terhadap PCM. Variabel yang memiliki hubungan yang positif adalah CR4 dan X-eff, sedangkan variabel MES memiliki hubungan negatif dengan tingkat keuntungan. Untuk analisis perilaku perusahaanperusahaan dalam industri rokok kretek dilihat dari strategi harga dan produksi, strategi promosi, dan kemungkinan adanya kolusi. Dalam menentukan harga jual perusahaan-perusahaan rokok kretek dipengaruhi oleh Keputusan Menteri Keuangan No.449/KMK.04/2002 yang mengatur tentang harga jual eceran (HEJ) minimum dan tarif cukai berdasarkan skala produksi setiap perusahaan. Sama halnya dalam bidang promosi, masih dipengaruhi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun Untuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya perusahaan besar lebih sensitif dan efisiensi dalam berproduksi. Adanya tingkat diferensiasi produk yang tinggi dari peruusahaan besar untuk mempertahankan pangsa pasarnya melemahkan adanya dugaan kolusi terselubung diantara perusahaan besar dalam industri rokok kretek. Ratri (2004), dalam penelitiannya tentang analisis permintaan dan penawaran industri minyak goreng kelapa di Indonesia melakukan pendugaan fungsi penawaran, permintaan dan ekspor dengan menggunakan persamaan simultan (2SLS) karena variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan-

27 19 persamaan tersebut saling terkait satu sama lain. Penelitian ini juga menggunakan persamaan identitas dimana penawaran merupakan hasil penjumlahan dan permintaan, ekspor dan stok. Selain itu dihitung elastisitas masing-masing variabel dari setiap persamaan sehingga dapat diketahui respon variabel tersebut terhadap suatu persamaan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang sudah diriilkan dengan menggunakan indeks harga perdagangan besar dengan tahun dasar Hasil estimasi persamaan penawaran menunjukkan bahwa harga minyak goreng kelapa, harga minyak kelapa kasar dan stok tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata pada penawaran sedangkan upah dan trend berpengaruh nyata terhadap penawaran. Semua variabel tidak responsif dalam jangka pendek. Hasil estimasi persamaan permintaan dan persamaan ekspor menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh nyata namun tidak responsif dalam jangka pendek. Juwita (2004) melakukan analisis ekonomi industri semen dan Undang- Undang Persaingan Usaha. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh industri semen nasional yang pada waktu itu dalam pengawasan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) karena adanya indikasi melanggar undang-undang persaingan usaha. Dalam penelitian ini struktur pasar dinilai dengan menghitung konsentrasi 4 perusahaan terbesar (CR4) dan Indeks Herfindahl. Hasil yang diperoleh bahwa industri semen memiliki konsentrasi tinggi dengan nilai CR4 pada tahun 2001 sebesar persen dan Indeks Herfindahl sebesar yang menunjukkan tidak terjadi persaingan tidak sehat karena dikatakan persaingan tidak sehat jika penguasaan pangsa pasar 3 perusahaan terbesar lebih dari 75

28 20 persen. Struktur pasar industri semen merupakan oligopoli ketat dengan produk homogen serta hambatan masuk yang tinggi. Perilaku industri dianalisis melalui strategi harga, strategi produksi serta hal-hal yang diawasi KPPU. Hubungan antara struktur dengan kinerja industri semen nasional dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda. Variabel tidak bebas yang digunakan adalah Price Cost Margin yang merupakan proksi tingkat keuntungan perusahaan. Variabel bebas yang digunakan adalah indeks Herfindahl, extra efisiensi, utilitas kapasitas produksi, dan tingkat pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks Herfindahl, ekstra efisiensi dan pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan secara signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan dan hubungannya positif Kerangka Pemikiran Penelitian Industri minyak goreng sawit merupakan industri yang akhir-akhir ini memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian negara ditambah lagi sebagai salah satu komoditi ekspor andalan dan merupakan juga salah satu dari sembilan bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Peningkatan kebutuhan minyak goreng dalam negeri mengharuskan pemerintah untuk menjaga kesediaan pasokan dalam negeri, salah satunya dengan meningkatkan produksi, terbukti pada tahun 1998 produksi minyak goreng dari 2.18 juta ton menjadi 6.43 juta ton pada tahun Hal ini dapat terbukti juga dengan tingkat konsumsi minyak goreng di Indonesia sejak tahun 1998 hingga tahun 2005 terus tumbuh. Ini tercermin dari tingkat konsumsi per kapitanya yang

29 21 meningkat dari 10.7 kilogram per kapita (tahun 1998) menjadi 16.5 kilogram (tahun 2005). Berdasarkan perkembangan berbagai variabel terkait seperti peningkatan konsumsi minyak goreng untuk keperluan rumah tangga maupun industri diperkirakan total konsumsi minyak goreng dalam negeri tahun 2005 mencapai 6 juta ton dimana 83.3 persen terdiri dari minyak sawit. Penelitian akan diawali dengan menganalisis bagaimana pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit Indonesia. Dalam konteks ini, akan dilihat bagaimana pengaruh struktur pasar (dengan variabel tingkat konsentrasi (CR4) dan skala ekonomis (MES)) dapat mempengaruhi kinerja dari industri (yang diproksi dengan tingkat manfaat-biaya atau PCM). Selain itu, PCM digunakan sebagai proksi yang mencerminkan tingkat keuntungan dari suatu industri, maka variabel Efisiensi internal (XEFF), GROWTH dan Dummy dimasukkan ke dalam fungsi untuk menganalisis bagaimana pengaruh Efisiensi, GROWTH dan Dummy terhadap PCM atau tingkat keuntungan industri. Hasil kajian pengaruh struktur pasar terhadap kinerja tersebut akan memberikan hasil keterkaitan dari masing-masing variabel serta dapat diketahui besarnya pengaruh signifikasi.

30 22 Industri minyak goreng sawit di Indonesia PCM (Variabel dependen) pengaruh struktur pasar terhadap kinerja industri minyak goreng sawit nasional Analisis kuantitatif Ordinary Least Square (OLS). - CR4 - MES - XEFF - GROWTH - Dummy ( Variabel indipenden) Interpretasi : - Pengaruh struktur pasar terhadap kinerja - Pengaruh krisis ekonomi Keterangan : Variabel independent Variabel dependet Hubungan satu arah Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian 2.9. Hipotesis Penelitian Rumusan jawaban sementara mengenai permasalahan dari tulisan ini adalah : 1. CR4, XEFF, GROWTH dan MES diduga berpengaruh positif terhadap PCM. 2. Dummy krisis diduga berpengaruh negatif terhadap PCM.

31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) dari tahun Data yang digunakan meliputi biaya input, nilai output industri, data produksi minyak sawit nasional, data konsumsi minyak sawit nasional, nilai tambah, data penjualan masingmasing perusahaan minyak sawit nasional dan sebagainya. Data diperoleh dari Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Biro Pusat Statistik (BPS), media elektronik (internet) dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian Metode Analisis Ordinary Least Square (OLS) adalah metode yang digunakan dalam menganalisis kuantitatif dalam penelitian yang dilakukan, metode ini diestimasi dengan menggunakan Microsoft Excel, dan kemudian diolah menggunakan program e-views Analisis Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit Struktur Pasar Industri Minyak Goreng Sawit Concentration Ratio (CR4) adalah suatu alat ukur untuk mengetahui besarnya tingkat konsentrasi dari empat perusahaan terbesar dari suatu pangsa pasar atau industri tertentu. Rasio konsentrasi adalah perhitungan konsentrasi

32 24 yang menggambarkan jumlah perusahaan dan ketidakseimbangan dalam pangsa pasarnya. Pangsa pasar tersebut biasanya diambil dari jumlah penjualan, jumlah aset, jumlah tenaga kerja, dan nilai tambah yang dihitung dari jumlah absolut perusahaan terbesar di dalam struktur pasar atau industri. CR 4 = Jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar Total penjualan industri X 100% (3.3) Nilai rasio konsentrasi CR4 100 persen mengindikasikan terjadinya monopoli sedangkan nilai CR4 lebih besar dari 60 persen, perusahaan tersebut adalah pasar oligopoli (Jaya, 2001). Selain melihat tingkat konsentrasi dan pangsa pasar dalam menganalisis struktur pasar industri minyak goreng sawit juga akan melihat bagaimana tingkat hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru. Untuk menganalisis hambatan masuk akan dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan variabel Minimum Efficiency (MES). Semakin tinggi rasio konsentrasi pada suatu industri maka menunjukkan adanya potensi kekuatan pasar yang dimiliki oleh perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Rumus yang digunakan dalam memperoleh nilai MES adalah sebagai berikut: MES = Nilai ouput dari perusahaan Total output industri terbesar (3.4) Analisis Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit Penjelasan kinerja suatu industri akan dilakukan secara valuatif dan deskriptif. Variabel yang digunakan untuk mengikuti kinerja industri minyak goreng sawit Indonesia meliputi efisiensi internal digunakan dalam model

33 25 persamaan karena kemampuan perusahaan dalam menekan biaya produksi, dapat menciptakan kontribusi terhadap nilai tambah yang diperoleh. Rumus yang digunakan dalam mencari nilai efisiensi internal adalah sebagai berikut: X - Efisiensi = Nilai Tambah Industri Biaya Input (3.5) Variabel Price Cost Margin (PCM) diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah yang dikurangi pengeluaran upah dibagi nilai barang jadi (output) yang dihasilkan atau dengan rumus sebagai berikut: PCM = Nilai tambah Pengeluaran untuk Total nilai ouput tenaga kerja (3.6) Varabel GROWTH diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar (market demand). Jika permintaan pasar terhadap suatu barang meningkat, maka perusahaan maka akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Adanya peningkatan dalam jumlah produksi akan berdampak terhadap meningkatnya keuntungan yang dialami perusahaan. Variabel Dummy menurut Gujarati (1997) variabel Dummy merupakan variabel penjelas dalam analisis regresi yang digunakan untuk mewakili variabel kualitatif. Variabel ini sering disebut varabel binary atau variabel dikotomi (variabel yang membagi dua). Biasanya variabel Dummy ini bernilai satu jika variabel kualitatifnya berpengaruh dan bernilai nol jika tidak berpengaruh.

34 Analisis Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja Analisis hubungan struktur dan kinerja dari industri minyak goreng sawit dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode analisis Regresi Berganda (Ordinary Least Square). Dalam menganalisis model persamaan PCM, digunakan program Eviews 4.1 dan Microsoft Excel. Estimasi tanda dari koefisien variabel bebas adalah a 1 >0, a 2 >0, a 3 >0, a 4 >0, a 5 <0, yang artinya masing-masing variabel bebas memiliki hubungan positif terhadap PCM. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebegai berikut : PCM t = a 0 + a 1 CR4 t-1 + a 2 MES t-1 + a 3 LOU t + a 4 XEFF t +a 5 DK t + ε t (3.7) dimana : PCM t CR t-1 : Proksi keuntungan total industri tahun t (persen) : Konsentrasi 4 perusahaan terbesar dalam industri minyak goreng sawit Indonesia tahun t-1 (persen) MES t-1 LOU (GROWTH) XEFF t DK t (Dummy) : Skala ekonomis minimum tahun t-1 (persen) : Log pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan tahun t : Efisiensi internal dalam suatu industri tahun t (persen) : Variabel Dummy krisis ekonomi tahun 1997, sebelum krisis = 0 dan sesudah krisis = 1 a 0 a 1,a 2, a 3, a 4, a 5 ε t : intersep : Nilai koefisien pada masing-masing variabel bebas : Residual

35 Pengujian Ekonometrik Pengujian ekonometrik digunakan untuk melihat ada atau tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik pada penggunaan metode OLS. Pengujian ekonometrik meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Apabila terjadi pelanggaran maka diperoleh hasil estimasi yang tidak valid Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah istilah yang mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frish. Pada mulanya multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Tetapi saat ini istilah multikolinearitas digunakan dalam pengertian yang lebih luas (Gujarati, 1997). Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antara variabel bebas pada model persamaan. Jika terjadi multikolinearitas dapat mempengaruhi tanda koefisien, sehingga tanda koefisien tidak sesuai dengan yang diharapkan. Multikolinearitas dapat menyebabkan hasil kesimpulan variabel bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam model, salah satunya adalah uji Manquardt, yaitu dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel eksogen. Jika nilai VIF kurang dari delapan maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan tidak terdapat mulkolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh maka terdapat multikolinearitas dalam persamaan tersebut.

36 Uji Autokorelasi Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi yang terjadi antara unsur gangguan (galat) pada tahun sekarang dengan galat pada tahun sebelumnya. Autokorelasi bisa terjadi pada deret waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil estimasi model tidak mengandung korelasi serial di antara disturbance term. Pengujian autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, yang hasil kesimpulannya dapat diketahui dari nilai probability Obs*R-squared. Hipotesis : H 0 : ρ = 0 H 1 : ρ 0 Kriteria uji : Probability Obs*R-squared < α, maka tolak H 0 Probability Obs*R-squared > α, maka terima H 0 Jika H 0 ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif) dalam model. Sebaliknya jika H 0 diterima maka tidak ada autokorelasi dalam model Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan pelanggaran asumsi yang terjadi jika penyebaran varians tiap unsur galat tidak konstan atau berbeda-beda. Model persamaan regresi linear klasik harus memiliki varians yang sama untuk semua unsur galat. Heteroskedastisitas biasa terjadi pada pemakaian data Cross section.

37 29 Pengujian masalah heteroskedasitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroscedasticity Test. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat probabilitas Obs*R-squared-nya. Hipotesis : H 0 : ρ = 0 H 1 : ρ 0 Kriteria uji Probability Obs*-Square < taraf nyata (α), maka tolak H o Probability Obs*- Square > taraf nyata (α), maka terima H o Jika H 0 ditolak, maka terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Sebaliknya jika H 0 diterima, maka pada model tidak terdapat gejala heteroskedastisitas Uji Normalitas Uji normalitas digunakan karena jumlah data yang digunakan kurang dari 30. Uji ini digunakan untuk melihat apakah error telah mendekati distribusi normal. Pada Software Eviews uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Descriptive Statictic Test. Jika nilai Prababilitas Jarque Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka model persamaan OLS yang digunakan tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi secara normal Uji Kriteria Ekonomi dan Uji Statistik Uji ekonomi adalah uji kesesuaian tanda pada setiap koefisien variabelvariabel eksogen, apakah tandanya sudah sesuai dengan asumsi dasar. Sedangkan uji statistik seperti uji F, uji t, dan uji koefisien determinasi (R 2 ).

38 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) R 2 digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Diketahui R 2 akan bertambah tinggi dengan bertambahnya variabel bebas. R 2 memilki dua sifat (Gujarati, 1995), diantaranya, pertama R 2 merupakan besaran non negatif, dan kedua, besarnya adalah 0 R 2 1. Jika R 2 sebesar 1 berarti variabel bebas memiliki kecocokan sempurna dengan variabel endogen, sedangkan jika R 2 bernilai nol berarti tidak terdapat kesesuaian Uji F Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hipotesis : H 0 : b 1 = b 2 =...= b i = 0 H1: minimal ada salah satu b i 0 Kriteria uji: Probability F-Statistik < taraf nyata (α), maka tolak H 0 Probability F-Statistik > taraf nyata (α), maka terima H 0 Jika H 0 ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan model layak digunakan. Sebaliknya jika H 0 diterima maka tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata.

39 ... (7) Uji t Uji ini ditujukan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas. H 0 : b 1 = b 2 =...= b i = 0 H1: b i 0 Kriteria uji: Probability t-statistik < taraf nyata (α), maka tolak H 0 Probability t-statistik > taraf nyata (α), maka terima H 0 Jika H 0 ditolak, berarti variabel bebas berpengaruh nyata pada taraf α terhadap variabel tak bebasnya. Sebaliknya jika H 0 diterima berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.

40 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT 4.1. Sejarah Singkat Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack), berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa Mauritus dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton ( Fauzi, et al., 2006).

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu menjelaskan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas dalam model regresi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI EKSPOR KELAPA SAWIT (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH DWITA MEGA SARI H14104083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, 391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis III. METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, pertumbuhan ekonomi, reformasi pengawasan perpajakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Struktur Pasar Industri Minuman Ringan di Indonesia Analisis struktur industri minuman ringan di Indonesia dapat diketahui dengan melihat pangsa pasar dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala

BAB III. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala numerik, berdasarkan data time series yang berhubungan dengan inflasi,suku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang 38 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang didapat dari Bank Indonesia dan melalui pengolahan data yang dihitung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data

4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 29 4 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahunan deret waktu (time series), dari tahun 1985 hingga 2011. Adapun sumbersumber

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang kemiskinan ini hanya terbatas pada kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Variabel yang digunakan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah minimum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada 46 III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian dan Sumber Data Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat 49 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi Moneter, Laporan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Geografis dan Keadaan Penduduk Liwa Lampung Barat. Kota Bandar Lampung nerupakan ibukota Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Geografis dan Keadaan Penduduk Liwa Lampung Barat. Kota Bandar Lampung nerupakan ibukota Provinsi Lampung. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Geografis dan Keadaan Penduduk Liwa Lampung Barat Kota Bandar Lampung nerupakan ibukota Provinsi Lampung. Liwa Lampung Barat juga merupakan pusat kegiatan pemerintah, pusat

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari badan pusat statistik (BPS) kabupaten Lampung Tengah. B. Batasan Variabel

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dampak kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana konsumsi agregat masyarakat adalah sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci