LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KOMISI PEMILIHAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KOMISI PEMILIHAN UMUM"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

2 Pengantar Komisi Pemilihan Umum Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-nya kita dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tahun 2014 sebagai wujud pelaksanaan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan menjalankan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kenerja Instansi Pemerintah. LAKIP KPU disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan memperhatikan Surat Deputi Bidang Reformasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Nomor B/5518/DI.PAN-RB/12/2014 tanggal 17 Desember 2014 tentang Penyampaian Laporan Kinerja Tahun 2014 dan Perjanjian Kinerja K/L Tahun Penyusunan LAKIP KPU mengacu pada dokumen Penetapan Kinerja (PK) KPU Tahun Menindaklanjuti rekomendasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui Surat Nomor B/2897/M.PANRB/08/2014 tanggal 4 Agustus 2014 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yaitu salah satunya merevisi Renstra KPU, maka LAKIP KPU Tahun 2013 menyajikan beberapa tambahan sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai hasil penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra). Selain melakukan Penyusunan LAKIP, KPU mendukung kinerja Kementerian PAN dan RB dengan menjalankan proses Reformasi Birokrasi seperti yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi Hal Tersebut dilaksanakan untuk memudahkan proses pemantauan dan pengendalian kinerja dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal KPU, serta menjadikan KPU sebagai badan penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) yang bersih dan bebas korupsi baik secara kelembagaan maupun dalam penyelenggaraan Pemilu. Pelaksanaan kinerja KPU diharapkan tidak hanya dapat dipertangungjawabkan secara mandiri namun juga dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pelaksanaan tugas kepada masyarakat. ii

3 KPU memiliki komitmen dan terus berupaya agar pelaksanaan kinerja berorientasi pada hasil, baik hasil output maupun outcome. Hasil capaian kinerja KPU atas sasaran yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Melalui analisis capaian dan evaluasi dari LAKIP Tahun 2014 ini diharapkan dapat menjadi masukan/bahan evaluasi dan perbaikan sehingga kinerja dan akuntabilitas KPU lebih baik lagi di masa mendatang serta mewujudkan visi KPU yaitu terwujudnya KPU sebagai penyelenggara Pemilu yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta, SEKRETARIS JENDERAL KPU, ARIF RAHMAN HAKIM iii

4 Ringkasan Eksekutif LAKIP disusun sebagai wujud pertanggungjawaban KPU terhadap/atas kegiatan dan program dalam mencapai visi dan misi serta sasaran strategisnya kepada stakeholders. tidak hanya berisi keberhasilan dan kegagalan capaian strategis KPU pada Tahun Anggaran Capaian strategis KPU dapat dilihat dari capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) serta analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran. KPU telah menetapkan 6 (enam) sasaran strategis yang dicapai pada tahun 2014, sasaran strategis dicapai dengan menentukan 10 (sepuluh) indikator kinerja yang dapat terukur dan target yang ditetapkan. Capaian kinerja diukur dengan menghitung 10 (sepuluh) target dan realisasi kinerja dan keuangan dari indikator kinerja yang ditetapkan. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis capaian kinerja sasaran strategis yang ditetapkan secara umum dapat memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pencapaian target indikator kinerja KPU dan keberhasilan dalam pelaksanaan partisipasi Pemilih dalam Pemilu tidak hanya didasarkan pada komitmen namun juga berhasil dengan keterlibatan dan dukungan aktif segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dan civil society. Secara umum, beberapa capaian utama kinerja tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1. iv

5 Tabel 1 Capaian Kinerja KPU Tahun 2014 INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN KATEGORI = 3/2 x 100% 5 Sasaran 1 : Meningkatnya partisipasi Pemilih dalam Pemilu Persentase Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu 75% 72,72% 96,96% BERHASIL 70 % 73,85 % 105,5 % Sasaran 2 : Terlindunginya Hak Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar Di Dalam DPT 2 % 0,3 % 170 % SANGAT BERHASIL SANGAT BERHASIL Sasaran 3 : Terwujudnya KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional, Berintegritas Dan Akuntabel Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU Presentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri 85% 99,71% 116% 10 % 0,38 % 196 % SANGAT BERHASIL SANGAT BERHASIL Sasaran 4 : Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal Dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi KPU Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU WTP WDP WDP WDP Jumlah Peraturan KPU yang Diterbitkan % Sasaran 5 : Meningkatnya Kepatuhan Peserta Pemilu dalam penyelenggaraan Pemilu Persentase Peserta Pemilu yang Tidak menyampaikan Laporan Dana Awal Kampanye dan Rekening Khusus Dana Kampanye Sampai Dengan Batas Waktu yang Ditetapkan Persentase Peserta Pemilu yang Tidak Menyampaikan Laporan Dana Kampanye Sampai Dengan Batas Waktu yang Ditetapkan SANGAT BERHASIL 5% 0 100% BERHASIL 5% 0 100% BERHASIL Sasaran 6 : Meningkatnya Efektifitas Pengadaan dan Distribusi Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Persentase KPPS yang Telah Menerima Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara paling lambat 1 hari sebelum Hari Pemungutan Suara Tepat Jumlah dan Kualitas 100 % 99,91 % 99,91 % BERHASIL v

6 Keberhasilan Kinerja KPU tercermin dalam suksesnya penyelenggaraan Pemilu tahun 2014 yang diapresiasi melalui penghargaan dari banyak pihak atas beberapa pencapaian dalam Pemilu 2014, di antaranya: 1. Penghargaan dari Soegang Sarjadi School of Government (SSSG) sebagai The Guardian of Democracy; 2. Penghargaan dari Lembaga Partnership for Governance Reform (Kemitraan) atas kinerja KPU terkait Transparansi dan Akuntabilitas Data Pemilu 2014, penghargaan diberikan atas inovasi KPU mempublikasikan secara online data pemilu yaitu scan hasil penghitungan suara di TPS (Form C1) dan data rekap di tingkat kecamatan, kabupaten/kota serta provinsi melalui website KPU; 3. Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas usulan Lembaga Kemitraan yaitu rekor MURI, rekor Muri untuk kategori Pertama dan Terbanyak. Kategori pertama karena KPU periode 2014 yang pertama melakukan publikasi data-data Pemilu tersebut secara online, dan kategori terbanyak karena KPU berhasil memublikasi lebih dari 1 juta lembar data Pemilu 2014 yang belum pernah dilakukan oleh KPU periode sebelumnya. Terkait transparansi data Pemilu Transparansi dimaksud adalah upaya KPU mengumpulkan dokumen Pemilu terbanyak terkait proses scan dan unggah C1 melalui website KPU; 4. Penghargaan dari Bawaslu atas kerjasamanya dalam Mengawal Demokrasi dan Pengawasan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014; 5. Penghargaan dari Komisi Penyiaran Indonesia bahwa KPU sebagai Mitra Strategis Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2014; 6. Penghargaan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memberikan Apresiasi dan Penghargaan kepada KPU karena telah memasukkan tema Energi, Pangan dan Lingkungan Hidup dalam Debat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun Hasil capaian KPU terhadap pelaksanaan evaluasi akuntabilitas kinerja dan anggaran KPU di Tahun 2014 tidak luput dari kekurangan yang dapat menjadi bahan perbaikan ke depan yang akan dilaksanakan oleh KPU di masa mendatang, antara lain: vi

7 1. Melakukan sosialisasi Pemilu melalui media dan pendidikan Pemilih dilakukan dengan metode/strategi yang lebih variatif ditujukan kepada pemilih pemula, pemilih perempuan, pemilih marginal, pemilih disabilitas dan pemilih keagamaan; 2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk aktif dalam pemutakhiran data pemilih, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak terdaftar dalam DPT; 3. Memberikan pemahaman dan sosialisasi mengenai pentingnya sikap netral dan profesionalisme KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, peserta Pemilu, serta masyarakat pemilih dalam pelaksanaan Pemilu; 4. Melakukan pembenahan terhadap pengelolaan/pencatatan barang persediaan dengan bimbingan teknis dan asistensi/pendampingan penyusunan LK pada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota baik secara langsung maupun dengan bekerjasama dengan BPKP dalam pendampingan LK KPU; 5. Regulasi harus disusun lebih awal karena prosedur yang harus dilalui dengan melibatkan banyak pihak sesuai peraturan perundang-undangan dalam menyusun Peraturan KPU dimana harus melibatkan publik, DPR, Pemerintah serta instansi lain yang terkait; 6. Menciptakan Penyelenggaraan Pemilu yang terbuka (jujur) serta keadilan bagi para peserta Pemilu dalam mendapatkan dan mengelola Dana Kampanye merupakan salah satu faktor penting sehingga pengaturan tentang kewajiban bagi para Peserta Pemilu untuk melaporkan Dana Kampanye sangat diperlukan; 7. Melakukan perubahan tata kelola pengelolaan logistik Pemilu dari segi perencanaan anggaran, percepatan proses-proses pengadaan sesuai ketentuan, pelaksanaan pengiriman logistik yang cepat dan pengelolaan pengepakan yang lebih efektif. vii

8 Daftar Isi Pengantar... ii Ringkasan Eksekutif...iv Daftar Isi...viii Daftar Tabel... ix Daftar Grafik... xi Bab I. Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi... 3 C. Struktur Organisasi... 6 D. Sistematika... 7 Bab II. Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja... 9 A. Sasaran RPJMN B. Rencana Strategis C. Perjanjian Kinerja Tahun Bab III. Akuntabilitas Kinerja A. Pengukuran Capaian Kinerja B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Akuntabilitas Keuangan Bab IV. Penutup Lampiran 1: Penetapan Kinerja Lampiran 1I: Pengukuran Kinerja viii

9 Daftar Tabel Tabel 1 Capaian Kinerja KPU Tahun v Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Terhadap IKU Tahun Tabel 3.2. Tabel 3.3. Skala Kategori Penilaian...19 Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Meningkatnya Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu...19 Tabel 3.4. Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu 2009 dengan Pemilu Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9. Pengukuran Kinerja Terhadap Persentase Partisipasi Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu...21 Pengukuran Kinerja Terhadap Terlindungnya Hak Masyarakat untuk Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu...23 Presentase Penduduk yang Mempunyai Hak untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar Didalam DPT PPWP 2009 dan PPWP Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Terwujudnya KPU sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional Berintegritas dan Akuntable...27 Pengukuran Kinerja Terhadap Persentase Kasus Gugatan Hukum dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU...28 Tabel Jumlah Kasus Hukum Tahun Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Persentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kab/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri...31 Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi KPU...36 Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Opini BPK atas Laporan Keuangan KPU...37 Tabel Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan KPU...37 Tabel Nilai Persediaan yang Tidak Dicatat dalam Laporan Keuangan KPU Tahun Tabel Lima Belas Satker yang Melakukan Kesalahan Pencatatan Akun Gedung dan Bangunan serta KDP...39 Tabel Satker yang Memiliki Perbedaan Realisasi Belanja Modal dengan Penambahan Nilai Aset Gedung dan Bangunan...39 Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Jumlah Peraturan KPU yang Diterbitkan...41 ix

10 Tabel Capaian Kinerja Terhadap Meningkatnya Kepatuhan Peserta Pemilu dalam Penyelenggaraan Pemilu...44 Tabel Daftar Peserta Pemilu dari DPP Partai Politik yang Menyerahkan Laporan Dana Kampanye...46 Tabel Daftar Peserta Pemilu dari Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang Menyerahkan Laporan Dana Kampanye...46 Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Meningkatnya Efektifitas Pengadaan dan Distribusi Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara...47 Tabel Jumlah Badan Penyelenggara untuk Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun Tabel Jumlah Badan Penyelenggara untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Tabel Kekurangan Logistik Pemilu Tahun Tabel Jumlah Satker yang Meminta Kekurangan Logistik Pemilu 2014 Melalui Surat...52 Tabel Jumlah TPS pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD pada Pemilu Tahun Tabel Jumlah TPS pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Tabel Jumlah TPS di Provinsi Papua yang tidak dapat melaksanakan Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun Tabel Jumlah Distrik yang Tidak Dapat Melaksanakan Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun Tabel Jumlah TPS yang Dapat Melaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Tabel Akuntabilitas Keuangan KPU Tahun x

11 Daftar Grafik Grafik 1.1. Jumlah Pegawai Setjen KPU Berdasarkan Tingkat Pendidikan...6 Grafik 1.2. Struktur Organisasi KPU...7 Grafik 3.1. Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu Preside dan Wakil Presiden Tahun 2009 dan 2014 Bedasarkan Klasifikasi Pulau...20 Grafik 3.2. Perbandingan Antar Pulau Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2009 dan Grafik 3.3. Tingkat Partisipasi Pemilih Perempuan pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun Grafik 3.4. Tingkat Partisipasi Pemilih Perempuan pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Grafik 3.5. Presentase Penduduk yang Mempunyai Hak utuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar Didalam DPT...26 Grafik 3.6. Perbandingan Kasus Gugatan dan Sengketa Hukum Tahun Grafik 3.7. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin PNS Dilingkungan KPU antara Tahun 2010 s.d Grafik 3.8. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Ringan Dilingkungan KPU antara Tahun 2010 s.d Grafik 3.9. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Sedang Dilingkungan KPU antara Tahun 2010 s.d Grafik Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Berat Dilingkungan KPU antara Tahun 2010 s.d Grafik Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin di Lingkungan KPU Antar Target pada Renstra KPU Tahun dengan Realisasi Tahun Grafik Perbandingan Jumlah Peraturan yang Diterbitkan Tahun 2012 s.d Grafik Satker yang Mengajukan Kekurangan Surat Suara Pemilu Grafik Jumlah Surat Suara Pemilu Legislatif 2014 dalam Rangka Pemungutan Suara Ulang...59 xi

12 xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN

14 A. Latar Belakang KPU adalah Lembaga Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU bebas dari pengaruh pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Pelaksanaan tugas KPU berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. KPU mempunyai fungsi menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD), Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih Gubernur, Bupati dan Walikota secara demokratis. Pelaksanaan program dan kegiatan KPU dalam rangka pelaksanaan fungsi dan pencapaian kinerja dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga. Sebagai lembaga yang menggunakan anggaran negara dalam pelaksanaan tugas dan kegiatannya serta lembaga yang mengedepankan sistem keterbukaan, transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan, maka berkewajiban membuat LAKIP. LAKIP KPU juga sebagai wujud pertanggungjawaban KPU atas pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta sebagai bahan analisis dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Pembuatan laporan tersebut didasarkan dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kenerja Instansi Pemerintah dan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan setiap entitas pemerintah pusat, daerah, kementerian/lembaga dan bendahara umum negara untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya atas pelaksanaan APBN/APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). LAKIP ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja KPU selama Tahun Anggaran Capaian kinerja (performance results) Tahun 2014 tersebut diperbandingkan dengan PK (performance agreement) Tahun 2014 sebagai tolak ukur dan gambaran tingkat keberhasilan pencapaian kinerja KPU selama 1 tahun. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana target kinerja digunakan sebagai check point yang memberikan hasil guna perbaikan dan peningkatan kinerja. 2

15 B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, berikut adalah Kedudukan, Tugas dan Fungsi dari KPU: 1. Kedudukan Pasal 1 ayat 6 meyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. 2. Tugas Pada Pasal 8 menyebutkan bahwa tugas KPU : a. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi: 1) Merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal; 2) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN; 3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilu setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah; 4) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan Pemilu; 5) Menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi; 6) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 7) Menetapkan peserta Pemilu; 8) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan hasil rekapitulasi penghitungan suara di setiap KPU Provinsi untuk Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Daerah dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 9) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu dan Bawaslu; 10) Menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan mengumumkannya; 11) Menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap partai politik peserta Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; 12) Mengumumkan calon Anggota DPR dan DPD terpilih dan membuat berita acaranya; 13) Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian Bab 1 Pendahuluan 3

16 perlengkapan; 14) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu; 15) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara Anggota KPU Provinsi, Anggota PPLN, Anggota KPPSLN, Sekretaris Jenderal KPU, dan pegawai Sekretariat Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan; 16) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat; 17) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye; 18) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan 19) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden meliputi: 1) Merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal; 2) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN; 3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilu setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah; 4) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan; 5) Menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi; 6) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih; 7) Menetapkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang telah memenuhi persyaratan; 8) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara; 9) Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu dan Bawaslu; 10) Menerbitkan keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan mengumumkannya; 11) Mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih 4

17 dan membuat berita acaranya; 12) Menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan; 13) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu; 14) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota KPU Provinsi, anggota PPLN, anggota KPPSLN, Sekretaris Jenderal KPU, dan pegawai Sekretariat Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; 15) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat; 16) Menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye; 17) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan 18) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, KPU dibantu oleh Sekretariat Jenderal (Setjen) KPU, sedangkan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dibantu oleh Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Setjen KPU dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang bertanggungjawab kepada Ketua KPU. Sesuai dengan Pasal 66 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011, Sekretaris Jenderal KPU bertugas: 1. Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu; 2. Memberikan dukungan teknis administratif; 3. Membantu pelaksanaan tugas KPU dalam menyelenggarakan Pemilu; 4. Membantu perumusan dan penyusunan rancangan peraturan dan keputusan KPU; 5. Memberikan bantuan hukum dan memfasilitasi penyelesaian sengketa Pemilu; 6. Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan pertanggungjawaban KPU; dan 7. Membantu pelaksanaan tugas-tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sesuai Peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Setjen KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kab/Kota, Setjen KPU terdiri dari: Bab 1 Pendahuluan 5

18 1. Biro Perencanaan dan Data; 2. Biro Keuangan; 3. Biro Hukum; 4. Biro Umum; 5. Biro Sumber Daya Manusia; 6. Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat; 7. Biro Logistik; 8. Inspektorat. Seluruh tugas didistribusikan kepada Biro-Biro dan Inspektorat. C. Struktur Organisasi 1. Sumber Daya Manusia KPU didukung oleh 409 orang pegawai dari berbagai keahlian dan latar belakang tingkat pendidikan. Berdasarkan jenjang pendidikan pegawai KPU dapat diklasifikasikan ke dalam 8 (delapan) golongan, antara lain: SD, SMP, SMA, S1, dan S2. Rincian jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Grafik 1.1. Grafik 1.1 Jumlah Pegawai Setjen KPU Berdasarkan Tingkat Pendidikan 6

19 Berdasarkan Grafik 1.1 dapat disimpulkan bahwa pegawai dengan latar belakang pendidikan Sarjana S1 lebih besar yaitu 246 orang dan S2 sebanyak 53 orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas tingkat pendidikan yang dimiliki sumber daya manusia KPU cukup baik sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan kewajiban dan kewenangannya masing-masing yang tercermin dalam struktur organisasi. 2. Struktur Organisasi Struktur Organisasi KPU dapat dilihat pada Grafik 1.2 Grafik 1.2 Struktur Organisasi KPU Ketua KPU Anggota KPU Sekretaris Jenderal Pakar/Ahli Inspektorat Auditor Biro Perencanaan dan Data Biro Keuangan Biro Hukum Biro Umum Biro Sumber Daya Manusia Biro Teknis dan Hupmas Biro Logistik Jabatan Fungsional D. Sistematika Sistematika penulisan LAKIP Setjen KPU adalah sebagai berikut: KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi, serta sistematika penulisan laporan. Bab 1 Pendahuluan 7

20 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dijelaskan mengenai Rencana Strategis, Rencana Kinerja dan PK. Pada BAB ini disampaikan tujuan, sasaran, strategi, program dan kegiatan serta indikator kinerja yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi dan misi Setjen KPU. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya menguraikan secara sitematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. BAB IV PENUTUP Menjelaskan kesimpulan menyeluruh dari keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja Setjen KPU serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan ditahun mendatang. LAMPIRAN : 1. PERJANJIAN KINERJA TAHUN PENGUKURAN KINERJA TAHUN

21 BAB 2 PERENCANAAN dan PERJANJIAN KINERJA

22 A. Sasaran RPJMN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya secara optimal, KPU telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Komisi Pemilihan Umum untuk periode dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Sasaran pembangunan bidang politik dalam negeri adalah meningkatnya kualitas demokrasi yang ditandai dengan angka indeks demokrasi Indonesia rata-rata 73 pada akhir tahun 2014 dan tingkat partisipasi politik rakyat rata-rata 75%. Meningkatnya kualitas demokrasi tersebut dapat dilihat melalui hal-hal berikut : 1. Semakin terjaminnya peningkatan iklim politik kondusif bagi berkembangnya kualitas kebebasan sipil dan hak-hak politik rakyat yang semakin seimbang dengan peningkatan kepatuhan terhadap pranata hukum. Hal ini ditandai dengan peningkatan indeks rata-rata dari 64,3 pada tahun 2010 menjadi 75 pada akhir tahun Meningkatnya akuntabilitas lembaga demokrasi termasuk di dalamnya terwujudnya akuntabilitas peran masyarakat sipil dan organisasi masyarakat sipil, peran parpol, dan peran lembaga legislatif. Lembaga-lembaga demokrasi tersebut diharapkan dapat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan amanat Konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan keinginan dan tuntutan rakyat. Pada akhir tahun 2014, capaian sasaran ini akan ditandai dengan indeks kinerja institusi demokrasi rata-rata 70, naik dari indeks rata-rata sebesar 52,3 pada tahun Terlaksananya Pemilu 2014 yang adil dan demokratis, yang ditunjukkan dengan meningkatnya partisipasi politik rakyat mencapai rata-rata 75 %, dan berkurangnya diskriminasi yang terkait dengan pemenuhan hak untuk memilih dan dipilih. Tingkat partisipasi politik tahun 2009 adalah sebesar 70,99% untuk Pemilu Legislatif dan 72,56% untuk Pemilu Presiden. 4. Meningkatnya peran informasi dan komunikasi, yang ditandai dengan meningkatnya kualitas layanan informasi dan komunikasi pemerintah. Untuk mencapai sasaran pembangunan bidang politik dalam negeri dan komunikasi, ditetapkan prioritas bidang politik adalah pelembagaan demokrasi dengan fokus prioritas: (1) Peningkatan akuntabilitas lembaga demokrasi; (2) Peningkatan iklim kondusif bagi berkembangnya kebebasan sipil dan hak politik rakyat dan berkembangnya demokrasi; dan (3) Peningkatan peran informasi dan komunikasi. 10

23 Berpijak pada sasaran dan fokus prioritas di atas, akan ditempuh arah kebijakan mencakup strategi sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas lembaga-lembaga demokrasi, yang dilakukan melalui: a. Fasilitasi program penguatan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan partai politik; b. Perbaikan peraturan perundangan di bidang politik dan perumusan kebijakan pemerintah; c. Dukungan bagi keberlanjutan peran OMS dalam proses demokratisasi; dan d. Fasilitasi program penyiapan dan penyelenggaraan Pemilu Menjaga dan menciptakan iklim kondusif yang menjamin kebebasan sipil dan penghormatan terhadap hak-hak politik rakyat dan perkembangan demokrasi di Indonesia yang dilakukan melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut: a. Fasilitasi perbaikan dan penyusunan peraturan perundangan bidang politik, dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan fasilitasi pembahasan UU Penanganan Konflik; b. Pelaksanaan pendidikan politik, termasuk di dalamnya pendidikan pemilih, pendidikan politik demokratis, serta pendidikan kewarganegaraan dan pengembangan budaya dan etika politik demokrasi yang berdasarkan empat pilar bangsa; c. Peningkatan peran perempuan melalui pendidikan politik; d. Pengembangan pusat pendidikan politik dan kebangsaan, termasuk di dalamnya pendidikan politik dan pendidikan pemilih, partisipasi politik rakyat, dan pusat pendidikan kebangsaan sebagai wadah pembelajaran dan dihasilkannya metode dan pendekatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berdemokrasi serta berbangsa; e. Pengembangan kerja sama dengan organisasi masyarakat sipil untuk melaksanakan pendidikan politik, pendidikan pemilih dan pendidikan kewarganegaraan dan melaksanakan diskusi untuk memberikan masukan perumusan kebijakan publik; dan f. Penguatan dan pelembagaan forum dialog masyarakat dalam mendukung proses demokratisasi dan penyelesaian konflik. 3. Fasilitasi penyusunan mekanisme penyusunan kebijakan publik dan meningkatkan peran informasi dan komunikasi yang dilakukan melalui: a. Pengelolaan, penyebaran, dan pemerataan informasi publik; b. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kemitraan dalam penyebaran informasi publik; dan c. Penyediaan dan peningkatan SDM bidang informasi dan komunikasi. Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 11

24 B. Rencana Strategis Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya secara optimal, KPU telah menerbitkan Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis (Renstra) KPU untuk periode dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Visi dan Misi Dalam Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis KPU Tahun , KPU memiliki visi yang menunjukkan jati diri dan fungsi KPU dalam menyelenggarakan Pemilu, yaitu: Terwujudnya KPU sebagai Penyelenggara Pemilu yang memiliki integritas, profesional, mandiri transparan dan akuntabel demi terciptanya demokrasi di Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pernyataan visi tersebut terdapat beberapa kata kunci sebagai dasar dalam Penyelenggaraan Pemilu yaitu: Integritas, Profesional, Mandiri, Transparan dan Akuntabel. Pemahaman atas makna kata-kata kunci tersebut akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Visi KPU. Makna ringkas dari masing-masing kata kunci tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemilu yang Berintegritas: penyelenggaraan Pemilu yang berdasarkan kejujuran dan etika yang konsisten dan tanpa kompromi dalam Penyelenggaraan Pemilu, sehingga meningkatkan kepercayaan dan kewibawaan; b. Pemilu yang Profesional: penyelenggaraan Pemilu yang berdasarkan kompetensi, keterampilan dan komitmen pada kualitas yang memungkinkan adanya unjuk kerja yang maksimal dalam Penyelenggaraan Pemilu; c. Pemilu yang Mandiri: penyelenggaraan Pemilu yang bebas dari pengaruh pihak manapun; d. Pemilu yang Transparan: penyelenggaraan Pemilu dengan keterbukaan dan kejelasan dalam segala aspek penyelenggaraannya; e. Pemilu yang Akuntabel: penyelenggaraan Pemilu yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam segala kebijakan atau keputusan yang diambil dan prosesnya serta penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Pernyataan visi di atas telah memberikan gambaran yang tegas mengenai komitmen KPU yang memperjuangkan kepentingan nasional khususnya dalam tugas pokok dan fungsinya (core competency) yaitu Penyelenggaraan Pemilu dan Pelaksanaan Demokrasi. 12

25 Disamping itu relevansi Visi KPU dengan Visi Nasional yang tertuang dalam RPJMN tahap ke-2 ( ) menyiratkan akan arti pentingnya Penyelenggaraan Pemilu yang memiliki Integritas, Profesional, Mandiri, Akuntabel dan Pelaksaan Demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk menjabarkan visi tersebut di atas, maka KPU telah menyusun Misi. Adapun Misi KPU adalah sebagai berikut: a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilu; b. Menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab; c. Meningkatkan kualitas Penyelenggaraan Pemilu yang bersih, efisien dan efektif; d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilu secara adil dan setara serta menegakkan peraturan Pemilu secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilu demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Selanjutnya dalam rangka mencapai Visi dan pelaksanaan Misi tersebut dirumuskan kedalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan (goals) organisasi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi yang akan dilaksanakan atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan ini maka KPU dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi Visi dan pelaksanaan Misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Tujuan disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu. Adapun tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelaksana Pemilu; b. Meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban politik rakyat dalam Pemilu; c. Melaksanakan Undang-Undang di bidang politik secara murni dan konsekwen; d. Meningkatkan kesadaran rakyat yang tinggi tentang Pemilu yang demokratis; e. Melaksanakan Pemilu secara LUBER dan JURDIL. Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 13

26 Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai tersebut maka dalam pelaksanaannya dijabarkan ke dalam sasaran yang lebih spesifik dan terukur, sehingga dapat menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan. Kebijakan, Program serta Kegiatan tersebut akan dituangkan dan dijabarkan dalam suatu Rencana Kinerja (Performance Plan). Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan tiap tahunnya. Untuk meningkatkan akselerasi pencapaian kinerja yang merujuk visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, KPU telah menetapkan 5 (Lima) sasaran kinerja yaitu: a. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi rakyat yang tinggi tentang Pemilu yang demokratis; b. Terjaminnya pemilih dalam menggunakan hak pilihnya secara bebas dan tertib; c. Terjaminnya perlakuan yang adil dan setara bagi peserta Pemilu, Calon Anggota Legislatif, Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden serta pejabat-pejabat publik lain sesuai undang - undang; d. Terwujudnya organisasi pelaksana Pemilu yang memiliki sistem administrasi efisien, efektif dan memenuhi standar kerja professional di seluruh tingkatan yang didukung dengan sistem komunikasi dan teknologi informasi yang menjangkau KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan e. Tersedianya peta logistik Pemilu dan Pilkada yang memadai. Di dalam pelaksanaannya, Sasaran Strategis sempat mengalami perubahan berdasarkan rekomendasi Kementerian PAN dan RB sehingga diperbaiki dalam PK menjadi sebagai berikut : a. Meningkatnya Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu; b. Terlindunginya Hak Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu; c. Terwujudnya KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu Yang Professional, Berintegritas dan Akuntabel; dan d. Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal Dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi KPU. 14

27 Adapun IKU KPU adalah sebagai berikut : a. Persentase Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilukada; b. Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilukada; c. Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT; d. Persentase Kasus Gugatan Hukum dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu dan Pemilukada yang Dapat Dimenangkan KPU; dan e. Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU. C. Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Dalam rangka melaksanakan Renstra dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014, pada tanggal 27 Maret 2014 KPU menetapkan PK selaku tekad dan janji rencana kinerja yang akan dicapai pada Tahun 2014 yang dijabarkan pada tabel berikut: 1. Meningkatnya partisipasi Pemilih dalam Pemilu; Sasaran ini telah ditetapkan dalam RPJMN Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan legalitas Pemilu yang demokratis. Sasaran ini dicapai melalui berbagai progam dan kegiatan. Target sasaran dari kegiatan tersebut adalah: No. Indikator Kinerja Target 1. Persentase Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu 75% 2. Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu 70 % 2. Terlindunginya Hak Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu; Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong pemilih menggunakan hak pilihnya secara bebas dan tertib. No. Indikator Kinerja Target 1. Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar Di Dalam DPT 2% 3. Terwujudnya KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional, Berintegritas Dan Akuntabel; Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong penyelenggara Pemilu bersikap terbuka, komunikatif, dan kerjasama sehingga menambah bobot transparansi proses penyelenggaraan pemilu. Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 15

28 No. Indikator Kinerja Target Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU Presentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri 85% 10 % 4. Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal Dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi KPU. Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong efisiensi dan efektifitas profesionalisme sumber daya manusia dalam pelaksanaan tugas dan fungsi KPU. No. Indikator Kinerja Target 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU WTP 2. Jumlah Peraturan KPU yang Diterbitkan Meningkatnya Kepatuhan Peserta Pemilu dalam penyelenggaraan Pemilu; Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong pemilih menggunakan hak pilihnya secara bebas dan tertib. No. Indikator Kinerja Target Persentase Peserta Pemilu yang Tidak menyampaikan Laporan Dana Awal Kampanye dan Rekening Khusus Dana Kampanye Sampai Dengan Batas Waktu yang Ditetapkan Persentase Peserta Pemilu yang Tidak Menyampaikan Laporan Dana Kampanye Sampai Dengan Batas Waktu yang Ditetapkan 5% 5 % 6. Meningkatnya Efektifitas Pengadaan dan Distribusi Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara; Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong pemilih menggunakan hak pilihnya secara bebas dan tertib. No. Indikator Kinerja Target 1. Persentase KPPS yang Telah Menerima Perlengkapan Pemungutan dan Penghitungan Suara paling lambat 1 hari sebelum Hari Pemungutan Suara Tepat Jumlah dan Kualitas 100% 16

29 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA

30 A. Pengukuran Capaian Kinerja Kinerja KPU Tahun 2014, pada hakekatnya merupakan suatu bagian dari proses atau kegiatan untuk mencapai sasaran Renstra Dengan demikian, pencapaian kinerja per-satuan kegiatan di tahun 2014 merupakan bagian dari pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra. Untuk keperluan penilaian akuntabilitas kinerja, maka dilakukan pengklasifikasian satuan-satuan kinerja yang telah dilaksanakan ke elemen-elemen sasaran Renstra. Dengan cara ini, maka penilaian satuansatuan kinerja akan dapat mencerminkan kinerja KPU secara menyeluruh. KPU menetapkan 5 (lima) indikator kinerja utama sebagai tolak ukur keberhasilan kinerja KPU pada tahun 2014 melalui target-target dalam Perjanjian Kinerja (PK), indikator kinerja utama tersebut kemudian diukur dan dibandingkan antara target dengan realisasinya, sehingga menghasilkan capaian kinerja sebagaimana Tabel 3.1. Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja terhadap IKU Tahun 2014 No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) 1. Persentase Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilukada 75% 73,21% 97,61% 2. Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilukada 3. Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT 4. Persentase Kasus Gugatan Hukum dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu dan Pemilukada yang Dapat Dimenangkan KPU 70% 75,73% 108,19% 2 % 0,3% 170% 85% 99,71% 116% 5. Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU WTP WDP WDP Rata-rata capaian kinerja keseluruhan KPU pada Tahun 2014 sebesar 127,71 %, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa KPU dikategorikan sangat berhasil dalam menempuh 6 (enam) sasaran strategis dalam kesepuluh indikator kinerja. Adapun kesimpulan berhasil tersebut, diperoleh dari skala ordinal dengan kelompok/ klasifikasi ukuran capaian kinerja seperti yang terlihat dalam Table

31 Tabel 3.2. Skala Kategori Penilaian No. Rentang Nilai Kategori 1 > 100 Sangat Berhasil Berhasil Cukup Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil Keterangan Kegiatan yang dilaksanakan telah melampaui target indikator kinerja Kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai target indikator kinerja Kegiatan yang dilaksanakan telah mendekati target indikator kinerja Kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan target indikator kinerja Kegiatan yang dilaksanakan sangat tidak sesuai dengan target indikator kinerja B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja KPU secara umum dapat mencapai target kinerja sebagaimana telah ditetapkan pada tahun Analisis dan evaluasi capaian kinerja KPU pada tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut. Sasaran 1 Meningkatnya Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu Sasaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan legalitas Pemilu yang demokratis. Sasaran ini dicapai melalui berbagai progam dan kegiatan. Adapun Capaian indikator kinerja sasaran tersebut di atas selama Tahun 2014, adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Pengukuran Kinerja terhadap Sasaran Meningkatnya Partisipasi Pemilih dalam Pemilu INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Persentase Pemilih yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu 75% 73,21 97,61 Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu 70 % 75,73 108,19 Apabila didasarkan pada target nasional terhadap partisipasi pemilih dalam pemilu yakni rata-rata sebesar 75 %, persentase partisipasi masyarakat yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014 sebagaimana tercantum pada Tabel 3.3 di atas belum dapat Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 19

32 mencapai target, hanya mencapai angka 73,21 %. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa angka tersebut merupakan angka rata-rata Partisipasi masyarakat pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Adapun angka partisipasi masyarakat pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD mencapai angka 75,11 % yang berarti telah melampaui target 75 %, sedangkan untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, partisipasi masyarakat mencapai angka 71,31 %. Angka-angka tersebut didasarkan pada hasil Rekapitulasi penghitungan perolehan suara tingkat nasional yang tertuang dalam formulir Model DD-1 DPR dan Model DD-1 DPD (untuk Pemilu DPR, DPD dan DPRD) serta formulir Model DD-1 PPWP (untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden). Adapun perbandingan dengan Pemilu sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014 Tahun Target Realisasi % 71% % 73,21% Secara rinci, partisipasi masyarakat dalam Pemilu Angota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 menunjukkan peningkatan dari Pemilu 2009 ke Pemilu Peningkatan tersebut tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia, sebagaimana tersaji pada Grafik 3.1. Walaupun belum mencapai target nasional tahun 2014, hasil kinerja tahun 2014 diketahui lebih tinggi dari tahun 2009, sesuai dengan yang dijelaskan pada tabel tersebut di atas. Hal ini dikarenakan KPU pada tahun 2014 telah menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pembentukan relawan demokrasi di KPU kabupaten/kota seluruh Indonesia 2. Penggunaan media massa dengan strategi iklan yang lebih variatif dan efektif Grafik

33 Berbeda dengan Pemilu DPR, DPD dan DPRD, pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, secara keseluruhan menunjukkan penurunan yang tidak signifikan. Peningkatan partisipasi masyarakat hanya terjadi di pulau Jawa, tetapi mengalami penurunan pada pulau-pulau lainnya, sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.2. Grafik 3.2. Sedangkan untuk pencapaian Persentase Pemilih Perempuan yang Menggunakan Hak Pilihnya dalam Pemilu, yang juga merupakan angka rata-rata Pemilu DPR, DPD dan DPRD dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menunjukkan kenaikan yang signifikan dari pencapaian tahun sebelumnya seperti diperlihatkan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Pengukuran Kinerja Terhadap Persentase Pemilih Perempuan Yang Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Tahun Target Realisasi % 72% % 75,73% Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa KPU selalu melampaui target partisipasi pemilih perempuan pada tahun 2009 dan Hal ini disebabkan partisipasi aktif KPU dalam sosialisasi kepada pemilih perempuan melalui pelatihan-pelatihan inovatif dan jumlah calon legislatif dari kaum perempuan dengan jumlah minimal 30% dari total calon legislatif. Sebaran partisipasi pemilih perempuan pada Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 di Papua dan Maluku paling tinggi tingkat partisipasinya sebagaimana disajikan pada Grafik 3.3. Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 21

34 Grafik 3.3. Tingkat partisipasi pemilih perempuan pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Pulau Jawa paling tinggi tingkat partisipasinya dibandingkan dengan kepulauan lain seperti yang terlihat pada Grafik 3.4. Grafik 3.4. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih perempuan dalam menggunakan hak pilih dalam Pemilu dapat terukur dari rata-rata partisipasi pemilih perempuan dalam Pemilu 2014 yang didapat dari data formulir model Model DD-1 DPR dan Model DD-1 DPD (untuk Pemilu DPR, DPD dan DPRD) serta formulir Model DD-1 PPWP (untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden). 22

35 Pada Pemilu 2014, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam meningkatkan partisipasi pemilih yang menyebabkan realisasi angka partisipasi pemilih rata-rata Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden belum dapat mencapai target 75 %, antara lain sebagai berikut: 1. Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara terhadap pemilih masih belum optimal; 2. Perilaku pemilih. Kecenderungan masih rendahnya keterlibatan warga masyarakat dalam komunitas pegiat Pemilu, masih kurangnya informasi dan wawasan terhadap proses pemilu (literasi politik), merupakan kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan partisipasi pemilih. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pemilih, KPU telah mengambil sejumlah langkah strategis dan penting, antara lain: 1. Sosialisasi melalui media dilakukan dengan metode/strategi yang lebih variatif; 2. Pembentukan Relawan Demokrasi di KPU Kabupaten/Kota seluruh Indonesia; 3. Mobilisasi sosial yang disesuaikan dengan unsur kearifan lokal; 4. Kerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Kemasyarakatan, Komunitas, dan media massa; 5. Kerja sama dengan perangkat aparatur negara dari level atas hingga level bawah; 6. Pendidikan pemilih di kampus dan sekolah untuk membentuk agen sosialisasi; dan 7. Kerja sama peningkatan partisipasi masyarakat dengan 5 (lima) kelompok (segmen) masyarakat, yaitu pemilih pemula, pemilih perempuan, pemilih marginal, pemilih disabilitas dan pemilih keagamaan. Sasaran 2 Terlindunginya Hak Masyarakat untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Sasaran ini dimaksudkan untuk mendorong pemilih menggunakan hak pilihnya secara bebas dan tertib. Capaian target indikator kinerja sasaran adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Pengukuran Kinerja Terhadap Terlindunginya Hak Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar Di Dalam DPT 2 % 0,3 % 170% Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 23

36 Berdasarkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 jumlah penduduk yang mempunyai hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar dalam DPT diambil dari pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP berdasarkan putusan MK Nomor 102/PUU-VII/2009 sebesar dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) berdasarkan Keputusan KPU Nomor 356/Kpts/KPU/TAHUN 2009 sejumlah untuk pemilih dalam Negeri jadi untuk persentase penduduk yang mempunyai hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar dalam DPT sebesar 0,46% sedangkan untuk Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 belum ada keputusan pemilih yang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap tidak dapat menggunakan hak suaranya karena keputusan menggunakan KTP belum diterbitkan. Pemilu 2009 pendaftaran pemilih tidak dimulai dari pendataan penduduk, namun data pemilih disusun berdasar Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) dari Pemerintah/Pemda. DP4 dijadikan dasar bagi KPU Kab/Kota, dibantu Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP), untuk melakukan pemutakhiran data pemilih. Hasil pemutakhiran DP4 dijadikan dasar untuk menyusun Daftar Pemilih Sementara (DPS), kemudian DPS diumumkan untuk mendapat tanggapan dan masukan, dan berdasarkan tanggapan dan masukan tersebut disusun Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP), kemudian DPSHP diumumkan untuk mendapatkan tanggapan dan masukan kembali, hasil DPSHP akhir kemudian dijadikan dasar untuk menyusun DPT. Dalam hal Pemilu Tahun 2014 diatur dalam peraturan KPU Nomor 09 Tahun 2013 dan Tahun 2014 tentang penyusunan daftar pemilih telah diatur dimana pemilih yang belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dapat menggunakan hak suaranya masuk kedalam Kategori Daftar Pemilih Khusus (DPK) dan apabila Pemilih yang belum terdaftar dalam DPT atau DPK dapat menggunakan hak suaranya pada saat pemungutan suara dengan menunjukan KTP sesuai dengan Domisili Pemilih atau disebut dengan DPKTb (Daftar Pemilih Khusus Tambahan). Untuk mengetahui kepastian jumlah penduduk yang mempunyai hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar di Dalam DPT adalah dengan membandingkan antara Daftar Pemilih Khusus (DPK) yang telah ditetapkan dimasingmasing KPU Provinsi dengan Daftar Pemilih Tetap yang telah ditetapkan oleh KPU RI baik Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun Dapat diinformasikan bahwa jumlah Daftar Pemilih Khusus (DPK) pada Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 sejumlah dari jumlah DPT yang telah ditetapkan pada tanggal 28 Maret 2014 sebesar untuk pemilih dalam negeri jadi untuk persentase untuk pemilih tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap untuk Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 sebesar 0.49%. Sedangkan untuk jumlah Daftar Pemilih Khusus (DPK) pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 sejumlah dari jumlah DPT yang telah ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2014 sebesar untuk pemilih dalam negeri jadi untuk persentase pemilih tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap untuk Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 sebesar 0.13%. Sedangkan Persentase Penduduk yang mempunyai hak memilih tetapi tidak terdaftar dalam DPT dalam Pemilu Tahun 2014 sebesar (0,49%+0,13%)/2 = 0,3%. 24

37 Berikut Hasil persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT Pemilu Tahun 2009 dan Pemilu Tahun 2014 menurut sebaran pulau seperti yang terlihat dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7. Persentase Penduduk Yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT PPWP 2009 dan PPWP 2014 NO PROVINSI PPWP_2009 PPWP_ ACEH 0,29% 0,13% 2 SUMATERA UTARA 0,47% 0,13% 3 SUMATERA BARAT 0,60% 0,09% 4 RIAU 0,73% 0,14% 5 KEPULAUAN RIAU 1,04% 0,54% 6 JAMBI 0,32% 0,12% 7 SUMATERA SELATAN 0,33% 0,07% 8 BENGKULU 0,25% 0,13% 9 LAMPUNG 0,19% 0,18% 10 BANGKA BELITUNG 0,39% 0,20% 11 DKI JAKARTA 1,06% 0,29% 12 JAWA BARAT 0,54% 0,16% 13 JAWA TENGAH 0,23% 0,05% 14 D.I.YOGYAKARTA 0,41% 0,06% 15 JAWA TIMUR 0,32% 0,04% 16 BANTEN 0,72% 0,20% 17 BALI 0,48% 0,05% 18 NUSA TENGGARA BARAT 0,38% 0,26% 19 NUSA TENGGARA TIMUR 0,55% 0,20% 20 KALIMANTAN BARAT 0,35% 0,09% 21 KALIMANTAN TENGAH 0,53% 0,29% 22 KALIMANTAN SELATAN 0,32% 0,27% 23 KALIMANTAN TIMUR 0,81% 0,21% Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 25

38 Tabel 3.7. Lanjutan NO PROVINSI PPWP_2009 PPWP_ SULAWESI UTARA 0,52% 0,22% 25 SULAWESI TENGAH 0,77% 0,26% 26 SULAWESI SELATAN 0,72% 0,10% 27 SULAWESI BARAT 0,42% 0,21% 28 SULAWESI TENGGARA 0,49% 0,09% 29 GORONTALO 0,59% 0,07% 30 MALUKU 0,21% 0,20% 31 MALUKU UTARA 0,38% 0,22% 32 PAPUA 0,48% 0,04% 33 PAPUA BARAT 0,42% 0,04% Tabel 3.7 dan Grafik 3.5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk yang mempunyai hak untuk memilih tetapi tidak terdaftar dalam DPT. Hal ini disebabkan oleh aktifnya proses pemutahiran data yang dibantu dengan sistem online pemutahiran daftar pemilih atau SIDALIH. Sistem ini membuka peluang bagi masyarakat untuk melakukan pengecekan langsung melalui situs resmi KPU. Rata-rata pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT berkisar 0.2% dari tiap-tiap provinsi. Prosentase tertinggi Pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT terdapat di Provinsi Kepulauan Riau dan yang terendah di Provinsi Jawa Timur, Papua dan Papua Barat. Dan tingkat penurunan terbesar dari Pemilu 2009 dibanding dengan Pemilu 2014 dalam hal pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT adalah Provinsi DKI Jakarta dengan tingkat penurunan sebesar 0.77%. Grafik 3.5. Persentase Penduduk yang Mempunyai Hak Untuk Memilih Tetapi Tidak Terdaftar di Dalam DPT 26

39 Selain hal itu, masyarakat dapat mengecek secara online melalui website dengan alamat atau apakah sudah terdaftar dalam DPS, DPSHP, DPT atau DPK dengan cara memasukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau dengan memilih Provinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan, Kelurahan/Desa sampai tingkat TPS. Sasaran 3 Terwujudnya KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional, Berintegritas Dan Akuntabel Pencapaian sasaran tersebut, dapat diindikasikan oleh capaian indikator kinerja dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Terwujudnya KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional, Berintegritas Dan Akuntabel INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU 85% 99,71% 116% Presentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri 10 % 0.38 % 196% Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 27

40 Pembahasan terhadap indikator Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU dimaksudkan agar tercipta advokasi hukum yang tepat sasaran serta mekanisme penyelesaian hukum yang terpadu. Sehubungan dengan dilaksanakannya penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di tahun 2014, potensi gugatan hukum terhadap KPU, semakin meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan adanya perubahan sistem pemilu menjadi proporsional dengan daftar calon terbuka yang penentuan calon terpilihnya dari suara terbanyak, maka potensi setiap Calon Anggota DPR, DPD dan DPRD untuk mengajukan gugatan semakin terbuka, sehingga dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang baik untuk menghadapi gugatan tersebut. Selain penanganan sengketa pemilu dan perselisihan hasil pemilu, KPU juga dihadapkan kepada kasus non tahapan diantaranya terhadap obyek sengketa Keputusan KPU tentang pengangkatan Anggota KIP Kabupaten/Kota di Aceh, pembukaan kotak suara di Provinsi DKI Jakarta, perubahan nomor urut dalam surat suara Anggota DPR di Dapil Jawa Timur IX, pembangunan kantor KPU Provinsi Sumatera Barat dan PAW Anggota DPR. Tabel 3.9. Pengukuran Kinerja terhadap Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu Yang Dapat Dimenangkan KPU INDIKATOR KINERJA Persentase Kasus Gugatan Hukum Dan Sengketa Hukum Berkaitan Dengan Pemilu yang Dapat Dimenangkan KPU KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) 85% 98,9% 116.4% Selain banyaknya potensi kasus gugatan hukum dalam tahapan pemilu dan non tahapan, KPU juga dihadapkan pada tidak hanya satu lembaga yang berwenang menyelesaikan kasus sengketa khususnya dalam tahapan pemilu yang diberikan kewenangan oleh undang-undang kepada lembaga-lembaga tersebut. Adapun lembaga yang berwenang menyelesaikan kasus sengketa Pemilu, yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Negeri, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi serta Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu yang bertugas untuk menegakkan kode etik Penyelenggara Pemilu. Pencapaian dari Indikator kinerja persentase kasus gugatan hukum dan sengketa hukum terkait dengan pemilu yang dimenangkan KPU yaitu sebesar 116.4% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 85% (Tabel 3.9). Dari total jumlah perkara sebanyak 931 kasus yang dihadapi selama tahun 2014, KPU dapat memenangkan kasus sebanyak 921 perkara dengan persentase sebesar 98.9%. Jumlah kasus yang dimenangkan di PTUN sebanyak 14 perkara dari total 16 perkara, dengan persentase sebesar 88%. Sedangkan di Pengadilan Negeri KPU dapat memenangkan 4 perkara dari total 11 perkara, dengan persentase sebesar 36%. Untuk perkara perselisihan hasil Pemilu Legislatif di Mahkamah Konstitusi, KPU dapat memenangkan semua perkara yang totalnya mencapai 903 perkara, dengan persentase 100%. Sedangkan untuk perkara perselisihan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Mahkamah Konstitusi, KPU dapat memenangkan perkara tersebut, dengan persentase 100%. 28

41 Selama tahun 2014 sengketa pemilu yang telah diselesaikan sebanyak 931 perkara dengan 921 putusan menang. Data lebih lanjut dapat digambarkan melalui Tabel Tabel Jumlah Kasus Hukum Tahun 2014 NO. TEMPAT PERKARA JUMLAH PERKARA PUTUSAN MENANG PRESENTASE KEMENANGAN KPU 1. PTUN % 2. Pengadilan Negeri % 3. Mahkamah Konstitusi (Pileg) % 4. Mahkamah Konstitusi (Pilpres) % Total % Adapun persentase kasus gugatan dan sengketa hukum yang dimenangkan oleh KPU mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam Grafik 3.6. Grafik 3.6. Perbandingan Kasus Gugatan dan Sengketa Hukum Tahun Tingginya potensi gugatan untuk kegiatan tahapan dan non tahapan tersebut serta lembaga peradilan yang harus dihadapi oleh KPU membuat banyaknya gugatan dan sengketa hukum yang muncul, sehingga dalam pelaksanaanya KPU menghadapi beberapa kendala antara lain : Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 29

42 1. Anggaran yang minim untuk penggandaan alat bukti penyelesaian sengketa PHPU Legislatif dan PHPU Presiden dan Wakil Presiden bagi KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota serta perjalanan dinas untuk hadir di persidangan Mahkamah Konstitusi yang membutuhkan waktu lebih dari 5 hari. 2. Penyampaian informasi yang kurang optimal dan sarana teknologi informasi yang kurang memadai dikarenakan data permohonan pemohon yang banyak jumlahnya dan harus disampaikan kepada KPU Provinsi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat mempengaruhi waktu bagi penyediaan alat bukti dan jawaban termohon (KPU) dalam PHPU Legislatif dan PHPU Presiden dan Wakil Presiden. 3. Tempat penyimpanan alat bukti yang kurang luas di home base, sehingga cukup menyulitkan pengaturan distribusi alat bukti ke Mahkamah Konstitusi dalam PHPU Legislatif dan PHPU Presiden dan Wakil Presiden. 4. Anggaran untuk jasa pengacara dalam penyelesaian sengketa non tahapan tidak ada, sehingga Biro Hukum harus menangani sendiri perkara tersebut dan menjadi kuasa hukum di pengadilan. Kendala yang dialami sebagaimana dimaksud diatas harus dapat diatasi dengan baik. Untuk itu KPU telah menyiapkan serta melaksanakan program serta langkah-langkah dalam rangka mengantisipasi gugatan dan sengketa hukum yang dihadapi, sehingga sasaran terwujudnya KPU sebagai penyelenggara pemilu yang profesional, berintegritas dan akuntabel dapat tercapai. Hasil pencapaian terhadap indikator kinerja diatas tentunya dihasilkan dari upaya-upaya yang telah dilakukan guna mewujudkan KPU Sebagai Penyelenggara Pemilu yang Profesional, Berintegritas dan Akuntabel. Adapun upaya yang dilakukan yakni: 1. Memetakan potensi sengketa hukum yang mungkin timbul dalam Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2. Membuat standar operasional prosedur dalam penyelesaian sengketa PHPU Legislatif dan PHPU Presiden dan Wakil Preisden di Mahkamah Konstitusi, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara agar dapat menyelesaikan sengketa dengan efektif dan efisien. 3. Berkoordinasi dengan KPU Provinsi/Kabupaten/Kota dan biro terkait dalam rangka penyiapan alat bukti sebagai bahan pembelaan di pengadilan. 4. Bimbingan teknis dalam penyelesaian sengketa perselisihan hasil pemilu yang terstruktur dan terarah kepada KPU Provinsi agar mendapat persepsi yang sama dalam penanganan sengketa hukum. 5. Melakukan klarifikasi penyelesaian masalah sengketa di KPU Provinsi dalam hal sengketa hukum non tahapan. 6. Pengadaan jasa pengacara untuk menjadi kuasa hukum KPU di Mahkamah Konstitusi agar manajemen pengelolaan sengketa dan beracara dapat terlaksana dengan baik. 7. Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memastikan putusan tersebut sudah dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. 8. Menetapkan home base untuk mengkoordinir penyelesaian sengketa yang melibatkan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. 30

43 9. Membentuk kelompok kerja (pokja) Asistensi penyelesaian sengketa PHPU Legislatif dan PHPU Presiden dan Wakil Presiden yang anggotanya terdiri atas biro hukum, biro terkait lainnya, kantor pos, serta tenaga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri. Adapun tujuan dari pokja tersebut adalah untuk memfasilitasi penyelesaian penanganan sengketa sehingga koordinasi antara pengacara dengan KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dapat terjalin dengan baik dan dapat menyiapkan bahan pembelaan dengan tepat waktu. Kendala yang dihadapi pada akhirnya dapat teratasi dengan baik melalui konsistensi pelaksanaan kegiatan dan upaya yang tepat untuk menghadapi gugatan dan sengketa hukum dimaksud. Rekomendasi ke depan untuk mengurangi jumlah gugatan hukum dan sengketa Pemilu adalah melalui peningkatan kualitas peraturan KPU yang dapat dilakukan melalui ketepatan waktu penetapan peraturan dan memingkatnya uji publik serta sosialisasi terhadap setisp draf peraturan KPU. Tabel Pengukuran Kinerja terhadap Persentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Persentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang Melanggar Disiplin Pegawai Negeri 10 % 0.38 % 196 % Pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan KPU melalui kegiatan Penegakan Kode Etik dan Disiplin PNS (Pemeriksaan dan Penyidikan PNS) telah berjalan dengan baik, meskipun masih perlu terus dikembangkan secara bertahap. Kinerja sumber daya manusia aparatur di lingkungan KPU semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari dari rendahnya capaian persentase pelanggaran disiplin pegawai negeri yang dikenai sanksi dari target 10 % tercapai 0.38% (Tabel 3.11). Berdasarkan data yang masuk ke Biro Sumber Daya Manusia, semua pegawai negeri yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin PNS di Tahun 2014, telah dikenai hukuman disiplin. Jumlah PNS di lingkungan Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota pada Tahun 2014 sebanyak orang, yang terdiri dari Pegawai Organik KPU sebanyak orang dan Pegawai yang Dipekerjakan (Pegawai DPK) sebanyak orang. Total PNS KPU yang melakukan pelanggaran disiplin PNS di Tahun 2014 sebanyak 39 orang, equivalen dengan 0.38 % dari jumlah total PNS KPU. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Sedangkan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS. Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Tingkat dan hukuman disiplin menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 terdiri dari : Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 31

44 1. Hukuman disiplin ringan, terdiri dari : a) Teguran lisan; b) Teguran tertulis; c) Pernyataan tidak puas secara tertulis; 2. Hukuman disiplin sedang, terdiri dari : a) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; b) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; c) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun; 3. Hukuman disiplin berat, terdiri dari : a) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c) pembebasan dari jabatan; d) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; e) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Grafik 3.7. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin PNS di Lingkungan KPU Antara Tahun 2010 s.d 2014 Terjadi peningkatan jumlah pegawai negeri yang dikenai hukuman disiplin dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hukuman disiplin berat terbanyak terjadi pada Tahun Jika dilihat dalam Grafik 3.7 jumlah hukuman ringan lebih banyak dibandingkan dengan hukuman disiplin berat. Hal ini terjadi seiring meningkatnya pemahaman para pejabat terhadap prosedur penindakan hukuman disiplin yang diatur dalam PP Nomor 53 Tahun Dari 39 orang pegawai negeri yang melanggar kode etik dan disiplin PNS di Tahun 2014, terdapat 32 orang yang mendapat hukuman disiplin ringan. Sebanyak 2 orang mendapat hukuman disiplin sedang dan 5 orang mendapat hukuman disiplin berat. 32

45 Grafik 3.8 menunjukkan bahwa, jumlah pelanggaran disiplin PNS di Tahun 2014 melonjak jika dibandingkan dengan jumlah pelanggaran disiplin PNS di Tahun 2013, dari 10 orang pegawai yang melanggar kode etik dan disiplin PNS, terdapat 10 orang yang mendapat hukuman disiplin ringan dan tidak ada yang mendapat hukuman disiplin sedang maupun hukuman disiplin berat. Pelanggaran disiplin PNS di Tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan pelanggaran disiplin PNS Tahun Dari 4 orang pegawai negeri yang melanggar kode etik dan disiplin PNS di Tahun 2012, terdapat 1 orang yang mendapat hukuman disiplin ringan dan 3 orang mendapat hukuman disiplin berat. Pada Tahun 2011, tidak ada pegawai negeri yang mendapat hukuman disiplin, sedangkan di Tahun 2010, ada 1 orang pegawai negeri yang dikenai hukuman disiplin. Grafik 3.8. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Ringan di Lingkungan KPU Antara Tahun 2010 s.d 2014 Pada Tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah pegawai negeri yang dikenai hukuman disiplin ringan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama Tahun Hukuman disiplin ringan pada umumnya dijatuhkan karena pegawai negeri tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama lebih dari 5 hari kerja. Selain itu, hukuman disiplin ringan dijatuhkan karena pegawai negeri terbukti melakukan pelanggaran terkait laporan keuangan hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pelanggaran disiplin ringan karena tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah, pada umumnya dikarenakan jarak yang cukup jauh antara kantor dengan tempat tinggal atau keluarga. Ada juga beberapa pegawai negeri yang berbeda Kabupaten/Kota atau Provinsi antara kantor dengan keluarganya. Dari hasil pemeriksaan dan penyidikan PNS, telah dilakukan pemindahan (mutasi) pegawai negeri ke satker yang lebih dekat dengan tempat tinggal atau keluarganya. Beberapa pegawai negeri yang lain juga telah dipanggil dan mendapat pembinaan dari para atasannya. Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 33

46 Grafik 3.9. Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Sedang di Lingkungan KPU Antara Tahun 2010 s.d 2014 Grafik 3.9 menunjukkam, terjadi peningkatan hukuman disiplin sedang di Tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang tidak pernah ada penegakan hukuman disiplin sedang. Di Tahun 2014, ada 1 orang yang mendapat hukuman disiplin sedang dari Sekretariat Jenderal KPU dan 1 orang dari Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Hukuman disiplin yang diberikan berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun. Grafik 3.10 Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin Berat di Lingkungan KPU Antara Tahun 2010 s.d 2014 Grafik 3.10 memperlijatkan, bahwa terjadi peningkatan jumlah hukuman disiplin berat antara Tahun 2014 dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama Tahun Pada Tahun 2011 dan Tahun 2013, tidak ada pegawai negeri yang mendapat hukuman disiplin berat. Pada Tahun 2010, terdapat 1 orang pegawai negeri di Sekretariat KPU Kabupaten/ Kota yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri karena tidak masuk kerja karena alasan yang sah selama lebih dari 46 hari kerja. 34

47 Pada Tahun 2012, ada 3 orang yang mendapat hukuman disiplin berat. Ada 1 orang pegawai negeri Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang diberikan hukuman penundaan pengangkatan selama 1 tahun sebagai PNS. Ada juga 1 orang pegawai negeri Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang mendapatkan hukuman disiplin pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai calon pegawai negeri sipil. Selain itu, ada 1 orang pegawai negeri Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang diminta kembali ke satuan kerjanya karena tidak masuk karena alasan yang sah selama lebih dari 46 hari kerja, setelah mengajukan pindah tanpa keputusan pindah dari Sekretaris Jenderal KPU. Di Tahun 2014, ada 5 orang yang mendapat hukuman disiplin berat. Hukuman disiplin berat yang diberikan berupa pembebasan dari jabatan sebanyak 1 orang, pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS sebanyak 2 orang dan melengkapi kekurangan data/ dokumen untuk memproses 2 orang yang diusulkan diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS. Ada 1 orang yang mendapat pembebasan dari jabatan struktural karena tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 sampai dengan 45 hari kerja. Ada 2 orang yang diberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS dikarenakan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama lebih dari 46 hari kerja. Grafik 3.11 Perbandingan Penegakan Hukuman Disiplin di Lingkungan KPU Antar Target pada Renstra KPU Tahun dengan Realisasi Tahun Realisasi persentase pelanggaran disiplin mendapatkan sanksi dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 sebesar 100% seperti yang terlihat pada Grafik Hal ini dapat tercapai karena Biro Sumber Daya Manusia melalui kegiatan Penegakan Kode Etik dan Disiplin PNS (Pemeriksaan dan Penyidikan PNS) terus melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan KPU. Di samping itu, meningkatnya pemahaman para pejabat terhadap prosedur penindakan hukuman disiplin yang diatur dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil juga turut memberikan andil dalam pencapaian target. Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 35

48 Anggaran kegiatan Penegakan Kode Etik dan Disiplin PNS (Pemeriksaan & Penyidikan PNS) hanya terealisasi sebesar 50.94%. Hal ini terjadi seiring meningkatnya pemahaman para pejabat di lingkungan Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota terhadap prosedur penindakan hukuman disiplin yang diatur dalam PP Nomor 53 Tahun Masing-masing satker pada umumnya sudah dapat melaksanakan pembinaan dan penegakan disiplin PNS sendiri tanpa dari bimbingan/ arahan dari Pusat atau Provinsi. Hambatan/kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran adalah: 1. seringnya pejabat atau staf/pelaksana di Sekretariat KPU Provinsi maupun Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang ditarik kembali ke instansi induknya; 2. kurangnya sosialisasi dan koordinasi mengenai informasi dan peraturan dengan Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota terkait dengan masalah kepegawaian; 3. kurangnya pemahaman para pejabat terhadap prosedur penindakan hukuman disiplin sesuai PP Nomor 53 Tahun Faktor keberhasilan dalam membentuk rendahnya presentase PNS Sekretariat Jenderal KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang melanggar disiplin pegawai negeri adalah sebagai berikut: 1. melakukan pemindahan (mutasi) bagi pegawai negeri, jika memungkinkan ke satuan kerja yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya; 2. meningkatkan sosialisasi dan koordinasi melalui rapat kerja atau rapat koordinasi mengenai informasi dan peraturan terkait masalah-masalah kepegawaian dengan Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota; 3. menyelenggarakan bimbingan teknis dengan Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota untuk meningkatkan pemahaman para pejabat terhadap prosedur penindakan hukuman disiplin sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010; 4. melakukan alih status bagi pegawai negeri yang memenuhi syarat. Sasaran 4 Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi KPU Pencapaian sasaran tersebut, dapat diindikasikan oleh capaian indikator kinerja sebagaimana Tabel Tabel Pengukuran Kinerja Terhadap Sasaran Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi KPU INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU WTP WDP WDP Jumlah Peraturan KPU yang Diterbitkan % 36

49 Selanjutnya mengenai indikator kinerja Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU Tahun 2014 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP) sebagaimana dijelaskan pada Tabel Tabel Pengukuran Kinerja terhadap Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Opini BPK Atas Laporan Keuangan KPU WTP WDP WDP Dalam Rencana Strategis KPU Tahun menargetkan KPU tahun 2014 mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat Opini BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni: 1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan; 2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures); 3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan 4. Efektivitas sistem pengendalian intern. Dalam menyajikan Laporan Keuangan, KPU berusaha untuk dapat memenuhi keempat kriteria tersebut agar dapat memenuhi kewajaran informasi dalam penyajiannya, namun sampai dengan akhir Renstra tersebut, KPU belum mencapai apa yang telah ditargetkan. Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan KPU sejak Tahun 2008 s.d. Tahun 2013 adalah sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3.14 Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2014 terhadap Laporan Keuangan KPU Tahun 2013, ada 3 (tiga) Temuan Pemeriksaan yang material sehingga untuk Laporan Tahunan KPU Tahun 2013 mendapatkan opini Wajar dengan Pengecualian (WDP). Pengecualian dalam LHP BPK tersebut adalah: 1. Kas di Bendahara Pengeluaran; 2. Persediaan; dan 3. Konstruksi dalam Pengerjaan Tabel Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan KPU No. Laporan Keuangan Opini BPK 1 Tahun 2008 Disclaimer 2 Tahun 2009 Disclaimer 3 Tahun 2010 WDP 4 Tahun 2011 WDP 5 Tahun 2012 WDP 6 Tahun 2013 WDP Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 37

50 Pengecualian untuk kas di Bendahara Pengeluaran terjadi pada KPU Kota Jambi, dimana uang sejumlah Rp ,- belum dipertanggungjawabkan Bendahara Pengeluaran KPU Kota Jambi, atas masalah pada KPU Kota Jambi, Inspektorat telah melakukan pemeriksaan, kemudian saat ini mantan Bendahara KPU Kota Jambi sedang dalam proses penyidikan oleh aparat Kepolisian, sedangkan pada KPU Kabupaten Seram Bagian Timur uang sebesar Rp ,- yang disimpan di brankas KPU hilang dicuri namun permasalahan tersebut seluruhnya telah dilaporkan ke Aparat Penegak Hukum dan sebagian telah diputus berkekuatan hukum tetap. Khusus masalah kekurangan kas, BPK RI tidak menimbang asas materialitas atau zero tolerence. Kekurangan kas sebesar Rp atau setara 0,04 % dari realisasi anggaran 2013 sebesar Rp , karena batas tingkat materialitas adalah sebesar 2 % dari seluruh belanja. Pengecualian untuk persediaan karena berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal KPU Nomor 72/SJ/I/2014 tanggal 23 Januari 2014 bahwa untuk pencatatan kotak/bilik suara dan sampul pada KPU tingkat Provinsi dan pengadaan kelengkapan TPS/KPPS pada KPU Tingkat Kabupaten/kota cukup untuk diungkap pada Catatan Atas Laporan BMN (CaLBMN) dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK), oleh karena tidak dicatatnya pengadaan tersebut dalam aplikasi persediaan, mengakibatkan tidak tersaji dalam neraca dan Laporan Persediaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel Tabel Nilai Persediaan yang Tidak Dicatat dalam Laporan Keuangan KPU Tahun 2013 No. URAIAN JUMLAH NILAI 1. KPU Provinsi yang tidak mencatat persediaan kotak/bilik suara dan sampul KPU Kab/Kota yang tidak mencatat alat kelengkapan TPS TOTAL Sedangkan untuk pengecualian berupa bangunan dan Konstruksi dalam Pengerjaan dalam pemeriksaan BPK, penyelesaian pekerjaan pembangunan gedung belum seluruhnya dapat diketahui yang dikarenakan oleh beberapa kesalahan, antara lain: 1. Kesalahan pencatatan akun Gedung dan Bangunan serta KDP. Terdapat 15 Satuan Kerja (Tabel 3.16) yang mencatat sebagai akun gedung dan bangunan namun sampai dengan akhir periode tahun anggaran realisasi penyelesaiannya belum mencapai 100%, begitu juga dengan KPU Kota Ternate dan KPU Kabupaten Simelue yang mencatat nilai KDP tidak berdasarkan realisasi tingkat penyelesaian pada akhir periode akuntansi. 38

51 Tabel Lima Belas Satker yang Melakukan Kesalahan Pencatatan Akun Gedung dan Bangunan serta KDP No. Satker Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan yang Dicatat dalam Neraca KPU 31 Desember 2013 Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan pada LRA % Penyelesaian Berdasarkan Laporan Pemantauan Inspektorat 1 KPU Kabupaten Raja Ampat ,57 2 KPU kabupaten Mamuju Utara ,00 3 KPU Provinsi Sulawesi Barat ,01 4 KPU Kota Sabang ,18 5 KPU Kabupaten Pringsewu ,54 6 KPU Kabupaten Gorontalo Utara ,00 7 KPU Kabupaten Biak Numfor ,00 8 KPU kabupaten Luwu Utara ,30 9 KPU Kabupaten Banggai ,57 10 KPU Kabupaten Katingan ,00 11 KPU Provinsi NTT ,18 12 KPU Kabupaten Morowali ,00 13 KPU Kabupaten Lebong ,69 14 KPU Kabupaten Tanah Karo ,27 15 KPU Kabupaten Nganjuk ,50 2. Perbedaan antara realisasi belanja modal dengan penambahan nilai aset Gedung dan Bangunan. Tabel 3.17 memperlihatkan, bahwa terdapat tiga Satuan Kerja yang menyajikan penambahan nilai gedung dan bangunan berbeda dengan realisasi belanja modal, yaitu KPU Kabupaten Banggai, KPU Provinsi Nusa Tenggara Timur dan KPU Kabupaten Lebong. Tabel Satker yang Memiliki Perbedaan Realisasi Belanja Modal dengan Penambahan Nilai Aset Gedung dan Bangunan No. Satker Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan pada LRA Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan yang Dicatat Dalam Neraca KPU 31 Desember 2013 Selisih 1 KPU Kabupaten Banggai KPU Provinsi NTT ( ) 3 KPU Kabupaten Lebong Total Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 39

52 3. Tidak seluruhnya Satuan Kerja yang melakukan pembangunan gedung dimonitoring oleh KPU. Dari 65 Satker yang mendapatkan alokasi anggaran pembangunan gedung maupun pengembangan, 49 Satker melaksanakan kegiatan tersebut dan sebanyak 16 Satker tidak dapat melakukannya karena keterbatasan waktu. Hal ini dikarenakan tanda blokir anggaran ini dapat dibuka melalui Revisi Anggaran V Bulan September Dari 49 satker yang melakukan pembangunan dan pengembangan, sebanyak 27 satker dilakukan monitoring pembangunannya, sedangkan sebanyak 22 satker tidak dilakukan karena keterbatasan sumberdaya dan waktu serta permasalahan geografis. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dimasa-masa yang akan datang, yaitu: 1. Meningkatkan keterampilan Operator Simak BMN dalam melakukan penyusunan Laporan Barang Milik Negara dengan pelatihan yang berkesinambungan; 2. Membentuk unit kerja pada KPU Pusat yang berkewajiban melakukan pemantauan penyelesaian pembangunan gedung kantor KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/ Kota. 3. Menyusun LK KPU Tahun 2013 yang berkualitas dilakukan secara terus menerus dan berjenjang melalui upaya sebagai berikut: a. Melakukan bimbingan teknis kepada para Bendaharawan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota secara berjenjang dan secara bertahap mengikutsertakan para Bendaharawan mengikuti sertifikasi Diklat Bendahara Pengeluaran; b. Melakukan pembenahan terhadap pengelolaan/pencatatan barang persediaan khususnya barang persediaan logistik pemilu (kotak suara, bilik suara, kelengkapan TPS); c. Melaksanakan Tindak Lanjut temuan BPK RI atas LK KPU Tahun 2013 yaitu: 1) Penyelesaian Pembangunan Gedung Kantor dan KDP; 2) Menarik kembali aset yang dikuasai oleh mantan pejabat / mantan pegawai; 3) Melaksanakan TGR atas aset yang hilang; 4) Mengajukan usulan penghapusan atas aset yang rusak berat. 5) Menetapkan denda atas keterlambatan pembangunan gedung kantor. d. Melakukan Bimbingan teknis dan Asistensi/Pendampingan Penyusunan LK pada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota baik secara langsung maupun dengan bekerjasama dengan BPKP dalam pendampingan LK KPU. Terhadap Opini BPK RI Tahun 2013 dengan predikat Wajar dengan Pengecualian (WDP), selain juga melakukan upaya-upaya tersebut diatas, KPU berupaya memperbaiki manajemen pengelolaan keuangan dengan melakukan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Agar pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah KPU berjalan dengan lancar sesuai dengan struktur organisasi pada KPU, maka KPU mengeluarkan Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Pemerintah di Lingkungan Sekretariat Jenderal 40

53 KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota serta Keputusan KPU Nomor 443/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan KPU. Implementasi SPIP pada lingkungan KPU dimulai dengan tahap sosialisasi. Sosialisasi SPIP dibagi menjadi di 5 (lima) Regional, antara lain Jakarta, Riau, Samarinda, Bali, Makassar. Peserta sosialisasi SPIP untuk setiap regional yaitu komisioner KPU Provinsi, Sekretaris KPU/KIP Provinsi serta Pejabat Pembuat Komitmen KPU Provinsi. Tujuan diselenggarakannya sosialisasi SPIP adalah memberikan persamaan pemahaman dan persepsi tentang penyelengaraan SPIP yang efektif dan efisien di lingkungan KPU/KIP Provinsi. Hasil diselenggarakan SPIP yaitu terbentuknya Satgas SPIP pada setiap KPU/KIP Provinsi, selain itu diharapkan Satgas SPIP pada masing-masing KPU/KIP Provinsi dapat mendorong implementasi SPIP pada KPU/KIP Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya. Selain sosialisasi SPIP KPU juga melakukan Diklat SPIP yang diselenggarakan bekerja sama dengan Pusdiklat BPKP dengan peserta diklat adalah para Pejabat Pembuat Komitmen pada KPU/KIP Provinsi,Pejabat KPU Pusat dan Fungsional Auditor KPU. Selanjutnya untuk indikator kinerja kedua terhadap sasaran kinerja ke empat yaitu Jumlah Peraturan KPU yang diterbitkan. Indikator kinerja capaian ini dimaksudkan agar tercipta Peraturan KPU yang baik dan berkualitas sehingga dapat mendukung keberhasilan penyelenggaraan Pemilihan Umum. Sehubungan dengan dilaksanakannya penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di Tahun 2014, banyak Peraturan KPU yang harus diterbitkan demi menyukseskan penyelenggaraan Pemilu tersebut. Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Pemilu, KPU harus mengeluarkan sejumlah Peraturan demi terlaksananya Pemilu yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Untuk itu KPU menargetkan sejumlah 20 peraturan yang harus diterbitkan sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Peraturan-peraturan ini menjadi pedoman teknis kepada setiap Penyelenggara Pemilu dan Peserta Pemilu serta para Pemilih dalam melaksanakan atau mengikuti Pemilu. Peraturan yang harus diterbitkan selain peraturan dalam pelaksanaan Tahapan Pemilu sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang, KPU juga mengeluarkan Peraturan KPU non-tahapan Pemilu seperti Peraturan di bidang SDM (penghargaan kepada Penyelenggara Pemilu) dan mengenai Kearsipan. Untuk itu KPU telah merencanakan serta melaksanakan program serta langkahlangkah dalam rangka menyusun dan menerbitkan Peraturan KPU sehingga sasaran Meningkatnya Kinerja Manajemen Internal dalam Mendukung Keberhasilan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi KPU dapat tercapai seperti yang terlihat pada Tabel Tabel Pengukuran Kinerja terhadap Jumlah Peraturan KPU yang diterbitkan INDIKATOR KINERJA KINERJA TARGET REALISASI % CAPAIAN (1) (2) (3) (4) Jumlah Peraturan KPU yang Diterbitkan % Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 41

54 Indikator kinerja jumlah Peraturan KPU yang diterbitkan memiliki tingkat pencapaian 165% atau 33 naskah dari target 20 naskah peraturan KPU yang akan disusun pada tahun Peraturan KPU yang diterbitkan meliputi: 1. Peraturan KPU terkait penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD sebanyak 10 peraturan, dengan persentase sebesar 50% dari total target 20 naskah (dengan rincian PKPU terlampir); 2. Peraturan KPU terkait penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 16 peraturan, dengan persentase sebesar 80% dari total target 20 naskah (dengan rincian PKPU terlampir); 3. Peraturan non-tahapan Pemilu sebanyak 7 peraturan dengan persentase sebesar 35% dari total target 20 naskah (dengan rincian PKPU terlampir). Jumlah Peraturan KPU yang diterbitkan di Tahun 2014, mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam Grafik 3.12 sebagai berikut. Grafik Perbandingan Jumlah Peraturan yang Diterbitkan Tahun 2012 s.d 2014 Pencapaian yang melebihi dari target jumlah Peraturan KPU yang diterbitkan disebabkan adanya penambahan penyusunan Peraturan KPU non-tahapan Pemilu, serta beberapa perubahan Peraturan KPU terkait dengan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Banyaknya perubahan Peraturan KPU disebabkan karena Undang-Undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden masih sama dengan Undang-Undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, padahal situasi dan kondisi sehubungan dengan adanya perubahan Undang-Undang Pemilu Legislatif banyak mengalami perbedaan, seperti pemberian tanda pilihan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penyesuaian beberapa Peraturan KPU guna menyesuaikan kondisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah diubah. Selain itu KPU juga mengeluarkan peraturan non Tahapan Pemilu untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan Pemilihan Umum. Selain penyusunan Peraturan KPU, Biro Hukum juga memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan penyuluhan Peraturan KPU yang telah diterbitkan. Penyuluhan peraturan dilaksanakan dengan menyelenggarakan rapat koordinasi yang mengundang KPU Provinsi 42

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja L IHA PEMILIHAN UMUM BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Sasaran RPJMN 2010 2014 Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat nasional,

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

KPU. Komisi Pemilihan Umum L IH. Laporan Akuntabilitas Kinerja. Instansi Pemerintah. Komisi Pemilihan Umum. Tahun 2013

KPU. Komisi Pemilihan Umum L IH. Laporan Akuntabilitas Kinerja. Instansi Pemerintah. Komisi Pemilihan Umum. Tahun 2013 UMU M PEM I LI HAN K O M ISI UMUM PE MI L IH A N 2014 emilu 2014 Sukses P MUM IHAN U PEMIL Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 U P E M I L U M U M I H A N Kata Pengantar Assalamu

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) www.kpud-banyumaskab.go.id PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS www.kpud-banyumaskab.go.id PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Akuntabilitas adalah Dokumen yang berisi gambaran perwuju kewajiban suatu lembaga instansi untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan kegagalan pelaksanaan Misi

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gianyar

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gianyar 0 BAB l PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI LAPORAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 205 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI Sekretariat : Jl. Gunung Gandul RT 03 RW 05 Joho Lor Giriwono Wonogiri Telepon (0273) 325503 Fax. (0273) 323866 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

P E M U M U M I L I H A N. Laporan

P E M U M U M I L I H A N. Laporan KOMISI P E M I L I H A N U M U M Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Komisi Pemilihan Umum Tahun 2012 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb. Komisi Pemilihan Umum Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KPU Kota Bogor sebagai penyelenggara Pemilu dan Pemilukada di Kota Bogor diberikan amanah oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 untuk menyelenggarakan Pemilu dan Pemilukada,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum, menempati kedudukan yang cukup penting dalam menjaga proses

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9 - 12 - Paragraf 2 KPU Provinsi Pasal 9 (1) Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LAKIP KPU KOTA BUKITTINGGI

LAKIP KPU KOTA BUKITTINGGI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya sehingga kami dapat menyusun dan membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS 2015 2019 Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2017

TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2017 TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2017 KPU Kabupaten 1) Tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : HUSNI KAMIL

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, 23 Februari 2016 Ketua, AHMAD SYAR I

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, 23 Februari 2016 Ketua, AHMAD SYAR I KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-nya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Tengah dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BOJONEGORO Jl. K.H.R. Moh. Rosyid No. 93 Bojonegoro Email : kpubojonegoro@gmail.com website : kpud-bojonegorokab.go.id 1.1 Kondisi Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. LAKIP KPU Belitung Timur A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. LAKIP KPU Belitung Timur A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga negara yang bertugas untuk menyelenggarakan pemilu. Hal ini didasarkan pada pasal 22E ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda Tahun 2015 sebagai wujud pelaksanaan amanat Peraturan Presiden Nomor

KATA PENGANTAR. Samarinda Tahun 2015 sebagai wujud pelaksanaan amanat Peraturan Presiden Nomor KATA PENGANTAR S egala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nya kita dapat menyusun Laporan Kinerja (LK) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Jln. BASUKI RAHMAT 2 SAMARINDA TELP.

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Komisi Pemilihan Umum Arah kebijakan dan strategi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Jl Brawijaya No.34 Pamekasan Telp/Fax : (0324) 333192 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan menajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta

Lebih terperinci

PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dalam rangka peningkatan kinerja KPU Kabupaten Bangka di masa mendatang. Sungailiat, Januari 2017

PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dalam rangka peningkatan kinerja KPU Kabupaten Bangka di masa mendatang. Sungailiat, Januari 2017 PENGANTAR Segala Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan hidayah-nya Laporan Kinerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangka Tahun 2016 sudah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM

LAPORAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM LAPORAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM 20 16 pengantar Komisi Pemilihan Umum Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nya kita dapat menyusun Kinerja

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi

KATA PENGANTAR. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi KATA PENGANTAR Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

: Matriks Kinerja dan Pendanaan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang

: Matriks Kinerja dan Pendanaan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang Lampiran 1 : Matriks Kinerja dan Pendanaan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Kualitas Penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu No.992, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kampanye. Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN KAMPANYE

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA utporat*, Kintrja KPU my mhun. 2Oie> KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA egala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 KOMISI PEMILIHAN UMUM PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL

BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL A. Profil KPUD Bantul Dalam konteks penyelenggaraan negara dan pemerintahan, perumusan rencana kerja pemerintah baik jangka pendek, menengah, maupun panjang telah digagas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

Penetapan Kinerja Komisi Pemilihan Umum Tahun 2013

Penetapan Kinerja Komisi Pemilihan Umum Tahun 2013 KOMISI UMU M PEM I LI HAN Penetapan Kinerja Komisi Pemilihan Umum Tahun 2013 PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah

8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah TUGAS DAN WEWENANG Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10 Undang- undang nomor 32 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu bahwa tugas, wewenang dan kewajiban KPU Kota dalam menyelenggarakan Pemilu adalah

Lebih terperinci

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LAPORAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL 15

LAPORAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL 15 KOMISI PEMILIHAN UMUM 20 JENDERAL 15 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nya kita dapat menyusun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2017 PEMERINTAHAN. Pemilihan Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 02/Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. No.299, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.698, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Penyelenggaraan. Pemilu. DPR. DPD. DPRD. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADUAL PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2010 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan Komisi

Lebih terperinci

TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN KPU KABUPATEN BANYUMAS. Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN KPU KABUPATEN BANYUMAS. Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi: TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN KPU KABUPATEN BANYUMAS A. Dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi: 1. Menjabarkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memilih Presiden

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ...i...ii...iii...iv

DAFTAR ISI. ...i...ii...iii...iv KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wonogiri Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bab IV Penutup... 41

DAFTAR ISI. Bab IV Penutup... 41 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Ringkasan Eksekutif... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Bab I Pendahuluan... 1 Latar belakang... 1 Kedudukan, tugas dan fungsi... 2 Struktur organisasi...

Lebih terperinci