Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan"

Transkripsi

1 75 PEMBAHASAN Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai suatu institusi yang menghasilkan benih kelapa sawit unggul mampu menjadi produsen dan penyalur benih kelapa sawit terbesar di Indonesia. Untuk konsumen yang ingin membeli langsung dalam bentuk bibit PPKS juga menyediakan penyaluran bibit kelapa sawit baik bibit pada pembibitan awal maupun bibit pada pembibitan utama yang unggul. Sebagai suatu pusat penelitian maka menjadi suatu kewajiban bagi PPKS untuk menghasilkan benih yang bermutu baik secara genetik, fisik, fisiologis dan bebas dari hama dan penyakit. Selain itu benih unggul yang telah dihasilkan harus dipelihara dan dirawat dengan baik untuk memenuhi permintaan konsumen peminat bibit kelapa sawit. PPKS melakukan berbagai penelitian untuk menghasilkan benih kelapa sawit unggul. Dengan adanya divisi pemuliaan (Breeding) semua pokok kelapa sawit yang berpotensi untuk dikembangkan, diteliti untuk mendapatkan varietas baru yang bermutu. Pemuliaan tanaman dengan sistem RSS (Reciprocal Reccurent Selection) telah dilakukan dan berhasil menemukan varietas baru yang unggul. Persilangan-persilangan yang dilakukan para pemulia tanaman pada pokok-pokok terpilih dengan melalui proses penyerbukan, menghasilkan benihbenih kelapa sawit yang nantinya akan di tangkarkan di pembibitan khusus untuk pemuliaan dan percobaan. Pembibitan di divisi pemuliaan dilakukan bukan untuk keperluan komersil, pembibitan ini dimaksudkan untuk menangkarkan benih hasil pemuliaan dengan melihat perkembangan dan pertumbuhannya apakah sesuai dengan karakter varietas yang diinginkan atau tidak. Selain itu pembibitan ini juga dimaksudkan untuk seleksi pohon induk, pohon bapak dan pengujian progeni. Menurut Darmosarkoro et al. (2008) dalam pemeliharaan pembibitan pemuliaan identitas setiap persilangan sangat penting karena pencampuran persilangan akan menurunkan kemurnian genetik dan homogenitas suatu persilangan.

2 76 Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan Pembibitan pemuliaan bertujuan menghasilkan bibit-bibit hasil pemuliaan yang baik, jagur, identitas varietas yang jelas dan keseragaman yang baik. Pembibitan pemuliaan telah mampu menyediakan bibit-bibit terseleksi yang ketat yang nantinya akan digunakan sebagai pohon induk, pohon bapak dan bibit yang dipelihara khusus untuk pengujian progeni. Dengan luasan 1.5 ha pembibitan pemuliaan memelihara bibit-bibit pada pembibitan awal maupun pembibitan akhir secara teliti dan baik agar karakter fenotip maupun genotip terpelihara dengan baik. Selain pemeliharaan bibit-bibit hasil pemuliaan, pembibitan pemuliaan juga memelihara bibit hasil introduksi dari Negara asalnya. Introduksi dilakukan untuk melihat pertumbuhan bibitnya secara vegetatif dan generatif. Selain itu bibit hasil introduksi ini diteliti keunggulanya di pembibitan. Jika ditemukan keunggulannya maka beberapa sifat unggul tersebut dapat digunakan sebagai pohon percobaan persilangan. Permasalahan Pembibitan Pemuliaan Jumlah tenaga kerja pada kegiatan tertentu Pada pembibitan, tenaga kerja sangat diperlukan untuk memelihara dan menjaga bibit agar tumbuh maksimal. Bibit yang sehat sangat penting apalagi untuk keperluan penelitian. Jumlah tenaga kerja yang memadai dan efisien akan menyebabkan bibit terawat dan terkontrol dengan baik. Pada pembibitan pemuliaan keperluan tenaga harus disesuaikan dengan kebutuhan. Penambahan jumlah tenaga kerja bisa dilakukan pada masa penanaman (transplanting pembibitan awal ke pembibitan utama) dan pemusnahan bibit. 1. Saat transplanting Pada masa transplanting tenaga kerja terfokus pada usaha mengejar waktu pananaman agar tepat waktu sehingga pekerjaan lainnya kurang terkontrol seperti penyiraman bibit, pembersihan alang-alang dan pemupukan. Penundaan penanaman menyebabkan bibit yang ditanam menjadi menumpuk dan perlu tenaga kerja yang cukup banyak. Persiapan areal untuk pembibitan utama harus

3 77 dilaksanakan secepat mungkin agar lahan siap dengan tepat waktu. Pengisian media tanam pada polibeg harus dilakukan minimal dua minggu sebelum tanam. Polibeg diisi sesuai dengan jumlah bibit yang akan ditanam. Pada proses pengisian polibeg pekerja harus dengan cepat mengisi polibeg agar siap untuk digunakan pada waktu penanaman. Penundaan penanaman akibat menunggu lahan yang siap untuk digunakan, menyebabkan banyaknya bibit yang akan ditanam lewat umur baik pada pembibitan awal maupun pembibitan utama. Penanaman bibit yang lewat umur menyulitkan pekerja, karena tanaman sudah tinggi dan memiliki akar yang besar dan banyak. Pembuatan lubang tanam harus besar agar tanaman tersebut kuat menancap dan tegak sehingga ketika angin kencang bibit tidak jatuh atau miring. Proses transplanting memerlukan banyak tenaga kerja, sehingga pelaksanaan kerjanya harus efektif dan efisien agar semua pekerjaan dapat terlaksana dan bibit terawat dengan baik. 3. Saat pemusnahan bibit Pada waktu pemusnahan banyak pekerjaan yang harus dilakukan sehingga tenaga kerja banyak terpakai pada kegiatan ini. Pemusnahan dilakukan untuk bibit yang sudah tidak digunakan lagi agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu. Pemusnahan terbagi menjadi beberapa pekerjaan seperti pemotongan, pencincangan, pengumpulan sampah-sampah dan pembakaran. Beberapa pekerjaan tersebut memerlukan tenaga kerja yang banyak sehingga kegiatan lain bisa terabaikan. Pada saat pemotongan semua pekerja ikut melaksanakan dan dibagi secara berpasangan. Satu orang memotong dan satu orang membawa hasil potongan dan mengumpulkannya pada satu tempat. Pemusnahan harus segera dilakukan agar lahan yang akan digunakan siap untuk penanaman selanjutnya. Kurangnya lahan Ketersediaaan lahan merupakan faktor yang penting dalam suatu pembibitan agar bibit yang dirawat dan dipelihara dapat ditanam sesuai waktu dan umur bibit. Lahan yang cukup tidak akan menyebabkan penundaan penanaman yang akan menyebabkan sulitnya melakukan penananaman. Penanaman bibit lewat umur menyebabkan pemborosan tenaga kerja sehingga pekerjaan lain terabaikan. Tersedianya lahan yang cukup menyebabkan perencanaan persiapan

4 78 areal penanaman menjadi mudah untuk dilakukan. Pada pembibitan pemuliaan kondisi persiapan lahan tidak seperti pembibitan komersil yang menuntut ketepatan persiapan dengan waktu penanaman. Pembibitan pemuliaan diproyeksikan untuk keperluan penelitian seperti pengujian pohon induk (Dura), pohon bapak (Psifera) dan pengujian progeni. Pengujian tersebut terkadang memerlukan waktu yang lama sehingga menyebabkan sulitnya merencanakan areal yang bisa digunakan untuk keperluan penelitian lainnya secara pasti. Areal pembibitan yang telah dipenuhi oleh bibit kelapa sawit tidak secara langsung dapat dipindahkan dan diganti dengan bibit baru sebelum penelitian dan penggunaan bibit tersebut selesai. Hal ini yang menyebabkan lahan untuk bibit baru yang akan ditanam tidak tersedia pada waktunya. Keterlambatan datangnya kebutuhan pembibitan Penundaan penanaman dan pemeliharaan bibit dapat disebabkan oleh faktor lainnya seperti lambatnya penyediaan sarana penanaman. Misalnya pada saat penanaman, keterlambatan datangnya polibeg yang dibutuhkan menyebabkan tidak tersedianya wadah media tanam untuk dipersiapkan pada penanaman selanjutnya. Hal ini berdampak pada keterlambatan penanaman bibit. Selain itu permintaan akan pupuk dan pestisida juga sangat diperlukan dalam waktu yang tepat. Pemupukan harus dilakukan tapat waktu saat bibit benar-benar membutuhkan pupuk tersebut. Keterlambatan pemupukan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bibit. Penggunaan pestisida harus tepat waktu agar ledakan populasi hama tidak mengganggu pertanaman bibit. Keterlambatan aplikasi pestisida dapat meneyebabkan serangan hama melewati batas ambang ekonomi sehingga bibit menjadi rusak dan mati. Kemarau panjang Kemarau panjang menyebabkan ketersediaan air untuk pertanaman bibit menjadi kurang. Bibit kelapa sawit memerlukan air yang cukup apalagi jika tanaman masih muda. Kemarau panjang menyebabkan sungai menjadi kering sehingga pompa air tidak mampu menarik air dari sungai dan menyalurkannya ke pipa-pipa penyiraman. Kesulitan pada masa kemarau panjang menyebabkan bibit sedikit mendapatkan air sehingga banyak bibit yang mengalami stress.

5 79 Penggunaan sistem irigasi yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan pada masa kemarau panjang agar tidak terjadi pemborosan air. Pertumbuhan menyimpang dari pertanaman yang diteliti bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan ini. Serangan hama Serangan hama pada pembibitan akan selalu ada setiap waktu. Tindakan preventif sangat diperlukan untuk mengurangi populasi serangan hama. Hama yang menyerang pembibitan apabila sudah melewati ambang ekonomi harus dilakukan secepat mungkin agar kerugian dapat dihindari. Serangan hama seperti semut, tikus, belalang dll (pada pembibitan awal) harus diatasi agar tidak mengurangi jumlah populasi tanaman yang diteliti begitu juga hama pada pembibitan utama (belalang, apogonia, dll). Hama selalu menjadi masalah disetiap pembibitan kelapa sawit. Penanganan yang tepat dan penggunaan pestisida yang sesuai dengan waktu, dosis, cara akan mengurangi populasi hama bahkan mampu menghilangkannya. Keselamatan kerja Keselamatan pekerja harus juga diperhatikan agar setiap pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan aman. Penggunaan perlatan yang lengkap (jaket, kacamata, masker, sepatu bot, sarung tangan, dll) pada saat penyemprotan pestisida dan herbisida sangat perlu dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan kerja pada saat penyemprotan. Bahan kimia yang terkandung dalam pestisida maupun herbisida dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Kebanyakan banyak pekerja tidak memperhatikan hal-hal tersebut, padahal itu sangat penting untuk diperhatikan. Penyediaan kebutuhan perlengkapan keselamatan harus disediakan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit agar pekerjaan penyemprotan dapat dilkukan dengan aman. Bibit lewat umur Bibit lewat umur merupakan salah satu masalah yang dihadapi para pekerja pembibitan pemuliaan. Bibit ini cukup mempersulit para pekerja melakukan transplanting baik pada pemindahan ke pembibitan utama maupun

6 80 penanaman di lapang. Bibit yang jagur sangat menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman di lapangan. Areal yang tanamannya berasal dari bibit unggul yang jagur dan homogen umumnya mempunyai produktivitas yang tinggi jika dikelola dengan baik (Darlan et al., 2005). Hal ini berbeda dengan areal yang tanamannnya berasal dari bibit yang heterogen pertumbuhannya, biasanya tidak akan berproduksi secara optimal (Darmosarkoro et al., 2008). Bibit lewat umur diakibatkan oleh keterlambatan penyiapan lahan selain itu untuk beberapa pemilik kebun sengaja menggunakan bibit tua untuk tanaman pinggir karena bibit tua lebih rentan terhadap serangan tikus landak maupun hama lainnya (Darlan et al.,2005). Bibit tua adalah bibit yang mempunyai sifat yang kurang menguntungkan dalam penggunaanya terutama pada tahap awal transplanting. Menurut Darlan et. al. (2005) sifat-sifat bibit lewat umur adalah : 1). Sekumpulan akarnya menggulung rapat di polibeg, 2). Bonggol batang sudah membesar, 3). Bibit sudah tinggi, 4). Peka terhadap cekaman kekeringan dan 5). Seleksi bibit yang rusak dan diserang penyakit sulit dilakukan. Seleksi Bibit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai penghasil dan penyalur kecambah dan bibit dituntut untuk selalu menghasilkan kecambah dan bibit yang berkualitas. Kemurnian genetik dan kesehatan kecambah dan bibit harus terjaga dengan baik agar konsumen merasa puas. Kegiatan yang selalu harus dilakukan agar kecambah dan bibit bermutu baik adalah seleksi. Seleksi dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus untuk menghindari tercampurnya kecambah dan bibit yang tidak normal (Darmosarkoro et al., 2008). Kegiatan seleksi di Pusat Penelitan Kelapa Sawit telah dilakukan sejak produksi benih menjadi kecambah. Seleksi ini dilakukan agar konsumen yang menginginkan pembelian dalam bentuk kecambah mendapatkan kecambah kelapa sawit yang berkualitas. Bagi konsumen yang menginginkan pembelian dalam bentuk bibit seleksi telah dilakukan berulang-ulang pada bibit sehingga kekhawatiran mendapatkan bibit yang tidak normal dapat dihindari. Seleksi bibit di Pusat Penelitian Kelapa sawit dilakukan dengan cermat dan ketat. Kemungkinan terangkutnya bibit abnormal sangat kecil. Seleksi

7 81 dilakukan bertahap dengan seleksi tiga kali pada pembibitan awal dan tiga kali seleksi di pembibitan utama. Kesalahan para petugas seleksi pada pembibitan diakibatkan kurangnya pengertian petugas pembibitan akan symtom (tanda-tanda) bibit abnormal (Lubis, 2008). Menurut Lubis (2008) symtom bibit abnormal pada pembibitan awal dan pembibitan utama adalah : Pembibitan awal 1. Bibit yang pertumbuhannya terlambat. Pada umur 3 bulan bibit harus sudah memiliki 3-4 helai daun dan 2-3 daun muda yang belum sempurna terbentuk. 2. Anak daun memanjang dan sempit. 3. Anak daun bergulung. 4. Anak daun menguncup. 5. Anak daun mengkerut. 6. Bibit kerdil. 7. Bibit tumbuh meninggi. 8. Bibit terputar. 9. Terserang berat hama/penyakit. Pembibitan utama 1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata-rata. Sudut antara pelepah daun dan batang tajam. 2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih pendek dari daun tua sehingga dari atas kelihatan rata. 3. Bibit yang daunnya terkulai atau merunduk. 4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate. 5. Bibit yang petumbuhan anak daunnya abnormal seperti : Bersudut tajam dengan rachis. Anak daun sempit. Anak daun bergulung. Anak daun pendek. Jarak kedudukan anak daun (Internode) pendek. Atau anak daun tersusun rapat.

8 82 Internode panjang atau jarang-jarang. 6. Bibit rusak berat karena hama, penyakit atau sebab lainnya (apogonia, penyakit tajuk dan lain-lain) Seleksi bibit yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula di lapangan. Seleksi bibit yang terakhir sangat menetukan sekali karena sesudah ditanam akan sukar sekali menandainya. Setelah 6 12 bulan ditanam di lapangan barulah jelas dibedakan dari yang normal (Lubis, 2008). Seleksi bibit Cameroon Salah satu penelitian yang dilakukan oleh pembibitan terutama pada pembibitan pemuliaan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit adalah meneliti dan mengembangkan tanaman introduksi dari Negara asalnya untuk diambil sifat unggulnya sebagai bahan persilangan untuk mendapatkan varietas baru. Baru-baru ini PPKS mendapatkan tanaman baru hasil introduksi yakni jenis Cameroon. Jenis ini didatangkan langsung dari Negara asalnya yakni Kamerun. PPKS bekerja sama dengan perusahaan benih kelapa sawit lainnya untuk mengembangkan jenis tersebut di Indonesia. Data dan informasi yang kurang dari varietas ini menyebabkan pengamatan terhadap varietas ini sangat intensif dilaksanakan. Dari pengamatan jenis Cameroon ini didapat karakter vegetatif dan generatif yang berbeda dengan jenis lainnya pada beberapa karakter. Misalnya pada pertumbuhan vegetatif jenis Cameroon memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik dari pertumbuhan pelepah daun, diameter dan tinggi. Khusus pada pertumbuhan meninggi jenis Cameroon ini sangat cepat dengan tingkat keseragaman di pembibitan yang sangat baik. Pada karakter generatif jenis Cameroon sangat cepat menghasilkan bunga. Pada umur 8 bulan di pembibitan awal jenis ini sudah menghasilkan tandan bunga pada beberapa tanaman. Pada jenis lain di pertanaman bibit kelapa sawit umumnya mulai berbunga pada umur bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun (Lubis, 2008). Tanaman jenis Cameroon ini didatangkan dalam dua jenis tanaman yakni Dura dan Tenera. Selain itu terdapat beberapa persilangan yang ditandai dengan Bag Code. Tanda ini dimaksudkan untuk mengelompokan setiap persilangan yang ada pada seluruh pertanaman jenis Cameroon. Perawatan intensif disertai pengamatan yang terus-

9 83 menerus dilakukan pada jenis Cameroon tersebut termasuk kegiatan seleksi yang ketat. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tanaman terawat dengan baik dan setiap fase pertumbuhannya tercatat dengan baik. Seleksi dilakukan dengan ketat pada jenis Cameroon pada kelompok Dura maupun Tenera. Seleksi dilakukan sesuai standar yang berlaku yakni 2-3 kali pada pembibitan awal dan 3 kali pada pembibitan akhir (Darmosarkoro et al., 2008). Pada seleksi pembibitan awal tanaman yang dipastikan abnormal di afkir dan dimusnahkan dengan terlebih dahulu dicatat agar diketahui seberapa besar tingkat abnormalitasnya. Begitu pula pada pembibitan utama seleksi dilakukan dengan ketat dengan melakukan perlakuan yang sama dengan pada pembibitan awal yakni memusnahkan dan mencatat setiap tanaman yang diafkir. Seleksi dimaksudkan untuk membuang bibit-bibit abnormal agar tidak tercampur dengan bibit normal. Seleksi jenis Cameroon di Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah memasuki tahap seleksi di pembibitan utama. Seleksi tahap pertama telah dilakukan saat bibit berumur enam bulan dan menghasilkan data seleksi bibit abnormal yang dapat menjadi penunjang untuk seleksi tahap berikutnya. Pada seleksi tahap pertama hanya diketahui jumlah tanaman abnormal dari jenis Dura maupun Tenera tanpa diketahui persentasi jenis abnormal yang banyak terjadi pada pertanaman. Seleksi tahap kedua dilakukan saat tanaman berumur delapan bulan. Pada seleksi tahap kedua ini data seleksi pertama digunakan untuk menjadi penunjuk letak persilangan mana yang memiliki tanaman abnormal untuk diperiksa apakah masih abnormal atau pulih. Selain itu pemeriksaan dilakukan kembali pada setiap kelompok pertanaman yang memungkinkan ditemukannya tanaman abnormal baru. Pada seleksi tahap kedua setiap tanaman yang abnormal dilihat untuk diklasifikasikan termasuk jenis abnormal apa tanaman tersebut. Hasil dari pengamatan seleksi kedua dihitung untuk mencari persentase jenis abnormalitas yang banyak didapat pada tiap persilangan pertanaman dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan persilangan terbaik. Tanaman kelapa sawit yang terseleksi abnormalitas pada seleksi tahap kedua belum benar-benar menunjukan ciri-ciri tanaman abnormal, karena pada perkembangannya akan didapat bibit yang mengalami pemulihan pada jenis abnormalitas tertentu.

10 84 Tipe DxD jenis Cameroon di pembibitan utama pemuliaan memiliki jumlah tanaman yang lebih banyak dibandingkan tipe TxT. Hal ini menyebabkan Tipe DxD pada jenis Cameroon memiliki tingkat abnormalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe TxT. Tipe DxD dilakukan pengujian karena tipe ini yang akan diproyeksikan sebagai pohon Bapak (Pisifera) untuk diambil tepung sarinya sebagai penyerbuk pohon induk (Dura) yang akan menghasilkan tandan sawit sebagai penghasil benih (Lubis, 2008).Hasil seleksi kedua bukan merupakan hasil dari kegiatan seleksi, karena seleksi tahap ketigalah yang merupakan akhir dari seleksi di pembibitan. Data dan hasil dari seleksi tahap kedua ini dijadikan sebagai acuan melakukan seleksi tahap tiga. Pada perkembangan bibit sampai berumur 12 bulan di pembibitan utama abnormalitas baru akan tampak dengan jelas dan pasti. Akan tetapi, pada beberapa kasus abnormalitas baru terlihat setelah bibit ditanam di lapangan (Darmosarkoro et al., 2008 ). Tinggi rendahnya hasil seleksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi kualitas kecambah, pemeliharaan di pembibitan dan intensitas seleksi sendiri (Soebagyo, 1997). Angka seleksi pada umumnya tertinggi pada seleksi pertama dan menurun pada seleksi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena pemeliharaan yang intensif pada bibit abnormal sehingga bibit mengalami pemulihan. Akan tetapi hal ini tidak selalu tepat karena terkadang seleksi kedua dan ketigalah yang menghasilkan angka seleksi tertinggi apalagi jika terjadi ledakan serangan hama yang menimbulkan abnormalitas bibit. Jenis-Jenis Abnormalitas Timbulnya pohon abnormal dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis bersifat menetap dan diturunkan kepada generasi selanjutnya dan sulit untuk diperbaiki. Sedangkan abnormalitas yang disebabkan oleh faktor lingkungan bersifat sementara dan bisa diperbaiki (Fauzy et al., 1999). Kedua faktor tersebut pada beberapa kasus berinteraksi pada suatu bibit kelapa sawit. Sehingga bibit tersebut memiliki abnormalitas hasil interaksi dari kedua faktor tersebut.

11 85 1. Abnormalitas pada pembibitan awal a. Daun seperti rumput (Grass leaf) Bibit kelapa sawit pada pembibitan awal dengan bentuk daun seperti lalang atau rumput. Ukuran daun sempit sedangkan panjangnya normal. Gejala ini agak jarang ditemui.abnormalitas ini disebabkan oleh faktor genetis. Bibit ini harus dimusnahkan karena sampai sekarang tehnik pengendaliannya belum ada.dapat dilihat pada Lampiran 3. b. Daun bergulung (Rolled leaf) Bibit kelapa sawit dengan daun yang menggulung (melingkar), tumbuh tidak semestinya ke atas dan ke samping sehingga dapat dibedakan dengan mudah. Penyebab daun menggulung adalah faktor genetis, serangan hama kutu atau keracunan herbisida. Pencegahannya dapat dilakukan dengan pemotongan daun pertama yang menggulung apabila tidak berhasil maka bibit dapat langsung dimusnahkan. c. Daun berputar (Twisted Leaf) Bibit ini ditemukan pada pembibitan awal. Bibit memiliki daun yang tumbuhnya berputar, jumlah daun lebih kecil dari dibandingkan bibit seumur lainnya. Biasanya bonggol tidak terlihat pada tanah. Abnormalitas ini disebabkan oleh kesalahan kultur teknis, yaitu penanaman kecambah dengan posisi plumula atau kecamabah terlalu pendek sehingga tidak bisa dibedakan mana plumula dan radikula. Pengendaliannya dapat dengan menghindari penanaman kecambah yang panjangnya kurang dari 0,5 cm. d. Daun tidak membuka (Collante) Bibit ini memiliki daun tidak membuka seakan-akan tumbuh seperti daun bawang, dan berwarna hijau gelap. Kemungkinan besar daun tidak dapat kembali normal. Penyebab hal ini adalah aplikasi pestisida yang mengenai titik tumbuh pada saat di perkecambahan atau pembibitan, atau akibat serangan hama.

12 86 e. Daun berkerut (Crinkled leaf) Permukaan helai daun berkerut dan rapuh jika diremas. Pertumbuhan bibit tertekan, tanaman lebih pendek dan bonggol lebih kecil dibandingkan bibit normal sedangkan jumlah daun tetap normal. Daun berkerut bisa disebabkan oleh defisiensi boron. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemberian unsur hara boron dengan dosis 1 g borax/liter air setiap 100 bibit. Aplikasikan dengan cara menyemprotnya. Waktu aplikasi adalah 1 minggu sekali sampai bibit kelihatan normal. f. Daun dengan strip kuning (Chimera) Bibit ini memiliki daun yang bergaris putih kekuningan seperti pita yang umumnya disebut sebagai daun bule. Hal ini menunjukan tidak adanya klorofil daun pada jaringan tersebut. Abnormalitas ini terjadi karena faktor genetis yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hara, tetapi bukan defisiensi atau keracunan. Umumnya ratio K;N sangat besar yaitu lebih dari 1% tetapi kurang dari 2,5%. Pengendalian dapat dilakukan dengan meneliti sumber persilangan dan menambah pupuk K sebesar 5 g MOP/bibit (1 bulan sekali) atau menunda pemupukan N. 2. Abnormalitas pada pembibitan utama a. Penyakit tajuk (Crown disease) Bibit ini memiliki gejala jaringan daun membusuk, lidi bengkok, dan pelepah bagian tengah bengkok. Gejala ini muncul pada saat daun muda keluar dari pupus. Penyebabnya adalah faktor genetis yaitu adanya gen ressesif homozygot dari hasil persilangan kedua tetua terhadap turunannya. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan perlakuan pemupukan, penyiraman, dan kegiatan kultur teknis lainnya. Perbaikan persilangan dan pengujian ulang juga bisa digunakan. Dapat dilihat pada Lampiran 3. b. Anak daun sempit (Narrow pinnate) Anak daun kelihatan sempit memanjang seperti helaian daun alang-alang. Penyebabnya yakni faktor genetis dan kekurangan unsur nitrogen dan fosfor. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian ekstra hara N dan P sebanyak 5

13 87 g urea per minggu sekali dan 5 g SP 36 dalam tiga bulan sekali. Apabila tidak menunjukan perubahan maka bibit harus dimusnahkan. c. Kerdil (Stunted) Tinggi bibit lebih kecil dari bibit lainnya yang seumuran. Anak daun terlambat pecah, jumlah anak daun labih sedikit dari bibit seumurnya, pelepahnya pendek. Penyebabnya adalah faktor genetis berupa terhambatnya pertumbuhan akar yang mengakibatkan gangguan penyerapan unsur hara. Faktor sekunder berupa serangan kutu daun. d. Bibit tegak (Sterile/baren) Pertumbuhan anak daun dan pelepah tegak, seakan-akan lebih menguncup dibandingkan dengan bibit normal. Penyebabnya adalah faktor genetis. Terlambatnya pemindahan bibit ke lapangan. Pengendalian dapat dilakukan dengan penjarangan pada bibit yang terlambat pindah, pemusnahan lebih baik dilakukan pada bibit ini. e. Pertumbuhan terhambat Ditandai dengan bibit tumbuh pendek dengan anak daun yang tidak membuka, pelepah bagian bawah menguncup. Penyebabnya adalah bibit ditanam terlalu dalam dan penyiraman yang kurang. Pengendalian dapat dilakukan dengan membuang sebagian tanah sampai sebatas pelepah daun bagian bawah atau sebatas leher akar bagian atas. Lakukan penyiraman secara teratur dan merata. f. Anak daun tidak membuka (Juvenile leaflet) Pada bibit ini anak daun belum membuka walaupun bibit telah berumur 11 bulan. penyebabnya adalah pertumbuhan yang terhambat bisa dikatakan faktor genetis jika anak daun belum membuka walaupun bibit telah berumur 11 bulan. perawatan intensif pada bibit yang terhambat pertumbuhannya. Telusuri sumber induk persilangan dan hentikan persilangan jika bibit abnormal persilangan tersebut lebih dari 10 %.

14 88 g. Pelepah memendek (Top flat leaf) Warna daun terlihat normal, kecuali adanya karat pada daun muda. Pertumbuhan daun muda terlihat lebih pendek dibanding daun yang lebih tua. Akibatnya bagian atas bibit terlihat rata. Penyebabnya adalah kekurangan unsur hara boron. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian ekstra boron dengan dosis 2 g/liter untuk 100 bibit apabila tidak juga pulih bibit bisa untuk dimusnahkan. h. Anak daun rapat (Short internode) Jarak antara anak daun pada pelepah lebih pendek dibandingkan dengan daun normal, sehingga daun terlihat rapat. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik. i. Anak daun jarang (Wide internode) Jarak antar anak daun pada pelepah lebih lebar dari dibandingkan dengan daun normal, sehingga daun terlihat jarang. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik. j. Etiolasi Pada etiolasi salah satu atau beberapa pelepah tegak dan memiliki jarak atara anak daun yang lebar. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan keterlambatan pemindahan tanaman pada pembibitan awal maupun pembibitan utama. Jenis abnormalitas yang banyak muncul di pembibitan Cameroon tipe DxD adalah jenis bibit tegak sterile/barren dan bibit yang pertumbuhannya terhambat. Banyaknya bibit tegak ini diakibatkan oleh faktor genetik tanaman dan faktor lingkungan akibat pemeliharaan dan pemindahan yang lambat. Pada bibit Cameroon faktor ini disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari tetua tanaman tersebut dan bersifat menetap atau tidak dapat disembuhkan. Beberapa persilangan juga dapat menghasilkan bibit yang berpotensi membawa karakter bibit tegak. Persilangan yang selalu menghasilkan persentase bibit tegak yang tinggi harus segera dihentikan yang berarti persilangan tersebut membawa dampak yang merugikan. Untuk pertumbuhan bibit yang terhambat disebabkan

15 89 oleh pemeliharaan yang kurang maksimal seperti kurang pemupukan, penyiraman, bibit tercabut dan bibit bersaing dengan gulma. Bibit yang terhambat dapat disembuhkan dengan perlakuan khusus sampai bibit tersebut pulih. Pada Cameroon tipe TxT jenis abnormalitas yang tertinggi adalah jenis etiolasi dan penyakit tajauk (crown desease). Etiolasi disebabkan karena genetik dan keterlambatan pemindahan bibit. Pada etiolasi satu atau beberapa pelepah meninggi dengan anak daun yang jarang. Untuk penyakit tajuk (crown desease) penyebabnya adalah faktor genetis yaitu adanya gen ressesif homozygot dari hasil persilangan kedua tetua terhadap turunannya. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan perlakuan pemupukan, penyiraman, dan kegiatan kultur teknis lainnya. Perbaikan persilangan dan pengujian ulang juga bisa digunakan. Pengaruh Ukuran dan Jenis Polibeg Terhadap Keragaan Tumbuh dan Efisiensi Wadah media yang umum digunakan dalam budidaya tanaman adalah polibeg. Kebanyakan polibeg yang digunakan adalah polibeg berwarna hitam, warna hitam digunakan agar polibeg tidak ditumbuhi lumut. Ukuran polibeg bermacam-macam disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman. Penentuan ukuran polibeg disesuaikan dengan jenis tanaman untuk perkembangan akar, agar nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar dengan optimal. (Zulfitri, 2005). Kualitas tanaman yang menggunakan polibeg tidak berbeda jauh dengan yang ada di lahan, begitu pula mutu produk. Bertanam di polibeg merupakan alternatif pemecahan masalah bila kita tidak memiliki lahan yang luas dan menginginkan efisiensi dalam beberapa hal seperti modal, tenaga, dan waktu (Rahman, 2008). Keuntungan penggunaan polibeg menurut Zulfitri (2005), antara lain komposisi media dapat diatur, efisien dalam penyiraman dan pemupukan, tanaman dapat dipindah-pindah, pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dan tidak memerlukan lahan yang luas, serta nutrisi yang diberikan dapat diserap oleh akar secara optimal. Menurut Rahman (2008), keuntungan pemakaian polibeg adalah : Biaya lebih murah untuk pembelian polibeg dibandingkan pot Mudah dalam perawatan

16 90 Pengontrolan/pengawasan per individu tanaman lebih jelas untuk pemeliharaan tanaman seperti serangan hama/penyakit, kekurangan unsur hara Tanaman terhindar dari banjir, tertular hama / penyakit. Polibeg mampu di tambahkan bahan organik / pupuk kandang sesuai takaran Menghemat ruang dan tempat penanaman Komposisi media tanam dapat diatur Nutrisi yang diberikan dapat langsung diserap akar tanaman Dapat dibudidayakan tidak mengenal musim Sebagai Tanaman Obat dan Tanaman Hias di Pekarangan/Teras. Pada pembibitan kelapa sawit polibeg sangat baik untuk memudahkan perawatan dan distribusi bibit. Mempermudah seleksi bibit pada kelapa sawit. Sedangkan kerugiannya adalah : Polibeg mempunyai daya tahan terbatas ( maksimal 2-3 tahun) atau 2-3 kali pemakaian untuk media tanam Kurang cocok untuk usaha skala besar Produktivitas tidak masikmal dibandingkan pada lahan Media tanam akan terkuras / berkurang unsur organik dan media lainnya. Berat jika dipindah ketempat yang jauh Ditemukannya wadah media tanam plastik ini (polibeg) telah banyak membantu budidaya tanaman khusunya pada budidaya kelapa sawit. Polibeg menjadi suatu hal yang sangat penting bagi pembibitan kelapa sawit karena pertumbuhan dan perkembangan bibit berada dalam polibeg sampai umur 12 bulan. Bahkan bibit tersebut akan berada dalam polibeg sampai berumur lebih dari dua tahun apabila digunakan untuk keperluan penelitian. Polibeg juga mempermudah pemeliharaan bibit dan distribusi bibit dari satu tempat ke tempat lainnya. Bagi produsen penjual bibit seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit polibeg mempermudah penyaluran bibit bagi konsumen. Ukuran polibeg pada beberapa tanaman termasuk kelapa sawit harus disesuaikan dengan umur tanaman. Pada kelapa sawit antara bibit pembibitan awal (3-4 bulan) dan pembibitan akhir (7-8 bulan) ukuran polibeg harus berbeda karena ukuran tanaman yang berbeda. Volume tanaman yang semakin besar dari

17 91 jumlah daun, pelepah, batang dan akar menyebabkan kekuatan suatu polibeg tidak mampu menampung tanaman tersebut walaupun tanaman masih dapat tumbuh dengan baik. Ukuran yang dipaksakan sampai pada batas tertentu menyebabkan pertumbuhan akan terhambat karena nutrisi yang diberikan kurang tersedia. Pertumbuhan akar yang seharusnya berkembang dengan baik akan terhambat karena ruang yang sempit. Akar yang tertekan menyebabkan serapan hara oleh akar semakin berkurang yang berimbas pada terhambatnya pertumbuhan tanaman. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan daun, batang baru dan akar. Apabila laju pembelahan sel dan perpanjangan serta pembentukan jaringan berjalan cepat, pertumbuhan batang daun dan akar juga akan berjalan cepat demikian juga sebaliknya, hal ini semua bergantung pada ketersediaan karbohidrat. Penggunaan ukuran polibeg yang berbeda mempengaruhi tinggi bibit tanaman kelapa sawit. Pengaruh peningkatan tinggi tanaman ini berkaitan dengan penambahannya jumlah dan ukuran sel. Laju pembelahan sel serta pembentukan jaringan sebanding dengan pertumbuhan batang, daun dan sistem perakarannya. Pertumbuhan tinggi tanaman menunjukan aktivitas pembesaran sel-sel yang tumbuh. Aktivitas ini menyebabkan terbentuknya sel-sel baru sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman (Zulfitri, 2005). Penggunaan ukuran polibeg yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan akar bibit tanaman kelapa sawit. Hal ini diduga karena ukuran polibeg tersebut memberikan ruang tumbuh yang lebih luas sehingga pertumbuhan dan jelajah akar lebih luas, sehingga perakaran tenaman lebih leluasa menyerap unsur hara. Menurut Aminuddin dalam Zulfitri (2003) semakin besar wadah atau ukuran polibeg yang digunakan, jumlah media atau bobot media yang digunakan semakin banyak sehingga dapat membuat akar leluasa untuk berkembang. Selanjutnya Dia menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan media tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi media yang mampu menahan air serta kemampuan akar menyerap air dan mineral. Kondisi rambut akar yang tumbuh menyebar, yang artinya memberi ruang untuk menyediakan oksigen dan air hingga akhir pertumbuhan tanaman. Penggunaan ukuran polibeg yang berbeda mempunyai pengaruh pada varietas tanaman terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tanaman kelapa sawit.

18 92 Varietas Simalungun memeiliki pertumbuhan vegetatif yang paling baik. Hal ini diduga karena sifat pertumbuhan dari masing-masing varietas tanaman yang berbeda sehingga baik secara visual maupun statistik peubah jumlah daun, tinggi dan diameter tanaman antara kedua varietas tampak sangat nyata. Kandungan unsur hara juga mempengaruhi vegetatif bibit kelapa sawit. Salah satu unsur tersebut adalah nitrogen (N) yang merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat. Pada umumnya N diambil dari tanaman dalam bentuk ammonium (NH + 4 ) dan Nitrat (NO - 3 ) yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan atau pembentukan bagian vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman. Sedangkan unsur hara Kalium (K + ) berperan dalam mengatur fisiologi tanaman, antara lain memacu pertumbuhan tanaman, mengurangi keguguran pada bunga dan buah (Lakitan, 1993).

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PELAKSAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSAAN KEGIATAN MAGANG 36 PELAKSAAN KEGIATAN MAGANG Pemuliaan Kelapa Sawit Pemuliaan kelapa sawit telah dimulai sejak tanaman ini sudah mulai diperkebunkan di Afrika dan Asia Tenggara. Telah diketahuinya bahwa penanaman TxD/DxT

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal.

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. 1 SELEKSI DAN RAWAT AGLAONEMA Seleksi dan Rawat Aglaonema Sungkup plastik diikat dan digantung Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. Karena itu, seleksi bibit yang unggul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr) adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Engelbert Manaroinsong, Novalisa Lumentut dan Maliangkay, R.B. BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN PENDAHULUAN Usaha perbaikan produktifitas tanaman kelapa harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjend Katamso No.51 Medan Telp : (061) 7862466, (061)7862477, Fax (061)7862488 www.iopri.org Permasalahan lahan o Moratorium

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV ALBUM FOTO http://www.riaupos.co/ KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV 2 JUNI 2014 2 3 KATAPENGANTAR PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Persero merupakan salah satu perkebunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian Universitas Riau, Kampus BinaWidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru,

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA Sylvia Madusari, Toto Suryanto, April Kurniawan Abstrak Penggunaan bambu sebagai wadah media

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung 18 TINJAUAN PUSTAKA Jagung Kebutuhan jagung di Indonesia semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi jagung terus dilakukan melalui usaha secara ekstensifikasi dan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci