ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN Skripsi Oleh : Nurul Sulistiyo Pribadi NIM K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN Skripsi Oleh : Nurul Sulistiyo Pribadi NIM K"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 Skripsi Oleh : Nurul Sulistiyo Pribadi NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user

2 digilib.uns.ac.id ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 Oleh : Nurul Sulistiyo Pribadi NIM K Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user ii

3 digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 26 Juni 2012 Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd NIP NIP iii

4 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : Kamis Tanggal : 05 Juli 2012 Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si... Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si., M.Si... Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd... Anggota II : Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd... Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n Dekan Pembantu Dekan 1, Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si NIP iv

5 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Nurul Sulistiyo Pribadi. ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (2) Mengetahui Tingkat Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (3) Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi dengan metode survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kebumen. Teknik Pengambilan sampel dengan menggunakan Disproportionate Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan strata dari (akreditasi) sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumentasi dan Observasi. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui layanan sekolah dengan analisis peta dan analisis sarana prasarana. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1 (a) pola sebaran acak dengan nilai T=0,766. (b). distribusi sekolah yang paling banyak terdapat di Kecamatan Kebumen dengan jumlah SMPN/MTsN sebanyak 9 sekolah (14,06%) dan terdapat kecamatan yang belum memiliki sekolah negeri yaitu Kecamatan Bonorowo. 2 Tingkat ketersediaannya adalah (a) Jumlah ruang kelas yang terdapat di Kabupaten Kebumen sebanyak ruang, jumlah ruang kelas terbanyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 212 ruang. (b) Perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan APK di Kabupaten Kebumen sejumlah ruang, masih kekurangan ruang kelas. Perhitungan dengan APM di Kabupaten Kebumen kebutuhan ruang kelas sejumlah ruang, masih kekurangan 70 ruang kelas. (3) Tingkat layanan sarana dan prasarana dari beberapa sekolah sampel diperoleh hasil 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Sekolah dengan layanan sarana dan prasarana rendah yaitu SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap Karangsambung, SMP N 3 Satu Atap Sempor, dan SMP N 2 Satu Atap Alian. Dan terdapat sekolah dengan akreditasi A yang layanan sarana dan prasarana sedang yaitu SMPN 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1 Poncowarno, dan MTs N Gombong. v

6 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Nurul Sulistiyo Pribadi. AN ANALYSIS ON JUNIOR HIGH SCHOOLS SERVICE IN KEBUMEN REGENCY IN Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June The objectives of research are (1) to find out the spread pattern of Junior High Schools in Kebumen Regency in 2011, (2) to find out the Availability Level of Junior High Schools (Classroom) in Kebumen Regency in 2011, and (3) to find out the condition of Junior High Schools infrastructure service in Kebumen Regency in The research method used was a descriptive one with survey method. The population of research was all Public Junior High Schools and Madrasah Tsanawiyah Negeri (Public Islamic School) in Kebumen Regency. The sampling technique used was Disproportionate Stratified Random Sampling based on the strata of school accreditation. Technique of collecting data used was documentation and observation analysis. Technique of analyzing data used was map and infrastructure analyses to find out the school s service. Based on the result of research, it could be concluded that: 1 (a) the spread pattern of Junior High Schools in Kebumen Regency was random with T value = (b). The highest number of school distribution occurred in Kebumen Subdistrict with 9 SMPN/MTsN (14.06%) and there was a subdistrict with no public schools, Bonorowo Subdistrict. 2. The availability level included (a) the number of classroom existing in Kebumen Regency was 1,212 rooms, the highest number of classroom occurred in Kebumen Subdistrict of 212 rooms. (b) The calculation of classroom demand with APK in Kebumen Regency was 2,612 rooms; there was still deficit of 1,400 classrooms. The calculation with APM in Kebumen Regency showed the classroom demand of 1,282 rooms; there was still deficit of 70 classrooms. (3) Infrastructure service level of some sample school found 3 categories: low, moderate, and high. The schools with low infrastructure were SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3 Satu Atap Karang Sambung, SMP N 3 Satu Atap Sempor, and SMP N 2 Satu atap Alian. And there were some schools with A accreditation the infrastructure service of which is moderate: SMPN 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam, SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N 1 Poncowarno, and MTs N Gombong. vi

7 digilib.uns.ac.id MOTTO Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan. (Sayidina Ali bin Abi Thalib) Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. (Bung Karno) Apa yang kamu pikirkan tentang esok hari, itulah yang akan terjadi. (Penulis) vii

8 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada : Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih atas segala doa yang engkau panjatkan, dan setiap pengorbanan yang engkau berikan padaku. Kedua adikku Irfan dan Fais. Sahabatku Dewi, Eren, Mayang, Lintang, Rina, dan Ambar, Terimakasih atas dukungan dan bantuannya. viii

9 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh, Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian. 2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian. 3. Bapak Dr. Gamal Rindarjono, MSi, Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian. 4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc, selaku Pembimbing Akademis yang telah memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal ilmu selama penulis menempuh commit studi. to user ix

10 digilib.uns.ac.id 8. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf Bappeda Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 9. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian. 10. Sahabat Geografi 2008, terimakasih atas kebersamaan selama ini, semoga persahabatan kita tetap terjalin. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh. Surakarta, 5 Juli 2012 Penulis, Nurul Sulistiyo Pribadi K x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi HALAMAN MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR PETA... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 7 BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Tinjauan Pustaka Pengertian Pendidikan... 8 a. Jenjang Pendidikan... 8 b. Jalur Pendidikan... 9 xi

12 digilib.uns.ac.id 2. Distribusi Spasial Layanan Pendidikan Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan Sarana dan Prasarana Pendidikan B. Penelitian yang Relevan Siti Sulaeha (2004) Alindasari Nurhidayah(2009) Diah Erni Ekawati(2010) C. Kerangka Berfikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Sumber Data Penelitian Data Primer Data Sekunder D. Teknik Pengumpulan Data Analisis Dokumentasi Observasi E. Populasi dan Taknik Sampling Populasi Penelitian Teknik Sampling F. Validitas Data G. Teknik Analisis Data Analisis Tetangga Terdekat Analisis Penyediaan Fasilitas Pendidikan Analisis Sarana dan Prasarana Sekolah H. Prosedur Penelitian Tahap Penulisan Proposal Penelitian Tahap Penyusunan Intrumen commit Penelitian... to user 45 xii

13 digilib.uns.ac.id 3. Pengumpulan Data Analisis Data Penulisan Laporan BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN HASIL A. Deskripsi Wilayah Letak a. Letak Astronomis b. Letak Administratif Luas Penggunaan Lahan Keadaan Penduduk a. Jumlah dan Persebaran Penduduk b. Kepadatan Penduduk c. Komposisi Penduduk ) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ) Komposisi Penduduk Menurut Umur ) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ) Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian B. Deskripsi Hasil Penelitian Pola Sebaran Sekolah Menengah Pertama a. Sebaran Sekolah b. Pola Sebaran Sekolah Tingkat Ketersediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Kelas Kondisi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran xiii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Penelitian yang Relevan Tabel 2. Rancangan Waktu Penelitian Tabel 3. Klasifikasi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah Tabel 4. Luas Daerah Kabupaten Kebumen Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kabupaten Kebumen 53 Tahun Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan 58 di Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 9. Komposisi Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur 59 di Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 10. Komposisi Penduduk 5 Tahun ke atas Menurut Tingkat 60 Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di 61 Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 14. Persebaran SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun Tabel 15. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun xv

16 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berfikir Gambar 2. Continuum Nilai nearest neighbor statistic T Gambar 3. Diagram Alur Penelitian xvi

17 digilib.uns.ac.id DAFTAR PETA Peta 1. Administrasi Kabupaten Kebumen Tahun Peta 2. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun Peta 3. Pola Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen 66 Tahun Peta 4. Kecukupan Ruang Kelas APK Kabupaten Kebumen 76 Tahun Peta 5. Peta 6. Kecukupan Ruang Kelas APM Kabupaten Kebumen Tahun Tingkat Sarana Prasarana SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun xvii

18 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN 1. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun Jarak Terdekat Antar Sekolah di Kabupaten Kebumen Tahun Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Kebumen Tahun Data Akreditasi SMP/MTs Negeri di Kabupaten Kebumen Tahun Penilaian Sarana dan Prasarana SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun Intrumen Penelitian 8. Tabel Rekapitulasi Perhitungan Sarana dan Prasarana 9. Foto Penelitian 10. Surat Ijin Penelitian xviii

19 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan simbol kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan maka semakin maju pula bangsa tersebut. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak dan sangat penting bagi kemajuan tiap umat manusia, pendidikan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu secara hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Menurut Dronkers (2010:1) disebutkan bahwa Education is one of the pillars of modern societies. That makes education and its quality such as alient topic, not only in the eyes of policy makers, but even more in the eyes of parents. International indicators of the quality of education, schools, teachers, etc., have become important tools for the decisions of both parents and public policy makers. More knowledge about the actual quality differences in education and their causes with reference to international standards and comparison has become vital f or policy makers and multinational firms to guide their decisions. ( Pendidikan mempunyai peranan yang vital, karena pendidikan merupakan salah satu pilar dari kehidupan masyarakat modern. Seseorang yang pendidikannya masih di bawah, bisa dipastikan kehidupannya jauh kurang lebih baik bila dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Dengan pendidikan yang tinggi orang akan lebih mudah di dalam mendapatkan pekerjaan. Upaya upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri, karena pendidikan merupakan hak tiap warga negara. Pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu manajemen dalam pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang luas bagi warga masyarakat dengan mengutamakan mutu, efektivitas commit dan to user efisiensi. 1

20 digilib.uns.ac.id 2 Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan sudah diatur di dalam Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat, selanjutnya dalam batang tubuh UUD 1945, hal yang berhubungan dengan pendidikan ini diatur dalam bab XIII, pasal 31, yang menerangkan bahwa (1) Tiap tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal V menerangkan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pasal VI yang menerangkan (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3). Untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional perlu adanya pemerataan pendidikan di semua lapisan kalangan masyarakat. Pemerataan pendidikan mempunyai arti memberikan kesempatan kepada semua anak yang masih dalam tahap usia sekolah untuk menikmati pendidikan. Dalam arti pemerataan yang lebih luas semua anak usia sekolah sesuai dengan jenjang kelompok commit to umurnya user harus diberikan kesempatan

21 digilib.uns.ac.id 3 pendidikan dari tingkat Taman Kanak Kanak sampai dengan jenjang yang paling tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 17). Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ( Fasilitas sarana dan prasarana sekolah merupakan faktor penunjang keberhasilan proses belajar mengajar (pembelajaran). Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik ditentukan oleh keberadaan dan kelengkapan fasilitas penunjang di sekolah. Sarana dan prasarana di setiap sekolah akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dicantumkan tentang standar sarana dan prasarana minimal yang mengatur tentang sarana dan prasarana minimal yang harus ada di sekolah. Setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana minimal yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA) Kabupaten Kebumen tergolong atau masuk ke dalam golongan daerah yang masih tertinggal di dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan daerah daerah lainnya, menduduki peringkat ke 33 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah. Menurut data Kebumen dalam angka tahun 2010, disebutkan bahwa Kabupaten Kebumen sebanyak 29,17% tidak tamat SD, 43,77% hanya tamat SD, 15,40 % tamat SMP, dan 11,66 % tamat SMA commit ke to atas. user Fasilitas pelayanan pendidikan di

22 digilib.uns.ac.id 4 daerah pedesaan yang masih terbatas, menyebabkan sulitnya anak anak untuk mengakses layanan pendidikan. Selain itu kualitas pendidikan masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut disebabkan oleh ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas dan kualitas, kesejahteraan pendidik yang masih rendah, fasilitas belajar belum mencukupi, dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai. ( ). Salah satu upaya peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat ialah dengan mengkaji persebaran lokasi pendidikan di Kabupaten Kebumen. Penyebaran lokasi pendidikan berkaitan erat dengan perluasan kesempatan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, selain hambatan ekonomi, jarak juga menjadi salah satu kendala bagi masyarakat yang hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai menjadi tanggungjawab pemerintah, dengan membangun sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga perguruan tinggi. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pendidikan menengah meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi / pendidikan tinggi. Penyajian data sekolah yang terdapat dalam Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kebumen masih dalam bentuk tabel, sehingga sebaran sekolah hanya bisa dilihat dalam bentuk tabel. Cakupan pendidikan sangat luas, sehingga dalam penelitian akan dibatasi pada pendidikan dasar yaitu SMPN dan MTsN yang ada di Kabupaten Kebumen. Berdasarkan data dari Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen tahun 2011 terdapat 57 SMPN dan 7 MTsN yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen. Jumlah sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 9 sekolah dengan 7 SMPN dan 2 MTsN dengan commit jumlah to user penduduk jiwa, dan di

23 digilib.uns.ac.id 5 Kecamatan Bonorowo tidak terdapat sekolah SMPN/MTsN dengan jumlah penduduk jiwa, sehingga pelayanan pendidikan di Kecamatan Bonorowo masih belum mencukupi dari kebutuhan sekolah minimal yang dibutuhkan. Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dijadikan topik penelitian, yang diarahkan untuk menganalisis layanan SMP/MTs di Kabupaten Kebumen. Penggunaan media peta dipilih karena penyajian data dengan menggunakan media peta lebih mudah dipahami dibandingkan penyajian data dengan tulisan. Penelitian ini akan menganalisis sebaran fasilitas pendidikan dan mengevaluasi layanan sekolah. Layanan sekolah terbagi menjadi dua yaitu ketersediaan sekolah yang didasarkan dengan jumlah penduduk usia sekolah di lingkungan tersebut dan layanan sarana prasarana sekolah itu sendiri. Analisis terhadap sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah didasarkan pada pedoman standar pelayanan minimal sekolah yang tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007, sehingga akan diperoleh data tentang layanan sarana dan prasarana masing masing sekolah. Dari latar belakang di atas maka diangkatlah penelitian dengan judul Analisis Layanan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi permasalahan antara lain : 1. Penyajian data sekolah masih dalam bentuk tabel atau grafik sementara distribusi spasial sekolah belum ditampilkan, oleh karena itu diperlukan penyajian data dengan menggunakan peta agar distribusi spasial sekolah dapat ditampilkan. 2. Persebaran SMP/MTs baik negeri maupun swasta yang tidak merata di Kabupaten Kebumen. 3. Kualitas pendidikan di Kabupaten Kebumen yang masih rendah menduduki peringkat 33 dari 35 provinsi yang ada. 4. APK SMP sebesar 97,45%, dan commit APM to SMP user sebesar 77,82%

24 digilib.uns.ac.id 6 5. Sarana dan prasarana yang belum memadai seperti ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, dll. 6. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mendukung ketersediaan fasilitas pendidikan masih belum maksimal, khususnya dana yang harusnya 20% dari APBD. C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah SMP/MTs Negeri yang ada di Kabupaten Kebumen dengan fokus masalah : 1. Ruang lingkup yang akan diteliti adalah persebaran gedung SMPN/MTsN dan bagaimana pola sebarannya yang digambarkan dan dianalis dalam bentuk peta. 2. Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen 3. Layanan sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011? 2. Bagaimana tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen tahun 2011? 3. Bagaimana kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah : 1. Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011

25 digilib.uns.ac.id 7 2. Mengetahui tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen tahun Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah berupa teori teori yang kemudian diaplikasikan dengan kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. Bermanfaat dalam membantu memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan, khususnya masalah penyediaan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama yang memenuhi standar pelayanan minimum dan dapat dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Lembaga / Sekolah 1) Memberikan informasi tentang kondisi sarana dan prasarana pendidikan di suatu sekolah. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan dalam pengelolaan pendidikan. b. MGMP Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber belajar (learning resources) geografi untuk kelas XII, pada kompetensi dasar kemampuan menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian geografi dengan materi pokok Sistem Informasi Geografi (SIG). c. Penulis Untuk menerapkan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

26 digilib.uns.ac.id 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003). Menurut Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk memajukan budi pekerti, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh peserta didik yang selaras dengan alam dan masyarakat. a. Jenjang Pendidikan Menurut pasal 1 butir 8 Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan di dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Menurut pasal 17 butir 1 dan 2 Undang Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan menengah menurut pasal 18 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi commit to anggota user masyarakat yang memiliki

27 digilib.uns.ac.id 9 kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4), Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. b. Jalur Pendidikan Menurut Pasal 1 butir 7 Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan pendidikan dalam Vembriarto (1984:22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk pendidikan menjadi 3 golongan yaitu: 1) Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak seseorang lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau pergaulan seharihari. 2) Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang teratur bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan ketat. 3) Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetepi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan ketat.

28 digilib.uns.ac.id 10 Pasal 13 butir 1 Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Kemudian dijelaskan dalam pasal 1 butir 11,12, dan 13 sebagai berikut : 1) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b) Pendidikan Menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c) Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. 2) Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

29 digilib.uns.ac.id 11 Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. 3) Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang berlangsung dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan yang mencakup tiga kriteria pendidikan formal, non formal, dan informal diatas keberadaannya sangat penting, menurut Undang Undang Pendidikan Tahun 2003 dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 32 dijelaskan mengenai jenis pendidikan yang mencakup 3 kriteria pendidikan di atas, antara lain: a) Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pendidikan anak usia dini

30 digilib.uns.ac.id 12 pada jalur formal berbentuk Taman Kanak Kanak (TK), Raudhotul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. b) Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non departemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan informal. c) Pendidikan Keagamaan. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis. d) Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan, yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, commit mental, to user sosial, dan atau memiliki potensi

31 digilib.uns.ac.id 13 kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil. 2. Distribusi Spasial Analisis keruangan dalam studi Geografi terdapat 9 (sembilan) tema analisis yaitu analisis pola keruangan (spatial pattern analysis), analisis struktur keruangan (spatial structure analysis), analisis proses keruangan (spatial process analysis), analisis interaksi keruangan (spatial interaction analysis), analisis organisasi/sistem keruangan (spatial organization/spatial system analysis), analisis asosiasi keruangan (spatial association analysis), analisis komparasi keruangan (spatial comparison analysis), analisis kecenderungan keruangan (spatial tendency trend analysis), dan analisis sinergisme keruangan (spatial synergism analysis). Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisis keruangan tema yang digunakan ialah analisis pola keruangan (spatial pattern analysis). Data yang dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari: data titik (point data) dan data bidang (areal data). Data lokasi berupa titik ( point data ) diperoleh dengan plotting menggunakan alat Global Positioning System (GPS). GPS dalam International Journal of Future Generation Communication and Networking (2011:38) sebagai berikut : Global Positioning System (GPS) is a technology introduced to track by the United States of Defense (DoD), for spaced-based positioning, navigation, and timing system. It its currently working on 24 satellites, located at various locations and collaborate with several ground monitoring stations. (sersc.org/journals/ijfgcn/vol4_no2/4.pdf) Melalui penggunaan GPS akan diketahui lokasi absolut dari masing masing sekolah, kemudian akan diperoleh persebaran yang berupa titik-titik. Untuk mengetahui pola distribusi spasial commit suatu to objek user diperlukan perhitungan dengan

32 digilib.uns.ac.id 14 menggunakan metode analisis tetangga terdekat. Menurut Swain (1978) dalam Martono (1996:1), pola adalah suatu yang mempunyai karakter spasial atau geometri dalam dua dimensi. Metode analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbourhood Analysis) merupakan perangkat analisis untuk mengidentifikasikan pola permukiman secara kuantitatif, tetapi ada perkembangannya analisis tersebut dapat pula digunakan untuk menilai pola penyebaran pemukiman lain, seperti balai kesehatan, gedung pendidikan, genangan air, pusat pelayanan pemerintah, dan pusat perbelanjaan. Langkah langkah dalam menggunakan analisa tetangga terdekat sebagai berikut : a. Tentukan batas wilayah yang akan diselidiki. b. Ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik. c. Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara analisanya. d. Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran jarak tersebut. e. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (Nearest Neigbour Statistic) Rumus yang digunakan untuk mencari nilai parameter tetangga terdekat (Bintarto, 1982:75) adalah sebagai berikut : Ju T Jh Dimana : T Ju Jh = Indeks penyebaran tetangga terdekat = Jarak yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat. = Jarak rata rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random = 2 1 p

33 digilib.uns.ac.id 15 P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A), sehingga menjadi A N Penerapan perhitungan dengan analisis tetangga terdekat mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut jarak yang dimaksud adalah jarak pada peta, sehingga Ju dan Jh didapat dari pengukuran antara titik sekolah menengah pertama yang satu dengan sekolah menengah pertama yang lain dalam satu peta. Setelah diketahui nilai indeks tetangga terdekat kemudian nilai indeks tresebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Berikut pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo (1982: 76) : T = 0 T = 1,0 T = 2,15 M e n M Mengelompok Random Seragam Nilai T berkisar antara 0 sampai 2,15. Jika T = 0, pola persebarannya dikatakan mengelompok. Jika T = 1 pola persebarannya dikatakan acak. Bila T = 2,15 persebarannya dikatakan seragam. Kategori Indeks Persebaran (T) : I = Nilai T dari 0 0,7 adalah pola bergerombol (cluster pattern), II = Nilai T dari 0,7 1,4 adalah pola tersebar tidak merata (random pattern), III = Nilai T dari 1,4 2,1491 adalah pola tersebar merata (dispersed pattern).

34 digilib.uns.ac.id Layanan Pendidikan Layanan ialah pemenuhan kepuasan yang dilakukan oleh pemberi jasa kepada yang memakai jasa. Layanan pendidikan berkaitan dengan kualitas atau mutu, mutu adalah berkaitan dengan baik buruk suatu benda; kadar; atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya. Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi menurut Danim (2005 : 53) diantaranya : a. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumberdaya manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. b. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain lain. c. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja. d. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita cita. Menurut Engkoswara dalam Suyata (1996 : 4) kriteria kualitas sekolah dilihat dari tiga sisi, yaitu prestasi, suasana, dan ekonomi. Menurut Sallis dalam Suyata (1996 : 4) mutu pendidikan/sekolah yaitu standar hasil dan pelayanan, dan standar kustomer atau konsumen. Suryosubroto dalam Ismail (2008 : 2), dijelaskan mengenai pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

35 digilib.uns.ac.id 17 Dalam penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperhatikan segala persyaratan mengenai standar pelayanan yang telah ditetapkan guna tercapai layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. 4. Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan Pengukuran tingkat ketersediaan sarana pendidikan di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan jumlah ruang kelas di Kabupaten Kebumen. Penggunaan pendekatan ruang kelas digunakan untuk melihat kondisi tingkat ketercukupan ruang kelas di suatu daerah dengan penduduk usia Tahun yang diasumsikan pada usia tersebut menempuh Pendidikan Dasar yaitu SMP/MTs. Jumlah penduduk usia tahun, baik itu penduduk yang menempuh pendidikan dan penduduk yang tidak menempuh pendidikan dibagi dengan 32 siswa menghasilkan kebutuhan ruang kelas dalam suatu wilayah. Perhitungan kebutuhan ruang kelas sebagai berikut : Jumlah Penduduk Usia Tahun Kebutuhan Ruang Kelas = 32 Sumber : Kepmen No.053/V/ April 2001 dimodifikasi Angka Parstisipasi Kasar (APK) atau Gross Enrollment Rate (GER) adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa suatu sekolah dibandingkan dengan 100 penduduk usia sekolah itu. Rumus : Jumlah Siswa Suatu Sekolah APK = X 100% Jumlah Penduduk Usia Sekolah Sumber : Kepmen No.053/V/ April 2001 Angka Partisipasi Murni (APM) atau Net Enrollment Rate (NER) adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa usia sekolah di suatu sekolah dengan 100 penduduk usia sekolah itu.

36 digilib.uns.ac.id 18 Rumus : Jumlah Siswa Usia Sekolah Suatu Sekolah APM = Jumlah Penduduk Usia Sekolah Sumber : Kepmen No.053/V/ April 2001 X 100% 5. Sarana dan Prasarana Pendidikan Definisi sarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah yang meliputi meubiler, meubiler perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi, alat peraga, alat-alat laboratorium dan alat-alat praktik. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan yang meliputi ketersediaan lahan, bangunan gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi serta tempat bermain/berolahraga. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun Standar mencakup sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA. Ketentuan yang diatur dalam standar ini meliputi satuan: satuan pendidikan, luasan lahan, bangunan gedung, prasarana dan sarana yang harus dimiliki fasilitas pendidikan beserta ketentuannya. Penyediaan fasilitas pendidikan merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007, tentang standar sarana dan prasarana tercantum standar sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) yang meliputi :

37 digilib.uns.ac.id 19 a. Satuan Pendidikan 1) Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24 rombongan belajar. 2) Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000 jiwa. 3) Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru. 4) Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut. 5) Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan. b. Kelengkapan prasarana dan sarana Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1) ruang kelas, 2) ruang perpustakaan, 3) ruang laboratorium IPA, 4) ruang pimpinan, 5) ruang guru, 6) ruang tata usaha, 7) tempat beribadah, 8) ruang konseling, 9) ruang UKS, 10) ruang organisasi kesiswaan, 11) jamban, 12) gudang, 13) ruang sirkulasi, 14) tempat bermain/berolahraga.

38 digilib.uns.ac.id 20 Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di setiap ruang diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut. a) Ruang Kelas (1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang mudah dihadirkan. (2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar. (3) Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik. (4) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m 2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m 2. Lebar minimum ruang kelas 5 m. (5) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. (6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan. b) Ruang perpustakaan Perpustakaan adalah salah satu alat yang vital dalam setiap program pendidikan, pengajaran dan penelitian (research) bagi setiap lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan (Noerhayati, 1987: 01). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) : (1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan. (2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. (3) Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Oleh : Aisa Mayang Purnamasari K

SKRIPSI Oleh : Aisa Mayang Purnamasari K HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI SEKITAR PASAR, TERMINAL, DAN STASIUN GEMOLONG KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 (Sebagai Suplemen Bahan Ajar Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA TERHADAP KUALITAS PERMUKIMAN DI SEKITAR PASAR, TERMINAL, DAN STASIUN GEMOLONG KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013 (Sebagai Suplemen Bahan Ajar Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh: Anggraini Putri Permata Dewi K5407011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 2 June 2016 51-58 Analisis

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD DENGAN METODE PEMBELAJARAN GI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI DASAR TATA SURYA DAN JAGAD RAYA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Mukmin Al Kahfi mukminalkahfi@gmail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IDENTITAS NASIONAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IDENTITAS NASIONAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IDENTITAS NASIONAL DENGAN SIKAP PATRIOTIK SISWA (Studi Korelasi Pada Siswa SMA Al Islam I dan III Surakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014) APRI ARI MARTOPO K6409007 FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR HEADSTAND DALAM SENAM LANTAI PADA SISWA KELAS V MI NEGERI MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 2013 SKRIPSI OLEH : SRI RAHAYU NIM. K5409057 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN TINGKAT KECUKUPAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAHAN BAKAR DI KECAMATAN AMPEL TAHUN Skripsi. Disusun Oleh : Ary Wijayanti

ANALISIS SEBARAN TINGKAT KECUKUPAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAHAN BAKAR DI KECAMATAN AMPEL TAHUN Skripsi. Disusun Oleh : Ary Wijayanti ANALISIS SEBARAN TINGKAT KECUKUPAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BAHAN BAKAR DI KECAMATAN AMPEL TAHUN 2012 Skripsi Disusun Oleh : Ary Wijayanti K5408059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA N 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : Puji Wahono K7408252 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: SITI NURHAYATI K JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SKRIPSI OLEH: SITI NURHAYATI K JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET PENGARUH ANTARA PENDIDIKAN PENDAPATAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KONSERVASI LAHAN TERHADAP PARTISIPASI PETANI DALAM KONSERVASI LAHAN DI KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: SITI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013

STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013 STUDI TENTANG PRASARANA DAN SARANA PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: TIAS UTAMI DESTIANA PUTRI K4609081 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman Oleh: Pipin Piniman MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN SKRIPSI Oleh: DWI HASTUTI K7412060 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Agustus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh HANY SEPTIANA. W NIM K7408218 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

SURVEI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013 SKRIPSI. Oleh: ASNI FUROIDA K

SURVEI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013 SKRIPSI. Oleh: ASNI FUROIDA K SURVEI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: ASNI FUROIDA K4610017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Februari

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : DYAH KUSUMA

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: RINI MUKTI HADIATI NIM K8409055 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII Skripsi Oleh: Dwi Isworo K 2308082 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG PENDIDIKAN TERKAIT DENGAN KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG PENDIDIKAN TERKAIT DENGAN KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DI KOTA SURAKARTA ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG PENDIDIKAN TERKAIT DENGAN KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DI KOTA SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILL) TERHADAP NILAI KARAKTER DALAM PKn SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGARUH KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILL) TERHADAP NILAI KARAKTER DALAM PKn SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013 PENGARUH KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILL) TERHADAP NILAI KARAKTER DALAM PKn SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh : ARIF SETYAWAN X 6406013 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

Oleh : Sri Handayani NIM K

Oleh : Sri Handayani NIM K Hubungan antara lingkungan belajar dan persepsi siswa tentang jurusan yang diminati dengan prestasi belajar siswa kelas X S M A N e g e r i 3 S u k o h a r j o tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Sri Handayani

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa pendidikan merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN

STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN 2007-2012 SKRIPSI Oleh: ARIS SETIAWAN K4610015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2007 2011 Skripsi Oleh : AAN WAHYU PARWANTO K 4608083 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

ANALISIS SUHU UDARA DAN CURAH HUJAN UNTUK DETEKSI PERUBAHAN IKLIM KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN SKRIPSI

ANALISIS SUHU UDARA DAN CURAH HUJAN UNTUK DETEKSI PERUBAHAN IKLIM KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN SKRIPSI ANALISIS SUHU UDARA DAN CURAH HUJAN UNTUK DETEKSI PERUBAHAN IKLIM KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1988-2011 SKRIPSI Oleh : Dian Muthia Dwi Putri K5408027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah. BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah. I.I Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan telah ditangani

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang : a. DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. pendidikan harus mampu menjawab berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015 ANALISIS DAYA TAMPUNG FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Widya Prajna, Sutomo Kahar, Arwan Putra Wijaya *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan

Lebih terperinci

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : SRI ROCHAYATI NIM X

Skripsi Oleh : SRI ROCHAYATI NIM X PERANAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN NELAYAN DI PANTAI SIKUCING DESA GEMPOLSEWU KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL TAHUN 2010 Skripsi Oleh : SRI ROCHAYATI NIM X5406010

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016

ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016 ANALISIS TINGKAT KECUKUPAN PELAYANAN FASILITAS KESEHATAN MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016 (Memperkaya Materi Pembelajaran SMA Kelas XII Kompetensi Dasar Menganalisis Pemanfaatan

Lebih terperinci

KUMPULAN UU DAN PERATURAN BIMBINGAN DAN KONSELING & PENDIDIKAN

KUMPULAN UU DAN PERATURAN BIMBINGAN DAN KONSELING & PENDIDIKAN KUMPULAN UU DAN PERATURAN BIMBINGAN DAN KONSELING & PENDIDIKAN PENGURUS PUSAT IKATAN KONSELOR INDONESIA ( PP IKI ) 2013 DAFTAR ISI 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak yang cukup memperhatikan berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di bidang pendidikan. Melalui kegiatan pendidikanakant erbentuk kualitas sumber

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: YUNITA BUDI ASTUTI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : May Shofiana Amalia K2308101 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BAGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP N 15 SURAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BAGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP N 15 SURAKARTA PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BAGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII DI SMP N 15 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Merry Pratiwi NIM. K6405026 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Menimbang : Mengingat : LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, 1 PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

Lebih terperinci

LANDASAN YURIDIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

LANDASAN YURIDIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BBM 6 LANDASAN YURIDIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Pendahuluan Praktik pendidikan nasional diselenggarakan dengan mengacu kepada landasan yuridis tertentu yang telah ditetapkan, baik berupa undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN

POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN POLA PERSEBARAN INDUSTRI RUMAH TANGGA GULA DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA DI KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Oleh SRI HANA RIZKI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LAYANAN PENDIDIKAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING

PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING PENERAPAN METODE OUTDOOR LEARNING DENGAN MEDIA FLIP CHART UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII-G SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : ACHMAD MASHFUFI

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER

PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER PADA ADOLESENSI USIA 13-18 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN KETINGGIAN WILAYAH TEMPAT TINGGAL (Studi Kros-Seksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Hananto Timor Perdana K

Disusun Oleh : Hananto Timor Perdana K PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGIDENTIFIKASI JENIS- JENIS SUMBER DAYA ALAM SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP

Lebih terperinci

DINA ARIA MULYANTI K

DINA ARIA MULYANTI K SKRIPSI STUDI KORELASI TENTANG PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PEMAHAMAN SEJARAH DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL SKRIPSI Oleh: CHARLY WAHYU PAMUJI K2308076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL 4MAT DAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP KECAKAPAN SPASIAL PESERTA DIDIK PADA TOPIK BAHASAN KARAKTERISTIK LAPISAN BUMI DAN PERGESERAN BENUA KELAS X SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci