BAB II KAJIAN TEORI. rumputan. Tanaman padi memiliki nama botani Oryza sativa dengan nama lokal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. rumputan. Tanaman padi memiliki nama botani Oryza sativa dengan nama lokal"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Jerami Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput rumputan. Tanaman padi memiliki nama botani Oryza sativa dengan nama lokal padi. Padi dapat digolongkan dalam padi kering yang tumbuh di dataran tinggi dan padi sawah yang memerlukan air menggenang. Padi yang dibudidayakan hingga saat ini telah mengalami banyak perubahan, yaitu: jumlah daun yang lebih banyak, batang yang lebih panjang, daun berubah menjadi lebih panjang dan lebih besar. Tanaman padi memiliki batang yang beruas ruas (AAK, 1990). Gambar 1. a) menunjukkan tanaman padi dan Gambar 1. b) menunjukkan pembakaran jerami padi. a) b) Gambar1. a) Tanaman Padi, b) Pembakaran Jerami Padi Masa tanam padi hingga panen kira kira 3 bulan. Setelah masa panen, maka akan dihasilkan hasil samping berupa jerami dan sekam padi. Jerami padi merupakan bagian tanaman padi yang berupa batang tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Deliana, 2009). Jerami padi umumnya langsung dibakar guna mempercepat persiapan tanah guna penanaman selanjutnya atau 6

2 digunakan sebagai alas ternak. Pada musim kemarau jerami digunakan sebagai alternatif pakan ternak karena keterbatasan ketersediaan hijauan. Namun jerami kurang disukai sebagai pakan ternak karena kandungan silikanya. Silika dengan lignin memperkuat dan memperkeras dinding sel tanaman, sehingga membuat dinding sel tersebut tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Sekitar 31% produksi jerami yang digunakan sebagai pakan, 62% dibakar, dan 7% digunakan untuk keperluan industri (Martawidjaja, 2003). Jerami padi mengandung 39% selulosa, 29% hemiselulosa, 12% lignin, dan 11% abu (Muharyani, Pratiwi, dan Asip, 2012). Kandungan unsur hara dalam jerami padi adalah TC, TN, Si, K, P, Ca, Mg, Na. Jerami padi mengandung unsur K dan Si dalam jumlah yang cukup tinggi. Jerami padi mengandung SiO2 antara 1,7-9,3% sedangkan K antara 1-3%. Pembakaran jerami dapat menyebabkan hilangnya unsur hara (Husnain, 2009). Jerami kaya akan silikon seperti halnya sekam padi sehigga jerami juga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil silika jika dibakar. Komposisi kimia jerami padi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Jerami Padi No. Komponen % Berat 1. PK (protein kasar) 6,25 2. SK (serat kasar) 32,41 3. LK (lemak kasar) 1,19 4. BETN ( bahan ekstra tanpa nitrogen ) 39,09 5. Ca 0,27 6. P 0,09 ( Sumber : Marlina dan Askar, 2004) Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kertas dan bahan kimia, media penanaman jamur, bahan bangunan, dan kerajinan tangan. Jerami padi cocok untuk kertas cetak atau untuk pembuatan kardus. Dalam pembuatan pulp jerami padi membutuhkan tenaga dan bahan kimia yang lebih rendah dari 7

3 pada kayu. Pulping yang dimasak selama 105 menit dengan suhu 130ºC menghasilkan yield 36% dengan kadar air 12,5% (Suseno, 2012). Sedangkan pulping yang dimasak pada suhu 120ºC selama 120 menit menghasilkan pulp dengan kadar selulosa sebesar 35,5% (Indah W, 2012). Walaupun jerami dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kertas dan bahan pembuatan bahan kimia, tetapi hal ini belum banyak dilakukan karena pertimbangan ekonomis. Pembuatan bahan bangunan dengan jerami dilakukan dengan memotong dan mencetaknya dalam lembaran particle board. Pencetakan pada suhu 150º 250ºC tidak membutuhkan perekat karena lignin dan pentosa berperan sebagai perekat (Sulardjo, 2013). 2. Silika Silika adalah bahan kimia yang pemanfaatannya sangat luas, seperti untuk pembuatan keramik, katalis, atau bahan pembuatan zeolit sintetik. Silika dapat diperoleh dari silika mineral, nabati, dan sintesis kristal. Silika mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang yang berupa mineral misalnya pasir kuarsa. Silika nabati dapat diperoleh dari tanaman misalnya padi, tebu, dan bambu (Riandani, 2014). Silika merupakan mineral yang banyak terdapat dialam dalam keadaan bebas maupun sebagai campuran dengan mineral lainnya membentuk mineral silikat. Silikon terikat secara tetrahedral kepada empat atom oksigen. Dikenal 2 macam silika yaitu, silika amorf dan silika kristal. Silika kristal memiliki tiga bentuk utama yaitu kuarsa, kristobalit, dan tridimit. Pada tekanan atmosfer, kuarsa stabil pada suhu 867ºC, tridimit stabil antara 867ºC hingga 1470ºC, kristobalit stabil pada 1470ºC. Masing masing dari ketiga polimorf silika memiliki modifikasi temperatur tinggi dan rendah. Contohnya, tridimit temperatur tinggi berubah 8

4 menjadi tridimit temperatur rendah pada 177ºC sedangkan kristobalit temperatur tinggi berubah menjadi kristobalit temperatur rendah antara 200ºC dan 268ºC. Perubahan dari temperatur tinggi ke temperatur rendah pada jenis yang sama tidak mengubah ikatan tapi hanya mengalami penggantian dan rotasi yang mengubah kesimetrian struktur tanpa memutuskan ikatan (Berry and Mason, 1983). Gambar 2 menunjukkan struktur silika tetrahedral. Gambar 2. Struktur Silika Tetrahedral (Sumber: Egger, 2006) Kuarsa dan kristobalit dapat saling dipertukarkan apabila dipanaskan. Proses ini lamban karena dibutuhkan pemutusan dan pembentukan kembali ikatan ikatan dan energi pengaktifannya tinggi. Silika tidak reaktif terhadap Cl2, H2, asam asam, tetapi dapat diserang oleh F2, HF, hidroksida alkali dan leburan leburan karbonat (Retnosari, 2013). Menurut Agustin Retnosari (2013) silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali terhadap asam hidrofluorida dan asam phospat. SiO2 (s) + 4HF (aq) SiF4 (aq) + 2H2O (l) Menurut Fitriani Sholichah, Arnelli, dan Ahmad Suseno (2013) silika dapat bereaksi dengan hidroksi alkali. SiO2 (s) + 2NaOH (l) Na2SiO3 (l) + H2O (l) Silika dapat diperoleh dengan beberapa metode. Abu sekam padi yang dipanaskan dalam suhu 600ºC hingga 800ºC dapat mengghasilkan silika 9

5 berbentuk amorf. Namun bila pemanasan dilanjutkan hingga 900ºC hingga 1000ºC maka akan terjadi transformasi fasa yaitu menjadi bentuk kristobalit dan tridimit (Yusmaniar dan Soegijono, 2007). Silika dapat diekstrasi dari abu terbang batu bara yang direndam dalam 100 ml NaOH dengan konsentrasi 1,5; 2; 2,5 dan 3 M. Kemudian dipanaskan yang disertai pengadukan dengan kecepatan 150 rpm dengan variasi waktu pengadukan 60, 90 dan 120 menit. Semakin tinggi konsentrasi NaOH dan lama waktu ekstrasi, maka kadar silika hasil ekstrasi juga semakin tinggi. Pada konsentrasi NaOH 3 M dan lama pengadukan 120 menit dihasilkkan silika dengan kadar 33%. Sedangkan pada lama pengadukan 90 menit dan 60 menit adalah 17% dan 13% (Retnosari, 2013). Salah satu pemanfaatan serbuk silika yang cukup luas adalah sebagai penyerap kadar air diudara sehingga memperpanjang masa simpan (Fahmi dan Ronaldi, 2013). Modifikasi silika gel sekam padi dengan 8-hidroksiquinolin dapat dimanfaatkan sebagai adsorben Ni(II) dalam medium air. Adsorpsi Ni(II) silika gel sekam padi hidroksiquinolin terjadi secara maksimum pada ph 7 (Djatmiko dan Amaria, 2012). Abu sekam padi dapat dijadikan sumber silikan dan dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam tembaga(ii). Abu sekam padi didestruksi dengan NaOH selama 4 jam sehingga diperoleh natrium silikat dan kemudian dimodifikasi dengan 3 propil trimetoksi silan menjadi silika termodifikasi amin. Silika termodifikasi amin dapat dimanfaatkan sebagai adsorben ion logam tembaga (Ngatijo, Faried, dan Lestari, 2011). 3. Zeolit Istilah zeolit berasal dari dari kata zein (bahasa Yunani) yang berarti membuih dan lithos yang berarti batu. Nama ini sesuai dengan sifat zeolit yang akan membuih bila dipanaskan. Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal 10

6 aluminosillikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensinya. Ion ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolit dan dapt menyerap air secara reversible. Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit- unit tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O dan di dalam struktur tersebut Si 4+ dapat diganti dengan Al 3+ (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Tetrahedral alumina dan silikat pada struktur zeolit dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4 menunjukkan struktur umum kerangka zeolit dan Gambar 5 menunjukkan unit pembangun zeolit. Gambar 3. Tetrahedral Alumina dan Silikat pada Struktur Zeolit (Sumber: Barrer, 1982). Gambar 4. Struktur Umum Kerangka Zeolit (Sumber: Gates, 1992) Gambar 5. Unit pembangun zeolit (Sumber: Gates, 1992) 11

7 Menurut Smart Lesley dan Elaine Moore rumus umum zeolit dapat ditulis dengan: Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].wH2O dimana, n w x,y : valensi dari kation M : jemlah molekul air per satu unit sel : total jumlah tetrahedral per satu unit sel [ ] : struktur kerangka alumina silikat M+ : kation alkali / alkali tanah Menurut Mursi Sutarti dan Minta Rachmawati (1994) zeolit memiliki beberapa sifat yaitu : 1. Dehidrasi Sifat dehidrasi zeolit akan mempengaruhi terhadap sifat adsorbsinya. Zeolit dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang menyebabkan medan listrik meluas kedalam rongga utama dan akan efektif terinteraksi dengan molekul yang akan diabsorbsi. Jumlah molekul air sama dengan jumlah pori pori atau volum ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan. 2. Adsorbsi Dalam keadaan normal, ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang berada disekitar kation. Bila kristal zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap. Zeolit dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion Pb 2+ (Kristiyani, Susatyo, dan Prasetya, 2012), ion Cu(II) (Murniati, Hidayat, dan Mudasir, 12

8 2009), ion Mn(II) (Putra, Khamidinal, dan Krisdiyanto, 2015), ion Zn(II) (Wahyuni dan Widiastuti, 2009) 3. Penukar ion Ion ion dalam rongga atau kerangka zeolit berfungsi untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi bergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion. 4. Katalis Zeolit merupakan katalisator yang baik karena mempunyai pori pori yang besar dengan permukaan yang maksimum. Bila zeolit digunakan dalam proses penyerapan atau katalisis maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas diantara kristal. Zeolit dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada cracking cangkang sawit menjadi bio oli (Sunarno dan Yenti, 2013). 5. Penyaring / pemisah Zeolit dapat memisahkan molekul gas atau cairan dari suatu campuran tertentu karena memiliki ruang hampa. Molekul yang berukuran lebih kecil dapa melintas sedangkan yang berukuran lebih besar akan tertahan. Cairan higroskopik gliserol yang diimpregnasikan ke dalam membran PVDF (polyvinilidene fluoride) dapat dimodifikasi dengan nanozeolit Na-Y sehingga dapat digunakan sebagai pemisah campuran gas yang mengandung CO2, N2, dan O2 (Gunarso, 2012). Menurut proses terbentuknya zeolit dapat dipisahan menjadi 2 kelompok yaitu zeolit alam dan zeoit sintesis. Zeolit alam terbentuk karena adanya proses 13

9 perubahan alam dari batuan vulkanik, sedangkan zeolit sintetik direkayasa oleh manusia secara proses kimia (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Rumus oksida beberapa jenis zeolit sintesis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rumus Oksida Beberapa Jenis Zeolit Sintetis Zeolit Rumus Oksida Zeolit A Na2O.Al2O3.2SiO2.4,5H2O Zeolit N-A (Na,TMA)2O.Al2O3.4,8SiO2.7H2O; TMA (CH3)4N + Zeolit H Zeolit L Zeolit X Zeolit Y Zeolit P K2O.Al2O3.2SiO2.4H2O (K2Na2)O.Al2O3.6SiO2.5H2O Na2O.Al2O3.2,5SiO2.6H2O Na2O.Al2O3.4,8SiO2.8,9H2O Na2O.Al2O3.2-5SiO2.5H2O Zeolit O (Na2,K2,TMA2)O.Al2O3.7SiO2.3,5H2O; TMA (CH3)4N + Zeolit Ω (Na,TMA)2O.Al2O3.7SiO2.5H2O; TMA (CH3)4N + Zeolit ZK-4 0,85Na2O.0,15(TMA)2O.Al2O3.3,3SiO2.6H2O Zeolit ZK-5 (R,Na2)O.Al2O3.4-6SiO2.6H2O (Sumber: Georgiev et al., 2009) Menurut Mursi Sutarti dan Minta Rachmawati (1994) zeolit sintesis dapat didikelompokkan sesuai dengan perbandingan kadar komponen Al dan Si. 1. Zeolit kadar Si rendah (kaya Al) Zeolit jenis ini mengandung banyak Al, mempunyai nilai ekonomi tinggi karena sangat efektif dipakai untuk pemisahan atau pemurnian dalam kapasitas besar. Volum pori dapat mencapai 0,5 cm 3 per cm 3 volum zeolit. Contoh zeolit Si rendah yaitu: zeolit A memiliki perbandingan Si/Al = 2/1 danzeolit X memiliki perbandingan Si/Al = 2,5/1. 2. Zeolit kadar Si sedang Jenis zeolit moderenit memiliki perbandinga Si/Al = 5 sangat stabil, maka diusahakan membuat zeolit dengan kadar Si yang lebih tinggi dari pada 1 14

10 yang kemudian diperoleh zeolit Y. Contoh zeolit Si sedang adalah zeolit omega yang memiliki perbandingan Si/Al = 7/1. 3. Zeolit kadar Si tinggi Zeolit ini memiliki sifat yang sangat hidrofilik dan akan menyerap molekul yang tidak polar dan baik digunakan sebagai katalisator asam untuk hidrokarbon. Zeolit ini mempunyai perbandingan kadar Si/Al antara Contoh zeolit Si tinggi yaitu: zeolit ZSM 5, ZSM 11, ZSM 21, dan ZSM Zeolit Si Jenis Zeolit ini tidak mengandung Al sama sekali. Sifat zeolit jenis ini adalah sangat hidrofilik hidrofobik sehingga dapat mengeluarkan atau memisahkan suatu molekul organik dari suatu campuran air. Contoh zeolit Si adalah silikasit. Zeolit banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Dalam bidang pertanian zeolit digunakan untuk perbaikan sifat tanah terutama tanah yang banyak mengandung pasir. Zeolit dapat digunakan untuk mengatasi polusi yang disebabkan oleh air limbah industri. Kemampuan zeolit dalam menyerap gas CO2 memungkinkan penggunaannya untuk mengatasi pencemaran lingkungan Zeolit dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti industri deterjen, pengeringan dan permunian gas, dan keramik (Arifin dan Bisri, 1995). Dalam deterjen zeolit dapat dijadikan sebagai builder. Builder dalam deterjen berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pencucian dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air (Imam P, Arneli, dan Suseno, 2013). 15

11 4. Sintesis Zeolit Menurut Rodhie Saputra (2006) pengolahan zeolit secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap, yaitu preparasi dan aktivasi. Tahap preparasi zeolit diperlakukan sedimikian rupa agar mendapat zeolit yang siap olah. Tahap preparasi merupakan pengecilan ukuran dan pengayakan yang dapat menggunakan mesin. Tahap aktivasi dapat dilakukan dengan pemanasan atau penambahan pereaksi kimia. 1. Aktivasi dengan pemanasan, zeolit dikeringkan pada suhu 230ºC dan waktu pemanasan selama tiga jam. Pemanasan dilakukan guna menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori kristal zeolit. 2. Penambahan pereaksi kimia dilakukan dengan NaOH dan H2SO4 yang bertujuan untuk membersihkan permukaan pori. Zeolit yang telah diaktivasi perlu dikeringkan, pengeringan dapat dilakukan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari (Emelda, Putri, dan Ginting, 2013). Menurut Mursi Sutarti dan Minta Rachmawati (1994) beberapa proses untuk menghasilkan zeolit yang mempunyai nilai ekonomi dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Proses hidrogel Bahan dasar terdiri dari Na silikat, Na aluminat, dan Na hidroksida. Suhu yang dibutuhkan untuk kristalisasi bervariasi antara suhu kamar sampai 200 C. Waktu yang dibutuhkan untuk kristalisasi dari beberapa jam sampai beberapa hari. 2. Konversi dari mineral kapur Bahan dasar untuk proses ini adalah kaolin yang harus didehidroksilasi menjadi meta kaolin dengan jalan kalsinasi pada suhu 650º-850ºC Proses 16

12 kalsinasi akan menigkatkan kereaktivitasan dari metakaolin sehingga mempermudah pereaksian metakaolin dengan NaOH dan Al2O3 pada proses sintesis. 800 Al2Si2O5(OH)4 C kaolin Al2Si2O7 + 2H2O metakaolin Metakaolin yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan NaOH dan Al2O3. Campuran direfluks pada temperatur 94º-97ºC selama 4 jam (Yani, Destiarti, dan Wahyuni, 2013). Haloisit dan momorilonit dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zeolit A, X, dan Y. 3. Bahan dasar yang ada di alam Bahan yang ada di alam antara lain kerak geotermal dan abu terbang. Abu terbang batu bara dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan zeolit. Abu terbang dicampur dengan NaOH dan air suling kemudian diaduk selama 48 jam pada suhu 47ºC. Setelah itu sampel diletakkan pada oven dengan suhu 140ºC selama 48 jam. Sampel dibilas hingga ph 9 selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu 90ºC selama 12 jam (Zakaria dkk, 2012). 5. Spektroskopi FTIR Spektoskopi FTIR merupakan singkatan dari Fourier Transform Infra Red. Bila suatu radiasi dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekulnya dapat melakukan transisi diantara tingkat vibrasi (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited state). Hanya frekuensi tertentu yang dari radiasi inframerah yang akan diserap oleh molekul. Tidak semua ikatan dalam molekul dapat menyerap radiasi inframerah, hanya ikatan yang memiliki momen dipol yang dapat menyerap radiasi inframerah (Sastrohamidjojo, 1992). 17

13 Daerah spektrum elektromagnetik inframerah terletak pada panjang gelombang cm -1 (Sastrohamidjojo, 1992). Daerah yang mengandung sejumlah besar vibrasi tertentu yang tak dapat ditelaah disebut dengan daerah sidik jari (Sastrohamidjojo, 2007). Spektrum inframerah pada daerah cm -1 adalah daerah sidik jari yang dapat menunjukkan struktur kerangka zeolit. Spektrum inframerah zeolit yang muncul pada daerah cm -1 terdiri dari dua vibrasi. Vibrasi pertama disebabkan oleh vibrasi internal dari kerangka TO4 tetrahedron sedangkan yang kedua adalah vibrasi yang berhubungan dengan ikatan eksternal anatara unit tetrahedral (Byrappa dan Kumar, 2007). Gambar 6 menunjukkan diagram alat inframerah. Sel rujukan Detektor dan perekam Sumber radiasi Sel contoh Pemenggal Kisi Gambar 6. Diagram Alat Inframerah Spektofotometer (Sumber: Fessenden & Fesseden, 1998) Terdapat tiga komponen pokok dalam spektrofotometer, yaitu: 1. Sumber radiasi inframerah, sumber radiasi akan memancarkan sinar yang akan mengenai cuplikan. 2. Monokromator, mendispersi sinar awal menjadi banyak frekuensi. 3. Detektor, mengubah energi dari frekuensi menjadi sinyal listrik yang kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat. 6. Difraksi Sinar-X (XRD) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling sering digunakan. Radiasi sinar-x 18

14 dihasilkan saat elektron penembak yang bergerak dipercepat, akibat beda tegangan (potensial) anoda yang tinggi yang menumbuk permukaan suatu bahan padat (logam). Semakin cepat gerak elektron, semakin besar sinar-x yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah elektron, semakin besar intensitas sinar-x. Jika sebuah elektron bebas dipercepat, maka dapat menerobos suatu atom hingga menumbuk elektron pada kulit terdalam keluar. Karena ada kekosongan pada kulit terluar, maka untuk mempertahankan keadaan stabil elektron terluar akan mengisi kekosongan pada kulit atom terdalam dengan memancarkan gelombang sinar-x (Budi, 2011). Gambar 7. a) menunjukkan proses penembakan elektron dan Gamabar 7. b) menunjukkan pemancaran gelombang sinar-x. Gambar 7. a) Penembakan Elektron; b) Pemancaran Gelombang Sinar-X Sinar-X memiliki dapat digunakan untuk mengidentifikasi materi yang tidak diketahui, menentukan kemurnian sampe, menentukan ukuran kristal, dan penentuan para meter kisi (Weller,2006). Dalam sintesis zeolit, gamgguan dalam struktur rangka, kemurnia fasa, ukuran kristal dapat menghasilkan perbedaan dalam pola difraksi sinar-x (Kokotailo dan Fyfe, 1995). Dasar dari penggunaan difraksi sinar-x untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini: 19

15 2.d.sin θ = n.λ ; n = 1, 2,... dimana d adalah jarak antar bidang kristal, θ adalah sudut difraksi, dan λ adalah panjang gelombang, dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan (Chorkendroff dan Niemantsverdiet, 2003). Banyak data difraksi yang dikumpulkan sari senyawa anorganik dan senyawa organik yang dikumpulkan dalam JCPDS (Join Committee on Powder Diffraction Standarts). Data ini digunakan untuk mengidentifikasi material yang tidak diketahui (Weller,2006). B. Penelitian yang Relevan Penelitian sintesis zeolit telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang sintesis dan karakterisasi zeolit yang akan dilakukan, relevan dengan peneltian sebelumya. Pada tahun 2004 Sriatun mensintesis zeolit A melalui proses hidrotermal serta aplikasinya sebagai penukar kation Ca 2+. Penelitian zeolit dari abu layang batu bara secara alkali hidrotermal menghasilkan zeolit P, zeolit Y, serta kristal sodalit dan mullit. Zeolit yang terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi yang digunakan, waktu, dan temperatur. Abu layang dicampur NaOH dengan konsentrasi tertentu kemudian dipanaskan pada suhu 100ºC dan 160ºC. Pada suhu 160ºC, konsentrasi NaOH 2M, dan waktu 72 jam dapat menghasilkan intensitas fasa kristalin tertinggi (Jumaeri, Astuti, dan Lestari, 2007). Sekam padi dapat digunakan sebagai sumber silika untuk sintesis nanozeolit NaA. Waktu kristalisasi adalah salah satu parameter yang menentukan dalam sintesis zeolit NaA. Pada periode kristalisasi 3 hari, pada suhu kamar dapat diperoleh kristalnano zeolit NaA berukuran nm (Ghasemi dan Younesi, 2010). 20

16 Kaolin dapat digunakan sebagai sumber silika untuk sintesis zeolit. Penelitian zeolit menggunakan kaolin sebagai sumber silika dengan perbandingan reaktan 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, 80:20, masing masing menghasilkan rasio serapan sebesar 0,667, 0,875, 0,1,500, 1,536, 1,400. Perbandingan natrium silikat dengan natrium aluminat 60:40 merupakan kondisi optimum pada sintesis zeolit 4A. Semakin besar harga rasio serapan yang didapat maka semakin besar kristalisasi zelit 4A yang terbentuk (Putra, Akbar dan Zultiniar, 2014). C. Kerangka Berfikir Jerami dapat dimanfaatkan sebagai adsorben, pulp, dan media pertumbuhan jamur. Komponen yang terdapat pada jerami padi adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, abu, dan silika. Jerami dapat dijadikan sumber silika untuk pembuatan zeolit. Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah. Zeolit memiliki struktur yang berongga, rongga ini berisi air dan kation, kation ini dapat ditukar. Zeolit memiliki ukuran pori tertentu sehingga, dapat dimanfaatkan sebagai penyerap bahan (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Inti dari penelitian ini adalah sintesis zeolit dari abu jerami padi pada temperatur kamar. Jerami padi diarangkan kemudian diabukan agar dihasilkan abu jerami padi yang kemudian digunakan untuk membuat natrium silikat. Abu jerami padi dicampur dengan NaOH dan air disertai pengadukan selama 1 jam sehingga diperoleh natrium silikat. Al2O3 dicampur dengan NaOH dan air kemudian dipanaskan pada suhu 50ºC disertai pengadukan selama 1 jam. Sintesis dilakukan pada suhu kamar. Natrium silikat dicampur dengan natrium aluminat disertai 21

17 pengadukan selama 1 jam. Pengadukan kemudian dilanjutkan dengan waktu aging 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Setelah itu ph diturunkan hingga netral. Endapan yang dihasilkan dikeringkan kemudian dikarakterisasi. Gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa yang terbentuk dikarakterisasi dengan FTIR, sedangkan kristalinitasnya dianalisis menggunakan instrumen Difraksi sinar-x (XRD). Diharapkan hasil yang diperoleh setelah karakterisasi terbentuk zeolit A. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sekam Padi Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Tingkat produksi maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama dibandingkan dengan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Salah satu produk utama pertanian di Indonesia adalah padi.

Lebih terperinci

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi. Selama ini pemanfaatan sekam padi belum dilakukan secara maksimal sehingga hanya digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 30 JULI 2011 PADA KELOMPOK TERNAK TIRTA DOMBA DUSUN SANGUBANYU SUMBERRAHAYU MOYUDAN SLEMAN Oleh:

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit 2.1.1 Pengertian Zeolit Zeolit adalah polimir anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zeolit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang tersusun atas tetrahedraltetrahedral alumina (AlO4 5- ) dan silika (SiO4 4- ) yang membentuk struktur bermuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian, disertai dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini. Latar belakang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Zeolit Sejarah perkembangan zeolit dimulai dari penemuan seorang ahli mineral dari Swedia bernama Cronstedt pada tahun 1756, dia menyebutkan zeolit adalah mineral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI A.M. Fuadi, M. Musthofa, K. Harismah, Haryanto, N. Hidayati Department of Chemical Engineering, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

SINTESIS ZEOLIT 4A DARI BAHAN DASAR ABU SABUT KELAPA SAWIT

SINTESIS ZEOLIT 4A DARI BAHAN DASAR ABU SABUT KELAPA SAWIT SINTESIS ZEOLIT 4A DARI BAHAN DASAR ABU SABUT KELAPA SAWIT Fajril Akbar Yelmida, Zultiniar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Abstrak Limbah padat industri minyak sawit berupa cangkang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Persiapan Bahan Baku 4.1.1 Silika Terpresipitasi Abu sawit yang berasal dari pabrik pengolahan sawit, terlebih dahulu dikonversi menjadi silika terpresipitasi dengan cara

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal Oleh: Risa Fitriya H. Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencernaan Nitrogen di Rumen Nitrogen merupakan senyawa yang penting bagi ternak ruminansia. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi Waktu Pengadukan dan Waktu Pemanasan Gel

Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi Waktu Pengadukan dan Waktu Pemanasan Gel Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi Pengadukan dan Pemanasan Gel Yelmida, Ida Zahrina, Fajril Akbar, Adelia Suchi Laboratorium Teknik Reaksi Kimia Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E 266 KRISTALISASI ZEOLIT A MURNI DARI ABU LAYANG BATUBARA PAITON MENGGUNAKAN METODE FUSI ALKALI : PENGARUH WAKTU HIDROTERMAL Didik Prasetyoko, Saequ, Djoko Hartanto Jurusan Kimia, FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silika merupakan senyawa yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, katalisator dan masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan mineral hasil tambang yang kerangka dasarnya terdiri dari unit-unit tetrahedral alumina (AlO 4 ) dan silika (SiO 4 ) yang saling berhubungan melalui

Lebih terperinci

Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama. FMIPA, Unimed, Medan * ABSTRACT

Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama. FMIPA, Unimed, Medan *  ABSTRACT SINTESIS DAN KARAKTERISASI ZEOLIT 4A DAN 13X DARI ABU CANGKANG KELAPA SAWIT SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION 4A AND 13X ZEOLITES FROM THE ASH OF OIL PALM SHELL Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan

Lebih terperinci

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri sampai saat ini masih menjadi tolak ukur perkembangan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Kemajuan dalam bidang industri ini ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis

I. PENDAHULUAN. Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis energi, karena semakin menipisnya cadangan energi fosil sementara kebutuhan akan energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan salah satu yang banyak diperlukan oleh semua makhluk hidup. Oleh sebab itu, air harus dilindungi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang rekayasa material. Salah satu komposit yang banyak dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak terlepas dari peranan bahan katalis (katalisator). Katalis merupakan suatu zat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

II. TEORI. A. Motor Bakar. I. Motor Bensin 4-Langkah

II. TEORI. A. Motor Bakar. I. Motor Bensin 4-Langkah II. TEORI A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu system yang dapat mengubah energi yang terkandung dalam bahan bakar dan udara berubah menjadi energi panas untuk dapat dimanfaatkan menjadi tenaga gerak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil padi terbesar ke tiga di dunia dengan pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita adalah negara agraris

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang potensial, didukung dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang potensial, didukung dengan keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang potensial, didukung dengan keadaan geografisnya. Adapun salah satu sumber daya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BATU APUNG SEBAGAI SUMBER SILIKA DALAM PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS

PEMANFAATAN BATU APUNG SEBAGAI SUMBER SILIKA DALAM PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS PEMANFAATAN BATU APUNG SEBAGAI SUMBER SILIKA DALAM PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS Febri Melta Mahaddilla, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muka bumi ini keberadaan air sangat berlimpah, mulai dari mata air, sungai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muka bumi ini keberadaan air sangat berlimpah, mulai dari mata air, sungai, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Definisi Air merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Di muka bumi ini keberadaan air sangat berlimpah, mulai dari mata air, sungai, waduk, danau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi beras terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung dalam sampel. Analisis EDX dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan Bogor. Analisis FTIR Sampel silika dan silikon dianalisis menggunakan Spektrometer

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci