Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU
|
|
- Ari Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU Kayu merupakan komuditas. Setiap komuditas harus diberikan ciri-ciri tertentu yang menyangkut : nama, bentuk, jumlah dan kualitas. Kayu bisa dijual baik dalam bentuk kayu bulat (glondongan), yang merupakan bahan Baku (mentah) darii industri pengolahan kayu maupun sudah dalam bentuk tinggal pakai, sebagai hasil olahan industri pengolahan kayu. Masing-masing bentuk ini ada metodenya sendiri-sendiri dalam menetapkan volume dan kualitasnya. Kadang-kadang dijumpai perbedaab ukuran baik volume maupun kualita oleh penjual dan pembeli. Hal ini disebabkan metode penetapannya yang tidak sama. Oleh karena itu dalam perdagangan kayu harus ada perjanjian antara penjual dan pembeli mengenai metode mana yang digunakan dalam menetapkan volume dan kualitanya. Beberapa teori akan disampaikan pada bab ini. Kegunaan yang lain penghitungan dan penetapan volume dan kualita adalah : 1. Sebagai dasar perhitungan labs rugi bagi perusahaan hutan 2. Dasar perhitungan pungutan-pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah 3. Dasar perhitungan upah buruh 4. Sumber penyusunan angka-angka statistik hasil hutan _yang berupa kayu Dasar-dasar Umum Pengukuran Kayu Bulat Pengukuran kayu bulat yang biasanya dalam bentuk isi (volume) dapat dibedakan menjadi yolume sebenarnya dan volume perdagangan. Biasanya volume sebenarnya selalu lebih besar (banyak) dibanding dengan volume perdagangan. Hal ini memang wajar karena cara pengukurannya yang berbeda. Volume sebenarnya adalah isi dari semua zat biologis (tanpa atau dengan kulit) yang terkandung didalam kayu bulat yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan volume perdagangan adalah isi yang dipergunakan didalam transaksi perdagangan yang sudah memperhitungkan bagian yang betil-betul bisa digunakan. lsi perdagangan selalu lebih rendah, karena dalam menghitung dengan cara 1. Pembulatan ukuran yang dilakukan pembulatan kebawah 2. Pengurangan ukuran, yakni dari ukuran sebenarnya (yang diberi trimming a llowance) dihitung ukuran bakunya
2 3. Perhitungan waste, artinya bagian yang dianggap tidak berguna hares dikurangkan dari ukuran Standar Satuan Isi (Volume) Ada dua standar, yakni standar lnggris (Imparial) dan standar Metnk. Dasar standar Inggris adalah ukuran organ tubuh manusia, misalnya ukuran kaki, tangan dll.. sedangkan sistem Metrik adalah satuan berdasarkan pengukuran secara ilmiah ( di Perancis). Satu meter adalah sepersepuluh juta jarak equator ke titik kutub bumf. Bann ini diwujudkan dengan logam platina yang disimpan pada 4 derajat celcius di Paris. Selanjutnya untuk menyatakan isi, maka biasanya dinyatakan dalam m kubik (m3) dalam sistem metrik dan foot cubic dalam sistem Imperial. Yang disebut satu mater kubik adalah kayu yang berdimensi panjang, lebar dan tinggi sama yakni satu meter. Demikian juga satu foot cubic adalah kayu yang panjang, lebar dan tingginya satu foot. Beberapa satuan yang dipakai untuk menentukan isi kayu bulat antara lain : 1. Saranac standart, ialah kayu yang diameter ujungnya 22 ince dan panjangnya 12 feet 2. Quebec standart, ialah kayu bulat dengan ukuran diameter bontos ujung 20 ince dsan oanjangnya 12 feet 3. Bladgeet standart, ialah kayu bulat yang diameter tengah-tengahn 16 ince dan panjangnya 1 feet 4. Glens Falls standart, kayu bulat dengan ukuran diameter bontos kecil 19 ince dan panjang 13 feet Penetapan Isi Kayu bulat Pada umumnya penghitungan isi kayu bulat dilapangan menggunakan tabel isi dengan pembuka diameter (bisa juga keliling) dan panjang. Sebenarnya didalam menetapkan yolume kayu bulat dijumpai kesulitan-kesulitanm antara lain : (1) bentuk logs tidak selalu silindris, sedang pendekatan yang digunakan adalah rumus silindris, (2) logs digunakan untuk bermacam-macam kegunaan sehingga penetapan volumenya sering disesuaikan dengan penggunaannya Rumus Dasar Sebagai rumus dasarnya adalah : V = II D 2 x L, hal ini diambil dari rumus volume silinder, dimana kayu tidak ada yang persis seperti silinder, jadi harus diberikan angka bilangan bentuk
3 1. Huber V h = Bt x L. dimana Bt = luas bidang. tengah dan L = panjang 2. Smalian Vs = (Bp + Bu)/ 2 x L, dimana Bp = luas bontos pangkal, dan Bu = luas bontos ujung, dan L = panjang log Mengapa kedua bontos harus diukur sebab pada umumnya bentuk antara keduanya tidak sama. Secara kasar bentuj sebuah ada 4 macam, yaitu (1) bentuk silindris, (2) bentuk parabolis, (3) bentuk cone, dan (4) bentuk neiloid Rumus-rumus ini adalah untuk mengukur isi sebenarnya. Adapun untuk mengukur isi perdagangan harus diperhitungkan bagian-bagian yang tidak bisa dimanfaatkan (cacat), sehingga: Isi perdagangan adalah : Isi sebenarnya dikurangi Isi bagian nyang cacat Cara-cara Pengukuran Cara mengukur panjang, adalah mengukur jarak terpendek dari bontos ujung sampai pangkal, yang dintakan dalam meter (M) untuk sistem Metrik dan Feet (Ft) dalam sistem Imperial. Ukuran panjang harus ditambah dengan trimming allowance. Alat yang dipakai adalah untuk panjang dengan pita ukur atau tongkat ukur. sedangkan untuk mengukur diameter dengan pita ukur yang langsung bisa mengetahui diameternya dan juga dengan mengukur lilit (keliling) kemudian dilihat ditabel konversi. Untuk mengukur diametr harus hati-hati karena ada 3 bentuk penampang kayu bulat : (1) bentuk lingkaran sempurna, (2) bentuk elips, dan (3) bentuk tidak teratur, dan yang paling banyak dijumpai adalah bentuk (2) dan (3). Caranya adalah mengukur diameter terpendek dan kemudian jarak tegak lurusnya pada kedua bontosnya. Caracaranya adalah : d1 + d2 (d 1 + d 2 ):2 + (d 3 + d 4 ):2 d 1 + d 2 + d 3 + d 4 1. D = D = D = Bila diinginkan kemudahan dan kepraktisan dalam mengetahui diameternya. maka biasanya yang diukur adalah lilit (keliling). Caranya adalah cukup dengan sekali ukur atau ketiga bagian batang dengan melingkarkan pada bagian batang tengah, atau pada kedua bagian bontosnya. Untuk mengetahui diameternya maka dari hasil keliling kemudian dibagi dengan II (=3,1416), dan biasanya dalam satuan centimeter (Cm) atau ince (Imperial). Cara pengukuran ini adalah untuk kayu tanpa kulit.
4 Alat untuk mengukur diameter ada beberapa macam : 1. Tree caliper, yaitu berupa dua tangan (tongkat), dimana yang satu tidak bergerak dan tangan satunya bisa digerakkan menurut kebutuhan. Batang yang diukur diletakkan antara dua tangan tersebut dan kemudian hasilnya dapat dibaca pada mistar yang dipakai sebagai alas untuk menggerakkan tangan tersebut 2. Pita ukur, dapat merupakan ukuran dalam keliling atau langsung ke diameter. Yang biasa digunakan adalah tree-tape, yang terbuat dari kain, plastik atau baja 3. Yard stick (tongkat pengukur), yang sangat sederhana. Terbatas hanya dapat mengukur diameter saja. Tetapi alat ini karena sangat mudah dan praktis maka alat inilah yang banyak digunakan dalam praktek Tabel Isi Kayu Bulat Dalam praktek dijumpai, Tabel Isi lokal, regional dan bahkan general. Untuk perdagangan biasanya digunakan Tabel Isi General. Untuk bisa menggunakan tabel isi terlebih dahulu harus diketahui ukuran panjang dan diameternya. Sebuah tabel isi yang dibuat biasanya dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pekerjaan (praktis). Rumus-rumus untuk mengetahui isi kayu bulat 1. Formula Rules, terdiri atas : (1) Full Measure (sistem Huber, sistem Smalian, sistem Brereton). Hasilnya isi kayu bulat sebenamya (2) Board Measure Rule, hasilnya langsung berupa isi beberapa papan yang bisa dihasilkan dari sebuah batang (log) yang diukur yolumenya. Dengan demikian harus ditentukan tebal gergaji, lebar papan, slab, metode penggergajiannya dll, dan ke (3) Quarter Girth Measure Rule. Untuk mengetahui volume kayu yang dapat dibentuk segi empat dari batang itu, yang hasilnya disebut Hoppus Measure 2. Diagram Rules, adalah khayalan yang dibuat pada sebuah batang dalam bentuk diagram yang hasilnya dapat dimanfaatkan. Beberapa bentuk diagram dipengaruhi oleh : mesin yang digunakan, efisiensi pekerjaan, dan kondisi pasaran. Adapaun rumus yang berdasarkan diagran rules ialah L Scribner Log Rule, The Spaulding Log Rule, Quebec Log Rule dan The New Brunswick Log Rule 3. Mill Tally Log Rules, adalah sebuah tabel isi yang dipandang akurat, yang dibuat berdasarkan data empiris yang sangat banyak. Yang terkenal adalah Massachusets Log Rules
5 4. Standaard Log Rules, hasilnya berupa standar isi dalam unit satuan isi. Standar isi yang terkenal : The Glens Falls Standaard, The Saranac Standaard, The Quebec Standaard dan The Bodgett Log Rule 5. Adapted Log Rule, ialah penggabungan dua atau lebih rumus, menjadi satu rumus. Hal ini dikerjakan mengingat tidak ada satu rumuspun yang sempurna. misalnya satu rumus cocok untuk log kecil saja, sedangkan rumus yang lain cocok untuk rumus log besar sehingga perlu ada penggabungan. Penetapan Kualitas (Standard) Kayu Bulat (Grading) Di Indonesia penetapan (pengujian ) hasil hutan yang berupa kayu bulat. dibedakan menjadi dua, yakni pengujian kayu bulat Jati dan pengujian kayu bulat rimba. Untuk kayu Jati dibedakan antara kayu bilat bernomor dan kayu bilat tidak bernomor. Pada dasarnya pengujian kayu bulat didasarkan atas hasil konyersi yang dapat diperoleh, yang dipengaruhi oleh bentuk umum, cacat, dan ukuran kayu. Kkriteria kualitas kayu adalah berdasarkan banyaknya cacat yang ada. Pengenalan cacat Adanya cacat kayu akan dapat berpengaruh langsung baik kepada pengukuran (scalling), maupun pada kualita kayu (grading), sebab yang disebut cacat itu adalah setiap kelainan yang terdapat pada kayu, baik kayu bulat maupun kayu gergajian. Bentuk cacat ukuran misalnya pada ukuran panjang dan diameter. Hampir setiap batang telah dicantumkan pada daftar kayunya, ukuran yang dimaksudkan. Akan tetapi dalam prakteknya selalu terdapat dua macam ukuran, baik panjang maupu diameternya. Ukurannya selalu diukur yang terpendek atau terkecil. Bila ada dua macam ukuran dalam satu batang, maka batang yang bersangkutan berarti ada cacat ukuran, apakah ukuran panjangnya, ataukah ukuran diameternya, dan yang dipakai selalu ukuran terpendeknya. Berarti batang tersebut akan jatuh pada ukuran atau kualitas dibawahnya. Cacat yang spesifik pada kayu bulat juga bisa didapati pada spesies tertentu. misalnya pada Agathis lorentifolia ( ada bekas cabang yang berbentuk bintang), pada Jelutung (ada saluran latex), pada Kihujan (ada bintik-bintik mats kayu) dan lain-lain. Adanya cacat lain y ang terdapat hampir pada semua kayu, misalnya bekas inger-inger. racing Taut, busuk, growong, hati remuk dll, selalu dapat menurunkan kualita.
6 Penyebab cacat kayu Di Indonesia terdapat jenis kayu yang dapat digolongkan kedalam berbagai golongan, yang menganding cacat khusus, diantaranya (a) cacat kayu jati, (b) cacat kayu rimba, (c) cacat kayo mewah, (d) cacat kayu dawn jarum, dan (e) cacat basil non timber. Adanya cacat khusus yang terdapat pada jenis tertentu mengakibatkan syarat pengujian khusus untuk kayu yang bersangkutan. Menurut sebab terjadinya, cacat dapat digolongkan kedalam : (1) cacat alami, yang dapat dibagi lagi kedalam : fisis, chemis, genitis (2) cacat non alami, disebabkan oleh : lobang penggerek, teknis, dan mekanis Jenis-jenis cacat kayu Berdasarkan lokasi pada batangnya, cacat bisa dibedakan kedalam : (1) cacat bentuk, yang terdiri atas : alur, bengkok, bengkak, iring-irung, puntiran, blimbing, gepeng, hampir bulat, bulat, bundar, dll (2) cacat badan, terdiri atas : alur, belah, bengkak, bekas cabang, bekas terbakar, bergelombang, hati, lobang, oleng-oleng, mata kayu, pecah-pecah, retak, kropos, luka dll (3) cacat bontos, terdiri atas : busuk, growong, hati, kulit tumbuh, kulit kropos, dll (4) cacat bongkot, terdiri atas : banir, blimbing, bekas takik, pecah dll (5) cacat ukuran, terdiri atas : kurang ukuran, lebih ukuran, kurang allowance, lebih allowance, tanpa allowance dll Pada intinya sebatang kayu dinyatakan mempunyai kualita terbaik adalah pada kayu tersebut tidak dijumpai cacat sedikitpun. Sebaliknya kualitas kayu terendah adalah batang kayu yang banyak cacatnya. Cara pengujian kayu Jati Untuk pengujian kayu Jati dibedakan menjadi dua, yakni kayu jati bernomor dan kayu jati tidak bernomor. Untuk kayu Jati bernomor, setelah diterima di TPK, kemudian diberi tanda, misalnya tahun penerimaan, nomor, tempat penimbunan, ukuran panjang dan diameter, yolume dan kualitas kayu. Sedang untuk kayu tak bernomor hanya diberi tanda : tahun penrimaan, ukuran panjang diameter, serta kualita kayunya. Didalam pembuatan sortimen kayu Jati ditetapkan prioritas (urut-urutan) sebagai berikut : (1) Prioritas pertama, yaitu sedapat mungkin dijadikan penghara kayu lapis (yeneer). dengan kriteria pengujiannya adalah :
7 - ukuran panjang mulai dari 2,50 m hingga 3,40 m - ukuran diameter mulai dari 35 cm hingga tak terbatas, - dengan syarat pengujiannya : batang lurus, bebas cabang, letak hati simetris, tidak punya dua hati, bercak (2) Prioritas kedua, sortimen kayu untuk penghara penggergajian, terdiri atas : - A II, ukurannya panjang 0,50 m 1,40 m, diameter 22 cm keatas - A III, panjang dari 1,50 m 1,90 m, diameter 22 cm keatas, panjang 2,20 m 2,90 m, diameter 35 cm keatas, panjang 3,50 m keatas, diameter 45 cm keatas - dengan syarat pengujiannya : berserat lurus, boleh ada 4 mata kayu, tidak banyakcak, kayu harus sehat
BAB V PENGUKURAN KAYU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN BAB V PENGUKURAN KAYU DR RINA MARINA MASRI, MP KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciKayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciKayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau
Lebih terperinciLampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/2009 Tanggal : 10 November 2009
Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/009 Tanggal : 10 November 009 I. KETENTUAN UMUM METODA PENGUKURAN KAYU BULAT RIMBA INDONESIA 1. Kayu Bulat Rimba
Lebih terperinciKayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi
SNI 7533.1:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional SNI 7533.1:2010 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciKayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciVII. VOLUME DAN SORTIMEN. A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian
VII. VOLUME DAN SORTIMEN A. Penaksiran Volume Kayu Gergajian Terdapat beberapa macam cara penaksiran volume kayu gergajian dan kayu bulat yang ada, baik secara perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah
Lebih terperinciBAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN
BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN 9.1. Pendapatan Perusahaan Hutan Tujuan perusahaan hutan adalah kelestarian hutan. Dalam hal ini dibatasi dalam suatu model unit perusahaan hutan dengan tujuan
Lebih terperinciProduk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati
SNI 015007.12003 Standar Nasional Indonesia Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional SNI 015007.12003 Daftar isi Daftar isi...i Daftar tabel...ii Prakata...iii
Lebih terperinciKayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciKayu bundar daun jarum Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar daun jarum Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciKayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji
SNI 7534.2:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu bundar daun lebar Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinci.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU BUNDAR JATI
Page 1 of 15 SNI 015007.12003 KAYU BUNDAR JATI 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi menetapkan istilah dan definisi, lambang dan singkatan, klasifikasi, cara pembuatan, syarat mutu, cara uji, syarat lulus
Lebih terperinciKayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinci.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA
Page 1 of 6 Standar Nasional Indonesia SNI 01-5008.6-1999/ Revisi SNI 01-2026-1990 KAYU CENDANA 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi,
Lebih terperinciKayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciKAYU GERGAJIAN RIMBA
Page 1 of 12 Standar Nasional Indonesia SNI 01-5008.1-1999/ Revisi SNI 01-0191-1987 KAYU GERGAJIAN RIMBA 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi,
Lebih terperinciV. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN
V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama
Lebih terperinciBAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN BAB VIII PENGENALAN CACAT KAYU Dr. Wahyu Surakusuma, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciMENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN
MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN Oleh Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis HP : 081320628223 email : budah59@yahoo.com Disampaikan pada acara Gelar Teknologi
Lebih terperinciLAPORAN PENGUKURAN KAYU
LAPORAN PENGUKURAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN 5. KOSMAS DAMIANUS TAO PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim
Lebih terperinciANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA Makkarennu, Beta Putranto, Nurfina Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu. kayu dibedakan atas 4 (empat) komponen yaitu:
TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Conway (1982) dalam Fadhli (2005) menjelaskan bahwa pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan
Lebih terperinciVI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK. A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian
VI. RANCANGAN KERJA DAN TATA LETAK A. Prinsip Rancangan dan Kerja Industri Penggergajian Agar suatu industri penggergajian yang didirikan dapat berjalan lancar, sesuai dengan rencana, selama jangka waktu
Lebih terperinciTEKNIK MENGHITUNG CEPAT VOLUME PARTAI KAYU BUNDAR ABSTRACT
TEKNIK MENGHITUNG CEPAT VOLUME PARTAI KAYU BUNDAR Oleh: Cipta Santosa Widyaisawara Madya Bidang Pemanfaatan Hutan BDK Bogor ABSTRACT Production and distribution of logs from natural forests in Indonesia
Lebih terperinciKayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)
ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp) (Conversion Rate Analysis Measurement of Logs in The Water For Shorea spp) Budiyana, Iswan Dewantara, Ahmad Yani Fakultas
Lebih terperinciKOMPOSISI LIMBAH PENEBANGAN DI AREL HPH PT. TELUK BINTUNI MINA AGRO KARYA
166 KOMPOSISI LIMBAH PENEBANGAN DI AREL HPH PT. TELUK BINTUNI MINA AGRO KARYA The Composition of Cutting Waste at PT. Teluk Bintuni Mina Agro Karya Concession A. Mujetahid, M. Abstract The study aims to
Lebih terperinciSTUDI RENDEMEN BAHAN BAKU LOG PADA IU-IPHHK RUSMANDIANSNYAH DI KECAMATAN DAMAI KABUPATEN KUTAI BARAT
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885 ISSN O 2503-4960 STUDI RENDEMEN BAHAN BAKU LOG PADA IU-IPHHK RUSMANDIANSNYAH DI KECAMATAN DAMAI KABUPATEN KUTAI BARAT Sopianoor 1, Zuhdi
Lebih terperinciVI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)
VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK) 6.1. Analisis Nilai Tambah Jenis kayu gergajian yang digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kayu pada industri penggergajian kayu di Kecamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon
Lebih terperinciTEKNIK PENEBANGAN KAYU
TEKNIK PENEBANGAN KAYU Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan
Lebih terperinciPENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON. Oleh: INDRA NIM:
1 PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON Oleh: INDRA NIM: 080 500 042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN
Lebih terperinciKayu lapis Istilah dan definisi
Standar Nasional Indonesia Kayu lapis Istilah dan definisi (ISO 2074:2007, IDT) ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Jenis kayu lapis...
Lebih terperinciKayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian daun lebar Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciLAPORAN PENGUJIAN KAYU
LAPORAN PENGUJIAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN 5. KOSMAS DAMIANUS TAO PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
Lebih terperinciBAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU
BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU 3.1.Keterkaitan Antara Kondisi Kebasahan/Kekeringan Kayu dan Kandungan Air serta Kadar Air Dan uraian pada kuliah kedua minggu yang lalu, dipahami tentang
Lebih terperinciPENGGERGAJIAN KAYU. Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP
KARYA TULIS PENGGERGAJIAN KAYU Oleh : Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 839 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN AGUSTUS 2008 Arif Nuryawan : Penggergajian Kayu,
Lebih terperinciMutu dan Ukuran kayu bangunan
Mutu dan Ukuran kayu bangunan 1. Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, penggolongan, syarat mutu, ukuran, syarat pengemasan, dan syarat penendaan kayu bangunan. 2. Definisi Kayu bangunan
Lebih terperinciKayu gergajian jenis jati Cara uji
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian jenis jati Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciJurnal IlmuTernakdan Tanaman
ISSN 2088-3609 Jurnal IlmuTernakdan Tanaman 4, Nomor 2, Oktober 2014 PENGARUH PUPUK KANDANG DAN PUPUK NPK TERHADAP ph DAN K-TERSEDIA TANAH SERTA SERAPAN-K, PERTUMBUHAN, DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa
Lebih terperinci! "# # $ # % & % # '(()
!"# # $# % & % # '(() Kata Pengantar Buku Ilmu Penggergajian Kayu sebagai bahan ajar ini disusun sebagai pedoman dalam memberikan kuliah kepada mahasiswa strata satu. Bahan-bahannya diambil dan tiga buku
Lebih terperinciPengukuran Diameter dan Tinggi Pohon
Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon Pengukuran Diameter (DBH) Diameter atau keliling merupakan salahsatu dimensi batang (pohon) yang sangat menentukan luas penampang lintang batang pohon saat berdiri
Lebih terperinciSNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA
SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 03-3529 - 1994 UDC 691.024.15.035.3 MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN DAFTAR ISI Halaman 1. RUANG LINGKUP... 1 2. DEFiNISI... 1 3. ISTILAH... 1 4. KLASIFIKAS1...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut
Lebih terperinciAbstract. Pendahuluan
Simulasi Pembagian Batang Sistem Kayu Pendek pada Pembagian Batang Kayu Serat Jenis Mangium Simulation of Shortwood Bucking System on Bucking Pulpwood of Mangium Abstract Ahmad Budiaman 1* dan Rendy Heryandi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Hutan Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya.
Lebih terperinciPENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.
1 PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.LOAJANAN SAMARINDA Oleh ASRIANI HAMZAH P. NIM.070.500.006 PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pembangunan rumah di Indonesia sangat tinggi sekitar 900.000 sampai 1,2 juta unit/tahun akibat pertambahan jumlah penduduk dan bencana alam seperti tsunami, banjir,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah
Lebih terperinciKayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan
Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciIV. PEMILAHAN DAN OPTIMASI PENGGERGAJIAN, PENGERINGAN DAN PENGERJAAN KAYU UNTUK PEMBUATAN MOLDING
IV. PEMILAHAN DAN OPTIMASI PENGGERGAJIAN, PENGERINGAN DAN PENGERJAAN KAYU UNTUK PEMBUATAN MOLDING A. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui karakteristik dolog kayu Mangium berupa volume log, angka bentuk dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari. 3.2 Alat dan Objek Penelitian Alat yang digunakan
Lebih terperincicommit to user BAB II DASAR TEORI
3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan
Lebih terperinciAnalisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone
Biocelebes, Juni 2010, hlm. 60-68 ISSN: 1978-6417 Vol. 4 No. 1 Analisis Potensi Limbah Penebangan dan Pemanfaatannya pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten Bone A. Mujetahid M. 1) 1) Laboratorium Keteknikan
Lebih terperinciJurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : 33-44 (1999) Artikel (Article) ANALISIS BEBERAPA RUMUS PENDUGA VOLUME LOG: Studi kasus pada jenis Meranti (Shorea spp.) di areal HPH PT Siak Raya Timber,
Lebih terperinciKayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji
Standar Nasional Indonesia Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciDIKLAT FUNGSIONAL PENERA AHLI 2011 SEJARAH STANDAR UKURAN PANJANG
DIKLAT FUNGSIONAL PENERA AHLI 2011 SEJARAH STANDAR UKURAN PANJANG PENDAHULUAN SEJARAH UKURAN PANJANG Mesir Kuno 4000 SM Satuan panjang merupakan salah satu satuan tertua yang dipakai oleh manusia. Menurut
Lebih terperinciALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU
ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat-alat ukur dalam kerja bangku 2. Menjelaskan
Lebih terperinciKAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG
KARYA TULIS KAYU LAMINASI DAN PAPAN SAMBUNG Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan
BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG Kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDB terus merosot dari 1,5% (1990-an) menjadi 0,67% (2012)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Kayu Gergajian Widarmana (1977) 6 menyatakan bahwa bahan mentah atau kayu penghara yang masuk di penggergajian adalah produk alam yang berupa dolok (log) yang berkeragaman
Lebih terperinciTEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal
TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran Normal Pengukuran normal Normal pada lahan yang miring Jika pohon berada pada lahan yang miring, posisi
Lebih terperinciBESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur
BESARAN DAN SATUAN 1. Pengertian Mengukur Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang
Lebih terperinciGambar 4.1 Terminologi Baut.
BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak
Lebih terperinciKandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))
Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian Manglid (Manglieta glauca Bl.) (Sapwood and Heartwood Contents on the Logs and Sawn Boards of Manglid (Manglieta glauca Bl.)) Balai Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG A. TABUNG Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran yang berhadapan, sejajar, dan kongruen serta titik-titik pada keliling lingkaran
Lebih terperinciANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN
ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri
Lebih terperinciBaja tulangan beton dalam bentuk gulungan
Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan ICS 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciPenyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu
25 Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu Suhardiman, Asroni Mukhlis Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : Suhardiman@polbeng
Lebih terperinciIII RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi
III RANCANGAN DAN PROFIL GIG! GERGAJI A. Tipe Gigi Meskipun mungkin banyak terdapat bentuk-bentuk gigi gergaji, padaa dasarnya hanya terdapat tiga atau empat bentuk pokok. Empat bentuk atau tipe gigi gergaji
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati dengan nama ilmiah Tectona grandis L.F adalah pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-50 m dengan berdiameter
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae
Lebih terperinciBab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN
Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian
Lebih terperinciGambar mengukur menggunakan jengkal
PENGUKURAN Aktivitas manusia setiap hari selalu berkaitan dengan pengukuran terutama pengukuran waktu. Misalnya, waktu yang kamu perlukan untuk menempuh jarak dari rumah ke sekolah adalah 25 menit. Dapatkah
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENETAPAN HARGA EKSPOR UNTUK PENGHITUNGAN BEA KELUAR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH
METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam
Lebih terperinciBab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.
Lebih terperinciitu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.
PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar
Lebih terperinciPENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL
PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL Yustinus Suranto Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG PERIJINAN TEMPAT PENYIMPANAN DAN PENIMBUNAN KAYU SERTA BAHAN BANGUNAN LAINNYA DALAM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan menurut kekuatan lentur paku serta pembenaman paku ke dalam balok terhadap empat jenis kayu dilakukan selama kurang lebih tiga
Lebih terperinciBAB I BESARAN DAN SATUAN
BAB I BESARAN DAN SATUAN A. Pendahuluan Besaran adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai, yang dapat dinyatakan dengan angka. Pada umumnya besaran memiliki satuan. Satuan Suatu yang digunakam untuk membandingkan
Lebih terperinciBab IV PENEBANGAN POHON
Bab IV PENEBANGAN POHON Kata penebangan pohon (felling) sebenarnya dipinjam dari kata pemotongan pohon (cutting), karena istilah pemotongan pohon di Indonesia tidak begitu populair, yang banyak digunakan
Lebih terperinciRingkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6
Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor
Lebih terperinciBAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,
BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinci