ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM"

Transkripsi

1 ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM MUHAMMAD ARIF HIDAYAT DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 200.

2 ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD ARIF HIDAYAT DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 200.

3 ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD ARIF HIDAYAT /TEKNIK PERTANIAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 200.

4 Judul Skripsi : Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam Nama : Muhammad Arif Hidayat NIM : Depatemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing (Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Ketua (Ainun Rohanah STP, M.Si) Anggota Mengetahui, Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen Teknologi Pertanian Tanggal Lulus: Oktober 2009 Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 200.

5 ABSTRAK MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH. Persaingan sektor industri hulu berbasis kelapa sawit dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas pada saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen CPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar asam lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 serta menganalisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu dan rendemen CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan control chart dan diagram sebab-akibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu dan rendemen CPO selama bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 dinilai tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari bahan baku, proses pengolahan dan kondisi mesin atau peralatan selama proses pengolahan kelapa sawit di pabrik. Kata Kunci : CPO, Kadar Air, Asam Lemak Bebas, Rendemen ABSTRACT MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: The Analysis of Quality Consistency and Yield of Crude Palm Oil (CPO) at the Oil Palm Factory of Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH. The competition for the sector of the primary industry based on oil palm was pointed in the increasingly tight challenge. With the strictness of competition of free market at this time, effort was needed to be increased on quality and yield of CPO. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during April and September of 2005 to 2008 period as well as to analyse the cause factors of the low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart and cause-effect diagram. Results of the research showed that the quality and the yield of CPO during April and September of 2005 to 2008 period were inconsistent. This matter was caused by the influence of raw material, processing procedure and machinery condition during oil palm processing at the factory. Keywords: CPO, Free Fatty Acid, Moisture, Yield Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 200.

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 20 Desember 987 dari ayah Muhammad Jalil Hanafiah dan ibu Darnilawati. Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Teknik Pertanian dan sebagai anggota organisasi Agriculture Technology Moslem. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang dari tanggal 7 Juli sampai 6 Agustus 2008,. ii

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Medan, September 2009 Penulis iii

8 DAFTAR ISI ABSTRACT... i RIWAYAT HIDUP... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan Penelitian... 4 Kegunaan Penelitian... 5 Batasan Penelitian... 5 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit... 6 Pengolahan Kelapa Sawit... 7 Karakteristik Mutu CPO... 8 Pengendalian Mutu CPO... Pendekatan Sistem... 5 Teknik Kendali Mutu... 6 Peta Pengendali (Control Chart)... 7 Diagram Sebab-Akibat... 9 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Bahan Alat Metode Penelitian Prosedur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Data berdasarkan Control Chart I-MR Control Chart I-MR ALB Control Chart I-MR Kadar Air Control Chart I-MR Rendemen Lingkungan Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu dan Rendemen Produksi CPO Kadar ALB Kadar Air Rendemen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 7 Hal. iv

9 DAFTAR TABEL No. Hal.. Standar kematangan buah Standar nasional kualitas minyak sawit Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan... 4 v

10 DAFTAR GAMBAR No. Hal.. Control chart Diagram sebab-akibat Control chart I-MR ALB bulan April Control chart I-MR ALB bulan September Control chart I-MR ALB bulan April Control chart I-MR ALB bulan September Control chart I-MR ALB bulan April Control chart I-MR ALB bulan September Control chart I-MR ALB bulan April Control chart I-MR ALB bulan September Control chart I-MR kadar air bulan April Control chart I-MR kadar air bulan September Control chart I-MR kadar air bulan April Control chart I-MR kadar air bulan September Control chart I-MR kadar air bulan April Control chart I-MR kadar air bulan September Control chart I-MR kadar air bulan April Control chart I-MR kadar air bulan September Control chart I-MR rendemen bulan April Control chart I-MR rendemen bulan September Control chart I-MR rendemen bulan April vi

11 vii No. Hal. 22. Control chart I-MR rendemen bulan September Control chart I-MR rendemen bulan April Control chart I-MR rendemen bulan September Control chart I-MR rendemen bulan April Control chart I-MR rendemen bulan September

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Hal.. Bagan alir penelitian Diagram sebab-akibat kadar ALB CPO tinggi Diagram sebab-akibat kadar air CPO tinggi Diagram sebab-akibat rendemen CPO rendah Kadar ALB, kadar air, dan rendemen produksi bulan april dan september periode Standar mutu CPO (ALB dan kadar air) di PKS Tanjung Semantoh Target perusahaan atau RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan) untuk perolehan rendemen di PKS Tanjung Seumantoh Data ALB bulan april Data ALB bulan september Data kadar air bulan april Data kadar air bulan september Data rendemen bulan april Data rendemen bulan september Data curah hujan Peta lokasi kebun Harga-harga d 2, D3, D4 untuk control chart I-MR viii

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Saat ini, produksi CPO (crude palm oil) Indonesia sekitar 7 juta ton per tahun. Dengan produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa terbesar di dunia, berhasil menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 6 juta ton CPO per tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Sukamto, 2008). Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia,

14 2 baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemacu pertumbuhan perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya CPO. Kebutuhan atau permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan akan bahan baku berbasis CPO tersebut terus meningkat. Permintaan CPO dunia pada dasawarsa sebesar 87,7 juta ton, sementara pada tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 3 juta ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52% kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 200, produksi CPO Indonesia diprediksikan mencapai 8,8 juta ton (Sukamto, 2008). Indonesia yang saat ini berperan sebagai produsen terbesar di dunia tentunya harus dapat menciptakan daya komparatif dan kompetitif yang tinggi dalam persaingan perdagangan bebas internasional. Hal ini tentunya dilakukan bukan hanya sebatas meningkatkan kuantitas CPO yang diproduksi per tahunnya tetapi juga harus diiringi dengan pengawasan terhadap kualitas CPO itu sendiri. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, standar mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini standar mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional. Mutu CPO dapat ditentukan dari beberapa parameter atau

15 3 karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar air, dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada setiap aktivitas produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Dengan kata lain, harus memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu industri penghasil barang maupun jasa. Agar suatu perusahaan dapat berkembang atau bertahan hidup, perusahaan tersebut harus menghasilkan produk (barang/jasa) yang mutunya lebih baik, lebih murah, dan pelayanannya lebih baik dari pesaingnya. Semua ini dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Mutu menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan konsumen sebelum membeli barang dan jasa, akibatnya mutu merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu produk di pasaran. Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang untuk menjaga kestabilan mutu. Rendahnya mutu CPO sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Pengawasan mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen minyak. Pemanenan yang tidak tepat pada waktunya akan menghasilkan tandan mentah yang nantinya akan menghasilkan kerugian berupa rendemen yang rendah. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen CPO, yang mana

16 4 dengan analisis ini nantinya akan diketahui apakah suatu proses masih dalam batas kontrol atau tidak. Di samping itu, dengan analisis ini nantinya juga akan diperoleh suatu informasi berupa faktor-faktor penyebab penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO. Selanjutnya faktor-faktor penyebab masalah tersebut diinterpretasikan ke dalam bentuk diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan (fishbone diagram). Dengan demikian, control chart dan diagram sebab-akibat ini dapat digunakan untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO sebagai pedoman dalam perbaikan di masa mendatang. Dengan begitu, tingkat efisiensi dan efektivitas produksi CPO dapat ditingkatkan dan mutu maupun rendemen CPO yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen CPO) dan berada dalam batas kontrol kendali. Tujuan Penelitian. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Untuk menganalisis atau mencari faktor-faktor penyebab timbulnya masalah rendahnya (penyimpangan) mutu CPO dan rendemen produksi.

17 5 Kegunaan Penelitian. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Nanggroe Aceh Darussalam dalam mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas produksi serta mampu memberikan masukan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan upaya pencapaian kualitas produk. 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya seperti pelaku agribisnis kelapa sawit. Batasan Penelitian Penelitian dibatasi untuk menganalisis konsistensi mutu CPO yang dihasilkan berdasarkan parameter kadar air dan ALB serta rendemen produksi dengan menggunakan control chart I-MR untuk mengetahui apakah mutu CPO dan rendemen produksi berada dalam batas pengendali statistik pada bulan April dan bulan September periode Data informasi harian mutu CPO dan rendemen produksi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 25 sampel hari pengolahan yang diambil setiap bulan April dan bulan September selama periode Dalam penelitian ini, penggunaan diagram sebab-akibat hanya digunakan untuk mencari akar penyebab penyimpangan mutu CPO dan rendemen produksi. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.

18 TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kelapa Sawit Menurut sejarahnya, kelapa sawit berasal dari Afrika. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika Selatan. Sebagian kelapa sawit yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang dikirim ke Kebun Raya Bogor pada tahun 848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli, Sumatera Utara. Dari sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Sukamto, 2008). Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 8%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (Departemen Perindustrian, 2007). Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari 6

19 7 lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air (Pasaribu, 2004). Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO. Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Di samping minyak, buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan padatan yang berupa sabut, cangkang (tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk industri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Pengolahan Kelapa Sawit Tandan buah segar beserta brondolannya diangkut dari kebun ke tempat pengolahan. Tandan buah tersebut dimasukkan pertama kali ke dalam ketel perebus. Dengan tujuan untuk mencegah kenaikan kadar ALB serta memudahkan untuk pengolahan selanjutnya. Setelah direbus, selanjutnya buah sawit tersebut dirontokkan dari tandannya dengan alat penebah. Proses selanjutnya adalah pemisahan bagian buah dari biji sawit (digesting) dengan menggunakan mesin peremas. Yang perlu dijaga dalam proses ini adalah jangan sampai daging buah menjadi bubur karena akan menyulitkan proses selanjutnya. Sesudah proses digesting maka proses selanjutnya adalah pengempaan dengan menggunakan mesin kempa. Dari dalam mesin pengempaan tersebut minyak sawit dikeluarkan,

20 8 namun masih belum murni. Sesudah tahap ini minyak sawit selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pemurnian (Syamsulbahri, 996). Operasi panen, angkut dan olah (PAO) adalah merupakan subsistem dari satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang terjadi pada setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga subsistem operasi tersebut waktu dan kegiatannya berbeda-beda dan setiap subsistem punya tujuan sendiri-sendiri. Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal dengan menghindarkan pemotongan buah mentah, menghindarkan buah matang ketinggalan tidak terpanen dan harus mengutip brondolan secara bersih. Sistem angkut dimaksudkan untuk mencapai kapasitas angkut dan mengirim semua buah pada hari itu juga sehingga pabrik tidak mengalami stagnasi kekurangan buah untuk diolah. Selanjutnya sistem olah dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran akhir dari sistem koordinasi PAO adalah mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah (Risza, 994). Karakteristik Mutu CPO Berikut ini adalah pengertian dari beberapa karakteristik mutu :. ALB adalah salah satu indikator mutu minyak. ALB terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak. 2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 05 C. Kadar air tinggi di atas 0,% membantu hidrolisis.

21 9 Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. 3. Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekatan 0%. (Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 995). ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi. Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan kadar ALB ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus untuk menaikkan rendemen minyak. ALB dapat diminimalkan dengan cara perebusan langsung TBS setelah pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut jangan disimpan terlalu lama karena enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit dapat meningkatkan kadar ALB. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus yaitu :. Banyak buah yang rusak 2. Banyak buah yang lepas 3. Lamanya pengangkutan 4. Tingkat kematangan buah 5. Pengumpulan buah yang tertunda Mutu CPO juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam minyak. Cara meminimalkannya adalah dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap alat-alat proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan (Karib, 2004).

22 0 Rendemen minyak adalah persentase minyak dalam tandan buah yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain pengolahan, terutama yang mempengaruhi adalah tipe buah dan teknik pemanenan. Rendemen minyak di pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat kematangan tandan buah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendemen minyak di bawah standar adalah : Tandan yang dipanen tidak memenuhi kriteria matang panen Areal panen (kapveld) yang tidak habis dipanen mengakibatkan beralihnya fraksi buah ke tingkat yang lebih rendah, misalnya dari fraksi 3 menjadi fraksi 5 Tandan buah tidak habis terangkut seluruhnya ke pabrik pada hari panen tersebut Brondolan bercampur kotoran-kotoran, seperti debu, tanah, pasir, batu, dan lain-lain Persentase buah memar tinggi Adanya minyak yang hilang dalam air sterilisasi Adanya minyak yang masih tertahan pada tandan buah kosong yang telah dipipil Adanya minyak yang masih tertahan pada sabut dan cangkang Minyak yang tidak dapat dipisahkan dari air selama penjernihan (PT. Perkebunan Nusantara I, 996).

23 Pengendalian Mutu CPO Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu minyak sawit harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 994). Persaingan ekspor minyak sawit dengan Malaysia, mengakibatkan produk CPO Indonesia harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan perdagangan internasional. Untuk itu, kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintegrasi (Junaran, 995). Tujuan dari pengendalian proses mutu minyak kelapa sawit ialah untuk mencegah terjadinya gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi terhadap kelancaran kelangsungan proses lanjutan, sehingga dapat dicapai mutu yang diharapkan konsumen. Gangguan dapat terjadi karena pengaruh bahan baku atau oleh perlakuan proses pengolahan yang dapat terjadi mulai dari awal proses sampai dengan pada akhir proses (Hanafiah, 994). Aspek mutu sangat penting dan harus diperhatikan selama proses produksi dan pemasaran minyak sawit mulai dari lapangan sampai diperolehnya minyak sawit, pelaksanaan pengangkutan dan penimbunannya di pelabuhan, pelaksanaan pengapalan (baik untuk domestik maupun ekspor) serta jika memungkinkan sampai dengan penerimaan oleh konsumen. Secara umum mutu berarti spesifikasi yang diharapkan konsumen. Pengendalian terutama dilakukan terhadap faktor

24 2 penyebab timbulnya kehilangan atau kerugian minyak. Hal-hal yang mempengaruhi mutu produk yaitu :. Bahan baku 2. Pengangkutan panen dan perlakuan terhadap tandan serta kebersihan panen 3. Keadaan dalam pabrik yang meliputi kondisi proses (suhu dan tekanan kerja) dan tingkat keausan alat 4. Penanganan dan penimbunan produk (Hanafiah, 994). Selain kondisi proses pabrik, mutu CPO juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar proses di pabrik dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standar kematangan buah yang dipanen. Tabel. Standar kematangan buah No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondolan Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada 2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah -2,5% buah luar 3 Fraksi (F-) 0,00% Kurang mentah 2,5-25% buah luar 4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah luar 5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah luar 6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-00% buah luar 7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut memberondol 8 Brondolan 9,50% Tandan Kosong 0,00% Panjang Tangkai TBS < 2,5 cm - -

25 3 Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standar kualitas minyak dan inti sawit. Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit No. Karakteristik Batasan Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50 2 Kadar air (%) < 0,0 3 Kadar kotoran (%) < 0,0 4 Deterioritation of Bleachability index > 2,40 (Pahan, 2008). Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Fauzi, 2003). Tabel 3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit Bahan Sangat Rendah (%) Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) Sangat Tinggi (%) ALB < 2,0 2,0 2,7 2,8 3,7 3,8 5,0 > 5,0 Kadar air < 0, 0, 0,9 0,2 0,39 0,4 0,6 > 0,6 Kadar < 0,005 0,005 0,00 0,0 0,025 0,026 0,05 > 0,05 kotoran (Setyamidjaja, 2006).

26 4 Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat kematangan adalah seperti pada tabel : Tabel 4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB Minyak (%) 0 6,0,6 2,4,7 2 22,,8 3 22,2 2, 4 22,2 2,6 5 2,9 3,8 Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi menghasilkan ALB rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan demikian dapat dikatakan buah kurang matang. Fraksi 0 atau 00 tidak disukai karena mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Quality) seperti yang dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendeman minyak 22,%-22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas,7%-2,% (terendah) (Liang, 2009). Untuk setiap proses pengolahan selalu ditemukan unit pengolahan yang mendapat perhatian penuh dalam pengawasan dan pengoperasiannya. Jika terdapat kelengahan dapat menyebabkan efisiensi pengolahan yang menurun, kualitas produksi akan semakin jelek, dan terjadinya stagnasi. Produk utama kelapa sawit ialah minyak sawit dan inti sawit yang kualitasnya disesuaikan dengan selera konsumen. Konsumennya ialah para industri hilir yang pada

27 5 umumnya mengolah minyak sawit dan inti sawit menjadi barang jadi atau setengah jadi. Unit pengolahan yang kritis ialah unit yang mudah mengalami gangguan keseimbangan dan besar artinya terhadap kelangsungan proses. Gangguan dapat terjadi akibat dari bahan baku atau perlakuan pengolahan, yang boleh terjadi pada awal, tengah, dan pada akhir proses. Tahapan kritis pada pengolahan kelapa sawit ; stasiun rebusan, pemipilan, pengepressan, klarifikasi, pemecah biji, pemisahan inti dan cangkang dan pengeringan inti (Naibaho, 996). Pendekatan Sistem Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya 2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan 3. Mengolah fakta dan data tersebut 4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh 5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang 6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan

28 6 7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil (Eriyatno, 2003). Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau variabel dalam batas lingkungan tertentu, sehingga melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007). Teknik Kendali Mutu Peningkatan kualitas adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakterisitik kualitas dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi

29 7 kebutuhan yang telah dispesifikasikan. Dengan demikian pengertian kualitas dalam konteks peningkatan proses adalah bagaimana baiknya kualitas suatu produk (barang atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dan pengembangan dari suatu perusahaan (Gaspersz, 200). Kendali mutu dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Langkah pertama dalam kendali mutu adalah mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh konsep tersebut. Standar produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting dalam kendali mutu. Jika kita mempelajari sembarang produk, kita menemukan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksinya, termasuk bahan baku, peralatan, metode kerja, dan pekerja. Tidak mungkin membuat produk lain yang persis sama dengannya. Mutu produk selalu bervariasi dengan luas. Untuk mencari faktor-faktor penyebab yang penting itu, Kaoru Ishikawa menciptakan diagram sebab dan akibat (Ishikawa, 992). Peta Pengendali (Control Chart) Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data adalah control chart. Control chart ini memberikan gambaran mengenai gejala stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik dilakukan atas dasar matematik untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari suatu proses produksi adalah membuat barang atau suku cadang yang sesuai dengan spesifikasi yang tertulis. Matematika yang diterapkan pada control chart menggunakan kurang lebih tiga standar deviasi sambil mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah (Ingle, 989).

30 8 Control chart adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada di luar batas pengendalian, sedang yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada dalam batas pengendalian. Biasanya 80% hingga 85% penyimpangan disebabkan oleh adanya sebab umum. Sedangkan antara 5% hingga 20% disebabkan oleh adanya sebab khusus. Control chart tersebut juga digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas proses, menentukan kemampuan proses, membantu menentukan spesifikasi-spesifikasi yang efektif, menentukan kapan proses dapat dijalankan sendiri, dan kapan dibuat penyesuaiannya, dan menemukan penyebab dari tidak diterimanya standar kualitas tersebut. Karakteristik yang diselidiki Batas Pengendalian Atas Garis Pusat Batas Pengendalian Bawah 0 Nomor sampel Gambar. Control chart Peta pengendali statisistik mendeteksi adanya sebab khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sampel berada di luar batas pengendali, maka data sampel tersebut disebut berada di luar batas pengendali statistik (out of statistical control). Sebaliknya, apabila data sampel berada di dalam batas pengendali, maka data sampel tersebut disebut berada dalam batas pengendali

31 9 stasistik (in statistical control). Proses yang berada dalam batas pengendali statistik tersebut dikatakan berada dalam kondisi stabil dengan kemungkinan adanya variasi yang disebabkan oleh sebab umum. Namun demikian, kondisi in statistical control tersebut tidak selalu identik dengan kepuasan pelanggan. Demikianlah, batas-batas pada peta pengendali statistik berbeda dengan batasbatas spesifikasi. Pada beberapa situasi, proses tidak berada dalam pengendali statistik tetapi tidak memerlukan tindakan karena telah memenuhi spesifikasi. Pada kondisi lain, proses yang in statistical control justru membutuhkan tindakan karena spesifikasi produk tidak tercapai (Ariani, 2005). Pembuatan peta kontrol I (Individual) dan MR (Moving Range = Range Bergerak) diterapkan pada proses yang menghasilkan produk relatif homogen atau proses yang bersifat batch seperti industri kimia, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan, dll (Gaspersz, 200). Diagram Sebab-Akibat Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab-akibat di Jepang, sehingga disebut juga dengan diagram Ishikawa. Karena bentuk struktur diagram tersebut menyerupai tulang ikan, sehingga sering juga disebut diagram tulang ikan. Di ujung garis horizontal, suatu masalah ditampilkan. Masing-masing cabang mengarah ke garis utama yang mewakili penyebab masalah utama yang mungkin. Cabang-cabang yang mengarah ke suatu masalah adalah faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah tersebut. Diagram tersebut mengidentifikasi penyebab-penyebab yang paling mungkin dari suatu masalah sehingga selanjutnya kumpulan data dan analisis dapat dipecahkan (Evans and William, 2005).

32 20 Diagram sebab-akibat yaitu diagram yang menunjukkan sebab-akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan analisis sebab-akibat yaitu : - Untuk mengenal penyebab yang penting - Untuk memahami semua akibat dan penyebab - Untuk membandingkan prosedur kerja - Untuk menemukan pemecahan yang tepat - Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan - Untuk mengembangakan proses Langkah-langkah membuat diagram sebab-akibat : Langkah : Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut. Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama. Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan

33 2 Gambar 2. Diagram sebab-akibat (Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian, 2007).

34 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I, Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Mei sampai bulan Juni Bahan dan Alat Penelitian Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data informasi harian kualitas CPO (ALB dan kandungan air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer, dan software Statistic minitab 4. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan juga dari para stakeholder. Disamping itu, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah: 22

35 23. Pengumpulan data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO. Untuk keseragaman dan kemudahan dalam pengolahan data, maka data yang diambil adalah berasal dari 25 sampel hari pengolahan pada bulan April dan bulan September selama periode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut.. Literatur Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai aspek mutu dan rendemen produksi minyak kelapa sawit serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas statistik..2 Pengamatan (Observasi) Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam..3 Wawancara Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang terkait. Stakeholder disini meliputi baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung akurasi data.

36 24 2. Analisis Data Pada tahap ini dilakukan analisis data penelitian dengan menggunakan control chart I-MR dengan bantuan software statistik minitab 4. Control chart ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008). Kemudian dilakukan penyusunan diagram sebab-akibat untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah penyimpangan tersebut. Prosedur Penelitian Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan yang relevan dengan penelitian. 2. Menganalisis data mutu dan rendemen produksi CPO yang diperoleh dengan menggunakan control chart I-MR. 3. Mengevaluasi konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta membandingkannya dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi konsumen.

37 25 4. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang menyebabkan penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dan menentukan ruang lingkup permasalahan dengan cara melakukan penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak terkait (stakeholder), khususnya pihak-pihak yang berperan langsung dalam sistem manajemen mutu produksi. 5. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO tersebut ke dalam suatu model diagram sebab-akibat.

38 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) merupakan satu-satunya BUMN Perkebunan yang berdomisili di Nanggroe Aceh Darussalam. PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) adalah Perusahaan milik negara yang berbentuk Perseroan dan terletak di Nanggroe Aceh Darussalam serta memiliki 4 unit fasilitas pabrik karet dan 3 unit pabrik kelapa sawit dan unit pabrik inti sawit. PKS Tanjung Seumantoh merupakan salah satu unit pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara I dalam menunjang hasil produksi dan hasil pengolahan minyak sawit dengan kualitas yang baik sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Ini semua tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. PKS Tanjung Seumantoh dibuka dan diresmikan pada tanggal 9 Februari 980. Pada saat ini, kapasitas terpasang PKS adalah 30 ton TBS/jam dan dipakai untuk mengolah TBS sendiri dan TBS Pihak III/pembelian serta titip olah. PKS Tanjung Seumantoh merupakan suatu daerah strategis yang terletak di wilayah kawasan Kuala Simpang Aceh Tamiang. Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu dan rendemen CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka penguraian tentang hasil dan pembahasan ini difokuskan pada analisis data yang diperoleh di 26

39 27 lapangan dengan menggunakan control chart kemudian dirangkaikan dengan formulasi problematika penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO untuk selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram sebab-akibat. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti dalam uraian berikut. Analisis Data Mutu dan Rendemen CPO PKS Tanjung Seumantoh Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya industri hilir berbasis CPO. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Oleh karena itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan mutu CPO di PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO yang dihasilkan PKS Tanjung Seumantoh. Dari pengamatan yang dilakukan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam, data yang diperoleh (data variabel) yakni berupa kadar ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan control chart. Oleh karena data variabel tersebut berasal dari suatu proses yang bersifat homogen atau batch, maka sesuai dengan pernyataan Gaspersz (200), control chart yang sangat sesuai untuk digunakan adalah control chart I-MR.

40 28 Control chart I (Individual) dan control chart MR (Moving Range) merupakan dua control chart yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Control chart I merupakan control chart untuk melihat apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Sedangkan control chart MR digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau variabilitas proses. Control chart I-MR kadar ALB. Control chart I-MR kadar ALB bulan April UCL=4.68 Individual value (% ) _ X= LCL= Observation (days) UCL=.4 Moving range (% ) MR= LCL= Observation (days) Gambar 3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005 Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 3. menunjukkan batas pengendalian atas (UCL = upper control limit) sebesar 4,68%, batas pengendalian bawah (LCL = lower control limit) sebesar 2,84%, dan ratarata ( ) sampel kadar ALB sebesar 3,76%. Sedangkan pada control chart MR menunjukkan batas pengendalian atas sebesar,4%, batas pengendalian bawah

41 29 sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 0,35%. Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik (in statistical control). Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2005 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali. Apabila dilihat secara keseluruhan, kadar ALB pada bulan April 2005 terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2005 adalah 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), keseluruhan data kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar. Namun bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 00% data kadar ALB pada bulan April 2005 mampu memenuhi spesifikasi konsumen. 2. Control chart I-MR ALB bulan September 2005 Individual value (% ) UCL=4.34 _ X= Observation (days) LCL= Moving range (% ) UCL=0.78 MR= LCL= Observation (days) Gambar 4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2005

42 30 Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-7 (4,7%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada control chart MR di atas terlihat bahwa sampel ke-7 (MR=,05%) dan 8 (MR=,20%) berada di luar batas pengendalian atas. Ini disebabkan adanya perubahan yang besar dalam ukuran variasi. Sampel ke-7 berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-6 (3,66%) dan 7 (4,7%) yang dapat dilihat pada control chart I. Sedangkan sampel ke-8 berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-7 (4,7%) dan 8 (3,5%) yang dapat dilihat pada control chart I. Variasi yang besar tersebut disebabkan oleh rendahnya mutu sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-7 yaitu sebesar 4,7%. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik. Kadar ALB pada bulan September 2005 ini tidak terkendali secara statistik. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 00% data kadar ALB pada bulan ini mampu memenuhi standar spesifikasi konsumen (< 5%). Rata-rata kadar ALB pada bulan ini adalah 3,70%, kualitasnya lebih baik dibandingkan bulan April 2005 yang rata-ratanya sebesar 3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini terdapat 8% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik.

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI HILDA JULIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG SKRIPSI Oleh: FEBRI PUTRA SITEPU 070308003 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV IZWAR MUNANDAR 070308019 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA STASIUN PEMURNIAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SEI MANGKEI

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA STASIUN PEMURNIAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SEI MANGKEI ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA STASIUN PEMURNIAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SEI MANGKEI SKRIPSI AHMAD WIDI SIREGAR 070308002 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALISIS KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEMBANG MUDA

ANALISIS KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEMBANG MUDA ANALISIS KONSISTENSI MUTU CRUMB RUBBER DI PABRIK KARET PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEMBANG MUDA SKRIPSI Oleh: RAJU 060308024 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN

UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN SKRIPSI DINA LUMBANTORUAN 090308015 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU PENENTUAN KADAR MINYAK BRONDOLAN BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH, AGAK MATANG, MATANG, DAN LEWAT MATANG DI PTP. NUSANTARA III PKS ( PABRIK KELAPA SAWIT ) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance)

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance) Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance) Hartrisari a dan Amin.C. b a Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta-IPB dan SEAMEO

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI DAN MUTU PUPUK KOMPOS DI CV. REKSA SUBUR SEMBADA KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : PUTRI MELINDA SIBARANI 070308030 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya minat masyarakat pedesaan di Daerah Riau terhadap usaha tani kelapa sawit telah menjadikan Daerah Riau sebagai penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NOFRIZAL AMRI

SKRIPSI. Oleh: NOFRIZAL AMRI ANALISIS POTENSI DAN PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN BUAH TERHADAP MUTU MINYAK KELAPA SAWIT TIPE DURA, PISIFERA, DAN TENERA DI KEBUN BANGUN BANDAR, DOLOK MASIHUL, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: NOFRIZAL AMRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah

BAB I PENDAHULUAN. Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah PT. Perkebunan Nusantara I, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 55 V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 5.1 Pemanfaatan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang multi guna, karena seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

UJI SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI CENGKEH TIPE UAP LANGSUNG SKRIPSI

UJI SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI CENGKEH TIPE UAP LANGSUNG SKRIPSI UJI SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI CENGKEH TIPE UAP LANGSUNG SKRIPSI OLEH : LUTHFAN MINHAL 100308076/KETEKNIKAN PERTANIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG

IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG IDENTIFIKASI SISTEM PRODUKSI PUPUK KOMPOS DI CV. MISSION TANI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH : TIKA HAFZARA SIREGAR 070308024 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN

UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN UJI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PEMBUAT BRIKET KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN HASRIL AMRI LUBIS 050308011 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 UJI VARIASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PIROLISIS

UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PIROLISIS UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PIROLISIS SKRIPSI RAHMAD KURNIA SIREGAR 060308019 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH SUKAMTO 072409036 PROGRAM DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 UJI ALAT PENGADUK SABUN CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH MINYAK JELANTAH DENGAN EKSTRAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L.), PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.), DAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU BRIKET

UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU BRIKET UJI KEHALUSAN BAHAN DAN KONSENTRASI PEREKAT BRIKET BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU BRIKET HASNUL JEIN 050308026 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan beberapa hal mengenai penelitian yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T

UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T UJI SUHU PENGGORENGAN KERIPIK UBI JALAR PADA ALAT PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYING) TIPE VACUUM PUMP SKRIPSI OLEH DEWI SARTIKA T PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled

I. PENDAHULUAN. minyak goreng, margarine, shortening, food emulsifier, coffee whitener, filled I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit dengan produk turunannya yaitu minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil CPO) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang diterapkan dibidang industri manufaktur dapat mengakibatkan perubahanperubahan yang sangat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

UJI RPM DAN LAMA PENGERINGAN KEMIRI TERHADAP KAPASITAS ALAT PEMECAH KEMIRI

UJI RPM DAN LAMA PENGERINGAN KEMIRI TERHADAP KAPASITAS ALAT PEMECAH KEMIRI UJI RPM DAN LAMA PENGERINGAN KEMIRI TERHADAP KAPASITAS ALAT PEMECAH KEMIRI SKRIPSI Oleh: RISONA APRIANTY SIPAYUNG 060308041 DEPARTEMEN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PENGERINGAN DAN SUHU PEMBEKUAN TERHADAP MUTU KEMIRI YANG DIPECAH SECARA MEKANIS

PENGARUH SUHU PENGERINGAN DAN SUHU PEMBEKUAN TERHADAP MUTU KEMIRI YANG DIPECAH SECARA MEKANIS PENGARUH SUHU PENGERINGAN DAN SUHU PEMBEKUAN TERHADAP MUTU KEMIRI YANG DIPECAH SECARA MEKANIS SKRIPSI Oleh: FATIMAH SINAGA 060308039 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk atau jasa yang diproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk atau jasa yang diproduksi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang produk ataupun jasa, mempunyai tujuan untuk tetap hidup dan berkembang, tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM: EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH AGUS PURNAMASARI

KARYA ILMIAH AGUS PURNAMASARI PENGARUH FRAKSI BUAH (KEMATANGAN PANEN) KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DALAM CPO (CRUDE PALM OIL) DI PTPN III RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH AGUS PURNAMASARI 072409012 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH UMPAN MINYAKDAN UMPANOLAHANTERHADAP KADARKEHILANGANMINYAKKELAPA SAWIT(LOSSES) PADA UNIT DECANTERDI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN TUGAS AKHIR

PENGARUH UMPAN MINYAKDAN UMPANOLAHANTERHADAP KADARKEHILANGANMINYAKKELAPA SAWIT(LOSSES) PADA UNIT DECANTERDI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN TUGAS AKHIR PENGARUH UMPAN MINYAKDAN UMPANOLAHANTERHADAP KADARKEHILANGANMINYAKKELAPA SAWIT(LOSSES) PADA UNIT DECANTERDI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN TUGAS AKHIR CHRESTELLA T N 092401072 PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukam maka simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan Baku. a. Pelaksanaan pengendalian kualitas penerimaan TBS (Tandan Buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Sejarah perkebunan kelapa sawit Kelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI MINYAK NABATI TERHADAP MUTU MENTEGA KACANG (PEANUT BUTTER)

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI MINYAK NABATI TERHADAP MUTU MENTEGA KACANG (PEANUT BUTTER) PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI MINYAK NABATI TERHADAP MUTU MENTEGA KACANG (PEANUT BUTTER) HASRINA SIJABAT 060305007/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS Disusun Oleh : 1. FETRISIA DINA PUSPITASARI 1131310045 2. GRADDIA THEO CHRISTYA PUTRA 1131210062

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi energi untuk bahan bakar semakin meningkat. Maka kami melakukan penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK SABUN CAIR BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH

RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK SABUN CAIR BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH RANCANG BANGUN ALAT PENGADUK SABUN CAIR BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DRAFT MUHAMMAD IMAM AL HAKIM 110308066 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 RANCANG BANGUN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT NANAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL

PEMANFAATAN KULIT NANAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL PEMANFAATAN KULIT NANAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL SKRIPSI OLEH : ISTIANAH YUSRA 070308004 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 PEMANFAATAN KULIT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya 62 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Komoditas Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang

Lebih terperinci