3.1 GENANGAN Status

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.1 GENANGAN Status"

Transkripsi

1 Peningkatan jumlah penduduk Surabaya dan perkembangan industri serta usaha jasa yang pesat mempengaruhi semua potensi sumber daya alam, seperti kebutuhan akan sumber daya air bersih, yang mana kuantitas dan kualitas air bersih dalam pembangunan akan berpengaruh terhadap semua kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan peningkatan jumlah penduduk dan pergeseran arah pembangunan tersebut, dirasakan adanya dampak negatif terhadap lingkungan, yakni meningkatnya pencemaran lingkungan di Kota Surabaya, seperti pencemaran air akibat limbah domestik (rumah sakit, hotel, dan restoran, serta mall/pertokoan, rumah tangga, pertanian dan limbah industri serta limbah dari kegiatan perbengkelan). Air sebagai sumber kehidupan makhluk hidup sudah tercemar, bahkan sumber air secara fisik mengalami kerusakan. Limbah yang berasal dari kegiatan industri, pertanian, rumah tangga dan perusahaan jasa angkutan mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan kuantitas dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah serta sumber air lainnya. Selain itu Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun disinggung masalah tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya pengelolaan limbah secara terpadu dan sistematis. Meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada peningkatan pencemaran akibat limbah padat, cair maupun gas secara signifikan, yang akan berpotensi menimbulkan dampak pada sumber daya air. 3.1 GENANGAN Status Tinggi, Lama, dan Luas Genangan Perubahan penggunaan lahan peruntukan dari pertanian ke permukiman mengakibatkan perubahan fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase. Saat ini pembenahan saluran ini belum maksimal sehingga menimbulkan kawasan genangan di beberapa lokasi, meliputi : Jl. Tambak Asri dan sekitarnya, Kel Morokrembangan, Kec. Morokrembangan Genangan di suatu kawasan di Kel.Genting, Kec. Asemrowo Jl. Margomulyo dan sekitarnya, Kel. Greges, Kec. Asemrowo Jl. Manukan Kulon dan sekitarnya, Kel. Manukan Kulon, Kec. Tandes Komplek Perumahan Babatan Pratama II, Komplek Perumahan Babatan Mukti, Perumahan Wiyung Indah Selatan (Kel. Babatan dan Kel. Wiyung), Kec. Wiyung Jl. Raya Menganti dan sekitarnya (Kel. Wiyung dan Jajar Tunggal), Kec. Wiyung Jl. Gayungan dan sekitarnya, Kel. Gayungan, Kec. Gayungan Bab III- 1

2 Jl. Gadung dan sekitarnya, Kel. Bendul Merisi, Kec. Wonocolo Jl. Jemur Wonosari Gg. Lebar dan sekitarnya, Kel. Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo Genangan di suatu kawasan di Kel Sidosermo, Kec. Wonocolo Jl. Semolowaru Elok dan sekitarnya, Kel. Semolowaru, Kec. Sukolilo Jl. Semolowaru Utara dan sekitarnya, Kel. Semolowaru, Kec. Sukolilo Jl. Manyar Rejo dan sekitarnya, Kel. Menur Pumpungan, Kec. Sukolilo Jl. Manyar Sabrangan dan sekitarnya, Kel. Manyar Sabrangan, Kec. Gubeng Jl. Gebang Wetan dan sekitarnya, Kel. Gebang Putih, Kec. Sukolilo Genangan di suatu kawasan di Kel. Mulyorejo, Kec. Mulyorejo Genangan di suatu kawasan di Kel. Mojo, Kec. Gubeng Jl. Kalijudan dan sekitarnya, Perumahan Kalijudan Indah dan sekitarnya, Komplek Perumahan Babadan Indah (Kel. Kalijudan, Kec. Tambaksari) Jl. Setro dan sekitarnya, Jl. Karang Asem dan sekitarnya, Jl. Lebak Jaya dan sekitarnya (Kel. Gading, Kec. Tambaksari) Jl. Tambak Rejo dan sekitarnya, Kel. Tambak Rejo dan Jl. Rangkah dan sekitarnya, (Kel. Rangkah, Kec. Tambaksari) Jl. Bubutan dan sekitarnya, Kel. Alun-Alun Contong, Kec. Bubutan Jl. Kapas Madya dan sekitarnya, Kel. Simokerto, Kec. Kenjeran Genangan di suatu kawasan di Kel. Sidotopo, Kec. Kenjeran Jl. Kartini dan sekitarnya, Kel. Sutomo, Kec. Tegalsari Kawasan genangan terjadi selain disebabkan oleh perubahan sistem saluran juga disebabkan pasang surut air laut. Daerah Genangan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.1 Bab III- 2

3 Gambar 3.1 Peta Genangan Bab III- 3

4 Selama kurun waktu 8 (delapan) tahun sejak (Surabaya Drainase Master Plan) hingga kini (2008), luas genangan 43.60%, lama genangan 77.17%, tinggi genangan berkurang hingga 73.08%, sedangkan target luas genangan, lama genangan dan tinggi genangan pada RPJM daerah kota Surabaya tahun harus mencapai 2000 Ha, 1-2 jam dan cm. Tabel 3.1. Penurunan Genangan di Surabaya Periode Uraian Target Penurunan Tahun RPJM genangan (%) Ket RPJM SDMP Luas genangan (ha) , ,50 5,27 Lama genangan (jam) 1-2 1> , Tinggi genangan (cm) > > >30 Sumber : Dinas Bina Marga dan Pematusan Surabaya, ,22 73,08 > , Kondisi genangan di jalan-jalan utama dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 3.2a Genangan di Jl. Mayjend Sungkono Pada tahun 2005, luas genangan mencapai 5,61 ha dengan lama dan tinggi genangan 0-1 jam dan menit. Luas genangan pada tahun 2006 turun menjadi 2,52 ha Gambar 3.2b Genangan di Jl. Ciliwung Pada tahun 2005, luas genangan hanya 0,26 ha dengan lama dan tinggi genangan 0-1 jam dan menit. Akan tetapi pada genangan pada tahun 2006 menjadi lebih luas yaitu 7,49 ha Bab III- 4

5 Gambar 3.2c Genangan di Jl. Kertajaya pada Hujan Bulan Nopember tinggi genangan 1 cm Sistem Drainase Kali Surabaya merupakan saluran penerima limpasan curah hujan utama yang terpecah menjadi dua anak sungai, yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir melewati kota menuju pantai di sebelah utara, sedangkan Kali Wonokromo mengalir ke pantai timur Surabaya, dan bermuara di selat Madura. Kali Surabaya menampung masukan air dari daerah pematusan Kali Marmoyo, Kali Watudakon dan Kali Tengah (yang masuk ke hulu Dam Gunungsari) serta daerah pematusan Kali Kedurus (yang masuk melalui pematusan primer baru di hilir Dam Gunungsari). Aliran-aliran ini dibawa menuju laut melalui Dam Jagir ke Kali Wonokromo, dan dicegah supaya tidak masuk ke sistem drainase internal dengan cara mengatur pintu-pintu air di Bendung Wonokromo. Bangunan-bangunan pengatur utama ini semuanya dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta. Selama masa kolonial Belanda, bangunan-bangunan pengatur utama dibangun di daerah Gunungsari dan Jagir untuk mengatur muka air sungai di bagian hulu untuk irigasi, dan Kali Wonokromo Seiring dengan berkembangnya kota menjadi pusat perdagangan maritim, wilayah perkotaan tumbuh ke arah barat digali sebagai saluran sudetan untuk membuang limpasan dari Kali Brantas ke Selat Madura di sebelah timur. Pintu navigasi dibangun di Dam Gunungsari untuk memberi kesempatan perahu-perahu kecil melewati hulu menuju Kali Surabaya. Saluran-saluran Kalibokor dan Gunungsari berfungsi sebagai saluran pembawa untuk irigasi sawah dan tambak di wilayah barat dan timur kota, yang memang dipusatkan di sekitar Kali Mas. Karena dekat dengan pantai, Kali Mas, Kali Wonokromo dan area pertanian kawasan rendah di sepanjang pesisir pantai, merupakan area yang sangat dipengaruhi pasang surut air laut. dan timur, dan menggeser area lahan yang sebelumnya digunakan untuk tujuan-tujuan pertanian. Saluran-saluran pematusan baru dibangun untuk membuang limpasan dari kawasan perkotaan baru menuju selat Madura di daerah timur. Bab III- 5

6 Akan tetapi, jaringan saluran irigasi masih tertinggal dan disatukan dengan lahan-lahan terbangun. Pada akhir tahun 1970, bangunan pengatur dengan pintu air baru yang dioperasikan dengan listrik dibangun di daerah Gunungsari, dan sekarang dioperasikan oleh Perum Jasa Tirta. Pintu navigasi di Gunungsari dan Mlirip di Kali Surabaya sekarang sudah tidak dipakai lagi dan sungainya pun sudah tidak digunakan untuk lalu lintas pengangkutan. Sekarang ini, terminal kontainer modern sudah dibangun di pelabuhan Tanjung Perak, untuk melayani kapal-kapal besar yang berlayar dari samudra, kendati pelabuhan lama di sepanjang Kali Mas masih dipergunakan untuk pelayaran tradisional antara Surabaya dan pulau-pulau lain di kepulauan Indonesia. Dam Jagir dan Dam Wonokromo mengatur masukan air ke instalasi penjernihan air Ngagel, yang dimulai operasinya di tahun Dam Gunungsari mengatur elevasi muka air pada Kali Surabaya untuk instalasi penjernihan air Karangpilang. Sistem drainase yang ada terdiri dari 4 macam fasilitas sebagai berikut: a) Saluran-saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir yang berasal dari Luar Surabaya diarahkan ke laut (Kali Surabaya dan Kali Wonokromo). b) Pengumpulan limpasan dari area perkotaan melalui saluran-saluran tersier, sekunder, dan primer dibantu oleh pompa-pompa drainase pada daerah yang tidak memungkinkan adanya aliran secara gravitasi. c) Tanggul laut dengan pintu-pintu laut untuk mencegah arus balik di saluran pematusan primer selama pasang tinggi (di daerah pantai timur) d) Serangkaian saluran-saluran irigasi primer dan sekunder dari bangunan pengatur Gunungsari dan Gubeng. Saat ini saluran-saluran ini memiliki fungsi ganda di musim hujan dengan menerima aliran dari saluran pematusan. Sistem pematusan di Surabaya memiliki fasilitas sebagai berikut: a) Rumah Pompa Drainase Sistem drainase internal telah dikembangkan dalam beberapa tahun ini untuk melindungi kawasan perkotaan yang rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun rumah-rumah pompa pematusan. Sampai sekarang ini, 21 rumah pompa telah dibangun yang melayani areal masing-masing antara 32 sampai 1500 ha. b) Tanggul Laut dan Pintu Laut Untuk melindungi daerah rendah di pesisir pantai dari genangan air selama pasang tinggi, dibangun tanggul laut dengan pintu laut pada saluran-saluran pematusan primer. Pintu laut yang ada hanya cocok untuk mencegah air laut yang masuk ke saluran sistem irigasi di mana air asin bisa merusak hasil panen, karena pintu-pintu tersebut perlu perbedaan elevasi muka air, paling tidak 0,5 meter untuk bisa dijalankan. Saluran-saluran pematusan tidak dapat beroperasi dengan kapasitas penuh dalam kondisi seperti itu, yang disebabkan tidak adanya tinggi muka air yang cukup bagi pengoperasian pintu laut. Bab III- 6

7 Boezem a. Boezem Morokrembangan b. Waduk Kedurus Dukuh c. Boezem Mini Bratang d. Boezem Mini Kali Dami e. Boezem Wonorejo Boezem Wonorejo, selain digunakan untuk menampung air hujan juga digunakan sebagai sarana rekreasi Gambar 3.3 Boezem Wonorejo Tekanan Genangan di Kota Surabaya dipicu oleh kegiatan warga kota sehingga kapasitas saluran/boezem menjadi berkurang dikarenakan akumulasi sedimen dan sampah yang masuk ke dalam saluran/boezem. Disamping itu penyempitan aliran juga dapat menjadi penyebab selain kondisi topografi, geografi, geometri alur sungai dan juga peristiwa alam seperti curah hujan tinggi, sedimentasi dan peristiwa pasang surut. Penyebab banjir yang berhasil dihimpun di lapangan sebagai berikut: a) Tidak memadainya kapasitas saluran irigasi yang belum diubah menjadi saluran pematusan kota, terutama saluran Gunungsari; b) Tidak lengkapnya sistem drainase, dimana aliran tidak dapat mencapai saluran pematusan primer; c) Tidak selesainya proyek-proyek yang menangani drainase, disebabkan oleh masalahmasalah di seputar pembebasan tanah; d) Berkurangnya kapasitas saluran pematusan yang sudah ada dikarenakan sedimentasi yang telah terakumulasi dan sampah-sampah yang masuk ke dalam saluran; e) Berkurangnya kapasitas muara pantai timur yang disebabkan oleh perluasan tambak ikan hingga jauh ke arah timur; f) Penyempitan aliran yang disebabkan oleh gorong-gorong yang rusak, jembatan dan jembatan pipa; g) Pengaruh dari pasang surut laut; h) Pompa dan pintu air yang tidak beroperasi karena kerusakan yang tidak diperbaiki. Yang juga paling mendasar adalah kondisi geografis Surabaya yang berada di hulu DAS Brantas dimana aliran banjir di bagian hulu Kali Brantas Surabaya yang diatur oleh Perum Jasa Tirta melalui serangkaian waduk-waduk penyimpanan dan bangunan-bangunan pengatur. Aliran-aliran yang besar di Kali Brantas sebagian besar diteruskan melalui saluran sudetan buatan Kali Porong yang berawal di Dam Lengkong di Mojokerto dan mengalir langsung ke laut. Pembagian limpasan ke Kali Surabaya dan Kali Porong ini dibuat dengan membuka pintu air di Bendung Mlirip dan Dam Lengkong. Bab III- 7

8 Kali kedurus pematusan primer-talud tidak diperkeras Salah satu segmen saluran yang tidak diperkeras sama sekali Saluran diantara bangunan sehingga sulit pemeliharaannya Saluran dipenuhi oleh endapan Endapan yang ditumbuhi vegetasi juga memperkecil aliran Saluran yang terakumulasi sampah Gambar 3.4 Penyebab Penyempitan Aliran Saluran Respon Prinsip dari mengatasi genangan adalah bagaimana cara menurunkan luas, tinggi, dan lama genangan. Kegiatan pengelolaan prasarana pematusan dan sarana penanggulangan banjir dilakukan melalui 4 tahapan yaitu pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan kualitas prasarana dan melakukan pekerjaan baru. Ringkasan kegiatan utama untuk memperbaiki sistem drainase tersebut adalah : Pemeliharaan Pekerjaan ini terdiri dari pemeliharaan pompa dan pintu laut, serta pembersihan saluran pematusan primer dan sekunder dengan kedalaman endapan yang perlu digali berkisar antara cm. Pemeliharaan saluran tersier diserahkan pada warga. Rehabilitasi Perbaikan boezem, pintu air dan pompa yang ada, serta penggalian sediment dalam volume besar supaya dapat mencapai kapasitas yang direncanakan. Peningkatan Peningkatan kapasitas rumah pompa dan pekerjaan untuk meningkatkan kapasitas saluran pematusan primer dan sekunder, seperti melebarkan dan memperdalam saluran yang sering dengan lining yang baru atau penguatan pondasi. Pekerjaan baru Fasilitas baru yang diperlukan seperti saluran baru untuk melengkapi jaringan pematusan, jembatan baru, rumah baru, pintu laut baru serta peralatan mekanis baru untuk mengangkut sampah dari saluran-saluran, pemeliharaan/pembangunan waduk. Bab III- 8

9 Secara rinci telah tertuang dalam Ringkasan Master Plan Drainase Surabaya 2018 Tabel 3.2. Ringkasan Surabaya Master Plan Drainase 2018 Jangka Pendek Jangka Menengah A ASPEK LEGAL 1. Menyiapkan Perda untuk Menyiapkan Perda SDMP melalui (lihat Rencana Tindakan pemberdayaan Segera). masyarakat. 2. Penyerahan aset-aset Siapkan SK untuk untuk bangunan penyerahan aset. pengendali banjir 3. Persiapan untuk Siapkan SK untuk O&P pengembangan jaringan sistem drainase tersier. drainase tersier melalui pembinaan. B PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN 1. Sediakan ROW untuk saluran pematusan baru dan lahan untuk wadukwaduk yang direncanakan dalam SDMP. 2. Mengatur penggunaan lahan di kawasan tinggi. 3. Mengatur pengembangan di kawasan Pantai Timur guna menjamin berfungsinya bagian muara dan saluransaluran primer. Merevisi RDTRK guna menunjukkan jaringan pematusan yang direncanakan (termasuk waduk-waduk). Merevisi MPS 2000 Mengatur dengan untuk kawasan Kedurus. ketat perijinan baru untuk pembangunan di daerah pematusan Gunungsari dan Kedurus. Membuat survey Pengawasan pemilikan lahan di penggunaan lahan di kawasan tanah oloran. kawsan konservasi. Pematokan ROW untuk saluran-saluran muara, lahan diperuntukkan fasilitas umum. Jangka Panjang Mengatur dengan ketat perijinan baru untuk pembangunan di daerah pematusan Gunungsari dan Kedurus. Pengawasan penggunaan lahan di kawsan konservasi. Bab III- 9

10 B PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN 4. Koordinasikan Perencanaan SDMP Mengatur reklamasi perencanaan untuk pengembangan perlu diperhatikan dalam untuk kawasan rencana pengembangan Pelabuhan supaya Pelabuhan disekitar Kali Lamong. Pelabuhan. menjamin muaramuara pembuangan dari sistem Gunungsari/WLL. C KELEMBAGAAN 1. Persiapan untuk peningkatan kinerja O&P. 2. Menyiapkan SDM untuk program besar pengembangan pematusan perkotaan. 3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. D 1. ENGINEERING Mendirikan Kantor Koordinator Pengendalian Banjir serta 5 Kantor Rayon yang berdasarkan batas-batas hidrologi. Melengkapi 6 kantor Memperbarui dengan komputer serta informasi. informasi tentang sistem pematusan. Membentuk tim-tim pelatihan, siapkan materi pelatihan. Merekrut personil yang Merekrut personil berpengalaman untuk yang manajemen proyek, dan berpengalaman. pengawasan desain serta pengawasan konstruksi. Memperbarui informasi. Pelatihan staf. Pelatihan staf. Pelatihan staf. Membentuk Unit Memasukkan unit Pengaduan Masyarakat di Pengaduan PU KMS. Masyarakat didalam Dinas Pematusan Kota Surabaya. Pembebasan Lahan Selesaikan Bebaskan lahan untuk Bebaskan lahan a) Persiapan untuk program pembebasan tanah peningkatan saluransaluran untuk waduk-waduk besar perbaikan pada saluran-saluran primer dan baru di daerah hulu. pematusan dan primer yang sudah sekunder termasuk (5 waduk) pengembangan sistem dimulai perbaikannya. sistem Gunungsari pematusan untuk (Kedurus, K. Bokor). dan Kedurus. (12 subsistem) kawasan baru. Bab III- 10

11 D ENGINEERING Bebaskan lahan untuk pekerjaan prioritas seperti saluran-saluran muara, saluran-saluran diversi, saluran-saluran primer serta boezem baru untuk Wonorejo dan Kenjeran/K. Kepiting. (11 sub-sistem) 2. Rumah Pompa Drainase a) Meningkatkan kapasitas rumah pompa yang ada supaya mampu menangani limpasan akibat urbanisasi yang Penggantian pompapompa lama pada rumah pompa yang ada (Darmokali, Dinoyo, Bratang, Penggantian pompapompa yang sudah mencapai usia tua (Gunungsari I, Pacar Kembang, Kali meningkat pada kawasan Pesapen, Kenari, Dami). yang tidak bisa memakai Flores, Gunungsari II). sistem pematusan gravitasi. b) Pemakaian kembali Rekondisi pompapompa pompa-pompa yang merek Ebara diganti dalam item (2a) guna meningkatkan untuk meningkatkan kapasitas rumah kapasitas pada rumah pompa yang ada pompa yang lain dengan (Keputran, Medokan pengeluaran biaya Hilir, Darma Husada, rendah. ITS 4, Wonorejo 1). c) Membangun rumah Membangun 6 rumah Membangun 7 rumah pompa baru untuk pompa baru untuk pompa baru untuk melengkapi prasarana muara-muara dan muara-muara dan pematusan, khususnya kawasan rendah kawasan rendah pada muara-muara dan (Grahadi, K. Mir, (muara Kali Kepiting, kawasan-kawasan Medokan Diversi, dan Tenggumung, Randu rendah yang tidak bisa muara-muara Kalidami, Barat, Nambangan, memakai sistem K. Bokor, dan Lebak Indah, Kali pematusan gravitasi. Wonorejo). Judan, Margomulyo). - Bab III- 11

12 3. Waduk/Boezem Penampungan Aliran Banjir a) Mengoptimalkan kinerja Penggalian sedimen waduk/boezem yang ada. dari boezem Morokrembangan, termasuk tanah hasil galian yang disimpan dalam boezem Selatan yang direncanakan untuk reklamasi. Penggalian sedimen dari boezem Bratang dan K. Dami. b) Membangun boezemboezem Membangun boezem- Membangun boezem baru serta pintuboezem baru pada : baru pada muara K. pintu keluar guna meningkatkan volume penampungan pada Medokan (diversi) dan Kepiting / Kenjeran muara Wonorejo/ Rungkut. sistem pematusan. c) Membangun wadukwaduk Pemilihan lokasi/ Persiapan program baru dikawasan penggambaran/pemas pembebasan lahan tinggi/hulu guna angan patok untuk dan program mengurangi puncak debit lahan waduk-waduk konstruksi wadukwaduk pelimpasan yang baru. baru. mengalir ke kawasan yang lebih rendah. 4. Jaringan Pematusan Utama a) Meningkatkan muaramuara Membangun muara- Membangun muaramuara dimana kapasitas muara melalui tanah tidak sesuai dengan debit oloran (Kalidami, K. melalui tanah oloran (Kenjeran, K. limpasan maksimum, guna menurunkan muka Bokor). Membangun muara Kepiting) termasuk pintu-pintu laut baru. air di sistem bagian hulu. dengan kapasitas lebih besar di K. Wonorejo. b) Melengkapi sistem pengamanan terhadap laut pasang di kawasan Timur Surabaya. Tanggul laut baru untuk melindungi boezem Kenjeran / K. Kepiting. Pintu laut baru untuk muara Lebak Indah. Membangun boezem-boezem baru untuk pengmbangan kawasan industri : WLL-2, WLL-5. Membangun wadukwaduk baru untuk : Balong, Kandangan, Sememi, Benowo, Kedurus. Bab III- 12

13 4. Jaringan Pematusan Utama Pintu laut baru untuk Kali Kebonagung dan Perbatasan, dikoordinsaikan dengan jalan tol Lingkar Luar Timur. c) Rehabilitasi dan Rehabilitasi saluran- Rehabilitasi saluran- E peningkatan sistem pematusan (lihat Usulan Teknis untuk Pengendalian Banjir). d) Membangun saluran pematusan primer dan sekunder baru. e) Rehabilitasi dan pengembangan sistem jaringan pematusan tersier, di program setelah perbaikan pada jaringan utama. OPERASI & PEMELIHARAAN saluran primer di saluran primer di kawasan pusat dan kawasan timur dan timur kota. (12 subsistem)sistem) selatan kota. (3 sub- Peningkatan saluransaluran primer di saluran Peningkatan saluran- primer. kawasan banjir parah di (8 sistem) sebelah timur dan selatan kota. (6 sistem) Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan peningkatan saluransaluran peningkatan saluran- sekunder. saluran sekunder. (11 sistem) (14 sistem) Ruas-ruas pendek Saluran-saluran baru saluran baru untuk untuk mengurangi banjir mengembangkan dalam sistem sistem pematusan. pematusan yang ada (8 sistem). (Keputran, Flores, Medokan, Margomulyo). Kawasan pusat Semua kawasan (8 sistem) (5 sistem) 1. Meningkatkan kinerja Siapkan anggaran Siapkan anggaran Operasi fasilitas yang lebih besar. yang sesuai dengan pematusan di lapangan. kegiatan Operasi. Rahabilitasi saluran Jeblokan. Peningkatan saluransaluran primer. (4 sistem) Rehabilitasi dan peningkatan saluransaluran sekunder. (5 sistem) Saluran-saluran baru untuk mengembangkan sistem pematusan. (4 sistem). Semua kawasan (20 sistem) Siapkan anggaran yang sesuai dengan kegiatan Operasi. Bab III- 13

14 E OPERASI & PEMELIHARAAN Siapkan prosedur Meningkatkan kinerja Meningkatkan Operasi dan sistem Operasi pintu-pintu kinerja Operasi Pelaporan. laut, Pompa-pompa pintu-pintu laut, serta boezem- Pompa-pompa serta boezem. boezem-boezem. Siapkan sistem peringatan dini untuk banjir pada sistem pematusan perkotaan. Merekrut dan melatih Pelatihan staf Pelatihan staf staf Operasi. 2. Meningkatkan kapasitas Siapkan anggaran yang Siapkan anggaran Siapkan anggaran sistem melalui program lebih besar. yang sesuai dengan yang sesuai dengan besar penggalian lumpur Pengadaan alat-alat kegiatan kegiatan dari saluran pematusan berat dan peralatan pemeliharaan pemeliharaan dan boezem-boezem. khusus untuk Pemeliharaan alat Pemeliharaan alat pemeliharaan. berat. berat. Program prioritas Program penggalian Program penggalian pertama untuk lumpur dari saluran- lumpur dari saluran- penggalian lumpur. saluran pematusan. saluran pematusan. 3. Menentukan prosedur Menentukan prosedur Mengembangkan Mengembangkan untuk inspeksi rutin, Pemeliharaan, AKNOP prosedur prosedur peningkatan persiapan serta sistem pelaporan. Pemeliharaan. Pemeliharaan. anggaran serta Siapkan anggaran Siapkan anggaran pemeliharaan rutin pada yang sesuai untuk yang sesuai untuk prasarana pematusan. Pemeliharaan rutin. Pemeliharaan rutin. Meningkatkan kinerja Meningkatkan Pemeliharaan rutin. kinerja Pemeliharaan rutin. Merekrut dan melatih Pelatihan staf. Pelatihan staf. staf Pemeliharaan. 4. Pemberdayaan Sosialisasikan prosedur Mengembangkan masyarakat dalam O&P pengaduan melalui Unit kinerja Kanto-kantor sistem pematusan Pengaduan Masyarakat. Rayon dalam utama. menangani pengaduan masyarakat. Bab III- 14

15 E OPERASI & PEMELIHARAAN 5. Pemberdayaan masyarakat dalam O&P sistem pematusan tersier. Proyek percontohan pengembangan jaringan tersier dengan cara pembinaan. 6. Mengurangi volume Proyek percontohan sampah yang masuk ke penanggulangan saluran pematusan. sampah pada sistem pematusan PA Kupang/Dinoyo. Sumber : Surabaya Master Plan Drainase Program pengembangan Program jaringan tersier dengan pengembangan cara pembinaan. jaringan tersier dengan cara pembinaan. Diseminasi hasil proyek Semua sampah percontohan ke kawasan padat lain. Meningkatkan dikumpulkan persentase sampah yang untuk dibuang ke dikumpulkan. TPA. Tabel 3.3 Rancangan Pengembangan Waduk di Surabaya Luas (ha) No N a m a Yang Catatan Rencana Ada 1. Boezem Rehabilitasi 1999/2000 oleh PSAPB. Morokrembangan Reklamasi 13.9 ha. Peningkatan Kapasitas Pintu Laut. Pemasangan Pintu Kuras. Pembangunan rumah pompa baru. 2. Boezem Dikelola oleh PT. SIER. Rungkut Industri 3. Boezem Perlu penyelesaian bagian hulu oleh SAPB. Kedurus Dukuh Rumah pompa sudah ada. 4. Mini Boezem Perlu penggalian sedimen. Bratang Pompa yang ada ditingkatkan kapasitasnya. 5. Mini Boezem Kalidami Perlu penggalian sedimen. Sedimen yang masuk dikurangi dengan tembok pembatas. Pintu laut sudah ada. Rencana rumah pompa baru. 6. Boezem Rencana boezem baru di tanah oloran Kenjeran / Kepiting Rencana pintu laut baru dengan pintu khusus untuk nelayan. Rencana rumah pompa baru. 7. Boezem Rencana boezem baru di daerah tambak. 8. Wonorejo / Rungkut Mini Boezem Medokan Semampir Rencana pintu laut baru dengan pintu khusus untuk nelayan. Rencana rumah pompa baru Rencana boezem baru untuk rencana saluran sudetan Medokan Semampir. Rencana pintu klep baru ke Kali Wonokromo. Rencana rumah pompa baru. 9. Waduk Balongsari Rencana waduk baru di Saluran Balongsari. 10. Waduk Kandangan Rencana waduk baru di Saluran Larangan. Bab III- 15

16 Luas (ha) No N a m a Catatan Yang Ada Rencana 10. Waduk Kandangan Rencana waduk baru di Saluran Larangan. 11. Waduk Sememi Rencana waduk baru di Saluran Babat Jerawat. 12. Waduk Benowo Rencana waduk baru di Saluran Benowo. 13. Waduk Kedurus Rencana waduk baru di Kali Kedurus untuk membatasi debit pematusan yang masuk Kali Mas, bila wilayah Kedurus dikembangakan untuk pemukiman. 14. Boezem Tandes Industri Sumber : Dinas Bina Marga dan Pematusan - Boezem boezem kecil di kawasan industri, diusulkan untuk dibangun oleh developer sesuai site plan. 3.2 AIR PERMUKAAN Status Di wilayah Kota Surabaya, selain Kali Surabaya juga mengalir Kali Kedurus, Kali Mas dan Kali Wonokromo yang merupakan anak dari Kali Surabaya. Di perbatasan Surabaya dan Gresik (Karangpilang), Kali Surabaya mendapat pasokan dari Kali Tengah, dan saluran di Gunungsari mendapat pasokan dari Kali Kedurus.Di Jagir Wonokromo Kali Surabaya terpecah menjadi 2 (dua) anak sungai, yakni Kali Mas dan Kali Wonokromo. Sungai-sungai tersebut merupakan satu kesatuan sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang tidak terpisahkan peranannya satu dengan yang lain. Bab III- 16

17 Gambar 3.5 Peta sungai dan saluran Bab III- 17

18 Kali Surabaya Kali Mas Kali Wonokromo Kali Surabaya-Kali Mas-Kali Wonokromo merupakan sungai utama di Surabaya yang merupakan DAS Brantas. Di kota ini Kali Brantas terbagi menjadi dua yakni Kali Porong dan Kali Surabaya yang dimensinya lebih kecil. Di Wonokromo Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo. Kali Mas mengalir ke arah pantai utara melewati tengah kota sedang Kali Wonokromo ke arah pantai timur dan bermuara di selat Madura. Secara administratif, terdapat 8 kecamatan yang dilalui oleh Kali Mas, yang meliputi Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Gubeng, Kecamatan Genteng, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kecamatan Krembangan dan Kecamatan Semampir. Wilayah Kelurahan yang dilalui oleh Kali Mas sebanyak 15 Kelurahan, yang meliputi : Kelurahan Ngagel, Darmo, Keputran, Gubeng, Pacarkeling, Genteng, Embong Kaliasin, Ketabang, Alon-alon Contong, Bongkaran, Krembangan Utara, Nyamplungan, Perak Utara, Krembangan Selatan dan Kelurahan Ujung Fungsi Kali Surabaya Kali Surabaya merupakan anak sungai Kali Brantas yang berawal dari pintu air Dam Mlirip sampai dengan pintu air Jagir, yang merupakan sungai lintas kabupaten/kota. Kali Surabaya disamping memperoleh pasokan dari Kali Brantas, juga memperoleh pasokan debit dari Kali Marmoyo (Mojokerto), Kali Watudakon, Kali Tengah (Gresik) dan Kali Kedurus (Surabaya) Kali Surabaya pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a. Sebagai sumber air baku bagi PDAM Surabaya (± 7 m 3 /detik), kegiatan industri (± 4 m 3 /detik), kawasan perumahan (< 0,7 m 3 /detik) dan pertanian (± < 1 m 3 /detik). b. Pengendali banjir Kota Surabaya dan sekitarnya, dengan pengaturan debit di pintu air Mlirip dan Gunungsari untuk Kali Surabaya, pintu air Wonokromo untuk Kali Mas, pintu air Jagir untuk Kali Wonokromo, Kali Kedurus dengan Waduk Kedurusnya. c. Pemasok air sebagai aliran dasar (base flow) sebesar ± 7,5 m 3 /detik yang berfungsi untuk pengenceran limbah industri dan limbah domestik dan mempertahankan ekosistem sungai, baik di Kali Surabaya sendiri maupun saluran drainase kota, seperti Saluran Banyu Urip dan Saluran Kebon Agung (SIER). d. Sebagai sarana wisata dan olah raga air. e. Sebagai sarana transportasi air. Bab III- 18

19 Sedimentasi Ditumbuhi eceng gondok Gambar 3.6 Kondisi Kali Surabaya Kali Mas Kali Mas mengalir ke arah Utara melalui tengah Kota Surabaya dan berakhir di Ujung-Perak (Selat Madura). Kali Mas pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a. Pengendali banjir Kota Surabaya dan sekitarnya, dimana saluran drainase utama Kota Surabaya bermuara ke sungai-sungai tersebut, seperti Kali Dinoyo dan Kali Darmo yang bermuara ke Kali Mas. b. Penyedia air sebagai aliran dasar (base flow) sebesar ± 3 4 m 3 /detik untuk pengenceran limbah domestik melalui saluran drainase kota, seperti Saluran Kalibokor dan Kali Jeblokan. c. Sebagai sarana wisata dan olah raga air. Bab III- 19

20 d. Pemasok air irigasi bagi persawahan di Surabaya Timur melalui Saluran Kalibokor, saluran irigasi saat ini telah berubah menjadi saluran drainase sesuai dengan perkembangan kota. e. Pengatur permukaan air tanah di sekitar sungai. f. Berperan untuk mencegah intrusi air laut. Segmen dekat Monkasel Sarana Wisata & Olah Raga Air Gambar 3.7 Kondisi Kali Mas Kali Wonokromo Walaupun Kali Wonokromo mengalir ke arah Timur pada akhirnya sungai ini juga berakhir ke Selat Madura. Kali Wonokromo pada saat sekarang masih berfungsi sebagai berikut : a. Saluran drainase kota untuk pengendalian banjir dengan membuang air Kali Surabaya pada saat debit besar ke Selat Madura jaraknya lebih pendek dibandingkan pembuangan melalui Kali Mas. b. Pemasok air tawar untuk tambak yang banyak terdapat di Surabaya Timur. c. Pengendali banjir, dimana terdapat saluran drainase bermuara di kali Wonokromo, yaitu Saluran Bendul Merisi dan Saluran Medokan. d. Sebagai sarana transportasi air. e. Kali Wonokromo yang dipengaruhi oleh pasang surut yang terjadi di Selat Madura, hal ini dimanfaatkan untuk pertambakan di sekitar muara Kali Wonokromo selain juga digunakan untuk lalu lintas perahu nelayan Kuantitas Sungai Debit air sungai di Kota Surabaya dipengaruhi oleh curah hujan, Debit maksimal Kali Surabaya-Kali Mas Kali Wonokromo sepanjang tahun 2007 terjadi pada Bulan Maret dan minimal pada Bulan Agustus sampai Oktober. Bab III- 20

21 Grafik 3.1. Debit Sungai Sepanjang Tahun Debit Sungai Sepanjang Tahun 2007 Debit, m 3 /detik JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL Bulan AGT SEP OKT NOP DES 1 PA. GUNUNGSARI 2 PA. JAGIR 3 PA. WONOKROM O 4 BENDUNG KARET GUBENG Sumber : Perum Jasa Tirta, Kualitas Sungai Keberadaan Air Asin Pertemuan antara air sungai (tawar) dengan air laut (asin) di Kali Mas, sebenarnya berada di Kawasan Kayoon (terdapat pintu air). Namun karena daya dorong air tawar terhadap air laut di kawasan tersebut menyebabkan terjadinya kondisi seperti berikut: air Kali Mas yang tawar dapat dirasakan mulai ujung selatan (kawasan Ngagel) sampai kawasan Monkasel. Air sungai yang mulai terasa asin berada di alur antara Monkasel sampai Peneleh. Air payau terdapat mulai kawasan Peneleh sampai kawasan Jembatan Merah atau Jembatan Petekan. Sedangkan air sungai yang benar-benar berupa air laut (asin) berada di kawasan mulai Jembatan Petekan hingga ke laut. Endapan atau Lumpur di Sungai Secara umum pada semua area atau alur Sungai Kali Mas terdapat lumpur. Endapan atau lumpur yang berada di Kalimas rata-rata memiliki kedalaman sekitar 1 meter. Sumber lumpur tersebut selain karena karakter fisik Sungai Kali Mas, juga berasal dari Kali Surabaya dan Saluran Drainase kota ( lewat saluran Darmo dan Saluran Dinoyo). Kandungan parameter Fisika dan kimia Menurut hasil analisa Laboratorium Perum Jasa Tirta, Kualitas air Kali Surabaya di titik sampling Jembatan Sepanjang, Karang Pilang, Bendungan Gunungsari dan sebelum Pintu air Jagir/Ngagel tidak mencapai mutu air Kelas II padahal untuk Kali Surabaya yang diperuntukkan untuk baku air bersih sebaiknya berada pada mutu air kelas I. Bab III- 21

22 Grafik 3.2 ph Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 ph Kali Surabaya Kali Mas secara rata-rata masih dalam range ph 6-9 sesuai Mutu Air Kelas I dan II (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran air. Akan tetapi pada Bulan Juli 2007 terjadi penurunan ph sampai di bawah 6 di titik sampling Ngagel/Jagir. Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 22

23 Grafik 3.3 DO Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 Parameter DO (dissolve Oxigen) DO pada semua titik pengambilan tidak mencapai mutu air kelas I (= 6 mg/l) hanya DO pada Juli 2003 di titik sampling Ngagel/Jagir hampir mencapai 8 mg/l disamping itu semua titik pengambilan kecuali Karang Pilang pernah hampir mencapai angka 0 mg/l (mendekati kondisi anaerobik). DO di titik sampling Ngagel/jagir cenderung mengalami penurunan dari tahun , hal tersebut terlihat Bulan Nopember 2003 tidak mencapai mutu air kelas II (= 4 mg/l). Pengambilan contoh air di Karang Pilang hanya sekitar 40 persen yang memenuhi mutu air kelas II, sedangkan untuk titik sampling yang lain lebih kecil lagi. Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 23

24 Grafik 3.4 TSS Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 TSS (Total Suspended Solid) TSS pada semua titik pengambilan pernah jauh melampui mutu air kelas I dan II (= 50 mg/l) dan hal tersebut terjadi pada periode yang sama. Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 24

25 Grafik 3.5 BOD Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 BOD (Biologycal Oxigen Demand) BOD pada semua titik pengambilan hamper tidak pernah mencapai mutu air kelas II (=3 mg/l). Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 25

26 Grafik 3.6 COD Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 COD (Cemical Oxigen Demand) Nilai COD dibandingkan BOD lebih kurang 2-4 kalinya untuk semua periode pengambilan dan rata - rata 50% melebihi mutu air kelas II (= 25 mg/l) Hanya pada lokasi Dam Gunungsari dan Ngagel/jagir saja yang yang pernah pencapai mutu air kelas I (=10 mg/l) dan itupun tidak mencapai 10%. Secara umum tidak terjadi perbaikan COD pada tahun Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 26

27 Grafik 3.7 Nitrit Sebagai N Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 Nitrit sebagai N Nilai nitrit mulai September 2006 tahun 2007 terjadi peningkatan kearah negative. Hal tersebut (bersama phosphate) memicu terjadinya algae bloom. Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 27

28 Grafik 3.8 Phosphat Sebagai P Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d 2007 Phosphate sebagai P Semua titik pengambilan pernah mengalami lonjakan nilai bahkan sampai angka 1,8 mg/l sedangkan nilai Phosphate untuk mutu air kelas I dan II sebesar 0,2 mg/l. Sumber : Perum Jasa Tirta I Bab III- 28

29 Untuk sajian grafik di bawah ini, sample Air Badan Air diambil pada lokasi-lokasi sebagai berikut: S. Sby di Dam. Mlirip S. Sby di Hulu PT. SAK K. Tengah K. Sby di pertemuan kali Tengah S. Sby setelah pertemuan dg kali Tengah Kali Surabaya sebelum PT. Suparma S. Sby di hilir PT. Suparma K.Surabaya di Intake PDAM Karangpilang K. Surabaya di Kedurus Sungai Sby di DAM Gunung Sari Kali Surabaya di Jemb.Wonokromo Kali Surabaya di Intake PDAM Ngagel Kali Mas belakang kantor PU Pengairan Jl Ngagel Kali Mas depan Novotel Genteng Kali Kali Mas di Jembatan Darmokali Kali Mas di Jembatan Keputran Selatan Kali Mas Jemb. Keputran Kali Mas di Dam Kayoon K. Mas di Jmbtn jl. Pemuda Kali Mas belakang Grahadi Kali Mas di Jemb. Peneleh Kali Mas di Jembatan Kebon Rojo Kali Mas di jembatan kebonrojo Kali Mas di jembatan merah Kali Mas di Jembatan petekan Kali Jeblokan di Jln Petojo Kali Jeblokan di Jln Kedung Cowek Hasil analisa kita dapat melihat kecenderungan kualitas air dari hulu sampai hilir an memperkirakan penyebab terjainya penurunan kualitas air. Grafik 3.9a TSS Max Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d TSS (m ax), m g /liter mutu air kelas I,II = mg/l 0.00 Lokasi Sampling Baku Mutu Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 29

30 Grafik 3.9b TSS Rata-rata Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d TSS (rata-rata), mg/liter mutu air kelas I, II = mg/l 0.00 Lokasi Sampling Baku Mutu Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Grafik 3.9c TSS Min Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d TSS (m ax), m g/liter mutu air kelas I,II = mg/l 0.00 Lokasi Sampling Baku Mutu Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 30

31 Kondisi TSS Peningkatan nilai TSS terjadi setelah pertemuan Kali Surabaya dengan Kali Tengah kemudian menurun dan naik lagi mencapai 1600 mg/l pada hilir PT. Suparma Angka tersebut belum mecapai perbaikan IPAM Karang Pilang dan Dam Gunung Sari. Setelah Belakang Kantor PU Pengairan, kondisi TSS lambat laun mengalami perbaikan. Grafik 3.10a DO Max Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d DO (m ax), m g/liter mutu air kelas I = 6 mg/l mutu air kelas II = 4 mg/l Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Grafik 3.10b DO Rata-rata Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d DO (rata-rata), m g/liter mutu air kelas I = 6mg/l mutu air kelas II = 4 mg/l Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 31

32 Grafik 3.10c DO Min Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d DO (m in), m g/liter mutu air kelas I = 6mg/l mutu air kelas II = 4 mg/l 0.00 ABA S. Sby di Dam. Mlirip ABA S. Sby di Hulu PT. SAK ABA K. Tengah ABA K. Sby di pertemuan kali Tengah ABA Kali Surabaya sebelum PT. Suparm ABA S. Sby di hilir PT. Suparma ABA S. Sby setelah pertemuan dg kali Tengah ABA Kali Surabaya di Intake PDAM Karangpilan ABA K. Surabaya di Kedurus ABA Kali Mas di Jembatan Darmokali ABA Sungai Sby di DAM Gunung Sari ABA Kali Surabaya di Jemb.Wonokromo ABA Kali Surabaya di Intake PDAM Ngage ABA Kali Mas belakang kantor PU Pengairan Jl Ngag ABA Kali Mas depan Novotel Genteng Kal ABA Kali Mas di Dam Kayoon ABA K. Mas di Jmbtn jl. Pemuda ABA Kali Mas di Jembatan Keputran Selata ABA Kali Mas Jemb. Keputran Lokasi Sampling ABA Kali Mas di Jemb. Peneleh ABA Kali Mas belakang Grahadi ABA Kali Mas di jembatan merah ABA Kali Mas di jembatan kebonrojo ABA Kali Mas di Jembatan Kebon Rojo ABA Kali Jeblokan di Jln Petojo ABA Kali Mas di Jembatan petekan ABA Kali Jeblokan di Jln Kedung Cow ek Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Kondisi DO Secara umum kondisi DO di tiap-tiap titik pengambilan pernah mencapai angka maksimal untuk mutu air kelas I Grafik 3.11a BOD Max Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d BO D (m ax), m g/liter mutu air kelas II = 3 mg/l 2.00 mutu air kelas I = 2 mg/l Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 32

33 Grafik 3.11b BOD Rata-rata Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d B O D (rata-rata), m g /liter mutu air kelas II = 3 mg/l 2.00 mutu air kelas I = 2mg/l Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Grafik 3.11c BOD Min Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d BOD (m in), m g/liter mutu air kelas II = 3 mg/l 2.00 mutu air kelas I = 2mg/l 0.00 Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 33

34 Kondisi BOD Secara umum kondisi BOD di tiap lokasi sampling semuanya melebihi baku mutu air kelas II. Nilai BOD tertinggi di ABA Kali Tengah sampai pertemuan Kali Tengah dengan Kali Surabaya. Angka tersebut cukup sulit mengalami perbaikan karena air tersebut memperoleh tambahan beban secara terus menerus dari limbah industri dan limbah domestik. Grafik 3.12a. COD Max Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d COD (max), mg/liter mutu air kelas II = 25 mg/l mutu air kelas I = 10 mg/l 5 0 Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Grafik 3.12b. COD Rata-rata Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d mutu air kelas II = 25 mg/l COD (rata-rata), mg/liter mutu air kelas I = 10 mg/l 0 Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Bab III- 34

35 Grafik 3.12c. COD Min Pada Kali Surabaya Kali Mas Tahun 2003 s/d mutu air kelas II = 25 mg/l COD (min), mg/liter mutu air kelas I = 10 mg/l 5 0 Lokasi Sampling Mutu Air Kls. II Mutu Air Kls. I Sumber : PJT I, BPLH Surabaya Kondisi COD Secara umum kondisi COD di tiap lokasi sampling semuanya melebihi baku mutu air kelas II (pada COD maksimal dan rata-rata). Nilai maksimal tertinggi terjadi setelah pertemuan Kali tengah, Kayon, belakang Grahadi dan Jembatan Merah Sungai Lain di wilayah Kota Surabaya Sungai/Kali tersebut diatas berfungsi sebagai : Saluran drainase perkotaan (pengendali banjir). Sumber air baku industri, pertanian dan lainnya, yang airnya dipasok dari Kali Surabaya, seperti Saluran Kebon agung dan Saluran Banyu Urip. Penerima limbah domestik (rumah tangga, rumah makan, hotel, perkantoran dan perniagaan/kawasan pusat belanja), rumah sakit dan industri baik skala rumah tangga maupun non rumah tangga. Bab III- 35

36 Tabel 3.4. Tabel Kondisi COD di Lokasi Sampling NAMA AIR BADAN AIR KELAS KESIMPULAN ABA Kali Banyu Urip III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III di Jembatan Balongsari Untuk Paramater DO,BOD, COD, TSS. Zn ABA Kali Greges IV Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas IV di Jembatan Dupak Untuk Paramater DO,BOD, TSS, Detergen, Zn ABA Kali Pegirian IV Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas IV Jl. Undaan Untuk Paramater DO,BOD, TSS, Detergen, Zn ABA Kali dami III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III di Jembatan Kalidami Untuk Paramater DO,BOD, TSS, Detergen, Zn ABA Kali Bokor di Jembatan III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Jl. Pucang Untuk Paramater DO,BOD, Detergen Zn ABA Kali Wonorejo III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III di Jembatan Kedung Baruk Untuk Paramater DO,BOD, TSS. Zn ABA Kali Kebon Agung III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III di Jl. Rungkut Madya Untuk Paramater DO,BOD, Detergen (sedikit), Zn ABA Kali Kepiting Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Jl. Sutorejo III Untuk Paramater DO,BOD,COD, TSS. Zn ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO, BOD, COD, TSS, Zn ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian IV Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD,TSS, Detergen,Zn ABA Kali Jeblokan di Jl. Petojo III Tidak Memenuhi Mutu Air Kelas III Untuk Paramater DO,BOD,TSS, Detergen, Zn Bab III- 36

37 ABA SALURAN KALI BOKOR ABA SALURAN KALI KEPITING Ditetapkan sebagai ABA Kelas III Ditetapkan sebagai ABA Kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas untuk parameter DO,BOD. COD, Detergen Zn III untuk parameter DO,BOD. COD,TSS. Zn ABA KALI JEBLOKAN (KEDUNG COWEK) Ditetapkan sebagai ABA Kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas III untuk parameter DO,BOD.COD,TSS Zn ABA KALI WONOREJO Ditetapkan sebagai ABA Kelas III Hasil Monitoring: tidak memenuhi mutu air kelas III untuk parameter DO, BOD,TSS, dan Zn Gambar 3.8 Air Badan Air Kota Surabaya Bab III- 37

38 Grafik 3.13 Kualitas Air Permukaan di Beberapa Sungai/Saluran DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l) DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l) DO (mg/l) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO = 6 mg/)l Mutu aur kelas IV (BOD = 2 mg/l) DO (mg/l) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l) Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 ABA Kali Banyuurip di Jembatan Balongsari 2 0 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 ABA Kali dami di Jembatan Kalidami 2 0 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 ABA Kali Bokor di Jembatan Jl. Pucang 2 0 Jan-08 Feb-08 Mar My 2008 ABA Kali Wonorejo di Jembatan Kedung Baruk 60 COD (mg/liter) 60 COD (mg/liter) 60 COD (mg/liter) 60 COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 ABA Kali Banyuurip di Jembatan Balongsari 0 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 ABA Kali dami di Jembatan Kalidami 0 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 ABA Kali Bokor di Jembatan Jl. Pucang 0 Jan-08 Feb-08 Mar My 2008 ABA Kali Wonorejo di Jembatan Kedung Baruk ABA KALI BANYUURIP Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya TSS yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 % ABA SALURAN KALIDAMI Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l, Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 % ABA SALURAN KALIBOKOR Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 56,25 % ABA KALI WONOREJO Pada periode Januari, Pebruari, Maret, April 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Pebruari dan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 40 % Bab III- 38

39 DO (mg/l) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu aur kelas III (BOD = 2 mg/l) DO (mg/l) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l) DO (mg/l) BOD (mg/liter) Mutu air kelas III(DO = 6 mg/)l Mutu air kelas III (BOD = 2 mg/l) Jan-08 Feb-08 Mar-08 ABA Kali Kebon Agung di Jl. Rungkut Madya Jan-08 Mar-08 May-08 ABA Kali Kepiting Jl. Sutorejo 0 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Agustus 2007 Jan-08 ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek Mar-08 Apr-08 May COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas III(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas III (TSS = 50 mg/l) Jan-08 Feb-08 Mar-08 ABA Kali Kebon Agung di Jl. Rungkut Madya 10 0 Jan-08 Mar-08 May-08 ABA Kali Kepiting Jl. Sutorejo 0 Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 May-07 Jun-07 Jul-07 Agustus 2007 Jan-08 Mar-08 ABA Kali Jeblokan, Kedung Cowek Apr-08 May-08 ABA KALI KEBONAGUNG Pada periode Januari, Pebruari, Maret, 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, hanya COD yang memenuhi mutu air kelas III untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO pada Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 43,71 % ABA SALURAN KALI KEPITING Pada periode Januari, Maret, Mei 2008 parameter DO, BOD, COD, TSS, yang memenuhi mutu air Kelas III adalah parameter COD dan TSS untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas III hampir 50 %. ABA KALI JEBLOKAN, KEDUNG COWEK Pada periode Januari Agustus 2007 & Januari Mei 2008 disimpulkan: Konsentrasi DO & BOD pada semua periode pengambilan tidak memenuhi mutu air kelas III. Konsentrasi DO Bulan Maret mendekati 0 mg/l. Konsentrasi COD untuk semua periode pengambilan masih memenuhi. Secara keseluruhan yg tidak memenuhi mutu air kls III hampir 56,25 %. Bab III- 39

40 12 10 DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO = 4 mg/)l Mutu air kelas IV (BOD = 3 mg/l) DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO Mutu air kelas IV (BO DO (mg/liter) BOD (mg/liter) Mutu air kelas IV(DO = Mutu air kelas IV (BOD Jan-08 Feb-08 Mar-08 A 0 Jan-08 Feb-08 Mar-08 0 Jan-08 Apr-08 May-08 ABA Kali Greges di Jembatan Dupak ABA Kali Pegirian Jl. Undaan ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas IV(C mg/)l Mutu air kelas IV ( mg/l) COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas IV(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas IV (TSS = 50 mg/l) COD (mg/liter) TSS (mg/liter) Mutu air kelas IV(COD = 25 mg/)l Mutu air kelas IV (TSS = 50 mg/l) Jan-08 Feb-08 Mar-08 A 0 Jan-08 Feb-08 Mar-08 0 Jan-08 Apr-08 May-08 ABA Kali Greges di Jembatan Dupak ABA Kali Pegirian Jl. Undaan ABA Pegirian di jembatan Jl. Pegirian ABA KALI GREGES Pada periode Januari April 2008 parameter DO, dan COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 56,25 % Sumber : BPLH Surabaya ABA KALI PEGIRIKAN, UNDAAN Pada periode Januari April 2008 parameter COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 56,25 %. ABA KALI PEGIRIKAN, PEGIRIKAN Pada periode Januari, April, Mei 2008 parameter COD yang masih memenuhi mutu air kelas IV untuk semua periode pengambilan. Konsentrasi DO belum mendekati angka 0 mg/l. Secara keseluruhan yang tidak memenuhi mutu air kelas IV hampir 58,33 %. Bab III- 40

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN

KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU. REKAPITULASI BELUM REKAM ektp PERKELURAHAN NO KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH 1 SEMAMPIR WONOKUSUMO 7,664 2 TAMBAK SARI KAPASMADYA BARU 1 / 60 6,661 3 KENJERAN SIDOTOPO WETAN 5,683 4 TAMBAK SARI PLOSO 5,205 5 GUBENG 2 / 60 MOJO 5,195 6 SUKOMANUNGGAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu

LAMPIRAN Nomor : 005/ / /2012 Tanggal : 04 Mei NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu LAMPIRAN Nomor : 005/ /436.6.4/2012 Tanggal : 04 Mei 2012 NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN Tanggal/Waktu 1 1 SDN AIRLANGGA I/198 2 2 SDN AIRLANGGA III/200 3 3 SDN AIRLANGGA V/573 (Digabung menjadi SDN AIRLANGGA

Lebih terperinci

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN

DATA POS PIN POLIO TAHUN 2016 SURABAYA SELATAN BIDANG : SEKRETARIAT DATA POS PIN POLIO TAHUN 216 SURABAYA SELATAN NO KECAMATAN KELURAHAN PUSKESMAS / PUSTU PKM TTU POSYANDU TK/PAUD RS JUMLAH POS PIN TARGET PIN REALISASI PIN KET Pustu MALL PASAR STASIUN

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal :

Lampiran Surat Nomor : 005/ / /2014 Tanggal : Lampiran Surat Nomor : 005/ /436.6.4/2014 Tanggal : NO SEKOLAH JADWAL & TEMPAT PELAKSANAAN 1 SDN Kedung Baruk II No. 591 2 SDN Mojo VIII/227 3 SDN Kemayoran I / 24 4 SDN Kedung Cowek II No.254 5 SDN Kertajaya

Lebih terperinci

1 SD NEGERI KEBONSARI I SDN ALON-ALON CONTONG I/ SDN Asemrowo SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA

1 SD NEGERI KEBONSARI I SDN ALON-ALON CONTONG I/ SDN Asemrowo SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA 1 SD NEGERI KEBONSARI I 200 0 0 2 SDN ALON-ALON CONTONG I/87 120 0 0 3 SDN Asemrowo 120 0 0 4 SDN BABAT JERAWAT II/ 498 SURABAYA 80 0 0 5 SDN BABATAN I/456 80 0 0 6 SDN BABATAN IV/459 80 0 0 7 SDN BANGKINGAN

Lebih terperinci

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013

DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 / /2013 Tanggal : 2 JULI 2013 DAFTAR INSTANSI GURU TENAGA HONORER KATEGORI II Lampiran Surat : Nomor : 800 / 3013 /436.7.6/2013 Tanggal : 2 JULI 2013 PUKUL/WAKTU SDN AIRLANGGA I/198 HARI : Kamis SDN AIRLANGGA III/200 TANGGAL : 04 Juli

Lebih terperinci

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL

JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL JADWAL PELAKSANAAN PEMOTRETAN KEPLEK / PENGAMBILAN FOTO TANDA PENGENAL PEGAWAI NO INSTANSI HARI / TANGGAL PELAKSANAAN PUKUL TEMPAT PEMOTRETAN KETERANGAN BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK 1 DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/3/436.1.2/2017 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 357 / / 2008 TENTANG WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45 / 357 / 436.1.2 / 2008 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TAMBAHAN JAM PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN, KELURAHAN DAN PUSKESMAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM 1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Surabaya adalah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelolah oleh Pemerintah Kota Surabaya sebesar 19.039 Ha.Kota Surabaya berbatasan

Lebih terperinci

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA. SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/334/436.1.2/2014 TENTANG KODE WILAYAH UNTUK TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA Nomor : 188.45/631/436.1.2/2011 TENTANG BATAS KELURAHAN DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kepastian hukum terhadap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/214/436.1.2/2009

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/214/436.1.2/2009 KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/214/436.1.2/2009 TENTANG PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN MILIK/DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA UNTUK PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 91 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya mempunyai kedudukan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

Evaluasi Genangan Kota Surabaya

Evaluasi Genangan Kota Surabaya Evaluasi Genangan Kota Surabaya Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya Email: umboro.lasminto@gmail.com Abstrak Kota Surabaya sebagai ibu kota propinsi Jawa Timur terletak di tepi pantai

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA TENTANG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMBAGIAN RAYON SISTEM DRAINASE

PEMBAGIAN RAYON SISTEM DRAINASE LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR : TANGGAL : PEMBAGIAN RAYON SISTEM DRAINASE RAYON SALURAN PRIMER SALURAN SEKUNDER Genteng Saluran Darmo Saluran Brawijaya Saluran Gajah Mada Saluran Hayam

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG TAMBAHAN JAM PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT DI

Lebih terperinci

PERSEDIAAN AIR BERSIH JAMBAN TEMPAT SAMPAH % KK MEMILIKI JUMLAH KK JUMLAH KK MEMILIKI DIPERIKSA

PERSEDIAAN AIR BERSIH JAMBAN TEMPAT SAMPAH % KK MEMILIKI JUMLAH KK JUMLAH KK MEMILIKI DIPERIKSA Tabel Permukiman-1. Keluarga Dengan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Kota Surabaya Tahun 2006 PERSEDIAAN AIR BERSIH JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK 1

Lebih terperinci

3.4 Bentang Alam Kota Surabaya Kondisi Geofisik Kawasan Jenis Tanah

3.4 Bentang Alam Kota Surabaya Kondisi Geofisik Kawasan Jenis Tanah 3.4 Bentang Alam Kota Surabaya Kondisi geofisik kawasan Kota Surabaya terletak di dataran rendah dan sebagian besar memiliki jenis tanah alluvial. Jenis alluvial ini endapan dari lumpur sungai yang menjadikan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D122 Evaluasi Timbulnya Genangan Pada Catchment Area Sistem Pematusan Greges Yang Dilayani Rumah Pompa Greges Di Rayon Genteng Surabaya Januar Catur Putranto dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI KOTA SURABAYA

BAGIAN ORGANISASI KOTA SURABAYA BAGIAN ORGANISASI KOTA SURABAYA 1 Amanat. KEGIATAN INI DILATAR BELAKANGI OLEH UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik pasal 38 berbunyi penyelenggara pelayanan publik berkewajiban menilai kinerja pelayanan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DS-1. Penduduk Laki-laki Berusia 5-24 Tahun Menurut Golongan Umur dan Status No. Umur Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma Universitas 1 5-6 - 67,293-2 7-12 - 146,464-3 13-15 - - 70,214 4 16-18 70,170

Lebih terperinci

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 BAB II KEADAAN UMUM

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 BAB II KEADAAN UMUM BAB II KEADAAN UMUM Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar nomor dua di Indonesia. Dalam struktur perwilayahan Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya merupakan kota orde I yang ditetapkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DENGAN SISTEM OPEN SEWER UNTUK SALURAN KALIDAMI SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DENGAN SISTEM OPEN SEWER UNTUK SALURAN KALIDAMI SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DENGAN SISTEM OPEN SEWER UNTUK SALURAN KALIDAMI SURABAYA Design of Open Sewer at Kalidami Canal Surabaya 1 Reinita Afif Aulia 3308100078 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA

PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA 5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN ASPEK TEKNIS DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT 5.1.1. Air Limbah Berdasarkan kondisi yang ada dan hasil analisa maka program pembangunan prasarana

Lebih terperinci

NO HARI TANGGAL NAMA SEKOLAH WILAYAH ALAMAT SEKOLAH KETERANGAN. 1 SMK ST. LOUIS (KORWIL) Jl. Tidar 117 Surabaya. 2 SMK ABI Jl. Gembong 48 Surabaya

NO HARI TANGGAL NAMA SEKOLAH WILAYAH ALAMAT SEKOLAH KETERANGAN. 1 SMK ST. LOUIS (KORWIL) Jl. Tidar 117 Surabaya. 2 SMK ABI Jl. Gembong 48 Surabaya 1 SMK ST. LOUIS (KORWIL) Jl. Tidar 117 Surabaya 2 SMK ABI Jl. Gembong 48 Surabaya 3 SMK ANTARTIKA Jl. Banyu Urip Kidul II / 39 Surabaya 4 SMK BERDIKARI I Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo no 79A 5 SMK BUBUTAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN MASYARAKAT DI LUAR JAM KERJA DI KECAMATAN, KELURAHAN DAN PUSKESMAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN MASYARAKAT DI LUAR JAM KERJA DI KECAMATAN, KELURAHAN DAN PUSKESMAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup BAD V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan basil analisa data dan pembahasan, serta melihat tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah, Pertumbuhan dan menurut Kecamatan No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Tahun 2012 Pertumbuhan 2012 2012 1 SUKOMANUNGGAL 9.23 104,564 6.42 11,329 2 TANDES 11.07 97,124 3.36

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-242

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-242 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-242 Pemodelan Mixed Geographically Weighted Regression Multivariate Pada Pencemaran Kualitas Air Chemical Oxygen Demand

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA ?il..ttt r77t ff./f PEMERNTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN OO1 TENTANG ORGANSAS KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA

pada PEMERINTAH KOTA SURABAYA pada SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7.

,076,137, ,977,912,386 1,416,054,050,351 1,010,861,076, ,424,923,013 1,526,285,999, ,231,948,775 7. vi PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINGKASAN ANGGARAN DAN MENURUT DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN II NOMOR TANGGAL : PERATURAN : 8 : 28 Oktober 2013 TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO Oleh : DWIDJO PRAWITO KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO PETA KABUPATEN SIDOARJO WILAYAH ADMINSTRASI Sebelah Utara : Kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Model dari Sistem Informasi Geografis yang akan dikembangkan adalah SIG yang memperoleh 2 macam data input yaitu data hasil terhadap analisa sampel air kali Surabaya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS

Lebih terperinci

PANJANG SALURAN TAHUN ANGGARAN Saluran Tipe A (JL. BULAK CUMPAT SRONO III ) TERSIER 151

PANJANG SALURAN TAHUN ANGGARAN Saluran Tipe A (JL. BULAK CUMPAT SRONO III ) TERSIER 151 TAHUN ANGGARAN 2016 No Nama Paket Pekerjaan JENIS SALURAN 1 Saluran Tipe A (JL. BULAK CUMPAT SRONO III ) TERSIER 151 2 Saluran Tipe B (JL. LAKARSANTRI III A RT 02 RW 03 ) TERSIER 464 3 Saluran Tipe A (JL.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI

PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI Sismanto Program Diploma Teknik Sipil FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Manyar Surabaya, Telp 031-5926456,

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 70% wilayah di bumi adalah lautan dan sisanya adalah daratan oleh karena itu jumlah air di bumi cukup banyak sehingga planet bumi di katakan layak untuk kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA KOTA SURABAYA 0 BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA.. LAHAN DAN HUTAN... Kondisi Eksisting Sumber daya lahan di wilayah perkotaan merupakan bagian dari bentang alam yang meliputi lingkungan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER

GAMBARAN UMUM INDUSTRI KOTA SURABAYA DAN TINJAUAN KEPUSTAKAAN PENCEMARAN ATMOSFER BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud, Tujuan, Dan Sasaran... 1-1 1.3. Lokasi Pekerjaan... 1-2 1.4. Lingkup Pekerjaan... 1-2 1.5. Peraturan Perundangan... 1-2 1.6. Sistematika Pembahasan...

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. program yang akan diimplementasikan, yaitu berupa kebutuhan perangkat lunak

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. program yang akan diimplementasikan, yaitu berupa kebutuhan perangkat lunak BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program merupakan implementasi dari hasil analisis, diharapkan dengan adanya implementasi ini dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan

Lebih terperinci

Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto

Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto 43 Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia, 2016 Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006 1 WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT SATUAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA)

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Lampiran 1. Ringkasan ilmiah Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA) Januar Jody Ferdiansyah

Lebih terperinci

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%

Kenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8% Kota yang baik adalah kota yang dapat mengakomodir kebutuhan penghuninya termasuk kebutuhan masyarakat lansia, dalam hal taman bagi lansia. Taman lansia sangat diperlukan dalam sebuah perkotaan karena

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /104/ /2014 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/104/436.1.2/2014 TENTANG SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATLAK PB) DAN SATUAN TUGAS SATUAN PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA (SATGAS SATLAK PB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN

REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 0 Anggaran 6 = ++ 0 = ++ = 0-6 URUSAN WAJIB 0

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SURABAYA JAWA TIMUR KOTA SURABAYA ADMINISTRASI Profil Wilayah Gambar III. 22. Tugu Pahlawan Posisi geografi sebagai permukiman pantai menjadikan Surabaya berpotensi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

4/12/2009. Water Related Problems?

4/12/2009. Water Related Problems? DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /14/ /2010 TENTANG TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /14/ /2010 TENTANG TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/14/436.1.2/2010 TENTANG TIM PEMBINA USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melakukan

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA Sidang Tesis Oleh : Dica Erly Andjarwati 3311202802 Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

Lampiran Undangan Pendampingan Kurikulum 2013 Nomor : 005/ 9095 / /2016 Tanggal : 30 September 2016

Lampiran Undangan Pendampingan Kurikulum 2013 Nomor : 005/ 9095 / /2016 Tanggal : 30 September 2016 Lampiran Undangan Pendampingan Kurikulum 2013 Nomor : 005/ 9095 /436.6.4/2016 Tanggal : 30 September 2016 SEKOLAH SASARAN PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013 JENJANG SD KOTA SURABAYA TAHUN 2016 No Tempat pelaksanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN TIPIKAL RUMAH KOMPOS UNTUK PENGOLAHAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

PERENCANAAN TIPIKAL RUMAH KOMPOS UNTUK PENGOLAHAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) PERENCANAAN TIPIKAL RUMAH KOMPOS UNTUK PENGOLAHAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA) Fathoni, A.K.R. dan Soedjono, E.S. Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP - ITS Surabaya email: addieet_90@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PENGGANTIAN PEMBAYARAN REKENING TELEPON BAGI UNIT KERJA/SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 215 / /2009

KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 215 / /2009 KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 188.45/ 215 /436.1.2/2009 TENTANG PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG MILIK/DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA BERUPA TAMAN DAN LAPANGAN BESERTA KELENGKAPANNYA OLEH DINAS

Lebih terperinci

Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya

Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya Volume, Nomor 1, Pebruari 7 ISSN.197-753X Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya Sismanto Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN (SAKIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN (SAKIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN (SAKIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA MENUJU SURABAYA LEBIH BAIK sebagai KOTA JASA dan PERDAGANGAN yang CERDAS, MANUSIAWI, BERMARTABAT,

Lebih terperinci

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya

Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya Volume 14, Nomor 1, Pebruari 16 Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya S. Kamilia Aziz, Ismail Sa ud Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Email: kamiliaharis@gmail.com Abstract Surabaya city experienced

Lebih terperinci

Lampiran 2. Hubungan Antara Program RPJMD Kota SurabayaTahun dengan Indikasi Program RTRW Kota Surabaya Tahun

Lampiran 2. Hubungan Antara Program RPJMD Kota SurabayaTahun dengan Indikasi Program RTRW Kota Surabaya Tahun 2016 2021 Lampiran 2. Hubungan Antara Program RPJMD Tahun 2016-2021 dengan Indikasi Program RTRW Tahun 2014-2034 RPJMD Tahun 2016-2021 RTRW Tahun 2014-2034 1. Program Perencanaan Ruang Kota 2. Program

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Lahan Terbangun (HA) Luas wilayah (HA)

Lahan Terbangun (HA) Luas wilayah (HA) Tabel Lahan-1. Proporsi Kegiatan Terbangun Terhadap Luas Lahan No. Kecamatan Luas wilayah (HA) Lahan Terbangun (HA) Proporsi keg. Terbangun dengan Luas Lahan (%) Klasifikasi 1 2 3 4 5=4/5*100 6 Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN PERWAKILAN KANTOR PERTANAHAN KOTA SURABAYA DI PROVINSI

Lebih terperinci