PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI"

Transkripsi

1 PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KALIMAS SEBAGAI SARANA TRANSPORTASI SUNGAI Sismanto Program Diploma Teknik Sipil FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Manyar Surabaya, Telp , ABSTRAK Kalimas merupakan bagian dari sistem sungai Brantas yang berada diwilayah kota Surabaya yang memiliki potensi wisata karena memiliki banyak Bangunan Cagar budaya. Berkaitan dengan hal tersebut Pemkot Surabaya sedang melakukan Revitalisasi Kalimas dengan cara menata kembali kawasan bangunan tersebut dan memanfaatkan kalimas sebagai sarana tranportasi sungai. Sebagian besar ahli mengatakan bahwa kapasitas Kalimas belum mencukupi, berdasarkan kondisi tersebut masih mungkinkah Kalimas sebagai sarana transportasi sungai?, permasalahan apa yang harus dihadapi, dan strategi apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya? Metode yang dilakukan untuk mengungkap permasalahan dan penetapan strategi adalah dengan (1) mengkaji literatur terkait dengan pengembangan cagar budaya, (2) melakukan analisa hidrolik termasuk masalah pengoperasian dan sedimentasi, (3) melakukan identifikasi kondisi bantaran, dan (4) melakukan survey tanggapan masyarakat terkait pengembangan Kalimas. Dari 9 titik kawasan cagar budaya yang akan dikembangkan semuanya membutuhkan dukungan transportasi sungai. Berdasarkan kajian ini, permasalahan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan rencana transportasi sungai Kalimas adalah (a) beberapa jembatan yang ada disepanjang Kalimas harus ditinggikan; (b) kapasitas sungai belum memadai untuk menjalankan 2 fungsi sekaligus yaitu transportasi sungai dan system drainase kali Surabaya; (c) Walaupun telah ditetapkan peruntukan bantaran Kalimas sesuai SK Gubernur nomer 93 tahun 1997 yaitu sebagai hutan kota dan jalan inspeksi, pelaksanaannya akan banyak mengalami kendala karena ada sekitar 650 bangunan yang harus diperhatikan, berdasarkan survey para penghuni bangunan sangat mendukung pembangunan dan siap dipindahkan asal mendapatkan ganti rugi yang memadai. Strategi utama yang perlu diambil untuk mewujudkan ide transportasi sungai adalah (a) Kalimas tidak lagi menjadi bagian dari sistem drainase Kali Brantas tetapi hanya sebagai bagian dari system drainase kota Surabaya, Pintu Jagir hanya berfungsi untuk memasok air untuk penggelontoran; (b) Membongkar Dam karet Gubeng dan membuat bangunan pintu pengatur di hilir jembatan Petekan; (c) Menormalisasi Kalimas pada penampang tertentu dengan penampang tegak Kata kunci : Kalimas, Sarana Tranportasi Sungai, Kapasitas sungai, Perubahan fungsi Sungai 1. PENDAHULUAN Sungai Kalimas adalah salah satu sistem sungai lintas yang berada diwilayah kota Surabaya yang selain berfungsi sebagai sistem drainase juga berfungsi sebagai tempat wisata, penangkapan ikan, olah raga air, pelabuhan rakyat, dan penggelontor saluran pematusan. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kota Surabaya merasa perlu melakukan Penataan & Revitalisasi Sungai Kalimas yang telah dimulai dari tahun Ada beberapa rencana kegiatan yang sedang dan akan dilakukan yaitu : (a) Melakukan penertiban bangunan bangunan liar disepanjang Kalimas; (b) mengembangkan 9 titik potensial cagar budaya yaitu Jembatan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Pasar Bunga Kayon, Pemukiman Dinoyo-Darmokali, Jembatan BAT, dan Sekitar Dam Jagir ; (c) Menyediakan sistem transportasi di sungai ISBN No A-56

2 Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai Kalimas untuk menunjang sarana wisata antar bangunan cagar budaya. Sungai Kalimas merupakan salah satu bagian dari sistem drainase kali Brantas yang mengalirkan air dari pintu air Mlirip yang berada di daerah Mojokerto menghubungkan Kali Surabaya dengan aliran dari Kali Brantas, yang selanjutnya mengalir menuju arah timur laut menuju kota Surabaya melalui bendung Gunungsari. Di Kota Surabaya, kali Surabaya bercabang menjadi 2 yaitu kali Wonokromo dan Kalimas dengan bangunan pengatur Bendung Jagir. Kali Wonokromo mengalir kearah timur melewati beberapa kawasan perumahan hingga bermuara di selat Madura, sedangkan Kalimas mengalir menuju arah utara melewati beberapa kawasan perdagangan hingga bermuara di selat Madura. Untuk menyelesaikan banjir di kawasan drainase ini Kalimas diharapkan memberikan kontribusi untuk menyalurkan air limpasan sebesar 20 m3/dt. Selain menyelurkan air dari system sungai Brantas, Kalimas juga diharapkan mampu mengalirkan air limpasan dari beberapa daerah pematusan yang ada di kota Surabaya sendiri sehingga diharapkan total air yang harus dialirkan ke laut sebesar 70m3/dt. Sebagai sungai yang berfungsi sebagai system drainase, Kalimas harus mampu secepatnya mengalirkan air menuju laut tetapi sebagai sarana tranportasi sungai dan wisata air maka Kalimas harus memberikan kenyamanan untuk mengantar alat transportasi ( perahu, boat, dan alat wisata lain ). Dengan kata lain bahwa sebagai system drainase aliran Kalimas harus deras tetapi sebagai sarana tranportasi aliran Kalimas harus lambat. Berdasarkan kondisi tersebut maka masih mungkinkah Kalimas digunakan sebagai sarana tranportasi? Kendala kendala apa yang harus diharus dihadapi dan bagaimana strategi yang harus dijalankan agar keinginkan tersebut dapat dicapai. 2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dari tulisan ini adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan teknis atas keraguan berbagai pihak terkait dengan rencana penyediaan sarana transportasi sungai di Kalimas. 3. METODOLOGI Untuk mengungkap permasalahan dan strategi dibutuhkan informasi tentang : (a) rencana pengembangan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya, (b) kondisi instream sungai termasuk penampang dan hidrolis sungai pada saat banjir dan kering, (c) kondisi Bantaran sungai termasuk keinginan penghuni yang ada disana. Pengungkapan rencana pengembangan cagar budaya dilakukan dengan cara mempelajari kembali berbagai laporan laporan yang terkait dengan rencana tersebut. Untuk mengungkap tentang instream sungai dilakukan dengan uji model matematis, sedangkan untuk mengetahui kondisi bantaran dilakukan dengan cara survey indentifikasi dan penyebaran questioner. Model matematik untuk analisa hidrolik 1 dimensi umumnya dibuat dengan menggunakan persamaan St. Venant dimana persamaan tersebut hanya dapat digunakan dengan baik untuk analisa aliran pada sungai atau saluran dengan kemiringan dasar kecil. Untuk menggunakan persamaan St. Venant maka asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Aliran adalah satu dimensi, maksudnya bahwa kecepatan aliran seragam (uniform) dalam suatu tampang, dan kemiringan muka air arah transversalnya horizontal. 2. Distribusi tekanan adalah hidrostatis dimana kurva garis aliran sangat lemah dan akselerasi vertikalnya dapat diabaikan. 3. Bahwa pengaruh kekasaran dinding dan turbulensi dapat diformulasikan sebagai persamaan kekasaran seperti yang dipakai pada aliran permanen. 4. Bahwa kemiringan dasar saluran cukup kecil dan mendekati nol sehingga cosinus sudut dapat dianggap sama dengan satu 5. Bahwa kerapatan massa dari air selalu konstan. Persamaan aliran satu dimensi ini menunjukkan kondisi aliran yang dinyatakan oleh dua variabel tak bebas Y (tinggi air) dan Q (debit) untuk setiap titik di saluran. Variabel tak bebas ini menunjukkan kondisi ISBN No A-57

3 Sismanto aliran sepanjang saluran untuk setiap waktu (t). Profil permukaan air dapat dihitung dari satu penampang melintang ke penampang lintang berikutnya dengan menyelesaikan persamaan energi dengan menggunakan sebuah prosedur interaktif yang disebut Standart Step method. Persamaan energi dapat ditulis sebagai berikut : 2 2 αv2 αv1 Y 2 + Z 2 + = Y1 + Z g 2g h e Surabaya yang secara geografis, ketiganya terkoneksi; (f) memiliki kawasan bersejarah yang letaknya berdekatan dengan Sungai kalimas, yaitu di kawasan Utara; (g) memiliki fungsi dan fasilitas pendidikan (tinggi) yang terus berkembangan sebagai kawasan ilmu pengetahuan. Ada 9 titik spot yang akan dikembangkan yaitu Jembtan Petekan, Jembatan Merah, Jembatan Jagalan, Pasar Peneleh, Monkasel, Pasar bunga Kayoon, Permukiman Dinoyo Darmokali, Jembatan BAT, Kawasan Jagir (gambar-1). Beberapa contoh ilustrasi pengembangan spot tersebut seperti terlihat pada Gambar 2. dimana : Y1, Y2 = kedalaman air dipenampang 1 dan 2 Z1, Z2 = elevasi dasar penampang 1 dan 2 terhadap bidang referensi V1, V2 = kecepatan rata-rata penampang 1 dan 2 α1, α2 = koefisien kecepatan penampang 1 & 2 he = kehilangan energi g = percepatan grafitasi 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Rencana pengembangan bangunan cagar budaya Pembangunan Kota Surabaya diharapkan dapat memanfaatkan seluruh sumber daya kota secara optimal. Kawasan sekitar Sungai Kalimas Surabaya adalah salah satu kawasan kota yang mengalami kondisi penurunan produktifitas sehingga perlu memacu perkembangan Surabaya sebagai kota pelabuhan dan kota dagang. Peluang yang dimanfaatkan untuk pengembangan Surabaya sebagai kota perdagangan adalah karena (a) Memiliki fasilitas perbelanjaan yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Kalimas ; (b) memiliki Pelabuhan Tanjung Perak yang terus berkembang ; (c) memiliki pelabuhan tradisional yaitu Pelabuhan kalimas yang berada di ujung utara Sungai Kalimas; (d) memiliki kawasan Pantai yang berpotensi bagi pengembangan waterfront city; (e) memiliki Sungai Kali Wonokromo dan Kali SPOT 1 JEMBATAN PETEKAN SPOT 2 JEMBATAN MERAH SPOT 3 JEMBATAN JAGALAN SPOT 4 PASAR PENELEH SPOT 5 MONKASEL SPOT 6 PASAR BUNGA KAYON SPOT 7 PERMUKIMAN DI DINOYO - DARMOKALI SPOT 8 JEMBATAN BAT SPOT 9 KALIMAS KALI SURABAYA KALI WONOKROMO KALI SURABAYA Gambar 1. Sembilan titik spot pengembangan Kalimas J l. Demak SELAT MADURA KALI MAS K ali M as KALI WONOKROMO ISBN No A-58

4 Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai Jembatan Petekan Kawasan Peneleh Kawasan Monkasel Gambar 2. Beberapa contoh pengembangan titik Spot Kalimas 4.2. Analisa Penampang dan Debit Kalimas merupakan bagian dari sistem Sungai Brantas maka untuk melakukan kajian instream sungai terutama yang terkait dengan kondisi hidrolis perlu meninjau Sistem drainase secara keseluruhan yaitu : Kali Brantas di Mojokerto, yang kemudian terbagi menjadi dua yang pertama saluran sudetan buatan yang disebut kali Porong dan sungai yang lebih kecil disebut Kali Surabaya (Gambar 3.); Kali Porong mengalirkan air (debit rencana sesuai Master Plan Thn 1973 & 1985 sebesar 1500 m3/dt) dari Kali Brantas melaluli Dam Lengkong Baru, melewati wilayah kabupaten Sidoarjo dan bermuara di selat Madura; Kali Surabaya mengalirkan air Kali Brantas (debit banjir rencana sebesar 60 m3/dt) melalui Pintu Air Mlirip di Mojokerto melewati wilayah Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan kota Surabaya. Kali Surabaya bercabang menjadi dua yaitu Kali Wonokromo dan Kali Mas. Kali Wonokromo mengalirkan air (debit banjir rencana sebesar 370 m3/dt) dari pintu air Jagir kearah Timur hingga bermuara di selat Madura; Kali Mas mengalirkan air dari pintu air (debit banjir rencana sebesar 20 m3/dt) Wonokromo kearah Utara melalui kota Surabaya dan bermuara di selat Madura tepatnya di pelabuhan Tanjung Perak; ISBN No A-59

5 Sismanto Kabupaten Gresik Kota Surabaya Kali Mas Dam Jagir Kali Lamong Dam Gunungsari Kali Wonokromo Kali Brantas Dam Mlirip Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Mojokerto Kali Porong Gambar 3. Kalimas sebagai bagian dari sistem sungai Brantas Debit Rerata (m 3 /dt) Bulan Gambar 4. Debit rata rata Kalimas di stasiun bendung Gubeng Air di Kalimas selalu mengalir sepanjang tahun, hal ini dikarenakan sebagian besar debit Kalimas berasal dari Kali Surabaya. Dari data yang ada debit rata rata bulanan yang tercatat di Dam Gubeng berkisar antara m3/dt pada bulan September dan m3/dt pada bulan Maret (Gambar 4). Simulasi hidrolis yang dilakukan pada saat air di Kalimas dalam kondisi terkecil yaitu sebesar 2,939 m3/dt diperoleh hasil bahwa tinggi muka air Kalimas bagian hilir Dam Gubeng kurang dari 0,60 m terutama dibagian hilir daerah Gentengkali. ISBN No A-60

6 Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai Dalam kondisi banjir, debit banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun (The Kali Surabaya River Improvement Project, Tokyo Japan 1983) sebesar 20 m3/dt di hulu Kalimas (percabangan dengan Kali Surabaya), dibagian tengah (dihulu Rubber Dam gubeng) sebesar 50 m3/dt dan dibagian hilir (down stream Rubber Dam) sebesar 70 m3/dt. Simulasi hidrolis yang didasarkan pada perhitungan debit banjir periode ulang 25 tahun yang mengalir pada sistem dengan asumsi bahwa debit tersebut mengalir dalam waktu yang sama. Pada simulasi ini debit inflow yang digunakan adalah debit banjir rencana pada pintu Wonokromo (ujung awal Kalimas) sebesar 20m3/dt ditambah dengan debit inflow dari daerah pematusan yang masuk ke Kalimas. Debit inflow dan outflow pada sistem disajikan dalam Tabel 1. Simulasi ini dilakukan dua kali yaitu (a) bendung karet Gubeng dalam kondisi dikembungkan, dan (b) bendung karet Gubeng dalam kondisi dikempiskan. Pada simulasi awal Pintu Jagir dan pintu operasi Gunungsari dibuka penuh sedangkan pintu banjir Gunungsari dibuka setinggi 3.43 meter, Dam Gubeng mengembang penuh. Dengan debit di pintu Wonokromo 20 m3/dt dibeberapa penampang sungai Kali Mas elevasi permukaan air lebih tinggi dari elevasi tanggul (Gambar 5). Tabel 1. Debit Inflow dan Outflow simulasi hidrolis Kalimas NO NAMA INFLOW /OUTFLOW STA INFLOW (m3/s) 1 Pintu Wonokromo Pompa Darmokali OUTFLOW (m3/s) 3 Intake Kali Bokor Pompa Dinoyo Pompa Flores Pompa kupang Pompa Keputran Intake Saluran 8 Jeblokan Pompa Grahadi Pompa Kenari Pada simulasi ini dengan pasang surut m diperoleh hasil bahwa elevasi permukaan air relatif sama dengan simulasi dengan pasang surut Muka air pada penampang Kalimas tidak akan pernah melebihi elevasi tanggul jika debit di pintu Wonokromo diturunkan hingga kurang dari 8,0 m3/dt. Hal ini dapat diartikan bahwa pada saat ini Kalimas hanya mampu memberikan kontribusi penyelesaian banjir Kali Brantas hanya sebesar 8,0 m3/dt. Gambar 5. Profil memanjang aliran Kalimas, Debit di Pintu Wonokromo 20 m3/dt. ISBN No A-61

7 Sismanto 10 5 Brantas Hilir Plan: Plan 21 12/4/2005 Legend WS PF 1 Ground LOB ROB 0 Elevation (m) Main Channel Distance (m) Gambar 6. Profil muka air Kalimas setelah dimodifikasi Untuk mengetahui pengaruh keberadaan Dam Gubeng terhadap aliran di Kali Mas dilakukan simulasi kedua yaitu perubahan pada struktur dam Gubeng sehingga Dam Karet dalam kondisi mengempis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa di Kali Mas tidak dapat dialirkan debit lebih besar dari 43 m3/dt. dikarenakan beberapa penampang dihulu dan hilir Dam Gubeng telah mengalami sedimentasi yang cukup besar sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengalirkan debit yang lebih besar walaupun Dam karet telah dikempiskan. Kemudian dilakukan simulasi pada penampang yang telah dimodifikasi dan menurunkan elevasi mercu dam karet pada kondisi mengempis. Debit yang dapat mengalir pada simulasi ini adalah 60 m3/dt di pintu air Wonokromo, 84 m3/dt di Dam Gubeng dan 91.5 di sekitar muara Kali Mas (Gambar 4). Berdasarkan hasil simulasi simulasi yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa aliran air di Kalimas akan lebih maksimal jika Dam Gubeng selalu dalam kondisi dikempiskan terutama jika Kalimas tersebut dilakukan modifikasi. Hal penting yang perlu digaris bawahi bahwa Kalimas ini tidak akan efektif digunakan sebagai sarana transportasi sungai manakala kondisi air dalam kondisi minimum Bangunan Disepanjang Kalimas Ada 10 Bangunan yang perlu diwaspadai sebagai penghalang terwujudnya gagasan tranportasi sungai yaitu bendung karet Gubeng dan 9 buah jembatan yang berada disepanjang Kalimas. Bangunan bangunan jembatan tersebut adalah Berdasarkan pantauan yang dilakukan terhadap 9 buah jembatan tersebut diperoleh gambaran bahwa sebagian besar jembatan tidak memiliki ruang gerak transportasi sungai (ruang antara muka air dan balok jembatan) yang cukup, terutama pada saat terjadi banjir. Berdasarkan hasil simulasi hidrolis menunjukkan bahwa dalam kondisi penampang sungai seperti saat ini dan bendung karet Gubeng dikembungkan, ruang gerak transportasi sungai hanya akan efektif jika debit yang mengalir pada pintu Wonokromo kurang dari 6,0 m3/dt bahkan untuk jembatan yang berada di hulu bendung hanya efektif jika debit di pintu Wonokromo kurang dari 5,0 m3/dt, namun jika penampang sungai dilakukan modifikasi dan bendung Gubeng dikempiskan maka ruang gerak transportasi sungai akan sangat ISBN No A-62

8 Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai efektif, baik dalam kondisi air kecil maupun dalam kondisi banjir (debit pada pintu Wonokromo kurang dari 10 m3/dt ) Potensi sedimentasi di Kalimas Potensi sedimentasi di Kalimas dilakukan dengan melakukan perhitungan dengan perumusan empiris Engelund and Hansen dan Kikawa Ashida yang didasarkan atas data debit rata rata yang tercatat pada bendung karet Gubeng dan data sampel sedimen yang diambil pada 2 lokasi di Kalimas. Dari analisa ini diperoleh gambaran bahwa laju sedimen terbesar (diatas 200 ppm) terjadi di daerah sekitar peneleh dan dibagian hulu jembatan Petekan. Hal ini dapat dimaklumi karena pada daerah sekitar Peneleh memiliki alur yang berkelok kelok dengan penampang sempit. Sedangkan dibagian hulu Jembatan Petetekan disebabkan karena aliran air terhambat oleh kembatan itu sendiri P P.074 P P PETA ANGKUTAN SEDIMEN KALI MAS CROSS SECTION P.042 s/d P.074 METODE GABUNGAN MUSIM HUJAN PETA ANGKUTAN SEDIMEN KALI MAS CROSS SECTION P.096 s/d P.116 METODE GABUNGAN MUSIM KERING P P.116 P P P P.070 P P.068 P P.066 P P.110 P P LEGENDA : P P P P tanggul P P.060 P P.106 permukiman sungai kedurus P P jalan bendung KRITERIA SEDIMEN > 200 P P.056 P P.054 P P.052 P P.050 P P P P.104 P P P P.046 < 100 P P < 25 P P.044 P P.042 Meters P P.098 P P.096 Meters P P Gambar 5. Profil laju sedimen terbesar di Kalimas 4.5. Analisa Bantaran Kalimas Analisa ini lebih difokuskan pada penggunaan bantaran Kalimas. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan ada sekitar 1964 buah bangunan yang menempati bantaran kiri dan kanan. Jika diklasifikasikan menurut Penggunaan Bangunan menunjukkan bahwa 71% digunakan sebagai tempat tinggal, 27% sebagai tempat usaha dan sisanya sebagai fasilitas umum. Jika diklasifikasikan menurut kondisi Bangunan menunjukkan bahwa 50% merupakan bangunan tidak permanent, 38% bangunan permanent dan sisanya 12% merupakan bangunan semi permanent. Sedangkan jika diklasifikasikan menurut status pemilik bangunan menunjukkan bahwa sebagian besar (69%) merupakan penduduk warga Surabaya. Tabel 2 menunjukan kondisi penggunaan bantaran sedangkan Gambar 6 menunjukkan prosestase masing masing. Menurut hasil kuistioner yang disebar ke masyarakat yang berada disekitar bantaran menunjukkan opini sebagai berikut : a. Banyak yang mendukung, dengan alasan untuk kepentingan umum biar bersih dan asri, dan yang tidak setuju umumnya kawatir terhadap penggusuran permukiman. b. Pengembangan obyek wisata yang diinginkan adalah berupa taman, wisata air, perahu dayung, area bermain dan hiburan anak-anak. ISBN No A-63

9 Sismanto Tabel 2. Penggunaan Bantaran Kalimas Fungsi Bangunan Kondisi Bangunan Status Pemilik Bantaran Tempat Fasilitas Tempat Tinggal Umum Usaha Jumlah Kiri Kanan Total Bantaran Permanen Semi Tidak Permanen Permanen Jumlah Kiri Kanan Total Bantaran Warga Warga Surabaya Luar Jumlah Kiri Kanan Total c. obyek wisata yang diinginkan adalah berupa pemancingan ikan, perahu wisata, Jet Sky, pertunjukan musik dll. d. Harga karcis yang diinginkan berkisar Rp.1.000,- s/d Rp ,- e. Harapan masyarakat terhadap pengembangan obyek wisata Kalimas adalah dilibatkan sebagai pekerja dalam obyek wisata, wira usaha (jual bunga, usaha wartel, dll), penjaga parkir. f. Tidak setuju bila lahan masyarakat Stren Kalimas dibebaskan. g. Terkait dengan pengembangan tersebut, jenis usaha baru yang ingin didirikan adalah berupa warung. h. Jenis barang yang bisa dijual kepengunjung berupa makanan dan minuman, dekorasi, bunga, dll. i. Terhadap keamanan lingkungan sekitar Kalimas dijamin cukup aman. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa sebagaimana telah diuraikan dimuka maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang harus dihadapi jika pemerintah kota Surabaya akan mengembangkan Kalimas sebagai sarana tranportasi sungai adalah sebagai berikut : a. Debit aliran air merupakan permasalahan utama yang perlu dicarikan jalan keluar. Pada saat musim kemarau kedalaman air masih belum mencukupi untuk dilintasi alat tranpotasi terutama pada daerah sekitar Gentengkali dan sepanjang Jl. Peneleh. Pada saat musim hujan, Kalimas belum bisa berfungsi sebagai system Drainase Brantas yang memadai sebagaimana yang diharapkan. Jika kapasaitas yang ada saat ini dimaksimalkan untuk mengalirkan air buangan maka pada saat itu muka air sudah cukup tinggi yang mendekati dasar balok jembatan jembatan yang ada sehingga sangat sulit dimanfaatkan sebagai sarana tranportasi. b. Keberadaan jembatan jembatan yang ada saat ini akan mengalami banyak kesulitan jika harus ditinggikan karena kepadatan bangunan disekitar jembatan tidak memungkinkan untuk membuat kendaraan dapat bergerak dengan nyaman. Khusus untuk jembatan Petekan tidak mungkin dapat ditinggikan karena justru akan menghilangkan nilai sejarah dari bangunan itu sendiri. ISBN No A-64

10 Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai c. Bardasarkan penggunaan bantaran yang sebagian besar merupakan tempat tinggal permanent maka upaya untuk menormalisasi Kalimas akan banyak mengalami kendala sosial. d. Berdasarkan hasil survey terhadap keinginan masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan industri wisata sungai justru akan berdampak munculnya masalah baru tertang penggunaan lahan sempadan sungai. Saran dan strategi yang perlu dilakukan agar keinginan menjadikan Kalimas sebagai sarana transportasi sungai adalah sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait agar Kalimas tidak lagi dijadikan sebagai sistem drainase Brantas. Dengan kata lain bahwa pada saat terjadi banjir debit air yang masuk ke Kalimas melalui pintu air Wonokromo tidak lebih dari 5,0 m3/dt. b. Dengan debit tersebut maka penampang Kalimas tidak harus dilakukan normalisasi secara menyeluruh, hanya pada bagian tertentu yaitu disekitar jl. Peneleh dengan penempang tegak. Untuk penampang lain cukup dibutuhkan pengerukan untuk meningkatkan fungsi sungai. c. Bendung karet Gubeng yang tidak lagi sebagai sarana pengatur muka air harus dibongkar, dan sebagai fungsi untuk menahan intrusi air laut maka bendung tersebut perlu dipindah di bagian hulu Jembatan Petekan. 5. DAFTAR ACUAN Japan International Coorporation Agency, Final Report for The Study of Flood Control and Drainage Project, Tokyo, July 1995 Perum Jasa Tirta, Laporan Kajian Kapasitas Sungai Kali Surabaya, Malang, 2003 NMCP, NMCP Report for Surabaya Drainage 2004, Surabaya, 2004 MacDonald Cambridge,UK and Tricon Jaya, PT, Final Report for The Surabaya Drainage Master Plan 2018, Surabaya, 2000 Resco.PT, Laporan Akhir SID Kali Marmoyo, Surabaya, 2003 US Army Corp Engineering, HEC-RAS Hydraulic Reference, Davis, 2003 Basins. In: IAHS, Modelling and Management of Sustainable Basin-Scale Water Resources Systems; Tharme, R.E., 1996, Review of international methodologies for the quantification of the instream flow Topping, C., 2000, Assessment of Environmental Reserve for Water Resource Planning. Hydrology Section, ISBN No A-65

Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya

Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya Volume, Nomor 1, Pebruari 7 ISSN.197-753X Pengaruh Operasi Bangunan Pengatur Kali Surabaya, Wonokromo, Kalimas terhadap Banjir Kota Surabaya, dan Penyelesaiannya Sismanto Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Dalam perkembangannya, sungai bukan hanya

Lebih terperinci

KAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS

KAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS 88 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No.. Juli 006: 88-9 KAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS Suroso Jurusan Teknik Sipil Universitas Soedirman Purwokerto

Lebih terperinci

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA BAB VI ANALISIS HIDROLIKA 6. Tinjauan Umum Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, bahwa salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Seminar Nasional IX - 13Teknik Sipil ITS Surabaya PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Albert Wicaksono 1, Doddi Yudianto 2, Bambang Adi

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah BAB III METODOLOGI 3.1. Rumusan Masalah Rumusan Masalah merupakan peninjauan pada pokok permasalahan untuk menemukan sejauh mana pembahasan permasalahan tersebut dilakukan. Berdasarkan hasil analisa terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan daerah tujuan wisata utama yang memiliki berbagai potensi untuk menarik wisatawan. Salah satu daerah di antaranya adalah kawasan Denpasar Barat dan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih

Lebih terperinci

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2720 (201928X Print) C82 Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur Aninda Rahmaningtyas, Umboro Lasminto, Bambang

Lebih terperinci

GENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA

GENANGAN DI KABUPATEN SURABAYA PROYEK AKIHR TUGAS AKHIR ANALISA PENANGGULANGAN SISTEM DRAINASE BANJIR SALURAN KALI LAMONG KUPANG TERHADAP JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN GENANGAN DI KABUPATEN APARTEMEN GRESIK PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana banjir seakan telah dan akan tetap menjadi persoalan yang tidak memiliki akhir bagi umat manusia di seluruh dunia sejak dulu, saat ini dan bahkan sampai di masa

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah 15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto

Lebih terperinci

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN ALIRAN PERMANEN FTSP-UG NURYANTO,ST.,MT. 1.1 BATAS KEDALAMAN ALIRAN DI UJUNG HILIR SALURAN Contoh situasi kedalaman aliran kritis

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI 6. Tinjauan Umum Dalam perencanaaan sistem pengendalian banjir, analisis yang perlu ditinjau adalah analisis hidrologi dan analisis hidrolika. Analisis

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-7 PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO Bachtiar Riyanto, Dr. Techn. Umboro Lasminto, ST., M.Sc. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses

Lebih terperinci

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Rencana Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi

Lebih terperinci

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA Esti

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Terletak di Kec. Rejoso, merupakan salah satu dari 4 sungai besar di Kabupaten Pasuruan

LATAR BELAKANG. Terletak di Kec. Rejoso, merupakan salah satu dari 4 sungai besar di Kabupaten Pasuruan PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Terletak di Kec. Rejoso, merupakan salah satu dari 4 sungai besar di Kabupaten Pasuruan Fungsi : Irigasi, Drainase, Petani Tambak (pada hilir) Muara terpecah menjadi 2, di tengah

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK A. Pemodelan Hidrolika Saluran drainase primer di Jalan Sultan Syahrir disimulasikan dengan membuat permodelan untuk analisis hidrolika. Menggunakan software HEC-RAS versi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang Disusun oleh : Agung Tri Cahyono NRP. 3107100014 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Sarwono, M.Sc JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Nizar Achmad, S.T. M.Eng

Nizar Achmad, S.T. M.Eng Nizar Achmad, S.T. M.Eng Pendahuluan HEC RAS(Hidraulic Engineering Corps, River Analysis System) dikembangkan oleh Insinyur Militer Amerika Serikat (US Army Corps of Engineer) Digunakan internal Militer

Lebih terperinci

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG)

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) Nur Hidayah Y.N. 1), Mamok Suprapto 2), Suyanto 3) 1)Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (1) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) C-35 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik Gemma Galgani Tunjung Dewandaru, dan Umboro Lasminto

Lebih terperinci

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal DRAINASE POLDER Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK Dalam mempelajari perilaku hidraulika lairan, perlu dilakukan permode;lan yang menggambarkan kondisi sebuah saluran. Permodelan dapat dilakukan dengan menggunakan software

Lebih terperinci

4/12/2009. Water Related Problems?

4/12/2009. Water Related Problems? DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

Lebih terperinci

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) 1-1 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik Gemma Galgani T. D., Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Daerah dataran merupakan suatu daerah yang mempunyai peranan penting dan telah lama dikembangkan sesuai dengan peradaban dan kehidupan suatu bangsa. Segala

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG ANALISIS PENGARUH BACK WATER (AIR BALIK) TERHADAP BANJIR SUNGAI RANGKUI KOTA PANGKALPINANG Tia Anandhita Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung Roby Hambali Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

Studi Angkutan Sedimen Sudetan Pelangwot- Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo

Studi Angkutan Sedimen Sudetan Pelangwot- Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) C-253 Studi Angkutan Sedimen Sudetan Pelangwot- Sedayu Lawas Sungai Bengawan Solo Chandra Murprabowo Mudjib dan Umboro Lasminto

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto

Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto 43 Simposium I Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia, 2016 Studi Potensi Tampungan Air Sebagai Sumber Air Baku Kota Surabaya Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Studi 1. Letak dan Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Jepara dan Daerah Tangkapan Hujan Waduk Way Jepara secara geografis terletak pada 105 o 35 50 BT

Lebih terperinci

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA Forum Teknik Sipil No. XVIII/2-Mei 2008 811 KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA Priska G. Nahak 1), Istiarto 2), Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer BAB III METODOLOGI 3.1 Studi Pustaka dan Survey Lapangan Studi pustaka diperlukan sebelum atau bersamaan dengan survey lapangan dengan maksud ketika pengamat menemui kesulitan dilapangan, dapat mengacu

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya Perencanaan istem Drainase Rumah akit Mitra Keluarga Kenjeran, urabaya Hisyam Amri, Edijatno, Fifi ofia Jurusan Teknik ipil FTP Institut Teknologi epuluh Nopember (IT) Jl. Arief Rahman Hakim, urabaya 60

Lebih terperinci

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-27 Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK Martin 1) Fransiskus Higang 2)., Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2) Abstrak Banjir yang terjadi

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-1 Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur Made Gita Pitaloka dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur

Lebih terperinci

EVALUASI TINGGI MUKA AIR KALI MUNGKUNG SRAGEN TERHADAP ELEVASI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO

EVALUASI TINGGI MUKA AIR KALI MUNGKUNG SRAGEN TERHADAP ELEVASI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO EVALUASI TINGGI MUKA AIR KALI MUNGKUNG SRAGEN TERHADAP ELEVASI BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO Yudi Risdiyanto 1) Cahyono Ikhsan 2) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi teknik Sipil, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Oleh : MIRAWATI SEPTYANINGSIH 0753010037 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK

ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK Mona Nabilah 1 Budi Santosa 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Depok 1 monanabilah@gmail.com,

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT TUGAS AKHIR RC09-1380 STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT RATNA PUSPITA WIDYANINGRUM NRP 3107 100 060 Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran, baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir ini telah semakin menarik untuk dicermati, terkait dengan semakin berkembangnya kawasan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Perencanaan Sistem Drainase Perumahan The Greenlake Surabaya PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Riska Wulansari, Edijatno, dan Yang Ratri Savitri. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1 Metode Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada perencanaan drainase sistim Kali Tenggang dilakukan sebagai berikut : Untuk data-data yang berkaitan dengan perencanaan non teknis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Gerusan merupakan penurunan dasar sungai karena erosi di bawah permukaan alami ataupun yang di asumsikan. Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman dalam pelaksanaan kajian, sehingga dengan demikian bahwa pola pendekatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR Diajukan Oleh : RISANG RUKMANTORO 0753010039 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Tania Edna Bhakty 1 dan Nur Yuwono 2 1Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta Email: taniaednab@yahoo.com 2

Lebih terperinci

Analisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 2013 dan 2014

Analisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 2013 dan 2014 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 17, No. 2, 91-97, Nov 214 91 Analisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 213 dan 214 (Micro Drainage Analysis in Cakung Lama River Due to The

Lebih terperinci

PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR

PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR Oleh : ICHWAN FRENDI 0753010030 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI

KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI Oleh Benny Hamdi Rhoma Putra Fakultas Teknik Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Indonesia Email :

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya Ismail Saud Staft Pengajar Program Studi D-III Teknik Sipil FTSP - ITS email: ismail@ce.its.ac.id ABSTRAK Kali Surabaya merupakan sungai yang sangat potensial sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1 Studi Pustaka Dalam melakukan studi pustaka tentang kasus Sudetan Wonosari ini diperoleh data awal yang merupakan data sekunder untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Analisis Kajian

Bab III Metodologi Analisis Kajian Bab III Metodologi Analisis Kajian III.. Analisis Penelusuran Banjir (Flood Routing) III.. Umum Dalam kehidupan, banjir adalah merupakan musibah yang cukup sering menelan kerugian materi dan jiwa. Untuk

Lebih terperinci

Alumni Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia

Alumni Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia Analisis Angkutan Sedimen pada Sungai Kemuning Kalimantan Selatan dengan Menggunakan Program HEC-RAS 5.0.3 Sediment Transport Analysis on River Kemuning South Borneo using HEC-RAS 5.0.3 Andi Orlando Limbong

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK Dalam mempelajari perilaku hidraulika aliran, perlu dilakukan permodelan yang mampu menggambarkan kondisi sebuah aliran. Permodelan dapat dilakukan dengan menggunakan HEC-RAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D122 Evaluasi Timbulnya Genangan Pada Catchment Area Sistem Pematusan Greges Yang Dilayani Rumah Pompa Greges Di Rayon Genteng Surabaya Januar Catur Putranto dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis

KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM. 1. Kondisi Geografis KOTA SURABAYA A. KONDISI UMUM 1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Surabaya adalah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelolah oleh Pemerintah Kota Surabaya sebesar 19.039 Ha.Kota Surabaya berbatasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK VIRDA ILLYINAWATI 3110100028 DOSEN PEMBIMBING: PROF. Dr. Ir. NADJAJI ANWAR, Msc YANG RATRI SAVITRI ST, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS

BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS VI-1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS 6.1. Tinjauan Umum Analisis hidrolika penampang sungai dihitung dengan menggunakan program HEC-RAS. Dengan analisis ini dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci