PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA"

Transkripsi

1 TESIS PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA ERNITA KUSUMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

2 TESIS PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA ERNITA KUSUMA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

3 2 PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana ERNITA KUSUMA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

4 3 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 Juli 2011 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, SpPD-KEM NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP NIP Tesis Ini Telah Diuji pada

5 4 Tanggal 18 Juli 2011 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1125/UN 14.4/HK/2011, Tanggal 22 Juni 2011 Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And., FAACS Anggota : 1. Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, SpPD-KEMD 2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And 3. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK 4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D

6 5 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-nya penyusunan tesis yang berjudul Pemberian Injeksi Testosterone Enanthate Dosis Tinggi (Raitorio ) Tidak Menurunkan Kadar Estrogen Pada Tikus Betina Putih (Albino Rat) Dewasa dapat terselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Master. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Dosen Pembimbing I dan sebagai Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Kedokteran Anti Penuaan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta semangat sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. A. A. Gede Budhiarta, SpPD-KEMD, selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan masukan dan bimbingan dengan bijaksana serta kesabaran dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

7 6 yaitu Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And, dan Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D, yang telah memberikan masukan, saran, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. I Ketut Tunas, MSi, yang telah membantu dalam membimbing analisis statistik sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Kepada I Gede Wiranatha, S.Si, beserta seluruh staf di Animal Laboratory Unit, yang telah memberikan waktu untuk membantu, penulis ucapkan banyak terima kasih. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayah (alm.), ibu, mertua, dan suami tercinta, yang dengan tulus memberikan doa dan dukungan, baik moral, material, maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terima kasih pula kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan pengorbanan telah memberi kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap apa yang tertulis dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Denpasar, Juni 2011 Penulis

8 7 PEMBERIAN INJEKSI TESTOSTERONE ENANTHATE DOSIS TINGGI (RAITORIO ) TIDAK MENURUNKAN KADAR ESTROGEN PADA TIKUS BETINA PUTIH (ALBINO RAT) DEWASA Oleh Ernita Kusuma Program Studi Ilmu Biomedik ABSTRAK Proses aging akan menyebabkan terjadinya penurunan fisiologik tubuh dan peningkatan terjadinya penyakit. Banyak faktor penyebab proses penuaan yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal ialah berkurangnya hormon terutama pada wanita sesudah memasuki usia menopause, yang dapat menimbulkan berbagai macam keluhan yang sangat mengganggu. Dengan demikian pemberian terapi sulih hormon dapat membantu untuk mengurangi keluhankeluhan yang dialami. Dalam masyarakat saat ini banyak digunakan injeksi berbahan dasar Testosterone Enanthate (TE) untuk meningkatkan kekenyalan kulit dan libido. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi (Raitorio ) terhadap kadar estrogen. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan randomized pre-post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus betina dewasa yang berumur 90 hari dengan berat gram. Sebanyak 36 ekor tikus diambil secara acak sebagai sampel dan dialokasikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol sebanyak 18 ekor diberikan plasebo (aquabidest) dan sisanya 18 ekor sebagai kelompok perlakuan dengan injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata kadar estradiol sebelum perlakuan pada kelompok kontrol adalah 65,39±153,97 dan rerata sesudah perlakuan adalah 86,04±255,35. Sedangkan rerata kadar estradiol sebelum perlakuan pada kelompok Testosterone Enanthate adalah 16,22±29,19 dan rerata sesudah perlakuan adalah 719,91±897,93. Dengan uji Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan bahwa terjadi peningkatan kadar estradiol secara bermakna pada kelompok perlakuan (p<0,05). Selanjutnya analisis komparabilitas antar kelompok perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar estradiol kedua kelompok. Analisis kemaknaan dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa rerata kadar estradiol pada kedua kelompok sebelum perlakuan tidak berbeda (p > 0,05). Sedangkan kadar estradiol sesudah perlakuan antara kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi ternyata tidak menurunkan, tetapi meningkatkan kadar estrogen pada tikus betina dewasa. Disarankan kepada para wanita untuk berhati-hati dalam memilih produk untuk sulih hormon karena tidak semua produk yang dipasarkan mengandung hormon yang sesuai dengan fungsinya. Diharapkan juga dapat dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui efek samping dari penggunaan injeksi ini. Kata Kunci: Aging, Testosterone Enanthate dosis tinggi, estradiol, tikus betina dewasa

9 8 ABSTRACT HIGH DOSE TESTOSTERONE ENANTHATE INJECTION (RAITORIO ) DOES NOT DECREASE ESTROGENE LEVEL OF ADULT FEMALE ALBINO RAT Aging process decreases physiology of the body and increases diseases. There are internal and external factors causing the aging process. One of the internal factors is the decrease in the hormone in menopausal women that can cause many symptoms. Therefore, Hormone Replacement Therapy (HRT) can minimalize the symptoms. Nowadays, many women use high dose Testoterone Enanthate injection to increase the elasticity of the skin and improve their libido. The aim of this study was to determine the effects of high dose of Testoterone Enanthate injection (Raitorio ) to estrogene level of adult female rat. This research was an experimental study with randomized pre-post test control group design. The population used in this study was adult female albino rats (age 90 days with the body weight of grams). There were 36 subjects, divided into 2 groups, with 18 rats each. One group was treated with placebo (aquabidest), and the other with high dose Testoterone Enanthate injection. The result showed that the mean of the estradiol level on the control group before injection was 65,39±153,97, and after the injection was 86,04±255,35. While the mean of the estradiol level on treatment group before the injection was 16,22±29,19 and after the injection was 719,91±897,93. The significant (p<0.05) increase of estradiol level was showed on treatment group with Wilcoxon Sign Rank Test. And then comparison analysis between the treatment groups was analysed by the mean of the estradiol level of both groups. The comparison analysed by Mann-Whitney showed that the mean of estradiol level on both groups before the injection was not different (p>0.05). Meanwhile, the estradiol level after the injection between both groups was significantly different (p<0.05). Thus, it is concluded that High Dose of Testosterone Enanthate injection used in this study does not decrease, but increases the estrogene level of adult female albino rats significantly. It is suggested to all women to choose the right product of Hormone Replacement Therapy in order to get the good result of the treatment. It is needed to do further research of the side effects of this product. Key words: Aging, high dose Testosterone Enanthate, estradiol, adult female albino rat

10 9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii ix xiii xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat penelitian... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Proses Penuaan Teori Proses Penuaan (Aging)... 8

11 Tanda-tanda Penuaan Hormon Testosteron Pengaturan Fungsi Seksual Melalui Hormon dari Hipotalamus dan Kelenjar Hipofise Anterior Penghambatan Timbal Balik Sekresi LH dan FSH Kelenjar Hipofisis Anterior oleh Testosteron - Pengaturan Umpan Timbal Balik Negatif Sekresi Testosteron Hormon Estrogen Menopause Sulih Testosteron Pemberian Injeksi Testosteron pada Pria Pemberian Injeksi Testosteron pada Wanita Efek Samping Injeksi Testosterone Enanthate Dosis Tinggi Hewan Coba Tikus Penggunaan Tikus (Rattus Norvegicus) di Laboratorium Pemberian Makanan dan Air Minum Tikus di Laboratorium Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium Perilaku Seksual Tikus Betina Perilaku Seksual Tikus Jantan... 43

12 11 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Subyek Penelitian Kriteria Subyek Besaran Sampel Teknik Penentuan Sampel Variabel Klasifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Bahan Penelitian Instrumen Penelitian Tata Cara Penelitian Pemberian Perlakuan Perhitungan Dosis Testosterone Enanthate Untuk Subyek Penelitian Alur Penelitian... 55

13 Teknik Pengambilan Darah Mekanisme Kerja Penelitian Analisis Statistik BAB V HASIL PENELITIAN Uji Normalitas Data Analisis Efek Perlakuan Testosterone Enanthate Dosis Tinggi Perbedaan Kadar Estradiol antar Kelompok Uji Komparabilitas Analisis Efek Perlakuan BAB VI PEMBAHASAN Subyek Penelitian Peningkatan Kadar Estradiol Setelah Injeksi Testosterone Enanthate Dosis Tinggi (Raitorio ) BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 72

14 13 DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Keluhan Klimakterik pada Wanita Usia antara 45 dan 54 tahun Data Biologis Tikus Mineral dalam Makanan Tikus Perubahan-perubahan Yang Terdapat Pada Ulas Vagina dan Perilaku Seksual Tikus Betina Dosis Sesuai dengan Berat Badan Tikus Hasil Uji Normalitas Data Kadar Estradiol masing-masing Kelompok Baik Sebelum maupun Sesudah Perlakuan Rerata Kadar Estradiol Sebelum dengan Sesudah Diberikan Perlakuan Rerata Kadar Estradiol antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan Rerata Kadar Estradiol antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan... 61

15 14 DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Axis Hipotalamus-Organ Pembentukan Hormon Steroid pada Ovarium Konsep Penelitian Rancangan Penelitian Alur Penelitian Perubahan Kadar Estradiol pada Masing-masing Kelompok Perbandingan Kadar Estradiol Antar Kelompok Perlakuan... 62

16 15 DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH AAM A4M DHEA EDTA ELISA DNA FDA FSH GH GnRH HDL HRT IGF-I IU/Kg KAP LDL LH mg/kg µg/kg PCOS pg/ml : Anti Aging Medicine : American Academy of Anti-Aging Medicine : Dehydroepiandrosterone : Ethylen Tetra Diamine : Enzyme Linked Immunosorbent Assay : Deoxyribonucleic acid : Food and Drug Administration : Follicle Stimulating Hormone : Growth Hormone : Gonadotropin Releasing Hormone : High Density Lipoprotein : Hormone Replacement Therapy : Insulin Growth Factor-I : International Unit per Kilogram : Kedokteran Anti Penuaan : Low Density Lipoprotein : Luteinizing Hormone : mili gram per kilogram : mikro gram per kilogram : Polycystic Ovary Syndrome : piko gram per mili liter

17 16 SHBG TE WHO : Sex Hormone Binding Globulin : Testosterone Enanthate : World Health Organization

18 17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data hasil pemeriksaan kadar estradiol pada kontrol Pre dan Post injeksi plasebo Data hasil pemeriksaan kadar estradiol pada perlakuan Pre dan Post injeksi Testosterone Enanthate Dosis Tinggi (Raitorio ) Uji normalitas data kadar estradiol Uji Wilcoxon Sign Rank Test antara Pre dengan Post masing-masing kelompok Uji Mann-Whitney antara kelompok kontrol dengan perlakuan Konversi perhitungan dosis untuk beberapa jenis hewan dan manusia Gambar produk injeksi Testosterone Enanthate Dosis Tinggi (Raitorio )... 79

19 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi orang tua di dunia mencapai laju yang sangat luar biasa. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1997 mencapai 201,4 juta dengan 100,9 juta orang wanita (Baziad, 2003). Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,46 juta orang, yang terdiri dari 101,64 juta laki-laki dan 101,81 juta perempuan. Jumlah perempuan yang berusia di atas 50 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia menopause sebanyak 15,5 juta orang, sedangkan jumlah laki-laki yang berusia di atas 55 tahun dan diperkirakan telah memasuki usia andropause adalah sebesar 14,25 juta orang (Baziad, 2003). Hingga tahun 2020, populasi dunia diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan sebagian besar di negara sedang berkembang (Beers, 2004). Di Indonesia diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta dan jumlah laki-laki andropause mencapai 24,7 juta. Di samping itu, berkat pembangunan di bidang kesehatan, angka harapan hidup perempuan dan laki-laki Indonesia juga meningkat. Di satu sisi kita patut gembira karena usia harapan hidup perempuan dan laki-laki meningkat, namun di segi lain mereka harus melewati usia tua dengan berbagai masalah dari dampak kekurangan hormon estrogen dan androgen (Baziad, 2003). Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat selular, organ, maupun sistem karena proses penuaan.

20 19 Penuaan (aging) adalah proses fisiologis yang dialami oleh seluruh mahluk hidup (Wibowo, 2003). Untuk pertama kalinya dalam sejarah kedokteran, aging dilihat sebagai suatu penyakit yang dapat diperlambat (Morgan, 2003). Menurut WHO (1996) terdapat interaksi antara gaya hidup, penyakit, pekerjaan, dan penuaan biologis. Adanya aging maka terjadi dua fenomena yaitu penurunan fisiologik tubuh dan peningkatan terjadinya penyakit (Fowler, 2003). Akibatnya terjadi gangguan terhadap kulit, selaput lendir, panca indera, otot, tulang, sistem kardiovaskuler, sistem imun (perubahan respon netrofil, makrofag, dan limfosit), sistem metabolisme glukosa, sistem gastrointestinal, reproduksi, fungsi otak-saraf dan sensorik (Baziad, 2003; Goldman, 2007). Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses penuaan yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Terdapat hubungan antara usia dengan perubahan yang terjadi pada poros pituitari-organ target. Semua organ akan menyusut dan bermanifestasi dalam bentuk penurunan level hormon, seperti yang telah ditemukan oleh para ilmuwan bahwa proses aging tidak mungkin terlepas dari penurunan hormon-hormon seperti DHEA (dehydroepiandrosterone), HGH (Human Growth Hormone), estrogen, progesteron, testosteron, tiroid, dan melatonin (Morgan, 2003).

21 20 Antiaging medicine menggunakan pengobatan saat terdapat indikasi medis, di antaranya dengan cara menganjurkan pemberian nutrisi makanan, suplemen yang tepat dan natural hormone replacement therapy (HRT). HRT yang diberikan adalah hormon yang cukup sederhana yang secara biokimia identik dengan apa yang terdapat dalam tubuh saat usia tigapuluhan tahun dan juga penting bagi para tenaga dokter untuk tetap memonitor kadar hormon melalui darah dan tes urin (Morgan, 2003). Terdapat hormon utama dan yang mudah diperoleh yaitu estradiol, testosteron, DHEA, tiroid, melatonin, growth hormone, dan progesteron. Semua ini memberikan banyak keuntungan dalam penggunaannya hingga saat ini, dan terjadi suatu peningkatan jumlah penelitian yang merekomendasikan hormon-hormon ini sebagai terapi yang memperlambat proses aging, menghentikan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan usia, dan tetap hidup dan sehat pada pertengahan kedua dari kehidupan. Hormon testosteron merupakan hormon androgen utama dalam sirkulasi darah. Hormon testosteron pada umumnya dikaitkan dengan aspek seksual dan reproduksi dalam hidup manusia. Meskipun ini benar, tetapi tidak berarti testosteron hanya berfungsi pada sistem seksual dan reproduksi, tetapi berperan juga pada otak, tulang, otot, lemak, sistem hematopoesis dan sistem imun (Pangkahila, 2007). Hormon androgen tidak hanya diproduksi oleh pria, melainkan juga oleh wanita. Pada wanita, androgen juga mempunyai peranan penting bagi dorongan seksual. Androgen memengaruhi dorongan seksual dan perilaku seksual wanita. Lebih jauh, penelitian pada binatang menunjukkan androgen mempunyai peranan penting dalam pengaturan fisiologi jaringan vagina, dan juga berperan dalam bangkitan seksual.

22 21 Pada saat wanita mengalami menopause, fungsi ovariumnya berkurang. Tetapi dengan meningkatnya kadar LH (Luteinizing Hormone) dapat mengakibatkan sekresi androgen ovarium meningkat untuk sementara. Inilah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa pada sekitar masa menopause kadar testosteron dapat berkurang, tidak berubah, atau meningkat. Seperti pada pria, pada wanita pun testosteron tidak hanya berpengaruh terhadap fungsi seksual, melainkan terhadap fungsi lainnya. Fungsi kognitif, massa tulang, massa otot, dan sel darah merah pada wanita juga dipengaruhi oleh hormon testosteron (Pangkahila, 2007). Bagi wanita, begitu memasuki usia menopause timbullah berbagai macam keluhan yang sangat mengganggu, dan beberapa tahun setelah menopause, angka kejadian patah tulang, penyakit jantung koroner, stroke, demensia, dan kanker usus besar meningkat. Karena memang keluhan yang muncul pada perempuan tersebut kebanyakan disebabkan karena kekurangan hormon estrogen, maka dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah dengan terapi sulih hormon. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa pemberian terapi sulih hormon jangka panjang dapat mencegah perempuan terkena pengeroposan tulang, penyakit jantung koroner, stroke, demensia, dan kanker usus besar, sehingga dengan sendirinya meningkatkan kualitas hidup (Baziad, 2003). Saat ini banyak ditemukan penggunaan berbagai macam injeksi pada wanita di beberapa daerah di Indonesia, yang dilakukan oleh beberapa teman sejawat dokter, dan salah satunya berbahan dasar Testosterone Enanthate (TE). Menurut para dokter dan

23 22 pasien yang bersangkutan, pemberian TE ini dimaksudkan untuk meningkatkan kekenyalan kulit dan libido, baik yang akan, sedang ataupun telah memasuki masa menopause. Dosis yang digunakan adalah mg TE (dengan nama dagang Raitorio dan di masyarakat dikenal dengan nama Placenta Platinum) per kali injeksi yang dilakukan setiap 6-12 bulan (Kusuma, 2009). Dosis yang diberikan ini tidak sesuai dengan prosedur yang tepat secara internasional, karena dosis yang dianjurkan adalah mg TE setiap 2-3 minggu untuk pria dewasa (Neischlag dan Behre, 1990). Pemberian TE harus dilakukan sesuai dengan indikasi dan dosis yang tepat, karena TE dosis tinggi dapat menurunkan kadar estrogen. Hal ini dapat terjadi karena testosteron yang disekresikan sebagai respons terhadap LH mempunyai efek timbal balik dalam menghentikan sekresi LH oleh hipofisis anterior. Androgen dikonversikan secara aktif menjadi estrogen, kemudian aromatisasi berperan memberikan umpan balik negatif kepada otak (Sperrof, 2004). Hal ini akan menyebabkan gejala-gejala antara lain perasaan panas di daerah wajah (hot flushes), jantung berdebar-debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, cepat lelah, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot (Baziad, 2003). Di samping itu kadar testoteron yang tinggi dapat menimbulkan beberapa efek samping antara lain: acne, androgenetic alopecia, virilization yang ditandai dengan hipertrofi klitoris, suara yang berat, perkembangan otot androgenik, atrofi mammae, hirsutisme, male pattern baldness, perilaku maskulin, gangguan pada ovarium, gangguan metabolik dan kardiovaskuler, dan gangguan psikologis (Goodman, 2001). Informasi yang ada di masyarakat inilah yang membuat penulis ingin

24 23 mengetahui sejauh mana efek samping yang ditimbulkan dari pemberian preparat ini pada wanita yang telah menggunakannya. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi (Raitorio ) dapat menurunkan kadar estrogen pada tikus betina dewasa? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pemberian injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi (Raitorio ) dapat menurunkan kadar estrogen pada tikus betina dewasa. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Manfaat akademis:

25 24 Diharapkan dari hasil penelitian ini didapatkan data yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh pemberian injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi (Raitorio ) terhadap penurunan kadar estrogen pada tikus betina dewasa. Manfaat praktis: Diharapkan masyarakat dapat lebih rasional dan berhati-hati dalam menggunakan injeksi Testosterone Enanthate dosis tinggi (Raitorio ).

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Penuaan Teori Proses Penuaan (Aging) Perkembangan ilmu kedokteran, dalam hal ini Ilmu Kedokteran Anti- Penuaan (KAP) atau Anti-Aging Medicine (AAM) telah membawa konsep baru dalam dunia kedokteran. Penuaan diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007). Dengan mencegah proses penuaan, fungsi berbagai organ tubuh dapat dipertahankan agar tetap optimal. Hasilnya organ tubuh dapat berfungsi seperti pada usia yang lebih muda, padahal usia sebenarnya bertambah. Dengan demikian penampilan dan kualitas hidupnya lebih muda dibandingkan dengan usia sebenarnya (Pangkahila, 2007). Aging secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik, dan aging tidak dapat dihindarkan, berjalan dengan kecepatan yang berbeda tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup sehingga aging dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung dari kesehatan individu (Fowler, 2003). Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti Aging Medicine) adalah kelemahan dan kegagalan fisik dan mental yang berhubungan dengan aging yang normal disebabkan karena disfungsi 25

27 26 fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003). Sebenarnya banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Tetapi pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori wear and tear dan teori program. Teori wear and tear meliputi kerusakan DNA, glycosilation (glikosilasi), proses imun, dan neuroendocrine theory (Pangkahila, 2007). Menurut Goldman dan Klatz (2007) ada 4 teori pokok dari aging, yaitu: 1) Teori wear and tear Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel. 2) Teori Neuroendokrin Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.

28 27 3) Teori Kontrol Genetik Teori ini fokus pada genetik memrogram sandi sepanjang DNA, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup. 4) Teori Radikal Bebas Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal bebas oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein. Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman dan Klatz, 2007).

29 28 Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), adalah : 1) Faktor lingkungan a. Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga akan mempercepat penuaan. b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh. c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan. d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism). e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit. 2) Faktor diet / makanan. Jumlah nutrisi yang tidak optimal, jenis, dan kualitas makanan yang banyak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.

30 29 3) Faktor genetik Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam makanan / minuman / kulit yang diserap oleh tubuh. 4) Faktor psikis Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ / jaringan tubuh. 5) Faktor organik Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran / fitness, pola makan kurang sehat, penurunan GH (Growth Hormone) dan IGF-1 (Insulin Growth Factor-1), penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian), selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stres, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) Tanda-tanda Penuaan Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi itu, muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dua bagian, yaitu: 1. Tanda fisik, seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual terganggu, kemampuan kerja menurun

31 30 dan sakit tulang. 2. Tanda psikis, antara lain menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, dan merasa tidak berarti lagi. Akan tetapi proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan fisik dan psikis seperti di atas. Menurut Pangkahila (2007), proses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut: 1) Tahap subklinik (usia tahun): Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA, mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Karena itu, pada tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan. Bahkan pada umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal. 2) Tahap transisi (usia tahun): Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun. Akibatnya, tenaga dan kekuatan terasa hilang, sedang komposisi lemak tubuh bertambah. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya risiko penyakit jantung pembuluh darah dan obesitas. Pada tahap ini gejala mulai muncul, yaitu penglihatan dan pendengaran menurun, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi kulit menurun, dorongan dan bangkitan seksual menurun. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti kanker, arthritis (radang sendi), berkurangnya memori, penyakit jantung koroner, dan diabetes.

32 31 3) Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas): Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut, yang meliputi DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan juga hormon tiroid. Terjadi juga penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidak mampuan membakar kalori, meningkatnya lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan. Ketidak mampuan menjadi faktor utama sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Disfungsi seksual merupakan keluhan yang penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan. Dengan melihat ketiga tahap ini, ternyata proses penuaan tidak selalu harus dinyatakan dengan gejala atau keluhan. Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mengalami gejala atau keluhan, bukan berarti tidak mengalami proses penuaan. Lebih jauh, ini dapat menjadi pegangan bahwa untuk mengatasi proses penuaan jangan menunggu sampai muncul gejala atau keluhan yang nyata (Pangkahila, 2007). 2.2 Hormon Testosteron Hormon testosteron merupakan hormon androgen utama di dalam sirkulasi darah. Testosteron pada umumnya dikaitkan dengan aspek seksual dan reproduksi dalam hidup manusia. Meskipun ini benar, tetapi tidak berarti testosteron hanya berfungsi pada sistem seksual dan reproduksi, selain itu juga pada otak, tulang, otot, lemak, sistem hematopoesis, dan sistem imun. Hormon testosteron tidak hanya dihasilkan oleh pria, melainkan juga oleh

33 32 wanita. Pada pria, lebih 95 persen hormon androgen diproduksi di dalam testis oleh sel Leydig, dan sisanya diproduksi oleh korteks adrenalis. Pada wanita, androgen diproduksi sebanyak mg/hari, 25 persen oleh ovarium, 25 persen oleh kelenjar adrenalis, dan 50 persen oleh konversi perifer dari prehormone androstenedione dan precursor dehydroepiandrosterone (DHEA). Androstenedione diproduksi di dalam ovarium (50 persen), sedangkan DHEA diproduksi hampir seluruhnya di kelenjar adrenalis (90-95 persen) (Sperrof, 2004). Pada umumnya, testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Penyuntikan sejumlah besar hormon kelamin pria ke dalam hewan yang hamil menyebabkan perkembangan organ-organ seksual jantan walaupun janinnya betina (Guyton, 2000). Testosteron menyebabkan sifat-sifat kelamin sekunder, yang membedakan pria dari wanita, yaitu: Pengaruh pada penyebaran rambut tubuh. Testosteron menyebabkan pertumbuhan rambut (1) di atas pubis, (2) ke atas sepanjang linea alba kadang-kadang sampai ke umbilikus dan di atasnya, (3) pada wajah, (4) biasanya pada dada, dan (5) kurang sering pada bagian tubuh yang lain, seperti punggung. Testosteron juga menyebabkan rambut pada bagian tubuh lainnya sehingga menjadi lebih menyebar (Guyton, 2000). Kebotakan. Testosteron menurunkan pertumbuhan rambut pada bagian atas kepala, yang biasanya disebut male pattern baldness (Gooren and Polderman, 1990). Wanita yang memiliki latar belakang yang sesuai dan yang menderita tumor androgenik dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi botak dengan cara yang sama seperti yang terjadi pada pria (Guyton, 2000).

34 33 Pengaruh pada suara. Testosteron yang disekresi oleh testis atau disuntikkan ke dalam tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan pembesaran. Pengaruh terhadap suara pada awalnya secara relatif menjadi tidak sinkron, suara serak, tetapi secara bertahap berubah menjadi suara maskulin yang khas (Gooren and Polderman, 1990). Pengaruh pada kulit dan pertumbuhan akne. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran jaringan subkutan. Testosteron meningkatkan kecepatan sekresi beberapa atau mungkin semua kelenjar sebasea. Yang paling penting adalah kelebihan sekresi oleh kelenjar sebasea wajah, karena kelebihan sekresi di wajah ini dapat menyebabkan akne (Guyton, 2000). Pengaruh pada pembentukan protein dan perkembangan otot. Salah satu karakteristik yang paling penting pada pria adalah perkembangan peningkatan muskulatur mengikuti masa pubertas, rata-rata sekitar 50 persen massa otot pria meningkat melebihi massa otot wanita. Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan protein di bagian lain dari tubuh yang tidak berotot. Banyak perubahan pada kulit juga disebabkan oleh penumpukan protein pada kulit, dan pada suara mungkin juga terutama disebabkan oleh fungsi anabolik protein testosteron. Terjadi peningkatan berat badan karena peningkatan massa otot dan retensi sodium dan air. Respon muskular ini terjadi karena meningkatnya diameter dari serabut otot. Karena pengaruh testosteron yang sangat besar pada muskulatur tubuh, testosteron (atau yang lebih sering disebut androgen sintetik) digunakan secara luas oleh atlet untuk meningkatkan kinerja otot mereka. Penggunaan ini sangat membahayakan karena efek berbahaya yang panjang akibat kelebihan testosteron.

35 34 Testosteron juga digunakan pada usia tua sebagai hormon peremajaan untuk meningkatkan kekuatan dan tenaga otot. Pengaruh pada pertumbuhan tulang dan retensi kalsium. Setelah peningkatan sirkulasi testosteron yang sangat besar pada saat pubertas atau setelah penyuntikan testosteron yang lama, tulang sangat menebal dan mengendapkan sejumlah besar garam kalsium tambahan. Jadi, testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan dalam matriks tulang diyakini dari fungsi anabolik protein umum testosteron dan pengendapan garam-garam kalsium, yang menghasilkan peningkatan matriks tulang secara sekunder. Karena kemampuan testosteron untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan tulang, testosteron sering digunakan pada usia lanjut untuk mengobati osteoporosis (Guyton, 2000). Pengaruh pada metabolisme basal. Penyuntikan testosteron dalam jumlah besar dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal sampai 15 persen. Peningkatan kecepatan metabolisme tersebut mungkin disebabkan oleh pengaruh tidak langsung testosteron terhadap anabolisme protein, peningkatan kuantitas protein, terutama enzim, meningkatkan aktifitas semua sel (Guyton, 2000). Testosteron juga telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam anemia. Pengaruh pada sel darah merah. Ketika testosteron jumlah normal disuntikkan pada orang dewasa yang dikastrasi, jumlah sel-sel darah merah per milimeter kubik meningkat 15 sampai 20 persen, juga, rata-rata pria memiliki sel-sel darah merah per milimeter kubik lebih banyak daripada rata-rata wanita. Perbedaan ini sebagian mungkin disebabkan oleh peningkatan kecepatan metabolisme setelah pemberian testosteron dan bukan efek langsung testosteron terhadap pembentukan

36 35 sel-sel darah merah (Guyton, 2000). Pengaruh pada elektrolit dan keseimbangan cairan. Banyak hormon steroid dapat meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus distal ginjal. Testosteron memiliki pengaruh tersebut tetapi hanya derajat kecil bila dibandingkan dengan mineralokortikoid adrenal. Meskipun demikian, setelah pubertas, darah dan volume cairan ekstraseluler pada pria sedikit meningkat dalam hubungannya dengan berat badan (Guyton, 2000) Pengaturan Sekresi Hormon dari Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis Anterior Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual baik pada pria maupun wanita dimulai dengan sekresi hormon pelepas gonadotropin (GnRH = Gonadothropin Releasing Hormone) oleh hipotalamus. Hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresikan dua hormon lain yang disebut hormon-hormon gonadotropin: (1) Luteinizing Hormone (LH) dan (2) Follicle Stimulating Hormone (FSH) (Guyton, 2000). GnRH dan Pengaruhnya dalam Meningkatkan Sekresi LH dan FSH GnRH disekresikan secara intermiten selama beberapa menit setiap 1 sampai 3 jam. Intensitas perangsangan hormon ini ditentukan dalam dua cara: (1) oleh frekuensi dari siklus sekresi dan (2) oleh jumlah GnRH yang dilepaskan pada setiap siklus. Sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior juga merupakan suatu siklus, yaitu sekresi LH hampir

37 36 selalu mengikuti pelepasan bertahap dari GnRH. Sebaliknya, peningkatan dan penurunan sekresi FSH hanya sedikit mengikuti fluktuasi sekresi GnRH; di samping itu, sekresi FSH berubah lebih lambat setelah beberapa jam sebagai respons terhadap perubahan jangka panjang dari GnRH. Karena hubungan antara sekresi GnRH dan sekresi LH yang jauh lebih dekat, GnRH juga telah dikenal secara luas sebagai hormon pelepas LH (Guyton, 2000) Hubungan Timbal Balik Sekresi LH dan FSH Kelenjar Hipofisis Anterior oleh Testosteron Hubungan testosteron dengan berbagai hormon seks lainnya diatur melalui poros hipotalamus-hipofise-ovarium seperti pada gambar berikut di bawah ini: Poros hipotalamus-ovarium Hipothalamus slow GnRH pulses fast Pituitary FSH LH

38 37 Gambar 2.1 Poros Hipotalamus-Organ (Sperrof, 2004). Testosteron yang disekresikan sebagai respons terhadap LH mempunyai efek timbal balik dalam menghentikan sekresi LH oleh hipofisis anterior. Efek timbal balik itu terjadi dalam dua cara: 1. Sejauh ini bagian penghambatan yang lebih besar dihasilkan dari efek langsung testosteron terhadap hipotalamus dalam menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini sebaliknya secara bersamaan menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan menurunkan sekresi testosteron. Jadi, bilamana sekresi testosteron menjadi terlalu banyak, melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis, efek umpan balik negatif otomatis ini akan mengurangi sekresi testosteron kembali ke kadar normalnya. Sebaliknya, terlalu sedikit testosteron akan

39 38 menyebabkan hipotalamus menyekresikan sejumlah besar GnRH, disertai dengan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior. 2. Testosteron mungkin juga mempunyai efek umpan negatif yang lemah, yang bekerja secara langsung pada kelenjar hipofisis anterior sebagai tambahan terhadap efek umpan balik hipofisis anterior terhadap hipotalamus. Umpan balik hipofisis ini diduga secara khusus menghentikan sekresi LH. Akibatnya, sejumlah kecil pengaturan sekresi testosteron diyakini terjadi dalam cara yang sama (Guyton,2000). Androgen akan dikonversikan secara aktif menjadi estrogen, kemudian aromatisasi berperan memberikan umpan balik negatif kepada otak (Sperrof, 2004). Maka apabila terdapat testosteron dalam jumlah yang tinggi dalam darah, maka akan terjadi umpan balik negatif kepada otak untuk menurunkan produksi testosteron, sehingga kadar estrogen pun akan berkurang. Beberapa studi menemukan bahwa testosteron dapat memperbaiki kualitas memori, meningkatkan energi, dan kepuasan terhadap diri sendiri (Arrington, 2009). 2.3 Hormon Estrogen sebagai berikut: Menurut Guyton (2000), sistem hormon wanita terdiri dari tiga hirarki hormon, 1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas-gonadotropin yang sebelumnya juga disebut hormon pelepas-hormon lutein. 2. Hormon hipofisis anterior, hormon perangsang folikel dan hormon lutein, keduanya

40 39 disekresi sebagai respon terhadap pelepasan hormon GnRH dari hipotalamus. 3. Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis anterior. Estrogen adalah hormon yang dihasilkan oleh ovarium yang berfungsi dalam meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel-sel spesifik pada tubuh dan bertanggung jawab akan perkembangan sebagian besar sifat seksual sekunder wanita. Ada tiga jenis estrogen yang terdapat dalam jumlah yang bermakna, yaitu beta estradiol, estron, dan estriol. Beta estradiol merupakan estrogen utama yang disekresi oleh ovarium. Estron sebagian besar disekresi oleh korteks adrenal ginjal dan sel teka ovarium. Estriol adalah estrogen yang lemah, merupakan produk oksidasi estradiol dan estron yang terjadi di hati. Potensi estrogenik dari beta estradiol adalah 12 kali lebih besar daripada potensi estron dan 80 kali lebih besar dari estriol, sehingga beta estradiol dianggap sebagai estrogen utama (Guyton, 2000). Fungsi utama dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi. Estrogen memengaruhi sifat seksual primer dan sekunder. Pada organ seksual, setelah pubertas estrogen memengaruhi perubahan organ seksual wanita dari bentuk anak-anak menjadi bentuk dewasa. Banyak sekali organ tubuh yang mengandung reseptor estrogen, yang berarti banyak organ tubuh yang bereaksi terhadap estrogen dan dipengaruhi oleh estrogen. Selain organ seksual dan reproduksi, beberapa organ yang juga bereaksi terhadap estrogen antara lain otak, hati, payudara, kulit, tulang, dan pembuluh darah. Ini berarti kalau terjadi perubahan pada kadar estrogen, maka banyak tanda dan keluhan yang

41 40 muncul dan dirasakan oleh wanita (Pangkahila, 2007). Pembentukan estrogen pada ovarium membutuhkan kerjasama dari sel teka dan granulosa di bawah pengaruh dari hormon FSH dan LH. Sel-sel teka yang mengelilingi folikel di ovarium adalah sel-sel dengan tingkat vaskularisasi yang tinggi dan menggunakan kolesterol yang terutama berasal dari lipoprotein yang bersirkulasi di peredaran darah sebagai awal dari pembentukan androstenedion dan testosteron di bawah pengaruh dari LH. Androstenedion dan testosteron tersebut kemudian ditransfer melalui lamina basalis menuju ke sel-sel granulosa, dimana sel-sel ini tidak menerima suplai darah secara langsung. Sel mural granulosa yang terutama kaya akan aromatase, di bawah pengaruh FSH akan menghasilkan estradiol yang merupakan steroid utama yang dihasilkan oleh fase folikular dari ovarium, dan juga merupakan estrogen yang paling poten (Hall, 2008). Pembentukan hormon steroid pada ovarium dapat dilihat pada gambar berikut: Theca Cell Cholesterol H L CAMP Testosterone Granulosa Ce ll Testosterone Androstenedione Androstenedione H S F Estrone Aromatization Estradiol CAMP

42 41 Gb. 2.2 Pembentukan hormon steroid pada ovarium (Sperrof, 2004). Estrogen juga berperan sebagai pemberi efek umpan balik negatif kuat yang menekan sekresi gonadotropin (FSH dan LH), sehingga pertumbuhan folikel terhambat. Pada wanita normal, estradiol diproduksi rata-rata µg/hari. Produksi androstenedion sekitar 3 mg/hari, dan konversi perifer (sekitar 1%) dari androstenedion menjadi estron sekitar 20-30% dari produksi estron per hari (Guyton, 2000). Karena estrogen mempunyai efek-efek yang penting pada berbagai jaringan tubuh, maka tidak mengherankan apabila kadar estrogen wanita rendah sekali, dapat timbul efek-efek negatif. Salah satunya yang paling terlihat adalah berakhirnya menstruasi. Selain itu penurunan estrogen dapat menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Hot flushes dan keringat malam hari dengan gangguan tidur 2. Kekeringan vagina dan kehilangan elastisitas jaringan vagina 3. Meningkatnya infeksi saluran kencing dan masalah-masalah dengan inkontinensia urinaria 4. Kehilangan hasrat dan fungsi seksual 5. Perubahan mood atau depresi 6. Timbul masalah dalam ingatan dan meningkatnya resiko penyakit Alzheimer 7. Perubahan pada payudara, yaitu kehilangan kekencangannya 8. Perubahan pada kulit, yaitu kulit menjadi lebih tipis, kolagen dan kelembaban berkurang

43 42 9. Kehilangan densitas tulang, dapat mengakibatkan osteoporosis 10. Meningkatkan kadar kolesterol, dapat meningkatkan resiko penyakit jantung (Guyton, 2000). 2.4 Menopause Pada umumnya orang lebih senang menggunakan istilah Menopause, meskipun istilah tersebut kurang tepat, karena menopause hanya merupakan kejadian sesaat saja, yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat digunakan adalah klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Disebut pascamenopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju senium. Senium adalah pascamenopause lanjut, yaitu setelah usia 65 tahun. Bila ovarium tidak berfungsi lagi pada usia <40 tahun disebut klimakterium prekok (Baziad, 2003). Fase klimakterik dibagi dalam beberapa fase: Pramenopause Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relaitf banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea). Pada wanita tertentu telah timbul keluhan vasomotorik dan keluhan sindrom prahaid atau sindrom pramenstrual. Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH juga biasanya tinggi, tetapi dapat juga ditemukan kadar FSH yang normal. Fase luteal tetap stabil. Akibat kadar FSH yang tinggi ini dapat terjadi perangsangan

44 43 ovarium yang berlebihan (hiperstimulasi) sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik. Menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Kita tidak pernah tahu kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol (Baziad, 2000). Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 miu/ml). Kadar estradiol pada awal menopause dijumpai rendah hanya pada sebagian wanita, sedangkan pada sebagian wanita lain, apalagi wanita gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Manusia menganggap bahwa menjadi tua merupakan hal yang harus terjadi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses alami yang terjadi pada semua mahluk hidup dan dimulai dari semenjak lahir di dunia ini. Seringkali proses penuaan ini dihubungkan dengan menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

TESIS INJEKSI PLASENTA SUPER PLATINUM MENINGKATKAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS ( RATTUS NORVEGICUS ) BETINA DEWASA YULIES SURYANINGSIH

TESIS INJEKSI PLASENTA SUPER PLATINUM MENINGKATKAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS ( RATTUS NORVEGICUS ) BETINA DEWASA YULIES SURYANINGSIH TESIS INJEKSI PLASENTA SUPER PLATINUM MENINGKATKAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS ( RATTUS NORVEGICUS ) BETINA DEWASA YULIES SURYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS INJEKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi menjelang usia 50 tahun. Menopause adalah fase terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani siklus kehidupan. Lingkaran kehidupan dimulai dari pembuahan, perkembangan janin, kelahiran, tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Proses Penuaan Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan perhatian khusus dalam bidang kesehatan. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 Etiologi Sebagian besar kelainan reproduksi pria adalah oligospermia yaitu jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter semen dalam satu kali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi penurunan kemampuan reproduksi. Andropause atau PADAM (Partial Androgen Deficiency

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

Denpasar, 11 April 2011 Penulis

Denpasar, 11 April 2011 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul Pemberian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

METODE PEMERIKSAAN HISTOMORFOMETRI MENDETEKSI PERBAIKAN MATRIKS TULANG PADA TIKUS PUTIH

METODE PEMERIKSAAN HISTOMORFOMETRI MENDETEKSI PERBAIKAN MATRIKS TULANG PADA TIKUS PUTIH TESIS METODE PEMERIKSAAN HISTOMORFOMETRI MENDETEKSI PERBAIKAN MATRIKS TULANG PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) JANTAN HIPOGONAD SETELAH TERAPI SULIH TESTOSTERON M. NAJIB DJALALUDDIN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus seksual wanita usia 40-50 tahun biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi sering gagal terjadi. Setelah beberapa bulan, siklus akan berhenti sama sekali. Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah masa berakhirnya menstruasi atau haid dan sering dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mengalami gejala menopause pada

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian :

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian : MASA DEWASA MADYA masa dewasa tengah/usia tengah baya Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian : Usia madya dini 40 50 th Usia madya lanjut 50 60 th Karakteristik Usia Madya

Lebih terperinci

PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Makanan Pengganti Cair, Estrogen, Progesteron, Tikus Betina. viii

Kata Kunci : Makanan Pengganti Cair, Estrogen, Progesteron, Tikus Betina. viii ABSTRAK PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR (NUTRISURE GOLD ) TIDAK MENINGKATKAN KADAR HORMON ESTROGEN TETAPI MENINGKATKAN KADAR HORMON PROGESTERON PADA ANAK TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) GALUR WISTAR BETINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering dikonsumsi di bidang olahraga antara lain atlet binaragawan menggunakan dosis tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PREMENOPAUSE Prameopause adalah masa sekitar usia 40 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopause. Jumlah populasi wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. menopause. Jumlah populasi wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia mengalami menopause. Jumlah populasi wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. Tesis Ini Telah Disetujui. Pada Tanggal 27 Desember 2016

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. Tesis Ini Telah Disetujui. Pada Tanggal 27 Desember 2016 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis Ini Telah Disetujui Pada Tanggal 27 Desember 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS NIP. 194612131971071001 Dr. dr. A.A.G.P.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual Pilose Antler Capsule berguna untuk meningkatkan fungsi seksual pria dan wanita. Dr William Adi Teja, MMed, dari Klinik Utomo Chinese Medical Center, Jakarta,

Lebih terperinci

PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA

PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA Pengertian Lansia Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh

Lebih terperinci

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Gonadotropin korionik (Chorex) Menstimulasi produksi testosteron dan progesteron untuk mengobati hipogonadisme pada pria. Menginduksi ovulasi pada wanita dengan ovarium

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IX A. 1. Pokok Bahasan : Sistem Regulasi Hormonal A.2. Pertemuan minggu ke : 12 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Tempat produksi hormone 2. Kelenjar indokrin dan produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT NAMA : dr. Nani Widjaja NIM : 1490751072 PROGRAM STUDI : ILMU BIOMEDIK JUDUL TESIS :PEMBERIAN GROWTH HORMONE MENINGKATKAN NEOVASKULARISASI, JUMLAH SEL FIBROBLAS DAN EPITELISASI

Lebih terperinci

PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA ORAL DAPAT MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS

PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA ORAL DAPAT MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) SECARA ORAL DAPAT MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Ilmu Biomedik Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimulai saat berkurang sampai berhenti fase menstruasi, ditandai dengan berhenti diproduksinya sel telur

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012). digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Pengertian Status gizi adalah suatu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan. Penggunanya bukan hanya ibu-ibu rumah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Pubertas adalah masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal dan seksual serta awal masa reproduksi. Kejadian yang

Lebih terperinci

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 A. Data Demografi No. Responden : Umur : Alamat : Berikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Ovarium merupakan bagian organ reproduksi wanita, yang memproduksi hormon dan berisi folikel yang akan dirilis untuk tujuan reproduksi (Katz et al, 2007). Kerusakan

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis BAB XIV Kelenjar Hipofisis A. Struktur Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary adalah suatu struktur kecil sebesar kacang ercis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berada dalam

Lebih terperinci