ANALISA PENGGUNAAN ARUS SEARAH (DC) PADA IMPRESSED CURRENT ANTI FOULING (ICAF) SEBAGAI PENCEGAHAN TERJADINYA FOULING PADA COOLING SYSTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGGUNAAN ARUS SEARAH (DC) PADA IMPRESSED CURRENT ANTI FOULING (ICAF) SEBAGAI PENCEGAHAN TERJADINYA FOULING PADA COOLING SYSTEM"

Transkripsi

1 ANALISA PENGGUNAAN ARUS SEARAH (DC) PADA IMPRESSED CURRENT ANTI FOULING (ICAF) SEBAGAI PENCEGAHAN TERJADINYA FOULING PADA COOLING SYSTEM Marison Feriandi Panjaitan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Abstrak Fouling merupakan suatu masalah yang sangat merugikan pada kapal. Fouling merupakan sebuah biota laut, baik itu kerang, mussels, teritip yang bisa tumbuh di lambung kapal maupun di jaringan perpipaan kapal. Fouling yang tumbuh di lambung kapal akan memperbesar tahanan kapal sehingga meningkatkan konsumsi bahan bakar engine. Sedangkan fouling yang tumbuh di jaringan pipa kapal, dapat menyumbat jaringan pipa dan bisa merusak pompa. Penanggulangan akan timbulnya fouling sudah banyak dilakukan diantaranya dengan mengganakan cat anti foulant. Namun, baru baru ini penggunaan cat anti foulant sudah dilarang karena mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kelangsungan hidup biota laut lainnya. Karena itu digunakanlah suatu alternative penanggulangan fouling, yaitu dengan Impressed Current Anti Fouling. Peralatan ini bekerja dengan mengalirkan arus listrik searah (DC) pada anoda anoda yang terpasang pada seachest sehingga fouling tidak bisa berkembang biak di jaringan pipa pendingin terutama yang menggunakan air laut. Pada skripsi ini akan dilakukan analisa mengenai besarnya arus searah (DC) yang dialirkan pada setiap anoda sehingga bisa mencegah timbulnya fouling. Analisa yang dilakukan pada sebuah seachest dengan luas permukaan sebesar 13 m 2, didapatkan besar arus yang digunakan sebagai proteksi 1.04 Ampere. Dari sana akan dialirkan pada anoda anoda yang direncanakan bertahan dalam jangka waktu pakai selama 3 tahun. Sehingga didapatkan perencanaan berat masing masing anoda seberat kg untuk anoda besi, kg untuk anoda tembaga, dan kg untuk aluminium. Selanjutnya sebagai hasil akhir akan dilakukan perbandingan dengan sistem Impressed Current Anti Fouling (ICAF) yang sudah ada. Kata Kunci: Anoda, Arus Searah (DC), Fouling, Impressed Current Anti Fouling Abstract Fouling is a problem that is very detrimental to the ship. Fouling is a marine growth, suach as oysters, mussels, barnacles that grow on the hull as well as in ship pipeline. Fouling that grows on the hull will increase the ship resistance thus improving fuel consumption of the engines. While fouling that grows in the pipeline, can clog the pipeline and could damage the sea water pump. Response to the emergence of fouling was mostly done among others by using anti-foulant paint. However, the usage of anti-foulant paint has been banned because they contain chemicals that are harmful to the survival of other marine growth. So, it must be using an alternative control fouling, namely with Impressed Current Anti-fouling. This equipment works by passing an electrical direct current (DC) at the anodes mounted on seachest so that fouling cannot breed in the cooling pipe network, especially the use of sea water. This final project will be an analysis of the direct current (DC) that was drawn on each anode so that it can prevent the growing of fouling. Analysis carried out on a seachest with a surface area of 13 m 2, obtained small amount of currents are used as protection, it is 1.04 ampere. From there it will be streamed on each anode that is planned to life-time for 3 years. To obtain the weights of planning it using, kg steel anode, kg for copper anode, and kg for aluminum anode. Furthermore, as the end result will be a comparison with Impressed Current Anti-fouling system (ICAF), which already exist. Key Word: Anode, Direct Current (DC), Fouling, Impressed Current Anti Fouling

2 I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang ICAF adalah singkatan dari impressed current anti fouling. Fungsinya untuk mencegah atau menghambat tumbuhnya fouling, dimana dalam hal ini disebabkan oleh biota laut, seperti teritip, kerang, ganggang, dan jenis tumbuhan laut lainnya. Fouling ini sangatlah merugikan karena menenempel pada lambung kapal sehingga bisa menambah tahanan kapal. Selain itu, fouling juga bisa menempel pada jaringan pipa, terutama pada pipa yang mengalirkan air laut sebagai pendingin. karena fouling dapat menambah laju aliran fluida, merusak strainer, dan merusak heat exhanger. karena itu perlu dipasang semacam peralatan anti fouling dimana yang paling tepat dipasang pada seachest sebagai tempat masuk air laut ke kapal. Sistem ICAF, merupakan alat yang tepat untuk dijadikan anti fouling. Studi kasus maupun jurnal yang membahas mengenai ICAF yang terlalu sedikit inilah merupakan sebuah tantangan untuk melakukan riset untuk ICAF ini. I.2 Perumusan Masalah Beberapa permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Cara kerja ICAF sehingga bisa menghambat terjadinya fouling 2. Besar arus dan tegangan yang dialirkan ICAF untuk menghambat terjadinya fouling pada cooling system? I.3 Batasan Masalah Dari permasalahan yang harus diselesaikan di atas maka perlu adanya pembatasan masalah serta ruang lingkupnya agar dalam melakukan analisa nantinya tidak melebar dan mempermudah dalam melakukan analisa, batasan tersebut yaitu : 1. Objek yang dikaji hanya sebatas pada cooling system yang menggunakan seawater sebagai fluidanya. 2. Prinsip Kerja ICAF sehingga menghambat terjadinya fouling I.4 Tujuan Penulisan Skripsi Tujuan penulisan Skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui design Impressed Current Anti Fouling (ICAF) pada cooling system 2. Untuk mengetahui efektifitas pemasangan design Impressed Current Anti Fouling (ICAF) untuk menghambat terjadinya fouling pada cooling system 3. Sebagai pertimbangan pemasangan design Impressed Current Anti Fouling (ICAF) pada setiap kapal I.5 Manfaat Penulisan Skripsi Manfaat yang diperoleh dari penulisan Skripsi ini adalah : 1. Optimasi design Impressed Current Anti Fouling (ICAF) pada cooling system 2. Efektifitas pemasangan design Impressed Current Anti Fouling (ICAF) untuk menghambat terjadinya fouling pada cooling system II. Tinjauan Pustaka II.1 Deskripsi Fouling Fouling adalah timbulnya kerak pada dinding kapal maupun bagian bagian lain dikapal yang tercelub ataupun dialiri oleh airlaut. Dimana kerak tersebut terjadi ditempeli oleh hewan dan tumbuhan laut (marine growth). Fouling sendiri bukan hanya terjadi pada kapal saja, tapi juga bisa terjadi pada tempat tempat yang sering bersinggungan dengan air terutama air laut. Timbulnya fouling pada suatu peralatan tentu membawa dampak kerugian pada peralatan tersebut, seperti a. Heat Exchanger Mengurangi efisiensi termal, suhu meningkat di sisi panas, menurunkan suhu di sisi dingin, deposit korosi, meningkatkan penggunaan air pendingin.

3 b. Jaringan Pipa Mengurangi drop aliran, meningkatkan tekanan, meningkatkan tekanan hulu, meningkatkan pengeluaran energi, dapat menyebabkan osilasi aliran, kavitasi, dapat menyebabkan getaran, dapat menyebabkan penyumbatan aliran. c. Kapal Menambah tahanan kapal, meningkatkan penggunaan bahan bakar, mengurangi kecepatan maksimum kapal. d. Turbin Mengurangi efisiensi, meningkatkan peluang kegagalan Gambar 1. Fouling pada pipa Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biofouling diantaranya: a. Intensitas cahaya Cahaya matahari yang jatuh di permukaan laut akan diserap dan diseleksi oleh air laut, sehingga cahaya dengan panjang gelombang yang panjang seperti cahaya merah, ungu dan kuning akan hilang lebih dahulu. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam laut berubah-ubah tergantung pada intensitas cahaya, banyaknya pemantulan di permukaan, sudut datang dan transparasi air laut b. Temperatur Organisme laut umumnya bersifat polikilotermik sehingga penyebarannya mengikuti perbedaan suhu lautan secara geografis, Organisme biofouling dapat hidup dari perairan dengan perubahan suhu berkisar antara C atau dari perairan eustarina sampai laut terbuka, iklim tropik sampai dengan iklim sedang. Air mempunyai daya muat panas yang lebih tinggi daripada daratan. Akibatnya untuk menaikan suhu sebesar 1 C, air akan membutuhkan energi yang lebih besar daripada yang dibutuhkan oleh daratan dalam jumlah massa yang sama. c. Sedimentasi Merupakan salah satu faktor penting pertumbuhan organisme biofouling d. Kedalaman laut Di perairan Eropa ditemukan biofouling jenis bivalvia, Pada kedalaman lebih dari 15 m, koloni biofouling yang ditemukan antar lain byrozoa, serpulids, hydroid, dan oysters. e. Arus dan gelombang perairan Arus dan gelombang mengakibatkan kegagalan penempelan organisme biofouling pada substrat. f. Salinitas Salinitas (kadar garam) adalah berat semua garam yang terlarut dalam 1000 gram air laut, Organisme biofouling dapat hidup pada perairan estuaria antara 5-30 /oo sedangkan salinitas pada laut terbuka dapat mencapai 41 /oo. g. Pasang surut Salah satu fenomena fisik dan dinamis yang selalu dijumpai di lautan adalah naik turunnya permukaan air yang bersifat periodik selama satu interval waktu tertentu yang disebut pasang surut Adanya fouling pada lambung kapal, lama- kelamaan akan menyebabkan korosi pada lambung kapal, selain diantaranya

4 kesalahan dalam penggunaan cat anti korosi dan juga penggunaan chatodic protection. Gambar 3. Self-polishing antifouling Gambar 2. Mussels pada lambung kapal Fouling pada lambung kapal sangatlah merugikan, karena menambah tahanan kapal dan mengurangi kecepatan kapal sebesar %. Sehingga untuk mempertahankan kecepatan kapal a. Menaikkan engine power sebesar 23-38% b. Menaikkan konsumsi bahan bakar sebesar 25-40% II.2 Pencegahan Terjadinya Fouling Karena dambak yang ditimbulkan fouling ini amatlah besar, maka diperlukan cara untuk mengendalikan pertumbuhannya. Ada beberapa cara, namun yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan cat khusus anti fouling dan yang paling baru menggunakan impressed current. A. Tin anti-fouling Merupakan cat khusus yang digunakan pada lambung untuk mencegah dan mengendalikan tumbuhnya fouling pada lambung kapal. Kebanyakan cat anti fouling merupakan tipe self-polishing. Self-polishing merupakan sebuah polymer, dimana cat itu dibuat berlapis lapis, sehingga air laut (fouling) mengikis setiap lapisan cat tersebut sebelum mencapai kulit kapal. Namun padanya kenyataannya, cat antifouling ini mengandung TBT (tributyltin) yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup biota laut. Hal ini dikarenakan TBT merupakan racun yang membunuh macro dan microfouling pada lambung kapal. Sehingga dikawatirkan akan membunuh larva larva dari biota laut. Sehingga IMO sudah melarang penggunaan cat berjenis ini. B. Impressed Current Anti Fouling Merupakan metode terbaru pengendalian fouling pada lambung kapal maupun jaringan jaringan pipa. ICAF, sistem ini biasa disebut, bekerja dengan menggunakan arus listrik yang dialirkan pada anoda maupun katoda yang bisa mengendalikan timbulnya fouling. Gambar 4. Sistem ICAF pada kapal ICAF mengalirkan arus DC pada masing masing anoda dan katoda. Dimana pada anoda dan katoda akan terjadi elekstolisis sehingga bisa menghambat pertumbuhan fouling pada lambung kapal maupun pada jaringan pipa. Untuk menanggulangi fouling pada jaringan pipa, biasanya pada pipa yang

5 dilewati oleh air laut, anoda maupun katoda biasanya dipasang pada sea chest. Sehingga air laut yang masuk melewati sea chest, diusahakan sudah bebas dari tumbuhan maupun hewan laut (marine growth) yang bisa menyebabkan terjadinya fouling. iii. Anoda Besi Digunakan untuk melindungi pipa besi dan juga bisa menjadi anti korosif Gambar 8. Anoda besi (ferrous) Gambar 5. Anoda yang dipasang di seachest Anoda dan katoda tersebut bisa bermacam macam jenisnya, tergantung pada berapa lama bisa digunakan maupun material yang dilindunginya, diantaranya, iv. Dual Pupose Anoda Sesuai namanya, anoda ini mempunyai dua fungsi, yaitu dia bisa berfungsi ganda, yaitu pada pemasangan copper/aluminium atau copper/ferrous. Sehingga untuk 2 jenis anoda berbeda, hanya dibutuhkan 1 anoda jenis ini. Biasanya anoda jenis ini dipasang padan strainer. i. Anoda Tembaga Biasanya digunakan untuk melindungi pipa dari baja (steel pipe) ii. Gambar 6. Anoda tembaga Anoda Aluminium Digunakan untuk melindungi pipa baja dan juga bisa menjadi anti korosif Gambar 9. Dual Purpose Anoda v. Katoda Umumnya saat penggunaan anoda standard, maka digunakanlah sebuah katoda untuk menghindari terjadinya korosi. Namun pada penggunaannya pada strainer maupun pada seachest, jika peralatan tersebut tidak dipasang anti korosi sendiri, maka sebaiknya katoda dapat berupa isolated(dedicated) atau dapat dipasang pada grounding kapal. Gambar 7. Anoda aluminium Gambar 10. Pemasangan katoda

6 Sistem ini dapat mencegah timbulnya kerang Barnacles dan Mussel pada sistem pendinginan motor yang kalau tidak dicegah dapat mengakibatkan sistem pendingin tersumbat dan motor akan menjadi overheating dan selanjutnya mengakibatkan penggunaan bahan bakar bertambah. Anti-fouling sistem ini menggunakan anoda dari bahan tembaga dan kathoda dari bahan aluminium yang dipasang pada sea chest di kapal atau rumahrumah saringan air laut dan dialiri arus listrik dari sebuah panel pengontrol. Anoda tembaga akan mengalirkan ionion listrik dan akan terbawa oleh aliran air laut dan menimbulkan lingkungan yang tidak memungkinkan timbulnya atau berkembang biaknya barnacles dan mussel. Sebenarnya ion tembaga tersebut tidak membunuh biota laut tetapi hanya membuat lingkungan yang tidak betah untuk mereka tinggali (biota laut). Ibaratnya ruangan yang penuh dengan asap sehingga kita tidak betah untuk tinggal di ruangan tersebut. Oleh sistem ini juga dihasilkan sebuah lapisan hidroksida seperti bulu halus pada dinding dalam dari pipa-pipa yang berfungsi sebagai anti karat (anti-corrosion layer). Dengan 2 hal tersebut, sistem perpipaan air laut (di kapal) secara lengkap dan berkesinambungan terjaga dari pengotoran oleh biota laut (bio-fouling) dan sekaligus terhadap pengkaratan (corrosion). Adapun ukuran Anoda-anoda tersebut ditentukan oleh besarnya aliran rata-rata air laut dan umur/masa kerja anoda yang dikehendaki (biasanya dikaitkan dengan masa/rencana pengedokan kapal). III. Metodologi Pengerjaan Untuk membantu pelaksanaan skripsi ini, maka perlu dibuat suatu urutan metode yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan tugas skripsi ini. Kerangka ini berisi tahapan tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dari pengerjaan skripsi ini. Dimulai dari identifikasi masalah sampai nantinya mendapatkan kesimpulan atas pengerjaan skripsi ini. III.1 Tahap Awal Pada tahapan awal pengerjaan skripsi ini difokuskan pada identifikasi dan perumusan masalah yang terkait dengan pengenalan awal cara kerja Impressed Current Anti Fouling (ICAF). Pemahaman teori dasar mengenai Impressed Current Anti Fouling (ICAF) dan segala aspek pengaruhnya terhadap timbulnya fouling pada sistem pendingin kapal beserta karakteristiknya diperoleh dari studi literature, baik itu dari internet maupun jurnal jurnal yang terkait III.2 Tahap Pengumpulan Data Untuk tahap pengumpulan data. Data yang diperlukan adalah data alat alat yang menyusun sistem ICAF, baik itu sistem pengontrolnya maupun anoda anoda yang digunakan. Selain itu, juga dibutuhkan data data mengenai besarnya arus dan tegangan arus searah DC yang dialirkan pada setiap anoda sehingga dapat menghambat timbulnya fouling pada sistem pendingin kapal. III.3 Analisa Besar Arus dan Tegangan yang Digunakan Untuk tahapan selanjutnya yaitu menganalisa besarnya arus searah (DC) yang digunakan. Besarnya arus searah (DC) yang digunakan dipengaruhi oleh luas permukaan daerah yang akan dilindungi. Karena itu perlu dilakukan perhitungan mengenai nesarnya arus yang digunakan, selajutnya menganalisanya apakah mencukupi atau tidak. III.4 Analisa Berat dan Jenis Anoda yang Digunakan Selanjutnya besarnya arus yang sudah dianalisa akan dilarikan pada anoda anoda yang sudah terpasang. Anoda anoda tersebut harus dianalisa apakah mampu menampung besarnya arus searah (DC) sehingga bisa menghambat

7 terjadinya fouling dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu tersebut bisa dikaitkan lama docking kapal. Biasanya lamanya yaitu kurang lebih 3 tahun. III.5 Penarikan Kesimpulan dan Saran Setelah dilakukan analisa baik itu besarnya arus searah (DC) yang digunakan maupun berat dan jenis anoda, dapat ditarik kesimpulan untuk sistem Impressed Current Anti Fouling yang sudah ada, bisa memproteksi sistem pendingin kapal dalam jangka waktu 3 tahun. Jikapun hasilnya meleset maka perlu diberikan saran untuk membuat sistem itu bekerja lebih optimal. IV. Analisa Data IV.1 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi Untuk mengetahui seberapa besar arus yang digunakan untuk disuplai ke setiap anoda yang terpasang pada seachest sehingga dapat melindunginya dari fouling yang ikut terbawa masuk bersama air laut. Untuk menghitungnya, dapat digunakan persamaan (1), digunakan rumusan, (Chandler, 1985) =... (1) I P : Kebutuhan arus proteksi (A) A : Luas Penampang bagian yang dilindungi (m 2 ) Cd : Densitas arus minimum (ma/m 2 ) Untuk densitas arus minimum, besarnya disesuaikan dengan daerah perairan yang akan dilalui kapal. Karena setiap perairan memiliki suhu, kelembapan, dan juga besarnya fouling yang hidup diperairan tersebut. Tabel 1. Minimum Desain Densitas Arus pada Setiap Perairan Location Current Density (ma/m 2 ) Initial Mean Final North Sea Arabian Gulf India Australia Brazil Indonesia Gulf of Mexico West Africa Sumber: A. Chandler, Kenneth [1985], Marine and Offshore Corrosion, 4 th edition, Butterworth.) Untuk itu, luas permukaan yang akan diproteksi diambil dari luasan sebenarnya dari seachest yang sebelumnya telah terpasang sistem ICAF untuk dianalisa apakah arus yang digunakan sudah sesuai semestinya, dengan penampang seachest sebagai berikut Dimana :

8 2500 mm 1600 mm 1600 mm 1200 mm Gambar 11. Penampang Seachest Untuk mempermudah dalam perhitungan luas permukaan seachest, maka diasumsikan bentuk dari seachest berupa prisma segitiga. Sehingga, perhitungan luasannya didapatkan sebesar 13,078,000 mm 2 atau 13 m 2 Sehingga untuk kebutuhan arus proteksi yang digunakan untuk melindungi seachest dimana nilai densitas arus diambil dari nilai rata rata di perairan indonesia diambil dari tabel 1, yaitu sebesar 80 ma/m 2 sehingga besarnya arus ptoteksi dengan menggunakan persamaan 1, didapatkan 1.04 Ampere. IV.2 Perhitungan Kebutuhan Berat Anoda Untuk mengetahui kebutuhan berat anoda untuk melindungi seachest dari fouling yang masuk bersama air laut dalam jangka waktu tertentu. Untuk jangka waktu perlindungan biasanya disesuaikan waktu pengedokan kapal biasanya kurang lebih 3 tahun. (Gurrappa, 2004) = (2) Dimana : L : Anode Life Time (Y) W 0 : Berat Awal Anoda (kg)

9 W : Berat Akhir Anoda (kg) u : Utilization Factor : I : Arus Proteksi (A) C : Anode Consumption Rate (kg /A.Y) Untuk Anode Consumption Rate adalah berat anoda yang hilang karena dialiri sejumlah arus listrik dalam setahun. Konsumsi untuk setiap anoda berbeda beda, tergantung jenis anoda yang kita gunakan, sesuai tabel di bawah ini Tabel 2. Laju Konsumsi Anoda dari Berbagai Jenis Material Anoda Material Konsumsi (Kg/A.Y) Platinized Metals x 10-6 Lead Base Alloy 0.09 Mild Steel 9-10 Ferrosilicon 0.25 Copper Aluminium Sumber : Gurrappa, I [2004], Chatodic Protection of Cooling Water System and Selection of Appropriate Material, Material Processing Technology 166 (2005) Untuk perhitungan berat masing masing anoda yang digunakan untuk perlindungan bagian seachest dengan asumsi berat yang tersisa selama jangka waktu 3 tahun adalah sebesar 2 kg, sehingga perhitungannya menggunakan rumusan (2) sehingga didapatkan berat anoda sebesar : a. Anoda Besi : kg b. Anoda Tembaga : kg c. Anoda Aluminium : kg Sehingga jika perhitungan di atas dibuat dalam bentuk tabel dengan perubahan berat pada tiap tahunnya menjadi Tabel 3. Perubahan Berat Anoda Setiap Tahunnya Jenis Anoda Awal (kg) Tahun Pertama (kg) Tahun Kedua (kg) Tahun Ketiga (kg) Habis (Y) Fe Cu Al IV.3 Analisa Kebutuhan Suplai Daya Transformer Rectifier a. Menghitung Tahanan Anoda Elektrolit = (3) Dimana : R v :Besar tahanan anoda dengan elektrolit pada anoda vertical (Ω) ρ : electrolit resistivity (Ωcm) L : Panjang anoda (feet) K : Rasio panjang dan diameter anoda sesuai tabel dibawah ini Tabel IV. 1 Rasio panjang dan diameter anoda (US Army Corps of Engineers Commander [1997], Military Handbok Electrical Engineering Cathodic Protection. Hyattsville, MD: USACE Publication.Dept) Dari tabel IV.1 didapatkan electrolit resistivity untuk perairan Indonesia adalah 19 ohm-cm, panjang anoda 1.31 feets. Dan dengan rasio panjang dan diameter anoda sehingga besar tahanan anoda dengan elektrolit adalah = 19 = = 0.19 Ω

10 b. Menghitung Tahanan Kabel pada Sirkuit DC Untuk mengetahui besarnya tahanan yang timbul pada kabel yang menghubungkan setiap anoda pada seachest dengan connection box dengan menggunakan kabel berinti satu dan kabel yang menghubungkan connection box dengan DPU yang terdiri dari transformer rectifier. Maka dari itu digunakanlah rumusan sebagai berikut (Sulistijono, 1999) =.. (4) Dimana : R c : Besarnya tahanan pada kabel (Ω) L c : Panjang kabel (m) R e : Tahanan spesifik kabel (Ω/m) N : jumlah kabel yang diparalel c : jumlah inti pada kabel Untuk jumlah kabel yan diparalel dan panjang setiap kabel dilakukan asumsi yang sesuai Error! Reference source not found.. Untuk tahanan spesifik kabel dan jumlah inti kabel disesuaikan dengan jenis kabel yang digunakan sesuai yang terlampir pada lampiran 14. Untuk mempermudah dalam perhitungan, perhitungan akan dilakukan dengan tabel berikut Tabel IV. 2 Perhitungan Tahanan Kabel Kabel Lc (m) Re (Ω/m) N c Rc (Ω) Anoda Con. Box Con. Box DPU , , , ,046 Rc : 0,107 c. Menghitung Total Tahanan pada Sirkuit DC Untuk menghitung total tahanan pada sirkuit DC, maka digunakan penjumlahan antara tahanan pada anoda elektrolit dengan tahanan pada kabel, sehingga total tahanan pada sirkuit DC (Sulistijono, 1999) R t : R V + R C..(5) Dimana : R V : Besar tahanan pada anoda elektrolit (Ω) R C : Besar tahanan pada kabel (Ω) Sehingga besarnya tahanan total pada sirkuit DC ini adalah R t : ,107 R t : Ω d. Menghitung Tegangan DC untuk Setiap Anoda Untuk menghitung suplai tegangan yang bisa dilakukan oleh transformer rectifier maka digunakan rumusan di bawah ini (Sulistijono, 1999) V A : [(I t x R t ) x (1+ SF)] + B emf...(6) Dimana : V A : Tegangan DC keluaran TR (Volt) It : Total Kebutuhan Arus Proteksi (A) R t : Total hambatan sirkuit DC (Ω) SF : Faktor keamanan TR (20%) B emf : Tegangan balik 2 volt Sehingga tegangan DC untuk disuplai ke setiap anoda yang terpasang adalah V A : [(I t x R t ) x (1+ SF)] + B emf : [(4.16 x 0,297 x (1+ 0.2)] + 2 : 3,49 Volt e. Menghitung Losses Tegangan DC Karena pada setiap meter kabel terdapat kehilangan tegangan maka untuk memastikan bahwa setiap anoda mendapatkan suplai tegangan 3,49 volt, maka perlu ditambahkan losses akibat panjang kabel Dari spesifikasi marine cable yang digunakan, untuk kabel ukuran 1 x 1.5 mm 2 mempunyai losses sebesar 34 mv/a.m dan untuk kabel dengan ukuran 2 x 1.5 mm 2

11 mempunyai losses sebesar 35 mv/a.m sesuai dengan spesikasi marine cable yang ada pada lampiran. Sehingga losses setiap kabel dapat diketahui, yaitu Anoda ke Connection Box (1 x 1.5 mm 2 ) = 34 mv/a.m = 35,36 mv/m (arus yang mengalir 1,04 A) = m (panjang kabel 8 m) = 0,283 V Connection Box ke DPU (2 x 1.5 mm 2 ) = 35 mv/a.m = 72.8 mv/m (arus yang mengalir 2,08 A) = mv (panjang kabel 12 m) = 0,874 V Total Losses Tegangan V l = 0,283 V + 0,874 V = 1,16 V f. Menghitung Tegangan DC Transformer Rectifier Setelah besarnya tegangan DC dan besar losses tegangan sudah diketahui, maka besarnya tegangan yang harus disuplai oleh transformer rectifier adalah V DC : V A + V l : 3, : 4.65 Volt g. Menghitung Suplai Arus AC untuk Transformer Rectifier Untuk menyuplai transformer rectifier yang sudah ada yaitu dengan spesifikasi 240 volt/50-60 Hz, single phase sesuai dengan lampiran 6. Dibutuhkan besar arus AC yang dibutuhkan sesuai dengan rumusan berikut =.(7) Dimana : I DC : Arus DC keluaran transformer rectifier (A) V DC : Tegangan DC keluaran transformer rectifier (V) V AC : Tegangan AC masukan transformer rectifier (V) η TR : Effisiensi transformer rectifier (80%) Sehingga suplai arus AC yang dibutuhkan untuk transformer rectifier adalah = = =0,126 A h. Menghitung Daya Transformer Rectifier Selanjutnya daya transformer rectifier yang digunakan untuk menyuplai Impressed Current Anti Fouling ini adalah berdasarkan rumusan berikut P TR : I AC. V AC. Cos φ P TR : 0, ,8 P TR : watt Untuk keamanan maka daya transformer rectifier dikalikan 1,5 kalinya. Sehingga kebutuhan daya transformer rectifier yaitu P TR : x 1.5 : 36.3 watt Sehingga dibutuhkan sebuah transformer rectifier dengan spesifikasi daya 36.3 watt dengan tipe transformator step-down yang mampu mengubah arus AC menjadi DC dari tegangan 240 V menjadi 4,65 V. IV.4 Analisa Perhitungan Dengan Anoda ICAF 9900M092 Dari perhitungan yang sudah dilakukan, baik itu perhitungan arus proteksi maupun perhitungan berat anoda. Maka selanjutnya akan dilakukan analisa dengan membandingkan arus proteksi dan berat anoda yang sudah terpasang, yaitu pada Impressed Current Anti Fouling seri 9900M092. Dengan spesifikasi besar arus dan berat anoda tersaji pada tabel di bawah ini.

12 Tabel 4. Spesifikasi Anoda pada ICAF seri 9900M092 Anode Number Anode Type Anode Set Current Anode Weight Anode Location 1 Cu 0,93 A 42 Kg PS 1 Fe 0,33 A 11 Kg PS 1 Cu 0,93 A 42 Kg SB 1 Fe 0,33 A 11 Kg SB Sumber: ICAF 9900M092 Manual Book Dari data data dari anoda ICAF seri 9900M092, maka dapat dilakukan perhitungan apakah anoda anoda yang terpasang bisa dioperasikan dalam jangka waktu operasi 3 tahun, dengan menggunakan persamaan (2) didapatkan Life-time setiap anoda, a. Anoda Tembaga : 3.19 Tahun b. Anoda Besi : 2.83 Tahun Dalam analisa yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa untuk melindungi bagian sistem pendingin kapal, dalam hal ini yaitu seachest kapal, hanya menggunakan arus searah (DC) yang besarnya relatif kecil, besanya hanya 1.04 A, hal ini banyak dipengaruhi oleh dimensi daerah yang ingin dilindungi dari timbulnya fouling, dalam hal ini seachest dan juga sangatlah tergantung pada kondisi lingkungan perairan tempat kapal tersebut berlayar. Karena diasumsikan perairan yang akan dilalui kapal adalah perairan Indonesia maka besar densitas arus yang digunakan sebagai perhitungan adalah sebesar 80 ma/m 2. Hal ini dapat mempengaruhi banyak sedikitnya fouling yang timbul. Setelah diketahui besarnya arus searah (DC) yang digunakan sebagai proteksi, selanjutnya dapat diketahui berat anoda ICAF yang dibutuhkan untuk dialiri arus listrik. Dalam hal ini, berat anoda yang dianalisi menggunakan bahan logam yang sudah umum dipasaran yaitu besi (Fe), tembaga (Cu), dan aluminium (Al). Nantinya, anoda anoda tersebut direncanakan untuk masa pakai (lifetime) dalam jangka waktu 3 tahun. Dalam jangka waktu 3 tahun tersebut anoda anoda tersebut tidak boleh benar benar habis, karena itu dalam perencanaannya harus menyisakan berat yang cukup pada jangka waktu pemakaian 3 tahun tersebut. Setelah berat anoda yang direncanakan sudah bisa diketahui, untuk mengetahui apakah perencanaan kita bisa diterima atau tidak maka dilakukan perbandingan dengan sistem ICAF yang sudah ada yaitu dengan ICAF seri 9900M092. Pada sistem ICAF tersebut menggunakan dua jenis anoda yaitu anoda tembaga dan anoda besi. Dari analisa yang sudah dilakukan anoda tembaga pada ICAF seri 9900M092 bisa bertahan sampai jangka waktu 3 tahun 2 bulan. Sedangkan pada analisa anoda besi, anoda tersebut hanya sanggup bertahan hanya sampai jangka waktu 2 tahun 10 bulan. Hal ini sangatlah tidak diperbolehkan, mengingat pentingnya peran dari sistem ICAF ini pada penanggulangan terjadinya fouling. Untuk dapat digunakan secara maksimal, seharusnya dilakukan penambahan berat anoda besi agar bisa bertahan sampai jangka waktu pakai selama 3 tahun. V. Penutup V.1 Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses analisa dan perhitungan didapatkan beberapa poin kesimpulan dari Analisa Penggunaan Arus Searah (DC) Pada Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Sebagai Pencegahan Terjadinya Fouling Pada Cooling System, yang menjawab tujuan penulisan skripsi ini, yaitu, 1. Impressed Current Anti Fouling (ICAF) merupakan peralatan pencegah terjadinya fouling yang cukup baik memproteksi sebuah bangunan laut, dimana peralatakan ini tidak terlalu banyak membutuhkan suplai arus listrik serah (DC) karena hanya membutuhkan arus listrik sebesar 1,04 ampere untuk masing masing seachest

13 2. Impressed Current Anti Fouling (ICAF) disusun oleh beberapa komponen komponen penting, yaitu a. ICAF Digital Processing Unit (DPU) b. ICAF Anoda c. Plug Box d. Kabel Penghubung 3. Penentuan anoda anoda ICAF, tergantung pada luasan daerah yang akan diproteksi dan besarnya arus proteksi yang digunakan 4. Dalam analisa sudah dilakukan, untuk melindungi bagian sistem pendingin kapal, dalam hal ini seachest yang luas permukaannya sebesar 13.1 m 2, diperlukan arus searah (DC) sebesar 1.04 Ampere. 5. Untuk itu, digunakanlah anoda anoda yang digunakan sebagai proteksi seachest tersebut dalam jangka waktu pakai minimal selama 3 tahun, sehingga berat masing masing anoda adalah a. Anoda Besi (Ferro Anode) : kg b. Anoda Tembaga (Curro Anode) : kg c. Anoda Aluminium : kg 6. Anoda anoda tersebut diatas akan disuplai oleh sebuah transformer rectifier dengan daya 36.3 watt dengan tipe transformator step-down yang mampu mengubah arus AC menjadi DC dari tegangan 240 V menjadi 4,65 V. 7. Analisa yang dilakukan pada anoda Impressed Current Anti Fouling (ICAF) seri 9900M092, dapat dibuat kesimpulan bahwa anoda anoda yang digunakan memiliki jangka waktu pakai (Life-time) selama, a. Anoda Tembaga (Curro Anode) : 3.19 Tahun b. Anoda Besi (Ferro Anode) : 2.83 Tahun 8. Anoda besi pada ICAF seri 9900M092 perlu ditinjau ulang mengenai perencanaan berat anoda, karena dari analisa yang dilakukan umur pakai (Life-time) anoda tersebut kurang dari 3 tahun, hal ini sangat membahayakan pada kesinambungan proteksi dari timbulnya fouling. V.2 Saran Beberapa saran yang dapat digunakan sebagai referensi agar pada perencaan selanjutnya tentang Impressed Current Anti Fouling (ICAF) ini akan diperoleh hasil yang lebih baik, antara lain, 1. Analisa mengenai berat setiap anoda sebaiknya menggunakan rumusan yang lebih mendekati hasil nyata, karena pada pengerjaan skripsi ini masih menggunakan rumus pendekatan dari perhitungan anoda Impressed Current Chatodic Protection (ICCP). 2. Analisa mengenai jenis anoda yang digunakan sebaiknya mencakup seluruh jenis anoda biasa digunakan di lingkungan laut utamanya anoda yang berjenis combi-anode sehingga bisa didapatkan jenis anoda yang memang layak digunakan sebagai proteksi dari timbulnya fouling. 3. Sebaiknya dilakukan juga analisa ekonomis pada setiap jenis anoda, sehingga pemasangannya juga tidak hanya tergantung pada sisi teknis namun juga segi biaya yang digunakan. VI. Daftar Pustaka A. Chandler, Kenneth. (1985). Marine and Offshore Corrosion. 4 th edition. Butterworth. Chambers L.D, K.R. Stokes, F.C. Walsh, and R.J.K. Wood. (2006). Modern Approaches to Marine Antifouling Coating. Surface & Coatings Technology 201 (2006) Chotelco. (2010). Seawater Pipework Antifouling System. < ework_anti-fouling_system.pdf>. Diakses 3 Februari 2011.

14 Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Corrosion.< rosion.pdf>. Diakses 14 Januari Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Installation & Operation Manual : Impressed Current Anti Fouling. ICAF 9900M092. Netherland. Gurrappa, I. (2004). Chatodic Protection of Cooling Water System and Selection of Appropriate Material. Material Processing Technology 166 (2005) Kumar Mehta, P. (1991). Concrete in the Marine Environment. Elsevier Applied Science. University of Berkeley. USA. Rolands, J. C. (2004). Corrosion for Marine and Offshore Engineers. IMAREST. Sulistijono. (1999). Diktat Kuliah Korosi, Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya US Army Corps of Engineers Commander. (1997). Military Handbook Electrical Engineering Cathodic Protection. Hyattsville, MD: USACE Publication Dept. van Dokkum, Klaas (2003), Ship Knowledge: A Modern Encyclopedia, Dokmar. Netherland. Widyantoro, Rendi Prasetya. (2010). Perancangan Ulang Sistem ICCP pada Tanker Ladinda. Tugas Akhir Mahasiswa, Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Abstract

Abstract Analisa Penggunaan Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Pada Sistem Air Pendingin Utama Unit 1 & 2 PLTU Paiton Sebagai Tambahan Pencegahan Terjadinya Fouling Moch. Tohir 1) Ir. Sardono Sarwito, M.Sc.

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.

Lebih terperinci

SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3)

SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3) SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3) Oleh Adam Dipa Mahendra Page 1 RINGKASAN: Judul ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) DENGAN MEMANFAATKAN TENAGA SOLAR CELL UNTUK

Lebih terperinci

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m Jumlah Anoda (N) N = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1 Tahanan Kabel (R2) R2 = R1 + α (T2 T1) = 0,00068 + 0,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m Tahanan Total (Rt) Rt = Tahanan Anoda Rectifier + Tahanan Anoda = 1,02

Lebih terperinci

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java Rizky Ayu Trisnaningtyas (1), Hasan Ikhwani (2), Heri Supomo (3) 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Rectifier yang Digunakan

Rectifier yang Digunakan Rectifier yang Digunakan Tipe transformer rectifier : power supply model 58611 (Engelhard) Produsen TR : CAPAC-CP System Engelhard. Tahun pemasangan : 1983 Input TR : 440 volt AC; 3phase; 70 Hz. Perhitungan

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN

Lebih terperinci

PRESENTASI FIELD PROJECT

PRESENTASI FIELD PROJECT PRESENTASI FIELD PROJECT TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Presented by: Khairul Akbar

Lebih terperinci

PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI

PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI TUGAS AKHIR RL 1585 PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI NIA ARININGTYAS NRP. 2702 100 020 Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman Pengaruh Konsentrasi O 2 Terhadap Kebutuhan Arus Proteksi dan Umur Anoda pada sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan menggunakan anoda SS 304 mesh pada Beton Bertulang Oleh : Sumantri

Lebih terperinci

Oleh : Afif Wiludin NRP Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, Msc.

Oleh : Afif Wiludin NRP Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, Msc. ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN ICCP (IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION) DIBANDINGKAN DENGAN SACRIFICIAL ANODE DALAM PROSES PENCEGAHAN KOROSI Oleh : Afif Wiludin NRP 4108 100 110 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Laju Pertumbuhan Marine Growth Pada Plat Baja ASTM A36 Akibat Pengaruh Kuat Cahaya dan Variasi Salinitas

Studi Eksperimen Laju Pertumbuhan Marine Growth Pada Plat Baja ASTM A36 Akibat Pengaruh Kuat Cahaya dan Variasi Salinitas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Eksperimen Laju Pertumbuhan Marine Growth Pada Plat Baja ASTM A36 Akibat Pengaruh Kuat Cahaya dan Variasi Prilisyah Fitri Maryanti, Haryo Dwito Armono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT Fajar Alam Hudi 1 dan Rildova, Ph.D 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL HALAMAN JUDUL Teknik LAPORAN PENELITIAN DOSEN TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL Oleh : Bagiyo Condro Purnomo NIK. 087606031 Fakultas Teknik Saifudin,

Lebih terperinci

Sistem pembumian plat Tahanan tubuh manusia Arus melalui tubuh manusia Arus fibrasi

Sistem pembumian plat Tahanan tubuh manusia Arus melalui tubuh manusia Arus fibrasi ix DAFTAR ISI JUDUL... i LEMBAR PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

Semarang, 6 juli 2010 Penulis v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Dalam penyusunan Tesis dengan judul Efektivitas Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Proses pelapisan plastik ABS dengan menggunakan metode elektroplating dilaksanakan di PT. Rekayasa Plating Cimahi, sedangkan pengukuran kekasaran, ketebalan

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN RAPAT ARUS 5 AMPERE TEGANGAN 12 VOLT DAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40 DAN 50 MENIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KASUS DESAIN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA PIPA BAWAH TANAH PDAM JARINGAN KARANG PILANG III Oleh : Aisha Mei Andarini Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc Surabaya,

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56 JURNAL TEKNIK ITS Vol., No., () ISSN: -9 (-9 Print) F- Pengaruh Variasi Goresan Lapis Lindung dan Variasi ph Tanah terhadap Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Pipa API

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN DAN PEMASANGAN CATHODIC PROTECTION DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILSON WALTON DAN DIMET DENGAN METODE PENDEKATAN

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN DAN PEMASANGAN CATHODIC PROTECTION DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILSON WALTON DAN DIMET DENGAN METODE PENDEKATAN ANISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN DAN PEMASANGAN CAHODIC PROECION DENGAN MENGGUNAKAN MEODE WILSON WON DAN DIME DENGAN MEODE PENDEKAAN Muharnis eknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam,

Lebih terperinci

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT Pendahuluan : Banyak bangunan di lingkungan Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya terkena korosi terutama konstruksi beton di bawah duck beton dermaga Oil Jetty ( SPOJ

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm) ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine 600-1200 rpm) Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 6308030042 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi ix xi xii BAB 1

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-78

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-78 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-78 Pengaruh dan Variasi Cacat Gores Lapis Lindung terhadap Kebutuhan Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection

Lebih terperinci

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A

Rangkaian Listrik. 4. Ebtanas Kuat arus yang ditunjukkan amperemeter mendekati.. a. 3,5 ma b. 35 ma c. 3,5 A d. 35 A e. 45 A Rangkaian Listrik Kerjakan Sesuai Petunjuk A 1. UMPTN 1990. Sebuah keluarga menyewa listrik PLN sebesar 500 W dengan tegangan 110 V. Jika untuk penerangan, keluarga itu menggunakan lampu 100 W, 220 V,

Lebih terperinci

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode Oleh : Fahmi Endariyadi 20408326 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber kerusakan terbesar pada pelat kapal laut adalah karena korosi

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN DAN CURRENT DENSITY PADA PIPA BAJA DALAM APLIKASI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) R.E.Dinar Rahmawati 1,a, Muhammad

Lebih terperinci

Pengamatan Model Pengendalian Korosi pada Media Korosi Air Laut Salinitas 35 o / Oo menggunakan Anoda Terumpan Zap Type S-3

Pengamatan Model Pengendalian Korosi pada Media Korosi Air Laut Salinitas 35 o / Oo menggunakan Anoda Terumpan Zap Type S-3 Pengamatan Model Pengendalian Korosi pada Media Korosi Air Laut Salinitas 35 o / Oo menggunakan Anoda Terumpan Zap Type S-3 Dwisetiono Marine Engineering Department, Faculty of Marine Engineering and Science,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANODA KORBAN PADUAN ALUMINIUM PADA PELAT BAJA KAPAL AISI E 2512 TERHADAP LAJU KOROSI DI DALAM MEDIA AIR LAUT

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANODA KORBAN PADUAN ALUMINIUM PADA PELAT BAJA KAPAL AISI E 2512 TERHADAP LAJU KOROSI DI DALAM MEDIA AIR LAUT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANODA KORBAN PADUAN ALUMINIUM PADA PELAT BAJA KAPAL AISI E 2512 TERHADAP LAJU KOROSI DI DALAM MEDIA AIR LAUT EFFECTIVENEES OF USING SACRIFICIAL ANODE OF ALUMINUM ALLOY FOR SHIP STEEL

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, yang dimana tujuan utamanya adalah untuk mencegah logam dengan korosifnya, namun juga mendapatkan

Lebih terperinci

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dan distribusi gas bumi, penggunaan jaringan pipa merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT Toto Rusianto Jurusan Teknik Mesin, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta Email: totorusianto@yahoo.com ABSTRACT Stress Corrosion Craking

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa pengujian Pengujian yang dilakukan menghasilkan data data berupa waktu, temperatur ruang cool box, temperatur sisi dingin peltier, dan temperatur sisi panas

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI Yusuf Syetiawan, Sugianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PROTOTYPE BOAT ENERGI SURYA MENGGUNAKAN SOLAR CELL LAPORAN TUGAS AKHIR

PROTOTYPE BOAT ENERGI SURYA MENGGUNAKAN SOLAR CELL LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE BOAT ENERGI SURYA MENGGUNAKAN SOLAR CELL LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Konversi Energi

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 Kevin J. Pattireuw, Fentje A. Rauf, Romels Lumintang. Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 ABSTRACT In this

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTEKSI ARUS PAKSA PADA PIPA BAJA API 5L DENGAN COATING DAN TANPA COATING DI DALAM TANAH

PERANCANGAN PROTEKSI ARUS PAKSA PADA PIPA BAJA API 5L DENGAN COATING DAN TANPA COATING DI DALAM TANAH PERANCANGAN PROTEKSI ARUS PAKSA PADA PIPA BAJA API 5L DENGAN COATING DAN TANPA COATING DI DALAM TANAH Tubagus Noor R, Sulistijono, Azmi Mahiri, M. Rizal Pambudi Jurusan Teknik Material dan Metalurgi -

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

Purna Septiaji Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia

Purna Septiaji Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia ANALISA PERHITUNGAN MRR, OVERCUT, DAN KETIRUSAN PADA STAINLESS STEEL 304 DAN ALUMINIUM 00 DENGAN PENGARUH VARIASI TEGANGAN DAN GAP PADA PROSES ELECTRO-CHEMICAL MACHINING (ECM) MENGGUNAKAN ELEKTRODA TERISOLASI

Lebih terperinci

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN MULAI STUDI LITERATUR DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector DATA NON LAPANGAN : -Data Dimensi Anode -Data Harga Anode DESAIN MATERIAL ANODE DESAIN TIPE ANODE Perhitungan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR M. Helmi F. A. P. 1, Epyk Sunarno 2, Endro Wahjono 2 Mahasiswa Teknik Elektro Industri 1, Dosen

Lebih terperinci

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL Firlya Rosa. S.S.T., M.T. 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung firlya@ubb.ac.id 1 Rodiawan, S.T.,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi Gravity Light nya. Bahasan perancangan dimulai dengan penjelasan alat secara keseluruhuan yaitu penjelasan singkat

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE 1 OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA TUBAN PLANT Mustika Dwi Erlinda, Budi Agung Kurniawan, dan Mas Irfan P.

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE

PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE Alan Perdana Aritonang, Riad Syech, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Oleh: Dhony Prabowo Setyawan Dosen pembimbing : Ir. Alam Baheramsyah, Msc. Abstrak Nelayan tradisional Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TATA LETAK SEA CHEST TERHADAP PENDINGINAN MOTOR INDUK KAPAL

EFEKTIVITAS TATA LETAK SEA CHEST TERHADAP PENDINGINAN MOTOR INDUK KAPAL EFEKTIVITAS TATA LETAK SEA CHEST TERHADAP PENDINGINAN MOTOR INDUK KAPAL Dian Retno Dina Rita, Bimo Darmadi, Arif Winarno Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL

PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL 1 PELAPISAN EMAS PADA KERAJINAN TANGAN PEWTER UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL Firlya Rosa. S. 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung firlya@ubb.ac.id 1 Rodiawan, 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl

TUGAS SARJANA. KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl TUGAS SARJANA KOROSI GALVANIS PADA STEEL AISI 1018 - Cu DENGAN VARIASI PEMBIASAN SCRAP STEEL SEBAGAI ANODA KEDUA PADA MEDIUM NaCl Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA Oleh : Drs. Syafrul Hadi, M.Eng 1 Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Padang e-mail syafrul_hadi@yahoo.com Abstrak Pelapisan Ni

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE

STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE STUDI PELAPISAN KROM PADA BAJA KARBON DENGAN VARIASI WAKTU PENCELUPAN 10, 20, 30, 40, 50 MENIT DAN TEGANGAN 9 VOLT DENGAN ARUS 5 AMPERE Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA 2. Tubagus Noor R., S.T., M.Sc. Luthfi Ardiansyah

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA 2. Tubagus Noor R., S.T., M.Sc. Luthfi Ardiansyah PENGARUH DIMENSI CACAT GORES PADA COATING DAN TEMPERATUR TERHADAP ARUS PROTEKSI SISTEM IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN AIR LAUT Dosen Pembimbing : 1.

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA SISTEM PENDINGIN UTAMA UNIT 1&2 PLTU PAITON

ANALISA PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA SISTEM PENDINGIN UTAMA UNIT 1&2 PLTU PAITON ANALISA PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA SISTEM PENDINGIN UTAMA UNIT 1&2 PLTU PAITON Bernanda C Pramana 1) Sardono Sarwito Email : nanda_shipbuild@yahoo.com Jurusan Teknik Sistem

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN LAYOUT DAN PENEMPATAN SEL SURYA PADA PROTOTIPE MOBIL TENAGA SURYA

RANCANG BANGUN LAYOUT DAN PENEMPATAN SEL SURYA PADA PROTOTIPE MOBIL TENAGA SURYA JRM. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 38-43 RANCANG BANGUN LAYOUT DAN PENEMPATAN SEL SURYA PADA PROTOTIPE MOBIL TENAGA SURYA Septian Suryo Sugiharto D3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI FRENNIKO EKA BESTARI

ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI FRENNIKO EKA BESTARI ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI FRENNIKO EKA BESTARI 4206100011 Latar Belakang Pada saat ini terdapat tiga metode dalam menentukan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material lainnya yang dipergunakan sehari-hari memerlukan proses. penyelesaian akhir sebelum digunakan. Proses ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. material lainnya yang dipergunakan sehari-hari memerlukan proses. penyelesaian akhir sebelum digunakan. Proses ini disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap benda logam baik baja, besi maupun aluminium dan material lainnya yang dipergunakan sehari-hari memerlukan proses penyelesaian akhir sebelum digunakan. Proses

Lebih terperinci

TERSELESAIKAN H+7 P2

TERSELESAIKAN H+7 P2 TELAH TERSELESAIKAN PADA P2 Penyusunan Pendahuluan Penyusunan Dasar Teori Metodologi : - Studi Literatur - Pengumpulan Data Lapangan dan Non lapangan - Mapping Sector dan Input Data - Pembuatan Spread

Lebih terperinci

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi Fitri Afriani S, Komalasari, Zultiniar Laboratorium Konversi Elektrokimia Program Studi Sarjana Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI

BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI berikut : Dari data di lapangan, kita dapat memperoleh beberapa parameter sebagai Ukuran Pipa: Nominal pipe size Outside diameter : 6 inch (15,24 cm) : 6.625 inch (16,8275

Lebih terperinci

Tubagus Noor Rohmannudin, Sulistijono, Faris Putra Ardiansyah

Tubagus Noor Rohmannudin, Sulistijono, Faris Putra Ardiansyah Pengaruh Kondisi Asam dan Cacat Gores Berbentuk Persegi Panjang pada Lapis Lindung Terhadap Kebutuhan Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan Menggunakan Baja AISI 1045

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi alat pengisi baterai menggunakan modul termoelektrik generator. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi perancangan

Lebih terperinci

Langkah Perhitungan. WSA = (1,8 x Lpp x T) + (Cb x Lpp x B) A kemudi = [ (B/Lpp ) 2 ] A proteksi = WSA + A kemudi

Langkah Perhitungan. WSA = (1,8 x Lpp x T) + (Cb x Lpp x B) A kemudi = [ (B/Lpp ) 2 ] A proteksi = WSA + A kemudi Langkah Perhitungan WSA = (1,8 x Lpp x T) + (Cb x Lpp x B) A kemudi = [ 1+25. (B/Lpp ) 2 ] A proteksi = WSA + A kemudi Dimana: WSA = luasan basah kapal (m 2 ) A kemudi = luasan basah kemudi kapal (m 2

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Perancangan Grounding untuk Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Di Teknik Elektro (Wahyudi Budi P dkk) PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT ANALISIS INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA PADA SOLAR WATER PUMP Muhamad Fahri Iskandar 24411654 Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Konversi energi

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD EKO RENDI SETIAWAN NRP 4205 100 060 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD TUGAS AKHIR LS 1336 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK THERMOELECTRIC GENERATOR DALAM PEMANFAATAN ENERGI PANAS YANG TERBUANG

PENGUKURAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK THERMOELECTRIC GENERATOR DALAM PEMANFAATAN ENERGI PANAS YANG TERBUANG PENGUKURAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK THERMOELECTRIC GENERATOR DALAM PEMANFAATAN ENERGI PANAS YANG TERBUANG oleh Soelistio Permadi Widjaja NIM : 612007043 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN FISIKA. Arus Listrik dan Lingkar Arus Searah INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN FISIKA. Arus Listrik dan Lingkar Arus Searah INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN FSKA Arus Listrik dan Lingkar Arus Searah NSTTUT PERTANAN BOGOR 1 Tujuan nstruksional Dapat menentukan arus listrik, hambatan listrik, energi listrik, daya listrik serta dapat menggunakan hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci