Token Economy untuk meningkatkan atensi pada anak Attention Deficit Disorder

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Token Economy untuk meningkatkan atensi pada anak Attention Deficit Disorder"

Transkripsi

1 Token Economy untuk meningkatkan atensi pada anak Attention Deficit Disorder Karina Rizki Rahmawati ABSTRAK. Anak dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja, mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Saat anak ADD mengikuti pendidikan formal, mulai banyak muncul kesulitan pada anak terutama terkait dengan kesulitan untuk memusatkan perhatian pada tugas sekolah. Asessmen dengan menggunakan metodi observasi dan wawancara. Intervensi dilakukan yang diberikan kepada klien berupa teknik token economy (penguatan positif) untuk meningkatkan atensi. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan atensi anak yang berarti bahwa penerapan teknik token economy dapat meningkatkan atensi dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD. Kata kunci: Token economy, meningkatkan atensi, attention deficit disorder Gangguan atensi dapat dikatakan apabila seorang anak tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya. Seringkali anakanak tersebut memiliki taraf kecerdasan mendekati rata-rata atau mungkin lebih tinggi dari rata-rata dan memiliki pendengaran dan penglihatan yang normal, tetapi mereka terlihat memiliki kesulitan memproses informasi sensoris, cemas dan kurang motivasi atau minat pada suatu hal (Lakoff, 2002). Anak yang didiagnosa dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi (Davidson, & Neale, 2006) Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya, sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya (Nevid, 2002). Berbagai penelitian telah mencoba menggunakan terapi perilaku untuk mengurangi gejala ADD. Temuan mereka menunjukkan bahwa pemberian token economy dapat menurunkan perilaku yang tidak pantas di kelas dan meningkatkan tingkat kinerja akademik. dari hasil penelitiannya juga ditemukan bahwa token economy dapat meningkatkan penyelesaian tugas yang berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas lebih sedikit dan juga bisa mengurangi perilaku yang tidak pantas di kelas pada anak berkebutuhan khusus (Klimas, & McLaughlin, 2007). Teknik token ekonomy merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana pendekatan behavior 36

2 sangat erat hubungannya dengan modifikasi perilaku.token economy adalah penerapan operantconditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena memberikan perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku (Kazdin, 1980; Martin, & Pear, 1992). Hadiah atau ganjaran ini dapat digolongkan kepada yang primer (yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan, dan benda-benda nyata lainnya) dan yang bersifat sekunder (yaitu yang bersifat pujian dari masyarakat, perhatian dan perasaan terkenal). Dengan adanya hadiah, perilaku akan terus berulang atau muncul (LePage, 1999; Tarbox, et al., 2006; Reed, & Martens, 2011). Token economy merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni bisa meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun dari tingkat vigilitas, tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox, Ghezzi, Wilson, 2006). Metode dan Hasil Asesment Metode Assesment yang digunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai klien adalah: Observasi dilakukan pada saat wawancara, kegiatan sehari-hari di sekolah dan di rumah klien. Tujuan observasi adalah untuk melihat pola perilaku dan juga ekspresi wajah dalam segala keadaan dan situasi. Wawancara dilakukan dengan klien dan keluarga klien. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data-data terkait permasalahan klien guna menunjang dalam melakukan penegakan diagnosa dari permasalahan. Hasil Asesment Berdasarkan hasil observasi, wawancara, serta beberapa tes psikologi yang diberikan pada klien, diperoleh data data berikut, klien merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara yang saat ini berusia 14 tahun dan masih duduk di kelas 6 SD di sebuah sekolah swasta. Keadaan perekonomian keluraga subjek yang tergolong menengah ke bawah dan anggota keluarga yang cukup banyak membuat kedua orang tua subjek lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah sehingga perhatian dari orang tua kepada anakanaknya termasuk subjek sendiri cenderung kurang terutamanya dalam hal pendidikan dapat dimungkinkan karena kedua orang tua subjek hanya berpendidikan sekolah dasar. Selain itu sejak beberapa tahun terakhir subjek tinggal serumah dengan kakaknya bukan dengan kedua orang tuanya. Selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut subjek pernah tidak naik kelas sebanyak 2 kali. Menurut klien dirinya tidak naik kelas saat dari kelas 2 ke kelas 3 dan dari kelas 5 ke kelas 6. Subjek tidak naik kelas dikarenakan sering tidak masuk sekolah dengan alasan sering bangun kesiangan sehingga takut terlambat kemudian subjek memutuskan untuk tidak masuk sekolah dan juga subjek berkata sering tiba-tiba merasa pusing saat akan berangkat ke sekolah. Akan tetapi selama kelas 6 ini subjek mengaku sudah tidak pernah membolos lagi meskipun terkadang masih merasa pusing saat akan berangkat ke sekolah. Selain itu guru subjek juga sering memarahinya karena nilai-nilainya yang jelek dan cenderung lambat dalam memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah. Subjek mengaku bahwa dirinya memang merasa sulit dalam memahami pelajaran dan juga sering lupa tentang materi-materi pelajaran yang telah diberikan. Subjek sebenarnya ingin cepat bisa untuk memahami materi-materi pelajaran, akan tetapi jika klien terus berusaha untuk suatu materi pelajaran yang dirasa sulit misalnya, dia merasa pusing. Hal tersebut juga terlihat saat diberikan beberapa tes pada subjek, di butuhkan beberapa kali instruksi pada subjek untuk setiap subtes baru kemudian subjek dapat memahami, kemudian juga perhatian subjek mudah teralihkan terhadap halhal disekitarnya yang dirasa lebih menarik perhatian baik pada saat proses asessmen dilakukan dan juga saat proses belajar mengajar di kelas. Menurut informasi dari guru kelas, dikeluhkan memang klien sering datang terlambat ke sekolah, sulit untuk memahami materi-materi pelajaran, dan perhatiannya pun mudah teralahkan. Halhal tersebutlah yang membuat subjek sering 37

3 dihukum oleh gurunya dan juga menyebabkan nilai akademis subjek cenderung rendah dan membuat subjek beberapa kali tidak naik kelas. Padahal hal tersebutlah yang membuat subjek merasa semakin tidak aman dan semakin cemas sehingga subjek menjadi cenderung menghidar dengan mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang membuat dia lebih merasa nyaman misalnya dengan beralasan sakit sehingga tidak mau mengikuti pelajaran di sekolah dan mengabikan tugastugas yang dianggapnya sulit dan atau cenderung tidak menyenangkan. Sedangkan dari hasil tes HTP yang diberikan diperoleh hasil bahwa subjek tampak memberikan penilain yang kurang menyenangkan dari figur ibu, fungsi ayah juga dirasakan sangat lemah dan tidak punya otoritas sehingga subjek cenderung merasa kurang berfungsi dan tidak berharga di dalam keluarganya. Selain itu tekanan yang lebih besar juga dirasakan subjek dari lingkungan di luar keluarganya sehingga membuat klien semakin dipenuhi rasa cemas. Untuk hasil tes WISC didapatkan Kapasitas kecerdasan subjek yang ditunjukkan klien berrada dalam taraf low average bawah, dengan full IQ: 88, IQ verbal: 95, dan IQ performance: 83 (Skala Weschler). Sko IQ verbal yang lebih tinggi daripada skor IQ performance menunjukkan dapat bahwa kontak nonverbal dengan lingkungan, integrasi stimuli dengan respon motorik, dan kemampuan bekerja dalam situasi konkrit memang cenderung rendah Menurut hasil yang diperoleh tersebut subjek diperkirakan mengalami gangguan atensi atau pemusatan perhatian. Penyebab sulitnya berkonsentrasi harus dicari terlebih dahulu apakah karena faktor eksternal atau internal. Apabila penyebabnya karena faktor lingkungan, orang tua dapat membantu anak untuk meminimalkan lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya. Biasanya kalau sudah memasuki usia sekolah, di mana rentang konsentrasinya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah kecuali jika anak memang mempunyai kelainan. Sedangkan untuk anak yang mengalami gangguan konsentrasi yang lebih disebabkan karena faktor dari dalam dirinya seperti hiperaktif, terapi yang diberikan adalah secara medik atau obat dan terapi perilaku. Umumnya kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Sedangkan untuk konsentrasi lambat diterapi untuk meningkatkan konsentrasinya. Anak yang didiagnosa dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi. Diagnosis dan Prognosis Diagnosis Diagnosis Multiaksial menurut DSM IV Axis I : Attention-Deficit/ Hyperactifity Disorder, Predominantly Inatettive Type Axis II : V71.09 No Diagnosis Axis III : None Axis IV : Masalah dengan primary support group (kurang perhatian dari orang tua) Axis V : GAF 60-51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Prognosis Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, klien memiliki prognosis sedang dengan beberapa pertimbangan yang pertama klien sebenarnya memiliki kemampuan yang cukup baik namun kurang adanya perhatian dari keluarga terutama kedua orang tua tentang permasalahn klien. Intervensi dan Hasil Intervensi Intervensi yang diberikan adalah modifikasi perilaku dengan token economy dengan melibatkan guru kelas yang bertujuan meningkatkan atensi pada ADD terutama pada tugas-tugas sekolah saat di dalam kelas dengan memberikan tugas dari beberapa mata pelajaran yang berbeda. Tugas yang diberikan terebut bersifat individu dan harus dikerjakan sendiri. Dimana peneliti melakukan pengamatan dan dan mencatat berapa lama 38

4 klien dapat memusatkan perhatian pada tugas ketika mendapatkan perlakuan. Pemberian tugas, pengukuran dan pemberian token economy diberikan pada klien saat mengikuti beberapa mata pelajaran yang berbeda, yaitu Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Sedangkan untuk pengukuran dengan menggunakan stopwatch untuk mencatat durasi dalam satuan menit yaitu berapa lama klien dapat memusatkan perhatian pada tugas yang telah diberikan selama 6 hari (untuk setiap hari diberikan satu tugas dari satu mata pelajaran yang berbeda). Token akan diberikan pada klien apabila memusatkan perhatian lebih dari 10 menit karena dari hasil observasi awal, klien hanya bisa memusatkan perhatian sekitar 5-7 menit. Kemudian token yang berupa kupon yang didapat klien setiap harinya dan mengatur harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan kupon. Hasil Sebelum sesi intervensi, dilakukan observasi selama enam hari untuk mengukur atensi klien ketika mengerjakan tugas tanpa token lalu dibandingkan dengan waktu pelaksanaan intervensi (diberikan token). Peneliti juga mengadakan kontrak dengan klien dan memberitahu tentang perilaku apa yang diharapkan dari klien serta mengkomunikasikan kepada klien bagaimana caranya untuk mendapatkan token. Klien diberikan tugas mata pelajaran yang berbedabeda yaitu Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Tugas yang diberikan berupa tugas individu yang dikerjakan sendiri. Kemudian peneliti melakukan pengamatan dan menghitung berapa lama klien dapat memusatkan perhatian pada tugas ketika mendapatkan perlakuan. Atensinya itu dilihat dari klien mengerjakan tugas dengan tenang dan fokus melihat pada tugas yang dikerjakan, dan tidak beralih pada aktivitas atau kegiatan lain. Klien diberitahu bahwa akan mendapatkan token jika dapat memusatkan perhatian lebih dari 10 menit karena dari hasil observasi awal, klien hanya bisa memusatkan perhatian sekitar 5-10 menit. Peneliti juga membuat catatan berapa token yang berupa kupon yang didapat klien setiap harinya dan mengatur harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan kupon. Tingkat atensi (pemusatan perhatian) pada anak ADD ketika dalam situasi belajar yaitu ketika diberi tugas sekolah (matematika, IPA dan bahasa Inggris) selama waktu yang telah ditentukan, yaitu sebelum mendapatkan perlakuan token economy dan ketika mendapatkan perlakuan token ekonomi atau intervensi. Dimana sebelum deterepkannya token economy klien hanya mampu mempertahankan atensi dengan waktu antara 5-10 menit, sedangkan saat intervensi dilakukan klien dapat mempertahankan atensinya lebih dari 10 menit. Hasil intervensi yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan teknik token ekonomy dapat meningkatkan perhatian dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD. Pembahasan Penguatan baik positif maupun negatif dampaknya tidak otomatis sejalan dengan konsekuensi respon. Konsekuensi dari suatu respon mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pemberi informasi mengenai dampak dari tingkah laku, memotivasi tingkah laku yang akan datang dan juga sebagai penguat tingkah laku, keberhasilan dari sebuah perilaku ketika mendapat reward akan menjadi penguat sehingga tingkahlaku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak diulangi (Alwisol, 2006) Berdasarkan teori sebelumnya, anak ADD memiliki berbagai karakteristik dan salah satunya adalah kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas sehingga akan mempengaruhi proses pembelajaran atau hasil belajarnya. Dengan melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu intervensi untuk dapat meningkatkan perhatian anak ADD dan dalam hal ini peneliti menggunakan teknik token economy yang merupakan salah satu pendekatan behavioristik, dengan asumsi dari pendapat para ahli yang menyatakan bahwa jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang akan meningkat (Skinner, 1971). Dalam token economy tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak sehingga dengan adanya hadiah perilaku akan terus diulang (Sran, 2010). Token economy merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk 39

5 meraihnya dengan tujuan untuk mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox, et al., 2006). Simpulan Hasil dari intervensi secara umum menunjukkan bahwa teknik token economy sedikit banyak telah dapat membantu permasalahan anak dengan gangguan atensi (pemusatan perhatian dan dalam mengubah perilaku yang dianggap kurang tepat dan dapat memberikan dampak negatif pada diri subjek. Penerapan teknik token economy dapat meningkatkan atensi atau perhatian dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD, yang berarti kemampuan anak dalam memperhatikan lebih lama dibandingkan sebelum mendapatkan intervensi melalui teknik token ekonomi. Meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama dan perhatian pada subjek agar dapat terus mempertahankan perilaku yang telah berhasil dirubah. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah pada pihak sekolah atau guru diharapkan untuk membantu permasalahan klien, dengan memberikan dukungan yang positif dan pemberian hukuman atau respon yang tepat jika subjek dianggap melakukan kesalahan terutama saat di sekolah. Daftar Pustaka Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Assef, E. C., Capovilla, A. G., & Capovilla, F. C. (2007). Computerized stroop test to assess selective attention in children with attention deficit hyperactivity disorder. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1), APA. DSM IV-TR. (2000). Diagnosticand statistical manual of mental disorder (Fourth edition: Text revision. Washington DC: Published by American Psychiatric Association. Buttery, T. J. (2008). Understanding and working with attention deficit disorder students. SRATE Journal, 18, 1. Davidson, G., Neale, J., & Kring, A. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Diamond, A. (2005). Attention-deficit disorder (attentiondeficit hyperactivity disorder with-out hyperactivity): A neurobiologically and behaviorally distinct disorder from attention-deficit disorder (without hyperactivity), Developmental Psychology, 17, Garber, S. W., Garber, M. D., & Pizman, R. F. (1996). Beyond ritalin: Facts about medication and other strategies for helping children, adolescents and adults with attention deficit disorders. New York: Villard Books. Kazdin, E. A. (1980). Behavior Modification in Applied Settings. (W. E. Jeffrey, & S. R. Maddi, Eds.). Homewood, Illinois: The Dorsey Press. Klimas, A., & McLaughlin, T. F. (2007). The effects of a token economy system to improve social and academic behavior with a rural primary aged child with disabilities. International Journal of Special Education, 22 (3), LePage, J. P. (1999). The impact of a token economy on injuries and negative events on an acute psychiatric unit. Behavioral Medicine and Psychiatry, 50 (7), Lakoff, A. (2002). Adaptive will: the evolution of attention deficit disorder. Journal of the History of the Behavioral Sciences, 36 (2), Nevid, J. S. (2002). Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga. Reed, D. D., & Martens, B. K. (2011). Temporal discounting predicts student responsiveness to exchange delays in a classroom token system. Journal of Applied Behavior Analysis, 44 (1), Robinson, P., Newby, T., & Ganzell, S. (1981). A token system for a class of underachieving hyperactive children. Journal of Applied Behavior Analysis, 14 (3), Sahfiei, K., Ghassemi, G. H., Kazemzadeh, J. (2001). Family perception and delay intreatment of attention deficit hyperactivity disorder: an iranian experience. Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences,19 (1), Soekadi, S. (2003). Modifikasi perilaku. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Sran, S. K. (2010). Assessing the value of choice in a token system. Journal of Applied Behavior Analysis, 44 (1), Tarbox, R. S., Ghezzi, P. M., & Wilson, G. (2006). The effects of tokenreinforcement on attending in ayoung childwith autism. Behavioral Interventions, 21,

PENERAPAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN ATENSI DALAM MENGERJAKAN TUGAS PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) THESIS

PENERAPAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN ATENSI DALAM MENGERJAKAN TUGAS PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) THESIS PENERAPAN TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN ATENSI DALAM MENGERJAKAN TUGAS PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) THESIS Oleh: RILA RAHMA MULYANI 201010440211005 PROGRAM MAGISTER PROFESI

Lebih terperinci

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT

2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. Pendidikan berlaku untuk semua anak, tanpa memandang jenis

Lebih terperinci

RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD)

RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD) RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD) Uji Coba Modul Peningkatan Selective Attention dengan Aktivitas Mensortir Kartu Gambar Lingkaran

Lebih terperinci

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity

Lebih terperinci

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY. Ade Rahmawati S. M.Psi

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY. Ade Rahmawati S. M.Psi ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER Ade Rahmawati S. M.Psi History Penjelasan mengenai ADHD telah ada sejak 100 thn yg lalu 1902 simptoms overactivity pertama kali digambarkan oleh George Still, dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan

Lebih terperinci

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Oleh: H i d a y a t Apakah itu "ADHD"? Sebelumnya para orang tua dan guru menggambarkan anak-anak yang mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang berhak mendapatkan pendidikan khusus. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 tahun 2003

Lebih terperinci

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LAYANAN PSIKOLOGIS UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Permasalahan Sekolah memberikan perlakuan yang sama dan bersifat klasikal kepada semua

Lebih terperinci

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP TINGKAT HIPERAKTIF IMPULSIF PADA ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD)

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP TINGKAT HIPERAKTIF IMPULSIF PADA ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP TINGKAT HIPERAKTIF IMPULSIF PADA ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) Fithroh Roshinah, Laila Nursaliha, dan Saiful Amri Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada sejak sekitar abad 18, namun titik kritis dalam sejarah keilmuan gangguan autisme adalah pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis) BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan dan lingkungan sosial yang baik perlu diperhatikan bagi orangtua untuk anak-anak mereka. Kesehatan dan lingkungan sosial terhubung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain Penelitian ini adalah pre eksperimental design, yaitu desain percobaan yang tidak mencukupi semua syarat-syarat dari suatu desain percobaan sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA SITUASI PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA SITUASI PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS 100 Penerapan Pendekatan Behavioral-teknik Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa... PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA

Lebih terperinci

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 10, NO.2, OKTOBER 2015:

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 10, NO.2, OKTOBER 2015: JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA VOLUME 10, NO.2, OKTOBER 2015: 236 247 PENERAPAN METODE MODIFIKASI PERILAKU PEMBENTUKAN (SHAPING) UNTUK MEMBENTUK PERILAKU SOSIAL ANAK DENGAN KETIDAK-MAMPUAN INTELEKTUAL RINGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG

BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG 54 BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG A. Kekuatan dan Kelemahan dari Program Penanganan Anak ADD di MI Walisongo Semarang 1. Kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuttering 1. Definisi Stuttering Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV atau DSM IV (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa gangguan komunikasi.

Lebih terperinci

1. Pendahuluan MODUL PENANGANAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS GANGGUAN ATENSI BAGI GURU SEKOLAH DASAR

1. Pendahuluan MODUL PENANGANAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS GANGGUAN ATENSI BAGI GURU SEKOLAH DASAR Prosiding SNaPP 2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 MODUL PENANGANAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS GANGGUAN ATENSI BAGI GURU SEKOLAH DASAR 1 Milda Yanuvianti, 2 Endang Supraptiningsih, 3 Susandari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia merupakan perubahan yang bersifat progresif dan berlangsung secara berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap perkembangan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada gangguan perilaku anak. Namun dalam ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) dimana

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGASUHAN ANAK DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DISERTAI HIPERAKTIVITAS (GPPH)

PELATIHAN PENGASUHAN ANAK DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DISERTAI HIPERAKTIVITAS (GPPH) PELATIHAN PENGASUHAN ANAK DENGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DISERTAI HIPERAKTIVITAS (GPPH) TRAINING OF PARENTING A CHILD WITH ATTENTION DEFICIT HIPERACTIVITY DISORDER (ADHD) Mefisya Nuzullia Juke R.

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI MUHAMMADIYAH CEPORAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir gangguan atensi telah mendapatkan lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir gangguan atensi telah mendapatkan lebih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir gangguan atensi telah mendapatkan lebih banyak perhatian, baik di kalangan dunia kesehatan maupun masyarakat umum ( Saputro, 2005). Gangguan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB N 20 PONDOK II PARIAMAN

EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB N 20 PONDOK II PARIAMAN Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 340-349 EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF

Lebih terperinci

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari 06810249 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 TERAPI APPLIED BEHAVIOUR

Lebih terperinci

Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin

Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus Mohamad Sugiarmin Apakah tingkah laku itu? Secara umum sesuatu yang dikatakan atau dilakukan seseorang Contoh: Mata Asbun berwarna merah Asbun sering mengedipkan

Lebih terperinci

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

2016 PENGGUNAAN TEKNIK TEGURAN TERHADAP PERILAKU STEREOTYPE PADA PESERTA DIDIK TOTALLY BLIND DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Orang tunanetra merupakan seseorang yang kehilangan seluruh maupun sebagian dari fungsi penglihatannya, terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari ketunanetraan,

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id 5/9/2017

PENGERTIAN. Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id 5/9/2017 Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id PENGERTIAN Barkley (Rief, 2005) CHADD (Rief, 2005) Secara Umum Gangguan developmental dalam kontrol diri, termasuk di dalamnya permasalahan dalam hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatannya yaitu belajar. Hal ini dikarenakan belajar merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan haruslah berdasarkan kajian-kajian dan metode penelitian yang telah didesain sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian didasari oleh masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan Dalam menganalisis faktor penyebab remaja terkena narkoba di Desa Kandangsemangkon

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

Pendekatan pendidikan yang benar bagi anak tunarungu sangat berpengaruh pada pemenuhan kompetensi belajar mereka. Santrock (2004: 222) menambahkan

Pendekatan pendidikan yang benar bagi anak tunarungu sangat berpengaruh pada pemenuhan kompetensi belajar mereka. Santrock (2004: 222) menambahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wajib belajar 12 tahun merupakan salah satu program pemerintah di bidang pendidikan sehingga semua anak Indonesia wajib masuk sekolah baik itu siswa biasa maupun siswa

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Halaman : 149-159 Meningkatkan Ketahanan Duduk Anak Hiperaktif Melalui Media Mozaik Di Kelas II SLB Hikmah Miftahul Jannnah Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder

Lebih terperinci

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya Materi Penyuluhan Disajikan pada Penyuluhan Guru-guru SD Citepus 1-5 Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Dalam Program Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan PLB, FIP,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi merupakan suatu usaha seseorang untuk memusatkan perhatiannya terhadap apa yang dilakukan. Kosentrasi berguna bagi seseorang dalam menyelesaikan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasangan suami istri umumnya mengharapkan adanya anak dalam keluarga mereka. Mereka tentu menginginkan anak-anak untuk melengkapi kehidupan keluarga yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini: BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam) Dengan Terapi Behavior Untuk Menuntaskan Kemandirian Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik Untuk mengetahui proses

Lebih terperinci

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa Definisi Tunanetra (Pertuni, 2004) Orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total)

Lebih terperinci

RELAPS PADA SKIZOFRENIA SKRIPSI

RELAPS PADA SKIZOFRENIA SKRIPSI RELAPS PADA SKIZOFRENIA SKRIPSI Disusun oleh: RAHMA AMALIA S 05810165 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 RELAPS PADA SKIZOFRENIA SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Beragam problem terkait dengan motivasi berprestasi siswa di sekolah seringkali dihadapi guru. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan pekerjaan, namun jarang mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat di belahan dunia manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat manusia

Lebih terperinci

RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN (GPP)

RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN (GPP) RANCANGAN MODUL PENINGKATAN SELECTIVE ATTENTION PADA ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN (GPP) Uji Coba Modul Peningkatan Selective Attention Melalui Permainan Kumpulkan Bola Merah Pada Anak

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERILAKU SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SMP INKLUSI KOTA AMBON

PENYESUAIAN PERILAKU SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SMP INKLUSI KOTA AMBON PROSIDING INOVASI PGSD Volume 1 Edisi 1 November 2017 e-issn: 2599-0780 PENYESUAIAN PERILAKU SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SMP INKLUSI KOTA AMBON Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016 PROFIL SISWA AUTIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI FILIAL SLBN BEKASI JAYA Syarifah Komala Dewi 1) dkk dan Rahmita Nurul Muthmainnah 2) Universitas Muhammadiyah Jakarta 1) syarifahkomala@gmail.com 2)

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 758-769 EFEKTIFITAS TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM UPAYA MENGURANGI PRILAKU

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER-SHAFER

IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER-SHAFER IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER-SHAFER MENGGUNAKAN PHP DENGAN PENERAPAN UNTUK DIAGNOSA DINI JENIS GANGGUAN ATTENTION-DEFICIT/HYPERACTIVITY DISODER (ADHD) PADA ANAK Tia Puji Susanti, Soewarto Hardhienata¹

Lebih terperinci

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Batasan Pedologi Bidang Terapan Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Pedologi Psikologi abnormal atau sering juga

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT

BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT BAB III PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM MENGATASI PERILAKU TERLAMBAT A. GAMBARAN SISWA Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMAN 1 Kibin yang dilakukan pada tanggal 25 januari 2016 diperoleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER.

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. ANAK ADHD PERSISTILAHAN 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY DISORDER. 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. 3. MINIMAL BRAIN DISORDER=KETIDAKBERESAN DIOTAK KECIL. 4. MINIMAL BRAIN DEMAGE =KERUSAKAN

Lebih terperinci

Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk Meningkatkan Kontak Mata pada Anak dengan Gangguan Autis: Sebuah Laporan Kasus

Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk Meningkatkan Kontak Mata pada Anak dengan Gangguan Autis: Sebuah Laporan Kasus Penerapan Metode ABA (Applied Behavior Analysis) untuk Meningkatkan Kontak Mata pada Anak dengan Gangguan Autis: Sebuah Laporan Kasus Rizki Resmisari Universitas Muhammadiyah Malang rizki.resmisari@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan spektrum autis adalah gangguan perkembangan komplek disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American Psychiatric Association,

Lebih terperinci

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda.

Saya berharap bahwa dengan Paket CD ini anda mendapatkan sesuatu yang mudah dalem meningkatkan kecerdasan anda. Paket CD Brain Booster-Kecerdasan, Konsentrasi, Daya Ingat dan Kreativitas ini adalah Produk Best Seller, anda dapat memilih audio sesuai dengan kebutuhan anda dalam meningkatkan kemampuan otak. Ada 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini telah berkembang dengan pesat, oleh karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di perusahaan,

Lebih terperinci

PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SANTI E. PURNAMASARI

PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SANTI E. PURNAMASARI PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK SANTI E. PURNAMASARI Fak. Psikologi UMBY Tujuan Agar tenaga kesehatan dapat ; a. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan risiko terjadinya kelainan

Lebih terperinci

Rizki Lestari F

Rizki Lestari F HUBUNGAN ANTARA PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SMA NEGERI 7 PONTIANAK Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015 LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERSTRUKTUR PADA PENGASUH UTAMA ANAK ADHD TERHADAP PENURUNAN DERAJAT KEPARAHAN ADHD DI UNIT RAWAT JALAN PSIKIATRI ANAK RSUD dr SOETOMO SURABAYA Oleh: Saiful

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi DEFINISI ADHD Ialah : anak yang memiliki kesulitan memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada tugas yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

CLINICAL CHILD PSYCHOLOGY ISU UNIK PADA PSIKOLOGI KLINIS ANAK

CLINICAL CHILD PSYCHOLOGY ISU UNIK PADA PSIKOLOGI KLINIS ANAK CLINICAL CHILD PSYCHOLOGY ISU UNIK PADA PSIKOLOGI KLINIS ANAK Psikologi Klinis berpijak pada jalur akademik dan praktik. Klinik pertama yang didirikan witmer adalah untuk membantu anak-anak yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK ABK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 Fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci