DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
|
|
- Ida Devi Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEDOMAN TEKNIK PEDOMAN PENANGGULANGAN KOROSI KOMPONEN BAJA JEMBATAN DENGAN CARA PENGECATAN No. 028/T/BM/1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh PT. Mediatama Saptakarya ( PT. Medisa ) YAYASAN BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM
2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA ALAMAT : JALAN PATTIMURA NO. 20 TELP FAX KEBAYORAN BARU - JAKARTA SELATAN KODE POS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA NOMOR : 76/KPTS/Db/1999 TENTANG PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, diperlukan pedoman-pedoman teknik bidang jalan; b. bahwa pedoman teknik yang termaktub dalam Lampiran Keputusan ini telah disusun berdasarkan konsensus pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan umum serta memperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh manfaat sebesarbesarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga; c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga. Mengingat 1. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen; 3. Keputusan Presidcn Nomor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Bina Marga; 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum; 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 111/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia Kerja serta Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umum; 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1995 tentang Pembentukan Panitia Kerja Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/ Permukiman; Membaca Surat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nomor UM Bt.2005/768 tanggal 20 Desember 1999 tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan. Memutuskan.../2.
3 MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA TENTANG PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Kesatu : Mengesahkan lima belas Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ketetapan ini. Kedua : Pedoman Tenik tersebut pada diktum kesatu berlaku bagi unsur aparatur pemerintah bidang kebinamargaan dan dapat digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang konstruksi. Keempat : Menugaskan kepada Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga untuk: a. menyebarluaskan Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga; b. memberikan bimbingan Teknik kepada unsur pemerintah dan unsur masyarakat yang bergerak dalam bidang kebinamargaan; c. menghimpun masukan sebagai akibat dari penerapan Pedoman Teknik ini untuk peyempurnaannya di kemudian hari. Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa, jika terdapat kesalahan dalam penetapan ini, segala sesuatunya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. 'I'embusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan PU, selaku Ketua Panitia Tetap Standardisasi. 2. Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan. 3. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, selaku Sekretaris Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan.
4 Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 76 /KPTS/Db/1999 Tanggal : 21 Desember 1999 PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Nomor Urut JUDUL PEDOMAN TEKNIK NOMOR P'EDOMAN TEKNIK (1) (2) (3) 1 Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal Dingin untuk 023/T/BM/I999 Pemeliharaan 2 Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis Kationik 024/T/BM/ Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan 025/T/BM/1999 Pendekatan Kepadatan Mutlak 4 Pedoman Perencanaan Bubur Aspal Emulsi (Slurry seal) 026/T/BM/ Jembatan untuk Lalu Lintas Ringan dengan Gelagar Baja Tipe Kabel, Tipe Simetris, Bentang, 125 meter (Buku 2) 027/T/BM/ Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pcngecatan 028/T/BM/1999_ 7 Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas 029/T/BM/1999 Tanah Lembek dan Tanah Gambut 8 Tata Cara Pencatatan Data Kecelakaan Lalu Lintas (Sistem 030/T/BM/1999 3L) 9 Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan 031/T/BM/ Pedoman Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki pada Jalan Umum 032/T/BM/ Persyaratan Aksebilitas pada Jalan Umum 033/T/BM/ Pedoman Pemilihan Berbagai Jenis Tanaman untuk Jalan 034/T/BM/ Pedoman Penataan Tanaman untuk Jalan 0/T/BM/ Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Perendam Bising 036/T/BM/ Tata cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan 037/T/BM/1999
5 DAFTAR ISI Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DAFTAR ISI Halaman i BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian 1 BABII KETENTUAN-KETENTUAN Ketentuan Umum Cat Bahan Pelarut Komponen Baja Jembatan Teknik Cat Komposisi Cat Umur Proteksi Cat 7 BAB III PENENTUAN JENIS DAN TEBAL CAT Komponen Baja Jembatan Lingkungan Pantai tanpa Polusi Lingkungan Pantai dengan Polusi Lingkungan Pedalaman tanpa Polusi Lingkungan Pedalaman dengan Polusi 10 BAB IV PERSIAPAN PERMUKAAN BENDA UJI Peralatan Cara Kerja Membersihkan Kotoran 11 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 i
6 4.2.2 Membersihkan Oil dan Gemuk Membersihkan Karat menurut Persiapan 11 Permukaan St 2, Membersihkan Karat menurut Persiapan 12 Permukaan St 3 BAB V PELAKSANAAN PENGECATAN Peralataun Cara Kerja 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B DAFTAR ISTILAH LAIN-LAIN LAMPIRAN B-1 PENGUKURAN TEBAL LAPIS CAT BASAH DENGAN ALAT WET FILM THICKNESS GAUGE LAMPIRAN B-2 PENGUKURAN TEBAL LAPIS CAT KERING DENGAN ALAT EKOMETER LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 ii
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Pedoman Penangulangan Korosi komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan dimaksudkan sebagai pegangan dan petunjuk bagi para perencana dan pelaksana pengecatan jembatan. Tujuannya adalah untuk melindungi komponen baja jembatan terhadap korosi dengan lapisan cat yang mempunyai sifat kimia dan sifat fisik yang baik. 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini mencakup spesifikasi dan cara pengecatan komponen baja jembatan dalam lingkungin atmosfir tetapi tidak termasuk komponen baja jembatan yang digalvanis dengan cara terendam panas. 1.3 Pengertian 1) Komponen Baja Jembatan adalah bagian dari bangunan atas dan bangunan bawah jembatan yang menggunakan bahan baja. 2) Korosi adalah proses kerusakan permukaan logam secara kimiawi akibat pengaruh lingkungan. 3) Lingkungan Atmosfir adalah lingkungan pada udara terbuka. 4) Pantai tanpa Polusi adalah pantai sampai jarak 3 km dari tepi laut dimana tidak terdapat polusi hasil-hasil pabrik. 5) Pantai dengan Polusi adalah pantai sampai jarak 3 km dari tepi laut dimana tcrdapat polusi hasil-hasil pabrik. 6) Pedalaman tanpa Polusi adalah daerah yang meliputi lokasi yang Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 1
8 berjarak lebih dari 3 km dari pantai dimana tidak terdapat polusi hasilhasil pabrik. 7) Pedalaman dengan Polusi adalah daerah yang meliputi lokasi yang berjarak lebih dari 3 km dari pantai dimana terdapat polusi hasil-hasil pabrik. 8) Umur Proteksi Cat adalah jangka waktu antara selesainya pelaksanaan pengecatan sampai keharusan dilakukan pengecatan berikumya. 9) Bahan Pengikat adalah bahan yang berfungsi mengikat dan melekatkan pigmen pada permukaan komponen baja jeinbatan yang akan dilindungi. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 2
9 2.1 Ketentuan Umum Cat BAB II KETENTUAN - KETENTUAN Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah dilapiskan pada permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu pengeringan yang tertentu, dan tahan terhadap pengaruh sifat kimia, fisik dan cuaca. Berdasarkan fungsinya lapisan cat umumnya terdiri atas: 1) Cat dasar, yang menjamin pelekatan yang haik untuk lapisan yang berikutnya. 2) Cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat dasar dengan lapisan cat akhir. 3) Cat akhir, yang merupakan lapisan permukaan akhir yang halus, licin, mudah dibersihkan, dan tahan terhadap serangan zat-zat kimia Bahan Pelarut Bahan pelarut adalah bahan untuk mengencerkan cat agar memiliki kekentalan yang dikehendaki, dan biasanya terdiri atas zat organik seperti: terpentin, hidrokarhon, keton dan ester Komponen Baja Jembatan Permukaan struktur baja jembatan harus bersih dan bebas dari lemak, debu, produk korosi, residu garam, dan sebagainya. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 3
10 2.2 Teknik Cat Jenis cat yang umum dipakai untuk pengecatan komponen baja jembatan dapat diklasifikasikan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Jenis Cat No. Klasifikasi Cat Karakteristik dan Unsur-unsur Pokok Organic zinc-rich Anorganic zinc-rich One-pack chemical resistant Two-pack chemical resistant Coaltar epoxy resistant Zinc dan organik binder Zinc dan silikat binder Chlorinated nibber, vinyl Epoxy, polyurethane, resin Epoxy Komposisi Cat Tabel 2. Komposisi Cat No. Klasifikasi Jenis Cat Fungsi Bahan Pengikat Jenis Pigmen Volume Bahan Padat Nominal (%) Rata-rata Pigmen dalam Total Pigmen (% berat minimum) Tebal Lapisan Kering ( m/lapis) (minimum yang dianjurkan) Organic Cat Dasar Two pack Serbuk seng zinc-rich epoxy 2. Inorganic Alkali silikat Serbuk seng zinc-rich Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 4
11 One pack Cat dasar Chlorinated Seng fosfat chemical rubber Seng chromat resistan Serbuk seng 95 (BS 4652 Type 1) Serbuk seng (BS 4652 Type 2) 95 Methalik lead Vinyl Seng fosfat chlorida Seng chromat Serbuk seng 95 Serbuk seng 95 I Cat antara Chlorinated Rubber Vinyl chlorida/ asetat Titanium Oksida Micaceous besi oksida Titanium Oksida Micaceous Besi oksida 80 Cat akhir Chlorinated Titanium rubber oksida Kabon black Besi oksida Vinyl Titanium chlorida/ dioksida Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 5
12 Karbon black Besi oksida Aluminium Two pack chemical resistance Cat dasar Two-pack epoxy Seng fosfat Serbuk seng 95 Serbuk 50 seng/seng oksida Metalik lead Cat antara Two-pack epoxy Titanium dioksida (warna putih) Best oksida Two-pack poly urethane Titanium oksida 45 Mecaceous iron oxide Cat Two-pack Titanium akhir epoxy dioksida 90 (warna putih) Cat Two-pack Pigmen akhir epoxy warna & Karbon hitam Besi oksida Alumunium Two-pack poly urethane Titanium dioksida (warna Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 6
13 Pigmen warma tanpa Kimia dan karbon Two-pack Besi oksida poly Cat akhir Two-pack epoxy Silikat atau Modifikasi epoxy coaltar Besi oksida Umur Proteksi Cat Umur proteksi cat dapat dilihat Dada Tabel 3 sebagal berikut: Tabel 3. Kategori dan Umur Proteksi Cat No. Kategori Umur Proteksi Umur Proteksi Cat (tahun) Proteksi jangka pendek Proteksi jangka sedang Proteksi jangka panjang Proteksi jangka sangat panjang < > 10 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 7
14 BAB III PENENTUAN JENIS DAN TEBAL CAT Komponen Baja Jembatan Kriteria penentuan jenis dan tebal cat untuk komponen baja jembatan tergantung pada kondisi lingkungan dan umur proteksi cat. 3.2 Lingkungan Pantai tanpa Polusi Kriteria sistim pengecatan dalam Lingkungan Pantai tanpa Polusi umur proteksi 5 tahun dari 10 tahun, lihat Tabel 3.1. Tabel 3.1 Umur Proteksi, Jenis, dan Tebal Cat untuk Lingkungan Pantai tanpa Polusi Jenis Cat Tebal Cat Dasar Antara Akhir Total Umur Proteksi Cat (tahun) Organic zinc-rich atau Inorganic zinc rich One-pack chemical Resistance Lingkungan Pantai dengan Polusi Sistim pengecatan dalaun Lingkungun Pantai dengan Polusi untuk umur proteksi 5 tahun dan 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut: Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 8
15 Tabel 3.2 Umur Proteksi, Jenis, dan Tebal Cat untuk Lingkungan Pantai dengan Polusi Jenis cat Tebal Cat (µm) Dasar Antara Akhir Total Umur Proteksi Cat (tahun) Organic zinc-rich atau Inorganic zinc rich One-pack chemical resistance Two-pack chemical resistance Lingkungan Pedalaman tanpa Polusi Sistim pengecatan dalam Lingkungan Pedalaman tanpa Polusi untuk umur proteksi 5 tahun dan 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Umur Proteksi, Jenis, dan Tebal Cat untuk Lingkungan Pedalaman tanpa Polusi Tebal Cat (µm) Jenis Cat Dasar Antara Akhir Total Umur Proteksi Cat (tahun) Organic zinc-rich atau Inorganic zinc rich 10 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 9
16 One-pack chemical resistance Lingkungan Pedalaman dengan Polusi Sistim pengecatan dalam Lingkungan Pedalaman dengan Polusi untuk umur proteksi 5 tahun dan 10 tahun dapat di lihat pada Tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Umur Proteksi, Jenis, dan Tebal Cat untuk Lingkungan Pedalainan dengan Polusi Jenis Cat Tebal Cat (µm) Dasar Antara Akhir Total Umur Proteksi Cat (tahun) Organic zinc-rich atau Inorganic zinc rich One-pack chemical resistmice l Two-Pack chemical resistance Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
17 BAB IV PERSIAPAN PERMUKAAN BENDA UJI Persiapan permukaan komponen baja masing-masing sistim pengecatan umur 5 tahun dan 10 tahun dilaksanakan sebagai berikut: 4.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk persiapan permukaan terdiri atas:alat kerok, alat pengelupas, mesin pengelupas, sikat kawat, mesin penggosok, gurinda, penghisap debu, kompresor, kuas, semprotan air, dan peralatan sand blasting. 4.2 Cara Kerja Membersihkan Kotoran Kotoran berupa tanah, debu, dan kotoran lainnva dihilangkan dengan disikat atau dikerok atau disemprot air sampai bersih Membersihkan Oli dan Gemuk Oli dan gemuk dihilangkan dengan cara menggosoknya dengan kain atau kuas yang dicelupkan ke dalam larutan xylol, thiner, bensin, dan lain-lain Membersihkan Karat menurut Persiapan Permukaan Sa 2,5 Karat dan kotoran lainnya dihilangkan dengan cara dipukul, dikerok, disikat, digurinda, dan dilanjutkan dengan semprotan pasir yang biasanya menggunakan pasir silika atau pasir besi yang disemprotkan pada permukaan logam yang akan dibersihkan dengan menggunakan Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
18 udara bertekanan, kemudian permukaan baja dibersihkan dengan penyedot debu dan ditiup dengan kompresor atau disikat dengan kuas bersih. Permukaan komponen baja dibersihkan sampai mencapai warna kertas standar Sa 2, Membersihkan Karat menurut Persiapan Permukaan St 3 Karat dan kotoran lainnya dihilangkan dengan cara dipukul, dikerok, disikat, digurinda, dan permukaan baja dibersihkan dengan vacum cleaner dan ditiup dengan kompresor/disikat dengan kuas bersih. Permukaan komponen baja dibersihkan sampai kelihatan sesuai warna kertas standar St 3 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
19 BAB V PELAKSANAAN PENGECATAN Berikut ini tahapan yang harus dilakukan untuk pengerjaan di lapangan. Pengecatan komponen baja masing-masing sistim pengecatan umur 5 tahun dan 10 tahun. 5.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pengecatan terdiri atas: semprotan vacum (tanpa udara), semprotan udara, kompressor, kwas, alat pengukur ketebalan cat, alat pengukur ketebalan basah, alat pengukur ketebalan kering, dan keselamatan kerja seperti sabuk pengaman dan helm. 5.2 Cara Kerja 1) Sebelum dilakukan pengecatan, benda uji harus betul-betul sudah bersih dari kotoran maupun karat. Waktu antara penyelesaian persiapan permukaan dan pengecatan dasar tidak boleh lebih dari 3 jam. 2) Pengecatan dasar dilakukan dengan menggunakan mesin penyemprot besar. 3) Sebelum digunakan, bahan cat yang terdiri atas 2 komponen diaduk secara terpisah sebelum dicampur dengan perbandingan yang ditentukan oleh pabrik pembuat dan diawasi oleh seorang pengawas. 4) Pengencer dapat ditambahkan seperti yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat. 5) Pada permukaan baja yang sudah bersih, pengecatan dasar dilakukan dengan cara cat disemprotkan dengan semprotan cat yang dihubungkan dengan kompressor. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
20 6) Ukur ketebalan lapisan cat basah dengan alat pengukur ketebalan cat hasah (Wet Film Thickness Gauge) dan tunggu sampai lapisan cat menjadi kering. 7) Ukur ketebalan lapisan cat kering dengan alat ketebalan cat kering (Elkometer). 8) Lapisan antara dan lapisan akhir dilaksanakan dengan menggunakan penyemprot mesin dan kwas minimum 24 jam dan maksimum 72 jam setelah lapisan dasar kering. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
21 LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH solvent = pelarut binder = pengiikat vacum cleaner = penghisap debu sand blasting = semprotan pasir chipping = mengelupas brushing = menyikat St 3 = tingkat kebersihan permukaan logam secara manual Sa 2,3 = tingkat kebersihan permukaan logan secara semprotan pasir Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
22 LAMPIRAN B: LAIN -LAIN LAMPIRAN B-1 PENGUKURAN TEBAL LAPIS CAT BASAH DENGAN ALAT WET FILM THICKNESS GAUGE B.1 TEBAL LAPIS CAT BASAH B.1.1 Metode Pengukuran a. Pengecatan dengan kuas/dengan menyemprotkan cat ke permukaan logam yang rusak (cat lapis pertama). b. Kemudian ukur ketebalan lapis cat tersebut dengun alas Wet Film Thickness Gauge. c. Lakukan kembali pengecatan dengan kuas/dengan menyemprotkan cat di atas cat lapis pertama (cat lapis kedua). d. Ukur ketebalan cat lapis kedua dengan alat yang lama seperti di atas. e. Ulangi kegiatan tersebut hingga diperoleh ketebalan yang diinginkan sesuai ketentuan pada Bab III, Contoh Perhitungan, dan Gambar 1 Pengukuran Tebal Lapis Cat Basah. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
23 Gambar 1 Alat Pengukur Tebal Cat Basah (Wet Film Thickness Gauge) Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
24 B.1.2 CONTOH PERHITUNGAN 0B Tebal Basah = A B = Volume cat dalam liter A = Luas permukaan tertutup cat dalam m 2 Contoh Perhitungan: - Misalnya pemakaian cat = 500 gram/m 2 - Berat Volume Cat = 1,5 gram/cm3 - Volume dalam liter = 500 0,333liter 1,5 - Tebal Basah = 0xB A 0x0, m 1 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
25 LAMPIRAN B-2 PENGUKURAN TEBAL LAPIS CAT KERING DENGAN ALAT ELKOMETER B.2 TEBAL LAPIS CAT KERING B.2.1 Metode Pengukuran a. Cat dengan kuas/semprotkan cat permukaan logam yang berukuran tertentu (cat lapis pertama). b. Setelah kering, ukur tebal lapis cat tersebut dengan alat elkometer. c. Cat dengan kuas/semprotkan kembali cat di atas cat lapis pertama (cat lapis kedua). d. Ukur ketebalan cat lapis kedua denlan alat yang sama seperti di atas. e. Ulangi kegiatan tersebut hingga diperoleh ketebalan yang diinginkan sesuai ketentuan pada Bab III, Contoh Perhitungan, dan Gambar 2 Pengukuran Tebal Lapis Cat Kering. Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
26 Gambar 2 Alat Pengukuran Cat Kering (Elkometer) Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
27 B.2.2 CONTOH PERHITUNGAN Keterangan : 10BxC Tebal Kering = A B = Volume cat dalam liter A = Luas permukaan tertutup cat dalam m 2 Contoh Perhitungan: - Misalnya pemakaian cat = 500 gram/m 2 - Berat Volume Cat = 1,5 gram/cm3 - Total Solid = 60% - Volume dalam liter = 500 0,333liter 1,5 - Tebal Basah = 10BxC A 10x0,333x m 1 Pedoman Teknik No. 028/T/BM/
28 DAFTAR PUSTAKA Directorate General of HIighway, General, Spesification, Section 5.7. Paintings. Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan dan Petunjuk Perencanaan Pengecatan Untuk Jembatan, Irman Nurdin, Teknologi Penanggulangan Korosi Tiang Pancang, Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999
29 LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA 1) Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan PU. Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga 2) Penyusun : 4). Kelompok Kerja Bidang Konstruksi Jembatan & Bangunan Pelengkap Dra. Lien Suharlinah Pusat LitbangJalan Jalan (SK Ketua Panja No.: 13/KPTS/Bt/1999) Ir. Redrik 1rawan Pusat LitbangJalan Ketua: DR. It. Mustazir Noesir, MM Ditjen Bina Marga 3) Tim Pembahas : Wakil Ketua: DR. Ir. Mustazir Noesir, MM Ditjen Bina Marga Ir. Wawan Witamawan, hl.sc, ME Pusat LitbangJalan Ir. Irwan Zarkasi, M.EngSc Ditjen Bina Marga Anggota: Ir. Lany Hidayat Ditjen Bina Marga Ir. Irwan Zarkasi, M.EngSc Ditjen Bina Marga Ir. Hery Vaza, MLEngSc Ditjen Bina Marga Ir. Lany Hidayat Ditjen Bina Marga Ir. Tri Djoko Waluyo, M.EngSc Ditjen Bina Marga Ir. Hery Vaza, M.EngSc Ditjen Bina Marga Ir. Joko Sulistyono, M.Sc Ditjen Bina Marga Ir. Tri Djoko Waluyo, M.EngSc Ditjen Bina hiarga Ir. Wawan Witarnawan, M.Sc, ME Pusat Litbang Jalan Ir. Joko Sulistyono, M.Sc Ditjen Bina Map Ir. Jujun J. Pusat Litbang Jalan Ir. Wawan Witarnawan, M.Sc, ME Pusat Litbang Jalan Ir. Sjamsudin H Pusat Litbang Jalan Ir. Lanneke Trsitanto Pusat Litbang Jalan Ir. Redrik Irawan Pusat Litbang Jalan Ir. Sjamsudin H Pusat Litbang Jalan Dra. Lien Suharlinah Pusat Litbang Jalan Ir. Nandang Syamsudin Pusat Litbang Jalan Ir. Lanneke Trsitanto Pusat Litbang Jalan Ir. Rustaman, MSc Pusat Litbang Jalan Ir. Rahadi Sukirman Pusat Litbang Jalan Ir. KGS. Axchmad Pusat Litbang Jalan Ir. Joko Purnomo Pusat Litbang Jalan Ir. Lasino Pusat Litbang Permukiman Ir. Felisa Simarmata Pusat Litbang Permukiman DR.Ir. Hanafiah Perguruan Tinggi Ir. Swardirjus Perguruan Tinggi Ir. Rudi Suherman Perguruan Tinggi
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS SEKSI 10.1
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2013 SPESIFIKASI KHUSUS SEKSI 10.1 PEKERJAAN LAPIS ULANG LAPISAN PELINDUNG ELEMEN BAJA PADA JEMBATAN BAJA TIDAK BERGALVANIS
Lebih terperinciTata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung
Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciTata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung
Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 87.020; 91.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1
Lebih terperinciBAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON
BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PEDOMAN TEKNIK PEDOMAN PERENCANAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA JALAN UMUM No.032/T/BM/1999 Lampiran No. 10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DEPARTEMEN PEKERJAAN
Lebih terperinciPROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT
PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan
Lebih terperinciBAB XIII PENGECATAN A.
BAB XIII PENGECATAN A. Pekerjaan Pengecatan Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Galvanisasi Sistem Panas Hot dip galvanizing Manual ini disusun untuk membantu dan memahami proses Hot Dip Galvanizing ( HDG) dan desain untuk komponen - komponen yang akan
Lebih terperinciSNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala
Lebih terperinciCara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat
Standar Nasional Indonesia Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PEDOMAN TEKNIK PEDOMAN PERENCANAAN CAMPURAN BERASPAL DENGAN PENDEKATAN KEPADATAN MUTLAK No. 025/T/BM/1999 Lampiran No. 3 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang
III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode-metode dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode pengujian langsung lapangan dengan Static Loading Test pada pelat jembatan dan
Lebih terperinciLakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint
Lakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint Langkah-langkah Pengaplikasian Peredam Suara Mobil Acourete Paint Kebisingan yang terdengar di dalam kabin kendaraan dapat disebabkan oleh dua
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain furnitur yang berkualitas mengandung kompleksitas nilai, ketrampilan teknik, muatan filosofi maupun metodologi. Pertimbangan perencanaan desain lampu hias
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PEDOMAN TEKNIK TATA CARA PELAKSANAAN PONDASI CERUCUT KAYU DI ATAS TANAH LEMBEK DAN TANAH GAMBUT No. 029/T/BM/1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember
Lebih terperinciLAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT
LAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT Kebisingan yang terdengar di dalam kabin kendaraan dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah kebisingan dari luar kendaraan yang masuk ke
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciKepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT?
PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT? JAWAB (J-01) : RUST COMBAT bekerja melalui khelasi (chelating) secara selektif. Yaitu proses di mana molekul sintetik yang
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 03 UPR.03.1 PEMELIHARAAN RUTIN BANGUNAN ATAS JEMBATAN AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA
Lebih terperinciCara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air
Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung
Lebih terperinciSpesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi material baja unit instalasi pengolahan air ICS 91.140.60; 77.140.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan. iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciTUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT
TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT Oleh Baskoro Adisatryanto NRP. 2102 100 047 Dosen Pembimbing Dr. Ir. H.C.
Lebih terperinciRSNI3 Rancangan Standar Nasional Indonesia
RSNI3 Rancangan Standar Nasional Indonesia SNI 03-2407-1991 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS Badan Standarisasi Nasional BSN Daftar Isi Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung...
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIK TATA CARA PENENTUAN LOKASI TEMPAT ISTIRAHAT DI JALAN BEBAS HAMBATAN
PEDOMAN TEKNIK TATA CARA PENENTUAN LOKASI TEMPAT ISTIRAHAT DI JALAN BEBAS HAMBATAN No. 037/T/BM/1999 Lampiran No. 15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999
Lebih terperinciTATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN
TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
Lebih terperinciPENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko
1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang
Lebih terperinciRSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN
DAFTAR ISI 01. PENGECATAN SECARA UMUM 77 02. PENGECATAN LANGIT-LANGIT GYPSUM. 80 03. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING BETON EXPOSE. 81 04. PENGECATAN DINDING.. 82 05. PENGECATAN BESI. 84 06. PEKERJAAN
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinciPEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...
Lebih terperinciOXYFLOOR Epoxy Floor Coating
PT. PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL OXYFLOOR Epoxy Floor Coating AGUSTUS 2011 VOLUME 8 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi epoxy dan amine. Epoxy mempunyai keunggulan
Lebih terperinci3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim
3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan bahan dengan tujuan untuk memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective)
Lebih terperinciMACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA
MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA Brian Christopher Sutandyo 1, Evan Sutantu Putra 2, Sudjarwo 3, Januar 4 ABSTRAK : Cat lantai Epoxy dan Polyurethane merupakan
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN & TENAGA AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lebih terperinciSpesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air
Standar Nasional Indonesia ICS 91.140.60 Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan.iii 1 Ruang lingkup..
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
SNI 06-4170-1996 SNI Standar Nasional Indonesia SPESIFIKASI KALIUM KHOLRIDA UNTUK MEMPERCEPAT PENGERASAN BETON ICS Badan Standar Nasional BSN DAFTAR ISI Daftar isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1
Lebih terperinciSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,
Lebih terperinciPERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING
PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Agar pelaksanaan penelitian lebih mudah dan sistematis, maka dibuat diagram alir penelitian serta prosedur penelitian. Dengan begitu, percobaan akan lebih terarah. 3.1. DIAGRAM
Lebih terperinciSILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) : STM 337 (1 SKS TEORI + 2 SKS PRAKTIK)
SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) MATAKULIAH KODE MATAKULIA SEMESTER PROGRAM STUDI DOSEN PENGAMPU : TEKNIK PELAPISAN : STM 337 (1 SKS TEORI + 2 SKS PRAKTIK) : GANJIL : PEND.TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciPemakaian Pelumas. Rekomendasi penggunaan pelumas hingga kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga
Pemakaian Pelumas Rekomendasi penggunaan pelumas hingga 2.500 kilometer. Peningkatan rekomendasi pemakaian pelumas hingga 15 ribu kilometer. Pelumas : campuran base oil (bahan dasar pelumas) p ( p ) dan
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik - Jurusan Teknik
Lebih terperinciMODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K
MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan
Lebih terperinci1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)
PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M) JF Soandrijanie L 1 dan Andri Kurniawan 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGECORAN LOGAM
BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand
Lebih terperinciCara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas
Standar Nasional Indonesia Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...
Lebih terperinciPapan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI
Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciSTUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER
STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat
Lebih terperinciCara uji kadar air total agregat dengan pengeringan
Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciCara uji penetrasi aspal
SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciSPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)
SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,
Lebih terperinciDECORATIVE PAINT PT. MEKAR PERDANA
Technical Data Sheet DECORATIVE PAINT SKEMA FUNGSI CAT DECORATIVE NO ELBRUSPAINTS BRANDS STANDAR PENERAPAN BAHAN RESIN APLIKASI STANDARD FINISHING JENIS ROLL FUNGSI 1 Dantech Interior Vinyl Acrylic ElbrusAlkali
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG
PENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG Oleh : Wira Prasetio Bangun Dosen Pembimbing : I Made Widyarta, ST., M.Eng Sc.,PhD. : Dr.I Made
Lebih terperinciBATU ABU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN TEGEL
BATU ABU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PEMBUATAN TEGEL A.P. Sudarno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Telp. 0271 634524 Abstract The purpose of
Lebih terperinciBaja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)
Standar Nasional Indonesia Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciSemen portland campur
Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paving block merupakan salah satu bahan bangunan yang dimanfaatkan sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari bahan campuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup
Lebih terperinciPEDOMAN PERENCANAAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY SEAL)
PEDOMAN TEKNIK PEDOMAN PERENCANAAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY SEAL) No. 026/T/BM/1999 Lampiran No. 4 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DEPARTEMEN PEKERJAAN
Lebih terperinciSandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting
Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA 2008 SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.7 PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN DENGAN BUBUR ASPAL EMULSI (SLURRY) DIMODIFIKASI LATEX
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.
PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciSPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN
SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN
Lebih terperinciISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara
ISOLATOR Pada sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, perlu digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran. Pada saluran transmisi dan distribusi,
Lebih terperinciInternational Quality Waterproofing
International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi
Lebih terperinciKata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.
Lebih terperinciMetode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural
SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya
Lebih terperinciBAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan
Lebih terperinciFAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):
FAQ Pengisi Nat (Tile Grout): Q: Apa kelebihan pengisi nat AM dengan pengisi nat semen konvensional? A: Kelebihan pengisi nat AM dibandingkan dengan pengisi nat semen konvensional adalah mengandung bahan
Lebih terperinciAkhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN
PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR.02.7 PEMELIHARAAN RUTIN PERLENGKAPAN JALAN AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU Reni O. Tarru 1, Yusri
Lebih terperinciTEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK
TUGAS SANITASI MASYARAKAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK Disusun Oleh : KELOMPOK Andre Barudi Hasbi Pradana Sahid Akbar Adi Gadang Giolding Hotma L L2J008005 L2J008014 L2J008053 L2J008078
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG
BAB II LATAR BELAKANG 2.1 Industri cat di Jakarta Perkembangan industri cat di Indonesia pada umumnya dan di Jakarta pada khususnya mengalami perubahan yang cukup dinamis. Permintaan untuk produk cat dan
Lebih terperinciMekatronika Modul 11 Pneumatik (1)
Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan
Lebih terperinciBAB III DASAR PERENCANAAN. Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini. Dan data pembebanan dapat dilihat pada lampiran.
BAB III DASAR PERENCANAAN 3.1 Data-data Fisik dan Pembebanan Untuk data-data pembebanan pada struktur atas jembatan layang Jl. RE Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini.
Lebih terperinciCara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan
Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan
Lebih terperinciWD (06/16)
WD 1 59674110 (06/16) Daftar Isi Petunjuk umum ID 5 Petunjuk Keamanan ID 5 Penjelasan tentang perangkat ID 7 Layanan ID 8 Pemeliharaan dan perawatan ID 9 Pemecahan Masalah ID 9 Data Teknis ID 9 Pelanggan
Lebih terperinci