BAB 7 TRANSFER GAS. Dalam pengolahan air dan air limbah, sering dijumpai mekanisme absorpsi dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 7 TRANSFER GAS. Dalam pengolahan air dan air limbah, sering dijumpai mekanisme absorpsi dan"

Transkripsi

1 BAB 7 TRANSFER GAS 7.1. Pendahuluan Dalam pengolahan air dan air limbah, sering dijumpai mekanisme absorpsi dan desorpsi gas, yang selanjutnya disebut transfer gas. Transfer gas didefinisikan sebagai perpindahan gas dari fase gas ke fase cair atau sebaiknya. Transfer gas melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air yang menyebabkan berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya suatu senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas (lepas ke udara). Gas-gas yang menjadi perhatian pada bidang pengolahan air adalah oksigen, karbondioksida, metana, hidrogen sulfida, ammonia, dan klor. Tujuan transfer gas dalam pengolahan air adalah: (1) untuk mengurangi konsentrasi bahan penyebab rasa dan bau, seperti hidrogen sulfida dan beberapa senyawa organik, dengan jalan penguapan atau oksidasi (2) untuk mengoksidasi besi dan mangan (3) untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti penambahan oksigen ke dalam air tanah dan penambahan karbondioksida setelah pelunakan air) (4) untuk menyisihkan senyawa yang mungkin dapat meningkatkan biaya pengolahan (misal: adanya hidrogen sulfida akan meningkatkan kebutuhan klor pada proses diklorinasi; adanya karbondioksida akan meningkatkan kebutuhan kapur pada proses pelunakan, dan sebagainya). 128

2 7.2. Teori Perpindahan massa zat dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya (absorpsi desorpsi), terjadi bila ada kontak antar permukaan cairan dengan gas atau udara. Mekanisme ini terjadi secara difusi. Gaya penggerak perpindahan massa dari udara ke dalam air atau sebaliknya dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat dalam larutan dan kelarutan gas pada kondisi tertentu. Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan gas dalam air adalah: suhu air, tekanan parsial gas dalam fase gas, konsentrasi padatan terlarut dalam fase air dan komposisi kimia gas. Kelarutan gas, tidak seperti kelarutan zat padat dalam air, menurun seiring dengan kenaikan suhu. Pada tekanan parsial sampai 1 atm, konsentrasi keseimbangan gas dalam larutan pada suatu suhu tertentu sebanding dengan tekanan parsial gas dalam air, sesuai dengan hukum Henry: C s = H. P (7.1) Dimana : C s = konsentrasi jenuh atau keseimbangan gas dalam larutan, mg/l P = Tekanan parsial phase gas dalam air, atm H = koefisien kelarutan Henry. Hukum Henry banyak digunakan pada gas-gas yang sering dijumpai dalam teknik pengolahan air dan air limbah seperti oksigen, metana, karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Bila permukaan air dipaparkan dengan udara atau gas dan belum terjadi kesetimbangan sebelumnya, maka secara serentak dan segera pada bidang 129

3 kontak antar fase akan jenuh dengan gas dan gas ditransportasikan ke badan air dengan proses difusi molekuler sebagai berikut : m t c = D x (7.2) dimana : m t D c x = Laju perpindahan gas melintas permukaan area bidang kontak = koefisien difusi molekuler = Gradien konsentrasi pada interface. Model secara fisik dari konsep persamaan 7.2 ditunjukkan dalam Gambar 7.1. Bulk Gas Well Mixed Fixed Gas Film Fixed Liquid Film (Turbulen area) (Laminer area) Pi (laminer area) (Turbulen area) Interface Pg Ci=Cs CL Bulk Liquid Well Mixed. Gambar 7.1 Model transfer gas dua-film Diasumsikan bahwa tahanan pada perpindahan gas berada dalam lapisan tetap (fixed film) gas dan cair pada antar bidang (interface) gas - cair. Perpindahan gas melintasi bidang permukaan lapisan gas menunjukkan adanya gradien tekanan dalam lapisan gas dan oleh sebab itu tekanan gas pada bidang permukaan (interface), P i lebih rendah dari tekanan bulk gas, P g. Perpindahan gas terjadi dalam dua langkah (1) perpindahan dari keseluruhan fase gas dengan tekanan gas (P g ) ke interface, dengan tekanan parsial gas (P i ), selanjutnya dikonversi ke fase liquid dengan konsentrasi C i, (2) Transformasi dalam fase cair 130

4 ke bulk liquid dengan konsentrasi (C L ). Perpindahan ini dapat terjadi dalam dua arah tergantung pada perbedaan konsentrasi C L dan C i. Jika C L > C i dan P i > P g maka terjadi pelepasan gas dari fase cair ke fase gas. Laju perpindahan gas melintas bidang permukaan A dinyatakan dalam persamaan: m A t AD = h ( s C L C ) (7.3). Untuk menyatakan massa gas dalam bentuk konsentrasi maka satuan massa gas dibagi dengan volume cairan yang ada dan disederhanakan maka diperoleh persamaan : dc dt = N A = K L A ( CL Cs ) = KG. A( p A p * A ) V (7.4) dimana : a = V A K L = koefisien transfer dalam fase cair. K G = koefisien transfer dalam fase gas. N A = Laju perpindahan massa, Persamaan (7.4) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu: dc = K La ( Cs C) (7.5) dt di mana: K La = koefisien transfer total, jam -1 C s = konsentrasi gas jenuh, mg/l C = konsentrasi gas di cairan, mg/l 131

5 Aerator untuk perpindahan oksigen ditentukan berdasar pada kapasitas oksigenasinya (OC), yang didefinisikan sebagai laju suplai oksigen oleh aerator ke dalam air bersih pada kondisi standar (20 C, 1 atm). Oxygenation Capacity (OC) dapat dituliskan: dc OC = V dt (7.6) Atau OC = K La. C * 20. V (7.7). Nilai K La dapat ditentukan dalam skala percobaan dengan melakukan integrasi terhadap persamaan (7.5) diperoleh persamaan garis lurus: ln(c s -C t ) = ln(c s -C i ) K La.t (7.8) Dari data percobaan dengan konsentrasi awal oksigen Ci dan konsentrasi oksigen dalam interval waktu percobaan Ct, maka dapat diplot ln(cs-ct) Vs t, maka diperoleh garis lurus dengan besarnya sudut arah (slope) adalah K La Aerasi "Aerasi" merupakan istilah lain dari transfer gas dengan penyempitan makna, lebih dikhususkan pada transfer gas (khususnya oksigen) dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air dan air limbah adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. 132

6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan oksigen adalah (1) suhu, (2) kejenuhan oksigen, (3) karakteristik air, dan (4) derajat turbulensi Pengaruh Suhu Koefisien penyerapan oksigen k La meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena suhu dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu. Pengaruh suhu pada berbagai faktor tersebut dirangkum dalam persamaan dengan koefisien empiris (f) sbb : ( k. a) l (20 T ) 20 = ( kl. a) T f (7.9) Nilai f untuk aerasi permukaan umumnya memiliki rentang nilai 1,012 1, Kejenuhan Oksigen Konsentrasi jenuh oksigen dalam air tergantung pada derajat salinitas air, suhu, dan tekanan parsial oksigen yang berkontak dengan air. Eckenfelder dan O Connor dalam Benefield dan Randal (1982) menyarankan bahwa konsentrasi jenuh dapat ditentukan dari persamaan berikut : 475 2,65S C s = (7.10) ,5 + T ( ) dimana : (Cs) 760 = nilai kejenuhan oksigen pada tekanan udara 760 mm Hg, mg/l S = konsentrasi padatan terlarut dalam air, gram/l 133

7 T = suhu, C Nilai konsentrasi jenuh oksigen pada persamaan (7.10) dapat dikoreksi untuk tekanan udara barometrik dengan pernyataan: C s = ( C ) s P p (7. 11) p P menyatakan tekanan barometrik dalam mm Hg dan p menyatakan tekanan jenuh uap air pada suhu air yang diaerasi. Tekanan jenuh uap air pada berbagai suhu disampaikan pada tabel 7.1. Tabel 7.1 Tekanan Uap Air yang Berkontak dengan Udara Suhu C Tekanan uap (mm Hg) 0 4,5 5 6,5 10 9, , , , ,8 Sumber: Benefield L.D & Randall (1982) Karakteristik Air Dalam praktek ada perbedaan nilai K La untuk air bersih dengan K La air limbah yang mengandung materi tersuspensi, surfactant (detergen) dalam larutan dan perbedan temperatur. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi nilai Cs. Pengaruh faktor ini, dikoreksi dengan menggunakan koefisien empirik (α) untuk pengaruh padatan tersuspensi dan surfactant dan (β) untuk pengaruh perbedaan temperatur. 134

8 KLa (air lim bah) α = (7.12) K (air bersih) La Cs (air lim bah) β = (7.13) C (air bersih) s Nilai tipikal α untuk surface aerator berkisar 0,8 1,2 dan nilai β berkisar 0, Derajat Turbulensi Derajat turbulensi dalam tangki aerasi akan mempengaruhi nilai α sebagai berikut : 1. Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid film 2. Turbulensi akan meningkatkan laju perpindahan masa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak, yang berakibat pada defisit oksigen (driving-force, ΔC ) tetap terjaga konstan. 3. Turbulensi secara langsung akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan oksigen (K La ). Contoh Soal 7.1: Percobaan aerasi dengan menggunakan surface aerator dalam tangki uji berbentuk silinder dengan volume 600 m 3 dengan kondisi suhu air 15 C dan tekanan atmosfer 750 mm Hg. Data yang diperoleh adalah : Tentukanlah Nilai K La (1/jam) Waktu (menit) C (mg O 2 /l) 0 2,6 4,8 6 7,1 7,9 8,5 135

9 Penyelesaian : Pada suhu 15 C dan tekanan 750 mm Hg nilai Cs = 10,2 mg/l, karena dipergunakan surface aerator, maka diperlukan koreksi nilai Cs untuk penentuan K La. Pada suhu ini tekanan uap air Pv = 12,788 mm Hg sehingga : 750 p ,788 Cs = Cs760 = 10,2x = 10,1mg / lt P p ,788 Data percobaan diolah sebagai berikut : Waktu (menit) C (mg O 2 /l) 0 2,6 4,8 6 7,1 7,9 8,5 C s - C 10,1 7,5 5,3 4,1 3,0 2,2 1,6 Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara ln (C s C) Vs t, diperoleh kemiringan garis (slope) = K La = 1,85/jam. 2,5 2 Ln(Cs-C) 1,5 1 0, W a k tu (m en it) 136

10 Contoh Soal 7.2: Surface aerator pada Contoh Soal 7.1 digunakan pada tangki aerasi dengan volume 500 m 3 dan suhu air 20 C. Hitunglah (a) nilai K La, (b) jumlah oksigen yang ditransfer per jam pada kondisi standar. Penyelesaian : (a) (K La ) 15 C = 1,85 /jam (K La ) 20 C = (K La ) T x θ 20-T =(1,85) x (1,024) = 2,083 /jam (b) Jumlah Oksigen yang diperlukan : kg O 2 / jam = (K La ) 20 C x C s x V pada suhu 20 C konsentrasi jenuh Cs = 9,17 mg O 2 /l = 9, kg O 2 /l kg O 2 / jam = 2,083/jam x 9,17 x 10-6 kg O 2 /l x liter = 9,55 kg O 2 /jam = 24 lb O 2 / jam 7.4. Stripping Sebagaimana aerasi, "stripping" juga merupakan istilah lain dari transfer gas dengan penyempitan makna, lebih dikhususkan pada transfer gas dari fase cair ke fase gas. Fungsi utama stripping dalam pengolahan air dan air limbah adalah untuk menyisihkan kandungan gas terlarut yang tidak diinginkan, seperti ammonia, karbondioksida, hidrogen sulfida, organik volatile, dan sebagainya. Jenis peralatan stripping untuk penyisihan ammonia umumnya adalah menara dengan sistem counter-current antara udara (upflow) dan air (downflow). Menara dilengkapi dengan kipas angin, rak untuk mendistribusikan air, lubang untuk pengeluaran gas, dan sebagainya. Gambar 7.2 menunjukkan skema ammonia stripping. Dasar perancangan ammonia stripping menggunakan persamaan Henry's sebagai berikut: pa = m X (7.14) 137

11 dalam hal ini: pa = tekanan parsial ammonia di campuran udara, mmhg (lihat Tabel 7.2) m = konstanta X = kadar ammonia di larutan pada kesetimbangan, ratio mol atau massa L X 2 G Y 2 H Keterangan: H = tinggi tower L = debit air G = debit udara X1, X2 = kadar ammonia di air (sebaga ratio massa) Y1, Y2 = kadar ammonia di udara (sebaga ratio massa) L X 1 G Y 1 Gambar 7.2 Skema ammonia stripping Tabel 7.2 Tekanan Parsial Ammonia Suhu, o C Tekanan parsial ammonia, pa (mmhg) Sumber: Qasim et al. (2000) 0,0112 0,0189 0,0300 0,0370 0,0479 0,0770 0,1110 X (gr NH 3 /10 6 gr air)

12 Kadar ammonia setimbang dalam campuran udara dinyatakan sebagai ratio massa atau berat, dihubungkan dengan tekanan parsial sebagai berikut: pa M Y* = Pt M A udara (7.15) dalam hal ini: Y* = ratio massa atau berat ammonia P t = tekanan total atmosfer, mmhg pa = tekanan parsial ammonia, mmhg M A = merat molekul ammonia, 17 gr/gr mol M udara = berat molekul udara, 29 gr/gr mol Dalam ammonia stripping, perlu diketahui persen ammonia di larutan yaitu dalam bentuk gas ammonia. Gas ammonia dalam kesetimbangan dengan ion ammonium diberikan dalam persamaan reaksi: NH 3 + H 2 O NH OH - (7.16) Pada saat ph meningkat, kesetimbangan akan bergerak ke kiri. Persen ammonia dalam bentuk gas pada suhu 25 o C adalah (Metcalf dan Eddy dalam Reynolds, 1996) : NH (persen) = 1+ 1,75 x [H + ] (7.17) dalam hal ini, H + = kadar ion hidrogen. Pada suhu 25 o C dan ph 10,8, 97,3% ammonia akan berada dalam bentuk molekul gas ammonia terlarut di air. Ketika tekanan parsial ammonia di udara adalah nol, ammonia stripping akan terjadi pada ph netral, tetapi efisiensinya sangat rendah karena kebanyakan ammonia berada dalam bentuk ion ammonium, Meningkatnya ph sampai sekitar 10,8 139

13 menyebabkan ammonia berubah dalam bentuk molekul gas ammonia, sehingga stripping akan berlangsung dengan efisiensi yang tinggi. Penentuan kebutuhan udara untuk ammonia stripping berdasarkan Gambar 7.2 dapat dihitung dengan material balance berikut: LX 2 + GY 1 = LX 1 + GY 2 (7.18) atau L(X 2 - X 1 ) = G(Y 2 - Y 1 ) (7.18a) Bila kadar ammonia di udara influen adalah nol (Y 1 = 0) dan kadar ammonia di air efluen diabaikan (X 1 ~ 0), maka persamaan (7.18a) disederhanakan menjadi: L Y = 2 (7.19) G X 2 L/G adalah ratio massa air - udara. Pada umumnya debit udara disain diperoleh dari debit udara teoritis dilkalikan faktor disain sebesar 1,50 hingga 1, Operasi dan Peralatan Peralatan untuk perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dapat dibedakan dalam beberapa jenis sesuai dengan sifat operasinya, yaitu: (1) Gravitasi / jatuhan (2) Semprotan (3) Diffuser (4) Mekanik 140

14 Perbandingan untuk pelaksanaan berbagai macam bentuk aerasi disajikan pada Tabel 7.3. Tabel 7.3 Disain dan Karakteristik Operasi Aerator Aerator Penyisihan Spesifikasi Aerator Gravitasi: Cascade 20-45% CO 2 Tinggi: 1,0-3,0 m Luas: m 2 /m 2.det Kecepatan aliran 0,3 m/det Packing Tower >95% VOC >90% CO 2 Diameter kolom maksimum 3 m Beban hidrolik: 2000 m 3 /m 2.hari Tray >90% CO 2 Kecepatan: 0,8-1,5 m 3 /m 2 /menit Kebutuhan udara 7,5 m 3 /m 3 air Jarak rak (tray): cm Luas: m 2 /m 3 det Spray 70-90% CO H 2 S Tinggi: 1,2-9 m Diameter nozzle: 2,5-4,0 cm Jarak Nozzle: 0,6-3,6 m Debit nozzle:5-10 L/det Luas bak: m 2 /m 3 det Tekanan semprot: 70 kpa Aerator terdifusi 80% VOC Waktu detensi: menit Udara:0,7-1,1 m 3 /m 3 air Tangki: kedalaman 2,7-4,5 m, lebar 3-9 m Lebar / kedalaman < 2 Volume maksimum =150 m 3 Diameter lubang diffuser : 2-5 mm diameter Aerator Mekanik 50-80% CO 2 Waktu detensi : menit Kedalaman tangki: 2-4 m Sumber: Qasim et al. (2000) Aerator gravitasi meliputi pelimpah, terjunan air, cascade, aliran di atas bidang miring, menara (tray atau packed). Kontak antara air dan udara terjadi ketika air dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Aerasi metoda jatuhan dapat dilakukan dengan berbagai jenis operasi antara lain (lihat Gambar 7.3): 141

15 1. Aerasi jatuhan bertingkat (Cascade Aeration) 2. Aerasi aliran dalam talang dengan pelimpah 3. Kombinasi jatuhan dan pengudaraan dengan aliran berlawanan. 4. Tray aeration Gambar 7.3 Beberapa tipe aerator garvitasi (i) cascade, (ii) packed tower counter-current, (iii) tray aerator Operasi aerasi dengan sistem ini, dilakukan dengan memompa air pada ketinggian tertentu kemudian dilepaskan pada titik pancaran pada bagian paling atas dari alat. Suhu udara dan kecepatan angin sangat berpengaruh pada laju 142

16 aerasi. Waktu kontak ditentukan oleh tinggi jatuhan dan kapasitas aliran air yang direncanakan. Rumus umum efisiensi aerasi dengan metoda jatuhan bertingkat adalah : K Ce Co = (7.20) Cs Co dimana : K = koefisien efisiensi Cs = konsentrasi jenuh oksigen terlarut pada suhu operasi., mg/l Ce= konsentrasi oksigen setelah aerasi,mg/l Co = konsentrasi oksigen pada saat awal, mg/l. Pengaruh faktor suhu dan tinggi jatuhan pada efisiensi aerasi untuk berbagai jenis air dirumuskan secara empiris sebagai berikut : 1. Air tanah tak terpolusi : K = 0,45 (1 + 0,026. T). H (7.21) 2. Air tercemar : K = 0,36 (1+0,046.T). H (7.22) 3. Air limbah domestik : K = 0,29 (1+0,046.T).H (7.23) dimana : T = suhu air, h= tinggi jatuhan, m Waktu kontak antara air dan udara untuk gravity aerator jatuh bebas: 2h t = (7.24) g t adalah waktu kontak, ( h) tinggi jatuhan dan (g) gaya gravitasi. 143

17 Aerasi dengan weir berganda, secara empiris dirumuskan : n K Cn = Cs [ Cs Co] x 1 n (7.25) Dalam formulasi ini, n, adalah jumlah weir atau cascade untuk jatuhan. Aerator semprot menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang atau nozzle, baik yang bergerak maupun diam. Bentuk aerator semprot dapat dilihat pada Gambar 7.4. Gambar 7.4 Spray aerator (Qasim et al., 2000) Aerator udara terdifusi melakukan transfer oksigen dari udara bertekanan yang diinjeksikan ke dalam air. Injeksi udara berlangsung dalam bak besar melalui difuser berpori berbentuk plat atau tabung. Udara yang keluar dari difuser biasa berbentuk gelembung udara yang akan menyebabkan peningkatan turbulensi air. Gelembung yang dihasilkan oleh difuser diklasifikasikan menjadi fine dan coarse bubble. Efisiensi yang dapat dicapai dengan fine bubble aerator adalah 8-12%, sementara untuk coarse bubble aerator adalah 4-8%. Periode aerasi berkisar menit, suplai udara 0,1 1 m 3 /menit per m 3 volume tangki. 144

18 Laju perpindahan oksigen untuk aerasi dengan injeksi udara (diffused aeration) diformulasikan (Eckenfelder dan Ford dalam Reynolds,1996) : 1 n 0, 67 (T 20) N = CGa D (Csm CL ) * 1, 02 α (7.26) C dan n = konstanta G a = debit udara pada 20 o C dan 1 atm, m 3 /menit D = kedalaman difuser, m C sm = konsentrasi gas jenuh pada setengah kedalaman bak, mg/l α = K L a (air)/k L a (air bersih) Karena kelarutan oksigen bervariasi terhadap tekanan, konsentrasi jenuh oksigen, C sm ditentukan pada setengah kedalaman tangki aerasi yang dapat didekati dengan rumus: = C Pr Oe C (7.27) m s C s = konsentrasi gas jenuh, mg/l P r = tekanan absolut pada kedalaman pelepasan udara, kpa O e = % gas dalam aliran udara yang dikeluarkan Kebutuhan energi untuk suatu kompressor udara dapat dihitung dengan persamaan : n FRT 1 p 2 P = 1 (7.28) C.n.E p1 145

19 dimana : P = daya, kw F = massa aliran udara, kg/det = Ga(m 3 /det) x densitas udara (kg/m 3 ) R = konstanta gas = 0,288 T 1 = suhu absolut udara masuk, K p 1 = tekanan absolut udara masuk, kpa p 2 = tekanan absolut udara keluar, kpa n = 0,283 untuk udara E = efisiensi kompressor biasanya berkisar antara %. C = 1,0 Aerator mekanik menggunakan alat pengaduk yang digerakkan motor. Ada beberapa tipe alat pengaduk, yaitu paddle tenggelam, paddle permukaan, propeller, turbine, dan aerator draft-tube. Formulasi laju perpindahan oksigen untuk aerasi mekanik adalah: C C 9,17 w L ( T 20) N = No.1,02 (7.29) dimana : N = laju perpindahan oksigen pada kondisi operasi, lb/jam No = Perpindahan oksigen dalam aerator, lb/jam. Klasifikasi mechanical aerator meliputi: high-speed axial-flow pump 146

20 - sering digunakan untuk aerated lagoon - daya motor: hp (0, kw) - kecepatan putaran: rpm - kedalaman air: 0,9-5,5 m - kecepatan transfer oksigen: 1,22-2,37 kg/kw.jam slow speed vertical turbine - digunakan untuk activated sludge, aerobic digestion, aerated lagoon - daya motor: hp (2,2-112 kw) - diameter turbine: 0,9-3,7 m - speed: rpm - kedalaman air: 0,9-9,1 m - kecepatan transfer oksigen: 1,22-2,37 kg/kw.jam submerged slow-speed vertical turbine - ditempatkan pada 0,46 m di atas dasar bak - diameter turbine: 0,1-0,2 kali lebar bak - rate transfer oksigen: 1,22-1,83 kg/kw.jam - diperlukan sumber udara bertekanan rotating brush aerator - digunakan untuk oxidation ditch - tersusun atas poros horisontal yang panjang dengan bristle yang tercelup air sebagian - rate transfer oksigen: 1,83-2,13 kg/kw.jam 147

21 Contoh Soal 7.3: Suatu diffuser udara digunakan untuk aerasi proses lumpur aktif. Diffuser diletakkan pada kedalaman 4 m di bawah permukaan air. Kehilangan gesekan di sistem perpipaan diestimasikan sebesar 13 kpa. Perancangan didasarkan pada tekanan barometrik rata-rata sebesar 740 mm Hg dan suhu operasi 25 C. Spesifikasi dari pabrik menunjukkan bahwa setiap difuser mampu mentransfer 0,8 kg O 2 /jam, jika dioperasikan pada debit udara udara 0,3 m 3 /menit. Estimasikan massa O 2 /jam yang ditransfer per unit difuser pada kondisi aktual. Asumsikan bahwa 7 % oksigen yang ada dalam gelembung udara terserap dalam air. Pada kondisi tunak konsentrasi oksigen terlarut sebesar 2,5 mg/lt. Penyelesaian: 1. Dihitung nilai C s untuk air kran pada suhu 25 C & P = 740 mm Hg. pada tekanan 760 mm Hg nilai C s = 8,4 mg/lt dan p u = 23,8 mm Hg Sehingga , 8 Cs = 8, 4 = 8, 17mg / lt , 8 2. Hitung nilai Csm pada titik tengah dengan Pers (7.27) Pr Oe Csm = Cs atm = 10,34 m air = 101,37 kpa P r = Patm + (H/10,34) x 101,37 + (kehilangan energi gesekan) P r = [(740/760) x101,35]+[(4/10,34) x 101,37]+13 = 150,9 kpa O e = 21 % (1-x) = 21 % (1-0,07) = 19,5 % Jadi C sm = 8,17 [(150,9/203) + (19,5/42)] = 9,87 mg/lt. 3. Massa oksigen yang ditransfer dihitung dengan Pers (7.26): 1 n 0, 67 (T 20) N = CGa D (Csm CL ) * 1, 02 α, dengan asumsi konstanta C dan n masing-masing 0,04233 dan 0,1 dan α = 0,75, maka: 0, 9 0, 67 ( 25 20) N = 0, 04233* 0, 3 4 *( 9, 87 2, 5)* 1, 02 * 0, 75 = 0,221 kg O 2 /jam 7.6. Aplikasi Aerasi Penyisihan Rasa dan Bau. Aerasi mempunyai keterbatasan dalam hal penyisihan rasa dan bau. Sebagian besar rasa dan bau disebabkan oleh bahan yang sangat larut dalam air, sehingga aerasi kurang efisien dalam menyisihkan 148

22 rasa dan bau ini dibandingkan dengan metoda pengolahan lain, misalnya oksidasi kiiawi atau adsorpsi. Penyisihan Besi dan Mangan. Penyisihan besi dan mangan dapat dilakukan dengan proses oksidasi. Aplikasi aerasi dalam proses ini dapat memberikan cukup banyak oksigen untuk berlangsungnya reaksi. Proses ini biasanya digunakan pada air tanah yang kebanyakan mempunyai kandungan oksigen terlarut yang rendah. Oleh karena itu, aerasi dalam aplikasi ini akan menghasilkan endapan dan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Mangan sering kali tidak dapat teroksidasi pada ph normal. Peningkatan ph sampai 8,5 dapat memperbesar oksidasi mangan, khususnya jika digunakan menara aerator. Penyisihan Senyawa Organik Volatile. Senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatile) dapat disisihkan dengan cara aerasi. Penyisihan Karbondioksida. Karbondioksida dapat cepat dihilangkan dengan cara aerasi. Karbondioksida mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, sehingga aerasi sangat efisien dalam penyisihannya. Proses ini biasanya diterapkan pada pelunakan air tanah yang umumnya mempunyai kandungan karbondioksida yang tinggi. Tingginya konsentrasi karbondioksida dalam air dapat meningkatkan pemakaian bahan kimia untuk keperluan pelunakan. Penyisihan Hidrogen Sulfida. Hidrogen sulfida adalah senyawa utama penyebab rasa dan bau yang dapat diolah cukup efektif dengan aerasi. Mekanisme pengolahannya adalah terjadi oksidasi hidrogen sulfida menghasilkan air dan belerang bebas. 149

23 7.7. Rangkuman 1. Transfer gas didefinisikan sebagai perpindahan gas dari fase gas ke fase cair atau sebaiknya yang melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air. 2. Aerasi didefinisikan sebagai proses kontak antara air dan udara yang ditujukan untuk peningkatan kadar oksigen dalam air, pelepasan gas-gas dalam air, juga berfungsi untuk pengadukan pada proses pengolahan air limbah secara biologis. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan oksigen adalah suhu, kejenuhan oksigen, karakteristik air, dan derajat turbulensi. 4. Stripping lebih dikhususkan pada transfer gas dari fase cair ke fase gas. Fungsi utama stripping dalam pengolahan air dan air limbah adalah untuk menyisihkan kandungan gas terlarut yang tidak diinginkan, seperti ammonia, karbondioksida, hidrogen sulfida, dan organik volatile. 5. Peralatan untuk perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dapat dibedakan dalam empat jenis sesuai dengan sifat operasinya, yaitu gravitasi / jatuhan, semprotan, diffuser, dan mekanik. 6. Aplikasi transfer gas pada bidang pengolahan air antara lain penyisihan rasa dan bau, penyisihan besi dan mangan, penyisihan senyawa organik volatile, penyisihan karbondioksida, dan penyisihan hidrogen sulfida. 150

24 7.8. Soal-soal 1. Suatu studi unsteady - state aeration dilakukan dengan menggunakan bak aerasi memakai sistem diffusi udara. Adapun karakteristik sistem adalah : Dimensi tanki: 15 m x 7,5 m x 4,5 m (p x l x h) Flow rate udara per diffuser: 3,5 m 3 /menit (pada 760 mm Hg dan 0 C). Percobaan pertama, tanki aerasi diisi penuh dengan air kran suhu air 25 C. Tekanan atmosfer 765 mm Hg. Air kran dideoksigenasi dengan menginjeksikan dengan gas Nitrogen setelah kadar oksigen mencapai Nol aerasi dimulai. Selama aerasi tanki ditutup rapat dan udara yang keluar dianalisa. Data - data yang diperoleh adalah sbb: Waktu (menit) DO (mg/l ) Parameter Volume (%) 0 0,0 CO 2 2,3 5 2,4 O 2 16,9 10 4,4 N 2 80,8 15 5,9 20 7,2 25 8,2 Percobaan kedua sama seperti percobaan pertama hanya air krannya diganti dengan air limbah yang bersuhu 35 C dan tekanan atmosfer = 770 mm Hg. Data yang diperoleh adalah sbb: Waktu (menit) DO (mg/l ) Parameter Volume (%) 0 0,0 CO 2 2,7 5 1,5 O 2 18,8 10 2,8 N 2 78,5 151

25 15 4,1 20 5,2 25 6,1 Penurunan tekanan akibat gesekan yang terjadi dalam sistem perpipaan = 1 psi dan nilai ß = 0,9 dan konsentrasi biomass pada air limbah diabaikan. Hitunglah : a. Konsentrasi jenuh oksigen pada air kran pada mid-depth (T=25 C dan P = 765 mm Hg). b. Konsentrasi jenuh oksigen pada air limbah pada mid-depth (T=30 C dan P = 770 mm Hg). c. Kla air kran (1/jam) pada suhu 25 C dan 20 C d. Kla air limbah (1/jam) pada suhu 35 C dan 20 C e. Koefisien α pada 20 C f. Lb O 2 /Jam yang ditransfer ke air limbah pada 35 C untuk aerasi steady state dengan konsentrasi DO rata - rata = 2 mg O 2 /L Bahan Bacaan: 1. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water And Wastewater Engineering, John Wiley & Sons, Singapore, Reynolds, Tom D, Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, Brooks/Cole Engineering Divisions, Moenterey, California, Bennefield, Larry D; Randall, Clifford W. Biological Process Design for Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewwod Cliffs, NJ 07632,

26 4. Ramalho, R.S., Introduction to Wastewater Treatment Processes, Second Edition, Academic Press Inc.111 Fith Avenue, New York 10003, Sundstrom, Donald.W., Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, NJ 07632, Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458,

BAB 3 UNIT AERASI. (3.1) dimana: C s = konsentrasi jenuh atau keseimbangan gas dalam larutan, mg/l

BAB 3 UNIT AERASI. (3.1) dimana: C s = konsentrasi jenuh atau keseimbangan gas dalam larutan, mg/l BAB 3 UNIT AERASI 3.1. Teori Transfer Gas Transfer gas didefinisikan sebagai perpindahan gas dari fase gas ke fase cair atau sebaiknya. Transfer gas melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain

Lebih terperinci

Suarni Saidi Abuzar, Yogi Dwi Putra, Reza Eldo Emargi Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas

Suarni Saidi Abuzar, Yogi Dwi Putra, Reza Eldo Emargi Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 155-163 (Juli 2012) ISSN 1829-6084 KOEFISIEN TRANSFER GAS (K La ) PADA PROSES AERASI MENGGUNAKAN TRAY AERATOR BERTINGKAT 5 (LIMA) GAS TRANSFER COEFFICIENT (K La )

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH Rizqa Mikaviany Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),

Lebih terperinci

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier Ir Bambang Soeswanto MT Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax : (022) 2016 403 Email

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DIFUSER TERHADAP TRANSFER OKSIGEN Edi Haryanto, Irene Arum AS, Retno Susetyaningsih Staf Pengajar di STTL YLH Yogyakarta

PENGARUH BENTUK DIFUSER TERHADAP TRANSFER OKSIGEN Edi Haryanto, Irene Arum AS, Retno Susetyaningsih Staf Pengajar di STTL YLH Yogyakarta PENGARUH BENTUK DIFUSER TERHADAP TRANSFER OKSIGEN Edi Haryanto, Irene Arum AS, Retno Susetyaningsih Staf Pengajar di STTL YLH Yogyakarta ABSTRACT A study of oxygen transfer is develop to investigate the

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (RE091322) Semester Ganjil 2010-2011 MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Kampus Sukolilo, Surabaya 60111 Email: hermana@its.ac.id

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade

Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade Sri Hastutiningrum*, Purnawan, dan Erri Nurmaitawati Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah

Lebih terperinci

SIDANG LISAN TUGAS AKHIR

SIDANG LISAN TUGAS AKHIR G TG KR T VR GRVTY RTOR TK MGKTK KG OKG TRRT R BOZM KM RBY isusun Oleh : Muhammad Gama. 3306 100 012 Jurusan Teknik ingkungan FT T 2011 1 BB 2 TR BKG Tercemarnya aluran rainase dan Boezem R!!! Kondisi

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF SNI 19-6447-2000 METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF DAFTAR ISI Daftar isi 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Pengertian 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 5. Ketentuan Umum

Lebih terperinci

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK

PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN. S a r i a d i *) ABSTRAK PENURUNAN KANDUNGAN AMMONIA PADA LIMBAH CAIR DENGAN METODA AERASI BUBBLING DAN PEMANASAN S a r i a d i *) ABSTRAK Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik pembuatan pupuk urea mengandung ammonia. Apabila

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON

BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON 177 Di dalam proses pengolahan air limbah secara biologis, selain proses dengan biakan tersuspensi (suspended culture) dan proses dengan biakan melekat (attached culture),

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG

PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG PENGARUH POLUTAN ORGANIK TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIK OKSIGEN AIR PADA KOLOM GELEMBUNG Firra Rosariawari Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan/UPN Veteran Jatim ABSTRACT Mass Transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian 39 BABV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil pemeriksaan di laboratorium 5.1.1 Pemeriksaan besi Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian besi total dan ferro (Fe2+)

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3) eori Kinetik Gas Pengertian Gas Ideal Istilah gas ideal digunakan menyederhanakan permasalahan tentang gas. Karena partikel-partikel gas dapat bergerak sangat bebas dan dapat mengisi seluruh ruangan yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 DIAGRAM ALIR 4 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil WUJUD ZAT (GAS) SP-Pertemuan 2 Gas : Jarak antar partikel jauh > ukuran partikel Sifat Gas Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil Laju-nya selalu berubah-ubah karena adanya tumbukan dengan wadah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN No. gr NaCl Tabel 10. Ketinggian H 2 pada Tabung Penampung H 2 h H 2 (cm) mmhg P atm mol NaCl volume Air (L) Konsentrasi NaCl (Mol/L) 0,0285 1 10 28 424 1,5578 0,1709 2 20 30

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

TEMPERATUR. dihubungkan oleh

TEMPERATUR. dihubungkan oleh 49 50 o F. Temperatur pada skala Fahrenheit dan Celcius TEMPERATUR 1. Teori atom zat mendalilkan bahwa semua zat terdiri dari kesatuan kecil yang disebut atom, yang biasanya berdiameter 10-10 m.. Massa

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 PRASEDIMENTASI 7 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr.

Lebih terperinci

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah.

Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah. Kajian Efektivitas Aerator dan Penambahan Kapur serta Slow Sand Filter dalam menurunkan kadar Besi air tanah. Oleh Bambang Prayitno NRP. 3309201008. Latar belakang. Kebutuhan sehari-hari air minum penduduk

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 4 ISSN : 1411-4216 UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK Henny Ambar, Sumarno, Danny Sutrisnanto Jurusan Magister

Lebih terperinci

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR) UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN BIOFILTER BERMEDIA BOTOL BEKAS MINUMAN PROBIOTIK STUDI KASUS AIR KALI SURABAYA (SETREN KALI JAGIR) IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING

Lebih terperinci

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto Wusana Agung Wibowo Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Herri Susanto Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung, 20 Oktober 2009 Gasifikasi biomassa Permasalahan Kondensasi tar Kelarutan sebagian

Lebih terperinci

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI Edwin Patriasani dan Nieke Karnaningroem Jurusan Teknik Lingungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Pada umumnya,

Lebih terperinci

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Oleh : Ananta Praditya 3309100042 Pembimbing: Ir. M Razif, MM. NIP.

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-22 Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindusindica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida MEKANIKA FLUIDA Zat dibedakan dalam 3 keadaan dasar (fase), yaitu:. Fase padat, zat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar dikerjakan pada benda padat. 2. Fase

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

KOAGULASI 9. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

KOAGULASI 9. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 KOAGULASI 9 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh: SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN NURUL ANGGRAHENY D NRP 2308100505, DESSY WULANSARI NRP 2308100541, Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Ali

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 1 Hal. 25-30 Jakarta, Januari 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji

Lebih terperinci

REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA

REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA Oleh: Ahmed Tessario (2306100088) Aditya Rahman (2305100084) Dosen Pembimbing : Ir.Farid Efendi, M.Eng

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT

KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT Ipung Fitri Purwanti 1), Gogh Yoedihanto 1) dan Ali Masduqi

Lebih terperinci

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya F144 Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya Hutomo Dwi Prabowo dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENELITIAN. Tabel 12. Data Harian Digester No.

LAMPIRAN I DATA PENELITIAN. Tabel 12. Data Harian Digester No. LAMPIRAN I DATA PENELITIAN Tabel 12. Data Harian Digester No. Hari Suhu Perbandingan Ketinggian ke- ( o C) Manometer (cm) 1. 5 37-2. 6 36-3. 7 37-4. 8 35-5. 9 34 149 6. 10 34 149 7. 11 34 148 8. 12 34

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN 79 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 No. 2 KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN Luluk Edahwati dan Suprihatin Program Studi Teknik Kimia Fakultas

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal eori Kinetik Gas eori Kinetik Gas adalah konsep yang mempelajari sifat-sifat gas berdasarkan kelakuan partikel/molekul penyusun gas yang bergerak acak. Setiap benda, baik cairan, padatan, maupun gas tersusun

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN PROTOTIPE SISTEM VAPOR RECOVERY 4.1 Sistem Peralatan SPBU Konvensional Berikut merupakan skema peralatan peralatan yang terdapat di SPBU pada umumnya: Gambar 4.1 Skema

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan : 84 V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan : Hasil analisa karakteristik limbah cair Rumah Sakit Makna mempunyai nilai ph

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci