SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF"

Transkripsi

1 SNI METODE PENGUJIAN KINERJA PENGOLAH LUMPUR AKTIF

2 DAFTAR ISI Daftar isi 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Pengertian 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 5. Ketentuan Umum 6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 7. Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 8. Pencatatan Hasil Pengujian Lampiran A Daftar Istilah Lampiran B Tabel Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif

3 Metode pengujian kinerja instalasi pengolah lumpur aktif 1. Ruang Lingkup Standar ini meliputi item yang diperiksa dan metode-metode yang berhubungan dengan kinerja tangki aerasi, tangki presipitasi dan lainnya dari standar pengolahan lumpur aktif. Digunakan untuk memisahkan benda tersuspensi dan benda terlarut yang sukar mengendap menjadi hasil olahan lumpur yang mudah mengendap, dengan pencampuran air buangan dan lumpur aktif yang merupakan agregat mikro organik aerobik melalui absorpsi bio-kimia; oksidasi atau asimilasi. 2. Acuan 1. JIS B Steel Tape Measures 2. JIS B Textile Measuring Tapes 3. JIS B Glossary of Terms for Pollution Control Equipment 4. JIS K Sampling Methods for Industrial Water and Industrial Waste Water 5. JIS K Testing Methods for Industrial Waste Water 6. JIS R Testing Methods for Water Content of High Aluminious Plastic Refractories and Fireclay Plastic Refractories 7. JIS R Volumetric Glassware 8. JIS Z Method of Flow Measurement by Float Type Area Flowmeters 9. JIS Z Measurement of Fluid Flow by Means of Orifice Plates and Nozzles 10. JIS Z Measurement of Fluid Flow by Means of Venturi Tubes 11. JIS Z Method of Flow Measurement by Electromagnetic Flow meters 12. JIS Z Method of Flow Measurement by Turbine Meters 13. JIS K 0102 metode pengujian Timah 14. SNI metode pengujian ph 15. SNI metode pengujian Residu Tersuspensi 16. SNI metode pengujian Nilai KOB 17. SNI metode pengujian Nilai COD 18. SNI metode pengujian Ion Amonium 19. SNI metode pengujian Ion Nitrit 20. SNI metode pengujian Ion Nitrat 21. SNI metode pengujian Nitrogen Organik 22. SNI OG metode pengujian Ion Fosfat 23. SNI metode pengujian Cadmium 24. SNI OG metode pengujian Besi 3. Pengertian Pada standar ini, pengertian yang dipakai mengacu pada JIS B 8530, TIS K 0102, dan ketentuan di bawah ini: 1) MLSS adalah Campuran residu tersuspensi dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 2) MLVSS adalah Residu terurai dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif; 3) Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV 30 ), adalah prosentase relatif antara volume dari endapan lumpur yang terbentuk setelah lumpur aktif didiamkan di dalam gelas ukur berkapasitas 1 liter selama 30 menit, dinyatakan dalam persen terhadap volume lumpur cair; 4) MLDO adalah Campuran Oksigen terlarut dalam lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 5) Laju Penggunaan Oksigen adalah Konsentrasi oksigen terlarut (mg O/liter), per

4 satuan waktu (jam), dari lumpur cair di dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 6) Koefisien Laju Penggunaan Oksigen adalah Laju penggunaan oksigen terlarut per unit konsentrasi (mg/liter) dari MLSS dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 7) Lumpur Resirkulasi adalah Penambahan endapan lumpur cair yang telah diendapkan dalam tangki pengendapan, ke dalam tangki aerasi; 8) Laju Lumpur Resirkulasi adalah Perbandingan relatif antara debit lumpur resirkulasi cair dengan debit air, yang dinyatakan dalam prosentase; 9) Faktor Pengali Gas Umpan adalah Faktor pengali debit udara atau gas yang mengandung oksigen yang dialirkan ke dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif relatif, terhadap debit air limbah yang masuk; 10) Beban KOB adalah Persyaratan umum beban KOB-MLSS atau beban volumetrik KOB; 11) Beban KOB-MLSS adalah Massa BOD yang mengalir masuk per unit massa (kg) dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif (kg/hari); 12) Beban Volumetrik KOB adalah Massa aliran KOB yang masuk per volume efektif (m) tangki aerasi pengolah lumpur aktif; 13) Usia Lumpur adalah Massa MLSS (kg) dalam tangki aerasi per unit massa (kg/hari) dari zat padat tersuspensi yang mengalir ke dalam pengolahan lumpur aktif; 14) Indeks Volumetrik Licnbah (SVI - sludge volumetric index) adalah Volume 1 gr MLSS yang dinyatakan dalam unit (ml) untuk lumpur cair yang telah didiamkan selama 30 menit dalam tangki aerasi pengolahan lumpur aktif; 15) Beban Permukaan adalah Debit air limbah yang masuk ke dalam pengolahan lumpur aktif per luas permukaan yang efektif pada tangki pengendapan. 4. Hal-Hal Yang Diuji Pada Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Hal-hal yang perlu diuji pada instalasi pengolahan lumpur aktif harus yang dipilih sesuai dengan rincian di bawah ini : 1) Suhu air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 2) Debit air limbah pada inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 3) Debit lumpur resirkulasi cair pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 4) Debit udara atau gas yang mengandung oksigen untuk aerasi pada tangki aerasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 5) Kualitas air pada air limbah di inlet dan air olahan pada outlet instalasi pengolahan lumpur aktif; 6) Keadaan lumpur cair dan lumpur resirkulasi cair pada tangki aerasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 7) Laju lumpur resirkulasi pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 8) Faktor pengali penambahan gas umpan pada instalasi instalasi pengolahan lumpur aktif; 9) Beban KOB pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 10) Umur lumpur pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 11) Koefisien laju penggunaan oksigen pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 12) Indeks volumetrik lumpur (SVI) pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 13) Beban permukaan pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 14) Jumlah penggunaan daya pada instalasi pengolahan lumpur aktif; 15) Jumlah lumpur yang timbul dari instalasi pengolahan lumpur aktif. 5. Ketentuan Umum Pengujian masing-masing bagian terdapat pada bagian 3 di atas harus dilaksanakan pada saat pengolah lumpur aktif, aliran air limbah yang masuk dan air

5 limbah olahan telah stabil. Apabila ada yang pengolahan yang terputus-putus, maka pengujian harus dilaksanakan minimal lebih lama dari satu periode. 6. Metode Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif 6.1. Metode Pengukuran Suhu Air Limbah dan Air Olahan Suhu air limbah dan air-olahan diukur pada titik pengukuran masing-masing sesuai dengan metode pengujian Suhu Air sesuai SNI Metode Pengukuran Debit Air Limbah dan Air Olahan Debit air limbah clan air olahan diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran Debit JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z Metode Pengukuran Debit Lumpur Resirkulasi Debit lumpur resirkulasi cair diukur sesuai dengan rincian butir 8. Pengukuran Debit JIS K 0094, JIS Z 8761, JIS Z 8762, JIS Z 8763, JIS Z 8764, atau JIS Z Metode Pengukuran Debit Udara Atau Gas Yang Mengandung Oksigen Debit udara atau gas yang mengandung oksigen diukur sesuai dengan JIS Z 8761, JIS Z 8762, atau.1is Z Metode Pengujian Kualitas Air Pada Air Limbah dan Air Olahan Kualitas air limbah dan air olahan diuji sesuai dengan metode pengujian ph (SNI ), Residu Tersuspensi (SNI ), Nilai KOB (SNI ), Nilai COD (SNI ), Ion Amonium (SNI ), Ion Nitrit (SNI ), lon Nitrat (SNI ), Nitrogen Organik (SNI ), Ion Fosfat (SNI ), Timah (JIS K 0102), Cadmium (SNI ), dan Besi (SNI ) Metode Pengujian Keadaan Lumpur Cair pada Tangki Aerasi dan Lumpur Resirkulasi. Keadaan di dalam tangki aerasi pengolah lumpur aktif, MLSS, laju pengendapan limbah olahan (SV 30 ), MLDO, laju penggunaan oksigen, dan sebagainya, harus diukur. Posisi pengukuran disesuaikan dengan ukuran tangki aerasi, tipe aerasi, kemampuan aerasi, inlet air limbah, outlet air limbah yang telah diolah, dan sebagainya, diambil posisi horisontal yang sesuai, dan pada masing-masing posisi ditempatkan dua atau tiga titik ke arah vertikal seperti di permukaan, lapisan tengah, lapisan dalam, clan sebagainya. Contoh air dapat diambil dari tipe Heyroth, tipe pompa, dsb. Pada tipe pompa, karena contoh air di permukaan sulit diambil, maka bila diperlukan contoh air permukaan, air tersebut boleh diambil dengan menggunakan gayung atau alat lain yang sejenis. MLDO diukur tepat pada titik pengukuran di dalam tangki dengan metode pengujian Oksigen Terlarut sesuai dengan SNI Untuk lumpur resirkulasi, MLSS, MLVSS, dan SV 3O, diukur berdasarkan : MLSS ; Mengukur MLSS sesuai dengan Residu Tersuspensi (SNI ) MLVSS ; Mengukur MLVSS sesuai dengan Residu Terurai ( SNI ) Laju Pengendapan Lumpur Aktif (SV3 ) ; Untuk laju pengendapan lumpur aktif (SV 30 ), ambil lumpur aktif cair dicampur dengan lumpur diam sebanyak 1 Liter ke dalam gelas ukur 1 liter ( JIS R 3505 ), diamkan,selama 30 menit, setelah itu segera lihat jumlah endapan (a ml), dan hitung berdasarkan rumus di bawah ini : SV 30 = (a / 1000) x 100 = a/ 10 Dimana : SV 30 : adalah laju pengendapan Lumpur Aktif (%) A : adalah jumlah endapan setelah didiamkan selama 30 menit (ml) MLDO ; Untuk MLDO Oksigen Terlarut (SNI ) Laju Penggunaan Oksigeri ; Dari penyimpanan MLDO, laju penggunaan oksigen dapat diperoleh dari limbah olahan berdasarkan ketentuan di bawah ini :

6 1) Peralatan (1) Botol bertutup asah dengan kapasitas ± 3 liter. (2) Botol bersaluran di bawah dengan kapasitas ± 3 liter, dengan 5 lubang saluran. (3) Peralatan Difusi Gas ; Alat yang didalamnya terdapat piring difusi gas yang kecil, piring berlubang atau bola berlubang dengan ukuran yang sesuai (agar dapat dimasukkan ke dalam botol bersaluran bawah ) yang diletakkan di ujung tabung gelas yang berdiameter ± 7,5 mm. (4) Botol Persiapan; Botol kaca dengan tutup asah yang berkapasitas ± 250 ml. 2) Cara Pengerjaan (1) Masukkan 3 liter lumpur cair dari tangki aerasi ke dalam botol bertutup asah (2) Biarkan selama menit untuk proses pengendapan. (3) Masukkan cairan supernatant ke dalarn botol bersaluran di bawah dengan menggunakan siphon. (4) aerasi selama 5-10 menit dengan menggunakan alat difusi gas sehingga jumlah oksigen terlarut menjadi 5 mg/liter atau lebih. (5) Tambahkan lumpur yang sebelumnya telah diendapkan sambil diaduk-aduk agar tercampur merata, (6) isikan campuran bersamaan ke dalam botol yang telah disiapkan dari botol yang bercabang saluran 5 dan tutup rapat untuk dipergunakan sebagai bahan yang akan dperiksa. (7) kocok botol sampel sesekali agar bahan-bahan yang terdapat di dalamnya tidak mengendap. (8) Ukur MLDO pada masing-masing botol dilakukan pada waktu tertentu, misalnya setelah 0, 3, 5, 10, 15, sampai 20 menit. (9) buat grafik penurunan MLDO dari sampel yang telah diambil dengan MLDO (mg/liter) sebagai ordinat dan waktu sebagai absis, sehingga jumlah penggunaan oksigen (mg/liter) per unit waktu (jam) dalam tangki aerasi dapat diketahui. Catatan : Apabila MLDO dalam lumpur tidak kurang dari 5 mg/liter, maka pengujian dapat segera dilakukan. 6.7 Metode Pengukuran Laju Lumpur Resirkulasi Laju lumpur resirkulasi dapat diperoleh dari debit lumpur resirkulasi dan debit air limbah yang masuk, sesuai dengan rumus sebagai berikut: R 1 = (a 1 / b 2 ) x 100 R 1 : adalah laju lumpur resirkulasi (%) a 1 : adalah debit lumpur resirkulasi (m 3 /jam) : adalah debit air limbah yang masuk (m 3 /jam) b Metode Pengukuran Faktor Perkalian Gas Umpan Faktor perkalian gas dapat diperoleh dari debit udara atau gas yang mengandung oksigen yang ditambahkan ke dalam tangki aerasi clan debit air limbah yang masuk, sesuai dengan rumus sebagai berikut: R 2 : adalah faktor perkalian gas R 2 = a 2 / b 2

7 a 2 b 2 : adalah debit udara (m 3 /jam) : adalah debit air limbah yang masuk (m 3 /jam) 6.9 Metode Pengukuran Beban Beban KOB-MLSS. Beban KOB-MLSS dapat diperoleh dari konsentrasi KOB pada aliran-masuk air, debit air yang mengalir masuk, konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi dan volume efektif dari tangki aerasi, sesuai dengan rumus berikut : L 1 = (a 3 x Q) / (b 3 x V) L 1 : adalah beban BOD-MLSS [kg BOD/(kg MLSS.hari)] a 3 : adalah konsentrasi BOD pada aliran-masuk air (mg/liter) b 3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m 3 ) Volume efektif tangki acrasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun Beban BOD-Volumetrik, Beban BOD-Volumetrik dapat diperoleh dari konsentrasi BOD pada aliran-air masuk, debit air yang masuk, dan volume efektif dari tangki aerasi, sesuai rumus berikut: L 2 = (a 3 X Q) / (1000 X V) L 2 : adalah beban KOB-Volumetric [kg KOB/(m ;.hari)] a 3 : adalah konsentrasi KOB pada aliran- air masuk (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m) Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancanga bangun Metode Pengukuran Usia Lumpur Usia lumpur dapat ditentukan dari konsentrasi MLSS di tangki aerasi, volume efektif tangki aerasi, konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk, dan debit air yang masuk, sesuai rumus berikut : T = (b 3 xv) / (cxq) T : adalah usia lumpur (hari) b 3 : adalah konsentrasi MLSS di dalam tangki aerasi (mg/liter) c : adalah konsentrasi residu tersuspensi dalam air yang masuk (mg/liter) Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) V : adalah volume efektif tangki aerasi (m 3 ) Volume efektif tangki aerasi dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun.

8 6.11 Metode Pengukuran Koefisien Laju Penggunaan Oksigen Koefisien Laju Penggunaan Oksigen dapat diperoleh dari laju penggunaan oksigen dan konsentrasi MLSS dari contoh yang sama, sesuai dengan rumus berikut : U 1 = (a 4 x 1000) / b 4 U 1 : adalah koefisien laju penggunaan oksigen [mg O/(g MLSS.jam)] a 4 : adalah laju penggunaan oksigen [mg O/(I.jam)] : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter) b Metode Pengujian Indeks Voltunetrik Lumpur Indeks volumetrik lumpur dapat diperoleh dari laju pengendapan dari lumpur yang telah diolah (SV,.) dan konsentrasi MLSS contoh yang sama, sesuai dengan rumus berikut : SVI = (a 5 x 1000) / b 4 SVI : adalah indeks lumpur volumetrik (ml/g) a 5 : adalah laju pengendapan lumpur olahan ml/l : adalah konsentrasi MLSS (mg/liter) b Metode Pengukuran Beban Permukaan Beban permukaan dapat diperoleh dari debit air yang masuk instalasi pengolahan lumpur, dan luas permukaan efektif dari tangki pengendapan, sesuai dengan rumus berikut : U 2 = Q / S U 2 : adalah beban luas permukaan air [m 3 /(m 2.hari)] Q : adalah debit air yang mengalir masuk (m 3 /hari) S : adalah luas pemukaan efektif tangki pengendapan (m 3 ) Luas permukaan efektif tangki pengendapan dapat diperoleh dengan cara pengukuran dengan alat ukur yang memenuhi JIS B 7512 atau JIS B 7522; atau disesuaikan dengan gambar rancang bangun Metode Pengukuran Penggunaan Daya Dari Pengolah Lumpur Aktif Jumlah daya yang dipergunakan oleh pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan menggunakan dinamometer terpadu dari sumber daya seluruh perlengkapan tersebut Metode Pengujian Jumlah Lumpur Yang Dihasilkan Dari Pengolah lumpur aktif Jumlah lumpur yang dihasilkan dari pengolah lumpur aktif dapat diperoleh dengan cara mengukur volume lumpur yang ada dalarn tangki penyimpanan, dengan mengukur laju kadar air dari lumpur sesuai JIS R Jumlah Pengujian Terhadap Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Dari sejumlah pengujian yang dilakukan pada setiap item, sedikitnya dilakukan tiga kali pengujian dalam satu hari dengan selang waktu yang cocok pada saat pengoperasian. Apabila ditemukan suatu ketidak-tepatan, jumlah pengujian harus ditambah sedemikian rupa sehingga kandungan sebenarnya dari perubahan tersebut dapat dipastikan. 8. Pencatatan Hasil Pengujian Hasil yang diperoleh dari pengujian dengan metode yang disebut di atas harus

9 disusun dalam bentuk baku sebagai berikut : (Contoh pencatatan dapat dilihat pada tabel terlampir). 1) Tanggal dan waktu pengujian 2) Kondisi cuaca 3) Kondisi objek yang diuji (1) Jenis air limbah yang diuji (2) Jenis dan ukuran pengolah lumpur aktif (3) Keadaan peralatan pengolah lumpur aktif (4) Posisi dan jumlah titik pengujian 4) Keadaan air limbah dan air limbah olahan di inlet dan outlet (1) Debit air limbah (2) Temperatur air limbah (3) Kualitas air limbah (4) Debit air olahan (5) Suhu air olahan (6) Kualitas air olahan 5) Kondisi lumpur cair di tangki aerasi Keadaan lumpur cair di tangki aerasi 6) Kondisi lumpur cair resirkulasi (1) Debit lumpur cair resirkulasi (2) Keadaan lumpur cair resirkulasi 7) Kondisi pengolahan air limbah Laju pemindahan komponen olahan 8) Jumlah daya yang dipergunakan 9) Kondisi lumpur yang dihasilkan Jumlah lumpur yang dihasilkan 10) Lain-lain (1) Laju lumpur resirkulasi (2) Jumlah gas umpan (3) Faktor pengali gas umpan (4) Beban BOD-MLSS (5) Beban volumetrik BOD (6) Usia Lumpur (7) Koefisien laju kebutuhan oksigen (8) Indeks volumetrik lumpur (9) Beban permukaan

10 Lampiran A Daftar Istilah MLSS : Campuran Cairan dengan residu tesuspensi MLVSS : Campuran Cairan dengan Residu terurai MLDO : Campuran cairan dengan oksigen terlarut Supernatant : Cairan yang berada di atas endapan Inlet : Tempat aliran masuk Outlet : Tempat aliran keluar

11 Lampiran B Tabel. Contoh Pencatatan Hasil Pengujian Instalasi Pengolahan Lumpur Aktif Nama peralatan : Tanggal pengujian : Nama petugas penguji : Kondisi cuaca : Kondisi objek yang diuji Cuaca kemarin temperatur udara C Cuaca hari ini temperatur udara C Jenis air limbah Jenis dan ukuran peralatan pengolah lumpur aktif (panjang x lebar x tinggi atau diameter x tinggi : mm) Keadaan peralatan yang digunakan Posisi dan jumlah titik pengujian Satuan Spesifikasi Hasil Uji Ket Waktu Pengujian Temperatur air C Jumlah air limbah m 3 /jam Air Ph - Limbah Zat padat mg/liter Kualitas air BOD mg/liter COD Mn mg/liter Temperatur air C Jumlah air olahan m 3 /jam Air ph - Limbah Zat padat mg/liter Olahan Kualitas air BOD mg/liter COD Mn mg/liter Campuran lumpur dan SV 30 % cairan dalam tangki aerasi MLSS mg/liter Lumpur resirkulasi laju aliran m 3 /jam MLSS mg/liter Zat padat % Tingkat Pemindahan tersuspensi Komponen objek olahan BOD % Jumlah daya terpakai kwh Lumpur yang Dihasilkan Laju kg/jam Kandungan air % Lumpur resirkulasi % Gas Umpan m 3 /jam Faktor pengali Gas Umpan (standard 0 C, 101 kpa (760 mmhg) Beban BOD-MLSS kg/kg/hari Beban BOD-volumetrik kg/m 3 /hari Usia Lumpur hari Tingkat koefisien Oksigen terkonsunnsi mg/g/jam Indeks lumpur volumetrik ml/g Beban permukaan m 3 /m 2 /jam

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 25 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan menjelaskan tentang diagram alir penelitian serta prosedur pengambilan data, teknik pengumpulan data, dan perhitungan yang

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) PRESENTASI THESIS : INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Oleh: DYAH SETYORINI 3307 201 002 JURUSAN

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Dalam bagian ini akan disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan penelitian, yaitu bahan dan peralatan, cara pengambilan data, dan cara analisa data. III.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian disusun untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian agar tujuan penelitian dapat dicapai dengan benar. Garis besar dari metode penelitian adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

Mekanisme : Air limbah diolah dengan aliran kontinyu Pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi

Mekanisme : Air limbah diolah dengan aliran kontinyu Pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi 1. DESKRIPSI LAGUN AERASI Lagun aerasi adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Sistem Lagon mirip dengan kolam oksidasi. Lagun adalah sejenis kolam tertentu dengan ukuran yang luas dan mampumenampung

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Cara uji kelarutan aspal 1 Ruang lingkup Cara uji kelarutan aspal secara khusus menguraikan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur kerja untuk mendapatkan hasil kelarutan aspal. Cara uji ini dilakukan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s 32 BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 PENDAHULUAN Hasil dari penelitian akan dibahas pada Bab IV ini. Hasil proses pengolahan air limbah didiskusikan untuk mengetahui seberapa efektifkah Submersible Venturi

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK 52 3.1 Karakteristik Air Limbah Domestik Air limbah perkotaan adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan mencatat secara penuh data kurva pengendapan lumpur dengan parameter fisiko-kimiawi untuk pembuatan modelnya. Sampel lumpur

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Disain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga buah unit aquaponic, yang digunakan untuk menanam tanaman Genjer (Limnocharis flava), dengan

Lebih terperinci

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016: Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016: 45-50 48 MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 1, Februari 2016 Studi Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah RSUD

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR) Oleh : Beauty S.D. Dewanti 2309 201 013 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Tontowi Ismail MS Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN LA.1 Tahap Penelitian Fermentasi Dihentikan Penambahan NaHCO 3 Mulai Dilakukan prosedur loading up hingga HRT 6 hari Selama loading up, dilakukan penambahan NaHCO 3 2,5 g/l

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug. 39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : No.Telp./ HP : Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Oleh : Putri Paramita ( )

Oleh : Putri Paramita ( ) Tugas Akhir SB-091358 Oleh : Putri Paramita (1507100006) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat. Maya Shovitri, M.Si Nengah Dwianita Kuswytasari S.Si., M.Si Limbah Organik Sungai Tercemar BOD, COD, TSS, TDS, ph

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Laboratorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Kuantitas Air Limbah Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Marry Fusfita (2309105001), Umi Rofiqah (2309105012) Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng

Lebih terperinci

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

[Type text] BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah cair merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tata kota. Mengingat limbah mengandung banyak zatzat pencemar yang merugikan bahkan

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN ORISINALITAS v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI xii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GAMBAR xviii DAFTAR LAMPIRAN.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR) Beauty S. D. Dewanti (239113) Pembimbing: Dr. Ir. Tontowi Ismail, MS dan Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng Laboratorium

Lebih terperinci

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah

Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Proses Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Dalam Pengolahan Limbah Salmah Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara BAB I 1.1 Nitrifikasi yang Menggunakan Proses Lumpur Aktif Dua

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Tahap penelitian Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar III.1. Perumusan Masalah Tahap Persiapan Persiapan alat: Aerator, ozon generator dan dekomposer Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian pengolahan kualitas air dimulai dengan studi pustaka/study literatur mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Metode ini terdiri dari dua penelitian yaitu penelitian lapangan dan penelitian laboratorium. Penelitian lapangan dilakukan untuk melakukan observasi data pendukung dari kondisi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi persawahan dan rumah kompos Dept. Teknik Sipil dan Lingkungan IPB di Kelurahan Margajaya, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.

Lebih terperinci

BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON

BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON BAB 9 KOLAM (PONDS) DAN LAGOON 177 Di dalam proses pengolahan air limbah secara biologis, selain proses dengan biakan tersuspensi (suspended culture) dan proses dengan biakan melekat (attached culture),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2010. Tempat Penelitian di Rumah Sakit PMI Kota Bogor, Jawa Barat. 3.2. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 1 Hal. 25-30 Jakarta, Januari 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN Indriyati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan permukiman, perdagangan, perkantoran, perindustrian dan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan permasalahan yang selalu muncul di dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud air limbah adalah air sisa buangan baik dari kegiatan permukiman,

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci